Anda di halaman 1dari 8

TUTORIAL KLINIK HIDUP

Pembimbing: dr. Hendro Widagdo, Sp.F


Kepaniteraan Klinik Ilmu Forensik dan Medikolegal
RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta

1. Zhara Nur Azizah (20174011012)


2. Tabita Nur Amalina (20174011071)
3. Arum Sari Asmoro (20174011082)
4. Kusumaningrum Wijayanti (20174011084)
5. Qanita Khairunnisa (20174011088)
6. Yusroiz Aghna (20174011089)
7. Winata Fika P. S. (20174011102)
8. Irfan Abdurraafi (20174011109)
9. Hendrian Ade Herdianto (20174011124)
10. Adnal Kemal P. H. P. (20174011130)
11. Muhammad Rosamanillah (20174011135)
12. Lidhah Sutramanden A. (20174011137)
13. Alika Anisa Nishihara (20174011146)
SKENARIO

Identitas pasien :
 Nama : Tn. MH
 Usia : 45 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Kewarganegaraan : Indonesia
 Alamat : Godean
 Pekerjaan : Swasta
 Status Pernikahan : Sudah Menikah
 Agama : Islam

Pasien datang ke RSUP dr. Sardjito rujukan dari RS PKU Gamping dengan keluhan nyeri
pada kaki kiri dan bertambah nyeri apabila digerakkan. Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas
saat mengendarai sepeda motor. Pasien tidak sadarkan diri, pasien tidak mengingat kejadian,
menurut saksi, pasien bertabrakan dengan mobil kemudian pasien terlempar ke kanan dan pasien
terlempar sejauh 5 meter. Posisi pasien tengkurap dengan kepala sebelah kanan terbentur aspal.
Pasien dibawa ke RS PKU Gamping dan didiagnosis fraktur costa, fraktur femur sinistra, fraktur
os.pubis bilateral. Kemudian pasien dibawa ke RSUP dr. Sardjito untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut.

Pemeriksaan fisik
 Keadaan Umum : tampak lemah
 Kesadaran : Compos mentis
 GCS : 15 (E4M6V5)
 Status gizi : baik
 BB : 60 kg
 TB : 165 cm
 Tanda-tanda vital
o Tekanan darah : 120/80 mmHg
o Nadi : 96 kali/menit
o Respirasi : 20 kali/menit
o Suhu : 36,7 C
o SpO2 : 99%
 Kepala :
o Inspeksi : Mesocephal, warna kulit normal, CA -/-, SI -/-, cekung (-), konjungtiva
hiperemis +/+, VL pada pelipis kanan
o Palpasi : Derik tulang (-)
 Leher :
o Inspeksi : warna kulit normal, benjolan (-)
o Palpasi : nyeri tekan (-) pembesaran KGB (-)
 Thoraks :
o Inspeksi : pergerakan dada statis dan dinamis simetris, retraksi dinding dada -/-,
jejas (-)
o Palpasi : Derik tulang (+)
o Perkusi : sonor (+) seluruh lapang paru
o Auskultasi: SDV +/+ ST -/- BJ1-2 murni, regular
 Abdomen :
o Inspeksi : simetris, datar, sejajar dengan dinding thoraks, jejas (-)
o Auskultasi: BU (+)
o Palpasi : supel (+) nyeri tekan (-)
o Perkusi : timpani (+)
 Ekstremitas : akral hangat +/+, VE pada punggung tangan kaknan dan kiri, siku, dan
punggung kaki kanan dan kiri, kaki kiri tidak dapat digerakkan.

Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN

Hemoglobin 9,2 g/dL

Leukosit 13,8 10^3/ul


Hematokrit 30,1 %

Eritrosit 4,18 10^6/ul

Trombosit 221 10^3/ul

SGOT 36 U/L

SGPT 21 U/L

BUN 6,9 gr/dL

Kreatinin 0,75 U/L

HbsAg Negative

 Pemeriksaan Foto Rotgen


 Thorax : fraktur komplit os costa 3, 4, 5 sinistra aspek posterior, dan os costa 9
sinistra aspek lateral.
 Femur sinistra : fraktur komplit os femur sinistra pars tertia proximal.
 Pelvis : fraktur komplit ramus inferior os pubis bilateral.

 Penatalaksanaan
Farmakologis
 Injeksi ketorolac 30 mg/ 8 jam
 Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam
 Injeksi Ceftriaxon 1 gram/ 12 jam
Non farmakologis
 Imobilisasi skin traksi 4 liter
 Konservatif untuk fraktur kosta
 Rencana operasi untuk fraktur os femur sinistra dan os pubis.
Problem definition:

1. Bagaimana alur pemeriksaan forensik klinik yang tepat?


2. Bagaimana deskripsi luka pada pasien ini?
3. Bagaimana mekanisme perlukaan pada kasus ini?
4. Apakah ada pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan?
5. Apa fungsi VeR pada kasus ini?
6. Apakah pada kasus ini seorang dokter memerlukan saksi lain untuk menyusun VeR?
7. Bolehkah seorang dokter membuat visum apabila belum ada surat permintaan visum dari
kepolisian?
8. Apa yang harus dilakukan dokter apabila pasien datang dalam keadaan tidak sadar, dan
tidak ada keluarga, namun pasien membutuhkan operasi darurat? Bagaimana dasar
hukumnya?
Analyze :

1. Bagaimana alur pemeriksaan forensik klinik yang tepat?


 Penerimaan korban yang dikirim oleh penyidik
 Penerimaan surat permintaan keterangan ahli/ V et R
 Pemeriksaan korban secara medis
 Pengetikan surat keterangan ahli atau V et R
 Penandatanganan surat keterangan ahli atau V et R
 Penyerahan barang bukti yang telah diperiksa
 Penyerahan surat keterangan atau V et R
Referensi : Afandi, Dedi. Visum et Repertum. Tatalaksana dan Teknik Pembuatan. Ed.2.
Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Riau. 2017.
Jika tidak ada surat permintaan visum maka tidak membatasi dilakukannya pemeriksaan
medis pada pasien. Hasil pemeriksaan medis dicatat dalam rekam medis yang bersifat
rahasia.
Visum et Repertum disusun setelah ada surat permintaan visum

2. Bagaimana deskripsi luka pada pasien ini?


Kepala: pada pelipis kanan 2 cm dari alis kanan, 5 cm dari garis tengah tubuh, terdapat
luka robek dengan ukuran panjang 5 cm yang sudah dijahit sebanyak 7 jahitan.
Anggota gerak atas: lengan bawah kanan tepat pada siku terdapat sekumpiulan luka lecet
geser berwarna merah kecoklatan arah luka dari luar ke dalam, dasar kulit, dengan ukuran
3x4 cm, kondisi bersih. Punggung tangan kanan 2 cm dari pergelangan tangan bagian luar
terdapat sekumpulan luka lecet geser bentuk tidak beraturan, berwarna kemerahan, arah
dari atas ke bawah, kondisi bersih, dasar kulit 5x3 cm. punggung tangan kiri 2 cm dari
pergelangan tangan bagian luar terdapat sekumpulan luka lecet geser bentuk tidak
beraturan, berwarna kemerahan, arah dari atas ke bawah, kondisi bersih, dasar kulit 3x2
cm.
Anggota gerak bawah: punggung kaki kanan 3 cm dari mata kaki terdapat sekumpulan
luka lecet geser bentuk tidak beraturan, berwarna kemerahan, arah dari atas ke bawah,
kondisi bersih, dasar kulit 5x3 cm. punggung kaki kanan 3 cm dari mata kaki terdapat
sekumpulan luka lecet geser bentuk tidak beraturan, berwarna kemerahan, arah dari atas
ke bawah, kondisi bersih, dasar kulit 3x2 cm.

3. Bagaimana mekanisme perlukaan pada kasus ini?


Luka Lecet (Abrasi)
Terjadi akibat cedera pada epidermis berupa robeknya jaringan yang bersentuhan dengan
benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan
lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan
bersentuhan dengan kulit. Luka bersifat superfisial yang terbatas hanya pada lapisan kulit
yang paling luar / kulit ari epidermis
Luka robek
Luka akibat kekerasan tumpul, menekan dan menggeser bagian kulit, kulit menadi
teregang, melampaui elastisitas kulit, kulit terputus, menjadi ada celah pada kulit.

4. Apakah ada pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan?


Menurut masyarakat toksikologi forensik “society of forensic toxicologist, inc. SOFT”
bidang kerja toksikologi forensik meliputi:
 analisis dan mengevaluasi racun penyebab kematian,
 analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarang di dalam cairan tubuh atau napas, yang
dapat mengakibatkan perubahan prilaku (menurunnya kemampuan mengendarai
kendaraan bermotor di jalan raya, tindak kekerasan dan kejahatan, penggunaan
dooping),
 analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus penyalahgunaan narkotika,
psikotropika dan obat terlarang lainnya
Pemeriksaan Alkohol
a. Menggunakan teknik modifikasi mikrodifusi (Conway).
b. Warna kuning kenari = Negative
c. Warna kuning kehijauan = sekitar 80 mg%
d. Warna hijau kebiruan = sekitar 300 mg%.

5. Apa fungsi VeR pada kasus ini?


Visum et repertum merupakan salah satu alat bukti yang turut berperan dalam proses
pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. VeR pada kasus
hidup, diperlukan untuk menentukan sebab perlukaan dan derajat parahnya luka.
Pada kasus kecelakaan lalu lintas, alat bukti untuk mendapat klaim asuransi berupa surat
keterangan medis.

6. Apakah pada kasus ini seorang dokter memerlukan saksi lain untuk menyusun VeR?
Visum et repertum yang dibuat oleh seorang ahli dalam bidang kedokteran ( dalam hal ini
dokter) kemudian dapat menjadi suatu alat bukti yang sah pada saat di pengadilan. Hal ini
serupa dengan yang dijelaskan pada pasal 184 KUHAP mengenenai alat bukti yang sah.
Pada pasal tersebut terdapat beberapa barang yang dapat dijadikan alat bukti yang sah,
yaitu :
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. keterangan terdakwa
Sehingga dalam penyusunan VeR, seorang dokter hanya membuat VeR berdasarkan hasil
pemeriksaannya sendiri (objektif medis)
(KUHAP PASAL 184)

7. Bolehkah seorang dokter membuat visum apabila belum ada surat permintaan visum dari
kepolisian?
• Berdasarkan Pasal 133 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
menyebutkan:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
ia ber- wenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka
atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Sehingga seorang dokter hanya membuat visum jika ada permintaan tertulis dari
penyidik.
(KUHAP PASAL 133)

8. Apa yang harus dilakukan dokter apabila pasien datang dalam keadaan tidak sadar, dan
tidak ada keluarga, namun pasien membutuhkan operasi darurat? Bagaimana dasar
hukumnya?
Jika dokter dan perawat diperhadapkan dengan kasus pasien gawat darurat yang dibawa ke
IGD dalam keadaan tidak sadar dan tidak ada keluarganya maka kita dapat melakukan
tindakan pe- nyelamatan jiwa kepada pasien gawat darurat tanpa persetujuan dari pasien
atau keluarga terle bih dahulu. Seperti yang tertuang dalam:
a. Peraturan Menteri KesehatanNomor 290/Menkes/PER/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Medik, pasal 4 (1) bahwa dalam keadaan emergency tidak
diperlukan persetujuan tindakan kedokteran dan wajib memberikan penjelasan
sesegera mungkin segera setelah pasien sadar atau kepada keluarga terdekat, dalam
pasal 4(3)
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MenKes/PER/III/2008 pasal 12
yaitu Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya
dapat dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien

Anda mungkin juga menyukai