Anda di halaman 1dari 14

1

LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
OKSIGENASI

1. Pengertian
Oksigen memegang peranan penting dalam proses tubuh secara fungsional.
Tidak adanya oksigen dapat menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh (Asmadi, 2008). Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh dapat
mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak
merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih
mampu menoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai lima menit. Apabila
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel
otak secara permanen (Kozier dan Erb’s, 1998 dalam Asmadi, 2008).
Oksigen dipasok ke dalam tubuh melalui proses pernapasan atau respirasi
yang melibatkan sistem pernapasan. Sistem pernapasan terdiri dari serangkaian
organ yang berfungsi melakukan pertukaran gas antara atmosfer dengan plasma
melalui proses ventilasi paru-paru, difusi, transporasi oksigen, dan perfusi
jaringan. Fungsi ini berlangsung selama kehidupan untuk mempertahankan
homeostatis dengan mengatur penyediaan oksigen, mengatur penggunaan nutrisi,
melakukan eliminasi sisa metabolisme (karbondioksida), dan mengatur
keseimbangan asam basa (Asmadi, 2008). Terapi oksigen merupakan salah satu
terapi pernapasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen
adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernapas dan mengurangi stress pada miokardium. Beberapa
metode pemberian oksigen menurut Tarwoto dan Wartonah tahun 2003, yaitu:
1) Low flow oxygen system
Menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya
sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi menurut pola
pernapasan pasien.

1
2

2) High flow oxygen system


Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen
dilakukan dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola
pernapasan pasien.

2. Epidemiologi
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara
global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di
dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan
oleh Penyakit Tidak Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang
lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari
seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun,
29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13%
kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang
dari 70 tahun, penyakit cardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%),
diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernapasan kronis, penyakit pencernaan
dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4%
kematian disebabkan diabetes (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

3. Etiologi
Etiologi yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan menurut
Potter dan Perry tahun 2005, yaitu:
1) Faktor fisiologis
Proses fisiologi yang mempengaruhi oksigenasi antara lain:
Proses Pengaruh Pada Oksigenasi
Anemia Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen
Obstruksi jalan Menghambat pengiriman oksigen yang diinsiprasi ke
napas alveoli
Tempat yang tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen inspirator
Meningkatkan frekuensi metabolisme dan kebutuhan
Demam
oksigen di jaringan
3

Mencegah penurunan diafragma dan menurunkan


Pengaruh gerakan
diameter anteroposterior thoraks pada saat inspirasi,
dinding dada
menurunkan volume udara yang diinspirasi.
Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada:
- Kehamilan, ketika fetus mengalami perkembangan selama kehamilan, maka
uterus yang berukuran besar akan mendorong isi abdomen ke atas
diagfragma.
- Obesitas, klien yang obesitas akan mengalami penurunan volume paru. Hal
ini dikarenakan thorak dan abdomen bagian bawah yang berat.
- Kelainan musculoskeletal, kerusakan muskulosetal di region thorak
menyebabkan penurunan oksigenasi.
- Konfigurasi structural yang abnormal.
- Trauma.
- Penyakit otot.
- Penyakit system persarafan.
- Pengaruh penyakit kronis.
2) Faktor Perkembangan
- Bayi Prematur, bayi prematur berisiko terkena penyakit membrane hialin,
yang diduga disebabkan defisiensi surfaktan.
- Bayi dan toddler, bayi dan toddler berisiko mengalami infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA) hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan
asap dari rokok. Selain itu, selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi
berkembang kongesti nasal yang memungkinkan pertumbuhan bakteri dan
meningkatkan potensi terjadinya ISPA. ISPA yang sering dialami adalah
nasofaringitis, faringitis, influenza, dan tonsillitis.
- Anak usia sekolah dan remaja, anak usia sekolah dan remaja terpapar pada
infeksi pernapasan dan faktor-faktor resiko pernapasan, misalnya asap rokok
dan merokok.
- Dewasa muda dan dewasa pertengahan, individu pada usia pertengahan dan
dewasa muda terpapar pada banyak faktor resiko kerdiopulmonar seperti
diet yang tidak sehat, kurang latihan fisik, obat-obatan
4

- Lansia, kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia yang


berhubungan denganosteoporosis dan kalsifikasi tulang rawan kosta. Otot-
otot pernapasan melemahdan sirkulsi pemubuluh darah pulmonar menurun.
3) Faktor Perilaku
- Nutrisi, klien yang kekurangan gizi mengalami kelemahan otot pernapasan.
Kondisi ini menyebabkan kekekuatan otot dan kerja pernapasan menurun.
- Latihan fisik, latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan
kebutuhan oksigen. Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat,
sehingga individu mampu untuk mengatasi lebih banyak oksigen dan
mengeluarkan kelebihan karbondoksida.
- Merokok, dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung,
penyakit paru obstrukti kronis, dan kanker paru.
- Penyalahgunaan substansi, penggunaan alkohol dan obat-obatan secara
berlebihan akan menggganggu oksigenasi jaringan. Kondisi ini sering kali
memiliki asupan nutrisi yang buruk.
4) Faktor Lingkungan
- Abestosis, penyakit paru yang diperoleh dari tempat kerja dan berkembang
setelah individu terpapar asbestosis.
- Ansietas, keadaan yang terus-menerus pada ansietas berat akan
meningkatkan laju metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan
meningkat.

4. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan napas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup,
5

afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi


pertukaran gas (Brunner dan Suddarth, 2002).

Sel kanker bermetastase

Aterosklerosis, trombosis, Beban ventrikel


konstriksi arteri koronaria

Hipertrofi ventrikel kanan


Aliran darah ke jantung ↓

Penyempitan lumen
O2 dan nutrisi ↓
ventrikel kanan

Jaringan miokard
Gagal pompa ventrikel kanan

Nekrose > 30 menit


Bendungan atrium
kanan
Suplai dan kebutuhan O2 ke
jantung tidak adekuat
Bendungan vena
sistemik
Suplai O2 ke miokard ↓

Lien
Gagal pompa ventrikel kiri

Splenomegali
Back failure

Mendesak
LVED ↑ diafragma

Tekanan vena pulmonalis ↑ Sesak napas

Tekanan kapilar paru ↑ Ketidakefektifan


pola napas
Gangguan Edema paru
pertukaran gas

Ronkhi basah

Iritasi mukosa paru

Ketidakefektifan
Reflek batuk ↓ Penumpukan sekret
bersihan jalan napas
6

5. Manisfestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot napas tambahan
untuk bernapas, pernapasan napas faring (napas cuping hidung), dispnea,
ortopnea, penyimpangan dada, napas pendek, napas dengan mulut, ekspirasi
memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi napas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola napas yang tidak
efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2014).
Beberapa tanda dan gejala gangguan pertukaran gas yaitu diaforesis,
dispneu, gas darah arteri abnormal, gelisah, hiperkapnia, hipoksemia, hipoksia,
iritabilitas, sakit kepala ketika bangun, pola pernapasan abnormal (frekuensi,
irama, dan kedalaman napas), sianosis, somnolen, takikardia, warna kulit abnorma
(pucat, kehitam-hitaman) (NANDA, 2015).

6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada gangguan kebutuhan oksigenasi menurut Potter
dan Perry tahun 2005, yaitu:
1) Pemantauan hemodinamika
2) Pengobatan bronkodilator
3) Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal
nebulizer, kanula nasal, dan masker untuk membantu pemberian oksigen.
Gambar Keterangan
Kateter Nasal
Aliran oksigen yang bisa diberikan dengan alat ini
adalah sekitar 1–6 liter/menit dengan
konsentrasi 24%-44%. Prosedur pemasangan kateter
ini meliputi insersi kateter oksigen ke dalam hidung
sampai nasofaring. Persentase oksigen yang mencapai
paru-paru beragam sesuai kedalaman dan frekuensi
pernapasan, terutama jika mukosa nasal membengkak
atau pada pasien yang bernapas melalui mulut.
7

Nasal Kanul
Nasal kanul terdapat dua kanula yang panjangnya
masing-masing 1,5 cm (1/2 inci) menonjol pada
bagian tengah selang dan dapat dimasukkan ke dalam
lubang hidung untuk memberikan oksigen dan yang
memungkinkan klien bernapas melalui mulut dan
hidungnya. Oksigen yang diberikan dapat secara
kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit. Konsentrasi
oksigen yang dihasilkan dengan nasal kanul sama
dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %.
Simple Face Mask
Alat ini memberikan oksigen jangka pendek, kontinyu
atau selang seling serta konsentrasi oksigen yang
diberikan dari tingkat rendah sampai sedang. Aliran
oksigen yang diberikan sekitar 5-8 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen antara 40-60%.
Rebreathing Mask
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi
tinggi yaitu 60-80% dengan aliran 8-12 liter/menit.
Memiliki kantong yang terus mengembang, baik saat
inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi,
oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari
kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada
kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan
udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripadasimple face mask
Non-Rebreathing Mask
Non-rebreathing mask mengalirkan oksigen dengan
konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan
kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Prinsip alat ini
yaitu udara inspirasi tidak bercampur dengan udara
8

ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka


pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi,
dan ada 1 katup lagi yang fungsinya mencegah udara
kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi
4) Penggunaan ventilator mekanik
5) Fisoterapi dada

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan oksigenasi, yaitu:
1) Pemeriksaan fungsi paru, untuk mengetahui kemampuan paru dalam
melakukan pertukaran gas secara efisien.
2) Pemeriksaan gas darah arteri, untuk memberikan informasi tentang difusi
gas melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
3) Oksimetri, Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4) Pemeriksaan sinar X dada, untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur,
dan proses-proses abnormal.
5) Bronkoskopi, untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
6) Endoskopi, untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
7) Fluoroskopi, untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja
jantung dan kontraksi paru.
8) CT-SCAN, untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

8. Konsep Asuhan Keperawatan


8.1 Pengkajian
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Data Subjektif
a) Pasien mengeluh sesak saat bernafas
b) Pasien mengeluh batuk tertahan
c) Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
9

d) Pasien merasa ada suara nafas tambahan


- Data Objektif
a) Pasien tampak tersengal-sengal dan pernafasan dangkal
b) Terdapat bunyi nafas tambahan
c) Pasien tampak bernafas dengan mulut
d) Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung
e) Pasien tampak susah untuk batuk
2) Pola nafas tidak efektif
- Data Subjektif
a) Pasien mengatakan nafasnya tersengal-sengal dan dangkal
b) Pasien mengatakan berat saat bernafas
- Data Objektif
a) Irama nafas pasien tidak teratur
b) Orthopnea
c) Pernafasan disritmik
d) Letargi
3) Gangguan pertukaran gas
- Data Subjektif
a) Pasien mengeluh pusing dan nyeri kepala
b) Pasien mengeluh susah tidur
c) Pasien merasa lelah
d) Pasien merasa gelisah
- Data Objektif
a) Pasien tampak pucat
b) Pasien tampak gelisah
c) Perubahan pada nadi
d) Pasien tampak lelah

8.2 Diagnosa Keperawatan


1) Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler ditandai dengan klien tampak sianosis dan dispnea.
10

2) Ketidakefektifan pola napas, berhubungan dengan kelelahan otot


pernapasan ditandai dengan klien tampak kesulitan dalam bernapas dan
menggunakan otot bantu pernapasan.
3) Ketidakefektifan bersihan jalan napas, berhubungan dengan adanya mukus
atau eksudat di jalan napas ditandai dengan adanya penumpukan mukus di
jalan napas klien.
11

8.3 Intervensi

Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
1. Gangguan - Respiratory status: Gas Airway Management
pertukaran gas, exchange 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi;
berhubungan - Respiratory status: ventilation 2. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan;
dengan perubahan - Vital sign status 3. Monitor respirasi dan status oksigen;
membran alveolar Kriteria hasil: 4. Berikan bronkodilator bila perlu.
kapilar ditandai 1. Mendemonstrasikan Respiratory Monitoring
dengan klien peningkatan ventilasi dan 1. Monitor rata-rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi;
tampak sianosis oksigen yang adekuat; 2. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot
dan dispnea 2. Mendemonstrasikan batuk tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal;
efektif dan suara napas yang 3. Monitor suara napas;
bersih, tidak ada sianosis dan 4. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui
dyspneu; hasilnya.
3. TTV dalam rentang normal.
2. Ketidakefektifan - Respiratory status: airway Airway Management
pola napas, patency 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi;
berhubungan - Respiratory status: ventilation 2. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan;
dengan kelelahan - Vital sign status 3. Berikan bronkodilator bila perlu;
otot pernapasan Kriteria hasil: 4. Monitor respirasi dan status oksigen.
ditandai dengan 1. Mendemonstrasikan batuk Oxygen Therapy
klien tampak efektif dan suara napas yang 1. Pertahankan jalan napas yang paten;
kesulitan dalam bersih, tidak ada sianosis dan 2. Atur peralatan oksigenasi;
12

bernapas dan dyspneu; 3. Monitor aliran oksigen;


menggunakan otot 2. Menunjukkan jalan napas yang 4. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi.
bantu pernapasan paten; Vital Sign Monitoring
3. TTV dalam rentang normal. 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR;
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah;
3. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR sebelum, selama,
dan setelah beraktivitas;
4. Monitor frekuensi dan irama pernapasan.
3. Ketidakefektifan - Respiratory status: airway Airway Management
bersihan jalan patency 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi;
napas, - Respiratory status: ventilation 2. Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan;
berhubungan Kriteria hasil: 3. Berikan bronkodilator bila perlu;
dengan adanya 1. Mendemonstrasikan batuk 4. Monitor respirasi dan status oksigen.
mukus atau eksudat efektif dan suara napas yang Airway Suction
di jalan napas bersih, tidak ada sianosis dan 1. Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suction;
ditandai dengan dyspneu; 2. Minta klien napas dalam sebelum suction;
adanya 2. Menunjukkan jalan napas yang 3. Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk
penumpukan paten; memfasilitasi sucsion nasotrakeal;
mukus di jalan 3. Mampu mengidentifikasikan 4. Monitor status oksigenasi pasien.
napas klien dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas.
13

8.4 Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat
mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan
dimonitor kemajuan klien.

8.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
dilakukan ntuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan.
Adapun cara membandingkannya, yaitu:
S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan.
O (Objective) : adalah informasi yag didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah
tindakan dilakukan.
A (Analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian atau
tidak teratasi.
P (Planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
14

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: ECG.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta:
EGC.
Suciati, N L. 2010. Oxygen Therapy. Karangasem: Nursing Community PPNI
Karangasem.
Tarwoto dan Wartonah. 2003. KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai