TINJAUAN TEORITIS
4
5
2.1.1.4 Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2005)
yaitu tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber
daya keperawatan adalah melalui pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi, mengikuti pelatihan perawatan keterampilan teknis atau
keterampilan dalam hubungan interpersonal. Sebagian besar
pendidikan perawat adalah vokasional (D3 Keperawatan).
b. Metode Douglass
Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Dengan
Metode Douglas ( 1984 ).
Tabel 2.1 Tingkat Ketergantungan Pasien
c. Metode DEPKES
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan
menurut direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes
RI (2001) dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-
masing rumah sakit. Model pendekatan yang digunakan adalah
tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus, rata-rata
pasien per hari, jumlah perawatan yang diperlukan/ hari/ pasien, jam
perawatan yang diperlukan/ ruanagan/ hari dan jam kerja efektif tiap
perawat atau bidan 7 jam per hari.
Keterangan:
* : Uraian ada pada model Gillies di halaman depan
** : Berdasarkan penelitian di luar negeri
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
Jumlah jam perawatan ruangan/ hari = 87,37 = 12,5 perawat
Jam kerja efektif perawat 7
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor
koreksi) dengan:
Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)
Jumlah hari miggu dalam setahun + cuti + hari besar x Jumlah
perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
52 +12 + 14 x 12,5 = 3,4
286
Perawat yang mengerjakan tugas-tugas non-profesi (non-nursing
jobs).
Seperti: membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan,
kebersihan alat-alat makan pasien, dan lain-lain. Diperkirakan 25%
dari jam pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga perawat + lossday) x 25% = (12,5 + 3,4) x 25% = 3,9
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia + faktor
koreksi = 12,5 + 3,4 + 3,9 = 19,8 (dibulatkan menjadi 20 orang
perawat)
b. Kelebihan SP2KP
Kelebihan dari SP2KP adalah pelayanan keperawatan kepada
pasien lebih terstruktur dan kinerja perawat lebih professional.
k. Renpra
Rencana asuhan keperawatan ( renpra ) selain berfungsi sebagai :
1) Pedoman bagi PP-PA
2) Landasan profesional bahwa asuhan keperawatan diberikan
berdasarkan ilmu pengetahuan
Kerjasama profesional PP-PA, renpra selain berfungsi sebagai
penunjuk perencanaan asuhan yang diberikan juga berfungsi
sebagai media komunikasi PP pada PA. Berdasarkan renpra ini, PP
mendelegasikan PA untuk melakukan sebagian tindakan
keperawatan yang telah direncanakan oleh PP. Oleh sebab itu,
sangat sulit untuk tim PP-PA dapat bekerjasama secara efektif jika
PP tidak membuat perencanaan asuhan keperawatan ( renpra ). Hal
ini menunjukan bahwa renpra sesungguhnya dibuat bukan sekedar
memenuhi ketentuan (biasanya ketentuan dalam menentukan
akreditasi rumah sakit).
terima shift. Hal-hal yang ingin dibicarakan lebih rinci dan sensitif
dibicarakan didekat pasien dapat dibahas lebih jauh didalam
konferensi. Konferensi akan efektif jika PP telah membuat renpra
dan membuat rencana apa yang akan dibicarakan dalam konferensi.
Konferensi ini lebih bersifat 2 arah dalam diskusi antara PP–PA
tentang rencana asuhan keperawatan dari dan klarifikasi pada PA
dan hal lain yang terkait. Ketika PP melakukan konferensi, biasanya
melalui tahap pre konferen, konferen, dan post konferen. Pada saat
konferen PP akan menjelaskan mengenai renpra yang telah dibuat,
dan untuk menyatukan pendapat antara perawat PP dan PA.
b. Tujuan
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum pasien
2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti
oleh dinas berikutnya
3) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
c. Langkah-Langkah
1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal – hal apa yang akan disampaikan
3) Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab
shift yang selanjutnya meliputi:
a) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
4) Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu–buru
17
e. Pelaksanaan
1) Urutan Pelaksanaan
a) Dilaksanakan setiap pergantian shift
b) Pelaksanaan dimulai dari nurse station
c) Timbang terima di lanjutkan melihat langhsung kondisi
pasien
d) Hal-hal yang sifatnya khusus dicatat dan di serah
terimakan pada perawat shift berikutnya
e) Perawat shift berikutnya validasi data kepasien
f) Perawat menyapa pasien dan menanyakan kondisi/
keluhan yang dirasa saat ini
g) Waktu untuk timbang terima tidak lebih dari 5 menit
kecuali pasien kondisi khusus
h) Penyampaian dilakukan singkat dan jelas
2) Isi Timbang Terima
a) Perawat menyebutkan identitas pasien
b) Perawat menyebutkan diagniosa medis
c) Perawat menyebutkan data obyektif
d) Perawat menyebutkan data penunjang lain
18
Situation
Background
Riwayat Keperawatan
Assesment:
KU; TTV; DX Keperawatan
(poin yang penting)
Recomendation
1. Tindakan yang sudah
2. Dilanjutkan
3. Dihentikan
4. Dimodifikasi
C. PERENCANAAN
1. Berdasarkan diagnosis keperawatan
2. Disusun menurut urutan prioritas
3. Rumusan tujuan mengandung komponen klien/subjek,
perubahan, perilaku, kondisi klien, dan/atau kriteria
4. Rencana intervensi mengacu pada tujuan dengan
kalimat perintah, terinci, dan jelas, dan/atau melibatkan
klien/keluarga
5. Rencana intervensi menggambarkan keterlibatan
klien/keluarga
6. Rencana intervensi menggambarkan kerja sama dengan
tim kesehatan lain
D. INTERVENSI
1. Intervensi dilaksanakan mengacu pada rencana asuhan
keperawatan
2. Perawat mengobservasi respons klien terhadap
intervensi keperawatan
3. Revisi intervensi berdasarkan hasil evaluasi
4. Semua intervensi yang telah dilaksanakan
didokumentasikan dengan ringkas dan jelas
E. EVALUASI
1. Evaluasi mengacu pada tujuan
2. Hasil evaluasi didokumentasikan
F. CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Menulis pada format yang baku
2. Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan intervensi
yang dilaksanakan
3. Pendokumentasian ditulis dengan jelas, ringkas, istilah
yang baku dan benar
25
b. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah keperawatan yang ada pada pasien
melalui pendekatan berpikir kritis
2. Tujuan Khusus
a) Memudahkan cara berpikir kritis dan sistematis
b) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa
keperawatan
1) Memudahkan pemikiran tentang keperawatan yang
berasal dari masalah pasien
26
c. Peran
1. Perawat Primer dan Perawat Associate
Dalam melaksanakan pekerjaan perlu adanya sebuah peranan
yang dapat memaksimalkan kebersihan antara lain:
a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
b) Menjelaskan masalah keperawatan utama
c) Menjelaskan intervensi yang belum akan dilakukan
d) Menjelaskan tindakan selanjutnya
e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
2. Peran Perawat Primer Lain dan Konsulen
a) Memberikan justifikasi
b) Memberikan reinforcement
c) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi
keperawatan serta tindakan yang rasional
d) Mengarahkan dan koreksi
e) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
d. Pelaksanaan
1. Persiapan
a) Penetapan kasus minimal sehari sebelum waktu
pelaksanan ronde
b) Pemberian informed consent kepada pasien dan keluarga
c) Melakukan pengkajian
d) Melakukan analisa data
e) Membuat rencana keperawatan
f) Melakukan implementasi asuhan keperawatan
g) Membuat catatan perkembangan
2. Pelaksanaan Ronde
a) Penjelasan tentang ronde pasien oleh perawat primer
dalam hal ini penjelasan difokuskan pada masalah
27
1. Penetapan Pasien
2. PersiapanPasien :
Informed Concent
HasilPengkajian/ Validasi data
Tahap Pelaksanaan
di Nurse Station 3. PenyajianMasalah
Apadiagnosis keperawatan?
Apa data yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?
Apahambatan yang ditemukan?
Tahap Pelaksanaan di
4. Validasi data di bed pasien
kamar pasien
Pascaronde Simpulandanrekomendasisolu
simasalah
28
b. Tujuan
1. Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien, terutama dalam
pemberian obat
2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum
maupun secara moral
3. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efesien
4. Menyeragamkan pengelolaan obat
5. Mengamankan obat – obat yang dikelola
6. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat klien,
dosis, waktu, dan cara
c. Teknik Pengelolaan
Tehnik pengelolaan obat kontrol penuh (sentralisasi) adalah
pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pada
pasien diserahkan sepenuhnya pada perawat. Pengeluaran dan
pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan
yang secara operasional dapat didelegasikan pada staf yang
ditunjuk.
29
Koordinasi dengan
Dokter
Dokter perawat
Pasien/Keluarga
Pasien/Keluarga a. Surat persetujuan
ga sentralisasi obat
dari perawat
Farmasi/Apoteker b. Lembar serah
terima obat
c. Buku serah
Pasien/Keluarga terima/masuk obat
Pasien/Keluarga
Gambar 2.5 Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat
b. Prinsip Supervisi
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang
keperawatan (Nursallam, 2011) antara lain:
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2. Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen,
keterampilan hubungan antar manusia dan kemempuan
menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan
dinyatakan melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan
standard.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis
antara supervisor dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana
yang spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif,
komunikasi efektif, kreatifitas dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna
dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien,
perawat dan manajer.
32
c. Sasaran Supervisi
Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang
disepakati berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau
objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika
supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan,
maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran berupa
bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak
langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar,
2009).
Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara
lain: pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang
efektif dan ekonomis, system dan prosedur yang tidak
menyimpang, pembagian tugas dan wewenang,
penyimpangan/penyeleengan kekuasaan, kedudukan dan
keuangan (Suyanto, 2008 dalam Universitas Sumatera Utara,
2012).
d. Manfaat Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh
banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan
efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya
hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan
dan bawahan
2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan
efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya
kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber
daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
33
b. Tujuan
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan
sosial
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien
6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan
masyarakat
c. Manfaat
1. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat
pengajaran kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit.
2. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang
digunakan intuk menjamin kontinuitas perawatan pasien
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan perawatan baru
4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan
perawatan rumah (Spath, 2003).
d. Prinsip
1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai
keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu di kaji dan di
evaluasi
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan
dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien
35
e. Jenis-Jenis
1. Conditioning Discharge (pulang sementara atau cuti),
keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan
tidak terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat
dirumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit
atau puskesmas terdekat
2. Absolute Discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini
merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit.
Namun apabila pasien perlu di rawat kembali, maka prosedur
perawatan dapat dilakukan kembali.
3. Judicial Discharge (pulang paksa), kondisi ini di perbolehkan
pulang, tetapi pasien harus di pantau dengan melakukan kerja
sama dengan perawat puskesmas terdekat.
Perencanaan pulang
Monitor
(sebagai program service safety)
oleh keluarga dan petugas
2.1.4.2Reward
Hazli (2002) mendefinisikan reward yaitu hadiah dan hukuman
dalam situasi kerja, hadiah menunjukkan adanya penerimaan
terhadap perilaku dan perbuatan, sedangkan hukuman menunjukkan
penolakan perilaku dan perbuatannya.
2.1.4.2 Punishment
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak tercapai/
pelanggaran. Hukuman seperti apa yang harus diberikan. Setiap
orang pasti beda persepsi dan beda pendapat (Wahyuningsih, 2009).
or services after its acquisition and uses”. Oleh karena itu, badan
usaha harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat
sehingga mencapai kepuasan masyarakat dan lebih jauh lagi
kedepannya dapat dicapai kesetiaan masyarakat. Sebab, bila tidak
dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat sehingga
menyebabkan ketidakpuasan masyarakat mengakibatkan kesetiaan
masyarakat akan suatu produk menjadi luntur dan beralih ke produk
atau layanan yang disediakan oleh badan usaha yang lain.
b. Kewajiban Pasien:
Pasien, dan keluarga tau penaggung jawab pasien berkewajiban:
1. Mentaati segala peraturan dan tata tertib Rumah Sakit
Pelabuhan Palembang
2. Memberikan informasi yang jujur dan lengkap tentang
penyakit yang diderita kepada dokter dan para medis
3. Mematuhi segala petunjuk dokter, para medis, bidan yang
merawat
4. Pasien dan atau penanggung jawabnya wajib melunasi semua
biaya pelayanan pengobatan
42
2.2.1.2 Pengorganisasian
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
d. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim
dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
43
2.2.1.3 Pengarahan
a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
b. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik.
c. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan sikap.
d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan askep pasien.
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
2.2.1.4 Pengawasan
a. Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun
pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien.
b. Melaluai supervise
Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.Pengawasan tidak
langsung mencek daftar hadir ketua tim. Membaca dan memeriksa
perencanaan keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
44
Menurut Sitorus dan Yulia (2006), MPKP terdiri dari lima komponen yaitu nilai-
nilai profesional yang merupakan inti dari MPKP, hubungan antar profesional,
metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam
perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan,
sedangkan SP2KP mempunyai lingkup yang meliputi aplikasi nilai-nilai
profesional dalam praktik keperawatan, manajemen dan pemberian asuhan
keperawatan, serta pengembangan profesional diri.
b. Terdapat satu orang perawat profesional yang disebut PP, yang bertanggung
jawab dan bertanggung gugat atas asuhan keperawatan yang diberikan. Pada
MPKP, perawat primer adalah perawat lulusan sarjana keperawatan/Ners.
c. Pada metode keperawatan primer, hubungan profesional dapat ditingkatkan
terutama dengan profesi lain.
d. Metode keperawatan primertidak digunakan secara murni karena setiap PP
hanya merawat 4-5 klien dan pada metode modifikasi keperawatan primer,
setiap PP merawat 9-10 klien.
e. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang
berbeda-beda. Kombinasi metode tim dan perawat primer menjadi penting
sehingga perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi mampu mengarahkan
dan membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya.
f. Metode tim tidak menggunakan secara murni karena pada metode ini tanggung
jawab terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua anggota tim,
sehingga sukar menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan bertanggung
gugat atas semua asuhan yang diberikan.
Apabila ditinjau dari 5 subsistem yang di identifikasi oleh hoffart & Woods (1996),
secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut :
a. Nilai-nilai profesional sebagai inti model :
Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan klien/keluarga sejak
klien/keluarga masuk ke suatu ruang rawat yang merupakan awal dari
penghargaan atas harkat dan martabat manusia. Hubungan tersebut akan terus
dibina selama klien dirawat di ruang rawat, sehingga klien/keluarga menjadi
partner dalam memberikan asuhan keperawatan. Pelaksanaan dan evaluasi
renpra, PP mempunyai otonomi dan akuntabilitas untuk
mempertanggungjawabkan asuhan yang diberikan termasuk tindakan yang
dilakukan PA di bawah tanggung jawab untuk membina performa PA agar
melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai profesional.
b. Pendekatan Manajemen
Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada garis komunikasi
yang jelas antara PP dan PA. Performa PA dalam satu tim menjadi tanggung
jawab PP. PP adalah seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali
dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga PP dapat menjadi
yang efektif dan pemimpin yang efektif.
48
Renpra seharusnya dibuat segera mungkin, paling lambat 1x24 jam setelah
psien masuk karena fungsinya sebagai pedoman dan media komunikasi.
Berdasarkan tugas dan tanggung jawab PP tidak sedang bertugas (misalnya
pada malam hari atau hari libur), PA yang sebelumnya telah didelegasikan
dapat melakukan pengkajian dasar dan menentukan satu diagnosa
keperawatan yang terkait dengan kebutuhan dasar pasien. Segera setelah PP
bertugas kembali maka pengkajian dan renpra yang telah ada harus
dipalidasi dan di lengkapi.
Maka harus dipahami oleh semua anggota tim yang dimaksud dengan
monitor I/O, contoh lain dalam perencanaan PP menuliskan “ berikan
dukungan pada pasien dan keluarganya”, maka baik PP dan PA dalam
timnya harus memiliki persepsi yang sama tentang tindakan yang akan
dilakukan tersebut. Oleh sebab itu PP harus menjelaskan kembali pada PA
tentang apa yang disusunnya tersebut. Pendelegasian tindakan keperawatan
yang berdasarkan pada renpra, PP terlebih dahulu harus memiliki
kemampuan masing-masing PA. Hal yang tidak dapat didelegasikan pada
PA adalah tanggung jawab dan tanggung gugat sesorang PP (Dunville dan
McCuock, 2004). Tindakan yang telah didelegasikan pada PA, PP tetap
berkewajiban untuk tetap memonitor dan mengevaluasi tindakan yang
dilakukan oleh PA.
a. Mengkolaborasikan
b. Mengkomunikasikan
c. Mengkoordinasikan semua aspek perawatan pasien yang
menjadi tanggung jawabnya.
d. PP dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai baik segi
tingkat pendidikan dalam pengalamannya.
Terciptanya komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan dari profesi lain,
seorang PP harus memenuhi kepribadian yang baik serta keterampilan
berkomuniksi, misalnya memiliki sikap mampu menghargai orang lain, tidak
terkesan memerintah atau bahkan menggurui atau bahakan menyalahkan
orang lain dalam hal ini tim kesehatan dari profesi lain, merupakan
kemampuan yang harus dimiliki PP. Melakukan komunikasi antar profesi ini
PP dituntut untuk selalu berpegang pada etika keperawatan.
2.3.7 Tantangan yang di hadapi dalam dinamika tim PP-PA dan tenaga
kesehatan lainnya.
Tim PP-PAdapat dipandang sebagai suatu kelompok. Masalah atau
tantangan yang dapat dialami dalam membina kerjasama
professional dalam kelompok dan antar profesi tersebut diantaranya
adalah :
a. PP tidak mampu (tidak kompeten ) melakukan perannya,
misalnya tidak mampu membuat renpra, atau memberikan
pendelegasian kepada PA yang tidak sesuai dengan kemampuan
PA tersebut.
b. PA tidak mampu menjalankan perannya, misalnya PA tidak
mampu melakukan tindakan sesuai dengan tugas yang telah
didelegasikan oleh PP.
c. Sikap tenaga kesehatan lain yang kurang menghargai
keberadaaan profesi keperawatan.
d. Adanya friksi diantara sesame PA.
Tantangan seperti disebutkan diatas dapat dipandang sebagai
dinamika yang terjadi dlam kelompok. Menghadapi tantangan
tersebut seluruh pihak yang terkait dalam komunikasi perawat
pasien baik secara tidak langsung seperti CCM (Clinical Care
Manajer), Kepala ruangan, dan secara langsung PP dan PA
sendiri harus melakukan evaluasi dan mencari alternative
penyelesaiannya.