FARMAKOLOGI
“Farmakologi Obat Respirasi”
Oleh:
Adinda Putri Utami
(202010101048)
Peta Konsep
Pembahasan
Tonsilofaringitis Rinosinusitis
Mekanis
me Farmakodin Mekanisme Farmakokinet Farmakodin
Farmakokinetik
Kerja amik kerja ik amik
Kontraindikas Kontraindika
Efek
i dan Efek samping si dan second
samping
Second line line
Tonsilofaringitis
1. Kapan Pemberian antimikroba empiris MULAI diberikan
pada pasien tonsilofaringitis?
• Pemberian antimikroba mulai diberikan pada pasien
tonsilofaringitis sesaat setelah tes kultur atau rapid strep test
sudah ditemukan hasilnya menunjukkan pasien positif
tonsilofaringitis.
2. Apa mikroba tersering yang menjadi penyebab
tonsilofaringitis?
• Streptococcus pyogenes adalah penyebab paling umum dari
tonsilitis bakteri
3. Apa pilihan antimikroba yang direkomendasikan first line
secara empiris untuk pengobatan tonsilofaringitis?
• Penicilin
Penicilin
a). Mekanisme Kerja:
Penisilin menghambat ikatan silang peptidoglikan di dinding sel. Katalis
untuk reaksi ini adalah protein pengikat penisilin, seperti enzim DD-
transpeptidase. Cincin -laktam beranggota empat penisilin dapat berikatan
dengan DD-transpeptidase untuk menonaktifkannya secara ireversibel.
Oleh karena itu, bakteri tidak dapat membangun dinding selnya bahkan
ketika protein lain terus menghancurkan dinding tersebut. Saat dinding
sel bakteri terus melemah, tekanan osmotik mendorong air ke dalam sel
dan membunuh sel. Fragmen peptidoglikan selanjutnya menghancurkan
dinding sel karena fragmen ini dapat mengaktifkan autolisin dan
hidrolase.
Penisilin juga dapat dikombinasikan dengan penghambat beta-laktamase
seperti asam klavulanat untuk meningkatkan efeknya. Inhibitor beta-
laktamase mencegah degradasi cincin beta-laktam dalam penisilin yang
dapat terjadi ketika spesies bakteri tertentu mengekspresikan enzim beta-
laktamase
Penicilin
b). Farmakokinetik
Absorpsi
c) Farmakodinamik
Penicillin benzathine merupakan salah satu obat golongan beta laktam.
Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan dinding
sel bakteri pada tahap akhir. Penicillin akan berikatan dengan molekul
penicillin-binding proteins (PBP) yang terdapat di dinding sel bakteri. PBP
yang terasilasi akan memicu lisis dari dinding sel bakteri sehingga berujung
kepada kematian bakteri.
Penicilin
d). Efek samping
Efek samping penisilin yang timbul akibat hipersensitivitas
adalah reaksi alergi yang ditandai dengan sakit kepala,
sesak napas, gatal, ruam, mual, muntah, dan sakit kepala.
Selain itu, ada pula beberapa efek samping penisilin yang
umum terjadi, seperti: sakit kepala demam diare nyeri sendi
gangguan saluran cerna kulit kemerahan dermatitis flebitis
di lokasi injeksi konvulsi.
Berikut ini adalah beberapa efek samping penisilin yang
jarang terjadi: toksisitas kelainan darah (leukopenia,
trombisitopenia, anemia hemolitik)hepatitis kolestatik
jaundice.
Penicilin
e) Kontraindikasi dan obat second line nya:
Kontraindikasi:
1) Reaksi hipersensitivitas
(i.e anafilaksis, Stevens-Johnson syndrome) terhadap amoksisilin
atau β-lactams lainnya (i.e penicillins, cephalosporins,
carbapenems, monobactams)
2) Mononukleosis
Second line:
Untuk pasien dengan alergi penicillin dapat diberikan
cephalosporin gen pertama seperti cephalexin atau cefadroxil ,
clindamycin, atau azithromycin
Rinosinusitis
1. Kapan Pemberian antimikroba empiris MULAI diberikan pada pasien
rinosinusitis?
Jangka waktu yang diberikan untuk antibiotik empiris yaitu 48-72 jam.
Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis,
kondisi klinis pasien dan data penunjang lainnya (Depkes RI, 2011)
c)Farmakodinamik
Obat ini bekerja dengan cara menghambat biosintesis dinding sel mukopeptida.
Pemberian oral adalah pilihan, karena diabsorpsi lebih baik daripada obat derivat
penisilin lain yang diberikan secara parenteral.Amoxicillin terutama diekskresikan ke
urine, dalam bentuk yang tidak berubah. Ekskresinya dapat dihambat dengan pemberian
probenesid sehingga memperpanjang efek terapi. Dikeluarkannya enzim penisilinase oleh
bakteri dalam menghadapi serangan obat ini, menyebabkan inaktifasi oleh plasmid,
sehingga obat ini tidak dapat kehilangan efek terapinya.
Amoxicillin
d) Efek samping
Beberapa efek samping yang dapat muncul adalah mual,
muntah, sakit kepala, muncul ruam pada kulit,
diare. Terdapat juga efek samping Amoxicillin yang jarang
terjadi, yaitu:
Nyeri otot dan sendi yang muncul dua hari setelah
mengonsumsi amoxicillin.
Diare tidak membaik selama lebih dari 4 hari.
Gejala gangguan fungsi hati, seperti kram perut, urine
berwarna gelap, serta mata dan kulit berwarna kuning.
Mudah memar atau mengalami perdarahan, baik dari
hidung, mulut, atau vagina.
Amoxicillin
e) Kontraindikasi atau Apakah obat second line nya?
Farmakodinamik :
Dextromethorphan adalah obat antitusif yang bekerja sentral di sistem saraf pusat dengan cara
menekan fungsi pusat batuk di medulla, khususnya nukleus traktus solitaries, melalui
stimulasi berbagai macam reseptor (seperti reseptor sigma). Mekanisme ini akan menyebabkan
penurunan sensitivitas reseptor batuk dan mengganggu transmisi impuls batuk
C) Efek samping:
Dapat menimbulkan rasa mual, pusing, mengantuk, konstipasi, sekresi saluran nafas
mengental, dan gelisah
Mukolitik
(Bromhexine)
a) Mekanisme Kerja:
Bromhexine bekerja dengan cara mengencerkan sekret saluran pernafasan dengan jalan mengurangi
atau menghilangkan serat-serat mukoprotein dan mukopolisakarida yang terdapat pada sputum/dahak
→ mudah dikeluarkan. Bromhexine menghambat reseptor transmembran serine-protease 2
(TMPRSS2).
b) Farmakokinetik dan Farmakidinamik
Farmakokinetik :
Absorpsi → GI tract → onset 30 menit.
Oral:bioavailabilitas 20%.
IV :bioavailabilitas lebih tinggi.
Distribusi → ke seluruh tubuh.
Metabolisme → first pass metabolism di hepar (75-80%).
Eliminasi → Ginjal melalui urin (T1/2 = 6,6-31,4 jam).
Farmakodinamik :
Bromhexine meningkatkan aktivitas lisosom dan hidrolisis asam mukopolisakarida → menyebabkan
mukus menjadi lebih encer → memperbaiki pergerakkan sel epitel bersilia → sekret lebih mudah
dikeluarkan.
C). Efek samping
Dapat terjadi mual, diare, gangguan pencernaan, rasa penuh di perut (begah). Pernah dilaporkan
dapat menyebabkan sakit kepala, vertigo, berkeringat, dan muncul ruam di kulit.
Daftar Pustaka
• Anderson J, Paterek E. Tonsillitis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544342/
• Espinosa-Gongora C, Jessen LR, Kieler IN, Damborg P, Bjørnvad CR, Gudeta DD, Pires Dos Santos T, Sablier-
Gallis F, Sayah-Jeanne S, Corbel T, Nevière A, Hugon P, Saint-Lu N, de Gunzburg J, Guardabassi L. Impact of oral
amoxicillin and amoxicillin/clavulanic acid treatment on bacterial diversity and β-lactam resistance in the canine
faecal microbiota. J Antimicrob Chemother. 2020 Feb 01;75(2):351-361.
• Fisher JF, Mobashery S. Constructing and deconstructing the bacterial cell wall. Protein Sci. 2020 Mar;29(3):629-
646.
• Harahap, N. I. K., Siregar, S. M., & Nasution, M. E. S. (2018). Profil Kuman Pada Sekret Hidung Penderita
Rinosinusitis Kronis Di Rumah Sakit Haji Medan. JURNAL IBNU SINA BIOMEDIKA, 2(1), 57-64.
• Huttner A, Bielicki J, Clements MN, Frimodt-Møller N, Muller AE, Paccaud JP, Mouton JW. Oral amoxicillin and
amoxicillin-clavulanic acid: properties, indications and usage. Clin Microbiol Infect. 2020 Jul;26(7):871-879. doi:
10.1016/j.cmi.2019.11.028. Epub 2019 Dec 4. PMID: 31811919.
• Kanfer, I., Dowse, R., & Vuma, V. (1993). Pharmacokinetics of oral decongestants. Pharmacotherapy, 13(6 Pt 2),
116S–146S.
• Kementerian Kesehatan R.I, Riskerdas: Riset Kesehatan Dasar Berskala Nasional. 2013.
• Kohanski, M.A., D.J. Dwyer, and J.J. Collins, How antibiotics kill bacteria: from targets to networks. Nature
reviews. Microbiology, 2010. 8(6): p. 423-435.
• MIMS. 2019. Amoxicillin. Available at Amoxicillin: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution | MIMS Indonesia.
• Neu, H.C. and T.D. Gootz, Antimicrobial Chemotherapy, in Medical Microbiology, 4th edition, Baron S, Editor.
1996. Chapter 11, University of Texas Medical Branch at Galveston: Galveston (TX).
• Scicchitano, R.; Aalbers, R.; Ukena, D.; Manjra, A.; Fouquert, L.; Centanni, S.; Boulet, L.-P.; Naya, I. P.; Hultquist,
C. (2004). Efficacy and safety of budesonide/formoterol single inhaler therapy versus a higher dose of budesonide in
moderate to severe asthma. Current Medical Research and Opinion, 20(9), 1403–1418.
doi:10.1185/030079904x2051.