Anda di halaman 1dari 104

I .

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ketahanan pangan sangat ditentukan oleh produktivitas pertanian sedangkan


produktivitas pertanian umumnya ditentukan oleh luas lahan dan jenis tanaman (Thirtle, C. et
al., 2003). Tanaman palma banyak dibudidayakan sebagai tanaman pertanian. Beberapa jenis
tanaman palma contohnya kelapa, kelapa sawit, dan aren
Tanaman kelapa memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagian
tanaman kelapa memiliki manfaat ekonomis. Daging buah kelapa dapat dikonsumsi secara
langsung sebagai makanan segar atau dapat dijadikan bahan baku bagi pengolahan berbagai
produk buah kelapa. Kelapa akan terus-menerus berperan penting dalam dunia perdagangan
oleh karena itu produksi dan peroduktivitasnya harus ditingkatkan (Sukamto, 2001).
Kelapa sawit juga memiliki nilai ekonomi terbesar per hektarnya jika dibandingkan
dengan tanaman penghasil minyak atau lemak lainnya. Kelapa sawit juga memiliki banyak
manfaat yaitu sebagai bahan bakar alternatif (biodiesel), bahan pupuk kompos, bahan dasar
industi lainnya seperti industri kosmetik, industri makanan, dan sebagai obat (Arsyad, 2009).
Tanaman aren juga dikenal sebagai tanaman multiguna. Tanaman ini menghasilkan
serat alami (ijuk), kolang kaling dari buahnya, kayu, pati, daun, dan akar. Serat alami atau ijuk
digunakan untuk berbagai bahan seperti untuk filter industri, saringan antiseptik, tangki filter,
tali, dan sapu (Pontoh, 2012).
Produksi setiap jenis tanaman palma berbeda-beda. Kelapa jenis genjah dapat
menghasilkan 9.000-11.000 butir/ha/tahun setara dengan 1,5 – 2 ton kopra (Warisno, 2003),
atau setara dengan 3,375 Kg bahan kering/ha/tahun.
Produktivitas kebun sawit rakyat rata-rata 16 ton tandan buah segar (TBS) per ha per
tahun, sementara potensi produksi bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton
TBS/ha/tahun setara dengan 9 ton kandungan bahan kering/ha/tahun.
Produksi gula aren adalah sekitar 25 ton/ha/tahun. Angka ini lebih tinggi dari
kemampuan produksi tanaman kelapa (19 ton/ha/tahun) atau tanaman lontar-lontar (18
ton/ha/tahun) (Dalibard, 1999). Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa produksi
berbagai macam tanaman palma berbeda-beda seperti produksi kelapa 3.375 ton/ha/tahun,
kelapa sawit 9 ton/ha/tahun, dan aren 50 ton/ha/tahun.

1
Proses fotosintesis adalah penyusunan senyawa kimia yang kompleks dari karbon
dioksida dan air. Sumber energi untuk proses fotosintesis adalah cahaya matahari. Proses ini
dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen yaitu klorofil (Arnon,1949). Fotosintesa juga
merupakan suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang berklorofil dan bakteri
fotosintetik, dimana energi matahari (dalam bentuk foton) ditangkap dan diubah menjadi energi
kimia (ATP dan NADPH) (Lakitan,2007). Jadi, seluruh molekul organik lainnya dari tanaman
disintesis dari cahaya matahari, CO2, dan air (Campbell, 1957).
Fungsi krolofil pada tanaman adalah menyerap energi dari sinar matahari untuk
digunakan dalam proses fotosintetis yaitu suatu proses biokimia dimana tanaman mensintesis
karbohidrat (gula menjadi pati), dari gas karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari
(Lakitan, 2007). Klorofil dapat dibedakan atas klorofil a dan b, berdasarkan pada struktur
molekulnya rantai samping pada klorofil a mengandung gugus metil sedangkan klorofil b
mengandung gugus aldehid (Campbell, 1957). Pertumbuhan dan produktifitas tanaman tersebut
terkena dampak dari kenaikan konsentrasi CO2 dan suhu (Kim dan You, 2010).
Bagian tumbuhan yang berperan dalam proses fotosintesis adalah organ daun. Proses
fotosintesis dalam daun membutuhkan suplai air, CO2, dan cahaya. Seluruh kebutuhan daun
untuk fotosintesis tersebut dipersiapkan oleh stuktur daun (Berrie. et al, 1987). Dengan
demikian struktur daun berpengaruh terhadap proses fotosintesis.
Selain umur dan varietas daun, kandungan klorofil juga bervariasi dilihat dari posisi
daun dalam satu tanaman. Analisis kandungan klorofil pada tanaman kelapa sawit
menunjukkan bahwa selain umur daun, ternyata posisi daun yang berbeda pada umur daun yang
sama, juga menunjukkan adanya variasi jumlah kandungan klorofil pada daun tersebut (
Mustafa et al., 2015).
Posisi anak daun mengikuti posisi arah tegakan tangkai daun. Dengan demikian

penangkapan cahaya matahari dapat maksimal. Posisi anak daun yang berbeda-beda pada satu

tandan dan bagian anak daun aren yang panjang memungkinkan adanya perbedaan kandungan

klorofil pada masing-masing bagian dan posisi anak daun (Mogea et al., 1991).

Tanaman palma seperti (kelapa, kelapa sawit, dan aren) memiliki struktur daun yang
hampir sama membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar (Fauzi
dkk, 2004). Warna daun pada tanaman kelapa berwarna hijau kekuningan, pada kelapa sawit

2
dan aren memiliki warna daun hijau tua sedangkan pelapah daun kelapa sawit berukuran sedang,
pada aren memiliki pelepah yang lebih panjang, dan pada kelapa memiliki pelepah yang pendek.
Smits (1996) menjelaskan bahwa tanaman dengan tajuk yang padat dengan 12 sampai 20 daun
yang tegak tersebar yang tersusun melingkar. Daunnya mempunyai panjang 6 sampai 10 m
dengan pelepah di bagian bawah. Jumlah anak daun adalah 80-130, berbentuk lembaran dengan
panjang 140-180 cm dan lebar 8 sampai 11 cm. Anak daun mengumpul pada tangkai daun
dengan auricles pada bagian dasar yang bulat atau tumpul.
Telah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai tanaman aren oleh Kamagi, L (2018),
bahwa Kandungan klorofil a yang terdapat pada daun aren bervariasi di mana posisi anak daun
pada daun memiliki kandunngan klorofil yang lebih tinggi pada bagian atas, sedangkan yang
terendah pada bagian bawah. Pada posisi kiri pada daun aren kandungan klorofilnya lebih tinggi
dibandingkan pada posisi kanan, sedangkan posisi pangkal, tengah, dan ujung pada anak daun
hampir sama kandungan klorofilnya.
Menurut Harborne (1987), pengukuran kadar klorofil secara spektrofotometri
didasarkan pada hukum Lamber – Beer. Beberapa metode untuk menghitung kadar klorofil
total, klorofil a dan kolrofil b telah dirumuskan. Di antaranya adalah Metode Sumanta (1949),
menggunakan beberapa macam pelarut dan mengukur nilai absorbansi larutan klorofil pada
panjang gelombang (λ) = 663 dan 645 nm. Hasil menunjukkan metanol sebagai ekstraktan
klorofil yang baik.
Kandungan klorofil dalam komposisi daun dapat diklasifikasikan dalam berat luas per
daun atau berat per berat daun. Hingga saat ini penelitian mengenai kandungan klorofil pada
setiap bagian anak daun tanaman palmae seperti (aren, kelapa, dan kelapa sawit) belum diteliti,
makanya perlu dilakukan penelitian untuk dapat dimanfaatkan dalam pemilihan jenis tanaman
yang dapat menghasilkan produk bermanfaat bagi masyarakat.

3
1.2. Rumusan Masalah
Berapakah jumlah kandungan klorofil pada setiap posisi anak daun dan bagian anak
daun berbagai jenis tanaman palma (kelapa, kelapa sawit, dan aren)
1.3. Tujuan
Untuk menentukan jumlah kandungan klorofil pada setiap posisi anak daun dan bagian
anak daun berbagai jenis tanaman palma (Kelapa, kelapa sawit, dan aren).
1.4. Manfaat
Melalui penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk mengetahui jumlah
kandungan klorofil pada daun kelapa, kelapa sawit, dan aren karena jumlah klorofi berpengaruh
pada peningkatan pertumbuhan pohon dan produksi buah pada pohon aren, kelapa, dan kelapa
sawit.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa

2.1.1. Klasifikasi

Tanaman kelapa menurut klasifikasi tanaman


dimasukkan dalam (Departemen Pertanian, 2006) :
Kingdom : plantae
Divisio : spermatophyte
Subdivisio : angispermae
Kelas : monocotyledonae
Ordo : Palmales
Family : Palmae
Genus : Cocos Gambar 1: Pohon Kelapa (Bandu, M. 2017).
Spesies : Cocos nucifera Linn

2.1.2 Ciri-ciri tanaman kelapa


a. Akar

Akar serabut, jumlah 2.000 – 4.000 helai/pohon, kebanyakan berada di permukaan tanah
bisa mencapai 15 m sebagian masuk ke dalam tanah sampai 3,5 m. Terdapat akar adventif di
pangkal batang dan bila masuk ke dalam tanah berfungsi sebagai akar biasa. Besar akar kira-
kira 1 cm, warna dari putih, merah muda, kemudian merah tua (Departemen Pertanian, 2006)

b. Batang

Mempunyai satu titik tumbuh diujung batang, tinggi bisa 30 m, diameter 20-30 cm.
Pertambahan panjang 1,5 m/tahun untuk muda, 0,5 m untuk dewasa dan 10-15 cm untuk yang
tua. Dalam 1 tahun rata-rata keluar 12 pelepah daun, setelah pangkal batang terbentuk, tidak
akan membesar lagi. Ujung batang mengandung zat gula disebut umbut/merup titik tumbuh
(Departemen Pertanian, 2006).

c. Daun

Mahkota terbentuk 4-6 helai saling membalut, tahap-tahap tetap berjumlah 4-6 helai
ukuran lebih besar terlepas tetap masih belum membuka. Daun mempunyai panjang 5-8 m, berat

5
10-15 kg. Tanaman dewasa memiliki 30-40 pelepah daun dan jumlah daun yang terbentuk dan
gugur seimbang 14 helai. Pada waktu muda tumbuh tegak semakin tua semakin condong
akhirnya terkulai dan berguguran (Departemen Pertanian, 2006).

Panjang helai daun berbeda-beda, tergantung pada posisinya. Helai daun yang terdapat
di tengah sumbu daun berukuran lebih panjang dibanding yang tumbuh di pangkal atau ujung
sumbu daun. Pada biji yang baru tumbuh, mula-mula terbentuk 4-6 helai daun tersusun satu
membalut yang lain sehingga merupakan selubung dan runcing sebelah ujungnya. Susunan
demikian perlu untuk memudahkan menembus lapisan sabut di sebelah pangkal buah. Setelah
itu menyusul secara berturut-turut 4-6 lembar daun yang berukuran lebih besar daripada daun-
daun yang dibentuk pertama kali, dan sudah disusun terlepas satu dengan lainnya, tetapi helai
daunnya belum menyirip. Kemudian daun-daun lainnya menyusul terbentuk berturut-turut,
ukurannya bertambah besar. Pangkal-pangkal daun membungkus bagian pangkal batang,
membentuk batang palsu. Daun-daun tadi berangsur-angsur bertambah menyirip, dimulai dari
sebelah pangkal helai daun menuju ke ujung (Mardiyatmoko, M & Ariyanti, M. 2018).
Untuk sementara titik-titik tumbuh yang diselubungi daun-daun itu tidak lagi tumbuh
memanjang, melainkan melebar, dengan demikian bagian pangkal dari pohon yang masih muda
itu memperlihatkan pertumbuhan membesar, sehingga bagian pangkal itu kelihatan terus
bertambah tebal. Pertumbuhan yang demikian berlangsung sampai umur 4 tahun. Sesudah itu
pangkal batang tidak tumbuh menebal lagi melainkan memanjang dan bagian batang yang
sebenarnya mulai kelihatan (Mardiyatmoko, M & Ariyanti, M. 2018).
Daun kelapa tersusun melingkar membentuk spiral. Arah spiral dapat kekiri atau
kekanan tergantung posisi dari tandan buah terhadap pelepah daun. Bila tandan buah berada di
sebelah kanan pelepah daun, maka arah spiral kekiri dan sebaliknya. Dari daun yang satu ke
daun berikutnya membentuk sudut 140° atau 2/5 lingkaran yang berarti setiap lima daun
membentuk dua lingkaran dan setiap enam daun berurutan akan berada pada satu garis lurus
(Mardiyatmoko, M & Ariyanti, M. 2018)
d. Bunga
Berbunga pada umur 3-8 thn, karangan bunga tumbuh dari ketiak daun. Proses
penyerbukan sendiri (Genjah) dan silang untuk jenis kelapa lokal (Kelapa Dalam).
Bunga berkarang disebut inflorescentia (Mayang/Manggar), bagian bunga kelapa adalah:
Bunga kelapa (manggar) keluar dari ketiak daun dan tertutup seludang (Spatha) dengan panjang

6
80-90 cm. Manggar terdiri dari induk tangkai bunga dan bercabang sebanyak 30-40 helai, pada
pangkal cabang tumbuh bunga betina (1-2 buah) kemudian disusul bunga jantan (150-200
buah). Bunga jantan terdiri dari 3 helai mahkota, 3 helai kelopak dan 6 helai benangsari. Bunga
betina berukuran ± 3 cm, kelopak bunga ± 5, mahkota bunga tebal membungkus hampir semua
bagian bunga betina, putik tidak bertangkai, bekas benang sari 6 buah, dasar buah terdiri dari 3
ruang (carpel) dan 1 bakal biji, tapi yang normal hanya 1 (Departemen Pertanian, 2006).
e. Buah
3-4 minggu setelah mayang membuka bunga betina mulai tumbuh, 1/2 - 2/3 buah muda
gugur, sampai 2 bulan dan buah yang rontok berkurang (Departemen Pertanian, 2006).

7
2.2 Tanaman Kelapa Sawit

2.2.1 Klasifikasi

Tanaman Kelapa sawit menurut klasifikasi


tanaman dimasukkan dalam (Lubis 1992) :
Kingdom : plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Family : Palmaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Gambar 2: Pohon Kelapa Sawit (Dokumentasi Pribadi, 2018).


2.2.2 Ciri-ciri tanaman kelapa sawit
a. Daun
Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu kumpulan anak daun (leaflets),
rachis (tempat anak daun melekat), tangkai daun (petiole), dan seludang daun (sheath). Pada
tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga lebih efektif untuk melakukan fungsinya
sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses
fotosintesis berlangsung maka semakin banyak fotosintat yang terbentuk sehingga produksi
akan cenderung meningkat. (Fauzi et al., 2012).
Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman. Bentuk daun,
jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruh terhadap tangkap sinar mantahari. Pada daun
tanaman kelapa sawit memiliki ciri yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap,
dan bertulang sejajar. Daun-daun kelapa sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya kurang
lebih 9 meter. Jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai sesuai dengan jenis
tanaman kelapa sawit. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah
daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk spiral.
Pohon kelapa sawit yang normal biasanya memiliki sekitar 40-50 pelepah daun. Pertumbuhan
pelepah daun pada tanaman muda yang berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan

8
pada tanaman yang lebih tua antara 20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin
banyak populasi kelapa sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi
prokdutivitas hasilnya per satuan luas tanaman (Vidanarko,2011).
Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang sejajar.
Panjang pelepah dapat mencapai 9 meter; jumlah anak daun tiap pelepah dapat mencapai 380
helai. Panjang anak daun dapat mencapai 120 cm. pelepah daun sejak mulai terbentuk sampai
tua mencapai waktu ±7 tahun; jumlah pelepah dalam satu pohon dapat mencapai 60 pelepah
(Rizqa, S. 1994).
b. Batang
Tanaman kelapa sawit memiliki batang yang lurus melawan arah gravitas bumi. Dalam
beberapa kondisi, batang kelapa sawit juga dapat bercabang. Tinggi batang bertambah sekitar
45 cm/ tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai, pertambahan tinggi batang kelapa sawit
dapat mencapai 100 cm/ tahun (Lubis dan Widanarko, 2011). Batang kelapa sawit diselimuti
oleh pangkal pelepah daun tua sampai kira-kira umur 11-15 tahun. Fungsi utama batang adalah
sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah; sebagai sistem pembuluh yang
mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis dari daun ke bawah;
serta berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2011).
c. Akar
Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar ini
mudah mati dan segera digantikan dengan akar serabut. Sebagian akar serabut tumbuh ke
bawah dan sebagian lainnya tumbuh mendatar ke samping (Sastrosayono, 2003). Fungsi utama
akar adalah untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap air dan unsur-unsur hara
dari dalam tanah, dan sebagai salah satu alat respirasi. Kelapa sawit memiliki sistem perakaran
serabut yang terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuarterner (Pahan, 2011).

d. Buah
Buah kelapa sawit termasuk drupe, terdiri dari pericarp (daging buah) yang terbungkus
oleh exocarp (kulit), mesocarp, dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1-4 inti/kernel.
Sementara itu, inti memiliki testa (kulit), endosperm, dan sebuag embrio (Pahan, 2011). Pada
umumnya, jika kondisi lingkungan sesuai, tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan buah
setelah berumur 3,5 tahun. Buah kelapa sawit memiliki dua jenis minyak yang dihasilkan, yaitu

9
CPO (crude palm oil) dari bagian mesocarp dan PKO (palm kernel oil) dari bagian endosperm
yang secara komersial diekstrak secara terpisah karena kandungan dan kegunaannya pun
berbeda (Fauzi et al., 2012).

2.3. Tanaman Aren

2.3.1. Klasifikasi

Tanaman aren menurut klasifikasi tanaman


dimasukkan dalam (Pratiwi dan Alrasjid,1989):
Kingdom : plantae
Divisio : spermatophyte
Subdivisio : angispermae
Kelas : monocotyledonae
Ordo : Spadicitorae
Family : Palmae
Genus : Arenga
Spesies : Arenga pinnata Merr
Gambar 3: Pohon Aren (Kamagi, L. 2017).
2.3.2.Ciri-ciri tanaman aren
a. Akar
Akar pohon aren berbentuk serabut, menyebar dan cukup dalam dapat mencapai lebih
dari 5 meter sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi yang dapat mencegah
erosi, terutama untuk daerah yang memiliki kemiringan lebih dari 20 % (Sunanto, 1993).
b. Batang
Batang pohon aren berbentuk bulat dan berwarna hijau kecoklatan, tidak memiliki duri,
tidak bercabang, tinggi mencapai 25m, diameter 65 cm (mirip dengan pohon kelapa). Pohon ini
mulai memiliki bunga pada umur sekitar 6-12 tahun. Pohon ini dalam pertumbuhannya berguna
sebagai erosi terutama tebing-tebing sungai dari bencana tanah longsor (Sudarmaji, 1994).
c.Daun
Daun pohon aren majemuk dan tulang daunnya menyirip, seperti daun kelapa, panjang
hingga 5 meter dengan tangkai daun hingga 1,5 m, anak daun seperti pita bergelombang hingga

10
7x 145 cm, berwarna hijau gelap di bagian atas daunnya dan keputih-putihan ole karena lapisan
lilin di bagian bawah daun (Effendi, 2010).
Mogea, et al. (1991) menggambarkan tanaman ini sebagai tanaman palma soliter, tidak
bercabang dan biasanya mencapai ketinggian 15-20 m, dengan diameter sekitar 30-40 cm.
Daun menyirip yang menyerupai daun tanaman kelapa. Anak daun berwarna hijau gelap pada
bagian atas dan keputihan pada bagian bawah, memberikan pohon penampilan gelap-kehijauan.
Pelepah daun menutupi batang; dengan bagian tepi pelepah terdapat ijuk yang berwarna hitam
dengan lidi yang keras.
Smits (1996) menjelaskan bahwa tanaman dengan tajuk yang padat dengan 12 sampai
20 daun yang tegak tersebar dan tersusun melingkar. Daunnya mempunyai panjang 6 sampai
10 m dengan pelepah di bagian bawah. Jumlah anak daun adalah 80-130, berbentuk lembaran
dengan panjang 140-180 cm dan lebar 8 sampai 11 cm. Anak daun mengumpul pada tangkai
daun dengan auricles pada bagian dasar yang bulat atau tumpul dan bergigi di ujung atas. Oleh
karena itu arsitektur daun teratur dalam beberapa lapisan dalam ruang tiga dimensi setebal
sekitar 5 m dari atas ke bawah. Susunan ini menyebabkan tanaman dapat menangkap sinar
matahari dengan sangat efektif.
d. Bunga
Bunga pada pohon aren terdiri atas bunga jantan dan bunga betina. Bunga yang muncul
pertama kali adalah bunga betina. Bunga betina tersusun atas untaian-untaian bunga, berbentuk
butiran-butiran kecil(bulat) berwarna hiau. Bunga jantan mulai tumbuh di bawah bunga betina
dan berbentuk bulat panjang seperti peluru dengan panjang 1,2-1,5 cm berwarna ungu. Bunga
jantan setelah dewasa kulitnya pecah dan kelihatan banyak benang sari berwarna kuning
(Sunanto, 1993).

e. Buah
Buah aren dapat terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaraan
angin dan serangga. Buah yang telah terbentuk memiliki bentuk bulat panjang dengan ujung
melengkung ke dalam memiliki diameter 3-5 cm, di dalamnya berisi 3 buah, masing-masing
berbentuk seperti satu siung bawang putih. Di dalam buah aren terdapat biji yang berbentuk
bulat dan apabila sudah matang akan berwarna hitam (Sunanto, 1993).

11
2.2. Produktivitas Tanaman Palma Utama

2.2.1. Kelapa

Perkiraan produksi buah pada kelapa varietas dalam biasanya menghasilkan rata-rata
2,3 ton kopra/ha/tahun pada umur 12-25 tahun, sedangkan untuk kelapa hibrida pada umur 10-
25 tahun mampu menghasilkan rata-rata 3,9 ton/ha/tahun (Setyamidjaja, 1984). Kelapa jenis
genjah dapat menghasilkan 9.000-11.000 butir per hektar per tahun atau setara dengan 1,5 – 2
ton kopra. Kelapa jenis dalam dapat menghasilkan buah 4.000-5.000 butir per hektar per tahun
atau setara dengan 1- 1,25 ton kopra (Warisno, 2003).

2.2.2. Kelapa Sawit


Produktivitas kebun sawit rakyat rata-rata 16 ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha per
tahun, sementara potensi produksi bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton
TBS/ha/tahun. Produktivitas CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-
rata 2,5 ton CPO per ha per tahun dan 0,33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha per tahun,
sementara di perkebunan negara rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar per tahun dan
0,91 ton PKO per hektar per tahun, dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton
CPO per hektar per tahun dan 0,57 ton PKO per hektar per tahun (Kiswanto. et al., 2008).
Pada tahun 2000, hasil minyak tahunan rata-rata dunia dari tanaman kelapa sawit per ha
adalah 3,3 t minyak kelapa sawit (PO) ditambah 0,8 minyak inti sawit (PKO, komponen minyak
tanaman yang mirip dengan kelapa dalam komposisi asam lemak). PKO biasanya mengandung
45% minyak dan 55% residu tepung PKO (produk samping). Rata-rata hasil nasional (gabungan
perkebunan swasta dan pemerintah dan perkebunan petani kecil) untuk hasil tahunan minyak
kelapa sawit per ha adalah 4,1 ton minyak di Papua Nugini, 3,8 t di Columbia dan Malaysia,
3,3 t di Indonesia dan 2,9 t di Pantai Gading, Barat Afrika. Tanaman kelapa sawit, secara global
dari bahan tanam komersial (‘Dura x Pisifera’ atau hibrida tenera) sangat responsif terhadap
kondisi lingkungan dan praktik agronomi (mis. Nutrisi optimal / pemupukan yang bijaksana),
sehingga hasil yang dapat dicapai tinggi dan sangat bervariasi. Indonesia dan Papua Nugini
menghasilkan 24-32 t / ha tandan buah segar (TBS) adalah umum, dan dengan tingkat ekstraksi
pabrik PO dari 22% minyak (jenis buah hibrida tenera), FBB ini menghasilkan 5,3 - 7 ton
minyak / ha (Hardon, J.J., 2001).

12
Di seluruh dunia, pertanian skala kecil atau perkebunan rakyat biasanya menghasilkan
antara 0,5 - 1 ton kopra / ha / tahun. Di Malaysia, hasil perkebunan tahunan rata-rata sekitar 1,5
ton kopra, tetapi potensi hasil sekitar 3,5 ton / ha. Di Indonesia, perkebunan yang dikelola
dengan baik dari varietas tinggi terpilih menghasilkan 3,5-4,5 t kopra / ha / tahun. Sementara di
Filipina, kelapa sawit yang direhabilitasi di pertanian kecil dengan tiga tahun pemupukan pupuk
mineral anorganik mencapai hasil tahunan 2,8 kopra / ha atau 83 kacang / pohon / tahun dari
hasil awal 35 kacang / pohon. Potensi hasil 6-9 ton kopra telah diperoleh di Pantai Gading
(Afrika Barat) dan Filipina dengan aplikasi nutrisi dan pupuk yang optimal, dalam tahun-tahun
curah hujan bulanan yang sangat memadai dan terdistribusi dengan baik (Ohler, J.G. 2001).

2.2.3. Aren
Produksi gula dari tanaman aren ini didasarkan pada rata-rata produksi nira aren sebesar
15 liter per pohon per hari. Bahkan kemampuan produksi gula aren dapat lebih tinggi. Telah
dilaporkan bahwa produksi nira aren bervariasi dari 5 hingga 50 liter per pohon per hari. Smits
(1996) melaporkan bahwa salah satu pohon yang disadap mempunyai produksi rata-rata 30 liter
per hari selama 5 bunga berturut-turut dengan total produksi nira sebanyak 20 000 liter untuk
jangka waktu tiga tahun. Jika jumlah ini diterapkan untuk estimasi produksi tanaman seperti di
atas maka kapasitas produksi gula aren dapat mencapai 50 ton gula per ha per tahun.
2.3. Klorofil
Klorofil adalah pigmen utama yang terdapat di daun dan berfungsi menyerap cahaya
dan mengubahnya menjadi energi kimia yang dibutuhkan dalam mereduksi karbondioksida
menjadi karbohidrat saat proses fotosintesis. Klorofil mengandung satu inti porfirin dengan satu
atom Mg yang terikat kuat ditengah, dan rantai hidrokarbon panjang yang tergabung melalui
gugus asam karboksilat.

13
Di dalam tumbuhan sekurang-kurangnya terdapat lima jenis klorofil, struktur dasarnya
sama tetapi memiliki rantai samping yang berbeda-beda. Klorofil a dan klorofil b terdapat pada
tumbuhan tingkat tinggi sedangkan klorofil c, d, dan hanya ditemukan pada alga (Gambar 4)
(Dansereau, 1957).

Gambar 4. Struktur klorofil a dan klorofil b(Song Ai dan Banyo, 2011).

Klorofil berperan untuk menarik electron dari cahaya matahari agar dapat terjadi reaksi
fotosintesis Klorofil itu bertindak sebagai pengabsorpsi energi dari sinar matahari, sehingga
klorofil dapat menjadi molekul yang berenergi tinggi, yang dapat melepaskan electron dari
molekul air dan proton dari oksigen (Ai dan Banyo, 2011).
Molekul-moekul klorofil adalah bagian aktif yang menyerap cahaya matahari dalam
bentuk energi foton yang digunakan oleh elektron-elektron untuk bertransisi ke tingkat yang
lebih tinggi (bereksitasi). Semakin banyak cahaya yang diserap maka semakin banyak aliran
elektron (Gambar 5) (Day dan Underwood, 2002). Pada spektrum absorbansi klorofil untuk
garis putus-putus menunjukan untuk klorofil b sedangkan untuk garis yang bersambung
menunjukan untuk klorofil a (Gambar 5).

14
Gambar 5 . spektrum absorpsi klorofil (Day dan underwood, 2002).
Pigmen klorofil terdapat pada kloroplas (Santoso, 2004). Kloroplas terdiri dari
membran ganda yang melingkupi ruangan yang berisi cairan yang disebut stroma. Stroma
membentuk suatu sistem membran tilakoid yang berwujud kantung tilakoid. Kantung-kantung
tilakoid tersebut dapat berlapis-lapis disebut grana Klorofil terdapat pada membran tilakoid
dan pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid, sedang
pembentukan glukosa sebagai produk akhir fotosintetis berlangsung di stroma (Gambar 6). Di
dalam kloroplas ditemukan DNA, RNA, ribosom, dan berbagai enzim. Semua molekul ini
sebagian besar terdapat di stroma, tempat berlangsungnya transkripsi dan translasi (Lehninger,
1982).

Gambar 6. Bagian-bagian kloroplas (Ai dan Banyo, 2011).

15
2.4. Fotosintesis

2.4.1. Pengertian

Fotosintesis merupakan proses yang dilakukan oleh organisme autotrof biasanya


tumbuhan, dengan menggunakan energi dari cahaya matahari yang diserap oleh pigmen klorofil
untuk membuat bahan makanan dari molekul sederhana menjadi molekul yang lebih kompleks.
Reaksi Fotosintesis (Porra, 1989) :
Cahaya
korofil
6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2
Dari reaksi tersebut, maka bahan yang digunakan untuk melakukan fotosintesis yaitu
karbondioksida dan air yang kemudian diubah menjadi karbohidrat dan oksigen dengan bantuan
foton yang diserap oleh klorofil. Jadi fotosintesis merupakan suatu proses pembentukan atau
penyusunan senyawa kompleks dari senyawa sederhana (Porra, 1989).
2.4.2. Tahapan Reaksi Fotosintesis
Reaksi fotosintesis secara terperinci terdiri atas 2 fase yaitu (Lehninger, 1982):
1. Reaksi fotokimia
Pada tahap pertama ini terjadi proses penangkapan energi surya atau proses-proses yang
bergantung pada keberadaan cahaya. Proses ini biasa dinamakan reaksi terang. Reaksi-reaksi
cahaya berlangsung pada bagian grana kloroplas. Sebagian energi matahari yang diserap akan
diubah menjadi energi kimia, yaitu berupa zat kimia berenergi tinggi. Selanjutnya, zat itu akan
digunakan untuk proses penyusunan zat gula. Sebagian energi matahari juga digunakan untuk
fotolisis air (H2O) sehingga dihasilkan ion hidrogen (H+) dan O2. Ion hidrogen tersebut akan
digabungkan dengan CO2 membentuk zat gula (CH2O)n. Sedangkan O2 -nya akan dikeluarkan.
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini
memerlukan molekul air. Reaksi terang:
H2O + NADP+ + ADP + Pi → O2 + H+ + NADPH + ATP
Energi
Matahari
Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Pigmen klorofil
menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650-
700 nanometer) dibandingkan hijau (500- 600 nanometer). Cahaya hijau ini akan dipantulkan
dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau.
Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada gelombang cahaya dengan panjang

16
tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek menyimpan lebih banyak energi. Di
dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-pusat
reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau
fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang
menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700
nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis.
2. Reaksi thermokimia = reaksi gelap = fiksasi CO2
Tahap II adalah proses-proses yang tidak bergantung langsung pada keberadaan cahaya.
Proses-proses atau reaksi-reaksi pada tahap ini disebut reaksi gelap. Reaksi-reaksi gelap terjadi
pada bagian matriks stroma kloroplas. Pada bagian ini, terdapat seluruh perangkat untuk reaksi-
reaksi penyusunan zat gula. Reaksi tersebut memanfaatkan zat berenergi tinggi yang dihasilkan
pada reaksi terang yaitu ATP dan NADPH. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah
siklus Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian
menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada
tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya). Reaksi
penyusunan ini tidak lagi bergantung langsung pada keberadaan cahaya, walaupun prosesnya
berlangsung bersamaan dengan proses-proses reaksi cahaya. Karena itulah, reaksi-reaksi pada
tahap ini disebut reaksi gelap. Reaksi tersebut dapat terjadi karena adanya enzim-enzim
fotosintesis. Sesuai dengan nama penemunya yaitu Benson dan Calvin, maka daur reaksi
penyusunan zat gula ini disebut daur Benson – Calvin. Hasil awal fotosintesis adalah berupa zat
gula sederhana yang disebut glukosa (C6H12O6). Selanjutnya, sebagian akan diubah menjadi
amilum (zat tepung / pati) yang ditimbun di daun, atau organ-organ penimbunan yang lain
(Gambar 7).

17
Gambar 7. Siklus Cavin (Google image)
2.5. Ekstraksi
Ekstrakksi adalah suatu proses pemisahan komponen yang ingin diambil dari penyusun-
penyusun lain dalam suatu campuran berdasarkan perbedaan kelarutan suatu komponen tersebut
terhadap pelarut yang digunakan. Pelarut yang tingkat kepolarannya rendah (non polar)
contohnya heksana, petroleum eter dan kloroform. Pelarut yang lebih polar contohnya adalah
alcohol dan etil asetat (Harbone,1973). Pemisahan pelarut berdasarkan prinsip “Like dissolved
like” ang berarti suatu senyawa polar akan larut dalam pelarut yang polar dan senyawa non
polar akan larut dalam senyawa non polar (Standard operating procedures,1994). Pelarut-
pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus inert atau tidak dapat bereaksi dengan komponen-
komponen yang akan diisolasi, selektif yaitu hanya mengisolasi atau melarutkan zat-zat yang
diinginkan, mempunyai titik didih rendah sehingga mudah diuapkan pada temperature ang
rendah (Harbone, 1973).
2.6. Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometer UV-Vis adalah instrument optik yang digunakan untuk pengukuran
didaerah ultraviolet dan didaerah tampak. semua metode spektrofotometri berdasarkan pada
serapan sinar oleh senyawa yang ditentukan, sinar yang digunakan adalah sinar yang
monokromatis (Day dan Underwood, 2002).

18
Menurut Rohman (2007), komponen-komponen spektrofotometri UV-Vis meliputi
(Gambar 8):

 Sumber sinar spektrofotometer UV-Vis adalah lampu deuterium atau lampu hidrogen
untuk pengukuran UV dan lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel.

 Monokromator; berfungsi untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-komponen


panjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh celah (slit). Monokromator
berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel
sebagai scan instrumen yang melewati spektrum.

 Optik-optik; dirancang untuk memecah sumber sinar sehingga sumber sinar melewati 2
kompartemen, dan seperti dalam spektrofotometer berkas ganda (double beam), suatu
larutan blanko dapat digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi
pembacaan atau spektrum sampel. Yang sering digunakan sebagai blanko dalam
spektrofotometer UV-Vis adalah semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan
sampel atau pereaksi.

Gambar 8. Komponen UV-vis (Sudarmadji, 1994).

19
2.7. Analisis Kandungan Klorofil Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

Menurut Porra, et al (1989), Absorbansi yang telah dibaca pada panjang gelombang 665
nm dan 652 nm dimasukkan ke dalam rumus:
[Ch a] = 16,29 𝐴665 – 8,54 𝐴652
[Ch b] = 30,66 𝐴652 – 13,58 𝐴665
Dari rumus tersebut didapatkan konsentrasi klorofil yang ada pada daun aren, kelapa, dan kelapa
sawit.

20
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Agustus sampai September
2018 di laboratorium Biokimia dan Pangan Program Studi Kimia dan di Laboratorium
Mikrobiologi Program Studi farmasi FMIPA UNSRAT Manado.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, neraca analitik, alat
sentrifugasi, lumping dan alu, lemari pendingin, cool box, aluminium foil, gunting, one hole
punch dengan diameter 4,2 mm, alat pengukur panjang, dan spektrofotometer UV-Vis
(Shimadzu UV-Vis 1800).

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel anak daun kelapa, kelapa
sawit dan aren. Sampel anak daun kelapa dan kelapa sawit diambil di perkebunan Hamparan
Mapalus, Kecamatan Minahasa Utara, Kelurahan Paniki, Provinsi Sulawesi Utara sedangkan
anak daun aren di ambil di kota Tomohon Kecamatan Minahasa Provinsi Sulawesi Utara.
Metanol PA (Merck), tissue, akuades, label, dan kantong plastik untuk menyimpan sampel.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Persiapan Sampel (Porra et al., 1989):


Daun kelapa, kelapa sawit, dan aren masing-masing diambil pada posisi atas dari tajuk
tanaman. Sampel anak daun pada daun dibagi 3 posisi yaitu pangkal, tengah, dan atas.
Selanjutnya setiap posisi anak daun diambil kiri dan kanan. Lembar daun pada anak daun
dibedakan atas 3 bagian, yaitu: bawah, tengah, dan atas (Gambar 9). Sampel diambil dari setiap
bagian tersebut dengan cara dilubangi dengan menggunakan one hole punch. Berat setiap

21
sampel diusahakan mencapai 0,1 gram atau setara dengan 18-24 lingkaran pada sampel daun
kelapa, 26-28 lingkaran pada sampel daun kelapa, dan 14-16 lingkaran pada sampel daun aren
tergantung masing-masing berat sampel tersebut. Selanjutnya sampel segera diberi label dan
diletakkan dalam kantung plastik, kemudian sampel tersebut dimasukkan ke dalam lemari
pendingin (± 4-10 °C).
Lingkaran yang dibentuk oleh one hole punch, dihitung luasnya dengan menggunakan
rumus luas lingkaran, yaitu:
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝜋 𝑟 2
dimana: 𝜋 = 3,14
𝑟 = 𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎

Tiap posisi anak daun pada daun

Kiri

Atas

Pangkal
Tengah

Kanan
Tiap bagian Anak Daun dibagi :

Atas
Tengah
Bawah

Gambar 9. Pengambilan Sampel Pada Daun Aren (Sumber : Kamagi, L.2018)

22
3.3.2. Ekstraksi sampel dan karakterisasi Absorbansi Klorofil (Porra et al., 1989):

Sampel yang dianalisis diekstrak terlebih dahulu menggunakan metanol. Sebanyak 0,1
gram sampel dan 2 mL metanol dimasukkan ke dalam wadah lumpang, kemudian dihaluskan
dengan cara digerus menggunakan alu. Lalu sampel yang telah digerus dimasukkan ke dalam
gelas ukur. Setelah itu, lumpang dan alu yang telah digunakan untuk menghaluskan sampel,
dibilas dengan 1,5 mL metanol sebanyak tiga kali. Tujuannya untuk melarutkan sisa-sisa sampel
yang masih tertinggal.
Pelarut yang digunakan untuk membilas sisa-sisa sampel yang terdapat pada lumpang
dan alu tersebut, dimasukkan bersama-sama dengan sampel yang telah dihaluskan dengan
pelarut tadi ke dalam gelas ukur, dan ditambah metanol hingga mencapai volume 8 mL. Ekstrak
tersebut dimasukkan ke dalam tabung centrifuge dan disentrifugasi selama 25 menit dengan
kecepatan 1000 rpm. Setelah didapatkan filtrat, maka filtrat diambil sebanyak 1 mL dan
dilarutkan ke dalam 4 mL metanol dan dibaca absorbansinya dengan alat spektrofotometer UV-
Vis (Shimadzu UV-Vis 1800) pada panjang gelombang 665 (Klorofil a) nm dan 652 nm
(Klorofil b).

3.3.4. Penentuan Konsentrasi Klorofil pada Daun

3.3.4.1 Analisis Konsentrasi Klorofil Menggunakan Rumus Menurut Porra et al., (1989):

Panjang gelompang yang ditunjukan untuk klorofil a dan klorofil b pada masing-masing
pelarut menunjukan hasil yang berbeda-beda. Absorbansi yang telah dibaca pada panjang
gelombang 665 nm dan 652 nm menggunakan pelarut methanol dimasukkan ke dalam rumus:

[Ch a] = 16,29 𝐴665 – 8,54 𝐴652

[Ch b] = 30,66 𝐴652 – 13,58 𝐴665

Dari rumus tersebut didapatkan konsentrasi klorofil yang ada pada daun aren, kelapa, dan kelapa
sawit kemudian dihitung menggunakan persamaan luas area.

23
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Massa Sampel Daun Kelapa, Kelapa Sawit, dan Aren

Massa sampel anak daun kelapa, kelapa sawit dan aren yang ditimbang masing-masing
memiliki jumlah potongan-potongan yang berbeda-beda, 18-24 potongan pada sampel anak
daun kelapa sawit, 26-28 potongan pada sampel anak daun kelapa, dan 14-16 potongan pada
sampel anak daun aren. Pada setiap bagian anak daun harus mencapai 0,1 gram. Tergantung
berat dari setiap bagian anak daun.
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa massa sampel pada posisi pangkal anak daun pada
daun memiliki nilai yang besar, kemudian posisi tengah anak daun pada daun yang memiliki
rata-rata yang lebih besar dibandingkan bagian atas anak daun yang memiliki nilai rata-rata
massa yang paling kecil. Hal ini karena bagian pangkal memiliki ketebalan daun yang paling
tebal, sedangkan bagian tengah anak daun memiliki ketebalan yang lebih tebal dibandingkan
dengan bagian ujung yang tingkat ketebalan daunnya paling kecil untuk tiap-tiap posisi pada
anak daun dari kelapa, kelapa sawit dan aren.
Pada posisi anak daun bagian atas dari tandan daun memiliki massa yang lebih kecil
dibandingkan dengan posisi daun bagian tengah dan bawah dari tandan daun kelapa,
sedangkan untuk tandan daun kelapa sawit pada bagian pangkal dan tengah memiliki nilai
yang hampir sama besar, dan pada bagian tandan daun bagian atas memiliki nilai yang lebih
kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa posisi daun bagian atas dan ujung daun aren yang
kemungkinan mendapatkan cahaya matahari yang lebih tinggi, ternyata memiliki tingkat
ketebalan yang lebih kecil dibandingkan dengan bagian daun yang posisinya dekat dengan
batang pohon aren yang memiliki kemungkinan mendapatkan intensitas cahaya yang rendah
(teduh).
Tabel 1. Massa Daun Kelapa, Kelapa Sawit dan Aren Per Keping Sampel (mg)

Bagian Massa Sampel (mg/keping)


Posisi anak daun
Sampel anak Kanan Rerataan Kiri Rerataan
pada daun
daun U1 U2 U1 U2
Bawah 5.67 5.71 5.69 5.62 5.74 5.68
Pangkal Tengah 5.45 5.32 5.39 5.19 5.44 5.31
Kelapa Atas 4.87 4.80 4.83 4.84 4.61 4.73
5.30 5.24 5.27
Tengah Bawah 6.04 5.67 5.86 5.79 5.63 5.71

25
Tengah 5.12 5.38 5.25 5.61 4.96 5.28
Atas 4.83 4.77 4.80 4.35 4.28 4.31
5.30 5.10 5.20
Bawah 5.29 4.99 5.14 4.73 5.17 4.95
Atas Tengah 4.82 4.37 4.59 4.11 4.48 4.29
Atas 3.99 4.25 4.12 4.14 4.04 4.09
4.62 4.44 5.00
Kelapa 5.07 4.93 5.00
Bawah 3.93 3.92 3.92 3.93 3.79 3.86
Pangkal Tengah 3.79 3.66 3.73 3.66 3.92 3.79
Atas 3.78 3.79 3.78 3.80 3.66 3.73
3.81 3.79 3.80
Bawah 3.66 3.95 3.80 3.79 3.94 3.87
Kelapa sawit Tengah Tengah 3.79 3.80 3.80 3.66 3.95 3.80
Atas 3.65 3.93 3.79 3.93 3.66 3.80
3.80 3.82 3.81
Bawah 3.79 3.94 3.87 3.79 3.79 3.79
Atas Tengah 3.65 3.80 3.72 3.66 3.77 3.72
Atas 3.91 3.79 3.85 3.90 3.91 3.91
3.81 3.81 3.81
Kelapa sawit 3.81 3.81 3.81
Bawah 7.73 7.47 7.60 6.88 7.31 7.10
Aren Tengah Tengah 7.10 6.09 6.59 6.43 7.32 6.87
Atas 7.11 6.44 6.78 7.27 6.49 6.88
Aren 6.99 6.95 6.97

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Afa dan Sudarsono (2014), daun yang
lebih sering terkena cahaya matahari memiliki ketebalan daun yang lebih tipis dibandingkan
dengan daun yang jarang kontak dengan cahaya matahari. Jika dihubungkan dengan data pada
tabel 1 bahwa Posisi pangkal lebih sering terkena cahaya matahati dibandingkan dengan posisi
tengah dan atas.
Pada table 1. Dapat dilihat bahwa berat rata-rata pada setiap jenis tanaman palmae
berbeda-beda di mana daun aren lebih berat dengan nilai rata-rata 6.97 mg/keeping kemudian
diikuti oleh kelapa dengan nilai rata-rata 5.00 mg/keping dan yang memiliki berat terendah
adalah kelapa sawit dengan nilai rata-rata 3.81 mg/keping. Jika dilihat berat rata-rata pada setiap
posisi anak daun kelapa, posisi pangkal memiliki berat rata-rata tertinggi dengan nilai 5.27
mg/keping kemudian diikuti oleh posisi tengah dengan nilai rata-rata 5.20 mg/keping dan yang
terendah pada posisi bawah dengan nilai rata-rata 5.00 mg/keping sedangkan untuk kelapa sawit
malah sebaliknya di mana anak daun pada posisi tengah dan atas lebih berat dibandingkan pada

26
posisi pangkal dengan nilai rata-rata 3.80 mg/keping dan anak daun pada posisi tengah dan atas
memiliki berat yang sama dengan nilai rata-rata 3.81 mg/keping. Selanjutnya jika dibandingkan
antara ketiga jenis tanaman palmae anak daun pada posisi tengah daun aren lebih berat
dibandingkan anak daun pada posisi tengah daun kelapa dan kelapa sawit dengan nilai rata-rata
6.97 mg/keping. Dan untuk setiap berat bagian anak daun kelapa bagian bawah pada posisi
tengah lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian bawah pada posisi pangkal dan atas dengan
nilai rata-rata 5.71 mg/keping daun selanjutnya diikuti oleh bagian bawah pada posisi pangkal
dan yang memiliki berat terendah yaitu pada anak daun bagian bawah posisi bawah anak daun
pada daun dengan nilai rata-rata 4.95 mg/keping. Untuk bagian tengah anak daun, anak daun
bagian tengah pada posisi pangkal daun kelapa lebih berat jika dibandingkan dengan bagian
tengah pada posisi tengah dan atas dengan nilai rata-rata 5.31 mg/keping dan bagian atas pada
posisi pangkal juga lebih berat jika dibandingkan dengan bagian atas anak daun pada posisi
tengah dan atas dengan nilai rata-rata 4.73 mg/keping. Untuk bagian daun dari anak daun kelapa
sawit, bagian bawah pada posisi pangkal lebih berat jika dibandingkan dengan bagian bawah
anak daun pada posisi tengah dan atas daun dan untuk bagian tengah anak daun pada posisi
tengah daun lebih berat jika dibandingkan dengan bagian tengah pada posisi pangkal dan atas
daun dan selanjutnya pada bagian atas anak daun pada posisi atas daun memiliki massa yang
lebih berat jika dibandingkan dengan bagian atas anak daun pada posisi pangkal dan tengah
daun. Untuk daun aren bagian tengah, bawah, maupun atas anak daun pada posisi tengah daun
memiliki massa yang lebih berat jika dibandingkan dengah setiap bagian anak daun pada posisi
tengah dari daun kelapa dan kelapa sawit dengan nilai rata-rata dari yang paling berat pada
bagian bawah 7.10 mg/keping, selanjutnya diikuti oleh bagian atas dan yang terendah pada
bagian tengah. Jadi, dapat disimpulkan dari data diatas terlihat bahwa daun aren mempunyai
ketebalan yang tertinggi yaitu rata rata 6.97 mg/keping, sedangkan kelapa adalah 5.00
mg/keping dan kelapa sawit 3.81 mg/keping dan berat kepingan daun dari anak daun kelapa,
kelapa sawit dan aren cenderung menurun dari bagian bawah ke bagian tengah dan atas.
Selanjutnya berat daun pada posisi pangkal dari daun kelapa lebih tinggi (5.27) dari bagian
tengah (5.20) dan bagian ujung (5.00) mg/keping. Bagian ujung mempunyai berat yang terendah
dan berat daun pada sisi kiri anak daun kelapa dan aren lebih tinggi dari pada sisi kanan anak
daun, kecuali pada daun kelapa sawit yang mempunyai berat sama baik pada sisi kiri maupun
kanan anak daun.

27
Tebal daun yang lebih besar biasanya dikaitkan dengan tingkat asimilasi karbon daun
yang lebih besar. Ketebalan daun dan luas daun mencerminkan pertukaran antara potensi
fotosintesis per satuan luas daun dan intersepsi cahaya per daun. Dengan demikian, variasi
ketebalan daun yang berpengaruh terdahap berat per keping daun dari berbagai jenis tanaman
palmae di atas dapat memiliki pengaruh besar pada pertumbuhan tanaman dan produktivitas.
Tebal daun awal terjadi selama perkembangan awal, menyusul fase penebalan cepat, ketebalan
daun sangat ditentukan oleh struktur anatomi daun (Maksymowych, 1973). Daun yang memiliki
tebal yang lebih besar biasanya dikaitkan dengan tingkat asimilasi karbon daun yang lebih besar
(Mehltreter, 2010). Jadi, ketebalan daun berpengaruh terhadap berat daun di mana jika dilihat
pada tabel di atas bahwa perbedaan pada setiap berat dari berbagai posisi anak daun maupun
bagian dari anak daun berhubungan dengan tingkat asimilasi karbon di mana pada setiap posisi
anak daun pada daun maupun bagian anak memiliki tingkat asimilasi karbon yang berbeda-
beda.
Perbedaan ketebalan daun pada berbagai jenis tanaman palmae juga berhubungan
dengan intensitas cahaya matahari karena daun yang terpapar sinar matahari memiliki lapisan
palisade menjadi lebih pendek. Daun melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya sehingga
jaringan palisade yang memendek membuat daun tersebut memiliki kandungan klorofil yang
cukup untuk melakukan fotosintesis. Kondisi demikian sangat menguntungkan tanaman karena
klorofil yang terkandung pada daun akan lebih terorientasi pada bidang permukaan daun
sehingga penangkapan cahaya matahari lebih efisien. Sedangkan pada daun yang kurang
terpapar sinar matahari akan melakukan penyesuaian diri karena memiliki jaringan palisade
yang melebar agar kandungan klorofil cukup untuk melakukan fotosintesis (Sopandie et al.,
2006).
4.2. Panjang Gelombang Klorofil a dan Klorofil b

Pada hasil scanning menggunakan spektrofotometer UV-Vis terlihat bahwa klorofil a,


klorofil b dan klorofil a + b yang terdapat pada Gambar 5, memiliki peak area di panjang
gelombang sekitaran 400 sampai 700 nm. Klorofil adalah pigmen warna yang memiliki serapan
di daerah visible sehingga dibaca pada panjang gelombang 400 sampai 700 nm.
Menurut Porra et al: (1989) bahwa hasil scanning panjang gelombang dari klorofil
berada di sekitar 400 hingga 700 nm. Pada klorofil a , puncak tertinggi berada di panjang

28
gelombang 665 nm, sedangkan untuk klrofil b, puncak tertinggi berada pada panjang
gelombang 652 nm untuk pelarut methanol.
Dari data yang di peroleh oleh Kamagi, L (2014), jika klorofil a dan klorofil b masing-
masing ditambahkan sebanyak 2 ml larutan klorofil a dan 2 ml larutan klorofil b maka akan
didapatkan hasil scanning panjang gelombang seperti pada Gambar 5 dan memiliki puncak pada
665 nm. Hal ini membuktikan pembacaan absorbansi yang telah dilakukan dibaca pada panjang
gelombang tersebut sesuai dengan hasil scanning panjang gelombang pada larutan standar
seperti pada Gambar 5.

3,666

3,000
Klorofil
a

2,000 Klorofil
a+b
Abs.

Klorofil
1,000 b

0,000

-0,332
400,00 500,00 600,00 700,00 800,00
nm.
Gambar 10. Spektra dari hasil scanning larutan standar klorofil a, klorofil b dan klorofil a+b
(Kamagi, L. 2014).

Menurut Salisbury dan Ross (1992), klorofil a menyerap cahaya tertinggi pada panjang
gelombang di sekitar 420 nm dan 660 nm,sedangkan klorofil b menyerap cahaya tertinggi pada
panjang gelombang di sekitar 440 nm dan 640-650 nm. Berdasarkan kisaran panjang gelombang
pada klorofil a dan klorofil b, photosynthetically active radiation/ PAR dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu panjang gelombang aktivitas tinggi ( 400 – 500 nm) kelompok cahaya biru,
dan panjang gelombang aktif rendah (600-700 nm) kelompok cahaya merah (respon fitokrom).
Cahaya merah (respon fitokrom) aktif untuk induksi fotoperiodisitas
pembungaan,perkembangan kloroplas (sintesis klorofil), dan abisisi daun. Oleh sebab itu

29
kandungan klorofil pada daun dibaca absorbansinya pada daerah panjang gelombang aktif
rendah (600-700 nm).
Secara kimia, fitokrom terdiri dari satu molekul bilin yang terdiri dari 4 cincin pirol
kromofor, dan terikat pada bagian protein. Kromofor fitokrom adalah fitokromobilin. Klorofil
adalah molekul yang memiliki satu atom logam di tengah ikatan tetrapirol, sehingga struktur
klorofil dibaca pada panjang gelombang sekitar 600-700 nm (Mauseth, 2003).

Gambar 11. Molekul fitokromobilin ( Mauseth, 2003)

Gambar 12. Struktur klorofil a dan klorofil b (Harbone, 1973)

30
Dari kedua gambar di atas, dapat dilihat bahwa struktur antara fitokromobilin memiliki
kesamaan dengan klorofil, yaitu adanya ikatan tetrapirol. Fitokromobilin adalah kromofor
fitokrom yang slah satunya berfungsi untuk sintesis klorofil (Salisbury dan Ross, 1992).
Pada hasil analisis daun kelapa, kelapa sawit dan aren yang telah dilakukan, didapatkan
data hasil scanning pada daun aren seperti Gambar 8. Dari gambar tersebut, tampak bahwa hasil
scanning larutan standar klorofil a + b memiliki pola yang sama dengan hasil scanning anak
daun kelapa, kelapa sawit, dan aren yang terdapat di bagian pangkal, tengah, dan atas di posisi
kiri dan kanan pada daun.
Pada posisi yang lainnya, scanning panjang gelombang daun kelapa, kelapa sawit, dan
aren memiliki pola yang sama, namun diambil beberapa bagian saja untuk mewakili hasil
scanning panjang gelombang pada daun aren yang terdapat pada Gambar 8. Hal ini
membuktikan bahwa sampel yang diamati adalah sampel yang mengandung klorofil a dan
klorofil b, karena klorofil a dan klorofil b terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi seperti pada
daun pohon kelapa, kelapa sawit, dan aren. Tumbuhan tingkat tinggi adalah tumbuhan yang
memiliki batang, akar, dan daun sejati, seperti tumbuhan yang tergolong spermatophyta (
tumbuhan berbiji) dan tanaman aren termasuk pada golongan spermatophyta (Danserau,1957).

31
Gambar 13. Spektra dari hasil scanning dari ekstrak daun kelapa pada posisi bawah daun aren.
Keterangan hasil scanning :

1. Anak daun aren bagian pangkal dari posisi atas daun bagian kanan
2. Anak daun aren bagian tengah dari posisi tengah daun bagian kanan
3. Anak daun aren bagian bawah dari posisi bawah daun bagian kanan

Hasil scanning pada gambar di atas juga membuktikan bahwa larutan ekstrak daun kelapa
memiliki kandungan klorofil, karena hasil scanning pada larutan standar klorofil a + b
memperlihatkan pola yang sama dan antara bagian yang satu dengan yang lainnya juga memiliki
pola yang sama pada peak nomor 1-3.
4.3. Konsentrasi Klorofil yang Dihitung dengan Rumus Menurut Porra et al : 1989

Pada perhitungan untuk mencari kandungan klorofil pada daun aren, dilakukan dengan
metode perhitungan yaitu perhitungan dengan menggunakan persamaan rumus menurut Porra
et al : 1989. Perhitungan kandungan klorofil yang dibahas merupakan perhitungan kandungan
klorofil pada konsentrasi ekstrak daun yang telah diencerkan, yaitu 2.500 µg/mL dengan cara
memasukkan 1 mL ekstrak yang memiliki konsentrasi 12.500 µg/mL ke dalam gelas ukur
kemudian ditambahkan dengan 4 mL methanol (Lampiran 3). Berikut merupakan perhitungan
konsentrasi klorofil :
1. Klorofil a

Dari data absorbansi yang didapatkan dengan spektrofotometer UV-Vis dihitung


dengan menggunakan persamaan menurut Porra et al: 1989, sebagai berikut :
[Ch a] = 16,29 A665 – 8,54 A652,0

[Ch b] = 30,66 A652,0 – 13,58 A665

Perhitungan Konsentrasi Klorofil a dengan rumus menurut Porra et al : 1989, sebagai


berikut :
Diketahui ekstrak daun kelapa dengan konsentrasi 2.500 µg/mL dengan nilai absorbansi pada λ
= 665 adalah 0,413 dan λ = 652 adalah 0,227. Nilai konsentrasi klorofil yang diperoleh :
[Ch a] = (16,29 x 0,413) – (8,54 x 0,227)

[Ch a] = 4,79 µg/mL

2. Klorofil b

32
Diketahui ekstrak daun aren dengan konsentrasi 2500 µg/ml dengan nilai absorbansi
pada λ = 665 adalah 0,413 dan λ = 652 adalah 0,227. Nilai konsentrasi klorofil yang diperoleh
menurut Porra et al : 1989 adalah :
[Ch b] = 30,66 A652,0 – 13,58 A665

[Ch b] = (30,66 x 0,227) – (13,58 x 0,413)

[Ch b] = 1,35 µg/mL

Dari cara perhitungan diatas, untuk klorofil a maupun klorofil b dapat diketahui jumlah
kandungan konsentrasi klorofil a dan b. Sehingga rumus menurut Porra et al : 1989 juga dapat
dipakai untuk menghitung konsentrasi klorofil a dan klorofil b. Perhitungan di atas didapatkan
dari ekstrak yang telah diencerkan dengan 1 mL ekstrak yang ditambahkan 4 mL metanol.
4.4. Kandungan Klorofil a dan b pada Daun Kelapa, Kelapa Sawit, dan Aren

4.4.1. Kandungan Klorofil a

Pengukuran karakter fisiologi pada tanaman seperti kandungan klorofil, merupakan


salah satu pendekatan untuk mempelajari pengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil produksi
pada tanaman, karena hal ini berkaitan erat dengan laju fotosintesis. Oleh sebab itu informasi
mengenai kandungan klorofil a dan klorofil b pada tanaman sangat diperlukan, hal ini
merupakan salah satu indikator untuk mengetahui potensi tanaman dalam memproduksi hasil
yang dapat dimanfaatkan manusia ( Li et al.,2006).
Pada Tabel 2 dan Tabel 3 dapat dilihat bahwa konsentrasi klorofil a dapat dihitung
menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989. Perhitungan kandungan klorofil
dihitung dalam 2 satuan, yaitu µg/ml dan µmol/m2.
4.4.1.1. Kandungan Klorofil a (µg/mL)

Pada Tabel 2, yaitu tabel konsentrasi klorofil a dengan satuan µg/mL adalah hasil dari
perhitungan yang menggunakan ekstrak daun kelapa, kelapa sawit, dan aren dengan konsentrasi
12.500 µg/mL (larutan induk). Larutan tersebut dibuat dengan mengekstrak 0,1 gram sampel
daun kelapa, kelapa sawit, dan aren dengan 8 mL metanol (Lampiran 4).

33
Tabel 2. Konsentrasi Klorofil a (µg/mL)

konsentrasi klorofil a (µg/mL)


Posisi anak daun Bagian
Sampel Kanan Rerataan Kiri Rerataan
pada daun anak daun
U1 U2 U1 U2
Bawah 22.58 23.95 23.27 21.60 24.45 23.03
Pangkal Tengah 23.60 24.50 24.05 23.98 22.55 23.27
Atas 21.30 23.95 22.63 22.40 24.40 23.40
23.31 23.23 23.27
Bawah 23.05 22.25 22.65 23.55 23.05 23.30
Kelapa Tengah Tengah 23.25 24.10 23.68 23.80 23.55 23.68
Atas 21.80 24.30 23.05 21.80 22.80 22.30
23.13 23.09 23.11
Bawah 24.05 22.25 23.15 24.30 21.50 22.90
Atas Tengah 22.60 22.65 22.63 24.40 22.75 23.58
Atas 22.70 21.75 22.23 23.35 23.10 23.23
22.67 23.23 22.95
Kelapa 23.04 23.19 23.11
Bawah 40.70 38.35 39.53 35.65 40.60 38.13
Pangkal Tengah 39.50 36.50 38.00 34.60 41.20 37.90
Atas 32.65 32.30 32.48 35.95 35.25 35.60
36.67 37.21 36.94
Bawah 37.40 40.95 39.18 40.84 42.28 41.56
Kelapa sawit Tengah Tengah 36.85 37.63 37.24 39.48 40.36 39.92
Atas 33.85 34.15 34.00 32.61 36.84 34.73
36.81 38.74 37.77
Bawah 40.52 42.53 41.53 41.32 40.49 40.91
Atas Tengah 36.09 37.29 36.69 37.16 32.82 34.99
Atas 33.21 34.06 33.64 26.70 27.54 27.12
37.28 34.34 35.81
Kelapa Sawit 36.92 36.76 36.84
Bawah 28.66 32.33 30.50 31.87 32.17 32.02
Aren Tengah Tengah 32.83 33.28 33.06 35.55 36.00 35.78
Atas 30.98 31.33 31.16 34.08 34.58 34.33
31.57 34.04 32.81

Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989

4.4.1.2. Kandungan Klorofil a (µmol/m2)

Salah satu satuan yang juga digunakan untuk menghitung kandungan klorofil a dalam
penelitian ini adalah µmol/m2,dimana konsentrasi klorofil a diubah ke µmol, kemudian dibagi
dengan luas daerah pada daun. Luas daerah pada daun dapat dihitung dengan terlebih dahulu
menghitung luas lingkaran dari sampel daun aren yang telah dipotong-potong menggunakan
one hole punch sehingga membentuk lingkaran, setelah didapatkan luas lingkaran maka

34
penyebaran konsentrasi klorofil per satuan luas dapat dihitung dengan rumus (Lampiran 5).
Hasil yang didapatkan dari perhitungan menggunakan satuan ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan Klorofil a (µmol/m2)

Kandungan Klorofil a (µmol/m2)


Posisi anak daun Bagian
Sampel Kanan Rerataan Kiri Rerataan
pada daun anak daun
U1 U2 U1 U2
Bawah 811.14 860.36 835.75 775.94 878.32 827.13
Pangkal Tengah 803.17 833.79 818.48 775.29 767.43 771.36
Atas 655.85 737.45 696.65 689.72 717.16 703.44
783.63 767.31 775.47
Bawah 828.03 799.29 813.66 845.99 828.03 837.01
Kelapa Tengah Tengah 751.69 820.18 785.94 854.97 725.13 790.05
Atas 671.25 748.23 709.74 671.25 614.29 642.77
769.78 756.61 763.19
Bawah 818.48 719.36 768.92 714.22 695.11 704.66
Atas Tengah 695.88 636.78 666.33 685.98 639.59 662.78
Atas 587.13 586.00 586.56 629.10 597.47 613.29
673.94 660.25 667.09
Kelapa 742.45 728.06 735.25
Bawah 1012.20 953.76 982.98 886.61 972.32 929.46
Pangkal Tengah 945.98 842.91 894.44 799.03 1024.64 911.84
Atas 781.93 773.54 777.74 860.96 814.04 837.50
885.05 892.93 888.99
Bawah 863.69 1018.42 941.06 978.07 1051.50 1014.78
Kelapa sawit Tengah Tengah 882.51 901.19 891.85 911.73 1003.75 957.74
Atas 781.71 849.31 815.51 811.01 850.76 830.88
882.81 934.47 908.64
Bawah 970.40 1057.72 1014.06 989.56 969.68 979.62
Atas Tengah 833.44 893.05 863.25 858.15 786.00 822.08
Atas 825.93 815.69 820.81 664.03 684.92 674.47
899.37 825.39 862.38
Kelapa Sawit 889.08 884.26 886.67
Bawah 1406.07 1493.22 1449.65 1373.84 1485.83 1429.84
Aren Tengah Tengah 1415.23 1265.85 1340.54 1436.70 1662.73 1549.71
Atas 1335.48 1266.16 1300.82 1574.05 1397.50 1485.77
1363.67 1488.44 1426.05

Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989

Pada gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan nilai kandungan
klorofil a pada berbagai jenis tanaman palmae berdasarkan luas area (µmol/m2) di mana aren
memiliki nilai kandungan klorofil a tertinggi dibandingkan dengan kelapa sawit dan kelapa

35
memiliki nilai kandungan klorofil a terendah. Dari data statistik (Lampiran 6) di dapatkan
bahwa nilai kandungan klorofil a antara ketiga jenis tanaman palmae (kelapa, kelapa sawit dan
aren) berbeda signifikan.

Berbagai Jenis Tanaman Palmae


1600.00 1426.05
Kandungan klorofil a (µmol/m2)
1400.00
1200.00
1000.00 886.67
735.25
800.00
Series1
600.00
400.00
200.00
0.00
Kelapa Kelapa Sawit Aren

Gambar 14. Kandungan klorofil a pada berbagai jenis tanaman palmae

Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa kandungan klorofil a berdasarkan luas area
(µmol/m2) memiliki perbedaan satu sama lain. Di mana kandungan klorofil a pada posisi tengah
anak daun pada daun aren memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan posisi
tengah anak daun pada daun kelapa dan kelapa sawit sedangkan yang memiliki nilai kandungan
klorofil a terendah adalah posisi anak daun pada daun kelapa. Dari data statisitik (Lampiran 6)
menunjukan bahwa posisi anak daun pada daun kelapa antara pangkal dan tengah tidak
siginifikan sedangkan antara pangkal tengah dan atas berbeda siginifikan, untuk posisi anak
daun pada daun kelapa sawit posisi pangkal dan atas tidak signifikan sedangkan untuk posisi
antara pangkal atas dan tengah berbeda siginifikan.

Posisi Anak Daun Pada Daun


1426.05
1500.00
Konsentrasi klorofil

888.99 908.64 862.38


(µmol/m2)

1000.00 775.47 763.19


667.09 Kelapa
Kelapa Sawit
500.00
Aren

0.00
Pangkal Tengah Atas

36
Gambar 15. Kandungan klorofil a pada posisi anak daun pada daun berbagai jenis tanaman
pelmae

Pada gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa nilai kandungan klorofil a (µmol/m2)
tertinggi pada beberapa bagian anak daun di miliki oleh bagian anak daun aren kemudian di
ikuti oleh bagian dari anak daun kelapa sawit dan yang terendah adalah bagian dari anak daun
aren dengan demikian dari data statistik (Lampiran 6) memunjukan bahwa Bagian dari anak
daun pada daun kelapa antara bawah dan tengah atas berbeda signifikan sedangkan antara
bagian tengah dan atas dari anak daun tidak siginifikan dan untuk bagian dari anak daun kelapa
sawit ketiganya berbeda signifikan selanjutnya untuk bagian dari anak daun aren ketiganya tidak
signifikan.

Bagian Dari Anak Daun


1600.00 1439.74 1445.13
1393.30
1400.00
Konsentrasi klorofil (µmol/m2)

1200.00
976.99
1000.00 890.20
797.86 792.82 Kelapa
749.16
800.00 658.74 Kelapa Sawit
600.00 Aren
400.00

200.00

0.00
Bawah Tengah Atas

Gambar 16. Kandungan klorofil a pada bagian dari anak daun berbagai jenis tanaman pelmae

Pada gambar di bawah dapat dilihat bahwa nilai kandungan klorofil a berdasarkan luas
area (µmol/m2) pada posisi kanan dan kiri anak daun pada daun di mana posisi kiri daun aren
dan posisi kanan daun aren memiliki perbedaan. Posisi kanan daun kelapa dan kelapa sawit
(tiap-tiap anak daun pada tandan daun) memiliki nilai kandungan klorofil yang lebih banyak
dibandingkan dengan posisi kiri daun kelapa dan kelapa sawit. Sedangkan pada posisi kanan
daun aren (tiap-tiap anak daun pada tandan daun) memiliki nilai kandungan klorofil yang lebih
sedikit dibandingkan dengan posisi kiri daun aren sedangkan dari data statistik (Lampiran 6)
menunjukan bahwa posisi kanan dan kiri anak daun pada daun kelapa, kelapa sawit, dan aren
tidak signifikan.

37
Posisi Kanan dan Kiri Anak Daun pada Daun
1600.00 1488.44
1363.67

Konsentrasi klorofil (µmol/m2)


1400.00
1200.00
1000.00 889.08 884.26
742.45 Kelapa
728.06
800.00
Kelapa Sawit
600.00
Aren
400.00
200.00
0.00
Kanan Kiri

Gambar 17. Kandungan klorofil a pada posisi kanan dan kiri anak daun pada daun berbagai
jenis tanaman palmae

Menurut Kramer and Boyer (1995), bahwa ciri-ciri tanaman akan memberikan
informasi maksimum pada pertumbuhan dan strategi pemanfaatan sumber daya tumbuhan.
Salah satu ciri tersebut adalah luas daun spesifik (Specific Leaf Area), SLA terbukti terkait
dengan lajut pertumbuhan relatif dan penggunaan sumber daya. Variasi SLA tergantung pada
perubahan daun dan kepadatan jaringan (anatomi) atau kadar air daun (Leaf Water Content).
Dari data penelitian yang di dapat jika di kaitkan dengan teori di atas bahwa laju
pertumbuhan relatif dan penggunaan sumber daya daun aren jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan daun kelapa sawit dan daun kelapa di mana daun aren memiliki nilai konsentrasi klorofil
a berdasarkan luas area daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelapa sawit dan kelapa.
Kedua tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata kandungan klorofil a pada anak daun
kelapa dan kelapa sawit lebih banyak di posisi kanan pada daun dibandingkan posisi kiri
sedangkan kandungan klorofil a untuk anak daun aren lebih banyak di posisi kiri dibandingkan
posisi kanan pada daun. Berdasarkan data – data pada Tabel 2 dan 3 terlihat bahwa kandungan
klorofil pada anak daun kelapa, kelapa sawit, dan aren di posisi kiri dan posisi kanan daun
memiliki perbedaan. Terlihat bahwa kandungan klorofil anak daun pada posisi kiri daun aren
terlihat lebih banyak dibandingkan dengan kandungan klorofil anak daun pada posisi kanan
daun aren dan untuk kelapa dan kelapa sawit menunjukan hasil sebaliknya.
Pada bagian bawah dari anak daun pada tandan daun, memiliki nilai kandungan
klorofil a yang lebih tinggi, kemudian diikuti bagian tengah dari anak daun pada tandan daun

38
di mana nilai konsentrasi klorofil a bagian tengah dari anak daun pada tandan daun yang di
tunjukan pada ketiga tabel di atas bahwa nilai kandungan klorofil a pada daun kelapa sawit lebih
tinggi selanjutnya di ikuti oleh daun aren dan nilai kandungan klorofil a paling kecil terdapat
pada daun kelapa, sedangkan pada anak daun bagian atas pada tandan daun kelapa dan kelapa
sawit terlihat bahwa pada bagian tersebut memiliki nilai kandungan klorofil a yang lebih kecil
dibandingkan pada bagian yang lainnya.
Hal ini berarti letak anak daun pada posisi kiri dan kanan pada tandan daun serta bagian
(bawah, tengah, dan atas) dari anak daun pada tandan daun berhubungan dengan variasi nilai
kandungan klorofil. Kandungan klorofil yang berbeda-beda pada posisi kiri dan kanan anak
daun pada tandan daun dan posisi masing-masing anak daun pada bagian (bawah, tengah, dan
atas) pada tandan daun dapat dipengaruhi juga karena pada bagian atas dari anak daun memiliki
massa yang lebih kecil untuk kelapa dan kelapa sawit sedangkan pada bagian bawah dari anak
daun aren memiliki massa yang paling besar saat ditimbang. Dari data yang di dapat oleh
Kamagi, L; 2018, bahwa nilai kandungan klorofil a pada anak daun aren bagian atas memiliki
nilai kandungan klorofil a yang lebih besar sedangkan posisi anak daun bagian bawah memiliki
nilai kandungan klorofil yang lebih kecil. Dapat di lihat bahwa terdapat perbedaan antara data
yang di dapatkan dengan data dari Kamagi, L;2018. Hal ini mungkin di pengaruhi pada saat
preparasi sampel ataupun pada saat lama ekstrak di diamkan dalam lemari pendingin untuk di
sentrifugasi.
Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan klorofil
di daun. Oleh sebab itu kontaminasi cahaya matahari dan daun memiliki pengaruh. Posisi anak
daun pada tandan daun kelapa, kelapa sawit dan aren yang panjang memiliki kemungkinan
adanya perbedaan kandungan klorofil pada masing-masing anak daun karena foton yang diserap
dari cahaya matahari tidak merata karena ada bagian anak daun yang berada di posisi yang lebih
teduh. Kebutuhan setiap tanaman terhadap paparan cahaya matahari berbeda-beda tergantung
jenis tanaman dan varietasnya (Novita et al., 2012). Terlihat bahwa posisi yang kemungkinan
lebih banyak terpapar cahaya matahari memiliki kandungan klorofil yang lebih banyak
dibandingkan dengan posisi yang teduh (Kamagi, L. 2018). Dalam penelitian ini untuk sampel
daun kelapa dan kelapa sawit menunjukan hasil yang berbeda di mana kandungan klorofil a
lebih banyak terdapat pada posisi anak daun bagian bawah dan tengah yang kemungkinan lebih
kecil terpapar cahaya matahari di bandingkan posisi anak daun bagian atas. Dari hasil yang

39
berbeda yang di dapatkan kemungkinan terjadinya kesalahan saat preparasi sampel atau
terjadinya penguapan ekstrak yang mengakibatkan terjadinya kenaikan konsentrasi pada saat
sebelum disentrifugasi.
Menurut Salisbury dan Ross (1991), klorofil berasal dari proplastida yaitu plastida
yang belum dewasa, kecil dan hampir tidak berwarna dan sedikit atau tanpa membran dalam.
Proplastida membelah saat embrio berkembang, dan menjadi kloroplas ketika daun dan batang
terbentuk. Pada organ yang terkena cahaya matahari, kloroplas muda akan aktif membelah
sehingga dapat menghasilkan kloroplas-kloroplas baru yang mendukung terjadinya proses
fotosintesis. Apabila intensitas cahaya yang diterima oleh tumbuhan hanya sedikit akan
menyebabkan daun berwarna pucat. Hal ini berkaitan dengan data penelitian, bahwa posisi daun
yang terpapar sinar matahari yang cukup memiliki kandungan klorofil yang lebih banyak
dibandingkan dengan yang kurang mendapatkan sinar matahari.
Pembentukan klorofil terjadi melalui fotoreduksi protoklorofilid menjadi klorofilid a
dan diikuti dengan esterifikasi fitol untuk membentuk klorofil a yang dikatalisis enzim
klorofilase. Perubahan protoklorofilid menjadi klorofilid a pada tumbuhan biji tertutup
(angiospermae) harus menggunakan cahaya. kemudian jenis klorofil yang lainnya akan
disintesis dengan bahan awal dari klorofil a. Oleh sebab itu kandungan klorofil pada daun yang
terkena sinar matahari yang cukup, akan membuat klorofil menjadi lebih banyak, kemungkinan
yang terpapar cahaya matahari lebih banyak adalah pada posisi atas dan ujung sehingga
kandungan klorofilnya lebih banyak, sedangkan posisi tengah dan bawah cenderung lebih
kurang mendapatkan cahaya matahari karena dekat dengan tandan yang melekat pada batang.
(Pandey dan Sinha ,1979 dalam Sumenda et al., 2011). Dalam penelitian ini sendiri khususnya
untuk daun kelapa dan kelapa sawit di ambil pada posisi atas dari tajuk tanaman di mana
kemungkinan penyerapan cahayanya secara merata di mana hasil menunjukan bahwa nilai
kandungan klorofoil pada posisi anak daun pada daun bagian bawah tengah dan atas memiliki
nilai kandungan klorofil a yang tidak jauh berbeda. Selain itu, perubahan klorofil total klorofil
a dan klorofil b dapat dipengaruhi oleh a berbagai tekanan fisiologis, perkembangan daun dan
penuaan, serta terkait langsung dengan tingkat produksi primer (Mustafa, N. et al., 2015).
Namun jika intensitas cahaya matahari terlalu tinggi, maka kandungan klorofil pada
daun akan mengakibatkan kerusakan klorofil. Suhu yang tinggi akibat intensitas penyinaran

40
yang tinggi dapat mengakibatkan degradasi klorofil dan memberi pengaruh terhadap aktivitas
enzim klorofilase dan enzim lipoksidase (Taylor, 1984 dalam Oktaviani, 1987).
4.4.2. Kandungan Klorofil b

Selain klorofil a, peran klorofil b dalam proses fotosintesis khususnya pada tumbuhan
tingkat tinggi seperti tanaman aren, juga diperlukan karena pada tumbuhan angiospermae
seperti daun aren, memiliki kandungan klorofil a dan klorofil b pada bagian daunnya
(Dansereau, 1957). Pada klorofil b, dilakukan perhitungan kandungan klorofil dengan 2 satuan
yaitu µg/mL dan µmol/m2.
4.4.2.1. Kandungan Klorofil b (µg/mL)

Pada Tabel 4, yaitu tabel kandungan klorofil b dengan satuan µg/mL adalah hasil dari
perhitungan yang menggunakan ekstrak daun aren dengan konsentrasi 12.500 µg/mL (larutan
induk). Larutan tersebut dibuat dengan mengekstrak 0,1 gram sampel daun aren dengan 8 mL
metanol.
Tabel 4. Konsentrasi Klorofil b (µg/mL)

konsentrasi klorofil b (µg/mL)


Posisi anak daun Bagian anak Rerataa Rerataa
Sampel
pada daun daun Kanan n Kiri n
U1 U2 U1 U2
Bawah 6,70 6.75 6.75 6.25 5.85 6.05
Pangkal Tengah 7,25 6.48 6.48 6.60 5.90 6.25
Atas 5.90 6.50 6.20 6.85 6.50 6.68
6.48 6.33 6.40
Bawah 6.31 5.27 5.79 7.09 5.27 6.18
Kelapa Tengah Tengah 5.93 6.38 6.16 6.50 6.14 6.32
Atas 5.48 6.33 5.91 5.72 5.95 5.84
5.95 6.11 6.03
Bawah 6.45 6.03 6.24 7.05 6.08 6.57
Atas Tengah 6.80 5.85 6.33 7.22 6.10 6.66
Atas 6.73 5.89 6.31 6.67 5.68 6.18
6.29 6.47 6.38
Kelap
a 6.24 6.30 6.27
Bawah 13.50 12.28 12.89 11.81 13.09 12.45
Pangkal Tengah 12.85 11.13 11.99 11.42 12.85 12.14
Atas 10.33 9.80 10.07 12.65 10.87 11.76
Kelapa sawit
11.65 12.12 11.88
Bawah 10.95 13.06 12.01 12.56 12.54 12.55
Tengah
Tengah 10.94 11.78 11.36 11.81 12.02 11.92

41
Atas 9.79 9.91 9.85 9.53 10.95 10.24
11.07 11.57 11.32
Bawah 12.12 12.33 12.23 12.63 12.03 12.33
Atas Tengah 10.52 10.69 10.61 11.39 9.24 10.32
Atas 9.86 9.26 9.56 7.64 7.99 7.82
10.80 10.15 10.48
Kelapa Sawit 11.17 11.28 11.23
Bawah 13.18 9.89 11.54 10.86 9.55 10.21
Aren Tengah Tengah 11.24 10.27 10.76 12.03 10.82 11.43
Atas 10.89 9.66 10.28 10.78 10.17 10.48
10.86 10.70 10.78

Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989

4.4.2.2. Kandungan Klorofil b (µmol/m2)

Salah satu satuan yang juga digunakan untuk menghitung kandungan klorofil b dalam
penelitian ini adalah µmol/m2,dimana konsentrasi klorofil b diubah ke µmol, kemudian dibagi
dengan luas daerah pada daun. Luas daerah pada daun dapat dihitung karena sampel daun aren
dipotong-potong menggunakan cetakan yaitu one hole punch yang berbentuk lingkaran. Hasil
yang didapatkan dari perhitungan menggunakan satuan ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan Klorofil b (µmol/m2)

Kandungan Klorofil b (µmol/m2)


Posisi anak daun pada Bagian anak
Sampel Kanan Rerataan Kiri Rerataan
daun daun
U1 U2 U1 U2
Bawah 236.97 238.74 237.86 221.06 206.91 213.98
Pangkal Tengah 242.93 217.13 230.03 210.09 197.69 203.89
Atas 178.87 197.06 187.96 207.67 188.10 197.88
218.61 205.25 211.93
Bawah 223.18 186.39 204.79 250.77 186.39 218.58
Kelapa Tengah Tengah 188.76 213.78 201.27 229.90 186.14 208.02
Atas 166.13 191.90 179.02 173.41 157.83 165.62
195.02 197.41 196.22
Bawah 216.12 191.95 204.03 204.01 193.54 198.78
Atas Tengah 206.15 161.93 184.04 199.85 168.85 184.35
Atas 171.38 156.24 163.81 176.93 144.64 160.79
183.96 181.30 182.63
Kelapa 199.20 194.65 196.93
Kelapa sawit Pangkal Bawah 330.56 300.69 315.63 289.18 308.65 298.92

42
Tengah 302.99 253.06 278.03 259.66 314.65 287.15
Atas 243.57 231.08 237.33 298.28 247.15 272.72
276.99 286.26 281.63
Bawah 248.97 319.79 284.38 296.16 307.06 301.61
Tengah Tengah 257.96 277.76 267.86 268.53 294.32 281.42
Atas 222.60 242.66 232.63 233.35 248.97 241.16
261.62 274.73 268.18
Bawah 285.78 301.91 293.85 297.81 283.66 290.73
Atas Tengah 239.19 252.06 245.63 258.98 217.87 238.42
Atas 241.43 218.34 229.89 187.07 195.64 191.36
256.46 240.17 248.31
Kelapa Sawit 265.02 267.06 266.04
Bawah 636.64 449.74 543.19 460.93 434.28 447.60
Aren Tengah Tengah 477.06 384.61 430.83 478.67 492.03 485.35
Atas 462.20 384.37 423.29 490.21 404.66 447.44
465.77 460.13 462.95

Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989

Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa kandungan klorofil b (µmol/m2) memiliki
perbedaan antara ketiga jenis tanaman palmae di mana aren memiliki nilai kandungan klorofil
b tertinggi dibandingkan dengan kelapa sawit sedangkan kelapa memiliki nilai kandungan
klorofil b terendah. Dari data statistic (Lampiran 6) menunjukan bahwa antara ketiga jenis
tanaman palmae (kelapa, kelapa sawit, dan aren) memiliki nilai yang berbeda signifikan.

Berbagai Jenis Tanaman Palmae


500.00 462.95
Kandungan klorofil b (µmol/m2)

450.00
400.00
350.00
300.00 266.04
250.00 196.93
Series1
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
Kelapa Kelapa Sawit Aren

Gambar 18. Konsentrasi klorofil b pada berbagai jenis tanaman palmae

Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa kandungan klorofil b (µmol/m2) pada setiap
posisi anak daun pada daun memiliki perbedaan di mana kandungan klorofil b pada aren

43
memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan kelapa sawit dan kelapa dan untuk posisi bawah
anak daun pada daun kelapa dan kelapa sawit memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan
posisi tengah dan bawah anak daun pada daun. Dari data statistik (Lampiran 6) menunjukan
bahwa pada kelapa dan kelapa sawit posisi tengah dan atas anak daun pada daun memiliki nilai
yang non signifikan sedangkan antara posisi pangkal dan tengah anak daun pada daun memiliki
nilai yang berbeda signikan begitupun antara posisi pangkal dan atas anak daun pada daun.

Posisi Anak Daun Pada Daun


500.00 462.95
Kandungan klorofil b (µmol/m2)

400.00
281.63 268.18
300.00 248.31 Kelapa
211.93 196.22 182.63 Kelapa Sawit
200.00
Aren
100.00

0.00
Pangkal Tengah Atas

Gambar 19. Kandungan klorofil b pada posisi anak daun pada daun berbagai jenis tanaman
pelmae
Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa kandungan klorofil b (µmol/m2) pada setiap
bagian anak daun berbagai jenis tanaman palmae memiliki perbedaan. Setiap bagian dari anak
daun aren memiliki nilai kandungan klorofil b tertinggi kemudian di ikuti oleh kelapa sawit dan
yang terendah adalah kelapa dan pada bagian bawah dari anak daun pada daun kelapa, kelapa
sawit, dan aren memiliki nilai kandungan klorofil b tertinggi dibandingkan dengan bagian
tengah dan yang terendah terdapat pada bagian atas dari anak daun. Dari data statistic (Lampiran
6) menunjukan bahwa antara bagian atas dan tengah memiliki nilai yang berbeda signifikan
begitupun antara bagian atas dan bawah dari anak daun sedangkan antara bagian bawah dan
tengah memiliki nilai yang non signifikan, antara bagian bawah, tengah, dan atas dari anak daun
kelapa sawit memiliki nilai yang berbeda signifikan, dan antara bagian bawah, tengah, dan atas
dari anak daun aren memiliki nilai yang non signifikan.

44
Bagian Dari Anak Daun
600.00
495.40
458.09

Kandungan klorofil b
500.00 435.36
400.00

(µmol/m2)
297.52 Kelapa
266.42
300.00 213.00 234.18
201.93 175.85 Kelapa Sawit
200.00
Aren
100.00
0.00
Bawah Tengah Atas

Gambar 20. Kandungan klorofil a pada bagian dari anak daun berbagai jenis tanaman pelmae

Pada gambar di bawah ini terlihat bahwa kandungan klorofil b (µmol/m2) pada posisi
kanan dan kiri anak daun pada daun kelapa, kelapa sawit, dan aren memiliki perbedaan di mana
kandungan klorofil b pada posisi anak daun pada daun aren memiliki nilai tertinggi kemudian
diikuti oleh kelapa sawit dan yang terendah adalah kelapa. Pada posisi kanan anak daun pada
daun kelapa dan aren memiliki nilai kandungan klorofil b tertinggi dibandingkan dengan posisi
kiri sedangkan pada posisi kanan anak daun pada daun kelapa sawit memiliki nilai terendah
dibandingkan dengan posisi kiri. Dari data statistic (Lampiran 6) menunjukan bahwa pada posisi
kanan dan kiri anak daun pada daun kelapa, kelapa sawit, dan aren memiliki nilai yang non
signifikan.

Posisi Kanan dan Kiri Anak Daun Pada


Daun
465.77 460.13
500.00
Kandungan klorofil b (µmol/m2)

400.00
265.02 267.06
300.00 Kelapa
199.20 194.65
200.00 Kelapa Sawit
Aren
100.00

0.00
Kanan Kiri

Gambar 21. Kandungan klorofil b pada posisi kanan dan kiri anak daun pada daun berbagai
jenis tanaman palmae
Terlihat bahwa rata-rata kandungan klorofil b lebih banyak di posisi kanan
dibandingkan pada posisi kiri daun kelapa, kelapa sawit, dan aren. Berdasarkan data – data pada

45
Tabel 4 dan 5, terlihat bahwa kandungan klorofil pada posisi daun kelapa, kelapa sawit, dan
aren di posisi kiri dan posisi kanan daun memiliki perbedaan. Kandungan klorofil b pada posisi
kanan anak daun kelapa dan aren pada tandan terlihat lebih banyak dibandingkan dengan
kandungan klorofil pada posisi kiri daun pada tandan daun sedangkan untuk bagian tengah dari
anak daun kelapa sawit memiliki nilai kandungan klorofil b lebih banyak pada posisi kiri
dibandingkan pada posisi kanan daun.
Pada anak daun bagian pangkal pada tandan daun, memiliki nilai kandungan klorofil b
yang lebih tinggi, sedangkan pada anak daun bagian atas dari anak daun pada tandan daun
kelapa dan kelapa sawit terlihat bahwa pada bagian tersebut memiliki nilai kandungan klorofil
b yang lebih kecil dibandingkan pada posisi yang lainnya. Kandungan klorofil pada anak daun
di bagian tengah memiliki nilai kandungan klorofil terbesar kedua diikuti dengan kandungan
klorofil pada anak daun di posisi atas pada daun.
Hal ini berarti letak anak daun pada posisi daun kiri dan kanan pada tandan daun serta
bagian dari anak daun (bawah, tengah, dan atas) pada tandan daun berhubungan dengan variasi
nilai kandungan klorofil. Kandungan klorofil yang berbeda-beda pada posisi kiri dan kanan
anak daun pada tandan daun dan masing-masing anak daun pada bagian (bawah, tengah, atas,
dan ujung) pada tandan daun dapat dipengaruhi juga karena pada posisi anak daun bagian atas
memiliki massa yang lebih kecil sedangkan posisi anak daun bagian bawah daun aren memiliki
massa yang paling besar. Melihat dari teori yang ada berhubungan dengan kontaminasi cahaya
bahwa hasil yang di dapat berbanding terbalik hal ini mungkin dipengaruhi oleh suhu, tempat
tanam ataupun kemungkinan terjadi kontaminasi pada saat preparasi sampel.
4.4.2.4. Ratio Kandungan Klorofil a dan b

Kandungan klorofil a dan klorofil b pada tanaman, memiliki perbandingan kurang lebih
3 banding 1. Jumlah kandungan klorofil b lebih sedikit dibandingkan dengan klorofil a, hal ini
terbukti karena pada penelitian yang telah dilakukan kandungan klorofil b memang lebih sedikit
dibandingkan dengan klorofil a . ( Porra et al., 1989). Ratio kandungan klorofil a dan klorofil b
berdasarkan hasil perhitungan klorofil a yang dibagi dengan hasil perhitungan klorofil b,
sehingga didapatkan data ratio kandungan klorofil a dan klorofil b seperti pada Tabel 6.

46
Tabel 6. Ratio Kandungan Klorofil a dan b

Bagian Kandungan Klorofil a (µmol/m2)


Posisi anak daun
Sampel anak Kanan Rerataan Kiri Rerataan
pada daun
daun U1 U2 U1 U2
Bawah 3.47 3.55 3.51 3.46 4.18 3.82
Pangkal Tengah 3.32 3.78 3.55 3.63 3.82 3.73
Atas 3.83 3.68 3.76 3.27 3.75 3.51
3.61 3.69 3.65
Bawah 3.59 4.22 3.91 3.32 4.37 3.85
Kelapa Tengah Tengah 3.99 3.78 3.88 3.66 3.84 3.75
Atas 4.21 3.84 4.02 3.81 3.83 3.82
3.94 3.81 3.87
Bawah 3.59 3.69 3.64 3.45 3.54 3.49
Atas Tengah 3.33 3.87 3.60 3.38 3.73 3.55
Atas 3.30 3.69 3.50 3.50 4.07 3.78
3.58 3.61 3.59
Kelapa 3.71 3.70 3.70
Bawah 2.93 3.12 3.03 3.02 3.10 3.06
Pangkal Tengah 2.96 3.28 3.12 3.03 3.21 3.12
Atas 3.14 3.30 3.22 2.84 3.24 3.04
3.12 3.07 3.10
Bawah 3.58 3.14 3.36 3.25 3.37 3.31
Kelapa sawit Tengah Tengah 3.40 3.19 3.30 3.34 3.36 3.35
Atas 3.47 3.45 3.46 3.42 3.36 3.39
3.37 3.35 3.36
Bawah 3.43 3.45 3.44 3.27 3.37 3.32
Atas Tengah 3.49 3.49 3.49 3.26 3.55 3.41
Atas 3.41 3.68 3.54 3.49 3.45 3.47
3.49 3.40 3.44
Kelapa Sawit 3.33 3.27 3.30
Bawah 2.31 3.27 2.79 2.93 3.37 3.15
Aren Tengah Tengah 2.94 3.24 3.09 2.96 3.33 3.14
Atas 2.86 3.24 3.05 3.16 3.40 3.28
2.98 3.19 3.08

Dari data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa ratio (perbandingan) klorofil a dan
klorofil b berkisar 3. Hal ini sesuai dengan pernyataan menurut Porra et al : 1989, bahwa
perbandingan klorofil a dan b berkisar 3 : 1.

47
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kandungan rata-rata klorofil a


dan b yang terdapat pada berbagai jenis tanaman palmae, posisi anak daun pada daun, bagian
dari anak daun, dan posisi kanan dan kiri anak daun pada daun berdasarkan dua satuan yang
dipakai bervariasi, yaitu:
a. Kelapa memiliki nilai rata-rata kandungan klorofil a sebesar 23.31 µg/mL ; 735.25
µmol/m2 dan kandungan klorofil b sebesar 6.27 µg/mL ; 196.93 µmol/m2, kelapa
sawit memiliki nilai rata-rata kandungan kloroifl a sebesar 36.84 µg/mL ; µmol/m2
dan kandungan klorofil b sebesar 11.23 µg/mL ; 266.04 µmol/m2, sedangkan aren
memiliki nilai rata-rata kandungan klorofil a sebesar 32.81 µg/mL ; µmol/m2 dan
kandungan klorofil b sebesar 10.78 µg/mL ; 462.95 µmol/m2.
b. Posisi pangkal anak daun pada daun kelapa memiliki nilai rata-rata kandungan
klorofil a sebesar 23.27 µg/mL ; 775.47 µmol/m2, pada posisi tengah 23.11 µg/mL
; 763.19 µmol/m2, dan pada posisi atas sebesar 22.95 µg/mL ; 667.09 µmol/m2 dan
kandungan klorofil b pada posisi pangkal sebesar 6.40 µg/mL ; 211.93 µmol/m2,
pada posisi tengah 6.03 µg/mL ; 196.22 µmol/m2, pada posisi atas 6.38 µg/mL ;
182.63 µmol/m2. Posisi pangkal anak daun pada daun kelapa sawit memiliki nilai
rata-rata kandungan klorofil a sebesar 36.94 µg/mL ; 888.99 µmol/m2, pada posisi
tengah 37.77 µg/mL ; 908.64 µmol/m2, pada posisi atas 35.81 µg/mL ; 862.38
µmol/m2 dan kandungan klorofil b pada posisi pangkal sebesar 11.88 µg/mL ;
281.63 µmol/m2, pada posisi tengah 11.32 µg/mL ; 268.18 µmol/m2, dan pada
posisi atas 10.48 µg/mL ; 248.31 µmol/m2. Posisi tengah anak daun pada daun aren
memiliki nilai rata-rata kandungan klorofil a sebesar 32.81 µg/mL ; 1426.05
µmol/m2 dan kandungan klorofil b sebesar 10.78 µg/mL ; 462.95 µmol/m2.
c. Bagian bawah dari anak daun kelapa memiliki nilai rata-rata kandungan klorofil a
sebesar 23.05 µg/mL ; 797.86 µmol/m2, pada bagian tengah 23.48 µg/mL ; 749.16
µmol/m2, dan pada posisi atas 22.80 µg/mL ; 658.74 µmol/m2 sedangkan
kandungan klorofil b rata-rata pada bagian bawah sebesar 6.26 µg/mL ; 213.00

48
µmol/m2, pada bagian tengah 6.37 µg/mL ; 213.93 µmol/m2, pada bagian atas 6.18
µg/mL ; 175.85 µmol/m2. Bagian bawah dari anak daun kelapa sawit memiliki nilai
rata-rata kandungan klorofil a sebesar 40.14 µg/mL ; 976.99 µmol/m2, pada bagian
tengah 37.46 µg/mL ; 890.20 µmol/m2, dan pada bagian atas 32.93 µg/mL ; 792.82
µmol/m2 sedangkan kandungan klorofil b rata-rata pada bagian bawah dari anak
daun kelapa sawit sebesar 12.41 µg/mL ; 297.52 µmol/m2, pada bagian tengah
11.39 µg/mL ; 266.42 µmol/m2, pada bagian atas 9.88 µg/mL ; 234.18 µmol/m2.
Bagian bawah dari anak daun aren memiliki nilai rata-rata kandungan klorofil a
sebesar 31.26 µg/mL ; 1439.74 µmol/m2, pada bagian tengah 34.42 µg/mL ;
1445.13 µmol/m2, dan pada bagian atas 32.74 µg/mL ; 1393.30 µmol/m2 sedangkan
rata-rata kandungan klorofil b pada bagian bawah dari anak daun aren sebesar
10.78 µg/mL ; 495.40 µmol/m2, pada bagian tengah 11.09 µg/mL ; 458.09
µmol/m2, dan pada bagian atas sebesar 10.38 µg/mL ; 435.36 µmol/m2.
d. Posisi kanan anak daun pada daun kelapa memiliki nilai rata-rata kandungan
klorofil a sebesar 23.04 µg/mL ; 742.45 µmol/m2 dan posisi kiri sebesar 23.19
µg/mL ; 728.06 µmol/m2 sedangkan nilai rata-rata kandungan klorofil b pada posisi
kanan anak daun pada daun kelapa sebesar 6.24 µg/mL ; 199.20 µmol/m2 dan pada
posisi kiri sebesar 6.30 µg/mL ; 194.65 µmol/m2. Posisi kanan anak daun pada daun
kelapa sawit memiliki nilai rata-rata kandungan klorofil a sebesar 36.92 µg/mL ;
889.08 µmol/m2 dan posisi kiri sebesar 36.76 µg/mL ; 884.26 µmol/m2 sedangkan
nilai rata-rata kandungan klorofil b pada posisi kanan anak daun pada daun kelapa
sawit sebesar 11.17 µg/mL ; 265.02 µmol/m2 dan pada posisi kiri sebesar 11.28
µg/mL ; 267.06 µmol/m2. Posisi kanan anak daun pada daun aren memiliki nilai
rata-rata kandungan klorofil a sebesar 31.57 µg/mL ; 1363.67 µmol/m2 dan posisi
kiri sebesar 34.04 µg/mL ; 1488.44 µmol/m2 sedangkan nilai rata-rata kandungan
klorofil b pada posisi kanan anak daun pada daun aren sebesar 10.86 µg/mL ;
465.77 µmol/m2 dan pada posisi kiri sebesar 10.70 µg/mL ; 460.13 µmol/m2.

49
5.2. Saran

Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan analisis kandungan klorofil pada


berbagai jenis tanaman palmae pada beberapa posisi daun dari tajuk tanaman dan perbedaan
kondisi cuaca serta kondisi geografisnya.

50
DAFTAR PUSTAKA

Ai, Nio. S dan Banyo, Y. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator kekurangan air pada
tanaman. Jurnal Ilmiah Sains 11: 166-173.
Arsyad, Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah. (Edisi kedua; Yogyakarta:
BPFE, (2009). Hal.59
Bandu, L. 2018. Serangan Hama Kumbang (Oryctes rhinoceros L.) Pada Tanaman Kelapa
(Cocos nucifera L.) Di Desa Mapanget Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa
Utara. Jurnal Teknologi Pertanian. Universitas Sam Ratulangi. Manado. 1(4): 4-5.
Berrie, G.K., A. Berrie and J.M.O> Eze. 1987. Tropical Plant Science. Longman Scientific &
Technical, Hongkong.
Campbell. 2002.Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Dallibard, C. 1999. Overall view on the tradition of tapping palm trees and prospects for animal
production. Livestock Research for Rural Development. 11 Number 1.
Dansereau, P. 1957. Biogeography An Ecological Perspektive. The Ronald Press. New-York.
Day, R. A. Dan underwood, A.L. 2002. Analisis kimia Kuantitatif. Prentice Hall.
Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Perkebunan. Kerjasama dengan Balai Penelitian
Kelapa dan Palma Lain. Jakarta. 2006.
Effendi, D.S. 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) Mendukung
Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
9(1) : 36–46.
Fauzi, Y., E.W., Yustina, S. Iman, H. dan Rudi. 2004. Budidaya, pemanfaatan hasil dan limbah
dan analisis usaha dan pemasaran kelapa sawit. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Harbone, Y.B 1973. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern menganalisis
Tumbuhan.Terjemahan Padmadinata, K., dan I. Soediro. Bandung.ITB.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia. Penerbit ITB Bandung
Hardon, J.J., Rajanaidu, N. and van der Vossen, H.A.M. (2001). Oil Palm (Elaesis guineensis,
Jacq.). In: van der Vossen, H.A.M. and Umali, B.E. (Editors): PROSEA No 14.
Vegetable oils and fats. Backhuys Publishers, Leiden, the Netherlands. pp. 85 – 93.
Kamagi, L. 2017. Analisis Kandungan Klorofil Pada Beberapa Posisi Anak Daun Aren (Arenga
pinnata) dengan Spektrofotometer UV-Vis. Jurnal FMIPA UNSRAT. 6(2): 49--54

51
Kim, Hae-Ran dan You, Young-Han. 2010. The Effect of The Elevated CO2 Concentration and
Increased Temperature on Growth, Yield and Physiological Responses of Rice (Oryza
sativa L. cv. Junam). Advances in Bioresearch. 1(2): 46-50
Kramer, P.J. and Boyer, J.S. 1995. Water Relations of Plants and soils. San Diego: Academic
Press.
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada
Jakarta.
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Li, R., P. Guo, M. Baum, S. Grando, S. Ceccarelli. 2006. Evaluation of ChlorophyllContent and
Fluoresence Parameters as Indicators of Drought Tolerance in Barley. Agricultural
Science in China. 5 :751-757.
Lubis AU. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Medan (ID): Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat.
Lubis, R. E., dan A. Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.
296 hlm.
Maksymowych, R. 1973. Analysis of Leaf Development. Cambridge: University Press,
Cambridge, UK.
Mangoensoekarjo, S dan Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah
Mada University press. Yogyakarta.
Mardiyatmoko, M dan Ariyanti, M. 2018. Produksi Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.).
Badan Penerbit Fakultas Pertanian. Universitas Pattimura.
Mauseth, Janes. D. 2003. Botany: An Introduction to Plant Biology. Jones and Batlett Learning,
Sudbury.
Mehltreter, K. 2010. Fern Ecology. New York: Cambridge University Press.
Mogea, J., B. Siebert, and W. Smits. 1991. Multipurpose palms: the sugar palm (Arenga
pinnata (Wurmb) Merr. Agroforestry System. 13 : 111-129.

Mustafa,N., N.Ya’acob.,Z.A.Latif., and A.L.Yusof. 2015. Quantification of Oil Palm Tree Leaf
Pigment (Chlorophyll A) Concetration Based on Their Age. Jurnal Teknologi. 75 :
129-134.

52
Ohler, J.G. and Magat, S.S. (2001). Coconut Palm (Cocos nucifera L.). In: van der Vossen,
H.A.M. and Umali, B.E. (Editors): PROSEA No 14. Vegetable oils and fats. Backhuys
Publishers, Leiden, the Netherlands. pp 76 – 84.
Oktaviani, L. 1987. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Ekstrak Warna Hijau Daun Suji
(Pleomele angustifolia) Selama Penyimpanan [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pratiwi dan H. Alrasjid, 1989. Teknik Budidaya Aren. Departemen Kehutanan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor.
Pontoh, J. 2012. Metode Analisa dan Komponen Kimia dalam Nira dan Gula Aren. Prosiding
Seminar Nasional Aren. Balikpapan 26-27 September Hal. 66-72.

Porra, R. J and P. E. Kricdeman.1989. Determination of accurate extinction coefficients and


simultaneous equations for assaying chlorophylls a and b extracted with four different
solvents: verification of the concentrationof chlorophyll standads by atomic
absorption spectroscopy. Biochemical et Biophysica Acta. 975 :384-34.
Putri, N. K. M., Gunawan, I.W.G dan Suarsa, I. W. 2015. Aktivitas Antioksidan Antosianin
dalam ekstrak etanol kulit buah naga merah (Hylocereus costaricensis) dan analisis
kadar totalnya. Jurnal kimia. 9(2): 243-251.
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta: Kanisius.
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1991. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Terjemahan oleh Dr. Diah
R. Lukman dan Ir. Sumaryono, MSc. 1995. Bandung: Penerbit ITB.
Santoso. 2004. Fisiologi Tumbuhan.Universitas Muhammadiyah.Bengkulu.
Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 64 hlm.
Setiari, N. dan Nurchayati, Y. 2009. Eksplorasi Kandungan Klorofil pada beberapa Sayuran
Hijau sebagai Alternatif Bahan Dasar Makanan Tambahan. Jurnal BIOMA 11(1): 6-10
Smits, W.T.M. 1996. Arenga Pinnata (Wurmb) Merrill. Plant Resources of South East Asia
9. Plant yielding non seed carbohydrates. Flach, M. and F. Rumawas (Editors). Prosea.
Bogor. p: 53-59.

Sopandie, D., Chozin, MA, Sc., Santrosumarjo, S., Juhaeti, T., dan Sahardi. 2003. Toleran Padi
Gogo Terhadap Naungan. Jurnal Hayati. 10: 71-75.

53
Standard operating procedures. 1994. Chlorophyll Determination.Scientific Engineering
Response and Analytical Service.
Sudarmadji, S. 1994. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Liberti. Yogyakarta.
Sukamto., 2001., Upaya Meningkatkan Produksi Kelapa, PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sumanta, N., C.I. Haque., J. Nishika., and., R. Suprakash. 2014. Spectrophotometric Analysis
of Chlorophylls and Carotenoids from Commonly Grown Fern Species by Using
Various Extracting Solvents. Research Journal of Chemical Sciences. 4:63-69.
Sumenda, Lusia, dkk. 2011. Analisis Kandungan Klorofil Daun Mangga (Mangifera indica L.)
pada Tingkat Perkembangan Daun yang Berbeda. Jurnal Bioslogos. 1: 20-24.
Sunanto, H. 1993. Aren Budidaya dan Multigunanya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka.
Jakarta. 70 hlm.
Thirtle, C., Lin Lin, J. Piesse. 2003. The Impact of Research-Led Agricultural Productivity
Growth on Poverty Reduction in Africa, Asia and Latin America. World Development.
31(12):1959-1975
Vidanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Warisno. 2003. Budidaya Kelapa Genjah. Kanisius, Yogyakarta.
Winer, B.J. 1971. Statistical Principles in Experimental Design, 2nd edition. McGraw-Hill
Kogakusha, Ltd, Tokyo

54
LAMPIRAN

55
Lampiran 1: Diagram alir kerangka konsep penelitian

Daun kelapa, kelapa sawit, dan


aren.
 Dibersihkan
 Dipisahkan tiap bagiannya
 Dimasukkan dalam cool box
yang diisi es batu
 Dipotong dengan one hole punch

Potongan-potongan daun
 Ditimbang sebanyak ± 0,1 gram
 Dimasukkan sedikit metanol
 Dihaluskan menggunakan lumpang
dan alu
 Lumpang dan alu dibilas dengan
metanol
Ekstrak daun kelapa, kelapa sawit
dan aren
 Ditambahkan dengan metanol
bilasan lumpang dan alu
 Di tera hingga volume ekstrak
mencapai 8 mL
 Disentrifugasi dengan kecepatan
1000 rpm selama 25 menit
Hasil sentrifugasi
 Dipisahkan endapan dan filtrat
 Diencerkan menjadi 2500 µg/mL
 Filtrat diambil untuk dibaca
dengan spektrofotometer UV-Vis
dengan panjang gelombang 665
nm dan 652 nm dengan absorbansi
 Kandungan
di klorofil dihitung
kisaran 0,2-0,8
Data absorbansi dengan kurva standar dari
Kamagi, L. et al:2017 dan
persamaan menurut Porra et al:
1989

Data konsentrasi klorofil

56
Lampiran 2: Massa sampel dau jumlah cetakan daun kelapa, kelapa sawit, dan aren

Tabel 7. Massa Daun Kelapa, Kelapa Sawit dan Aren Per Keping Sampel (gram)

Massa Sampel (g)


Posisi anak daun pada Bagian anak
Sampel Kanan Kiri
daun daun
U1 U2 U1 U2
Bawah 0.1021 0.1027 0.1011 0.1034
Pangkal Tengah 0.1036 0.1011 0.1037 0.1034
Atas 0.1022 0.1007 0.1017 0.1015
Bawah 0.1087 0.1021 0.1042 0.1013
Kelapa Tengah Tengah 0.1024 0.1022 0.1010 0.1041
Atas 0.1014 0.1001 0.0913 0.1026
Bawah 0.1006 0.0997 0.1040 0.1034
Atas Tengah 0.1012 0.1004 0.0945 0.1030
Atas 0.0998 0.1021 0.0993 0.1011
Bawah 0.1021 0.1018 0.1023 0.1022
Pangkal Tengah 0.1024 0.1025 0.1024 0.1018
Atas 0.1021 0.1022 0.1027 0.1024
Bawah 0.1024 0.1026 0.1023 0.1025
Kelapa sawit Tengah Tengah 0.1024 0.1026 0.1024 0.1026
Atas 0.1022 0.1023 0.1023 0.1024
Bawah 0.1023 0.1025 0.1023 0.1024
Atas Tengah 0.1022 0.1025 0.1025 0.1019
Atas 0.1017 0.1022 0.1015 0.1017
Bawah 0.1019 0.1046 0.1032 0.1024
Aren Tengah Tengah 0.1065 0.1035 0.1028 0.1025
Atas 0.1067 0.1030 0.1018 0.1038

Tabel 8. Jumlah cetakan daun kelapa, kelapa sawit, dan aren

Posisi dan bagian anak Posisi bagian Jumlah disc/cetakan daun


Sampel
daun daun

U1 U2
Bawah 18 18
Pangkal (kanan) Tengah 19 19
Atas 21 21
Pangkal 18 18
Kelapa
Pangkal (kiri) Tengah 20 19
Atas 21 22
Bawah 18 18
Tengah (kanan)
Tengah 20 19

57
Atas 21 21
Bawah 18 18
Tengah (kiri) Tengah 18 21
Atas 21 24
Bawah 19 20
Atas (kanan) Tengah 21 23
Atas 25 24
Bawah 22 20
Atas (kiri) Tengah 23 23
Atas 24 25
Bawah 26 26
Pangkal (kanan) Tengah 27 28
Atas 27 27
Bawah 26 27
Pangkal (kiri) Tengah 28 26
Atas 27 28
Bawah 28 26
Tengah (kanan) Tengah 27 27
Atas 28 26
Kelapa sawit
Bawah 27 26
Tengah (kiri) Tengah 28 26
Atas 26 28
Bawah 27 26
Atas (kanan) Tengah 28 27
Atas 26 27
Bawah 27 27
Atas (kiri) Tengah 28 27
Atas 26 26
Bawah 13 14
Tengah (kanan) Tengah 15 17
Atas 15 16
Aren
Bawah 15 14
Tengah (kiri) Tengah 16 14
Atas 14 16

Tabel 9. Massa sampel daun (mg) per keping daun

Bagian Massa Sampel (mg/keping)


Posisi anak daun
Sampel anak Kanan Rerataan Kiri Rerataan
pada daun
daun U1 U2 U1 U2
Bawah 5.67 5.71 5.69 5.62 5.74 5.68
Pangkal Tengah 5.45 5.32 5.39 5.19 5.44 5.31
Atas 4.87 4.80 4.83 4.84 4.61 4.73
Kelapa 5.30 5.24 5.27
Bawah 6.04 5.67 5.86 5.79 5.63 5.71
Tengah Tengah 5.12 5.38 5.25 5.61 4.96 5.28
Atas 4.83 4.77 4.80 4.35 4.28 4.31

58
5.30 5.10 5.20
Bawah 5.29 4.99 5.14 4.73 5.17 4.95
Atas Tengah 4.82 4.37 4.59 4.11 4.48 4.29
Atas 3.99 4.25 4.12 4.14 4.04 4.09
4.62 4.44 5.00
Kelapa 5.07 4.93 5.00
Bawah 3.93 3.92 3.92 3.93 3.79 3.86
Pangkal Tengah 3.79 3.66 3.73 3.66 3.92 3.79
Atas 3.78 3.79 3.78 3.80 3.66 3.73
3.81 3.79 3.80
Bawah 3.66 3.95 3.80 3.79 3.94 3.87
Kelapa sawit Tengah Tengah 3.79 3.80 3.80 3.66 3.95 3.80
Atas 3.65 3.93 3.79 3.93 3.66 3.80
3.80 3.82 3.81
Bawah 3.79 3.94 3.87 3.79 3.79 3.79
Atas Tengah 3.65 3.80 3.72 3.66 3.77 3.72
Atas 3.91 3.79 3.85 3.90 3.91 3.91
3.81 3.81 3.81
Kelapa sawit 3.81 3.81 3.81
Bawah 7.73 7.47 7.60 6.88 7.31 7.10
Aren Tengah Tengah 7.10 6.09 6.59 6.43 7.32 6.87
Atas 7.11 6.44 6.78 7.27 6.49 6.88
Aren 6.99 6.95 6.97

59
Lampiran 3. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Daun

Sebanyak sekitar 0,1 gram masing-masing daun kelapa, kelapa sawit, dan aren diekstrak
dengan 8 mL metanol , maka konsentrasi dari ekstrak tersebut adalah :
0,1gram/ 8 mL = 100.000 µg/8 mL
= 12. 500 µg/mL
Jadi Konsentrasi ekstrak (larutan stok) adalah 12.500 µg/mL. Kemudian larutan stok
diencerkan menjadi 2. 500 µg/m (volume pengenceran 5 mL) untuk dibaca pada
spektrofotometer UV-Vis. Pengenceran dari ekstrak tersebut adalah :

𝑉1 𝑥 𝑀1 = 𝑉2 𝑥 𝑀2
1 𝑚𝑙 𝑥12. 500 𝜇𝑔/𝑚𝐿 = 5 𝑚𝐿 𝑥 𝑀2
1 𝑚𝐿 𝑥 12.500 𝜇𝑔/𝑚𝐿
𝑀2 =
5 𝑚𝐿
𝑀2 = 2.500 𝜇𝑔/𝑚𝐿
Jadi 1 mL ekstrak ditambahkan ke dalam 4 mL metanol sehingga mencapai volume 5 mL.

60
Lampiran 4. Perhitungan Konsentrasi Klorofil a dan Klorofil b
Dari data absorbansi yang didapatkan dengan spektrofotometer UV-Vis dihitung dengan
menggunakan persamaan menurut Porra et al:1989, sebagai berikut :
[Ch a] = 16,29 A665 – 8,54 A652,0
[Ch b] = 30,66 A652,0 – 13,58 A665

a. Perhitungan Konsentrasi Klorofil a dengan Persamaan Rumus Menurut Porra et al : 1989,


sebagai berikut :
Diketahui ekstrak daun kelapa, kelapa sawit dan aren dengan konsentrasi 2.500 µg/mL
dengan nilai absorbansi pada λ = 665 adalah 0,319 dan λ = 652 adalah 0,217. Nilai
konsentrasi klorofil yang diperoleh :
[Ch a] = (16,29 x 0,319) – (8,54 x 0,217)
[Ch a] = 4,516 µg/mL

Jadi dalam larutan ekstrak dengan konsentrasi 2.500 µg/mL, terdapat 5,69 µg klorofil a per
mililiter ekstrak. Total klorofil a dari larutan ekstrak dengan konsentrasi 2.500 µg/mL adalah :

5 mL x 4,516 µg/mL = 22,58 µg


Jadi dalam larutan ekstrak tersebut didapatkan kandungan klorofil a sebesar 22,58 µg per 5 mL
larutan. Kemudian, 5 ml larutan ekstrak dengan konsentrasi 2.500 µg/ml tersebut,diencerkan
dari larutan stok dengan konsentrasi 12.500 µg/mL sebanyak 1 mL dan ditambahkan metanol 4
mL, maka konsentrasi klorofil dari 1 mL dari larutan ekstrak konsentrasi 12.500 µg/mL tersebut
adalah :
1 m stok /5 mL larutan (telah diencerkan) = 4,516 µg/mL 1
mL stok = 4,516 µg/mL x 5 mL
1 mL stok = 22,58 µg
[Ch a] stok = 22,58 µg/mL
Jadi dalam 1 ml larutan ekstrak dengan konsentrasi 12.500 µg/mL, memiliki konsentrasi klorofil
a sebesar 22,58 µg/mL
Diketahui ekstrak daun aren dengan konsentrasi 2500 µg/ml dengan nilai absorbansi pada λ =
665 adalah 0,391 dan λ = 652 adalah 0,217.

61
Klorofil b
Diketahui ekstrak daun kelapa, kelapa sawit, dan aren dengan konsentrasi 2500 µg/ml dengan
nilai absorbansi pada λ = 665 adalah 0,491 dan λ = 652 adalah 0,270. Nilai konsentrasi
klorofil yang diperoleh menurut Porra et al : 1989 adalah :
[Ch b] = 30,66 A652,0 – 13,58 A665
[Ch b] = (30,66 x 0,217) – (13,58 x 0,391)
[Ch b] = 1,34 µg/mL
Jadi dalam larutan ekstrak dengan konsentrasi 2.500 µg/mL, terdapat 1,34 µg klorofil b per
mililiter ekstrak. Total klorofil b dari larutan ekstrak dengan konsentrasi 2.500 µg/mL adalah :

5 mL x 1,34 µg/mL = 6,07 µg


Jadi dalam larutan ekstrak tersebut didapatkan kandungan klorofil b sebesar 6,07 µg per 5 mL
larutan. Kemudian, 5 mL larutan ekstrak dengan konsentrasi 2.500 µg/mL tersebut,diencerkan
dari larutan stok dengan konsentrasi 12.500 µg/mL sebanyak 1 ml dan ditambahkan metanol 4
ml, maka konsentrasi klorofil dari 1 mL dari larutan ekstrak konsentrasi 12.500 µg/mL tersebut
adalah :
1 mL stok /5 mL larutan (telah diencerkan) = 1,34 µg/mL
1 mL stok= 1,34 µg/mL x 5 mL
1 mL stok = 6,07 µg [Ch b] stok = 6,07 µg/mL
Jadi dalam 1 mL larutan ekstrak dengan konsentrasi 12.500 µg/mL, memiliki konsentrasi
klorofil b sebesar 6,07 µg/mL

Tabel 10. Data Absorbansi Ekstrak pada Spetrofotometer UV Vis di Bagian Kanan

Absorbansi dari λ = Absorbansi dari λ =


Posisi anak daun pada Bagian anak 665 652
Sampel
daun daun
Bagian Kiri Bagian Kiri
U1 U2 U1 U2
Bawah 0.391 0.413 0.217 0.227
Pangkal Tengah 0.410 0.426 0.229 0.231
Kelapa
Atas 0.367 0.412 0.201 0.225
Tengah Bawah 0.397 0.382 0.217 0.208

62
Tengah 0.398 0.414 0.215 0.225
Atas 0.373 0.417 0.201 0.226
Bawah 0.413 0.383 0.225 0.209
Atas Tengah 0.392 0.388 0.218 0.210
Atas 0.393 0.374 0.218 0.204
Bawah 0.711 0.668 0.403 0.376
Pangkal Tengah 0.689 0.633 0.389 0.353
Atas 0.568 0.560 0.319 0.312
Bawah 0.647 0.713 0.358 0.401
Kelapa sawit Tengah Tengah 0.638 0.655 0.354 0.367
Atas 0.585 0.590 0.323 0.326
Bawah 0.702 0.735 0.390 0.406
Atas Tengah 0.624 0.644 0.345 0.355
Atas 0.575 0.586 0.319 0.320
Pangkal 0.517 0.561 0.315 0.313
Aren Tengah Tengah 0.575 0.578 0.328 0.323
Ujung 0.544 0.544 0.312 0.304

Tabel 11. Data Absorbansi Ekstrak pada Spetrofotometer UV Vis di Bagian Kiri

Absorbansi dari λ =
Absorbansi dari λ = 665
Posisi anak daun pada Bagian anak 652
Sampel
daun daun
Bagian Kiri Bagian Kiri
U1 U2 U1 U2
Bawah 0.373 0.417 0.206 0.223
Pangkal Tengah 0.413 0.387 0.226 0.210
Atas 0.389 0.419 0.217 0.228
Bawah 0.408 0.392 0.227 0.208
Kelapa Tengah Tengah 0.410 0.404 0.224 0.219
Atas 0.374 0.391 0.203 0.212
Bawah 0.420 0.371 0.232 0.204
Atas Tengah 0.422 0.391 0.234 0.213
Atas 0.403 0.395 0.222 0.212
Bawah 0.623 0.708 0.353 0.399
Pangkal Tengah 0.604 0.716 0.342 0.401
Kelapa sawit
Atas 0.631 0.612 0.362 0.342
Tengah Bawah 0.709 0.732 0.396 0.406

63
Tengah 0.684 0.699 0.380 0.388
Atas 0.564 0.638 0.312 0.354
Bawah 0.717 0.701 0.400 0.389
Atas Tengah 0.645 0.566 0.360 0.311
Atas 0.461 0.476 0.254 0.263
Pangkal 0.558 0.557 0.318 0.309
Aren Tengah Tengah 0.622 0.624 0.354 0.347
Ujung 0.593 0.597 0.333 0.329

Tabel 12. Data perhitungan konsentrasi klorofil a ( µg/mL)

konsentrasi klorofil a (µg/mL)


Posisi anak daun Bagian anak
Sampel Kanan Rerataan Kiri Rerataan
pada daun daun
U1 U2 U1 U2
Bawah 22.58 23.95 23.27 21.60 24.45 23.03
Pangkal Tengah 23.60 24.50 24.05 23.98 22.55 23.27
Atas 21.30 23.95 22.63 22.40 24.40 23.40
23.31 23.23 23.27
Bawah 23.05 22.25 22.65 23.55 23.05 23.30
Kelapa Tengah Tengah 23.25 24.10 23.68 23.80 23.55 23.68
Atas 21.80 24.30 23.05 21.80 22.80 22.30
23.13 23.09 23.11
Bawah 24.05 22.25 23.15 24.30 21.50 22.90
Atas Tengah 22.60 22.65 22.63 24.40 22.75 23.58
Atas 22.70 21.75 22.23 23.35 23.10 23.23
22.67 23.23 22.95
Kelapa 23.04 23.19 23.11
Bawah 40.70 38.35 39.53 35.65 40.60 38.13
Pangkal Tengah 39.50 36.50 38.00 34.60 41.20 37.90
Atas 32.65 32.30 32.48 35.95 35.25 35.60
36.67 37.21 36.94
Bawah 37.40 40.95 39.18 40.84 42.28 41.56
Kelapa sawit Tengah Tengah 36.85 37.63 37.24 39.48 40.36 39.92
Atas 33.85 34.15 34.00 32.61 36.84 34.73
36.81 38.74 37.77
Bawah 40.52 42.53 41.53 41.32 40.49 40.91
Atas Tengah 36.09 37.29 36.69 37.16 32.82 34.99
Atas 33.21 34.06 33.64 26.70 27.54 27.12
37.28 34.34 35.81
Kelapa Sawit 36.92 36.76 36.84
Bawah 28.66 32.33 30.50 31.87 32.17 32.02
Aren Tengah Tengah 32.83 33.28 33.06 35.55 36.00 35.78
Atas 30.98 31.33 31.16 34.08 34.58 34.33
31.57 34.04 32.81

Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989

64
Tabel 13. Data perhitungan konsentrasi klorofil b ( µg/mL)

konsentrasi klorofil b (µg/mL)


Posisi anak daun Bagian anak Rerataa Rerataa
Sampel
pada daun daun Kanan n Kiri n
U1 U2 U1 U2
Bawah 6,70 6.75 6.75 6.25 5.85 6.05
Pangkal Tengah 7,25 6.48 6.48 6.60 5.90 6.25
Atas 5.90 6.50 6.20 6.85 6.50 6.68
6.48 6.33 6.40
Bawah 6.31 5.27 5.79 7.09 5.27 6.18
Kelapa Tengah Tengah 5.93 6.38 6.16 6.50 6.14 6.32
Atas 5.48 6.33 5.91 5.72 5.95 5.84
5.95 6.11 6.03
Bawah 6.45 6.03 6.24 7.05 6.08 6.57
Atas Tengah 6.80 5.85 6.33 7.22 6.10 6.66
Atas 6.73 5.89 6.31 6.67 5.68 6.18
6.29 6.47 6.38
Kelap
a 6.24 6.30 6.27
Bawah 13.50 12.28 12.89 11.81 13.09 12.45
Pangkal Tengah 12.85 11.13 11.99 11.42 12.85 12.14
Atas 10.33 9.80 10.07 12.65 10.87 11.76
11.65 12.12 11.88
Bawah 10.95 13.06 12.01 12.56 12.54 12.55
Kelapa sawit Tengah Tengah 10.94 11.78 11.36 11.81 12.02 11.92
Atas 9.79 9.91 9.85 9.53 10.95 10.24
11.07 11.57 11.32
Bawah 12.12 12.33 12.23 12.63 12.03 12.33
Atas Tengah 10.52 10.69 10.61 11.39 9.24 10.32
Atas 9.86 9.26 9.56 7.64 7.99 7.82
10.80 10.15 10.48
Kelapa Sawit 11.17 11.28 11.23
Bawah 13.18 9.89 11.54 10.86 9.55 10.21
Aren Tengah Tengah 11.24 10.27 10.76 12.03 10.82 11.43
Atas 10.89 9.66 10.28 10.78 10.17 10.48
10.86 10.70 10.78

Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989

65
Lampiran 5. Perhitungan Penyebaran Konsentrasi Klorofil a dan b Per Satuan Luas
(µmol/m2)

Dari data konsentrasi klorofil a dan klorofil b yang didapatkan, maka dihitung penyebaran
konsentrasinya sebagai berikut :

Pertama-tama dihitung dahulu luas lingkaran dari daun kelapa, kelapa sawit, dan aren yang telah
dipotong menggunakan one hole punch dengan rumus luas lingkaran sebagai berikut :

L lingkaran = πr2

Keterangan : π = 3,14 r = jari-jari lingkaran

Diketahui jari- jari lingkaran adalah 2,1 mm maka luas lingkarannya adalah sebagai berikut :

L= 3,14 x 2,1 mm x 2,1 mm

L = 13,8474 mm2 = 1,38474 x 10 -5

Setelah didapatkan luas lingkaran maka penyebaran konsentrasi klorofil per satuan luas dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Diketahui kandungan klorofil a pada daun adalah 22,58 µg/mL dalam ekstrak daun kelapa,
kelapa sawit, dan aren yang memiliki konsentrasi 12.500 µg/mL. Lautan dengan konsentrasi
tersebut didapatkan dari mengekstrak ± 0,1 gram daun aren dengan 8 mL metanol, sehingga
total kandungan klorofil a pada daun aren adalah :

22,58 µg
22,58 µg/mL = × 8 𝑚𝐿
1 𝑚𝐿

= 180,6 µg = 1,806 x10-4

Kemudian cari mol : n = Massa/ Mr Klorofil a


n= 0,1806 x10-4
893,46 g/mol

n= 2,021 x 10-7 mol

66
n = 0,2021 µmol

µ𝑚𝑜𝑙
L penyebaran = 𝐿 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑥𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑠𝑐

0,2021 µ𝑚𝑜𝑙
L penyebaran = 2
1,38474 x 10 −5 m x 18

L penyebaran = 811,14 µmol/m2

Keterangan : disc = jumlah potongan sampel per ±0,1 gram massa sampel
(dapat dilihat pada Tabel 10)

Selanjutnya untuk perhitungan pada klorofil b, digunakan cara yang sama namun untuk mencari
mol dari klorofil b menggunakan massa molekul relatif (Mr = 907,46 g/mol)

Tabel 14. Data Penyebaran Klorofil a per Satuan Luas ( µmol/m2)

Kandungan Klorofil a (µmol/m2)


Posisi anak daun Bagian
Sampel Kanan Rerataan Kiri Rerataan
pada daun anak daun
U1 U2 U1 U2
Bawah 811.14 860.36 835.75 775.94 878.32 827.13
Pangkal Tengah 803.17 833.79 818.48 775.29 767.43 771.36
Atas 655.85 737.45 696.65 689.72 717.16 703.44
783.63 767.31 775.47
Bawah 828.03 799.29 813.66 845.99 828.03 837.01
Kelapa Tengah Tengah 751.69 820.18 785.94 854.97 725.13 790.05
Atas 671.25 748.23 709.74 671.25 614.29 642.77
769.78 756.61 763.19
Bawah 818.48 719.36 768.92 714.22 695.11 704.66
Atas Tengah 695.88 636.78 666.33 685.98 639.59 662.78
Atas 587.13 586.00 586.56 629.10 597.47 613.29
673.94 660.25 667.09
Kelapa 742.45 728.06 735.25
Bawah 1012.20 953.76 982.98 886.61 972.32 929.46
Pangkal Tengah 945.98 842.91 894.44 799.03 1024.64 911.84
Atas 781.93 773.54 777.74 860.96 814.04 837.50
885.05 892.93 888.99
Kelapa sawit
Bawah 863.69 1018.42 941.06 978.07 1051.50 1014.78
Tengah Tengah 882.51 901.19 891.85 911.73 1003.75 957.74
Atas 781.71 849.31 815.51 811.01 850.76 830.88
882.81 934.47 908.64

67
Bawah 970.40 1057.72 1014.06 989.56 969.68 979.62
Atas Tengah 833.44 893.05 863.25 858.15 786.00 822.08
Atas 825.93 815.69 820.81 664.03 684.92 674.47
899.37 825.39 862.38
Kelapa Sawit 889.08 884.26 886.67
Bawah 1406.07 1493.22 1449.65 1373.84 1485.83 1429.84
Aren Tengah Tengah 1415.23 1265.85 1340.54 1436.70 1662.73 1549.71
Atas 1335.48 1266.16 1300.82 1574.05 1397.50 1485.77
1363.67 1488.44 1426.05

Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989

Tabel 15. Data Penyebaran Klorofil a per Satuan Luas ( µmol/m2)

Kandungan Klorofil b (µmol/m2)


Posisi anak daun Bagian anak
Sampel Kanan Rerataan Kiri Rerataan
pada daun daun
U1 U2 U1 U2
Bawah 236.97 238.74 237.86 221.06 206.91 213.98
Pangkal Tengah 242.93 217.13 230.03 210.09 197.69 203.89
Atas 178.87 197.06 187.96 207.67 188.10 197.88
218.61 205.25 211.93
Bawah 223.18 186.39 204.79 250.77 186.39 218.58
Kelapa Tengah Tengah 188.76 213.78 201.27 229.90 186.14 208.02
Atas 166.13 191.90 179.02 173.41 157.83 165.62
195.02 197.41 196.22
Bawah 216.12 191.95 204.03 204.01 193.54 198.78
Atas Tengah 206.15 161.93 184.04 199.85 168.85 184.35
Atas 171.38 156.24 163.81 176.93 144.64 160.79
183.96 181.30 182.63
Kelapa 199.20 194.65 196.93
Bawah 330.56 300.69 315.63 289.18 308.65 298.92
Pangkal Tengah 302.99 253.06 278.03 259.66 314.65 287.15
Atas 243.57 231.08 237.33 298.28 247.15 272.72
276.99 286.26 281.63
Bawah 248.97 319.79 284.38 296.16 307.06 301.61
Kelapa sawit Tengah Tengah 257.96 277.76 267.86 268.53 294.32 281.42
Atas 222.60 242.66 232.63 233.35 248.97 241.16
261.62 274.73 268.18
Bawah 285.78 301.91 293.85 297.81 283.66 290.73
Atas Tengah 239.19 252.06 245.63 258.98 217.87 238.42
Atas 241.43 218.34 229.89 187.07 195.64 191.36

68
256.46 240.17 248.31
Kelapa Sawit 265.02 267.06 266.04
Bawah 636.64 449.74 543.19 460.93 434.28 447.60
Aren Tengah Tengah 477.06 384.61 430.83 478.67 492.03 485.35
Atas 462.20 384.37 423.29 490.21 404.66 447.44
465.77 460.13 462.95

Keterangan : Kandungan klorofil yang dihitung menggunakan persamaan rumus menurut Porra et al : 1989

69
Lampiran 6. Output Data Statistik
Data Statistik Klorofil a Pada Berbagai Jenis Tanaman Palmaesa

Kandungan Klorofil a

Between-Subjects Factors

Value Label N

1.00 KELAPA 18

KELAPA
Sampel daun palmae 2.00 18
SAWIT

3.00 AREN 6
PANGKAL
1.00 6
(KELAPA)
TENGAH
2.00 6
(KELAPA)
ATAS
3.00 6
(KELAPA)
PANGKAL
4.00 (KELAPA 6
Posisi anak daun pada daun
SAWIT)
TENGAH
5.00 (KELAPA 6
SAWIT)
ATAS (KELAPA
6.00 6
SAWIT)
TENGAH
7.00 6
(AREN)
BAWAH
1.00 6
(KELAPA)
TENGAH
2.00 6
(KELAPA)
ATAS
3.00 6
(KELAPA)
Bagian dari anak daun
BAWAH
4.00 (KELAPA 6
SAWIT)
TENGAH
5.00 (KELAPA 6
SAWIT)

70
ATAS (KELAPA
6.00 6
SAWIT)
BAWAH
7.00 2
(AREN)
TENGAH
8.00 2
(AREN)
9.00 ATAS (AREN) 2
KANAN
1.00 9
(KELAPA)

2.00 KIRI (KELAPA) 9

KANAN
Posisi kanan dan kiri anak 3.00 (KELAPA 9
daun pada daun SAWIT)

KIRI (KELAPA
4.00 9
SAWIT)

5.00 KANAN (AREN) 3

6.00 KIRI (AREN) 3

Levene's Test of Equality of Error Variancesa


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

F df1 df2 Sig.

. 41 0 .

Tests the null hypothesis that the error variance of


the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + SAMPEL_DAUN +
POSISI_ANAK_DAUN + BAGIAN_ANAK_DAUN
+ POSISI_KANAN_KIRI

Homogeneous Subsets

KONSENTRASI_KLO_a

Sampel daun palmae N Subset

1 2 3

KELAPA 18 735.2172
Tukey HSDa,b,c
KELAPA SAWIT 18 886.6728

71
AREN 6 1426.0583

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1986.719.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10.800.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not
guaranteed.
c. Alpha = .01.

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 2390339.638a 15 159355.976 80.211 .000


Intercept 35273596.693 1 35273596.693 17754.702 .000
SAMPEL_DAUN .000 0 . . .
POSISI_ANAK_DAUN 48717.222 4 12179.306 6.130 .001
BAGIAN_ANAK_DAUN 164900.230 6 27483.372 13.834 .000
POSISI_KANAN_KIRI 24398.994 3 8132.998 4.094 .017
Error 51654.684 26 1986.719
Total 36372718.968 42
Corrected Total 2441994.322 41

a. R Squared = .979 (Adjusted R Squared = .967)

1. Posisi anak daun


1.1 Kelapa

Estimated Marginal Means

1. Posisi anak daun pada daun


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

Posisi anak daun pada daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

PANGKAL 775.437 9.584 746.163 804.710


TENGAH 763.145 9.584 733.872 792.418

72
ATAS 667.070 9.584 637.797 696.343

Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

(I) Posisi anak daun (J) Posisi anak daun Mean Std. Sig. 99% Confidence Interval
pada daun pada daun Difference Error Lower Upper
(I-J) Bound Bound

13.5532
TENGAH 12.2917 .646 -36.0665 60.6498
5
PANGKAL
13.5532
ATAS 108.3667* .000 60.0085 156.7248
5

13.5532
PANGKAL -12.2917 .646 -60.6498 36.0665
Tukey 5
TENGAH
HSD 13.5532
ATAS 96.0750* .000 47.7168 144.4332
5

13.5532
PANGKAL -108.3667* .000 -156.7248 -60.0085
5
ATAS
13.5532
TENGAH -96.0750* .000 -144.4332 -47.7168
5
13.5532
TENGAH 12.2917 1.000 -37.1626 61.7460
5
PANGKAL
13.5532
ATAS 108.3667* .000 58.9124 157.8210
5

13.5532
PANGKAL -12.2917 1.000 -61.7460 37.1626
Bonferro 5
TENGAH
ni 13.5532
ATAS 96.0750* .000 46.6207 145.5293
5

13.5532
PANGKAL -108.3667* .000 -157.8210 -58.9124
5
ATAS
13.5532
TENGAH -96.0750* .000 -145.5293 -46.6207
5

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 551.071.
*. The mean difference is significant at the .01 level.

Homogeneous Subsets

73
KONSENTRASI_KLO_a

Posisi anak daun pada daun N Subset

1 2

ATAS 6 667.0700

TENGAH 6 763.1450
Tukey HSDa,b
PANGKAL 6 775.4367

Sig. 1.000 .646

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 551.071.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
b. Alpha = .01.

1.2 Kelapa Sawit

1. Posisi anak daun pada daun


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

Posisi anak daun pada daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

PANGKAL 888.995 20.144 827.464 950.526


TENGAH 908.640 20.144 847.109 970.171
ATAS 862.383 20.144 800.853 923.914

Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

(I) Posisi anak daun (J) Posisi anak daun Mean Std. Sig. 99% Confidence Interval
pada daun pada daun Difference Error Lower Upper
(I-J) Bound Bound

28.4879
TENGAH -19.6450 .774 -121.2903 82.0003
1
PANGKAL
Tukey 28.4879
ATAS 26.6117 .630 -75.0336 128.2569
HSD 1

28.4879
TENGAH PANGKAL 19.6450 .774 -82.0003 121.2903
1

74
28.4879
ATAS 46.2567 .274 -55.3886 147.9019
1

28.4879
PANGKAL -26.6117 .630 -128.2569 75.0336
1
ATAS
28.4879
TENGAH -46.2567 .274 -147.9019 55.3886
1
28.4879
TENGAH -19.6450 1.000 -123.5942 84.3042
1
PANGKAL
28.4879
ATAS 26.6117 1.000 -77.3376 130.5609
1

28.4879
PANGKAL 19.6450 1.000 -84.3042 123.5942
Bonferro 1
TENGAH
ni 28.4879
ATAS 46.2567 .391 -57.6926 150.2059
1

28.4879
PANGKAL -26.6117 1.000 -130.5609 77.3376
1
ATAS
28.4879
TENGAH -46.2567 .391 -150.2059 57.6926
1

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 2434.683.

Homogeneous Subsets

KONSENTRASI_KLO_a

Posisi anak daun pada daun N Subset

ATAS 6 862.3833

PANGKAL 6 888.9950
Tukey HSDa,b
TENGAH 6 908.6400

Sig. .274

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2434.683.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
b. Alpha = .01.

1.3 Aren

75
1. Posisi anak daun pada daun
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

Posisi anak daun pada daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

TENGAH 1426.058 36.315 1065.634 1786.482

Post Hoc Tests

2. Bagian Anak Daun


2.1 Kelapa

Estimated Marginal Means

2. Bagian dari anak daun


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

Bagian dari anak daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

BAWAH 797.802 9.584 768.528 827.075


TENGAH 749.135 9.584 719.862 778.408
ATAS 658.715 9.584 629.442 687.988

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

(I) Bagian dari anak (J) Bagian dari anak Mean Std. Sig. 99% Confidence
daun daun Difference Error Interval
(I-J) Lower Upper
Bound Bound

13.553
TENGAH 48.6667* .010 .3085 97.0248
25
BAWAH
Tukey 13.553
ATAS 139.0867* .000 90.7285 187.4448
HSD 25

13.553
TENGAH BAWAH -48.6667* .010 -97.0248 -.3085
25

76
13.553
ATAS 90.4200* .000 42.0618 138.7782
25

13.553
BAWAH -139.0867* .000 -187.4448 -90.7285
25
ATAS
13.553
TENGAH -90.4200* .000 -138.7782 -42.0618
25
13.553
TENGAH 48.6667 .011 -.7876 98.1210
25
BAWAH
13.553
ATAS 139.0867* .000 89.6324 188.5410
25

13.553
BAWAH -48.6667 .011 -98.1210 .7876
Bonferro 25
TENGAH
ni 13.553
ATAS 90.4200* .000 40.9657 139.8743
25

13.553
BAWAH -139.0867* .000 -188.5410 -89.6324
25
ATAS
13.553
TENGAH -90.4200* .000 -139.8743 -40.9657
25

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 551.071.
*. The mean difference is significant at the .01 level.

Homogeneous Subsets

KONSENTRASI_KLO_a

Bagian dari anak daun N Subset

1 2 3

ATAS 6 658.7150

TENGAH 6 749.1350
Tukey HSDa,b
BAWAH 6 797.8017

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 551.071.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.

77
b. Alpha = .01.

2.2 Kelapa Sawit

Estimated Marginal Means

2. Bagian dari anak daun


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

Bagian dari anak daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

BAWAH 976.997 20.144 915.466 1038.527


TENGAH 890.200 20.144 828.669 951.731
ATAS 792.822 20.144 731.291 854.352

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

(I) Bagian dari anak (J) Bagian dari anak Mean Std. Sig. 99% Confidence
daun daun Difference Error Interval
(I-J) Lower Upper
Bound Bound

28.487
TENGAH 86.7967 .025 -14.8486 188.4419
91
BAWAH
28.487
ATAS 184.1750* .000 82.5297 285.8203
91
28.487
BAWAH -86.7967 .025 -188.4419 14.8486
Tukey 91
TENGAH
HSD 28.487
ATAS 97.3783 .013 -4.2669 199.0236
91

28.487
BAWAH -184.1750* .000 -285.8203 -82.5297
91
ATAS
28.487
TENGAH -97.3783 .013 -199.0236 4.2669
91
Bonferro 28.487
BAWAH TENGAH 86.7967 .030 -17.1526 190.7459
ni 91

78
28.487
ATAS 184.1750* .000 80.2258 288.1242
91

28.487
BAWAH -86.7967 .030 -190.7459 17.1526
91
TENGAH
28.487
ATAS 97.3783 .015 -6.5709 201.3276
91

28.487
BAWAH -184.1750* .000 -288.1242 -80.2258
91
ATAS
28.487
TENGAH -97.3783 .015 -201.3276 6.5709
91

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 2434.683.
*. The mean difference is significant at the .01 level.

Homogeneous Subsets

KONSENTRASI_KLO_a

Bagian dari anak daun N Subset

1 2

ATAS 6 792.8217

TENGAH 6 890.2000 890.2000


Tukey HSDa,b
BAWAH 6 976.9967

Sig. .013 .025


Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2434.683.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
b. Alpha = .01.

79
2.3 Aren

Estimated Marginal Means

2. Bagian dari anak daun


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

Bagian dari anak daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

BAWAH 1439.745 62.900 815.473 2064.017


TENGAH 1445.130 62.900 820.858 2069.402
ATAS 1393.300 62.900 769.028 2017.572

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

(I) Bagian dari anak (J) Bagian dari anak Mean Std. Sig. 99% Confidence
daun daun Difference Error Interval
(I-J) Lower Upper
Bound Bound

88.954 -
TENGAH -5.3850 .998 1190.9183
01 1201.6883
BAWAH
88.954 -
ATAS 46.4450 .869 1242.7483
01 1149.8583

88.954 -
BAWAH 5.3850 .998 1201.6883
Tukey 01 1190.9183
TENGAH
HSD 88.954 -
ATAS 51.8300 .842 1248.1333
01 1144.4733

88.954 -
BAWAH -46.4450 .869 1149.8583
01 1242.7483
ATAS
88.954 -
TENGAH -51.8300 .842 1144.4733
01 1248.1333
Bonferro 88.954 -
BAWAH TENGAH -5.3850 1.000 1531.4891
ni 01 1542.2591

80
88.954 -
ATAS 46.4450 1.000 1583.3191
01 1490.4291

88.954 -
BAWAH 5.3850 1.000 1542.2591
01 1531.4891
TENGAH
88.954 -
ATAS 51.8300 1.000 1588.7041
01 1485.0441

88.954 -
BAWAH -46.4450 1.000 1490.4291
01 1583.3191
ATAS
88.954 -
TENGAH -51.8300 1.000 1485.0441
01 1588.7041

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 7912.815.

Homogeneous Subsets

KONSENTRASI_KLO_a

Bagian dari anak daun N Subset

ATAS 2 1393.3000

BAWAH 2 1439.7450
Tukey HSDa,b
TENGAH 2 1445.1300

Sig. .842

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 7912.815.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b. Alpha = .01.

81
3. Kanan dan Kiri

3.1 Kelapa

Estimated Marginal Means

3. Posisi kanan dan kiri anak daun pada daun


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

Posisi kanan dan kiri anak Mean Std. Error 99% Confidence Interval
daun pada daun Lower Bound Upper Bound

KANAN 742.448 7.825 718.546 766.349


KIRI 727.987 7.825 704.085 751.888

3.2 Kelapa Sawit

Estimated Marginal Means

3. Posisi kanan dan kiri anak daun pada daun


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

Posisi kanan dan kiri anak Mean Std. Error 99% Confidence Interval
daun pada daun Lower Bound Upper Bound

KANAN 889.078 16.448 838.838 939.317


KIRI 884.268 16.448 834.028 934.507

3.3 Aren

Estimated Marginal Means

3. Posisi kanan dan kiri anak daun pada daun


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_a

Posisi kanan dan kiri anak Mean Std. Error 99% Confidence Interval
daun pada daun Lower Bound Upper Bound

KANAN 1363.670 51.358 853.954 1873.386


KIRI 1488.447 51.358 978.730 1998.163

82
Kandungan Klorofil b

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N

PANGKAL
1.00 6
(KELAPA)

TENGAH
2.00 6
(KELAPA)

3.00 ATAS (KELAPA) 6

PANGKAL
Posisi anak daun pada daun 4.00 6
(KELAPA SAWIT)

TENGAH
5.00 6
(KELAPA SAWIT)

ATAS (KELAPA
6.00 6
SAWIT)

7.00 TENGAH (AREN) 6


BAWAH
1.00 6
(KELAPA)
TENGAH
2.00 6
(KELAPA)
3.00 ATAS (KELAPA) 6
BAWAH (KELAPA
4.00 6
SAWIT)
Bagian dari anak daun
TENGAH
5.00 6
(KELAPA SAWIT)
ATAS (KELAPA
6.00 6
SAWIT)
7.00 BAWAH (AREN) 2
8.00 TENGAH (AREN) 2
9.00 ATAS (AREN) 2
KANAN
1.00 9
(KELAPA)
2.00 KIRI (KELAPA) 9
Posisi kanan dan kiri anak daun
KANAN (KELAPA
pada daun 3.00 9
SAWIT)
KIRI (KELAPA
4.00 9
SAWIT)

83
5.00 KANAN (AREN) 3
6.00 KIRI (AREN) 3
1.00 KELAPA 18

Sampel daun palmae 2.00 KELAPA SAWIT 18

3.00 AREN 6

Levene's Test of Equality of Error Variancesa


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

F df1 df2 Sig.

. 41 0 .
Tests the null hypothesis that the error variance of the
dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + POSISI_ANAK_DAUN +
BAGIAN_ANAK_DAUN + POSISI_KANAN_KIRI +
SAMPEL_DAUN

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 344713.799a 15 22980.920 60.970 .000


Intercept 3200164.875 1 3200164.875 8490.285 .000
POSISI_ANAK_DAUN 5951.110 4 1487.778 3.947 .012
BAGIAN_ANAK_DAUN 20078.335 6 3346.389 8.878 .000
POSISI_KANAN_KIRI 159.263 3 53.088 .141 .935
SAMPEL_DAUN .000 0 . . .
Error 9799.940 26 376.921
Total 3293965.826 42
Corrected Total 354513.739 41

a. R Squared = .972 (Adjusted R Squared = .956)

Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

84
(I) Sampel daun (J) Sampel daun Mean Std. Sig. 99% Confidence
palmae palmae Difference Error Interval
(I-J) Lower Upper
Bound Bound

6.4714
KELAPA SAWIT -69.1122* .000 -89.7517 -48.4727
8
KELAPA
9.1520
AREN -266.0222* .000 -295.2109 -236.8336
6

6.4714
KELAPA 69.1122* .000 48.4727 89.7517
Tukey 8
KELAPA SAWIT
HSD 9.1520
AREN -196.9100* .000 -226.0987 -167.7213
6

9.1520
KELAPA 266.0222* .000 236.8336 295.2109
6
AREN
9.1520
KELAPA SAWIT 196.9100* .000 167.7213 226.0987
6
6.4714
KELAPA SAWIT -69.1122* .000 -90.0236 -48.2009
8
KELAPA
9.1520
AREN -266.0222* .000 -295.5954 -236.4491
6

6.4714
KELAPA 69.1122* .000 48.2009 90.0236
Bonferro 8
KELAPA SAWIT
ni 9.1520
AREN -196.9100* .000 -226.4831 -167.3369
6

9.1520
KELAPA 266.0222* .000 236.4491 295.5954
6
AREN
9.1520
KELAPA SAWIT 196.9100* .000 167.3369 226.4831
6

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 376.921.
*. The mean difference is significant at the .01 level.

Homogeneous Subsets

KONSENTRASI_KLO_b

Sampel daun palmae N Subset

1 2 3

85
KELAPA 18 196.9278

KELAPA SAWIT 18 266.0400


Tukey HSDa,b,c
AREN 6 462.9500

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 376.921.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 10.800.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not
guaranteed.
c. Alpha = .01.

1. Kelapa

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 7040.400a 5 1408.080 18.657 .000


Intercept 698049.894 1 698049.894 9249.088 .000
POSISI_ANAK_DAUN 2580.021 2 1290.011 17.093 .000
BAGIAN_ANAK_DAUN 4367.354 2 2183.677 28.933 .000
POSISI_KANAN_KIRI 93.025 1 93.025 1.233 .289
Error 905.667 12 75.472
Total 705995.961 18
Corrected Total 7946.067 17

a. R Squared = .886 (Adjusted R Squared = .839)

86
Estimated Marginal Means

1. Posisi anak daun pada daun

Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Posisi anak daun pada daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

PANGKAL 211.933 3.547 201.100 222.767


TENGAH 196.217 3.547 185.383 207.050
ATAS 182.633 3.547 171.800 193.467

Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

(I) Posisi anak daun (J) Posisi anak daun Mean Std. Sig.b 99% Confidence Interval
pada daun pada daun Difference Error for Differenceb
(I-J) Lower Upper
Bound Bound

TENGAH 15.717* 5.016 .009 .396 31.037


PANGKAL
ATAS 29.300* 5.016 .000 13.979 44.621
PANGKAL -15.717* 5.016 .009 -31.037 -.396
TENGAH
ATAS 13.583 5.016 .019 -1.737 28.904
PANGKAL -29.300* 5.016 .000 -44.621 -13.979
ATAS
TENGAH -13.583 5.016 .019 -28.904 1.737

Based on estimated marginal means


*. The mean difference is significant at the .01 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Contrast 2580.021 2 1290.011 17.093 .000
Error 905.667 12 75.472

87
The F tests the effect of Posisi anak daun pada daun. This test is based on the linearly
independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

2. Bagian dari anak daun

Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Bagian dari daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

BAWAH 213.003 3.547 202.170 223.837


TENGAH 201.933 3.547 191.100 212.767
ATAS 175.847 3.547 165.013 186.680

Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

(I) Bagian dari (J) Bagian dari Mean Std. Sig.b 99% Confidence Interval for
daun daun Difference (I- Error Differenceb
J) Lower Bound Upper Bound

TENGAH 11.070 5.016 .048 -4.251 26.391


BAWAH
ATAS 37.157* 5.016 .000 21.836 52.477
BAWAH -11.070 5.016 .048 -26.391 4.251
TENGAH
ATAS 26.087* 5.016 .000 10.766 41.407
BAWAH -37.157* 5.016 .000 -52.477 -21.836
ATAS
TENGAH -26.087* 5.016 .000 -41.407 -10.766

Based on estimated marginal means


*. The mean difference is significant at the .01 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Contrast 4367.354 2 2183.677 28.933 .000


Error 905.667 12 75.472

88
The F tests the effect of Bagian dari daun. This test is based on the linearly independent
pairwise comparisons among the estimated marginal means.

3. Posisi kanan dan kiri anak daun pada daun

Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Posisi kanan dan kiri anak daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
pada daun Lower Bound Upper Bound

KANAN 199.201 2.896 190.356 208.047


KIRI 194.654 2.896 185.809 203.500

Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

(I) Posisi kanan dan (J) Posisi kanan dan Mean Std. Sig.a 99% Confidence Interval
kiri anak daun pada kiri anak daun pada Difference Error for Differencea
daun daun (I-J) Lower Upper
Bound Bound

KANAN KIRI 4.547 4.095 .289 -7.963 17.056


KIRI KANAN -4.547 4.095 .289 -17.056 7.963

Based on estimated marginal means


a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Contrast 93.025 1 93.025 1.233 .289


Error 905.667 12 75.472

The F tests the effect of Posisi kanan dan kiri anak daun pada daun. This test is based on the
linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

89
Post Hoc Tests

Posisi anak daun pada daun

Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

(I) Posisi anak daun (J) Posisi anak daun Mean Std. Sig. 99% Confidence
pada daun pada daun Difference Error Interval
(I-J) Lower Upper
Bound Bound

5.0157
TENGAH 15.7167 .022 -2.1795 33.6128
2
PANGKAL
5.0157
ATAS 29.3000* .000 11.4038 47.1962
2

5.0157
PANGKAL -15.7167 .022 -33.6128 2.1795
Tukey 2
TENGAH
HSD 5.0157
ATAS 13.5833 .047 -4.3128 31.4795
2

5.0157
PANGKAL -29.3000* .000 -47.1962 -11.4038
2
ATAS
5.0157
TENGAH -13.5833 .047 -31.4795 4.3128
2
5.0157
TENGAH 15.7167 .026 -2.5851 34.0185
2
PANGKAL
5.0157
ATAS 29.3000* .000 10.9982 47.6018
2

5.0157
PANGKAL -15.7167 .026 -34.0185 2.5851
Bonferro 2
TENGAH
ni 5.0157
ATAS 13.5833 .057 -4.7185 31.8851
2

5.0157
PANGKAL -29.3000* .000 -47.6018 -10.9982
2
ATAS
5.0157
TENGAH -13.5833 .057 -31.8851 4.7185
2

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 75.472.
*. The mean difference is significant at the .01 level.

90
Homogeneous Subsets

KONSENTRASI_KLO_b

Posisi anak daun pada daun N Subset

1 2

ATAS 6 182.6333

TENGAH 6 196.2167 196.2167


Tukey HSDa,b
PANGKAL 6 211.9333

Sig. .047 .022

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 75.472.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
b. Alpha = .01.

Bagian dari anak daun

Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

(I) Bagian dari (J) Bagian dari Mean Std. Sig. 99% Confidence Interval
daun daun Difference Error Lower Upper
(I-J) Bound Bound

TENGAH 11.0700 5.01572 .110 -6.8262 28.9662


BAWAH
ATAS 37.1567* 5.01572 .000 19.2605 55.0528

Tukey BAWAH -11.0700 5.01572 .110 -28.9662 6.8262


TENGAH
HSD ATAS 26.0867* 5.01572 .001 8.1905 43.9828

BAWAH -37.1567* 5.01572 .000 -55.0528 -19.2605


ATAS
TENGAH -26.0867* 5.01572 .001 -43.9828 -8.1905
TENGAH 11.0700 5.01572 .143 -7.2318 29.3718
BAWAH
ATAS 37.1567* 5.01572 .000 18.8549 55.4585

Bonferron BAWAH -11.0700 5.01572 .143 -29.3718 7.2318


TENGAH
i ATAS 26.0867* 5.01572 .001 7.7849 44.3885

BAWAH -37.1567* 5.01572 .000 -55.4585 -18.8549


ATAS
TENGAH -26.0867* 5.01572 .001 -44.3885 -7.7849

91
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 75.472.
*. The mean difference is significant at the .01 level.

Homogeneous Subsets

KONSENTRASI_KLO_b

Bagian dari daun N Subset

1 2

ATAS 6 175.8467

TENGAH 6 201.9333
Tukey HSDa,b
BAWAH 6 213.0033

Sig. 1.000 .110

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 75.472.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
b. Alpha = .01.

2. Kelapa Sawit

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 15426.134a 5 3085.227 14.265 .000


Intercept 1273991.069 1 1273991.069 5890.298 .000
POSISI_ANAK_DAUN 3371.089 2 1685.544 7.793 .007
BAGIAN_ANAK_DAUN 12036.522 2 6018.261 27.825 .000
POSISI_KANAN_KIRI 18.524 1 18.524 .086 .775
Error 2595.436 12 216.286
Total 1292012.639 18
Corrected Total 18021.571 17

a. R Squared = .856 (Adjusted R Squared = .796)

92
Estimated Marginal Means

1. Posisi kanan dan kiri anak daun pada daun

Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Posisi kanan dan kiri anak daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
pada daun Lower Bound Upper Bound

KANAN 265.026 4.902 250.052 280.000


KIRI 267.054 4.902 252.080 282.028

Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

(I) Posisi kanan dan (J) Posisi kanan dan Mean Std. Sig.a 99% Confidence Interval
kiri anak daun pada kiri anak daun pada Difference Error for Differencea
daun daun (I-J) Lower Upper
Bound Bound

KANAN KIRI -2.029 6.933 .775 -23.205 19.148


KIRI KANAN 2.029 6.933 .775 -19.148 23.205

Based on estimated marginal means


a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Contrast 18.524 1 18.524 .086 .775


Error 2595.436 12 216.286

The F tests the effect of Posisi kanan dan kiri anak daun pada daun. This test is based on the
linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

93
2. Posisi anak daun pada daun

Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Posisi anak daun pada daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

PANGKAL 281.630 6.004 263.291 299.969


TENGAH 268.177 6.004 249.837 286.516
ATAS 248.313 6.004 229.974 266.653

Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

(I) Posisi anak daun (J) Posisi anak daun Mean Std. Sig.b 99% Confidence Interval
pada daun pada daun Difference Error for Differenceb
(I-J) Lower Upper
Bound Bound

TENGAH 13.453 8.491 .139 -12.482 39.389


PANGKAL
ATAS 33.317* 8.491 .002 7.381 59.252
PANGKAL -13.453 8.491 .139 -39.389 12.482
TENGAH
ATAS 19.863 8.491 .037 -6.072 45.799
PANGKAL -33.317* 8.491 .002 -59.252 -7.381
ATAS
TENGAH -19.863 8.491 .037 -45.799 6.072

Based on estimated marginal means


*. The mean difference is significant at the .01 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Contrast 3371.089 2 1685.544 7.793 .007


Error 2595.436 12 216.286

The F tests the effect of Posisi anak daun pada daun. This test is based on the linearly
independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

94
3. Bagian dari daun

Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Bagian dari daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

BAWAH 297.520 6.004 279.181 315.859


TENGAH 266.418 6.004 248.079 284.758
ATAS 234.182 6.004 215.842 252.521

Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

(I) Bagian dari (J) Bagian dari Mean Std. Sig.b 99% Confidence Interval for
daun daun Difference (I- Error Differenceb
J) Lower Bound Upper Bound

TENGAH 31.102* 8.491 .003 5.166 57.037


BAWAH
ATAS 63.338* 8.491 .000 37.403 89.274
BAWAH -31.102* 8.491 .003 -57.037 -5.166
TENGAH
ATAS 32.237* 8.491 .003 6.301 58.172
BAWAH -63.338* 8.491 .000 -89.274 -37.403
ATAS
TENGAH -32.237* 8.491 .003 -58.172 -6.301

Based on estimated marginal means


*. The mean difference is significant at the .01 level.
b. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Contrast 12036.522 2 6018.261 27.825 .000


Error 2595.436 12 216.286

The F tests the effect of Bagian dari daun. This test is based on the linearly independent
pairwise comparisons among the estimated marginal means.

95
Post Hoc Tests

Posisi anak daun pada daun


Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

(I) Posisi anak (J) Posisi anak Mean Std. Sig. 99% Confidence
daun pada daun daun pada daun Difference Error Interval
(I-J) Lower Upper
Bound Bound

8.4909
TENGAH 13.4533 .289 -16.8423 43.7490
0
PANGKAL
8.4909
ATAS 33.3167* .005 3.0210 63.6123
0

8.4909
PANGKAL -13.4533 .289 -43.7490 16.8423
Tukey 0
TENGAH
HSD 8.4909
ATAS 19.8633 .088 -10.4323 50.1590
0

8.4909
PANGKAL -33.3167* .005 -63.6123 -3.0210
0
ATAS
8.4909
TENGAH -19.8633 .088 -50.1590 10.4323
0
8.4909
TENGAH 13.4533 .417 -17.5290 44.4357
0
PANGKAL
8.4909
ATAS 33.3167* .006 2.3343 64.2990
0

8.4909
PANGKAL -13.4533 .417 -44.4357 17.5290
Bonferro 0
TENGAH
ni 8.4909
ATAS 19.8633 .112 -11.1190 50.8457
0

8.4909
PANGKAL -33.3167* .006 -64.2990 -2.3343
0
ATAS
8.4909
TENGAH -19.8633 .112 -50.8457 11.1190
0

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 216.286.
*. The mean difference is significant at the .01 level.

96
Homogeneous Subsets

KONSENTRASI_KLO_b

Posisi anak daun pada daun N Subset

1 2

ATAS 6 248.3133

TENGAH 6 268.1767 268.1767


Tukey HSDa,b
PANGKAL 6 281.6300

Sig. .088 .289

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 216.286.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
b. Alpha = .01.

Bagian dari daun

Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

(I) Bagian dari (J) Bagian dari Mean Std. Sig. 99% Confidence Interval
daun daun Difference Error Lower Upper
(I-J) Bound Bound

TENGAH 31.1017* 8.49090 .008 .8060 61.3973


BAWAH
ATAS 63.3383* 8.49090 .000 33.0427 93.6340

Tukey BAWAH -31.1017* 8.49090 .008 -61.3973 -.8060


TENGAH
HSD ATAS 32.2367* 8.49090 .007 1.9410 62.5323

BAWAH -63.3383* 8.49090 .000 -93.6340 -33.0427


ATAS
TENGAH -32.2367* 8.49090 .007 -62.5323 -1.9410
TENGAH 31.1017* 8.49090 .010 .1193 62.0840
BAWAH
ATAS 63.3383* 8.49090 .000 32.3560 94.3207

Bonferron BAWAH -31.1017* 8.49090 .010 -62.0840 -.1193


TENGAH
i ATAS 32.2367* 8.49090 .008 1.2543 63.2190

BAWAH -63.3383* 8.49090 .000 -94.3207 -32.3560


ATAS
TENGAH -32.2367* 8.49090 .008 -63.2190 -1.2543

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 216.286.

97
*. The mean difference is significant at the .01 level.

Homogeneous Subsets

KONSENTRASI_KLO_b

Bagian dari daun N Subset

1 2 3

ATAS 6 234.1817

TENGAH 6 266.4183
Tukey HSDa,b
BAWAH 6 297.5200

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 216.286.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
b. Alpha = .01.

3. Aren

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model 3722.174a 3 1240.725 .394 .774


Intercept 1285936.215 1 1285936.215 408.309 .002
POSISI_ANAK_DAUN .000 0 . . .
BAGIAN_ANAK_DAUN 3674.460 2 1837.230 .583 .632
POSISI_KANAN_KIRI 47.714 1 47.714 .015 .913
Error 6298.836 2 3149.418
Total 1295957.225 6
Corrected Total 10021.010 5

a. R Squared = .371 (Adjusted R Squared = -.571)

98
Estimated Marginal Means

1. Posisi anak daun pada daun

Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Posisi anak daun pada daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

TENGAH 462.950 22.911 235.564 690.336

Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Contrast .000 0 . . .
Error 6298.836 2 3149.418

The F tests the effect of Posisi anak daun pada daun. This test is based on the linearly
independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

2. Bagian dari anak daun

Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b
Bagian dari daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

BAWAH 495.395 39.683 101.551 889.239


TENGAH 458.090 39.683 64.246 851.934
ATAS 435.365 39.683 41.521 829.209

Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

(I) Bagian dari (J) Bagian dari Mean Std. Sig.a 99% Confidence Interval for
daun daun Difference (I- Error Differencea
J) Lower Bound Upper Bound

99
TENGAH 37.305 56.120 .575 -519.674 594.284
BAWAH
ATAS 60.030 56.120 .397 -496.949 617.009
BAWAH -37.305 56.120 .575 -594.284 519.674
TENGAH
ATAS 22.725 56.120 .725 -534.254 579.704
BAWAH -60.030 56.120 .397 -617.009 496.949
ATAS
TENGAH -22.725 56.120 .725 -579.704 534.254

Based on estimated marginal means


a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Contrast 3674.460 2 1837.230 .583 .632


Error 6298.836 2 3149.418

The F tests the effect of Bagian dari daun. This test is based on the linearly independent
pairwise comparisons among the estimated marginal means.

3. Posisi kanan dan kiri anak daun pada daun

Estimates
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Posisi kanan dan kiri anak daun Mean Std. Error 99% Confidence Interval
pada daun Lower Bound Upper Bound
KANAN 465.770 32.401 144.198 787.342
KIRI 460.130 32.401 138.558 781.702

Pairwise Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

(I) Posisi kanan dan (J) Posisi kanan dan Mean Std. Sig.a 99% Confidence Interval
kiri anak daun pada kiri anak daun pada Difference Error for Differencea
daun daun (I-J) Lower Upper
Bound Bound
KANAN KIRI 5.640 45.822 .913 -449.131 460.411
KIRI KANAN -5.640 45.822 .913 -460.411 449.131

100
Based on estimated marginal means
a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Univariate Tests
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Contrast 47.714 1 47.714 .015 .913


Error 6298.836 2 3149.418

The F tests the effect of Posisi kanan dan kiri anak daun pada daun. This test is based on the
linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

Post Hoc Tests

Bagian dari anak daun

Multiple Comparisons
Dependent Variable: KONSENTRASI_KLO_b

(I) Bagian dari (J) Bagian dari Mean Std. Sig. 99% Confidence Interval
daun daun Difference Error Lower Upper
(I-J) Bound Bound

56.1196
TENGAH 37.3050 .804 -717.4239 792.0339
8
BAWAH
56.1196
ATAS 60.0300 .614 -694.6989 814.7589
8

56.1196
BAWAH -37.3050 .804 -792.0339 717.4239
Tukey 8
TENGAH
HSD 56.1196
ATAS 22.7250 .917 -732.0039 777.4539
8

56.1196
BAWAH -60.0300 .614 -814.7589 694.6989
8
ATAS
56.1196
TENGAH -22.7250 .917 -777.4539 732.0039
8
56.1196
TENGAH 37.3050 1.000 -932.2846 1006.8946
Bonferro 8
BAWAH
ni 56.1196
ATAS 60.0300 1.000 -909.5596 1029.6196
8

101
56.1196
BAWAH -37.3050 1.000 -1006.8946 932.2846
8
TENGAH
56.1196
ATAS 22.7250 1.000 -946.8646 992.3146
8

56.1196
BAWAH -60.0300 1.000 -1029.6196 909.5596
8
ATAS
56.1196
TENGAH -22.7250 1.000 -992.3146 946.8646
8

Based on observed means.


The error term is Mean Square(Error) = 3149.418.

Homogeneous Subsets
KONSENTRASI_KLO_b

Bagian dari daun N Subset

ATAS 2 435.3650

TENGAH 2 458.0900
Tukey HSDa,b
BAWAH 2 495.3950

Sig. .614

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 3149.418.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b. Alpha = .01.

102
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

a.Sampel daun yang dipotong per keeping sampel b. Sampel daun yang di ekstrak

c. Ekstrak daun yang di sentrifugasi d. Ekstrak daun setelah disentrigusi

103
e. Ekstrak yang telah diencerkan f. Pembacaan absorbansi dengan Spektro UV-Vis

g. Hasil scanning panjang gelombang dengan


Spektro UV-Vis

104

Anda mungkin juga menyukai