Identitas pasien :
Nama : Tn. MH
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Godean
Pekerjaan : Swasta
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Pasien datang ke RSUP dr. Sardjito rujukan dari RS PKU Gamping dengan keluhan nyeri
pada kaki kiri dan bertambah nyeri apabila digerakkan. Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas
saat mengendarai sepeda motor. Pasien tidak sadarkan diri, pasien tidak mengingat kejadian,
menurut saksi, pasien bertabrakan dengan mobil kemudian pasien terlempar ke kanan dan pasien
terlempar sejauh 5 meter. Posisi pasien tengkurap dengan kepala sebelah kanan terbentur aspal.
Pasien dibawa ke RS PKU Gamping dan didiagnosis fraktur costa, fraktur femur sinistra, fraktur
os.pubis bilateral. Kemudian pasien dibawa ke RSUP dr. Sardjito untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut.
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : tampak lemah
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15 (E4M6V5)
Status gizi : baik
BB : 60 kg
TB : 165 cm
Tanda-tanda vital
o Tekanan darah : 120/80 mmHg
o Nadi : 96 kali/menit
o Respirasi : 20 kali/menit
o Suhu : 36,7 C
o SpO2 : 99%
Kepala :
o Inspeksi : Mesocephal, warna kulit normal, CA -/-, SI -/-, cekung (-), konjungtiva
hiperemis +/+, VL pada pelipis kanan
o Palpasi : Derik tulang (-)
Leher :
o Inspeksi : warna kulit normal, benjolan (-)
o Palpasi : nyeri tekan (-) pembesaran KGB (-)
Thoraks :
o Inspeksi : pergerakan dada statis dan dinamis simetris, retraksi dinding dada -/-,
jejas (-)
o Palpasi : Derik tulang (+)
o Perkusi : sonor (+) seluruh lapang paru
o Auskultasi: SDV +/+ ST -/- BJ1-2 murni, regular
Abdomen :
o Inspeksi : simetris, datar, sejajar dengan dinding thoraks, jejas (-)
o Auskultasi: BU (+)
o Palpasi : supel (+) nyeri tekan (-)
o Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas : akral hangat +/+, VE pada punggung tangan kaknan dan kiri, siku, dan
punggung kaki kanan dan kiri, kaki kiri tidak dapat digerakkan.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
SGOT 36 U/L
SGPT 21 U/L
HbsAg Negative
Penatalaksanaan
Farmakologis
Injeksi ketorolac 30 mg/ 8 jam
Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam
Injeksi Ceftriaxon 1 gram/ 12 jam
Non farmakologis
Imobilisasi skin traksi 4 liter
Konservatif untuk fraktur kosta
Rencana operasi untuk fraktur os femur sinistra dan os pubis.
Problem definition:
6. Apakah pada kasus ini seorang dokter memerlukan saksi lain untuk menyusun VeR?
Visum et repertum yang dibuat oleh seorang ahli dalam bidang kedokteran ( dalam hal ini
dokter) kemudian dapat menjadi suatu alat bukti yang sah pada saat di pengadilan. Hal ini
serupa dengan yang dijelaskan pada pasal 184 KUHAP mengenenai alat bukti yang sah.
Pada pasal tersebut terdapat beberapa barang yang dapat dijadikan alat bukti yang sah,
yaitu :
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. keterangan terdakwa
Sehingga dalam penyusunan VeR, seorang dokter hanya membuat VeR berdasarkan hasil
pemeriksaannya sendiri (objektif medis)
(KUHAP PASAL 184)
7. Bolehkah seorang dokter membuat visum apabila belum ada surat permintaan visum dari
kepolisian?
• Berdasarkan Pasal 133 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
menyebutkan:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
ia ber- wenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka
atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Sehingga seorang dokter hanya membuat visum jika ada permintaan tertulis dari
penyidik.
(KUHAP PASAL 133)
8. Apa yang harus dilakukan dokter apabila pasien datang dalam keadaan tidak sadar, dan
tidak ada keluarga, namun pasien membutuhkan operasi darurat? Bagaimana dasar
hukumnya?
Jika dokter dan perawat diperhadapkan dengan kasus pasien gawat darurat yang dibawa ke
IGD dalam keadaan tidak sadar dan tidak ada keluarganya maka kita dapat melakukan
tindakan pe- nyelamatan jiwa kepada pasien gawat darurat tanpa persetujuan dari pasien
atau keluarga terle bih dahulu. Seperti yang tertuang dalam:
a. Peraturan Menteri KesehatanNomor 290/Menkes/PER/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Medik, pasal 4 (1) bahwa dalam keadaan emergency tidak
diperlukan persetujuan tindakan kedokteran dan wajib memberikan penjelasan
sesegera mungkin segera setelah pasien sadar atau kepada keluarga terdekat, dalam
pasal 4(3)
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/MenKes/PER/III/2008 pasal 12
yaitu Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya
dapat dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien