Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan masa kanak-kanak pertengahan yaitu usia 6

sampai 12 tahun (Wong, 2009). Perkembangan pada anak usia sekolah merupakan

perkembangan usia emas yang sangat memiliki makna bagi kehidupan mereka

kelak, bila usia emas tersebut dioptimalkan pertumbuhannya (Rasyid dkk, 2009).

Perkembangan anak usia sekolah dasar disebut juga perkembangan masa

pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak

(Wong, 2008). Pada tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi

dirinya yang digunakan dalam rangka mencapai kematangan ketika individu

tersebut beranjak dewasa. Namun, emosi anak-anak kadang kala labil sehingga

harus diarahkan dan diolah sedemikian rupa agar tidak terjerumus pada sesuatu

yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain di sekitarnya (Wong, 2009).

Masa pertumbuhan dan perkembangan dapat berupa perkembangan

kemampuan dasar seperti kognitif, bahasa, dan motorik maupun perkembangan

kemampuan lainnya yang akan membentuk karakter mereka kelak (Rasyid dkk,

2009). Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek penting yang harus

dikembangkan untuk kemampuan berpikir anak, hal ini agar anak dapat

mengelola perolehan belajarnya, memecahkan masalah, membantu anak untuk

mengembangkan kemampuan berpikir anak dalam menghadapi sebuah

permasalahan (Marlianti, 2012). Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia

1
sekolah biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, salah

satunya adalah kebiasaan mencuci tangan.

Cuci tangan dapat bermanfaat untuk menghilangkan atau mengurangi

mikroorganisme yang menempel di tangan apabila mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun. Air yang tidak bersih dan banyak mengandung kuman dan

bakteri penyebab penyakit bila digunakan maka kuman berpindah ke tangan

kemudian pada saat makan kuman dengan cepat masuk ke tubuh sehingga

menimbulkan penyakit. Cuci tangan menggunakan sabun dapat membersihkan

kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun, maka kotoran dan kuman

masih teringgal di tangan (Proverawati dan Eni, 2012). Data yang dirilis

Kementerian kesehatan RI (Tempo.co, 2013) bahwa hanya terdapat 18,5%

masyarakat Indonesia Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di lima waktu penting

(mencebok, buang air besar, sebelum makan, memberi makan, dna juga sebelum

memasak).

CTPS merupakan cara mudah dan tidak perlu biaya mahal sebab CTPS

sama dengan mengajarkan anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini.

Dengan demikian pola hidup bersih dan sehat (PHBS) tertanam kuat pada diri

pribadi anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Kedua tangan kita merupakan

jalur utama masuknya kuman penyakit ke tubuh dikarenakan tangan adalah

anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan hidung dan

mulut. Penyakit-penyakit yang umumnya timbul karena tangan yang berkuman,

antara lain: Diare, Kolera, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Cacingan, Flu

dan Hepatitis A (Proverawati dan Eni, 2012).

2
Banyak pihak yang telah memperkenalkan perilaku kesehatan sebagai

intervensi kesehatan yang sangat mudah, sederhana dan dapat dilakukan oleh

mayoritas masyarakat Indonesia (Depkes RI, 2012). Konsep dari intervensi

kesehatan adalah proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari

tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi mampu (Setiawati dan Agus,

2008). Media promosi kesehatan merupakan sarana atau upaya untuk

menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator,

baik itu dari media cetak, media elektronika televisi (TV), radio, computer dan

lain sebagainya) dan media luar ruang. Agar sasaran dapat meningkatkan

pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilaku ke arah positif

terhadap perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Media sebagai alat bantu dalam proses penyampaian promosi, media

mempunyai fungsi melancarkan proses penyampaian sehingga tercapainya tujuan.

Hal ini dilandaskan dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan

bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu

yang cukup lama. Itu diartikan bahwa kegiatan belajar anak didik dengan bantuan

media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan

tanpa menggunakan bantuan media. Karakteristik media dan pemilihan media

merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi

pembelajaran (Mubarak, 2007).

Dilihat dari jenisnya media dibagi dalam: media auditif, visual dan audio

visual. Media auditif hanya mengandalkan kemampuan suara saja, media visual

mengandalkan indra penglihatan, dan media audio visual adalah media yang

3
mempunyai unsur suara dan unsur gambar (Mubarak, 2007). Penggunaan media

video dan visual berupa demonstrasi dalam pembelajaran promosi kesehatan pada

anak dapat membantu memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa,

dimana keunggulan dari media video yang bersifat audio visual dan demonstrasi

yang menunjukkan secara langsung pendidikan kesehatan dapat digunakan untuk

menunjang pembelajaran di kelas. Penggunaan video dan demonstrasi cara

mencuci tangan dalam promosi kesehatan dapat meningkatkan kognitif anak

dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iskandar (2014) membuktikan

bahwa terdapat pengaruh modeling media video cuci tangan terhadap kemampuan

cuci tangan pada siswa kelas 4 di SD Wonosari 02 Mangkang Semarang.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sunusi (2016) membuktikan bahwa

penggunaan video bimbingan nuansa Kalindaqdaq efektif dalam meningkatkan

konsep diri siswa di kelas VII MTs DDI Lapeo Kecamatan Campalagian.

Penelitian Maritasari (2016) membuktikan bahwa penggunaan media media video

senam irama yang dapat meningkatkan keterampilan mencuci tangan adalah

media yang mempertimbangkan karakteristik siswa cerebral palsy dalam

penggunaannya. Penelitian Hariyadi (2015), membuktikan ada pengaruh

pendidikan kesehatan tentang cuci tangan pakai sabun dengan metode

demonstrasi terhadap pengetahuan mencuci tangan pada siswa di SDN Segulung

02 dan SD Segulung 05 Desa Segulung Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.

Penelitian Kurniawan (2017) membuktikan bahwa metode demonstrasi

4
berpengaruh terhadap kemampuan mencuci tangan anak tunagrahita ringan kelas

VII SMPLB.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 8 sampai 9

Januari 2018 pada siswa kelas IV SDN Landungsari 1 dan 2 Kecamatan Dau

Kabupaten Malang, dari hasil observasi yang diperoleh 7 orang siswa (70%) tidak

mampu mencuci tangan dengan benar dan hanya terdapat 3 siswa (30%) yang

mampu melakukan cuci tangan yang sesuai dengan pedoman kesehatan.

Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh modeling video cuci tangan dan demonstrasi terhadap kemampuan cuci

tangan pada siswa kelas V SDN Landungsari 1 Kecamatan Dau Kabupaten

Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti meremuskan masalah penelitian

penelitian yaitu: “Pengaruh modeling video cuci tangan dan demonstrasi terhadap

kemampuan cuci tangan pada siswa kelas V SDN Landungsari 1 dan 2 Kecamatan

Dau Kabupaten Malang?”.

1.3 Tujuan Masalah

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi Pengaruh modeling video cuci tangan dan demonstrasi

terhadap kemampuan cuci tangan pada siswa kelas V SDN Landungsari 1 dan 2

Kecamatan Dau Kabupaten Malang?”.

5
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat kemampuan anak mencuci tangan sebelum modeling

video cuci tangan dan demonstrasi pada siswa kelas V SDN Landungsari 1

dan 2 Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

2. Mengidentifikasi tingkat kemampuan anak mencuci tangan sesudah modeling

video cuci tangan dan demonstrasi pada siswa kelas V SDN Landungsari 1

dan 2 Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

3. Menganlisis pengaruh modeling video cuci tangan dan demonstrasi terhadap

kemampuan cuci tangan siswa kelas V dan VI SDN Landungsari 1 dan 2

Kecamatan Dau Kabupaten Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu manfaat teoritis

dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau

masukan bagi perkembangan ilmu keperawatan dan menambah kajian ilmu

keperawatan khususnya tentang perkembangan kognitif anak dalam melakukan

cuci tangan sesuai dengan teknik yang benar.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi pihat yang

menyelenggarakan pendidikan (pihak SD) untuk menerapkan modeling video

sebagai metode pembelajaran yang dapat membantu tumbuh kembang anak

khususnya tentang perilaku menjaga kebersihan tangan. Hasil penelitian ini juga

6
diharapkan dapat membantu pihak lain (peneliti selanjutnya) dalam penyajian

informasi untuk mengadakan penelitian serupa.

Anda mungkin juga menyukai