Penggunaan obat-obatan pada saat yang sama dapat mempengaruhi masing-masing fraksi obat yang tidak terikat. Sebagai contoh,
asumsikan bahwa Obat A dan Obat B adalah obat-obatan yang terikat dengan protein. Jika Obat A diberikan, Ia akan mengikat protein
plasma dalam darah. Jika Obat B juga diberikan, Ia dapat menggantikan Obat A dari protein, sehingga meningkatkan fraksi yang tidak terikat
dari Obat A. Hal ini dapat meningkatkan efek dari Obat A, karena hanya fraksi yang tidak terikat yang dapat menunjukkan efeknya.
Perhatikan bahwa untuk Obat A, % peningkatan fraksi tidak terikat adalah 100% – oleh karena itu, efek farmakologis Obat A dapat
berpotensi ganda (tergantung pada apakah gratis molekul mendapatkan target mereka sebelum mereka dieliminasi oleh metabolisme atau
ekskresi). Perubahan efek farmakologis ini dapat memiliki konsekuensi yang merugikan.
Efek dari ikatan protein ini sangat terlihat pada obat-obatan yang memiliki ikatan protein yang tinggi (>95%) dan memiliki indeks terapeutik
yang rendah, seperti warfarin. Rendahnya indeks terapeutik ini menunjukkan adanya risiko tinggi keracunan saat menggunakan obat
tersebut. Karena warfarin adalah antikoagulan dengan indeks terapeutik yang rendah, warfarin dapat menyebabkan perdarahan jika efek
farmakologisnya tidak dijaga. Jika pasien pengguna warfarin menggunakan obat lain yang menggantikan ikatan warfarin dari protein plasma,
seperti antibiotik sulfonamide, maka hal ini dapat mengakibatkan peningkatan risiko perdarahan.
Farmakokinetik:
Absorpsi
baik di saluran cerna diberikan per oral. Golongan:
sefaleksin, sefradin, sefadroksil, lorakabef, sefprozil, sefiksim,
dan sefuroksim aksetil
Distribusi
Sefalosporin IV dan IM: sefuroksim, seftriakson, sefepim,
sefotaksim mencapai kadar tinggi dalam CSS
meningitis.
Sefalosporin melewati sawar darah uri (BBB) mencapai kadar
tinggi di cairan synovial dan cairan pericardium.
Sefalosporin generasi ketiga cairan mata kadar tinggi
Ekskresi ginjal
Ceftriaxone (vial 0.5 and 1.0) – a 3d-generation
cephalosporin, acts bactericidally by adhering to bacterial
penicillin-binding proteins, inhibiting cell wall synthesis.
Ceftriaxon (as a single 250 mg IM) and Cefixim (as a single
400 mg PO) are 1st line drugs for treatment of Gonorrhea
37
PABA Sulfonamid berkompetisi
Dihidropreteat dengan PABA
sintetase
ASAM DIHIDROFOLAT
Dihidrofolat
Trimetoprim
reduktase
ASAM TETRAHIDROFOLAT
Kuman memerlukan PABA untuk
membentuk asam folat, Yang
PURIN digunakan untuk sintesis purin dan
asam nukleat.
Sulfonamid merupakan
DNA penghambat KOMPETITIF PABA.
Hambat ambilan PABA oleh sulfa dan sintesis
tetrahidrofolat oleh trimetoprim, bakterisid, spektrum
gram luas, resistensi lebih sukar daripada sulfa saja.
Indikasi: infeksi kemih, kelamin, cerna termasuk
tifoid, nafas termasuk Pneumocystis carinii.
ES: megaloblastosis, leukopenia, trombositopenia,
dermatitis exfoliativa, sindrom Steven-Johnson.
sulfonamida
40
Sulfonamides – the synthetic antimicrobial agents,
containing a sulfonamido (–SO2–NH–) group.
This group is present in other compounds like antidiabetic
sulfonylureas, diuretics like thiazides, furosemide, and
diacarb.
The structure of the sulfonamides is similar to
Para-Aminobenzoic Acid (PABA).
43
44
Clinical Uses of Sulfonamides :
● Respiratory infections
● Acute urinary tract infection: Urosulfan
● Combined with Pyromethamine –
for drug-resistant malaria, and for toxoplasmosis
● Inflammatory bowel disease, non-specific ulcerative colitis
- Sulfasalazine (Sulfapyridine + Aminosalicylate)
● Some sexually transmitted infections -
trachoma, chlamydia
45
Co-trimoxazole: the combination of
Sulfamethoxazole and Trimethoprim:
is generally bactericidal
● acts by sequential blockade of folic acid enzymes
in the synthesis pathway:
Sulfamethoxazole inhibits formation of
dihydrofolic acid from PABA,
Trimethoprim inhibits dihydrofolate reductase
responsible for formation of tetrahydrofolic acid
from dihydrofolic acid
46
Co-trimoxazole is effective against :
Escherihia coli
Klebsiella
Enterobacter
Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus
Salmonella
Shigella
Clinical uses: Chronic Bronchitis,
Urinary tract infections, Otitis media,
Pneumocytis carini pneumonitis, Traveller’s Diarrhea,
Pertussis, Cholera.
Adverse Effects of Sulfonmides:
● Hypersensitivity Reactions: rashes, angioedema.
All sulfonamides and their derivatives, including
Diacarb, Thiazides, Furosemide, Glibenclamide, Diazoxide
are CROSS-ALLERGIC
● Nephrotoxicity, Urinary tract disturbances:
Sulfonamides precipitate in urine, esp. at neutral or acid pH,
producing crystalluria, haematuria, or even obstruction.
Adequate HYDRATION and ALKALINIZATION of urine
prevent the problem
● Haemopoietic disturbances: hemolytic anemia,
agranulocytosis, leukopenia,
thrombocytopenia
● CNS: Depression, aseptic meningitis, seizures
48
Acute Poisoning/Overdose with Sulfonamides
Sulfonamides are able to:
● form methemoglobin and sulf-methemoglobine,
● block the haemopoiesis and
● produce hepato- and nephrotoxicity.
Manifestation: dizziness, drowsiness, unconsciousness, anorexia,
abdominal pain, nausea, vomiting, haemolytic anemia, acidosis,
agranulocytosis, sensitivity reactions, jaundice, hepatomegalia
Treatment: gastric lavage, forced diuresis
ANTIDOTES:
• Nicotinic acid IV 1% solution 2–5 ml or Nicotinamide
• Chromosmon (1% Methylene Blue solution in 25% glucose)
IV 0.1 ml/kg
• Lipoic acid IV 0.5% solution 60-80 ml
• Folic acid PO 1 mg tid
• Transfusion of appropriate BLOOD49PRODUCT:
Fresh blood, Dry Plasma, Polyglucin , Rheopolyglucin
Sulfasalazine - Tab 0.5 g:
Sulfapyridine + Aminosalicylic Acid –
is split into its component parts by bacteria in the colon.
Clinical Uses:
● Ulcerative Colitis, Enteritis, Inflammatory Bowel Diseases
● Rheumatoid diseases: acts by scavenging
the toxic oxygen metabolites produced by neutrophils
● IgA and IgM Rheumatoid Factor production
● Suppression of T cell responses
● Inhibition of B cell proliferation
● The absorption of folic acid is impaired –
this can be countered by giving Folic Acid supplements
Sulfacyl-sodium (Albucid) –
10%, 15%, 30% ophthalmic solution or
ointment - effective for:
● Bacterial Conjunctivitis and
as adjunctive therapy for Trachoma.
● Ocular gonorrheal infection in newborns and adults.
It acts by inhibiting the uptake of PABA, which is required
in the synthesis of Folic Acid needed for bacterial
growth.
53
54
• Hambat gyrase hingga transkripsi dan replikasi DNA
kuman terhambat; aktifitas gram luas termasuk thd
pseudomonas, mycoplasma, chlamydia, legionella,
chlamydia.
• Absorpsi oral baik, distribusi luas termasuk ke CSF,
eliminasi lewat ginjal dan hati.
• Indikasi: infeksi kemih, nafas, kelamin, ginekologik,
saluran cerna termasuk tifoid
Ciprofloxacin (Tab. 0.5 g; amp. 1%-10 ml) – a synthetic, broad-
spectrum, bactericidal antibiotic,
effective against both Gr(+) and Gr(-) bacteria.
It has excellent activity against:
● Enterobacteriaceae
● Enteric coliform bacilli, including resistant to
Penicillins, Cephalosporins and Aminoglycosides
● Haemophilus influenzae,
● Penicillinase-producing Neisseria gonorrhoeae,
Campylobacter and Pseudomonads.
● Gr(+) organisms, streptococci and pneumococci are only
weakly inhibited and there is high incidence of
staphylococcal resistance.
Clinical uses of Fluoroquinolones
● Urinary tract infections: Norfloxacin, Ofloxacin
● Complicated respiratory tract infections - Gr(-) flora
Pseudomonas aeruginosa respiratory infection
● External otitis caused by P. aeruginosa
● Chronic Gr(-) bacillary osteomyelitis
● Eradication of Salmonella typhi in carriers
● Gonorrhoea: Norfloxacin, Ofloxacin
● Anthrax
57
58
60
• Polar, tak diserap peroral, ikatan protein rendah, tak
dimetabolisme di hati, tak penetrasi CSF, korelasi
linear t1/2 dgn kreatinin serum; kadar tinggi di
ginjal, endolymph/perilymph, sebabkan ototoksik dan
nefrotoksik.
• Bakterisid, hambat ribosom 30S, aktifitas utama thd
gram negatif aerob; resistensi krn inaktifasi dan
permeabilitas dinding bakteri turun, tak ada resistensi
silang.
• Dgn penicillin G aktif thd enterococcus; aktif thd
pseudomonas, proteus, E coli, K pneomoniae, Serratia
marcensens (gentamicin, netilmicin, tobramycin,
amikacin).
• Neomycin utk topikal dan intestinal asepsis.
• Streptomisin utk tbc, tularemia, pes, tularemia.
• Karena toksik dan kadar terapi sempit, dosis
amino glikosida ditakar dengan
memperhitungkan berat badan ideal (BBI),
umur, fungsi ginjal, dan kelamin.
• Dosis pertama didasarkan pada BB ideal:
gentamicin, netilmicin, dan tobramycin masing-
masing adalah 5 - 7,5 mg/kg BB/hari dan
amikasin 15 mg/kgBB/hari, untuk perempuan
dikalikan 0.85.
64
• Bakteriostatik, hambat ribosome 30S, spektrum lebar
aerobik dan anaerobik, rickettsia, chlamydia, H
pylori, mycoplasma. Resistensi kuman gram mudah
terjadi.
• Absorpsi: klortetrasiklin 30%, (oksi)tetrasiklin 60%,
doksisiklin 95%, minosiklin 100%; ikat susu, Al, Ca,
Mg, dan Fe; alami siklus enterohepatik; gagal ginjal
turunkan ekskresi kecuali doksisiklin; t1/2 4-6 kecuali
doksisiklin 16 jam.
• ES: mual, fototoksik, hepatoksik, nefrotoksik, gigi
kuning, tek. Intrakranial tinggi, superinfeksi, kolitis
pseudomembranosa.
• Indikasi: infeksi rickettsia, mycoplasma, chlamydia,
gonorrhoea, sifilis, tularemia, actinomycosis, acne.
66
• Bakteriostatik, hambat ribosom 50S, spektrum gram
lebar, aerobik dan anaerobik, chlamydia, rickettsia,
mycoplasma; resistensi oleh asetiltransferase plasmid.
• Absorpsi oral baik, metabolisme oleh glukoronidase
hepar, ikatan protein plasma 50%, t1/2 4-6 jam.
• ES: hipersensitifitas, pansitopenia dgn kloramfenikol
ttp tidak dgn tiamfenikol, grey baby syndrome dgn
kloramfenikol.
• Indikasi: typhoid fever, meningitis bakterrialis, infeksi
anerobik, rickettsiosis, brucellosis.
• Bakteriostatik, hambat ribosom 50S, spektrum thd
gram+ dan bbrp gram negatif, mycoplasma,
legionella. S aureus mudah resisten.
• Absorpsi oral baik, siklus enterohepatik, tahan asam
lambung, hambat CYP 3A4.
• Indikasi: infeksi dgn mycoplasma, leginella,
chlamydia, difteri, pertusis, ISPA, stafilokok,
camphylobacter, H pylori.
• ES: iritasi GI, hepatotoksik.
• Turunan: 1) clarythromycin (t1/2 panjang, liput H
influenzae; 2)azithromycin (ti/2 panjang, penetrasi
seluler tinggi, aktifitas gram- kuat; 3)roxithromycin
(t1/2 panjang, spektrum seperti eritromisin).
70
• Lincomycin: absorpsi tak baik peroral, berikan
IV, penetrasi ke tulang baik, bakteristatik thd
kuman gram+ terutama S aureus. Indikasi:
osteomyelitis S aureus.
• Clindamycin: absorpsi oral baik, penetrasi CFS
buruk, ikatan protein 90%, bakteriostatik thd
kuman gram+ dan anaerob, superinfeksi dgn
Cl difficile.
• Indikasi: profilaksis infeksi katup jantung pada
ektraksi gigi; bersama pyrimethaminne utk
pengobatan toxoplasmosis otak pd penderita
HIV
ANTIFUNGI (ANTI JAMUR)
Anti Jamur
• Infeksi yang disebabkan oleh jamur disebut mikosis.
• Infeksi jamur secara umum dibedakan menjadi infeksi
jamur sistemik dan topikal (dermatofit dan mukokutan)
• Antijamur untuk infeksi sistemik : amfoterisin B, flusitosin,
grup azol (ketokonazol,flukonazol, itrakonazol), kalium
iodida
• Antijamur untuk infeksi topikal : griseofulvin, imidazol,
tolnaftat, nistatin, kandisidin, asam salisilat, asam
undesilinat, haloprogin, natamisin.
Infeksi jamur pada manusia, dibedakan atas :
1. Infeksi sistemik : (a) Infeksi dalam (internal)
aspergilosis, blastomikosis, koksidiodomikosis,
kriptokokosis, histoplasmosis, mukormikosis,
parakoksidiodomikosis, dan kandidiasis. (b) Infeksi
subkutan kromokikosis, misetoma, dan sporotrikosis.
2. Dermatofita : disebabkan oleh Tricophyton,
Epidermophyton, dan Microsporum, yang menyerang
kulit, rambut, dan kuku.
3. Infeksi mukokutan : disebabkan kandida, menyerang
mukosa dan daerah kulit yang lembab. Kandidiasis
yang kronik umumnya mengenai mukosa kulit dan kuku.
ANTIFUNGI UNTUK INFEKSI
SISTEMIK :
1. Amfoterisin B
2. Flusitosin
3. Imidazole dan triazole
4. Terbinafin
1. Imidazole:
Ketokonazole, Mikonazole, dan Klotrimazole
2. Triazole :
Itrakonazole, Flukonazole, dan Vorikonazole
Menurunkan sintesis ergosterol membran krn hambat
cytochrom P450 jamur. Imidazole hambat pula
cytochrom P450 manusia. Resistensi dapat terjadi.
Mikonazol dan obat topikal lain
• Mikonazol, klotrimazol, ekonazol aktif secara topikal
jarang digunakan parenteral.
• Efek samping : iritasi, rasa terbakar.
• Mekanisme kerja, spektrum, distribusi sama dengan
ketokonazol.
• Sediaan : Mikonazol krim 2 %, gel 2 %, klotrimazol
krim 1 %.
Ketokonazol
• Efektif terhadap Candida, Coccodioides immitis, Cryptococcus,
H. capsulatum, Aspergillus.
• Mekanisme kerja : berinteraksi dengan enzim P-450 untuk
menghambat demetilasi lanosterol menjadi ergosterol yang
penting untuk membran jamur.
• Farmakokinetik : diserap baik melalui sal. Cerna, distribusi
urin, kel.lemak,air ludah, kulit, tendon, cairan sinovial. Ekskresi
melalui empedu, sebagian kecil ke urin.
• Indikasi :histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan
lemak, kriptokokosis, kandidosis.
Ketokonazol
• Efek samping : gangguan sal cerna, efek endokrin
(ginekomastia, pe libido, impotensi, ketidakteraturan
menstruasi)
• Kontra indikasi : tidak boleh diberikan bersamaan
dengan amfoterisin B
Flukonazol
• Efek samping endokrin lebih kecil dibanding ketokonazol
• Mekanisme kerja : menghambat sintesis ergosterol
membran sel jamur.
• Farmakokinetik : diberikan oral dan IV, absorpsi baik,
ekskresi melalui ginjal.
• Efek samping : lebih kecil dibanding ketokonazol, mual,
muntah, kulit kemerahan, teratogenik.
Itrakonazol
• Obat pilihan untuk blastomikosis
• Efektif untuk aspergilosis, kandedimia, koksidioidomikosis,
kriptokokosis.
• Mekanisme kerja sama dengan azol lain
• Farmakokinetik : absorpsi baik melalui oral, ekskresi
melalui ginjal.
• Efek samping : mual, muntah, kulit kemerahan,
hipokalemia, hipertensi, edema dan sakit kepala.
Merupakan fermentasi dari bakteri Streptomyces
1. Amfoterisin B:
infeksi jamur spektrum luas, yang bersift fungisidal,
dapat digunakan untuk semua infeksi jamur yang
mengancam kehidupan
2. Nystatin :
Digunakan untuk infeksi kandida di kulit, selaput lendir
dan saluran cerna.
Amfoterisin B
• Merupakan hasil fermentasi dari Streptomyces nodosus
• Menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang
• Bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung dosis.
• Efektif menghambat Histoplasma capsulatum,
Cryptococcus neoformans, Candida, Blastomyces
dermatiditis, Aspergillus.
Amfoterisin B
• Mekanism kerja : berikatan kuat dengan ergosterol yang
terdapat pada membran sel jamur, sehingga
menyebabkan kebocoran dari membran sel, dan akhirnya
lisis.
• Farmakokinetik : sangat sedikit diserap melalui saluran
cerna diberikan secara IV, distribusi ke cairan pleura,
peritoneal, sinovial dan akuosa, CSS, cairan amnion.
Ekskresi melalui ginjal sangat lambat.
Amfoterisin B
• Indikasi : mikosis sistemik seperti koksidioidomikosis,
parakoksidiomikosis, aspergilosis, kandidiosis,
blastomikosis, histoplasmosis.
• Efek samping : demam dan menggigil, gangguan ginjal,
hipotensi, anemia, efek neurologik, tromboflebitis.
• Penderita yang diobati amfoterisin B harus dirawat di
rumah sakit, karena diperlukan pengamatan yang ketat
selama pemberian obat.
Amfoterisin B
• Sediaan : injeksi dalam vial yang mengandung 50
mg, dilarutkan dalam 10 ml aquadest diencerkan
dengan dextrose 5 % = 0,1 mg/ml larutan.
• Dosis : 0,3 – 0,5 mg / kg BB
Flusitosin
• Spektrum antijamur sempit
• Efektif untuk kriptokokosis, kandidiosis, kromomikosis,
aspergilosis.
• Mekanisme kerja : flusitosin masuk ke dalam sel jamur
dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam sitoplasma
akan bergabung dengan RNA setelah mengalami
deaminasi menjadi 5-fluorourasil. Sintesis protein sel jamur
terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA
oleh metabolit 5fu.
Flusitosin
• Farmakokinetik : diserap dengan cepat dan baik melalui
sal.cerna, distribusi ke seluruh tubuh, ekskresi oleh ginjal.
• Indikasi : kromoblastomikosis, meningitis (kombinasi
dengan amfoterisin B)
• Efek samping : toksisitas hematologik, gangguan hati,
gangguan sal.cerna
• Sediaan : kapsul 250 dan 500 mg.
• Dosis : 50 – 150 mg/kgBB sehari dibagi dalam 4 dosis,
lakukan penyesuaian dosis pada penderita insufisiensi
ginjal.
Nistatin
• Merupakan antibiotik polien.
• Mekanisme kerja : berikatan dengan ergosterol pada
membran jamur, permeabilitas meningkat, sel jamur
mati.
• Indikasi : kandidiasis kulit, selaput lendir, dan saluran
cerna.
• Efek samping : jarang ditemukan, mual, muntah, diare
ringan
Ikat ergosterol membran sel jamur timbulkan poripermeabilitas
membran naikbocor molekul kecil mudah masuk/keluar sel mati.
Resistensi timbul bila ergosterol sedikit/tak terbentuk.
Diikat oleh cytosine permease5FU5 flurodeoxyoridine monophosphate
(5-dUMP)fluouridine triphosphate (FUTP) hambat sintesis DNA&RNA.
Sel manusia tak punya cytosine permease. Synergi dgn amphotericin B, krn
tingkatkan permeabilitas/masuknya flocytosine ke dalam sel.
Bekerja dengan cara “spindle poison” yang menghambat mitosis
inti sel jamur.
Griseofulvin
• Jamur yang menyebabkan infeksi jamur superfisial disebut
dermatofit.
• Mekanisme kerja : obat ini masuk ke dalam sel jamur,
berinteraksi dengan mikrotubulus dalam jamur dan
merusak serat mitotik dan menghambat mitosis
• Farmakokinetik : absorpsi baik bila diberikan bersama
makanan berlemak tinggi,distribusi baik ke jaringan yang
terkena infeksi, inducer P-450, ekskresi melalui ginjal.
Griseofulvin
• Efek samping : efek samping berat jarang terjadi,
hepatotoksik, teratogenik.
• Sediaan : tablet berisi mikrokristal 125 mg dan 500
mg, suspensi 125 mg/ml.
ANTIVIRUS
Pengembangan obat anti virus untuk
pencegahan atau pengobatan belum mencapai
hasil seperti yang diinginkan , karena obat anti
virus yang dapat menghambat atau membunuh
virus juga akan merusak sel hospes dimana
virus itu berada.
2. Antiretrovirus
Nucleoside reverse transcriptase inhibitor ( NRTI )
Nucleotide reverse transcriptase inhibitor ( NtRTI )
Non –nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
Protease inhibitor (PI)
Viral entry inhibitor
103
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada gen timidin kinase
virus atau pada gen DNA polimerase.
Dosis
5 x 200 mg untuk 10 hari -------- untuk HSV
3 x 200 mg untuk 1 bulan-------untuk herpes genital
Salep Asiklovir 5% 6 x sehari utk 7 hr ----…..---------
Indikasi
Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik
( termasuk keratitis herpetik , herpetik ensefalitis,
herpes genitalia,herpes neonataldan herpes labialis )
dan infeksi VZV ( varisela dan herpes zoster ).
Efek samping
Mual, muntah dan pusing , namunAsiklovir pada
umumnya dapat ditoleransi dengan baik.
Pemberian selama kehamilan tidak dianjurkan
2. VALASIKLOVIR
Mekanisme Kerja
sama dengan asiklovir
Resistensi
sama dengan asiklovir
Indikasi
Efekif utk terapi infeksi yang disebabkan oleh HSV, VZV
dan sebagai profilaksis terhadap penyakit yang disebabkan
CMV.
Efek samping
sama dengan asiklovir
ICT-Unand, Raker
22-23.12.2006
108/15
B. Antivirus Untuk Influenza
Contoh: Amantadin dan Rimantadin
Mekanisme Kerja
Merupakan antivirus yang bekerja pada protein M2 virus , suatu
kanal ion transmembran yang diaktivasi oleh pH
Absorbsi saluran cerna baik, tidak dimetabolisme dihati dan
ekskresi dalam bentuk utuh, t ½ 16 jam
Resistensi
Terjadi nya mutasi pada domain transmembran protein M2 virus .
Indikasi
Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A .
Juga diindikasikan untuk terapi penyakit parkinson
Dosis: 2 x 100 mg
Efek samping
Yang tersering adalah gangguan GI ringan yang tergantung
dosis .
Efek samping pada SSP seperti kegelisahan , kesulitan
berkonsentrasi, insomnia, hilang nafsu makan, kejang bahkan
koma.
ICT-Unand, Raker
22-23.12.2006
111/15
C. Antivirus untuk HBV dan HCV
1.Lamivudin
Lamivudin merupakan L-enantiomer analog deoksisitidin .
Lamivudin bekerja dengan cara menghentikan sintesis DNA ,
secara kompetitif menghambat polimerase virus ( reverse
transcriptase , RT ) .
Resistensi
Resistensi terhadap lamivudin disebabkan oleh mutasi pada
DNA polimerase virus
Indikasi
Infeksi HBV ( wild –type dan precore variants )
Efek samping
Umumnya dapat ditoleransi dengan baik .
Efek samping yang terjadi : fatigue, sakit kepala dan mual.
2. ADEFOVIR
Indikasi
Efektif dalam terapi infeksi HBV yang resisten tehadap
lamivudin.
Efek Samping
Umumnya adefovir 10 mg /hari dapat ditoleransi dengan
baik.
ANTIRETROVIRUS
A. Nucleoside Reverse Transcriptase
Inhibitor (NRTI )
Antivirus golongan ini bekerja pada tahap awal replikasi HIV ,
dengan menghambat terjadinya infeksi akut sel yang rentan ,
tapi hanya sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV.
Mekanisme Kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT.
Indikasi
Infeksi HIV , terutama infeksi HIV tingkat lanjut , dalam
kombinasi dengan anti-HIV lainnya .
Efek samping
Diare, pankreatitis, neuropati perifer.
B. NUCLEOTIDE REVERSE
TRANSCRIPTASE INHIBITOR ( NtRTI )
Tenofovir disoproksil fumarat merupakan NtRTI
pertama untuk terapi infeksi HIV -1 .
Obat ini digunakan dalam kombinasi dengan obat
anti retrovirus lainnya.
Mekanisme Kerja
bekerja pada HIV RT ( dan HBV RT ) dengan cara
menghentikan pembentukan rantai DNA virus.
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi RT kodon 65
Indikasi
Infeksi HIV dalam kombinasi dengan evafirenz , tidak boleh
dikombinasikan dengan lamivudin dan abakavir
Efek Samping
mual, muntah , flatulens , diare
C. NON –NUCLEOSIDE REVERSE
TRANSCRIPTASE INHIBITOR ( NNRTI )
NNRTI merupakan kelas obat yang menghambat
aktivitas enzim RT dengan cara berikatan di tempat
yang dekat dengan tempat aktif enzim dan
menginduksi perubahan konformasi pada situs aktif
ini.
1. NEVIRAPIN
Mekanisme kerja
bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non – subtrat HIV -
1 RT
Resistensi
resistensi disebabkan oleh mutasi pada RT
Indikasi
infeksi HIV -1 , dalam kombinasi dengan anti-HIV lainnya ,
terutama NRTI
Efek Samping
ruam, demam, fatigue, sakit kepala,somnolens, mual, dan
peningkatan enzim hati.
2. DELAVIRDIN
Mekanisme kerja
sama dengan nevirapin
Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT
Indikasi
infeksi HIV -1 , dikombinasikan dengan anti HIV lainnya
terutama NRTI
Efek Samping
ruam, peningkatan tes fungsi hati .
Pernah di laporkan menyebabkan neutropenia
D. PROTEASE INHIBITOR ( PI )
Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara
reversibel dengan situs aktif HIV- protease.
HIV-protease sangat penting untuk infektifitas virus
dan penglepasan poliprotein virus .Ini menyebabkan
terhambatnya penglepasan polipeptida prekusor
virus oleh enzim protease sehingga menghambat
maturasi virus , maka sel akan menghasilkan partikel
virus yang imatur dan tidak virulen.
Mekanisme Kerja
sama dengan sakuinavir
Indikasi
Infeksi HIV , dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya
seperti NRTI
Efek Samping
Mual, hiperbilirubinemia, batu ginjal
E. VIRAL ENTRY INHIBITOR
Resistensi
perubahan genotip pada gp41 asam amino 36-45
menyebabkan resistensi terhadap enfuvirtid
Indikasi
terapi infeksi HIV -1 dalam kombinasi dengan anti -
HIV lainnya.
Efek Samping
efek samping yang tersering adalah reaksi lokal
seperti nyeri, eritema, pruntus, iritasi, dan nodul atau
kista
PENGGUNAAN KLINIS OBAT ANTIVIRUS
Tujuan utama terapi antivirus pada pasien
imunokompeten adalah menurunkan tingkat
keparahan penyakit dan komplikasinya , serta
menurunkan kecepatan transmisi virus .