Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada PT
Audit Atas Persediaan Barang Dagang Pada PT
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia usaha dewasa ini sangat pesat di tandai munculnya berbagai
jenis perusahaan, baik perusahaan yang berskala kecil (mikro), menengah, maupun
yang berskala besar (makro), menurut kemampuan manajemen untuk
mengalokasikan sumber daya secara efisien, efektif dan ekonomis. Kemampuan ini
memerlukan informasi sebagai salah satu dasar penting dalam pengambilan
keputusan alokasi sumber daya.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan informasi akuntansi
mengenai persediaan barang dagang dibutuhkan pengujian kesusaian antara praktek
akuntansi persediaan barang dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses
pengujian tersebut di kenal dengan istilah Auditing yang di lakukan oleh akuntan
publik sebagai pihak yang indipenden dari penyelenggaraan kegiatan, pemilikan dan
hubungan baik lainnya dengan organisasi perusahaan yang dapat mempengaruhi
indipenden tersebut.
Rosadi (2007:3), Auditing atas persediaan adalah bagian yang paling kompleks dan
memerlukan waktu yang cukup banyak untuk melakukan suatu pemeriksaan terdiri
dari berbagai macam jenis dan tersebar di beberapa lokasi. Pengelolaan persaediaan
merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena pemeriksaan atas
persediaan ini banyak melibatkan investasi rupiah dan mempengaruhi efektivitas dan
efisiensi kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, audit atas persediaan barang sangat
di perlukan untuk mengurangi resiko terjadinya selisih, kehilangan, mengantisipasi
kemungkinan terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa prosedur telah
dilakukan dengan baik sehingga kemudian dapat dibuatlah perbaikan.
Berawal dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik memilih
Judul dalam penulisan penelitian adalah : “AUDIT ATAS PERSEDIAAN BARANG
DAGANG PADA PT. SEMESTA NIAGA SEJAHTERA”.
1. B. Masalah Pokok
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan
penelitian adalah “ Bagaimana Pelaksanaan Audit Persediaan Barang Dagang
pada PT.SEMESTA NIAGA SEJAHTERA Cabang Makassar ditinjau dari pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ”.
“Audit Persediaan Barang Dagang yang di ketahui oleh PT. SEMESTA NIAGA
SEJAHTERA Cabang Makassar telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK)”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. A. Definisi Audit
Definisi audit yang sangat terkenal adalah deflinisi yang berasal dari ASOBAC (A
Statement Of Basic Auditing Concept) yang mendefinisikan auditing sebagai salah
suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara
objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi
untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria
yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang
berkepentingan.
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas adalah evaluasi terhadap suatu organisasi,
sistem, proses, produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif dan
tidak memihak yang di sebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi
bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar,
regulasi dan praktek yang telah disetujui dan di terima. (www.wikipedia.co.id).
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa auditing merupakan suatu
pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak independen
untuk menetapkan tingkat kesesuaian dan memberikan pendapat mengenai
pemeriksaan tersebut untuk menyampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
1. B. Jenis-jenis Audit
Adapun jenis-jenis audit yang dikemukakan oleh Halim (2001:1), berdasarkan tujuan
dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Audit Operasional.
Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai
kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian
efisiensi, efektivitas, maupun kehematan (ekonomis) operasional. Efisiensi adalah
perbandingan antara masukan dengan keluaran, sedangkan efektivitas adalah
perbandingan antar keluaran dengan target yang sudah ditetapkan. Dengan
demikian yang menjadi tolak ukur atau kriteria dalam audit operasional adalah
rencana, anggaran, dan standar biaya atau kebijakan-kebijakan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tujuan audit operasional adalah :
1. Menilai Prestasi
2. Mengidentifikasikan kesempatan untuk perbaikan
3. Membuat rekomendasi untuk pengembangan dan perbaikan, dan tindakan lebih
lanjut.
Berdasarkan penjelasan tentang jenis-jenis audit tersebut, maka menurut Sukrisno
(1999:5), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas :
1. Standar Umum.
Standar umum yang digunakan oleh pemeriksa terdiri dari :
1. Auditor harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
4. Stanadar Pekerjaan Lapangan.
Dalam standar pekerja lapangan, seorang pemeriksa harus memperhatikan standar
pekerjaan lapangan tersebut, yaitu :
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak
konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam perusahaan laporan keuangan
periode berjalan dibanding dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam
periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan.
Standar tersebut diatas saling berhubungan antara satu dengan yang lain, dimana
seorang auditor selain dituntut memiliki keahlian khusus juga harus menguasai
struktur pengendalian intern suatu perusahaan, juga independen intern suatu
perusahaan, juga independen dalam pelaksanaan pemeriksaannya terhadap suatu
perusahaan sesuai dengan ketentuan standar yang ditetapkan diatas.
Untuk mencapai hal tersebut, maka manajer perlu memahai unsur-unsur Sistem
Pengedalian Imtern meliputi:
1. a. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi
dan mempengaruhi kesadaran personil organisasi dalam pengendalian. Mulyadi
(2001:175), menyatakan bahwa berbagai faktor yang membentuk Lingkungan
Pengendalian Intern dala suatu entitas antara lain:
1. Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang
belum pernah dikenal.
2. Perubahan dan perturan baru.
3. Hukum dan peraturan baru.
4. Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem teknologi baru.
5. Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengelolaan dan
pelaporan informasi.
1. b. Informasi Dan Komunikasi
Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit, menggolongkan,
menganalisis,mencatat dan melaporkan transaksi suatu entitas, serta
menyelenggarakan pertanggung jawaban kekayaan dan hutang entitas tersebut.
Fokus utama kebijakan dan prosedur pengendalian yang berkaitan dengan sistem
akuntansi adalah bahwa transaksi dilaksanakan dengan cara mencegah salah satu
dalam asersi manajemen laporan keuangan.
1. sah
2. telah diotorisasi
3. Telah dicatat
4. Telah dinilai secara wajar
5. Telah digolongkan secara wajar
6. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya
7. Telah dimasukkan kedalam buku pembantu dan telah diringkas dengan benar.
Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personil yang terlibat
dalam laporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan
pekerjaan orang lain, yang berada dalam organisasi maupun yang berada di luar
organisasi. Komunikasi ini mencakup sistem pelaporan penyimpangan kepada pihak
yang lebih tinggi dalam entitas. Pedoman kebijakan, pedoman akuntansi dan
pelaporan keuangan, daftar akun dan memo juga merupakan bagian dari komponen
informasi dan komunikasi dalam struktur pengendalian intern.
1. E. Defenisi Persediaan
Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu jumlah aktiva
berwujud yang memenuhi kriteria PSAK No. 14 yang menyatakan bahwa persediaan
adalah aktiva :
Dari pengertian tersebut diperlukan adanya perencanaan dan pengawasan yang baik
terhadap persediaan. Adanya persediaan yang cukup untuk melayani permintaan
langganan atau untuk keperluan produksi merupakan faktor dominan untuk
mempertahankan kontinuitas usaha perusahaan. Di lain pihak menumpukkan
persediaan dalam jumlah yang berlebihan mempunyai resiko dalam penyediaan dana
(modal kerja), resiko kerusakan persediaan, biaya penyimpanan dan lain sebagainya.
1. Persediaan Lain-lain
Barang-barang ini biasanya akan dipakai (dikonsumsikan) dalam jangka waktu relatif
pendek dan akan dibebankan sebagai biaya administrasi umum atau biaya
pemasaran. Oleh karena itu, biasanya terhadap jenis persediaan ini diperlukan
sebagai biaya (yang dibayar dimuka) atau persediaan supplies.
1. F. Tujuan Persediaan
Anita (2003:2), menyatakan bahwa tujuan utama persediaan adalah untuk
melepaskan berbagai fase operasi.
1. G. Siklus Persediaan
Begitu persediaan bergerak disepanjang perusahaan, harus ada pengendalian yang
memadai atas pergerakan fisiknya maupun atas biaya-biaya yang berhubungan.
1. Mengolah Barang
Struktur pengendalian intern akuntansi biaya merupakan hal yang penting dalam
fungsi pengelolahan barang dalam suatu perusahaan yang tergolong didalam
perusahaan manufaktur. Struktur pengendalian intern dibutuhkan untuk
menunjukkan profitabilitas relative dari berbagai macam hasil produksi untuk
perencanaan dan pengendalian manajemen dan dalam menilai persediaan untuk
tujuan penyajian laporan keuangan.
METODE PENELITIAN
1. Data Kualitatif, yaitu data berupa dokumen dan informasi tentang persediaan
barang dagangan pada PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar.
2. Data Kuantitatif, yaitu data berupa transaksi yang berhubungan dengan
persediaan barang dagang.
Sedangkan sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengadakan pengamatan,
wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan serta sejumlah karyawan
pada perusahaan tersebut.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan
dokumen dari sumber lainnya.
1. Metode Analisis
Metode Analisis yang digunakan untuk menilai perbandingan antara PT. Semesta
Niaga Sejahtera kota Makassar dengan SAK dan PABU dalam penelitian ini adalah
analisis Konparatif yaitu menguraikan persediaan barang dagang pada PT. Semesta
Niaga Sejahtera kota Makassar, dengan menggunakan pengukuran :
1. Pengujian Kepatuhan
Hal ini dimaksudkan untuk membuktikan efektivitas elemen-elemen Internal
Control atas persediaan yang diketahui melalui unsur-unsur pengendalian intern yang
meliputi :
1. Lingkungan Pengendalian
2. Penaksiran Resiko
3. Informasi dan Komunikasi
4. Aktivitas Pengendalian
5. Monitoring
6. Pengujian Subtantif
Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji apakah informasi persediaan barang
dagang yang dilaporkan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
BAB IV
1. A. HASIL PENELITIAN
1. 1. Sistem dan Prosedur Persediaan
Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan manufaktur
PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar berusaha untuk memasarkan makanan
dan minuman. Untuk menjagaKontinuitas pasokan sesuai spesifikasi yang
dibutuhkan, perusahaan tetap terjaga, maka pimpinan perusahaan senantiasa
mengadakan control terhadap persediaan yang dimiliki perusahaan.
Hasil temuan penulis selama melakukan penelitian yaitu, PT. Semesta Niaga
Sejahtera kota Makassar tidak mempunyai fungsi pembelian, dimana dalam
pemesanan atau pengadaan barang dagangan dilakukan oleh fungsi Penjualan. Jadi
dalam struktur organisasinya PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar masih
terdapat rangkap tugas.
Seperti yang dikemukan dalam pembahasan sebelumnya, bahwa sebagian besar dari
kekayaan perusahaan adalah dalam bentuk persediaan (selain Aktiva tetap) sehingga
penacatatan persediaan ini sangat penting sekali dalam penyimpanan maupun
pengawasan dalam arti control. Oleh karena itu agarcontrol lengkap haruslah ada
kesesuaian antara persediaan yang ada didalam kartu persediaan dengan yang
dibukukan haruslah sama dengan bagian kekayaan.
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan makanan dan minuman,
pengadaan barang dilakukan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan PT.
Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar yaitu sesuai dengan pesanan. Dimana
pemesanan barang ke pusat atau pemasok, dilakukan oleh bagian penjualan. Bagian
ini mengerjakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan barang
dagangan. Langkah-langgkah yang dilakukan dalam proses pengadaan barang
dagangan adalah sebagai berikut :
1. Bagian Gudang
a) Menerima surat pesanan dan delivery order
b) Surat pesanan dan delivery order disesuaikan
g) Faktur dan delivery order dijadikan dasar untuk membuat bukti utang
h) Dari bukti utang, faktur dan delivery order dibuatkan daftar utang secara
periodik.
i) Faktur dijadikan arsip, bukti utang dan delivery order dikirim ke bagian
akuntansi.
1. Bagian Akuntansi
a) Menerima surat pesanan dari bagian Penjualan
e) delivery order, bukti utang dan faktur dijadikan dasar untuk membuat jurnal
pembelian.
Konsep yang mendasari pemeriksaan ini adalah melalui review pengujian sertra
evaluasi yang tepat, pemeriksaan menilai pengendalian internal perusahaan
mengenai kegiatan, program atau fungsi yang sedang diperiksa dengan maksud
untuk mencapai tujuan pemeriksaan. Penilaian sistem pengendalian intern yang
dilakukan oleh seorang auditor berguna untuk menetukan luasnya pemeriksaan yang
akan digunakan.
Tujuan utama dalam kegiatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa pengawasan yang
telah ditetapkan benar-benar ada dan dilaksanakan dan berfungsi dengan baik.
Disamping itu juga, untuk mencerminkan adanya unsur pengendalian yang
terlewatkan dalam tahap penyelidikan dan adanya unsur yang tidak mendapatkan
otorisasi atau belum ditetapkan.
1. adanya pemisahan tugas antara yang menerima dan yang mencatat persediaan
barang dagangan.
2. adanya larangan masuk ke gudang selain petugas gudang (yang
berkepentingan)
3. persediaan disimpan digudang dan diatur secara rapi
4. dilakukan perhitungan secara periodik atas persediaan yang disimpan digudang
5. terdapat penggunaan nomor urut cetak pada surat penerimaan dan
pengeluaran barang, serta pada kartu perhitungan fisik.
6. dilakukan penyusaian (adjustment) terhadap persediaan yang rusak atau masih
dalam perjalanan guna penentuan cut off.
7. aadanya penilaian persediaan yang konsisten dengan tahun yang sebelumnya.
8. terdapat pengecekan harga syarat pembelian dan ketelitian perkalian didalam
faktur dari pemasok sebelum faktur diproses untuk dibayar.
1. 3. Pengujian Subtantif
Seperti yang dijelaskan bahwa program pengujian substantif terhadap persediaan
barang dagang berisi prosedur audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit
tiap rekening yang diperiksa, untuk itu prosedur audit terhadap persediaan barang
dagang adalah sebagai berikut :
1. Lakukan Pengamatan terhadap perhitungan fisik yang dilakukan oleh
perusahaan.
2. Buat daftar persediaan pada akhir tahun yang diperiksa
3. Buat perhitungan harga pokok penjualan perasediaan
4. buat jurnal penyesuaian
5. buat working trial balance persediaan.
1. B. PEMBAHASAN
1. 1. Pengujian Kepatuhan
PT. Semesta Niaga Sejahtera telah menunjukkan adanya penerapan sistem
pengendalian intern yang memadai. Namun terdapat beberapa hal yang melemahkan
sistem dan prosedur sehingga perlu adanya penyempurnaan lebih lanjut agar dapat
mencapai tingkat efesiensi dan efektivitas yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penulis
akan mencoba untuk memaparkan atas dasar konsep yang menjadikan pedoman
dan kenyataaan yang teraplikasi dalam perusahaan yang menjadi objek penelitian
penulis., adapun gambaran sistem pengendalian intern berdasarkan unsur-unsur
pengendalian intern PT. Semesta Niaga Sejahtera adalah sebagai berikut :
1. Linkungan Pengendalian
2. Penaksiran Resiko
3. Informasi dan Komunikasi
4. Aktivitas Pengendalian
5. Pemantauan
1. 2. Pengujian Subtantif
Persediaan barang dagang pada PT. Semesta Niaga Sejahtera telah menunjukkan
adanya kewajaran penyajian pada laporan keuangan. Hal ini dapat dilihat dari
‘prosedur audit persediaan barang dagang yang diuraikan sebagai berikut :
1. Inspeksi
2. Pengamatan
3. Konfirmasi
4. Permintaan Keterangan
5. Penelusuran
6. Pemeriksaan Dokumen Pendukung
7. Perhitungan
8. Scanning
9. Pelaksanaan ulang
10. Computer Assisted Audit Techniques
BAB V
1. A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengujian Kepatuhan
Penerapan sistem pengendalian intern atas persediaan makanan dan minuman yang
dilakukan oleh perusahaan PT. Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar telah sesuai
dengan elemen-elemen sistem pengendalian intern, yaitu dapat dilihat melalui 5
unsur :
1. Lingkungan Pengendalian
2. Penaksiran Resiko
3. Informasi dan Komunikasi
4. Aktivitas Pengendalian
5. Monitoring
6. Pengujian Subtantif
Dari pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan pada PT.
Semesta Niaga Sejahtera kota Makassar yang telah dilaporkan pada laporan
keuangan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
1. B. SARAN
Dari hasil pemeriksaan, maka peneliti akan memberikan saran yaitu :