Perawat R (perempuan) 40th (S2 keperawatan, pengalaman bekerja 18th adalah manajer
keperawatan di unit perawatan jiwa. Beliau memiliki keinginan untuk melakukan renovasi pada
unit perawatan yang dipimpinnya dan perawat R pun menemui direktur keperawatan di RS
tersebut. Ketika bertemu dan menyampaikan keinginannya, ternyata menurut direktur
keperawatan, Rs tidak memiliki biaya untuk renovasi tahun ini , dan direktur mengatakan sudah
ada perawat J (laki – laki ) 46th (S1 keperawatan, pengalaman bekerja 26th) yang merupaka
manajer keperawatan di unit perawatan penyakit dalam yang juga mengajukan proposal untuk
renovasi. Direktur menyarankan mereka untuk bertemu satu sama lain untuk membahas masalah
yang terjadi agar mendapat keputusan yang tepat. Perawat R dan perawat J sebelumnya juga
pernah berkonflik tentang penyusunan standar tindakan keperawatan sehingga mereka jarang
menjalani komunikasi secara langsung. Perawat R pun merasa terpaksa harus menemui perawat
J, dan dalam pertemuan tersebut terjadi perbedaan pendapat antara keduanya, dimana kedua
belah pihak beranggapan bahwa renovasi di unit perawatan mereka lebih penting dari renovasi di
unit perawatan lainnya. Perawat J juga menganggap perawat R tidak berwenang untuk
melakukan negosiasi dengannya, yang memiliki kewenangan tersebut adalah direktur
keperawatan. Konflik ini berdampak pula pada kinerja staf perawat yang bekerja di unit masing
- masing terutama dalam hal kolaborasi. Direktur keperawatan merasa bertanggung jawab
terhadap kondisi ini, dan ingin segera menyelesaikannya.
ANALISA KASUS
OLEH
2019