Anda di halaman 1dari 3

KASUS

Perawat R (perempuan) 40th (S2 keperawatan, pengalaman bekerja 18th adalah manajer
keperawatan di unit perawatan jiwa. Beliau memiliki keinginan untuk melakukan renovasi pada
unit perawatan yang dipimpinnya dan perawat R pun menemui direktur keperawatan di RS
tersebut. Ketika bertemu dan menyampaikan keinginannya, ternyata menurut direktur
keperawatan, Rs tidak memiliki biaya untuk renovasi tahun ini , dan direktur mengatakan sudah
ada perawat J (laki – laki ) 46th (S1 keperawatan, pengalaman bekerja 26th) yang merupaka
manajer keperawatan di unit perawatan penyakit dalam yang juga mengajukan proposal untuk
renovasi. Direktur menyarankan mereka untuk bertemu satu sama lain untuk membahas masalah
yang terjadi agar mendapat keputusan yang tepat. Perawat R dan perawat J sebelumnya juga
pernah berkonflik tentang penyusunan standar tindakan keperawatan sehingga mereka jarang
menjalani komunikasi secara langsung. Perawat R pun merasa terpaksa harus menemui perawat
J, dan dalam pertemuan tersebut terjadi perbedaan pendapat antara keduanya, dimana kedua
belah pihak beranggapan bahwa renovasi di unit perawatan mereka lebih penting dari renovasi di
unit perawatan lainnya. Perawat J juga menganggap perawat R tidak berwenang untuk
melakukan negosiasi dengannya, yang memiliki kewenangan tersebut adalah direktur
keperawatan. Konflik ini berdampak pula pada kinerja staf perawat yang bekerja di unit masing
- masing terutama dalam hal kolaborasi. Direktur keperawatan merasa bertanggung jawab
terhadap kondisi ini, dan ingin segera menyelesaikannya.
ANALISA KASUS

1. Direktur tersebut mempunyai gaya kepemimpinan Demokratis. Pengertian demokratis


ialah bentuk pemerintahan dimana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam
pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Gaya kepemimpinan
Demokratis dapat dilihat dimana dari si Direktur tersebut mau menampung aspirasi dari
manajer R dan J. direktur juga mengarahkan mereka untuk bertemu satu sama lain guna
untuk membahas masalah yang terjadi agar mendapatkan keputusan yang tepat.
2. Dari kasus di atas strategi penyelesaian konfllik yang sebaiknya dipilih adalah integrating
atau problem solving. Integrating atau problem solving adalah Suatu proses mental dan
intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi
yang akurat sehingga dapat mengambil kesimpulan yang tepat dan cermat.
Penyelesaian konflik dengan Integrating atau Problem Solving karena kedua belah pihak
seharusnya menyampaikan idenya secara langsung dengan cara tatap muka yang
ditangani oleh direktur rs. Kedua belah pihak mampu berkomunikasi asertif dan tidak
hanya mempertimbangkan kepentingan individu. Sehingga mampu melihat kondisi yang
lebih mendesak dan mengambil alternatif yang tepat untuk masalah tersebut
ANALISIS KASUS

OLEH

1. AVILA VIOLEN C MAT (17091110037)


2. NI PUTU CANDRA PRATIWI (17091110039)
3. I PUTU ERWAN ALI WIRAWAN (17091110044)
4. I GUSTI AYU MADE MEIULANDARI (17091110047)
5. MASITA H S (17091110048)
6. NI KADEK RIKA INDRIANI (17091110052)
7. I GUSTI AYU PUTU SINTA PRADNYASARI B (17091110058)
8. IDA AYU WIWIN APSARI WAHYUNI (17091110060)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ADVAITA MEDIKA TABANAN

2019

Anda mungkin juga menyukai