Anda di halaman 1dari 6

Unsafe Condition : kondisi – kondisi yang tidak aman dan berbahaya bagi para

pekerja.

Contoh unsafe Condition di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo


1. Jalan kompas fkm ke farmasi
 Penyebab :
 Akibat :
 Solusi :
2. Tangga yang tidak ergonomi
Penyebab :
Menurut Rita Laksmitasari, ST, dosen luar biasa Jurusan Arsitektur Universitas
Trisakti, tangga akan nyaman digunakan bila pemakai tidak merasa sulit dan lelah saat
menggunakannya. Karena dalam mendesain tangga, perhatikan dulu siapa saya yang
menggunakan tangga; apakah mereka anak -anak atau orang lanjut usia. Intinya, siapapun
yang menggunakan tangga, mereka harus merasa nyaman.

Untuk memberikan rasa nyaman ketika menaiki tangga, ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan saat perencanaannya, seperti :

· Tinggi dan ukuran anak (pijakan) tangga

· Kemiringan (kecuraman)

· Penggunaan pagar tangga (railing & bluster)

· Penggunaan borders

· Material anti slip, dan

· Pencahayaan pada ruang tangga

1. Anak Tangga

Istilah yang bisa dipakai dalam membuat tangga adalah ukuran “tinggi” dan
“lebar” akan tangga. Yang dimaksud dengan lebar anak tangga adalah ukuran area
pada anak tangga dimana kaki menjejak di atasnya. Sedangkan tinggi anak tangga
adalah perbedaan tinggi antara satu anak tangga dengan anak tangga lainnya.

Untuk mencapai tingkat kenyamanan yang ideal, ukuran lebar anak tangga pada
rumah tinggal 20 – 33 cm, sementara tinggi anak tangga antara 15 – 18 cm.
Agar tidak mengganggu kenyamanan, ada sebuah rumus yang bisa menjadi patokan
dalam menentukan tinggi dan lebar anak tangga. Tinggi anak tangga dilambangkan
dengan (a) dan lebar anak tangga (b).

Idealnya adalah 2a + b = 60 – 65 cm

Jika 2a + b = 60 – 65 cm, maka tangga tersebut akan sangat curam. Sementara itu,
jika 2a + b < 60, maka tangga akan sangat landai. Memiliki tangga curam memang
menghemat tempat, karena anak tangganya tidak lebar. Tetapi tangga seperti ini
tidak nyaman dan lebih berbahaya buat anak kecil atau orang lanjut usia.

Ukuran tinggi dan lebar anak tangga mempengaruhi kecuraman sebuah tangga.
Semakin besar tinggi anak tangga, akan semakin curam tangga tersebut. Sedangkan
jika Anda ingin tangga yang landai, maka lebar tangga harus besar.

Ketinggian setiap anak tangga juga harus tepat sama dari yang paling bawah
sampai yang paling atas. Jika satu anak tangga saja berbeda ukurannya, akan
terasa canggung bagi yang melewatinya karena seseorang biasanya selalu
melangkah dengan irama yang sama.

2. Kemiringan Tangga

Ukuran kemiringan tangga (dalam derajat) adalah perbandingan tinggi tangga


(lantai bawah dengan lantai atas) dengan panjang tangga (ruang yang dibutuhkan
untuk tangga). Koefisien kemiringan tangga dapat dihitung dengan rumus :

z=y/x

z = koefisien kemiringan tangga


y = tinggi tangga (cm)

x = panjang tangga (cm)

Koefisien kemiringan (z) = 1 berarti y = x dan membentuk kemiringan 450

Berdasarkan kemiringannya, tangga dibedakan atas :

1. Lantai miring, 6o – 20o

Koefisien kemiringan 0,1 – 0,36

2. Tangga landai, 20o – 24o

Koefisien kemiringan 0,36 – 0,44

3. Tangga biasa, 24o – 45o

Koefisien kemiringan 0,44 – 1,0

4. Tangga curam, tangga hemat, 45o – 75o

Koefisien kemiringan 1,0 – 3,7

5. Tangga naik, tangga tingkat, 75o – 90o


Koefisien kemiringan > 3,7

Untuk mendapatkan tangga yang ideal dengan kemiringan 24o – 45o, tinggi tangga
(y) tidak boleh lebih besar dari panjang tangga (x), maksimal y = x. tangga yang
terlalu landai (y jauh lebih kecil dari x) juga tidak nyaman, karena kaki terpaksa
menaiki anak tangga lebih banyak dengan ketinggian tertentu.

3. Pagar dan Pegangan Tangga

Ada yang mengatakan pagar dan pegangan tangga (railing) tidak


diperlukan, asal tingkat kenyamanan dan keamanan cukup tinggi. Artinya,
aspek kenyamanan dititikberatkan pada pengaturan ukuran lebar dan tinggi
anak tangga. Namun, demi keamanan, terutama jika memiliki anggota
keluarga yang masih kecil, railing tetap dipergunakan.

Sedangkan tiang pada pagar tangga (baluster) berfungsi sebagai pengaman.


Dengan adanya baluster, orang akan terhindar dari resiko terjatuh saat
menaiki atau menuruni tangga. Oleh karenanya baluster harus dibuat cukup
rapat, tinggi 90 – 100 cm, dan tidak menghasilkan bagian yang tajam, agar
anak -anak tidak terluka bila harus berpengaruh pada bluster.

4. Bordes

Untuk memberikan kenyamanan, ada pula aturan baku bagi pembuatan


tangga. Setiap ketinggian maksimum 12 anak tangga (setinggi 1,5 – 2m)
harus dibuat bordes (landing), yaitu suatu platform datar yang cukup luas
untuk melangkah secara horizontal sebanyak kurang lebih tiga atau empat
langkah sebelum mendaki ke anak tangga berikutnya.

Setiap ketinggian maksimum 12 anak tangga (setinggi 1,5 – 2 m) harus dibuat


bordes (landing)..

5. Anti Slip
Bahaya yang sering mengintai saat orang menggunakan tangga adalah
tergelincir (slip), biasanya terjadi pada ujung siku anak tangga. Untuk
mencegah hal ini, dikenal produk nosing (kadang disebut step nosing) yang
fungsinya membuat ujung siku anak tangga lebih kasar.

Step nosing ada yang terbuat dari karet, aluminium, atau keramik.
Permukaannya bergerigi agar langkah pemakai terhenti pada ujung tangga
dan tidak terpeleset. Step nosing dari bahan keramik dipasang saat
memasang ubin keramik di anak tangga beton. Caranya, pada bagian ujung
siku disisakan celah yang belum tertutup keramik. Pada bagian tepi inilah
dipasang nosing dari keramik.

Pemasangan nosing berbahan lain, seperti karet atau aluminium, dilakukan


setelah anak tangga jadi. Caranya, nosing disekrupkan pada anak tangga.
Beberapa gedung pertunjukan yang ruangannya gelap, seperti bioskop dan
teater, bahkan memanfaatkan nosing sebagai pemandu langkah saat orang
menaiki tangga. Nosing ini menggunakan bahan fluorescent yang mampu
menyala dalam gelap.

6. Pencahayaan

Pencahayaan termasuk faktor penting yang patut dicermati saat merancang


tangga. Pencahayaan pada area tangga, selain akan membuat penampilan
tangga lebih terlihat, juga membantu para pengguna lebih merasa aman dan
nyaman terutama pada malam hari. Bukanlah tidak lucu jika ada orang yang
jatuh hanya karena kurangnya cahaya pada sekitar area tangga?

Pencahayaan pada siang hari sebaiknya memanfaatkan cahaya alami. Oleh


karena itu area tangga harus diberi bukaan yang cukup sehingga
memungkinkan cahaya matahari masuk dan menerangi area ini.

Pada malam hari, pencahayaan sepenuhnya bersumber pada lampu.


Pemasangan lampu pada area tangga, selain mempertimbangkan aspek
keamanan dan kenyamanan, perlu diperhatikan aspek estetika. Sehingga
tampilan tangga menjadi lebih bagus.

Lampu untuk menerangi area tangga bisa dipasang di plafon, di atas tangga
atau dibawah tangga. Sekitar lampu (tombol on/off) sebaiknya dipasang
pada dinding lantai bawah dan lantai di atas dan dihubungkan secara
paralel. Cara ini untuk memudahkan pemakai tangga untuk mematikan dan
menyalakan lampu saat akan naik maupun turun dari tangga.

Jenis lampu pada area tangga sebaiknya dipilih lampu yang memancarkan
cahaya berwarna hangat agar atmosfer di dalam rumah benar-benar terasa
akrab dan ramah. Lampu-lampu yang memberikan cahaya berwarna hangat
adalah kuning atau jingga atau yang mendekati warna cahaya alami.

Akibat :

Solusi :

Perlu diinformasikan kepada pengelola institut tentang pentingnya aspek ergonomi


pada tangga sehingga memberikan kenyamanan pada pemakainya.

Desain tangga hendaknya selalu berpedoman pada aspek ergonomi swhingga


pemakainya selalu merasa nyaman dan dapat mengefisienkan energi serta tidak berisiko
menimbulkan kecelakaan.

4. .Lantai yang licin


 Penyebab :
 Akibat :
 Solusi :
5. Komponen meja yang tidak kuat
 Penyebab :
 Akibat :
 Solusi :
6. Kurangnya ventilasi terbuka
 Penyebab :
 Akibat :
 Solusi :
7. Peping blok yang terbuka
 Penyebab :
 Akibat :
 Solusi :
8. Gazebo yang rusak
 Penyebab :
 Akibat :
 Solusi :

Anda mungkin juga menyukai