Proposal Hasil Penelitian
Proposal Hasil Penelitian
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1
Proses fotosintesis adalah penyusunan senyawa kimia yang kompleks dari karbon
dioksida dan air. Sumber energi untuk proses fotosintesis adalah cahaya matahari. Proses ini
dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen yaitu klorofil (Arnon,1949). Fotosintesa juga
merupakan suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang berklorofil dan bakteri
fotosintetik, dimana energi matahari (dalam bentuk foton) ditangkap dan diubah menjadi energi
kimia (ATP dan NADPH) (Lakitan,2007). Jadi, seluruh molekul organik lainnya dari tanaman
disintesis dari cahaya matahari, CO2, dan air (Campbell, 1957).
Fungsi krolofil pada tanaman adalah menyerap energi dari sinar matahari untuk
digunakan dalam proses fotosintetis yaitu suatu proses biokimia dimana tanaman mensintesis
karbohidrat (gula menjadi pati), dari gas karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari
(Lakitan, 2007). Klorofil dapat dibedakan atas klorofil a dan b, berdasarkan pada struktur
molekulnya rantai samping pada klorofil a mengandung gugus metil sedangkan klorofil b
mengandung gugus aldehid (Campbell, 1957). Pertumbuhan dan produktifitas tanaman tersebut
terkena dampak dari kenaikan konsentrasi CO2 dan suhu (Kim dan You, 2010).
Bagian tumbuhan yang berperan dalam proses fotosintesis adalah organ daun. Proses
fotosintesis dalam daun membutuhkan suplai air, CO2, dan cahaya. Seluruh kebutuhan daun
untuk fotosintesis tersebut dipersiapkan oleh stuktur daun (Berrie. et al, 1987). Dengan
demikian struktur daun berpengaruh terhadap proses fotosintesis.
Selain umur dan varietas daun, kandungan klorofil juga bervariasi dilihat dari posisi
daun dalam satu tanaman. Analisis kandungan klorofil pada tanaman kelapa sawit
menunjukkan bahwa selain umur daun, ternyata posisi daun yang berbeda pada umur daun yang
sama, juga menunjukkan adanya variasi jumlah kandungan klorofil pada daun tersebut (
Mustafa et al., 2015).
Posisi anak daun mengikuti posisi arah tegakan tangkai daun. Dengan demikian
penangkapan cahaya matahari dapat maksimal. Posisi anak daun yang berbeda-beda pada satu
tandan dan bagian anak daun aren yang panjang memungkinkan adanya perbedaan kandungan
klorofil pada masing-masing bagian dan posisi anak daun (Mogea et al., 1991).
Tanaman palma seperti (kelapa, kelapa sawit, dan aren) memiliki struktur daun yang
hampir sama membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar (Fauzi
dkk, 2004). Warna daun pada tanaman kelapa berwarna hijau kekuningan, pada kelapa sawit
2
dan aren memiliki warna daun hijau tua sedangkan pelapah daun kelapa sawit berukuran sedang,
pada aren memiliki pelepah yang lebih panjang, dan pada kelapa memiliki pelepah yang pendek.
Smits (1996) menjelaskan bahwa tanaman dengan tajuk yang padat dengan 12 sampai 20 daun
yang tegak tersebar yang tersusun melingkar. Daunnya mempunyai panjang 6 sampai 10 m
dengan pelepah di bagian bawah. Jumlah anak daun adalah 80-130, berbentuk lembaran dengan
panjang 140-180 cm dan lebar 8 sampai 11 cm. Anak daun mengumpul pada tangkai daun
dengan auricles pada bagian dasar yang bulat atau tumpul.
Telah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai tanaman aren oleh Kamagi, L (2018),
bahwa Kandungan klorofil a yang terdapat pada daun aren bervariasi di mana posisi anak daun
pada daun memiliki kandunngan klorofil yang lebih tinggi pada bagian atas, sedangkan yang
terendah pada bagian bawah. Pada posisi kiri pada daun aren kandungan klorofilnya lebih tinggi
dibandingkan pada posisi kanan, sedangkan posisi pangkal, tengah, dan ujung pada anak daun
hampir sama kandungan klorofilnya.
Menurut Harborne (1987), pengukuran kadar klorofil secara spektrofotometri
didasarkan pada hukum Lamber – Beer. Beberapa metode untuk menghitung kadar klorofil
total, klorofil a dan kolrofil b telah dirumuskan. Di antaranya adalah Metode Sumanta (1949),
menggunakan beberapa macam pelarut dan mengukur nilai absorbansi larutan klorofil pada
panjang gelombang (λ) = 663 dan 645 nm. Hasil menunjukkan metanol sebagai ekstraktan
klorofil yang baik.
Kandungan klorofil dalam komposisi daun dapat diklasifikasikan dalam berat luas per
daun atau berat per berat daun. Hingga saat ini penelitian mengenai kandungan klorofil pada
setiap bagian anak daun tanaman palmae seperti (aren, kelapa, dan kelapa sawit) belum diteliti,
makanya perlu dilakukan penelitian untuk dapat dimanfaatkan dalam pemilihan jenis tanaman
yang dapat menghasilkan produk bermanfaat bagi masyarakat.
3
1.2. Rumusan Masalah
Berapakah jumlah kandungan klorofil pada setiap posisi anak daun dan bagian anak
daun berbagai jenis tanaman palma (kelapa, kelapa sawit, dan aren)
1.3. Tujuan
Untuk menentukan jumlah kandungan klorofil pada setiap posisi anak daun dan bagian
anak daun berbagai jenis tanaman palma (Kelapa, kelapa sawit, dan aren).
1.4. Manfaat
Melalui penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk mengetahui jumlah
kandungan klorofil pada daun kelapa, kelapa sawit, dan aren karena jumlah klorofi berpengaruh
pada peningkatan pertumbuhan pohon dan produksi buah pada pohon aren, kelapa, dan kelapa
sawit.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Klasifikasi
Akar serabut, jumlah 2.000 – 4.000 helai/pohon, kebanyakan berada di permukaan tanah
bisa mencapai 15 m sebagian masuk ke dalam tanah sampai 3,5 m. Terdapat akar adventif di
pangkal batang dan bila masuk ke dalam tanah berfungsi sebagai akar biasa. Besar akar kira-
kira 1 cm, warna dari putih, merah muda, kemudian merah tua (Departemen Pertanian, 2006)
b. Batang
Mempunyai satu titik tumbuh diujung batang, tinggi bisa 30 m, diameter 20-30 cm.
Pertambahan panjang 1,5 m/tahun untuk muda, 0,5 m untuk dewasa dan 10-15 cm untuk yang
tua. Dalam 1 tahun rata-rata keluar 12 pelepah daun, setelah pangkal batang terbentuk, tidak
akan membesar lagi. Ujung batang mengandung zat gula disebut umbut/merup titik tumbuh
(Departemen Pertanian, 2006).
c. Daun
Mahkota terbentuk 4-6 helai saling membalut, tahap-tahap tetap berjumlah 4-6 helai
ukuran lebih besar terlepas tetap masih belum membuka. Daun mempunyai panjang 5-8 m, berat
5
10-15 kg. Tanaman dewasa memiliki 30-40 pelepah daun dan jumlah daun yang terbentuk dan
gugur seimbang 14 helai. Pada waktu muda tumbuh tegak semakin tua semakin condong
akhirnya terkulai dan berguguran (Departemen Pertanian, 2006).
Panjang helai daun berbeda-beda, tergantung pada posisinya. Helai daun yang terdapat
di tengah sumbu daun berukuran lebih panjang dibanding yang tumbuh di pangkal atau ujung
sumbu daun. Pada biji yang baru tumbuh, mula-mula terbentuk 4-6 helai daun tersusun satu
membalut yang lain sehingga merupakan selubung dan runcing sebelah ujungnya. Susunan
demikian perlu untuk memudahkan menembus lapisan sabut di sebelah pangkal buah. Setelah
itu menyusul secara berturut-turut 4-6 lembar daun yang berukuran lebih besar daripada daun-
daun yang dibentuk pertama kali, dan sudah disusun terlepas satu dengan lainnya, tetapi helai
daunnya belum menyirip. Kemudian daun-daun lainnya menyusul terbentuk berturut-turut,
ukurannya bertambah besar. Pangkal-pangkal daun membungkus bagian pangkal batang,
membentuk batang palsu. Daun-daun tadi berangsur-angsur bertambah menyirip, dimulai dari
sebelah pangkal helai daun menuju ke ujung (Mardiyatmoko, M & Ariyanti, M. 2018).
Untuk sementara titik-titik tumbuh yang diselubungi daun-daun itu tidak lagi tumbuh
memanjang, melainkan melebar, dengan demikian bagian pangkal dari pohon yang masih muda
itu memperlihatkan pertumbuhan membesar, sehingga bagian pangkal itu kelihatan terus
bertambah tebal. Pertumbuhan yang demikian berlangsung sampai umur 4 tahun. Sesudah itu
pangkal batang tidak tumbuh menebal lagi melainkan memanjang dan bagian batang yang
sebenarnya mulai kelihatan (Mardiyatmoko, M & Ariyanti, M. 2018).
Daun kelapa tersusun melingkar membentuk spiral. Arah spiral dapat kekiri atau
kekanan tergantung posisi dari tandan buah terhadap pelepah daun. Bila tandan buah berada di
sebelah kanan pelepah daun, maka arah spiral kekiri dan sebaliknya. Dari daun yang satu ke
daun berikutnya membentuk sudut 140° atau 2/5 lingkaran yang berarti setiap lima daun
membentuk dua lingkaran dan setiap enam daun berurutan akan berada pada satu garis lurus
(Mardiyatmoko, M & Ariyanti, M. 2018)
d. Bunga
Berbunga pada umur 3-8 thn, karangan bunga tumbuh dari ketiak daun. Proses
penyerbukan sendiri (Genjah) dan silang untuk jenis kelapa lokal (Kelapa Dalam).
Bunga berkarang disebut inflorescentia (Mayang/Manggar), bagian bunga kelapa adalah:
Bunga kelapa (manggar) keluar dari ketiak daun dan tertutup seludang (Spatha) dengan panjang
6
80-90 cm. Manggar terdiri dari induk tangkai bunga dan bercabang sebanyak 30-40 helai, pada
pangkal cabang tumbuh bunga betina (1-2 buah) kemudian disusul bunga jantan (150-200
buah). Bunga jantan terdiri dari 3 helai mahkota, 3 helai kelopak dan 6 helai benangsari. Bunga
betina berukuran ± 3 cm, kelopak bunga ± 5, mahkota bunga tebal membungkus hampir semua
bagian bunga betina, putik tidak bertangkai, bekas benang sari 6 buah, dasar buah terdiri dari 3
ruang (carpel) dan 1 bakal biji, tapi yang normal hanya 1 (Departemen Pertanian, 2006).
e. Buah
3-4 minggu setelah mayang membuka bunga betina mulai tumbuh, 1/2 - 2/3 buah muda
gugur, sampai 2 bulan dan buah yang rontok berkurang (Departemen Pertanian, 2006).
7
2.2 Tanaman Kelapa Sawit
2.2.1 Klasifikasi
8
pada tanaman yang lebih tua antara 20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin
banyak populasi kelapa sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi
prokdutivitas hasilnya per satuan luas tanaman (Vidanarko,2011).
Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang sejajar.
Panjang pelepah dapat mencapai 9 meter; jumlah anak daun tiap pelepah dapat mencapai 380
helai. Panjang anak daun dapat mencapai 120 cm. pelepah daun sejak mulai terbentuk sampai
tua mencapai waktu ±7 tahun; jumlah pelepah dalam satu pohon dapat mencapai 60 pelepah
(Rizqa, S. 1994).
b. Batang
Tanaman kelapa sawit memiliki batang yang lurus melawan arah gravitas bumi. Dalam
beberapa kondisi, batang kelapa sawit juga dapat bercabang. Tinggi batang bertambah sekitar
45 cm/ tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai, pertambahan tinggi batang kelapa sawit
dapat mencapai 100 cm/ tahun (Lubis dan Widanarko, 2011). Batang kelapa sawit diselimuti
oleh pangkal pelepah daun tua sampai kira-kira umur 11-15 tahun. Fungsi utama batang adalah
sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah; sebagai sistem pembuluh yang
mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis dari daun ke bawah;
serta berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2011).
c. Akar
Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar ini
mudah mati dan segera digantikan dengan akar serabut. Sebagian akar serabut tumbuh ke
bawah dan sebagian lainnya tumbuh mendatar ke samping (Sastrosayono, 2003). Fungsi utama
akar adalah untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap air dan unsur-unsur hara
dari dalam tanah, dan sebagai salah satu alat respirasi. Kelapa sawit memiliki sistem perakaran
serabut yang terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarterner (Pahan, 2011).
d. Buah
Buah kelapa sawit termasuk drupe, terdiri dari pericarp (daging buah) yang terbungkus
oleh exocarp (kulit), mesocarp, dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1-4 inti/kernel.
Sementara itu, inti memiliki testa (kulit), endosperm, dan sebuag embrio (Pahan, 2011). Pada
umumnya, jika kondisi lingkungan sesuai, tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan buah
setelah berumur 3,5 tahun. Buah kelapa sawit memiliki dua jenis minyak yang dihasilkan, yaitu
9
CPO (crude palm oil) dari bagian mesocarp dan PKO (palm kernel oil) dari bagian endosperm
yang secara komersial diekstrak secara terpisah karena kandungan dan kegunaannya pun
berbeda (Fauzi et al., 2012).
2.3.1. Klasifikasi
10
7x 145 cm, berwarna hijau gelap di bagian atas daunnya dan keputih-putihan ole karena lapisan
lilin di bagian bawah daun (Effendi, 2010).
Mogea, et al. (1991) menggambarkan tanaman ini sebagai tanaman palma soliter, tidak
bercabang dan biasanya mencapai ketinggian 15-20 m, dengan diameter sekitar 30-40 cm.
Daun menyirip yang menyerupai daun tanaman kelapa. Anak daun berwarna hijau gelap pada
bagian atas dan keputihan pada bagian bawah, memberikan pohon penampilan gelap-kehijauan.
Pelepah daun menutupi batang; dengan bagian tepi pelepah terdapat ijuk yang berwarna hitam
dengan lidi yang keras.
Smits (1996) menjelaskan bahwa tanaman dengan tajuk yang padat dengan 12 sampai
20 daun yang tegak tersebar dan tersusun melingkar. Daunnya mempunyai panjang 6 sampai
10 m dengan pelepah di bagian bawah. Jumlah anak daun adalah 80-130, berbentuk lembaran
dengan panjang 140-180 cm dan lebar 8 sampai 11 cm. Anak daun mengumpul pada tangkai
daun dengan auricles pada bagian dasar yang bulat atau tumpul dan bergigi di ujung atas. Oleh
karena itu arsitektur daun teratur dalam beberapa lapisan dalam ruang tiga dimensi setebal
sekitar 5 m dari atas ke bawah. Susunan ini menyebabkan tanaman dapat menangkap sinar
matahari dengan sangat efektif.
d. Bunga
Bunga pada pohon aren terdiri atas bunga jantan dan bunga betina. Bunga yang muncul
pertama kali adalah bunga betina. Bunga betina tersusun atas untaian-untaian bunga, berbentuk
butiran-butiran kecil(bulat) berwarna hiau. Bunga jantan mulai tumbuh di bawah bunga betina
dan berbentuk bulat panjang seperti peluru dengan panjang 1,2-1,5 cm berwarna ungu. Bunga
jantan setelah dewasa kulitnya pecah dan kelihatan banyak benang sari berwarna kuning
(Sunanto, 1993).
e. Buah
Buah aren dapat terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaraan
angin dan serangga. Buah yang telah terbentuk memiliki bentuk bulat panjang dengan ujung
melengkung ke dalam memiliki diameter 3-5 cm, di dalamnya berisi 3 buah, masing-masing
berbentuk seperti satu siung bawang putih. Di dalam buah aren terdapat biji yang berbentuk
bulat dan apabila sudah matang akan berwarna hitam (Sunanto, 1993).
11
2.2. Produktivitas Tanaman Palma Utama
2.2.1. Kelapa
Perkiraan produksi buah pada kelapa varietas dalam biasanya menghasilkan rata-rata
2,3 ton kopra/ha/tahun pada umur 12-25 tahun, sedangkan untuk kelapa hibrida pada umur 10-
25 tahun mampu menghasilkan rata-rata 3,9 ton/ha/tahun (Setyamidjaja, 1984). Kelapa jenis
genjah dapat menghasilkan 9.000-11.000 butir per hektar per tahun atau setara dengan 1,5 – 2
ton kopra. Kelapa jenis dalam dapat menghasilkan buah 4.000-5.000 butir per hektar per tahun
atau setara dengan 1- 1,25 ton kopra (Warisno, 2003).
12
Di seluruh dunia, pertanian skala kecil atau perkebunan rakyat biasanya menghasilkan
antara 0,5 - 1 ton kopra / ha / tahun. Di Malaysia, hasil perkebunan tahunan rata-rata sekitar 1,5
ton kopra, tetapi potensi hasil sekitar 3,5 ton / ha. Di Indonesia, perkebunan yang dikelola
dengan baik dari varietas tinggi terpilih menghasilkan 3,5-4,5 t kopra / ha / tahun. Sementara di
Filipina, kelapa sawit yang direhabilitasi di pertanian kecil dengan tiga tahun pemupukan pupuk
mineral anorganik mencapai hasil tahunan 2,8 kopra / ha atau 83 kacang / pohon / tahun dari
hasil awal 35 kacang / pohon. Potensi hasil 6-9 ton kopra telah diperoleh di Pantai Gading
(Afrika Barat) dan Filipina dengan aplikasi nutrisi dan pupuk yang optimal, dalam tahun-tahun
curah hujan bulanan yang sangat memadai dan terdistribusi dengan baik (Ohler, J.G. 2001).
2.2.3. Aren
Produksi gula dari tanaman aren ini didasarkan pada rata-rata produksi nira aren sebesar
15 liter per pohon per hari. Bahkan kemampuan produksi gula aren dapat lebih tinggi. Telah
dilaporkan bahwa produksi nira aren bervariasi dari 5 hingga 50 liter per pohon per hari. Smits
(1996) melaporkan bahwa salah satu pohon yang disadap mempunyai produksi rata-rata 30 liter
per hari selama 5 bunga berturut-turut dengan total produksi nira sebanyak 20 000 liter untuk
jangka waktu tiga tahun. Jika jumlah ini diterapkan untuk estimasi produksi tanaman seperti di
atas maka kapasitas produksi gula aren dapat mencapai 50 ton gula per ha per tahun.
2.3. Klorofil
Klorofil adalah pigmen utama yang terdapat di daun dan berfungsi menyerap cahaya
dan mengubahnya menjadi energi kimia yang dibutuhkan dalam mereduksi karbondioksida
menjadi karbohidrat saat proses fotosintesis. Klorofil mengandung satu inti porfirin dengan satu
atom Mg yang terikat kuat ditengah, dan rantai hidrokarbon panjang yang tergabung melalui
gugus asam karboksilat.
13
Di dalam tumbuhan sekurang-kurangnya terdapat lima jenis klorofil, struktur dasarnya
sama tetapi memiliki rantai samping yang berbeda-beda. Klorofil a dan klorofil b terdapat pada
tumbuhan tingkat tinggi sedangkan klorofil c, d, dan hanya ditemukan pada alga (Gambar 4)
(Dansereau, 1957).
Klorofil berperan untuk menarik electron dari cahaya matahari agar dapat terjadi reaksi
fotosintesis Klorofil itu bertindak sebagai pengabsorpsi energi dari sinar matahari, sehingga
klorofil dapat menjadi molekul yang berenergi tinggi, yang dapat melepaskan electron dari
molekul air dan proton dari oksigen (Ai dan Banyo, 2011).
Molekul-moekul klorofil adalah bagian aktif yang menyerap cahaya matahari dalam
bentuk energi foton yang digunakan oleh elektron-elektron untuk bertransisi ke tingkat yang
lebih tinggi (bereksitasi). Semakin banyak cahaya yang diserap maka semakin banyak aliran
elektron (Gambar 5) (Day dan Underwood, 2002). Pada spektrum absorbansi klorofil untuk
garis putus-putus menunjukan untuk klorofil b sedangkan untuk garis yang bersambung
menunjukan untuk klorofil a (Gambar 5).
14
Gambar 5 . spektrum absorpsi klorofil (Day dan underwood, 2002).
Pigmen klorofil terdapat pada kloroplas (Santoso, 2004). Kloroplas terdiri dari
membran ganda yang melingkupi ruangan yang berisi cairan yang disebut stroma. Stroma
membentuk suatu sistem membran tilakoid yang berwujud kantung tilakoid. Kantung-kantung
tilakoid tersebut dapat berlapis-lapis disebut grana Klorofil terdapat pada membran tilakoid
dan pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid, sedang
pembentukan glukosa sebagai produk akhir fotosintetis berlangsung di stroma (Gambar 6). Di
dalam kloroplas ditemukan DNA, RNA, ribosom, dan berbagai enzim. Semua molekul ini
sebagian besar terdapat di stroma, tempat berlangsungnya transkripsi dan translasi (Lehninger,
1982).
15
2.4. Fotosintesis
2.4.1. Pengertian
16
tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi. Di
dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-pusat
reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau
fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang
menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700
nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis.
2. Reaksi thermokimia = reaksi gelap = fiksasi CO2
Tahap II adalah proses-proses yang tidak bergantung langsung pada keberadaan cahaya.
Proses-proses atau reaksi-reaksi pada tahap ini disebut reaksi gelap. Reaksi-reaksi gelap terjadi
pada bagian matriks stroma kloroplas. Pada bagian ini, terdapat seluruh perangkat untuk reaksi-
reaksi penyusunan zat gula. Reaksi tersebut memanfaatkan zat berenergi tinggi yang dihasilkan
pada reaksi terang yaitu ATP dan NADPH. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah
siklus Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian
menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada
tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya). Reaksi
penyusunan ini tidak lagi bergantung langsung pada keberadaan cahaya, walaupun prosesnya
berlangsung bersamaan dengan proses-proses reaksi cahaya. Karena itulah, reaksi-reaksi pada
tahap ini disebut reaksi gelap. Reaksi tersebut dapat terjadi karena adanya enzim-enzim
fotosintesis. Sesuai dengan nama penemunya yaitu Benson dan Calvin, maka daur reaksi
penyusunan zat gula ini disebut daur Benson – Calvin. Hasil awal fotosintesis adalah berupa zat
gula sederhana yang disebut glukosa (C6H12O6). Selanjutnya, sebagian akan diubah menjadi
amilum (zat tepung / pati) yang ditimbun di daun, atau organ-organ penimbunan yang lain
(Gambar 7).
17
Gambar 7. Siklus Cavin (Google image)
2.5. Ekstraksi
Ekstrakksi adalah suatu proses pemisahan komponen yang ingin diambil dari penyusun-
penyusun lain dalam suatu campuran berdasarkan perbedaan kelarutan suatu komponen tersebut
terhadap pelarut yang digunakan. Pelarut yang tingkat kepolarannya rendah (non polar)
contohnya heksana, petroleum eter dan kloroform. Pelarut yang lebih polar contohnya adalah
alcohol dan etil asetat (Harbone,1973). Pemisahan pelarut berdasarkan prinsip “Like dissolved
like” ang berarti suatu senyawa polar akan larut dalam pelarut yang polar dan senyawa non
polar akan larut dalam senyawa non polar (Standard operating procedures,1994). Pelarut-
pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus inert atau tidak dapat bereaksi dengan komponen-
komponen yang akan diisolasi, selektif yaitu hanya mengisolasi atau melarutkan zat-zat yang
diinginkan, mempunyai titik didih rendah sehingga mudah diuapkan pada temperature ang
rendah (Harbone, 1973).
2.6. Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer UV-Vis adalah instrument optik yang digunakan untuk pengukuran
didaerah ultraviolet dan didaerah tampak. semua metode spektrofotometri berdasarkan pada
serapan sinar oleh senyawa yang ditentukan, sinar yang digunakan adalah sinar yang
monokromatis (Day dan Underwood, 2002).
18
Menurut Rohman (2007), komponen-komponen spektrofotometri UV-Vis meliputi
(Gambar 8):
Sumber sinar spektrofotometer UV-Vis adalah lampu deuterium atau lampu hidrogen
untuk pengukuran UV dan lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel.
Optik-optik; dirancang untuk memecah sumber sinar sehingga sumber sinar melewati 2
kompartemen, dan seperti dalam spektrofotometer berkas ganda (double beam), suatu
larutan blanko dapat digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi
pembacaan atau spektrum sampel. Yang sering digunakan sebagai blanko dalam
spektrofotometer UV-Vis adalah semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan
sampel atau pereaksi.
19
2.7. Analisis Kandungan Klorofil Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
Menurut Porra, et al (1989), Absorbansi yang telah dibaca pada panjang gelombang 665
nm dan 652 nm dimasukkan ke dalam rumus:
[Ch a] = 16,29 𝐴665 – 8,54 𝐴652
[Ch b] = 30,66 𝐴652 – 13,58 𝐴665
Dari rumus tersebut didapatkan konsentrasi klorofil yang ada pada daun aren, kelapa, dan kelapa
sawit.
20
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Agustus sampai September
2018 di laboratorium Biokimia dan Pangan Program Studi Kimia dan di Laboratorium
Mikrobiologi Program Studi farmasi FMIPA UNSRAT Manado.
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, neraca analitik, alat
sentrifugasi, lumping dan alu, lemari pendingin, cool box, aluminium foil, gunting, one hole
punch dengan diameter 4,2 mm, alat pengukur panjang, dan spektrofotometer UV-Vis
(Shimadzu UV-Vis 1800).
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel anak daun kelapa, kelapa
sawit dan aren. Sampel anak daun kelapa dan kelapa sawit diambil di perkebunan Hamparan
Mapalus, Kecamatan Minahasa Utara, Kelurahan Paniki, Provinsi Sulawesi Utara sedangkan
anak daun aren di ambil di kota Tomohon Kecamatan Minahasa Provinsi Sulawesi Utara.
Metanol PA (Merck), tissue, akuades, label, dan kantong plastik untuk menyimpan sampel.
21
sampel diusahakan mencapai 0,1 gram atau setara dengan 18-24 lingkaran pada sampel daun
kelapa, 26-28 lingkaran pada sampel daun kelapa, dan 14-16 lingkaran pada sampel daun aren
tergantung masing-masing berat sampel tersebut. Selanjutnya sampel segera diberi label dan
diletakkan dalam kantung plastik, kemudian sampel tersebut dimasukkan ke dalam lemari
pendingin (± 4-10 °C).
Lingkaran yang dibentuk oleh one hole punch, dihitung luasnya dengan menggunakan
rumus luas lingkaran, yaitu:
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝜋 𝑟 2
dimana: 𝜋 = 3,14
𝑟 = 𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎
Kiri
Atas
Pangkal
Tengah
Kanan
Tiap bagian Anak Daun dibagi :
Atas
Tengah
Bawah
22
3.3.2. Ekstraksi sampel dan karakterisasi Absorbansi Klorofil (Porra et al., 1989):
Sampel yang dianalisis diekstrak terlebih dahulu menggunakan metanol. Sebanyak 0,1
gram sampel dan 2 mL metanol dimasukkan ke dalam wadah lumpang, kemudian dihaluskan
dengan cara digerus menggunakan alu. Lalu sampel yang telah digerus dimasukkan ke dalam
gelas ukur. Setelah itu, lumpang dan alu yang telah digunakan untuk menghaluskan sampel,
dibilas dengan 1,5 mL metanol sebanyak tiga kali. Tujuannya untuk melarutkan sisa-sisa sampel
yang masih tertinggal.
Pelarut yang digunakan untuk membilas sisa-sisa sampel yang terdapat pada lumpang
dan alu tersebut, dimasukkan bersama-sama dengan sampel yang telah dihaluskan dengan
pelarut tadi ke dalam gelas ukur, dan ditambah metanol hingga mencapai volume 8 mL. Ekstrak
tersebut dimasukkan ke dalam tabung centrifuge dan disentrifugasi selama 25 menit dengan
kecepatan 1000 rpm. Setelah didapatkan filtrat, maka filtrat diambil sebanyak 1 mL dan
dilarutkan ke dalam 4 mL metanol dan dibaca absorbansinya dengan alat spektrofotometer UV-
Vis (Shimadzu UV-Vis 1800) pada panjang gelombang 665 (Klorofil a) nm dan 652 nm
(Klorofil b).
3.3.4.1 Analisis Konsentrasi Klorofil Menggunakan Rumus Menurut Porra et al., (1989):
Panjang gelompang yang ditunjukan untuk klorofil a dan klorofil b pada masing-masing
pelarut menunjukan hasil yang berbeda-beda. Absorbansi yang telah dibaca pada panjang
gelombang 665 nm dan 652 nm menggunakan pelarut methanol dimasukkan ke dalam rumus:
Dari rumus tersebut didapatkan konsentrasi klorofil yang ada pada daun aren, kelapa, dan kelapa
sawit kemudian dihitung menggunakan persamaan luas area.
23
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Massa sampel anak daun kelapa, kelapa sawit dan aren yang ditimbang masing-masing
memiliki jumlah potongan-potongan yang berbeda-beda, 18-24 potongan pada sampel anak
daun kelapa sawit, 26-28 potongan pada sampel anak daun kelapa, dan 14-16 potongan pada
sampel anak daun aren. Pada setiap bagian anak daun harus mencapai 0,1 gram. Tergantung
berat dari setiap bagian anak daun.
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa massa sampel pada posisi pangkal anak daun pada
daun memiliki nilai yang besar, kemudian posisi tengah anak daun pada daun yang memiliki
rata-rata yang lebih besar dibandingkan bagian atas anak daun yang memiliki nilai rata-rata
massa yang paling kecil. Hal ini karena bagian pangkal memiliki ketebalan daun yang paling
tebal, sedangkan bagian tengah anak daun memiliki ketebalan yang lebih tebal dibandingkan
dengan bagian ujung yang tingkat ketebalan daunnya paling kecil untuk tiap-tiap posisi pada
anak daun dari kelapa, kelapa sawit dan aren.
Pada posisi anak daun bagian atas dari tandan daun memiliki massa yang lebih kecil
dibandingkan dengan posisi daun bagian tengah dan bawah dari tandan daun kelapa,
sedangkan untuk tandan daun kelapa sawit pada bagian pangkal dan tengah memiliki nilai
yang hampir sama besar, dan pada bagian tandan daun bagian atas memiliki nilai yang lebih
kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa posisi daun bagian atas dan ujung daun aren yang
kemungkinan mendapatkan cahaya matahari yang lebih tinggi, ternyata memiliki tingkat
ketebalan yang lebih kecil dibandingkan dengan bagian daun yang posisinya dekat dengan
batang pohon aren yang memiliki kemungkinan mendapatkan intensitas cahaya yang rendah
(teduh).
Tabel 1. Massa Daun Kelapa, Kelapa Sawit dan Aren Per Keping Sampel (mg)
25
Tengah 5.12 5.38 5.25 5.61 4.96 5.28
Atas 4.83 4.77 4.80 4.35 4.28 4.31
5.30 5.10 5.20
Bawah 5.29 4.99 5.14 4.73 5.17 4.95
Atas Tengah 4.82 4.37 4.59 4.11 4.48 4.29
Atas 3.99 4.25 4.12 4.14 4.04 4.09
4.62 4.44 5.00
Kelapa 5.07 4.93 5.00
Bawah 3.93 3.92 3.92 3.93 3.79 3.86
Pangkal Tengah 3.79 3.66 3.73 3.66 3.92 3.79
Atas 3.78 3.79 3.78 3.80 3.66 3.73
3.81 3.79 3.80
Bawah 3.66 3.95 3.80 3.79 3.94 3.87
Kelapa sawit Tengah Tengah 3.79 3.80 3.80 3.66 3.95 3.80
Atas 3.65 3.93 3.79 3.93 3.66 3.80
3.80 3.82 3.81
Bawah 3.79 3.94 3.87 3.79 3.79 3.79
Atas Tengah 3.65 3.80 3.72 3.66 3.77 3.72
Atas 3.91 3.79 3.85 3.90 3.91 3.91
3.81 3.81 3.81
Kelapa sawit 3.81 3.81 3.81
Bawah 7.73 7.47 7.60 6.88 7.31 7.10
Aren Tengah Tengah 7.10 6.09 6.59 6.43 7.32 6.87
Atas 7.11 6.44 6.78 7.27 6.49 6.88
Aren 6.99 6.95 6.97
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Afa dan Sudarsono (2014), daun yang
lebih sering terkena cahaya matahari memiliki ketebalan daun yang lebih tipis dibandingkan
dengan daun yang jarang kontak dengan cahaya matahari. Jika dihubungkan dengan data pada
tabel 1 bahwa Posisi pangkal lebih sering terkena cahaya matahati dibandingkan dengan posisi
tengah dan atas.
Pada table 1. Dapat dilihat bahwa berat rata-rata pada setiap jenis tanaman palmae
berbeda-beda di mana daun aren lebih berat dengan nilai rata-rata 6.97 mg/keeping kemudian
diikuti oleh kelapa dengan nilai rata-rata 5.00 mg/keping dan yang memiliki berat terendah
adalah kelapa sawit dengan nilai rata-rata 3.81 mg/keping. Jika dilihat berat rata-rata pada setiap
posisi anak daun kelapa, posisi pangkal memiliki berat rata-rata tertinggi dengan nilai 5.27
mg/keping kemudian diikuti oleh posisi tengah dengan nilai rata-rata 5.20 mg/keping dan yang
terendah pada posisi bawah dengan nilai rata-rata 5.00 mg/keping sedangkan untuk kelapa sawit
malah sebaliknya di mana anak daun pada posisi tengah dan atas lebih berat dibandingkan pada
26
posisi pangkal dengan nilai rata-rata 3.80 mg/keping dan anak daun pada posisi tengah dan atas
memiliki berat yang sama dengan nilai rata-rata 3.81 mg/keping. Selanjutnya jika dibandingkan
antara ketiga jenis tanaman palmae anak daun pada posisi tengah daun aren lebih berat
dibandingkan anak daun pada posisi tengah daun kelapa dan kelapa sawit dengan nilai rata-rata
6.97 mg/keping. Dan untuk setiap berat bagian anak daun kelapa bagian bawah pada posisi
tengah lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian bawah pada posisi pangkal dan atas dengan
nilai rata-rata 5.71 mg/keping daun selanjutnya diikuti oleh bagian bawah pada posisi pangkal
dan yang memiliki berat terendah yaitu pada anak daun bagian bawah posisi bawah anak daun
pada daun dengan nilai rata-rata 4.95 mg/keping. Untuk bagian tengah anak daun, anak daun
bagian tengah pada posisi pangkal daun kelapa lebih berat jika dibandingkan dengan bagian
tengah pada posisi tengah dan atas dengan nilai rata-rata 5.31 mg/keping dan bagian atas pada
posisi pangkal juga lebih berat jika dibandingkan dengan bagian atas anak daun pada posisi
tengah dan atas dengan nilai rata-rata 4.73 mg/keping. Untuk bagian daun dari anak daun kelapa
sawit, bagian bawah pada posisi pangkal lebih berat jika dibandingkan dengan bagian bawah
anak daun pada posisi tengah dan atas daun dan untuk bagian tengah anak daun pada posisi
tengah daun lebih berat jika dibandingkan dengan bagian tengah pada posisi pangkal dan atas
daun dan selanjutnya pada bagian atas anak daun pada posisi atas daun memiliki massa yang
lebih berat jika dibandingkan dengan bagian atas anak daun pada posisi pangkal dan tengah
daun. Untuk daun aren bagian tengah, bawah, maupun atas anak daun pada posisi tengah daun
memiliki massa yang lebih berat jika dibandingkan dengah setiap bagian anak daun pada posisi
tengah dari daun kelapa dan kelapa sawit dengan nilai rata-rata dari yang paling berat pada
bagian bawah 7.10 mg/keping, selanjutnya diikuti oleh bagian atas dan yang terendah pada
bagian tengah. Jadi, dapat disimpulkan dari data diatas terlihat bahwa daun aren mempunyai
ketebalan yang tertinggi yaitu rata rata 6.97 mg/keping, sedangkan kelapa adalah 5.00
mg/keping dan kelapa sawit 3.81 mg/keping dan berat kepingan daun dari anak daun kelapa,
kelapa sawit dan aren cenderung menurun dari bagian bawah ke bagian tengah dan atas.
Selanjutnya berat daun pada posisi pangkal dari daun kelapa lebih tinggi (5.27) dari bagian
tengah (5.20) dan bagian ujung (5.00) mg/keping. Bagian ujung mempunyai berat yang terendah
dan berat daun pada sisi kiri anak daun kelapa dan aren lebih tinggi dari pada sisi kanan anak
daun, kecuali pada daun kelapa sawit yang mempunyai berat sama baik pada sisi kiri maupun
kanan anak daun.
27
Tebal daun yang lebih besar biasanya dikaitkan dengan tingkat asimilasi karbon daun
yang lebih besar. Ketebalan daun dan luas daun mencerminkan pertukaran antara potensi
fotosintesis per satuan luas daun dan intersepsi cahaya per daun. Dengan demikian, variasi
ketebalan daun yang berpengaruh terdahap berat per keping daun dari berbagai jenis tanaman
palmae di atas dapat memiliki pengaruh besar pada pertumbuhan tanaman dan produktivitas.
Tebal daun awal terjadi selama perkembangan awal, menyusul fase penebalan cepat, ketebalan
daun sangat ditentukan oleh struktur anatomi daun (Maksymowych, 1973). Daun yang memiliki
tebal yang lebih besar biasanya dikaitkan dengan tingkat asimilasi karbon daun yang lebih besar
(Mehltreter, 2010). Jadi, ketebalan daun berpengaruh terhadap berat daun di mana jika dilihat
pada tabel di atas bahwa perbedaan pada setiap berat dari berbagai posisi anak daun maupun
bagian dari anak daun berhubungan dengan tingkat asimilasi karbon di mana pada setiap posisi
anak daun pada daun maupun bagian anak memiliki tingkat asimilasi karbon yang berbeda-
beda.
Perbedaan ketebalan daun pada berbagai jenis tanaman palmae juga berhubungan
dengan intensitas cahaya matahari karena daun yang terpapar sinar matahari memiliki lapisan
palisade menjadi lebih pendek. Daun melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya sehingga
jaringan palisade yang memendek membuat daun tersebut memiliki kandungan klorofil yang
cukup untuk melakukan fotosintesis. Kondisi demikian sangat menguntungkan tanaman karena
klorofil yang terkandung pada daun akan lebih terorientasi pada bidang permukaan daun
sehingga penangkapan cahaya matahari lebih efisien. Sedangkan pada daun yang kurang
terpapar sinar matahari akan melakukan penyesuaian diri karena memiliki jaringan palisade
yang melebar agar kandungan klorofil cukup untuk melakukan fotosintesis (Sopandie et al.,
2006).
4.2. Panjang Gelombang Klorofil a dan Klorofil b
28
gelombang 665 nm, sedangkan untuk klrofil b, puncak tertinggi berada pada panjang
gelombang 652 nm untuk pelarut methanol.
Dari data yang di peroleh oleh Kamagi, L (2014), jika klorofil a dan klorofil b masing-
masing ditambahkan sebanyak 2 ml larutan klorofil a dan 2 ml larutan klorofil b maka akan
didapatkan hasil scanning panjang gelombang seperti pada Gambar 5 dan memiliki puncak pada
665 nm. Hal ini membuktikan pembacaan absorbansi yang telah dilakukan dibaca pada panjang
gelombang tersebut sesuai dengan hasil scanning panjang gelombang pada larutan standar
seperti pada Gambar 5.
3,666
3,000
Klorofil
a
2,000 Klorofil
a+b
Abs.
Klorofil
1,000 b
0,000
-0,332
400,00 500,00 600,00 700,00 800,00
nm.
Gambar 10. Spektra dari hasil scanning larutan standar klorofil a, klorofil b dan klorofil a+b
(Kamagi, L. 2014).
Menurut Salisbury dan Ross (1992), klorofil a menyerap cahaya tertinggi pada panjang
gelombang di sekitar 420 nm dan 660 nm,sedangkan klorofil b menyerap cahaya tertinggi pada
panjang gelombang di sekitar 440 nm dan 640-650 nm. Berdasarkan kisaran panjang gelombang
pada klorofil a dan klorofil b, photosynthetically active radiation/ PAR dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu panjang gelombang aktivitas tinggi ( 400 – 500 nm) kelompok cahaya biru,
dan panjang gelombang aktif rendah (600-700 nm) kelompok cahaya merah (respon fitokrom).
Cahaya merah (respon fitokrom) aktif untuk induksi fotoperiodisitas
pembungaan,perkembangan kloroplas (sintesis klorofil), dan abisisi daun. Oleh sebab itu
29
kandungan klorofil pada daun dibaca absorbansinya pada daerah panjang gelombang aktif
rendah (600-700 nm).
Secara kimia, fitokrom terdiri dari satu molekul bilin yang terdiri dari 4 cincin pirol
kromofor, dan terikat pada bagian protein. Kromofor fitokrom adalah fitokromobilin. Klorofil
adalah molekul yang memiliki satu atom logam di tengah ikatan tetrapirol, sehingga struktur
klorofil dibaca pada panjang gelombang sekitar 600-700 nm (Mauseth, 2003).
30
Dari kedua gambar di atas, dapat dilihat bahwa struktur antara fitokromobilin memiliki
kesamaan dengan klorofil, yaitu adanya ikatan tetrapirol. Fitokromobilin adalah kromofor
fitokrom yang slah satunya berfungsi untuk sintesis klorofil (Salisbury dan Ross, 1992).
Pada hasil analisis daun kelapa, kelapa sawit dan aren yang telah dilakukan, didapatkan
data hasil scanning pada daun aren seperti Gambar 8. Dari gambar tersebut, tampak bahwa hasil
scanning larutan standar klorofil a + b memiliki pola yang sama dengan hasil scanning anak
daun kelapa, kelapa sawit, dan aren yang terdapat di bagian pangkal, tengah, dan atas di posisi
kiri dan kanan pada daun.
Pada posisi yang lainnya, scanning panjang gelombang daun kelapa, kelapa sawit, dan
aren memiliki pola yang sama, namun diambil beberapa bagian saja untuk mewakili hasil
scanning panjang gelombang pada daun aren yang terdapat pada Gambar 8. Hal ini
membuktikan bahwa sampel yang diamati adalah sampel yang mengandung klorofil a dan
klorofil b, karena klorofil a dan klorofil b terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi seperti pada
daun pohon kelapa, kelapa sawit, dan aren. Tumbuhan tingkat tinggi adalah tumbuhan yang
memiliki batang, akar, dan daun sejati, seperti tumbuhan yang tergolong spermatophyta (
tumbuhan berbiji) dan tanaman aren termasuk pada golongan spermatophyta (Danserau,1957).
31
Gambar 13. Spektra dari hasil scanning dari ekstrak daun kelapa pada posisi bawah daun aren.
Keterangan hasil scanning :
1. Anak daun aren bagian pangkal dari posisi atas daun bagian kanan
2. Anak daun aren bagian tengah dari posisi tengah daun bagian kanan
3. Anak daun aren bagian bawah dari posisi bawah daun bagian kanan
Hasil scanning pada gambar di atas juga membuktikan bahwa larutan ekstrak daun kelapa
memiliki kandungan klorofil, karena hasil scanning pada larutan standar klorofil a + b
memperlihatkan pola yang sama dan antara bagian yang satu dengan yang lainnya juga memiliki
pola yang sama pada peak nomor 1-3.
4.3. Konsentrasi Klorofil yang Dihitung dengan Rumus Menurut Porra et al : 1989
Pada perhitungan untuk mencari kandungan klorofil pada daun aren, dilakukan dengan
metode perhitungan yaitu perhitungan dengan menggunakan persamaan rumus menurut Porra
et al : 1989. Perhitungan kandungan klorofil yang dibahas merupakan perhitungan kandungan
klorofil pada konsentrasi ekstrak daun yang telah diencerkan, yaitu 2.500 µg/mL dengan cara
memasukkan 1 mL ekstrak yang memiliki konsentrasi 12.500 µg/mL ke dalam gelas ukur
kemudian ditambahkan dengan 4 mL methanol (Lampiran 3). Berikut merupakan perhitungan
konsentrasi klorofil :
1. Klorofil a
2. Klorofil b
32
Diketahui ekstrak daun aren dengan konsentrasi 2500 µg/ml dengan nilai absorbansi
pada λ = 665 adalah 0,413 dan λ = 652 adalah 0,227. Nilai konsentrasi klorofil yang diperoleh
menurut Porra et al : 1989 adalah :
[Ch b] = 30,66 A652,0 – 13,58 A665
Dari cara perhitungan diatas, untuk klorofil a maupun klorofil b dapat diketahui jumlah
kandungan konsentrasi klorofil a dan b. Sehingga rumus menurut Porra et al : 1989 juga dapat
dipakai untuk menghitung konsentrasi klorofil a dan klorofil b. Perhitungan di atas didapatkan
dari ekstrak yang telah diencerkan dengan 1 mL ekstrak yang ditambahkan 4 mL metanol.
4.4. Kandungan Klorofil a dan b pada Daun Kelapa, Kelapa Sawit, dan Aren
Pada Tabel 2, yaitu tabel konsentrasi klorofil a dengan satuan µg/mL adalah hasil dari
perhitungan yang menggunakan ekstrak daun kelapa, kelapa sawit, dan aren dengan konsentrasi
12.500 µg/mL (larutan induk). Larutan tersebut dibuat dengan mengekstrak 0,1 gram sampel
daun kelapa, kelapa sawit, dan aren dengan 8 mL metanol (Lampiran 4).
33
Tabel 2. Konsentrasi Klorofil a (µg/mL)
Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989
Salah satu satuan yang juga digunakan untuk menghitung kandungan klorofil a dalam
penelitian ini adalah µmol/m2,dimana konsentrasi klorofil a diubah ke µmol, kemudian dibagi
dengan luas daerah pada daun. Luas daerah pada daun dapat dihitung dengan terlebih dahulu
menghitung luas lingkaran dari sampel daun aren yang telah dipotong-potong menggunakan
one hole punch sehingga membentuk lingkaran, setelah didapatkan luas lingkaran maka
34
penyebaran konsentrasi klorofil per satuan luas dapat dihitung dengan rumus (Lampiran 5).
Hasil yang didapatkan dari perhitungan menggunakan satuan ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Klorofil a (µmol/m2)
Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989
Pada gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan nilai kandungan
klorofil a pada berbagai jenis tanaman palmae berdasarkan luas area (µmol/m2) di mana aren
memiliki nilai kandungan klorofil a tertinggi dibandingkan dengan kelapa sawit dan kelapa
35
memiliki nilai kandungan klorofil a terendah. Dari data statistik (Lampiran 6) di dapatkan
bahwa nilai kandungan klorofil a antara ketiga jenis tanaman palmae (kelapa, kelapa sawit dan
aren) berbeda signifikan.
Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa kandungan klorofil a berdasarkan luas area
(µmol/m2) memiliki perbedaan satu sama lain. Di mana kandungan klorofil a pada posisi tengah
anak daun pada daun aren memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan posisi
tengah anak daun pada daun kelapa dan kelapa sawit sedangkan yang memiliki nilai kandungan
klorofil a terendah adalah posisi anak daun pada daun kelapa. Dari data statisitik (Lampiran 6)
menunjukan bahwa posisi anak daun pada daun kelapa antara pangkal dan tengah tidak
siginifikan sedangkan antara pangkal tengah dan atas berbeda siginifikan, untuk posisi anak
daun pada daun kelapa sawit posisi pangkal dan atas tidak signifikan sedangkan untuk posisi
antara pangkal atas dan tengah berbeda siginifikan.
0.00
Pangkal Tengah Atas
36
Gambar 15. Kandungan klorofil a pada posisi anak daun pada daun berbagai jenis tanaman
pelmae
Pada gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa nilai kandungan klorofil a (µmol/m2)
tertinggi pada beberapa bagian anak daun di miliki oleh bagian anak daun aren kemudian di
ikuti oleh bagian dari anak daun kelapa sawit dan yang terendah adalah bagian dari anak daun
aren dengan demikian dari data statistik (Lampiran 6) memunjukan bahwa Bagian dari anak
daun pada daun kelapa antara bawah dan tengah atas berbeda signifikan sedangkan antara
bagian tengah dan atas dari anak daun tidak siginifikan dan untuk bagian dari anak daun kelapa
sawit ketiganya berbeda signifikan selanjutnya untuk bagian dari anak daun aren ketiganya tidak
signifikan.
1200.00
976.99
1000.00 890.20
797.86 792.82 Kelapa
749.16
800.00 658.74 Kelapa Sawit
600.00 Aren
400.00
200.00
0.00
Bawah Tengah Atas
Gambar 16. Kandungan klorofil a pada bagian dari anak daun berbagai jenis tanaman pelmae
Pada gambar di bawah dapat dilihat bahwa nilai kandungan klorofil a berdasarkan luas
area (µmol/m2) pada posisi kanan dan kiri anak daun pada daun di mana posisi kiri daun aren
dan posisi kanan daun aren memiliki perbedaan. Posisi kanan daun kelapa dan kelapa sawit
(tiap-tiap anak daun pada tandan daun) memiliki nilai kandungan klorofil yang lebih banyak
dibandingkan dengan posisi kiri daun kelapa dan kelapa sawit. Sedangkan pada posisi kanan
daun aren (tiap-tiap anak daun pada tandan daun) memiliki nilai kandungan klorofil yang lebih
sedikit dibandingkan dengan posisi kiri daun aren sedangkan dari data statistik (Lampiran 6)
menunjukan bahwa posisi kanan dan kiri anak daun pada daun kelapa, kelapa sawit, dan aren
tidak signifikan.
37
Posisi Kanan dan Kiri Anak Daun pada Daun
1600.00 1488.44
1363.67
Gambar 17. Kandungan klorofil a pada posisi kanan dan kiri anak daun pada daun berbagai
jenis tanaman palmae
Menurut Kramer and Boyer (1995), bahwa ciri-ciri tanaman akan memberikan
informasi maksimum pada pertumbuhan dan strategi pemanfaatan sumber daya tumbuhan.
Salah satu ciri tersebut adalah luas daun spesifik (Specific Leaf Area), SLA terbukti terkait
dengan lajut pertumbuhan relatif dan penggunaan sumber daya. Variasi SLA tergantung pada
perubahan daun dan kepadatan jaringan (anatomi) atau kadar air daun (Leaf Water Content).
Dari data penelitian yang di dapat jika di kaitkan dengan teori di atas bahwa laju
pertumbuhan relatif dan penggunaan sumber daya daun aren jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan daun kelapa sawit dan daun kelapa di mana daun aren memiliki nilai konsentrasi klorofil
a berdasarkan luas area daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa sawit dan kelapa.
Kedua tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata kandungan klorofil a pada anak daun
kelapa dan kelapa sawit lebih banyak di posisi kanan pada daun dibandingkan posisi kiri
sedangkan kandungan klorofil a untuk anak daun aren lebih banyak di posisi kiri dibandingkan
posisi kanan pada daun. Berdasarkan data – data pada Tabel 2 dan 3 terlihat bahwa kandungan
klorofil pada anak daun kelapa, kelapa sawit, dan aren di posisi kiri dan posisi kanan daun
memiliki perbedaan. Terlihat bahwa kandungan klorofil anak daun pada posisi kiri daun aren
terlihat lebih banyak dibandingkan dengan kandungan klorofil anak daun pada posisi kanan
daun aren dan untuk kelapa dan kelapa sawit menunjukan hasil sebaliknya.
Pada bagian bawah dari anak daun pada tandan daun, memiliki nilai kandungan
klorofil a yang lebih tinggi, kemudian diikuti bagian tengah dari anak daun pada tandan daun
38
di mana nilai konsentrasi klorofil a bagian tengah dari anak daun pada tandan daun yang di
tunjukan pada ketiga tabel di atas bahwa nilai kandungan klorofil a pada daun kelapa sawit lebih
tinggi selanjutnya di ikuti oleh daun aren dan nilai kandungan klorofil a paling kecil terdapat
pada daun kelapa, sedangkan pada anak daun bagian atas pada tandan daun kelapa dan kelapa
sawit terlihat bahwa pada bagian tersebut memiliki nilai kandungan klorofil a yang lebih kecil
dibandingkan pada bagian yang lainnya.
Hal ini berarti letak anak daun pada posisi kiri dan kanan pada tandan daun serta bagian
(bawah, tengah, dan atas) dari anak daun pada tandan daun berhubungan dengan variasi nilai
kandungan klorofil. Kandungan klorofil yang berbeda-beda pada posisi kiri dan kanan anak
daun pada tandan daun dan posisi masing-masing anak daun pada bagian (bawah, tengah, dan
atas) pada tandan daun dapat dipengaruhi juga karena pada bagian atas dari anak daun memiliki
massa yang lebih kecil untuk kelapa dan kelapa sawit sedangkan pada bagian bawah dari anak
daun aren memiliki massa yang paling besar saat ditimbang. Dari data yang di dapat oleh
Kamagi, L; 2018, bahwa nilai kandungan klorofil a pada anak daun aren bagian atas memiliki
nilai kandungan klorofil a yang lebih besar sedangkan posisi anak daun bagian bawah memiliki
nilai kandungan klorofil yang lebih kecil. Dapat di lihat bahwa terdapat perbedaan antara data
yang di dapatkan dengan data dari Kamagi, L;2018. Hal ini mungkin di pengaruhi pada saat
preparasi sampel ataupun pada saat lama ekstrak di diamkan dalam lemari pendingin untuk di
sentrifugasi.
Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan klorofil
di daun. Oleh sebab itu kontaminasi cahaya matahari dan daun memiliki pengaruh. Posisi anak
daun pada tandan daun kelapa, kelapa sawit dan aren yang panjang memiliki kemungkinan
adanya perbedaan kandungan klorofil pada masing-masing anak daun karena foton yang diserap
dari cahaya matahari tidak merata karena ada bagian anak daun yang berada di posisi yang lebih
teduh. Kebutuhan setiap tanaman terhadap paparan cahaya matahari berbeda-beda tergantung
jenis tanaman dan varietasnya (Novita et al., 2012). Terlihat bahwa posisi yang kemungkinan
lebih banyak terpapar cahaya matahari memiliki kandungan klorofil yang lebih banyak
dibandingkan dengan posisi yang teduh (Kamagi, L. 2018). Dalam penelitian ini untuk sampel
daun kelapa dan kelapa sawit menunjukan hasil yang berbeda di mana kandungan klorofil a
lebih banyak terdapat pada posisi anak daun bagian bawah dan tengah yang kemungkinan lebih
kecil terpapar cahaya matahari di bandingkan posisi anak daun bagian atas. Dari hasil yang
39
berbeda yang di dapatkan kemungkinan terjadinya kesalahan saat preparasi sampel atau
terjadinya penguapan ekstrak yang mengakibatkan terjadinya kenaikan konsentrasi pada saat
sebelum disentrifugasi.
Menurut Salisbury dan Ross (1991), klorofil berasal dari proplastida yaitu plastida
yang belum dewasa, kecil dan hampir tidak berwarna dan sedikit atau tanpa membran dalam.
Proplastida membelah saat embrio berkembang, dan menjadi kloroplas ketika daun dan batang
terbentuk. Pada organ yang terkena cahaya matahari, kloroplas muda akan aktif membelah
sehingga dapat menghasilkan kloroplas-kloroplas baru yang mendukung terjadinya proses
fotosintesis. Apabila intensitas cahaya yang diterima oleh tumbuhan hanya sedikit akan
menyebabkan daun berwarna pucat. Hal ini berkaitan dengan data penelitian, bahwa posisi daun
yang terpapar sinar matahari yang cukup memiliki kandungan klorofil yang lebih banyak
dibandingkan dengan yang kurang mendapatkan sinar matahari.
Pembentukan klorofil terjadi melalui fotoreduksi protoklorofilid menjadi klorofilid a
dan diikuti dengan esterifikasi fitol untuk membentuk klorofil a yang dikatalisis enzim
klorofilase. Perubahan protoklorofilid menjadi klorofilid a pada tumbuhan biji tertutup
(angiospermae) harus menggunakan cahaya. kemudian jenis klorofil yang lainnya akan
disintesis dengan bahan awal dari klorofil a. Oleh sebab itu kandungan klorofil pada daun yang
terkena sinar matahari yang cukup, akan membuat klorofil menjadi lebih banyak, kemungkinan
yang terpapar cahaya matahari lebih banyak adalah pada posisi atas dan ujung sehingga
kandungan klorofilnya lebih banyak, sedangkan posisi tengah dan bawah cenderung lebih
kurang mendapatkan cahaya matahari karena dekat dengan tandan yang melekat pada batang.
(Pandey dan Sinha ,1979 dalam Sumenda et al., 2011). Dalam penelitian ini sendiri khususnya
untuk daun kelapa dan kelapa sawit di ambil pada posisi atas dari tajuk tanaman di mana
kemungkinan penyerapan cahayanya secara merata di mana hasil menunjukan bahwa nilai
kandungan klorofoil pada posisi anak daun pada daun bagian bawah tengah dan atas memiliki
nilai kandungan klorofil a yang tidak jauh berbeda. Selain itu, perubahan klorofil total klorofil
a dan klorofil b dapat dipengaruhi oleh a berbagai tekanan fisiologis, perkembangan daun dan
penuaan, serta terkait langsung dengan tingkat produksi primer (Mustafa, N. et al., 2015).
Namun jika intensitas cahaya matahari terlalu tinggi, maka kandungan klorofil pada
daun akan mengakibatkan kerusakan klorofil. Suhu yang tinggi akibat intensitas penyinaran
40
yang tinggi dapat mengakibatkan degradasi klorofil dan memberi pengaruh terhadap aktivitas
enzim klorofilase dan enzim lipoksidase (Taylor, 1984 dalam Oktaviani, 1987).
4.4.2. Kandungan Klorofil b
Selain klorofil a, peran klorofil b dalam proses fotosintesis khususnya pada tumbuhan
tingkat tinggi seperti tanaman aren, juga diperlukan karena pada tumbuhan angiospermae
seperti daun aren, memiliki kandungan klorofil a dan klorofil b pada bagian daunnya
(Dansereau, 1957). Pada klorofil b, dilakukan perhitungan kandungan klorofil dengan 2 satuan
yaitu µg/mL dan µmol/m2.
4.4.2.1. Kandungan Klorofil b (µg/mL)
Pada Tabel 4, yaitu tabel kandungan klorofil b dengan satuan µg/mL adalah hasil dari
perhitungan yang menggunakan ekstrak daun aren dengan konsentrasi 12.500 µg/mL (larutan
induk). Larutan tersebut dibuat dengan mengekstrak 0,1 gram sampel daun aren dengan 8 mL
metanol.
Tabel 4. Konsentrasi Klorofil b (µg/mL)
41
Atas 9.79 9.91 9.85 9.53 10.95 10.24
11.07 11.57 11.32
Bawah 12.12 12.33 12.23 12.63 12.03 12.33
Atas Tengah 10.52 10.69 10.61 11.39 9.24 10.32
Atas 9.86 9.26 9.56 7.64 7.99 7.82
10.80 10.15 10.48
Kelapa Sawit 11.17 11.28 11.23
Bawah 13.18 9.89 11.54 10.86 9.55 10.21
Aren Tengah Tengah 11.24 10.27 10.76 12.03 10.82 11.43
Atas 10.89 9.66 10.28 10.78 10.17 10.48
10.86 10.70 10.78
Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989
Salah satu satuan yang juga digunakan untuk menghitung kandungan klorofil b dalam
penelitian ini adalah µmol/m2,dimana konsentrasi klorofil b diubah ke µmol, kemudian dibagi
dengan luas daerah pada daun. Luas daerah pada daun dapat dihitung karena sampel daun aren
dipotong-potong menggunakan cetakan yaitu one hole punch yang berbentuk lingkaran. Hasil
yang didapatkan dari perhitungan menggunakan satuan ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan Klorofil b (µmol/m2)
42
Tengah 302.99 253.06 278.03 259.66 314.65 287.15
Atas 243.57 231.08 237.33 298.28 247.15 272.72
276.99 286.26 281.63
Bawah 248.97 319.79 284.38 296.16 307.06 301.61
Tengah Tengah 257.96 277.76 267.86 268.53 294.32 281.42
Atas 222.60 242.66 232.63 233.35 248.97 241.16
261.62 274.73 268.18
Bawah 285.78 301.91 293.85 297.81 283.66 290.73
Atas Tengah 239.19 252.06 245.63 258.98 217.87 238.42
Atas 241.43 218.34 229.89 187.07 195.64 191.36
256.46 240.17 248.31
Kelapa Sawit 265.02 267.06 266.04
Bawah 636.64 449.74 543.19 460.93 434.28 447.60
Aren Tengah Tengah 477.06 384.61 430.83 478.67 492.03 485.35
Atas 462.20 384.37 423.29 490.21 404.66 447.44
465.77 460.13 462.95
Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989
Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa kandungan klorofil b (µmol/m2) memiliki
perbedaan antara ketiga jenis tanaman palmae di mana aren memiliki nilai kandungan klorofil
b tertinggi dibandingkan dengan kelapa sawit sedangkan kelapa memiliki nilai kandungan
klorofil b terendah. Dari data statistic (Lampiran 6) menunjukan bahwa antara ketiga jenis
tanaman palmae (kelapa, kelapa sawit, dan aren) memiliki nilai yang berbeda signifikan.
450.00
400.00
350.00
300.00 266.04
250.00 196.93
Series1
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
Kelapa Kelapa Sawit Aren
Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa kandungan klorofil b (µmol/m2) pada setiap
posisi anak daun pada daun memiliki perbedaan di mana kandungan klorofil b pada aren
43
memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan kelapa sawit dan kelapa dan untuk posisi bawah
anak daun pada daun kelapa dan kelapa sawit memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan
posisi tengah dan bawah anak daun pada daun. Dari data statistik (Lampiran 6) menunjukan
bahwa pada kelapa dan kelapa sawit posisi tengah dan atas anak daun pada daun memiliki nilai
yang non signifikan sedangkan antara posisi pangkal dan tengah anak daun pada daun memiliki
nilai yang berbeda signikan begitupun antara posisi pangkal dan atas anak daun pada daun.
400.00
281.63 268.18
300.00 248.31 Kelapa
211.93 196.22 182.63 Kelapa Sawit
200.00
Aren
100.00
0.00
Pangkal Tengah Atas
Gambar 19. Kandungan klorofil b pada posisi anak daun pada daun berbagai jenis tanaman
pelmae
Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa kandungan klorofil b (µmol/m2) pada setiap
bagian anak daun berbagai jenis tanaman palmae memiliki perbedaan. Setiap bagian dari anak
daun aren memiliki nilai kandungan klorofil b tertinggi kemudian di ikuti oleh kelapa sawit dan
yang terendah adalah kelapa dan pada bagian bawah dari anak daun pada daun kelapa, kelapa
sawit, dan aren memiliki nilai kandungan klorofil b tertinggi dibandingkan dengan bagian
tengah dan yang terendah terdapat pada bagian atas dari anak daun. Dari data statistic (Lampiran
6) menunjukan bahwa antara bagian atas dan tengah memiliki nilai yang berbeda signifikan
begitupun antara bagian atas dan bawah dari anak daun sedangkan antara bagian bawah dan
tengah memiliki nilai yang non signifikan, antara bagian bawah, tengah, dan atas dari anak daun
kelapa sawit memiliki nilai yang berbeda signifikan, dan antara bagian bawah, tengah, dan atas
dari anak daun aren memiliki nilai yang non signifikan.
44
Bagian Dari Anak Daun
600.00
495.40
458.09
Kandungan klorofil b
500.00 435.36
400.00
(µmol/m2)
297.52 Kelapa
266.42
300.00 213.00 234.18
201.93 175.85 Kelapa Sawit
200.00
Aren
100.00
0.00
Bawah Tengah Atas
Gambar 20. Kandungan klorofil a pada bagian dari anak daun berbagai jenis tanaman pelmae
Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa kandungan klorofil b (µmol/m2) pada posisi
kanan dan kiri anak daun pada daun kelapa, kelapa sawit, dan aren memiliki perbedaan di mana
kandungan klorofil b pada posisi anak daun pada daun aren memiliki nilai tertinggi kemudian
diikuti oleh kelapa sawit dan yang terendah adalah kelapa. Pada posisi kanan anak daun pada
daun kelapa dan aren memiliki nilai kandungan klorofil b tertinggi dibandingkan dengan posisi
kiri sedangkan pada posisi kanan anak daun pada daun kelapa sawit memiliki nilai terendah
dibandingkan dengan posisi kiri. Dari data statistic (Lampiran 6) menunjukan bahwa pada posisi
kanan dan kiri anak daun pada daun kelapa, kelapa sawit, dan aren memiliki nilai yang non
signifikan.
400.00
265.02 267.06
300.00 Kelapa
199.20 194.65
200.00 Kelapa Sawit
Aren
100.00
0.00
Kanan Kiri
Gambar 21. Kandungan klorofil b pada posisi kanan dan kiri anak daun pada daun berbagai
jenis tanaman palmae
Terlihat bahwa rata-rata kandungan klorofil b lebih banyak di posisi kanan
dibandingkan pada posisi kiri daun kelapa, kelapa sawit, dan aren. Berdasarkan data – data pada
45
Tabel 4 dan 5, terlihat bahwa kandungan klorofil pada posisi daun kelapa, kelapa sawit, dan
aren di posisi kiri dan posisi kanan daun memiliki perbedaan. Kandungan klorofil b pada posisi
kanan anak daun kelapa dan aren pada tandan terlihat lebih banyak dibandingkan dengan
kandungan klorofil pada posisi kiri daun pada tandan daun sedangkan untuk bagian tengah dari
anak daun kelapa sawit memiliki nilai kandungan klorofil b lebih banyak pada posisi kiri
dibandingkan pada posisi kanan daun.
Pada anak daun bagian pangkal pada tandan daun, memiliki nilai kandungan klorofil b
yang lebih tinggi, sedangkan pada anak daun bagian atas dari anak daun pada tandan daun
kelapa dan kelapa sawit terlihat bahwa pada bagian tersebut memiliki nilai kandungan klorofil
b yang lebih kecil dibandingkan pada posisi yang lainnya. Kandungan klorofil pada anak daun
di bagian tengah memiliki nilai kandungan klorofil terbesar kedua diikuti dengan kandungan
klorofil pada anak daun di posisi atas pada daun.
Hal ini berarti letak anak daun pada posisi daun kiri dan kanan pada tandan daun serta
bagian dari anak daun (bawah, tengah, dan atas) pada tandan daun berhubungan dengan variasi
nilai kandungan klorofil. Kandungan klorofil yang berbeda-beda pada posisi kiri dan kanan
anak daun pada tandan daun dan masing-masing anak daun pada bagian (bawah, tengah, atas,
dan ujung) pada tandan daun dapat dipengaruhi juga karena pada posisi anak daun bagian atas
memiliki massa yang lebih kecil sedangkan posisi anak daun bagian bawah daun aren memiliki
massa yang paling besar. Melihat dari teori yang ada berhubungan dengan kontaminasi cahaya
bahwa hasil yang di dapat berbanding terbalik hal ini mungkin dipengaruhi oleh suhu, tempat
tanam ataupun kemungkinan terjadi kontaminasi pada saat preparasi sampel.
4.4.2.4. Ratio Kandungan Klorofil a dan b
Kandungan klorofil a dan klorofil b pada tanaman, memiliki perbandingan kurang lebih
3 banding 1. Jumlah kandungan klorofil b lebih sedikit dibandingkan dengan klorofil a, hal ini
terbukti karena pada penelitian yang telah dilakukan kandungan klorofil b memang lebih sedikit
dibandingkan dengan klorofil a . ( Porra et al., 1989). Ratio kandungan klorofil a dan klorofil b
berdasarkan hasil perhitungan klorofil a yang dibagi dengan hasil perhitungan klorofil b,
sehingga didapatkan data ratio kandungan klorofil a dan klorofil b seperti pada Tabel 6.
46
Tabel 6. Ratio Kandungan Klorofil a dan b
Dari data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa ratio (perbandingan) klorofil a dan
klorofil b berkisar 3. Hal ini sesuai dengan pernyataan menurut Porra et al : 1989, bahwa
perbandingan klorofil a dan b berkisar 3 : 1.
47
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
48
µmol/m2, pada bagian tengah 6.37 µg/mL ; 213.93 µmol/m2, pada bagian atas 6.18
µg/mL ; 175.85 µmol/m2. Bagian bawah dari anak daun kelapa sawit memiliki nilai
rata-rata kandungan klorofil a sebesar 40.14 µg/mL ; 976.99 µmol/m2, pada bagian
tengah 37.46 µg/mL ; 890.20 µmol/m2, dan pada bagian atas 32.93 µg/mL ; 792.82
µmol/m2 sedangkan kandungan klorofil b rata-rata pada bagian bawah dari anak
daun kelapa sawit sebesar 12.41 µg/mL ; 297.52 µmol/m2, pada bagian tengah
11.39 µg/mL ; 266.42 µmol/m2, pada bagian atas 9.88 µg/mL ; 234.18 µmol/m2.
Bagian bawah dari anak daun aren memiliki nilai rata-rata kandungan klorofil a
sebesar 31.26 µg/mL ; 1439.74 µmol/m2, pada bagian tengah 34.42 µg/mL ;
1445.13 µmol/m2, dan pada bagian atas 32.74 µg/mL ; 1393.30 µmol/m2 sedangkan
rata-rata kandungan klorofil b pada bagian bawah dari anak daun aren sebesar
10.78 µg/mL ; 495.40 µmol/m2, pada bagian tengah 11.09 µg/mL ; 458.09
µmol/m2, dan pada bagian atas sebesar 10.38 µg/mL ; 435.36 µmol/m2.
d. Posisi kanan anak daun pada daun kelapa memiliki nilai rata-rata kandungan
klorofil a sebesar 23.04 µg/mL ; 742.45 µmol/m2 dan posisi kiri sebesar 23.19
µg/mL ; 728.06 µmol/m2 sedangkan nilai rata-rata kandungan klorofil b pada posisi
kanan anak daun pada daun kelapa sebesar 6.24 µg/mL ; 199.20 µmol/m2 dan pada
posisi kiri sebesar 6.30 µg/mL ; 194.65 µmol/m2. Posisi kanan anak daun pada daun
kelapa sawit memiliki nilai rata-rata kandungan klorofil a sebesar 36.92 µg/mL ;
889.08 µmol/m2 dan posisi kiri sebesar 36.76 µg/mL ; 884.26 µmol/m2 sedangkan
nilai rata-rata kandungan klorofil b pada posisi kanan anak daun pada daun kelapa
sawit sebesar 11.17 µg/mL ; 265.02 µmol/m2 dan pada posisi kiri sebesar 11.28
µg/mL ; 267.06 µmol/m2. Posisi kanan anak daun pada daun aren memiliki nilai
rata-rata kandungan klorofil a sebesar 31.57 µg/mL ; 1363.67 µmol/m2 dan posisi
kiri sebesar 34.04 µg/mL ; 1488.44 µmol/m2 sedangkan nilai rata-rata kandungan
klorofil b pada posisi kanan anak daun pada daun aren sebesar 10.86 µg/mL ;
465.77 µmol/m2 dan pada posisi kiri sebesar 10.70 µg/mL ; 460.13 µmol/m2.
49
5.2. Saran
50
DAFTAR PUSTAKA
Ai, Nio. S dan Banyo, Y. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator kekurangan air pada
tanaman. Jurnal Ilmiah Sains 11: 166-173.
Arsyad, Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah. (Edisi kedua; Yogyakarta:
BPFE, (2009). Hal.59
Bandu, L. 2018. Serangan Hama Kumbang (Oryctes rhinoceros L.) Pada Tanaman Kelapa
(Cocos nucifera L.) Di Desa Mapanget Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa
Utara. Jurnal Teknologi Pertanian. Universitas Sam Ratulangi. Manado. 1(4): 4-5.
Berrie, G.K., A. Berrie and J.M.O> Eze. 1987. Tropical Plant Science. Longman Scientific &
Technical, Hongkong.
Campbell. 2002.Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Dallibard, C. 1999. Overall view on the tradition of tapping palm trees and prospects for animal
production. Livestock Research for Rural Development. 11 Number 1.
Dansereau, P. 1957. Biogeography An Ecological Perspektive. The Ronald Press. New-York.
Day, R. A. Dan underwood, A.L. 2002. Analisis kimia Kuantitatif. Prentice Hall.
Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Perkebunan. Kerjasama dengan Balai Penelitian
Kelapa dan Palma Lain. Jakarta. 2006.
Effendi, D.S. 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) Mendukung
Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
9(1) : 36–46.
Fauzi, Y., E.W., Yustina, S. Iman, H. dan Rudi. 2004. Budidaya, pemanfaatan hasil dan limbah
dan analisis usaha dan pemasaran kelapa sawit. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Harbone, Y.B 1973. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern menganalisis
Tumbuhan.Terjemahan Padmadinata, K., dan I. Soediro. Bandung.ITB.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Penerbit ITB Bandung
Hardon, J.J., Rajanaidu, N. and van der Vossen, H.A.M. (2001). Oil Palm (Elaesis guineensis,
Jacq.). In: van der Vossen, H.A.M. and Umali, B.E. (Editors): PROSEA No 14.
Vegetable oils and fats. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. pp. 85 – 93.
Kamagi, L. 2017. Analisis Kandungan Klorofil Pada Beberapa Posisi Anak Daun Aren (Arenga
pinnata) dengan Spektrofotometer UV-Vis. Jurnal FMIPA UNSRAT. 6(2): 49--54
51
Kim, Hae-Ran dan You, Young-Han. 2010. The Effect of The Elevated CO2 Concentration and
Increased Temperature on Growth, Yield and Physiological Responses of Rice (Oryza
sativa L. cv. Junam). Advances in Bioresearch. 1(2): 46-50
Kramer, P.J. and Boyer, J.S. 1995. Water Relations of Plants and soils. San Diego: Academic
Press.
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada
Jakarta.
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Li, R., P. Guo, M. Baum, S. Grando, S. Ceccarelli. 2006. Evaluation of ChlorophyllContent and
Fluoresence Parameters as Indicators of Drought Tolerance in Barley. Agricultural
Science in China. 5 :751-757.
Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Medan (ID): Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat.
Lubis, R. E., dan A. Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
296 hlm.
Maksymowych, R. 1973. Analysis of Leaf Development. Cambridge: University Press,
Cambridge, UK.
Mangoensoekarjo, S dan Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah
Mada University press. Yogyakarta.
Mardiyatmoko, M dan Ariyanti, M. 2018. Produksi Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.).
Badan Penerbit Fakultas Pertanian. Universitas Pattimura.
Mauseth, Janes. D. 2003. Botany: An Introduction to Plant Biology. Jones and Batlett Learning,
Sudbury.
Mehltreter, K. 2010. Fern Ecology. New York: Cambridge University Press.
Mogea, J., B. Siebert, and W. Smits. 1991. Multipurpose palms: the sugar palm (Arenga
pinnata (Wurmb) Merr. Agroforestry System. 13 : 111-129.
Mustafa,N., N.Ya’acob.,Z.A.Latif., and A.L.Yusof. 2015. Quantification of Oil Palm Tree Leaf
Pigment (Chlorophyll A) Concetration Based on Their Age. Jurnal Teknologi. 75 :
129-134.
52
Ohler, J.G. and Magat, S.S. (2001). Coconut Palm (Cocos nucifera L.). In: van der Vossen,
H.A.M. and Umali, B.E. (Editors): PROSEA No 14. Vegetable oils and fats. Backhuys
Publishers, Leiden, the Netherlands. pp 76 – 84.
Oktaviani, L. 1987. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Ekstrak Warna Hijau Daun Suji
(Pleomele angustifolia) Selama Penyimpanan [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pratiwi dan H. Alrasjid, 1989. Teknik Budidaya Aren. Departemen Kehutanan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor.
Pontoh, J. 2012. Metode Analisa dan Komponen Kimia dalam Nira dan Gula Aren. Prosiding
Seminar Nasional Aren. Balikpapan 26-27 September Hal. 66-72.
Sopandie, D., Chozin, MA, Sc., Santrosumarjo, S., Juhaeti, T., dan Sahardi. 2003. Toleran Padi
Gogo Terhadap Naungan. Jurnal Hayati. 10: 71-75.
53
Standard operating procedures. 1994. Chlorophyll Determination.Scientific Engineering
Response and Analytical Service.
Sudarmadji, S. 1994. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Liberti. Yogyakarta.
Sukamto., 2001., Upaya Meningkatkan Produksi Kelapa, PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sumanta, N., C.I. Haque., J. Nishika., and., R. Suprakash. 2014. Spectrophotometric Analysis
of Chlorophylls and Carotenoids from Commonly Grown Fern Species by Using
Various Extracting Solvents. Research Journal of Chemical Sciences. 4:63-69.
Sumenda, Lusia, dkk. 2011. Analisis Kandungan Klorofil Daun Mangga (Mangifera indica L.)
pada Tingkat Perkembangan Daun yang Berbeda. Jurnal Bioslogos. 1: 20-24.
Sunanto, H. 1993. Aren Budidaya dan Multigunanya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka.
Jakarta. 70 hlm.
Thirtle, C., Lin Lin, J. Piesse. 2003. The Impact of Research-Led Agricultural Productivity
Growth on Poverty Reduction in Africa, Asia and Latin America. World Development.
31(12):1959-1975
Vidanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Warisno. 2003. Budidaya Kelapa Genjah. Kanisius, Yogyakarta.
Winer, B.J. 1971. Statistical Principles in Experimental Design, 2nd edition. McGraw-Hill
Kogakusha, Ltd, Tokyo
54
LAMPIRAN
55
Lampiran 1: Diagram alir kerangka konsep penelitian
Potongan-potongan daun
Ditimbang sebanyak ± 0,1 gram
Dimasukkan sedikit metanol
Dihaluskan menggunakan lumpang
dan alu
Lumpang dan alu dibilas dengan
metanol
Ekstrak daun kelapa, kelapa sawit
dan aren
Ditambahkan dengan metanol
bilasan lumpang dan alu
Di tera hingga volume ekstrak
mencapai 8 mL
Disentrifugasi dengan kecepatan
1000 rpm selama 25 menit
Hasil sentrifugasi
Dipisahkan endapan dan filtrat
Diencerkan menjadi 2500 µg/mL
Filtrat diambil untuk dibaca
dengan spektrofotometer UV-Vis
dengan panjang gelombang 665
nm dan 652 nm dengan absorbansi
Kandungan
di klorofil dihitung
kisaran 0,2-0,8
Data absorbansi dengan kurva standar dari
Kamagi, L. et al:2017 dan
persamaan menurut Porra et al:
1989
56
Lampiran 2: Massa sampel dau jumlah cetakan daun kelapa, kelapa sawit, dan aren
Tabel 7. Massa Daun Kelapa, Kelapa Sawit dan Aren Per Keping Sampel (gram)
U1 U2
Bawah 18 18
Pangkal (kanan) Tengah 19 19
Atas 21 21
Pangkal 18 18
Kelapa
Pangkal (kiri) Tengah 20 19
Atas 21 22
Bawah 18 18
Tengah (kanan)
Tengah 20 19
57
Atas 21 21
Bawah 18 18
Tengah (kiri) Tengah 18 21
Atas 21 24
Bawah 19 20
Atas (kanan) Tengah 21 23
Atas 25 24
Bawah 22 20
Atas (kiri) Tengah 23 23
Atas 24 25
Bawah 26 26
Pangkal (kanan) Tengah 27 28
Atas 27 27
Bawah 26 27
Pangkal (kiri) Tengah 28 26
Atas 27 28
Bawah 28 26
Tengah (kanan) Tengah 27 27
Atas 28 26
Kelapa sawit
Bawah 27 26
Tengah (kiri) Tengah 28 26
Atas 26 28
Bawah 27 26
Atas (kanan) Tengah 28 27
Atas 26 27
Bawah 27 27
Atas (kiri) Tengah 28 27
Atas 26 26
Bawah 13 14
Tengah (kanan) Tengah 15 17
Atas 15 16
Aren
Bawah 15 14
Tengah (kiri) Tengah 16 14
Atas 14 16
58
5.30 5.10 5.20
Bawah 5.29 4.99 5.14 4.73 5.17 4.95
Atas Tengah 4.82 4.37 4.59 4.11 4.48 4.29
Atas 3.99 4.25 4.12 4.14 4.04 4.09
4.62 4.44 5.00
Kelapa 5.07 4.93 5.00
Bawah 3.93 3.92 3.92 3.93 3.79 3.86
Pangkal Tengah 3.79 3.66 3.73 3.66 3.92 3.79
Atas 3.78 3.79 3.78 3.80 3.66 3.73
3.81 3.79 3.80
Bawah 3.66 3.95 3.80 3.79 3.94 3.87
Kelapa sawit Tengah Tengah 3.79 3.80 3.80 3.66 3.95 3.80
Atas 3.65 3.93 3.79 3.93 3.66 3.80
3.80 3.82 3.81
Bawah 3.79 3.94 3.87 3.79 3.79 3.79
Atas Tengah 3.65 3.80 3.72 3.66 3.77 3.72
Atas 3.91 3.79 3.85 3.90 3.91 3.91
3.81 3.81 3.81
Kelapa sawit 3.81 3.81 3.81
Bawah 7.73 7.47 7.60 6.88 7.31 7.10
Aren Tengah Tengah 7.10 6.09 6.59 6.43 7.32 6.87
Atas 7.11 6.44 6.78 7.27 6.49 6.88
Aren 6.99 6.95 6.97
59
Lampiran 3. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Daun
Sebanyak sekitar 0,1 gram masing-masing daun kelapa, kelapa sawit, dan aren diekstrak
dengan 8 mL metanol , maka konsentrasi dari ekstrak tersebut adalah :
0,1gram/ 8 mL = 100.000 µg/8 mL
= 12. 500 µg/mL
Jadi Konsentrasi ekstrak (larutan stok) adalah 12.500 µg/mL. Kemudian larutan stok
diencerkan menjadi 2. 500 µg/m (volume pengenceran 5 mL) untuk dibaca pada
spektrofotometer UV-Vis. Pengenceran dari ekstrak tersebut adalah :
𝑉1 𝑥 𝑀1 = 𝑉2 𝑥 𝑀2
1 𝑚𝑙 𝑥12. 500 𝜇𝑔/𝑚𝐿 = 5 𝑚𝐿 𝑥 𝑀2
1 𝑚𝐿 𝑥 12.500 𝜇𝑔/𝑚𝐿
𝑀2 =
5 𝑚𝐿
𝑀2 = 2.500 𝜇𝑔/𝑚𝐿
Jadi 1 mL ekstrak ditambahkan ke dalam 4 mL metanol sehingga mencapai volume 5 mL.
60
Lampiran 4. Perhitungan Konsentrasi Klorofil a dan Klorofil b
Dari data absorbansi yang didapatkan dengan spektrofotometer UV-Vis dihitung dengan
menggunakan persamaan menurut Porra et al:1989, sebagai berikut :
[Ch a] = 16,29 A665 – 8,54 A652,0
[Ch b] = 30,66 A652,0 – 13,58 A665
Jadi dalam larutan ekstrak dengan konsentrasi 2.500 µg/mL, terdapat 5,69 µg klorofil a per
mililiter ekstrak. Total klorofil a dari larutan ekstrak dengan konsentrasi 2.500 µg/mL adalah :
61
Klorofil b
Diketahui ekstrak daun kelapa, kelapa sawit, dan aren dengan konsentrasi 2500 µg/ml dengan
nilai absorbansi pada λ = 665 adalah 0,491 dan λ = 652 adalah 0,270. Nilai konsentrasi
klorofil yang diperoleh menurut Porra et al : 1989 adalah :
[Ch b] = 30,66 A652,0 – 13,58 A665
[Ch b] = (30,66 x 0,217) – (13,58 x 0,391)
[Ch b] = 1,34 µg/mL
Jadi dalam larutan ekstrak dengan konsentrasi 2.500 µg/mL, terdapat 1,34 µg klorofil b per
mililiter ekstrak. Total klorofil b dari larutan ekstrak dengan konsentrasi 2.500 µg/mL adalah :
Tabel 10. Data Absorbansi Ekstrak pada Spetrofotometer UV Vis di Bagian Kanan
62
Tengah 0.398 0.414 0.215 0.225
Atas 0.373 0.417 0.201 0.226
Bawah 0.413 0.383 0.225 0.209
Atas Tengah 0.392 0.388 0.218 0.210
Atas 0.393 0.374 0.218 0.204
Bawah 0.711 0.668 0.403 0.376
Pangkal Tengah 0.689 0.633 0.389 0.353
Atas 0.568 0.560 0.319 0.312
Bawah 0.647 0.713 0.358 0.401
Kelapa sawit Tengah Tengah 0.638 0.655 0.354 0.367
Atas 0.585 0.590 0.323 0.326
Bawah 0.702 0.735 0.390 0.406
Atas Tengah 0.624 0.644 0.345 0.355
Atas 0.575 0.586 0.319 0.320
Pangkal 0.517 0.561 0.315 0.313
Aren Tengah Tengah 0.575 0.578 0.328 0.323
Ujung 0.544 0.544 0.312 0.304
Tabel 11. Data Absorbansi Ekstrak pada Spetrofotometer UV Vis di Bagian Kiri
Absorbansi dari λ =
Absorbansi dari λ = 665
Posisi anak daun pada Bagian anak 652
Sampel
daun daun
Bagian Kiri Bagian Kiri
U1 U2 U1 U2
Bawah 0.373 0.417 0.206 0.223
Pangkal Tengah 0.413 0.387 0.226 0.210
Atas 0.389 0.419 0.217 0.228
Bawah 0.408 0.392 0.227 0.208
Kelapa Tengah Tengah 0.410 0.404 0.224 0.219
Atas 0.374 0.391 0.203 0.212
Bawah 0.420 0.371 0.232 0.204
Atas Tengah 0.422 0.391 0.234 0.213
Atas 0.403 0.395 0.222 0.212
Bawah 0.623 0.708 0.353 0.399
Pangkal Tengah 0.604 0.716 0.342 0.401
Kelapa sawit
Atas 0.631 0.612 0.362 0.342
Tengah Bawah 0.709 0.732 0.396 0.406
63
Tengah 0.684 0.699 0.380 0.388
Atas 0.564 0.638 0.312 0.354
Bawah 0.717 0.701 0.400 0.389
Atas Tengah 0.645 0.566 0.360 0.311
Atas 0.461 0.476 0.254 0.263
Pangkal 0.558 0.557 0.318 0.309
Aren Tengah Tengah 0.622 0.624 0.354 0.347
Ujung 0.593 0.597 0.333 0.329
Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989
64
Tabel 13. Data perhitungan konsentrasi klorofil b ( µg/mL)
Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989
65
Lampiran 5. Perhitungan Penyebaran Konsentrasi Klorofil a dan b Per Satuan Luas
(µmol/m2)
Dari data konsentrasi klorofil a dan klorofil b yang didapatkan, maka dihitung penyebaran
konsentrasinya sebagai berikut :
Pertama-tama dihitung dahulu luas lingkaran dari daun kelapa, kelapa sawit, dan aren yang telah
dipotong menggunakan one hole punch dengan rumus luas lingkaran sebagai berikut :
L lingkaran = πr2
Diketahui jari- jari lingkaran adalah 2,1 mm maka luas lingkarannya adalah sebagai berikut :
Setelah didapatkan luas lingkaran maka penyebaran konsentrasi klorofil per satuan luas dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Diketahui kandungan klorofil a pada daun adalah 22,58 µg/mL dalam ekstrak daun kelapa,
kelapa sawit, dan aren yang memiliki konsentrasi 12.500 µg/mL. Lautan dengan konsentrasi
tersebut didapatkan dari mengekstrak ± 0,1 gram daun aren dengan 8 mL metanol, sehingga
total kandungan klorofil a pada daun aren adalah :
22,58 µg
22,58 µg/mL = × 8 𝑚𝐿
1 𝑚𝐿
66
n = 0,2021 µmol
µ𝑚𝑜𝑙
L penyebaran = 𝐿 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑥𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑠𝑐
0,2021 µ𝑚𝑜𝑙
L penyebaran = 2
1,38474 x 10 −5 m x 18
Keterangan : disc = jumlah potongan sampel per ±0,1 gram massa sampel
(dapat dilihat pada Tabel 10)
Selanjutnya untuk perhitungan pada klorofil b, digunakan cara yang sama namun untuk mencari
mol dari klorofil b menggunakan massa molekul relatif (Mr = 907,46 g/mol)
67
Bawah 970.40 1057.72 1014.06 989.56 969.68 979.62
Atas Tengah 833.44 893.05 863.25 858.15 786.00 822.08
Atas 825.93 815.69 820.81 664.03 684.92 674.47
899.37 825.39 862.38
Kelapa Sawit 889.08 884.26 886.67
Bawah 1406.07 1493.22 1449.65 1373.84 1485.83 1429.84
Aren Tengah Tengah 1415.23 1265.85 1340.54 1436.70 1662.73 1549.71
Atas 1335.48 1266.16 1300.82 1574.05 1397.50 1485.77
1363.67 1488.44 1426.05
Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989
68
256.46 240.17 248.31
Kelapa Sawit 265.02 267.06 266.04
Bawah 636.64 449.74 543.19 460.93 434.28 447.60
Aren Tengah Tengah 477.06 384.61 430.83 478.67 492.03 485.35
Atas 462.20 384.37 423.29 490.21 404.66 447.44
465.77 460.13 462.95
Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989
69
Lampiran 6. Output Data Statistik
Data Statistik Klorofil a Pada Berbagai Jenis Tanaman Palmaesa
Kandungan Klorofil a
Between-Subjects Factors
Value Label N
1.00 KELAPA 18
KELAPA
Sampel daun palmae 2.00 18
SAWIT
3.00 AREN 6
PANGKAL
1.00 6
(KELAPA)
TENGAH
2.00 6
(KELAPA)
ATAS
3.00 6
(KELAPA)
PANGKAL
4.00 (KELAPA 6
Posisi anak daun pada daun
SAWIT)
TENGAH
5.00 (KELAPA 6
SAWIT)
ATAS (KELAPA
6.00 6
SAWIT)
TENGAH
7.00 6
(AREN)
BAWAH
1.00 6
(KELAPA)
TENGAH
2.00 6
(KELAPA)
ATAS
3.00 6
(KELAPA)
Bagian dari anak daun
BAWAH
4.00 (KELAPA 6
SAWIT)
TENGAH
5.00 (KELAPA 6
SAWIT)
70
ATAS (KELAPA
6.00 6
SAWIT)
BAWAH
7.00 2
(AREN)
TENGAH
8.00 2
(AREN)
9.00 ATAS (AREN) 2
KANAN
1.00 9
(KELAPA)
KANAN
Posisi kanan dan kiri anak 3.00 (KELAPA 9
daun pada daun SAWIT)
KIRI (KELAPA
4.00 9
SAWIT)
. 41 0 .
Homogeneous Subsets
KONSENTRASI_KLO_a
1 2 3
KELAPA 18 735.2172
Tukey HSDa,b,c
KELAPA SAWIT 18 886.6728
71
AREN 6 1426.0583
Posisi anak daun pada daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
72
ATAS 667.070 9.584 637.797 696.343
Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a
(I) Posisi anak daun (J) Posisi anak daun Mean Std. Sig. 99% Confidence Interval
pada daun pada daun Difference Error Lower Upper
(I-J) Bound Bound
13.5532
TENGAH 12.2917 .646 -36.0665 60.6498
5
PANGKAL
13.5532
ATAS 108.3667* .000 60.0085 156.7248
5
13.5532
PANGKAL -12.2917 .646 -60.6498 36.0665
Tukey 5
TENGAH
HSD 13.5532
ATAS 96.0750* .000 47.7168 144.4332
5
13.5532
PANGKAL -108.3667* .000 -156.7248 -60.0085
5
ATAS
13.5532
TENGAH -96.0750* .000 -144.4332 -47.7168
5
13.5532
TENGAH 12.2917 1.000 -37.1626 61.7460
5
PANGKAL
13.5532
ATAS 108.3667* .000 58.9124 157.8210
5
13.5532
PANGKAL -12.2917 1.000 -61.7460 37.1626
Bonferro 5
TENGAH
ni 13.5532
ATAS 96.0750* .000 46.6207 145.5293
5
13.5532
PANGKAL -108.3667* .000 -157.8210 -58.9124
5
ATAS
13.5532
TENGAH -96.0750* .000 -145.5293 -46.6207
5
Homogeneous Subsets
73
KONSENTRASI_KLO_a
1 2
ATAS 6 667.0700
TENGAH 6 763.1450
Tukey HSDa,b
PANGKAL 6 775.4367
Posisi anak daun pada daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a
(I) Posisi anak daun (J) Posisi anak daun Mean Std. Sig. 99% Confidence Interval
pada daun pada daun Difference Error Lower Upper
(I-J) Bound Bound
28.4879
TENGAH -19.6450 .774 -121.2903 82.0003
1
PANGKAL
Tukey 28.4879
ATAS 26.6117 .630 -75.0336 128.2569
HSD 1
28.4879
TENGAH PANGKAL 19.6450 .774 -82.0003 121.2903
1
74
28.4879
ATAS 46.2567 .274 -55.3886 147.9019
1
28.4879
PANGKAL -26.6117 .630 -128.2569 75.0336
1
ATAS
28.4879
TENGAH -46.2567 .274 -147.9019 55.3886
1
28.4879
TENGAH -19.6450 1.000 -123.5942 84.3042
1
PANGKAL
28.4879
ATAS 26.6117 1.000 -77.3376 130.5609
1
28.4879
PANGKAL 19.6450 1.000 -84.3042 123.5942
Bonferro 1
TENGAH
ni 28.4879
ATAS 46.2567 .391 -57.6926 150.2059
1
28.4879
PANGKAL -26.6117 1.000 -130.5609 77.3376
1
ATAS
28.4879
TENGAH -46.2567 .391 -150.2059 57.6926
1
Homogeneous Subsets
KONSENTRASI_KLO_a
ATAS 6 862.3833
PANGKAL 6 888.9950
Tukey HSDa,b
TENGAH 6 908.6400
Sig. .274
1.3 Aren
75
1. Posisi anak daun pada daun
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a
Posisi anak daun pada daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
Bagian dari anak daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a
(I) Bagian dari anak (J) Bagian dari anak Mean Std. Sig. 99% Confidence
daun daun Difference Error Interval
(I-J) Lower Upper
Bound Bound
13.553
TENGAH 48.6667* .010 .3085 97.0248
25
BAWAH
Tukey 13.553
ATAS 139.0867* .000 90.7285 187.4448
HSD 25
13.553
TENGAH BAWAH -48.6667* .010 -97.0248 -.3085
25
76
13.553
ATAS 90.4200* .000 42.0618 138.7782
25
13.553
BAWAH -139.0867* .000 -187.4448 -90.7285
25
ATAS
13.553
TENGAH -90.4200* .000 -138.7782 -42.0618
25
13.553
TENGAH 48.6667 .011 -.7876 98.1210
25
BAWAH
13.553
ATAS 139.0867* .000 89.6324 188.5410
25
13.553
BAWAH -48.6667 .011 -98.1210 .7876
Bonferro 25
TENGAH
ni 13.553
ATAS 90.4200* .000 40.9657 139.8743
25
13.553
BAWAH -139.0867* .000 -188.5410 -89.6324
25
ATAS
13.553
TENGAH -90.4200* .000 -139.8743 -40.9657
25
Homogeneous Subsets
KONSENTRASI_KLO_a
1 2 3
ATAS 6 658.7150
TENGAH 6 749.1350
Tukey HSDa,b
BAWAH 6 797.8017
77
b. Alpha = .01.
Bagian dari anak daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a
(I) Bagian dari anak (J) Bagian dari anak Mean Std. Sig. 99% Confidence
daun daun Difference Error Interval
(I-J) Lower Upper
Bound Bound
28.487
TENGAH 86.7967 .025 -14.8486 188.4419
91
BAWAH
28.487
ATAS 184.1750* .000 82.5297 285.8203
91
28.487
BAWAH -86.7967 .025 -188.4419 14.8486
Tukey 91
TENGAH
HSD 28.487
ATAS 97.3783 .013 -4.2669 199.0236
91
28.487
BAWAH -184.1750* .000 -285.8203 -82.5297
91
ATAS
28.487
TENGAH -97.3783 .013 -199.0236 4.2669
91
Bonferro 28.487
BAWAH TENGAH 86.7967 .030 -17.1526 190.7459
ni 91
78
28.487
ATAS 184.1750* .000 80.2258 288.1242
91
28.487
BAWAH -86.7967 .030 -190.7459 17.1526
91
TENGAH
28.487
ATAS 97.3783 .015 -6.5709 201.3276
91
28.487
BAWAH -184.1750* .000 -288.1242 -80.2258
91
ATAS
28.487
TENGAH -97.3783 .015 -201.3276 6.5709
91
Homogeneous Subsets
KONSENTRASI_KLO_a
1 2
ATAS 6 792.8217
79
2.3 Aren
Bagian dari anak daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a
(I) Bagian dari anak (J) Bagian dari anak Mean Std. Sig. 99% Confidence
daun daun Difference Error Interval
(I-J) Lower Upper
Bound Bound
88.954 -
TENGAH -5.3850 .998 1190.9183
01 1201.6883
BAWAH
88.954 -
ATAS 46.4450 .869 1242.7483
01 1149.8583
88.954 -
BAWAH 5.3850 .998 1201.6883
Tukey 01 1190.9183
TENGAH
HSD 88.954 -
ATAS 51.8300 .842 1248.1333
01 1144.4733
88.954 -
BAWAH -46.4450 .869 1149.8583
01 1242.7483
ATAS
88.954 -
TENGAH -51.8300 .842 1144.4733
01 1248.1333
Bonferro 88.954 -
BAWAH TENGAH -5.3850 1.000 1531.4891
ni 01 1542.2591
80
88.954 -
ATAS 46.4450 1.000 1583.3191
01 1490.4291
88.954 -
BAWAH 5.3850 1.000 1542.2591
01 1531.4891
TENGAH
88.954 -
ATAS 51.8300 1.000 1588.7041
01 1485.0441
88.954 -
BAWAH -46.4450 1.000 1490.4291
01 1583.3191
ATAS
88.954 -
TENGAH -51.8300 1.000 1485.0441
01 1588.7041
Homogeneous Subsets
KONSENTRASI_KLO_a
ATAS 2 1393.3000
BAWAH 2 1439.7450
Tukey HSDa,b
TENGAH 2 1445.1300
Sig. .842
81
3. Kanan dan Kiri
3.1 Kelapa
Posisi kanan dan kiri anak Mean Std. Error 99% Confidence Interval
daun pada daun Lower Bound Upper Bound
Posisi kanan dan kiri anak Mean Std. Error 99% Confidence Interval
daun pada daun Lower Bound Upper Bound
3.3 Aren
Posisi kanan dan kiri anak Mean Std. Error 99% Confidence Interval
daun pada daun Lower Bound Upper Bound
82
Kandungan Klorofil b
Between-Subjects Factors
Value Label N
PANGKAL
1.00 6
(KELAPA)
TENGAH
2.00 6
(KELAPA)
PANGKAL
Posisi anak daun pada daun 4.00 6
(KELAPA SAWIT)
TENGAH
5.00 6
(KELAPA SAWIT)
ATAS (KELAPA
6.00 6
SAWIT)
83
5.00 KANAN (AREN) 3
6.00 KIRI (AREN) 3
1.00 KELAPA 18
3.00 AREN 6
. 41 0 .
Tests the null hypothesis that the error variance of the
dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + POSISI_ANAK_DAUN +
BAGIAN_ANAK_DAUN + POSISI_KANAN_KIRI +
SAMPEL_DAUN
Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
84
(I) Sampel daun (J) Sampel daun Mean Std. Sig. 99% Confidence
palmae palmae Difference Error Interval
(I-J) Lower Upper
Bound Bound
6.4714
KELAPA SAWIT -69.1122* .000 -89.7517 -48.4727
8
KELAPA
9.1520
AREN -266.0222* .000 -295.2109 -236.8336
6
6.4714
KELAPA 69.1122* .000 48.4727 89.7517
Tukey 8
KELAPA SAWIT
HSD 9.1520
AREN -196.9100* .000 -226.0987 -167.7213
6
9.1520
KELAPA 266.0222* .000 236.8336 295.2109
6
AREN
9.1520
KELAPA SAWIT 196.9100* .000 167.7213 226.0987
6
6.4714
KELAPA SAWIT -69.1122* .000 -90.0236 -48.2009
8
KELAPA
9.1520
AREN -266.0222* .000 -295.5954 -236.4491
6
6.4714
KELAPA 69.1122* .000 48.2009 90.0236
Bonferro 8
KELAPA SAWIT
ni 9.1520
AREN -196.9100* .000 -226.4831 -167.3369
6
9.1520
KELAPA 266.0222* .000 236.4491 295.5954
6
AREN
9.1520
KELAPA SAWIT 196.9100* .000 167.3369 226.4831
6
Homogeneous Subsets
KONSENTRASI_KLO_b
1 2 3
85
KELAPA 18 196.9278
1. Kelapa
86
Estimated Marginal Means
Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
Posisi anak daun pada daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
(I) Posisi anak daun (J) Posisi anak daun Mean Std. Sig.b 99% Confidence Interval
pada daun pada daun Difference Error for Differenceb
(I-J) Lower Upper
Bound Bound
Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
87
The F tests the effect of Posisi anak daun pada daun. This test is based on the linearly
independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
(I) Bagian dari (J) Bagian dari Mean Std. Sig.b 99% Confidence Interval for
daun daun Difference (I- Error Differenceb
J) Lower Bound Upper Bound
Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
88
The F tests the effect of Bagian dari daun. This test is based on the linearly independent
pairwise comparisons among the estimated marginal means.
Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
Posisi kanan dan kiri anak daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
pada daun Lower Bound Upper Bound
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
(I) Posisi kanan dan (J) Posisi kanan dan Mean Std. Sig.a 99% Confidence Interval
kiri anak daun pada kiri anak daun pada Difference Error for Differencea
daun daun (I-J) Lower Upper
Bound Bound
Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
The F tests the effect of Posisi kanan dan kiri anak daun pada daun. This test is based on the
linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
89
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
(I) Posisi anak daun (J) Posisi anak daun Mean Std. Sig. 99% Confidence
pada daun pada daun Difference Error Interval
(I-J) Lower Upper
Bound Bound
5.0157
TENGAH 15.7167 .022 -2.1795 33.6128
2
PANGKAL
5.0157
ATAS 29.3000* .000 11.4038 47.1962
2
5.0157
PANGKAL -15.7167 .022 -33.6128 2.1795
Tukey 2
TENGAH
HSD 5.0157
ATAS 13.5833 .047 -4.3128 31.4795
2
5.0157
PANGKAL -29.3000* .000 -47.1962 -11.4038
2
ATAS
5.0157
TENGAH -13.5833 .047 -31.4795 4.3128
2
5.0157
TENGAH 15.7167 .026 -2.5851 34.0185
2
PANGKAL
5.0157
ATAS 29.3000* .000 10.9982 47.6018
2
5.0157
PANGKAL -15.7167 .026 -34.0185 2.5851
Bonferro 2
TENGAH
ni 5.0157
ATAS 13.5833 .057 -4.7185 31.8851
2
5.0157
PANGKAL -29.3000* .000 -47.6018 -10.9982
2
ATAS
5.0157
TENGAH -13.5833 .057 -31.8851 4.7185
2
90
Homogeneous Subsets
KONSENTRASI_KLO_b
1 2
ATAS 6 182.6333
Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
(I) Bagian dari (J) Bagian dari Mean Std. Sig. 99% Confidence Interval
daun daun Difference Error Lower Upper
(I-J) Bound Bound
91
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 75.472.
*. The mean difference is significant at the .01 level.
Homogeneous Subsets
KONSENTRASI_KLO_b
1 2
ATAS 6 175.8467
TENGAH 6 201.9333
Tukey HSDa,b
BAWAH 6 213.0033
2. Kelapa Sawit
92
Estimated Marginal Means
Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
Posisi kanan dan kiri anak daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
pada daun Lower Bound Upper Bound
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
(I) Posisi kanan dan (J) Posisi kanan dan Mean Std. Sig.a 99% Confidence Interval
kiri anak daun pada kiri anak daun pada Difference Error for Differencea
daun daun (I-J) Lower Upper
Bound Bound
Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
The F tests the effect of Posisi kanan dan kiri anak daun pada daun. This test is based on the
linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
93
2. Posisi anak daun pada daun
Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
Posisi anak daun pada daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
(I) Posisi anak daun (J) Posisi anak daun Mean Std. Sig.b 99% Confidence Interval
pada daun pada daun Difference Error for Differenceb
(I-J) Lower Upper
Bound Bound
Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
The F tests the effect of Posisi anak daun pada daun. This test is based on the linearly
independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
94
3. Bagian dari daun
Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
(I) Bagian dari (J) Bagian dari Mean Std. Sig.b 99% Confidence Interval for
daun daun Difference (I- Error Differenceb
J) Lower Bound Upper Bound
Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
The F tests the effect of Bagian dari daun. This test is based on the linearly independent
pairwise comparisons among the estimated marginal means.
95
Post Hoc Tests
(I) Posisi anak (J) Posisi anak Mean Std. Sig. 99% Confidence
daun pada daun daun pada daun Difference Error Interval
(I-J) Lower Upper
Bound Bound
8.4909
TENGAH 13.4533 .289 -16.8423 43.7490
0
PANGKAL
8.4909
ATAS 33.3167* .005 3.0210 63.6123
0
8.4909
PANGKAL -13.4533 .289 -43.7490 16.8423
Tukey 0
TENGAH
HSD 8.4909
ATAS 19.8633 .088 -10.4323 50.1590
0
8.4909
PANGKAL -33.3167* .005 -63.6123 -3.0210
0
ATAS
8.4909
TENGAH -19.8633 .088 -50.1590 10.4323
0
8.4909
TENGAH 13.4533 .417 -17.5290 44.4357
0
PANGKAL
8.4909
ATAS 33.3167* .006 2.3343 64.2990
0
8.4909
PANGKAL -13.4533 .417 -44.4357 17.5290
Bonferro 0
TENGAH
ni 8.4909
ATAS 19.8633 .112 -11.1190 50.8457
0
8.4909
PANGKAL -33.3167* .006 -64.2990 -2.3343
0
ATAS
8.4909
TENGAH -19.8633 .112 -50.8457 11.1190
0
96
Homogeneous Subsets
KONSENTRASI_KLO_b
1 2
ATAS 6 248.3133
Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
(I) Bagian dari (J) Bagian dari Mean Std. Sig. 99% Confidence Interval
daun daun Difference Error Lower Upper
(I-J) Bound Bound
97
*. The mean difference is significant at the .01 level.
Homogeneous Subsets
KONSENTRASI_KLO_b
1 2 3
ATAS 6 234.1817
TENGAH 6 266.4183
Tukey HSDa,b
BAWAH 6 297.5200
3. Aren
98
Estimated Marginal Means
Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
Posisi anak daun pada daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
Contrast .000 0 . . .
Error 6298.836 2 3149.418
The F tests the effect of Posisi anak daun pada daun. This test is based on the linearly
independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
Bagian dari daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
(I) Bagian dari (J) Bagian dari Mean Std. Sig.a 99% Confidence Interval for
daun daun Difference (I- Error Differencea
J) Lower Bound Upper Bound
99
TENGAH 37.305 56.120 .575 -519.674 594.284
BAWAH
ATAS 60.030 56.120 .397 -496.949 617.009
BAWAH -37.305 56.120 .575 -594.284 519.674
TENGAH
ATAS 22.725 56.120 .725 -534.254 579.704
BAWAH -60.030 56.120 .397 -617.009 496.949
ATAS
TENGAH -22.725 56.120 .725 -579.704 534.254
Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
The F tests the effect of Bagian dari daun. This test is based on the linearly independent
pairwise comparisons among the estimated marginal means.
Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
Posisi kanan dan kiri anak daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
pada daun Lower Bound Upper Bound
KANAN 465.770 32.401 144.198 787.342
KIRI 460.130 32.401 138.558 781.702
Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
(I) Posisi kanan dan (J) Posisi kanan dan Mean Std. Sig.a 99% Confidence Interval
kiri anak daun pada kiri anak daun pada Difference Error for Differencea
daun daun (I-J) Lower Upper
Bound Bound
KANAN KIRI 5.640 45.822 .913 -449.131 460.411
KIRI KANAN -5.640 45.822 .913 -460.411 449.131
100
Based on estimated marginal means
a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).
Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
The F tests the effect of Posisi kanan dan kiri anak daun pada daun. This test is based on the
linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
(I) Bagian dari (J) Bagian dari Mean Std. Sig. 99% Confidence Interval
daun daun Difference Error Lower Upper
(I-J) Bound Bound
56.1196
TENGAH 37.3050 .804 -717.4239 792.0339
8
BAWAH
56.1196
ATAS 60.0300 .614 -694.6989 814.7589
8
56.1196
BAWAH -37.3050 .804 -792.0339 717.4239
Tukey 8
TENGAH
HSD 56.1196
ATAS 22.7250 .917 -732.0039 777.4539
8
56.1196
BAWAH -60.0300 .614 -814.7589 694.6989
8
ATAS
56.1196
TENGAH -22.7250 .917 -777.4539 732.0039
8
56.1196
TENGAH 37.3050 1.000 -932.2846 1006.8946
Bonferro 8
BAWAH
ni 56.1196
ATAS 60.0300 1.000 -909.5596 1029.6196
8
101
56.1196
BAWAH -37.3050 1.000 -1006.8946 932.2846
8
TENGAH
56.1196
ATAS 22.7250 1.000 -946.8646 992.3146
8
56.1196
BAWAH -60.0300 1.000 -1029.6196 909.5596
8
ATAS
56.1196
TENGAH -22.7250 1.000 -992.3146 946.8646
8
Homogeneous Subsets
KONSENTRASI_KLO_b
ATAS 2 435.3650
TENGAH 2 458.0900
Tukey HSDa,b
BAWAH 2 495.3950
Sig. .614
102
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
a.Sampel daun yang dipotong per keeping sampel b. Sampel daun yang di ekstrak
103
e. Ekstrak yang telah diencerkan f. Pembacaan absorbansi dengan Spektro UV-Vis
104