Abstrak
Telah dilakukan percobaan pemanggangan reduksi terhadap campuran bijih nikel laterit kadar rendah
jenis saprolit dengan limonit. Sedangkan untuk variabel percobaan digunakan perbandingan antara limonit
dengan saprolit, waktu, temperatur, dan persen reduktor. Percobaan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
sampai sejauh mana terjadi peningkatan kadar nikel (Ni) dari saprolit kadar rendah dengan kadar 1,29 % Ni
apabila dicampur dengan limonit dengan kadar1,26 % Ni. Adapun laterit kadar rendah untuk percobaan ini
berasal dari Sangaji Halmahera.
Untuk pemanggangan reduksi terhadap pellet (dari pencampuran saprolit dengan limonit) dilakukan
dalam muffle furnace. Selanjutnya kalsin hasil reduksi dikonsentrasi menggunakan magnetik separator dengan
cara basah untuk mendapatkan konsentrat dan tailing. Kemudian konsentrat dan tailing dianalisa dengan
Atomic Adsorption Spectrophotometry(AAS) untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kadar nikel (Ni).
Dari hasil percobaan apabila pencampuran antara limonit dengan saprolit digunakan untuk bahan baku NPI
diperoleh kondisi terbaik limonit : saprolit = 60 : 40, jumlah reduktor 10 – 12½ % batu bara, pengikat (binder)
2% bentonit, temperatur pemanggangan 1050 - 1100 0C, dan waktu pemanggangan 1– 1½ jam.
Kata kunci : Nikel kadar rendah, Pencampuran, Saprolit, Limonit, Nickel Pig Iron (NPI), Konsentrat, Tailing.
PENDAHULUAN
Di alam terdapat dua jenis bijih nikel, yaitu nikel sulfida berada dibelahan bumi
subtropis seperti Canada dan Rusia, serta nikel oksida yang lazim disebut laterit berada di
kawasan Khatulistiwa seperti Indonesia, Philipina, dan New Caledonia.[1] Secara global 70 %
dari tambang nikel berbasis laterit, namun pada kenyataannya 60 % dari produksi primer nikel
berasal dari bijih sulfide.[2,3] Laterit dialam berbentuk endapan yang terdiri dari endapan
limonitik dan saprolitik. Saprolitik mempunyai kandungan nikel lebih besar dari limonitik,
dan untuk mendapatkan logam nikel dari masing masing jenis laterit tersebut berbeda proses
pengolahannya.
Indonesia merupakan negara yang mempunyai deposit cadangan nikel laterit yang
melimpah dan tersebar diberbagai pulau di kawasan timur Indonesia terutama di propinsi
Sulawesi Tenggara, pulau Halmahera Maluku Utara, dan pulau Gag Papua. Laterit di
Indonesia digolongkan laterit kadar tinggi dan laterit kadar rendah. Laterit kadar tinggi jenis
saprolit dengan Ni ≥ 1,8 % sudah diolah dengan jalur proses pyrometalurgi di Sulawesi
Tenggara. Digunakan untuk memproduksi FeNi (ferro nikel) oleh BUMN PT Aneka
Tambang di Pomalaa sejak 1973/1974, dan untuk memproduksi nikel matte oleh PMA PT
Vale (dulu PT INCO) di Sorowako sejak 1976/1977. Sedangkan untuk laterit kadar rendah
yang terdiri dari limonit dan saprolit dengan Ni < 1,8 %, belum diolah didalam negeri. Pada
umumnya laterit kadar rendah diolah dengan jalur proses hydrometalurgi. Perkembangan
terbaru sejak 2005, laterit kadar rendah di China diolah dengan jalur proses pyrometalurgi
untuk memproduksi NPI.
UU Minerba (mineral dan Batubara) nomor 4 tahun 2009 mengamanatkan mineral
harus diolah didalam negeri dan melarang ekspor mineral. Dengan terbitnya UU tersebut
otomatis ekspor laterit ke manca negara harus dihentikan mulai 2014, yaitu ekspor saprolit ke
Jepang, limonit dengan persyaratan tertentu ke Australia, dan laterit (limonit dan saprolit) ke
China. Untuk laterit kadar tinggi jenis saprolit dengan Ni ≥ 1,8 % tidak ada masalah karena
sudah diolah didalam negeri. Namun untuk laterit kadar rendah yang belum diolah didalam
METODE PERCOBAAN
Bahan baku bijih nikel laterit kadar rendah jenis saprolit dengan limonit setelah
dipreparasi kemudian dianalisis menggunakan Atomic Adsorption Spectrophotometry (AAS).
Hasil analisis AAS terhadap bijih nikel laterit kadar rendah ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis AAS bijih laterit kadar rendah jenis saprolit dan limonit
Parameter (%) Fe Ni Co Cr Mg
(Limonite dan Saprolit )
Penggerusan sampai – 100 # Analisa AAS
Reduktor Binder
Pelletasi (limonit dicampur dengan saprolit
dengan perbandingan tertentu)
Reduksi
Hasil Reduksi
Pemisahan konsentrat dengan
Magnetic Cara Basah
Konsentrat Tailing
Analisa AAS
Setelah diperoleh hasil perbandingan terbaik antara limonit dengan saprolit pada
pemanggangan 1100 0C dengan waktu satu (1) jam, selanjutnya dilakukan percobaan dengan
variabel waktu pemanggangan didalam Muffle Furnace. Adapun variabel waktu yang
digunakan adalah ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam, 2 jam, dan 2 ½ jam. Dari hasil percobaan terbaik
pencampuran antara limonit dengan saprolit pada pemanggangan 1100 0C dan waktu terbaik,
selanjutnya dilakukan percobaan dengan variabel temperatur pemanggangan 900 0C, 950 0C,
1000 0C dan 1050 0C. Dari hasil percobaan terbaik pencampuran antara limonit dengan
saprolit, waktu terbaik, dan temperatur pemanggangan terbaik, selanjutnya dilakukan
percobaan dengan variabel jumlah batubara (reduktor) 5 %, 7 ½ %, 10 %, 12 ½ %, dan 15 %.
HASIL PERCOBAAN
Perbandingan Massa Limonit Dengan Saprolit
Pada percobaan variabel perbandingan antara massa limonit dengan saprolit dilakukan
pada variabel tetap T ± 1100 0C, waktu pemanggangan ± 1 jam, 10 % reduktor batubara, dan
2 % bentonit untuk binder (pengikat). Adapun perbandingan limonit : saprolit adalah 50 : 50,
60 : 40, 70 : 30, 80 : 20, 90 : 10, 40 : 60, 30 : 70, 20 : 80, 10 : 90. Adapun hasil percobaan
tersebut, dapat dilihat pada Gambar 2.
2.00
K ad ar N i (% )
1.50
Konsentrat
1.00
Tailing
0.50
0.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Limonit : Saprolit
Gambar 2. Grafik perbandingan variabel perbandingan limonit dengan saprolit terhadap % kadar
nikel (Ni) didalam konsentrat dan tailing
Gambar 2 memperlihatkan bahwa kandungan unsur nikel (Ni) dalam tailing cenderung
menurun dengan meningkatnya jumlah saprolit pada campuran limonit dengan saprolit. Atas
dasar hasil percobaan yang ditunjukkan pada grafik (gambar 2) diatas maka untuk percobaan
selanjutnya dilakukan pembuatan pelet dengan perbandingan limonit : saprolit = 60 : 40.
Karena pada perbandingan tersebut baru dimulai penurunan kadar Ni didalam tailing.
2.00
Kadar Ni (%)
1.50 Konsentrat
Tailing
1.00
0.50
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu (jam )
Gambar 3. Grafik perbandingan variabel waktu reduksi terhadap % kadar nikel (Ni)
Dari grafik gambar 3 terlihat bahwa perpanjangan waktu reduksi tidak memberikan
perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kadar nikel (Ni) di konsentrat, tetapi pada
tailing mempunyai kecenderungan sebaliknya yaitu penurunan kadar nikel (Ni). Pada
percobaan dengan variabel waktu diperoleh data optimum untuk kadar nikel (Ni) terjadi pada
waktu proses selama 1,5 jam, yaitu 2,27 % Ni di dalam konsentrat. Untuk percobaan
selanjutnya dengan variabel temperatur digunakan waktu ½ jam agar lebih menghemat
pemakaian energi, dan pada kondisi waktu ½ jam kadar nikel (Ni) dalam konsentrat masih
cukup tinggi (2,08 % Ni).
2.00
Kadar Ni (%)
1.50
1.00
0.50
0.00
850 900 950 1000 1050 1100 1150 1200 1250
Tem peratur ( oC)
Gambar 4. Grafik perbandingan variabel temperatur reduksi terhadap % kadar nikel (Ni)
Gambar 4 memperlihatkan kadar unsur nikel (Ni) yang terkandung dalam konsentrat
dan tailing melalui hasil analisa dengan menggunakan AAS. Dari grafik terlihat bahwa
kandungan unsur nikel (Ni) dalam tailing cenderung menurun dengan naiknya temperatur,
dan kandungannya minimum (0,14 % Ni) pada 1050 0C. Atas dasar hasil percobaan yang
ditunjukkan pada grafik diatas maka untuk percobaan selanjutnya dipilih temperatur reduksi
1050 0C.
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
4% 6% 8% 10% 12% 14% 16%
% Reduktor
KESIMPULAN
1. Pada percobaan dengan variabel perbandingan antara limonit dengan saprolit, dengan
variabel tetap T ± 1100 0C, waktu pemanggangan ± 1 jam, 10 % batubara, dan 2 %
bentonit. Dengan naiknya jumlah saprolit terjadi kecenderungan penurunan kadar Ni
didalam tailing. Untuk percobaan selanjutnya dipilih kondisi terbaik pada perbandingan
limonit : saprolit = 60 : 40. Karena pada kondisi tersebut mulai terjadi penurunan kadar Ni
didalam tailing.
2. Pada percobaan dengan variabel waktu ½ s/d 2 ½ jam dengan variabel tetap limonit :
saprolit = 60 : 40, 10 % batubara, 2 % bentonit, dan T ± 1100 0C. Perpanjangan waktu
reduksi tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kadar nikel
(Ni) pada konsentrat. Tetapi pada tailing mempunyai kecenderungan sebaliknya, yaitu
penurunan kadar nikel (Ni). Diperoleh data optimum untuk kadar nikel (Ni) didalam
konsentrat terjadi pada waktu proses selama 1,5 jam, yaitu 2,27 % Ni.
3. Pada percobaan dengan variabel temperatur dari 900 0C hingga 1200 0C dengan selang 50
0
C dengan variabel tetap limonit : saprolit = 60 : 40, 10 % batubara, 2 % bentonit, dan
waktu pemanggangan ½ jam. Dengan naiknya temperatur, kandungan unsur nikel (Ni)
dalam tailing cenderung menurun. Pada 1050 0C diperoleh hasil terbaik dengan kandungan
minimum 0,14 % Ni.didalam tailing.
Daftar Referensi
[1] Barkas J. 2010. Drivers and Risks for Nickel Demand. 7th International China Nickel
Conference. Shanghai.
[2] Kim, J. et al. 2010. Calcination of Low-grade Laterite for Concentration of Ni by
Magnetic Separation. Minerals engineering, 23, 282–288.
[3] Superiadi, A. 2007. Processing Technology vs. Nickel Laterite Ore Characteristic. PT
Inco.
[4] Prasetyo, A.B. dkk. 2009. Pengaruh Temperatur Reduksi dalam Proses Peningkatan
Kadar Nikel (Ni) dan Besi (Fe) pada Bijih Nikel Laterit Jenis Limonit. Prosiding
Seminar Materian Metalurgi. Tangerang. Puslit Metalurgi - LIPI.
[5] Prasetyo, A.B. dan Prasetiyo, P. 2011. Peningkatan Kadar Nikel dan Besi dari Bijih
Nikel Laterit Kadar Rendah Jenis Saprolit untuk Bahan Baku NCPI. Majalah
Metalurgi, Vol 26 Nomor 3.
[6] Rahardjo, B. dan Herianto, E. 2008. Penelitian Pendahuluan Pembuatan Nickel
Containing Pig Iron (NCPI). Prosiding Seminar Material Metalurgi. Tangerang. Puslit
Metalurgi – LIPI.
[7] Lennon, J. 2007. The Chinese Nickel Outlook And The Role of Nickel Pig Iron.
Presentation to International Nickel Study Group. Macquarie Research Commodities.