Epidemiologi
Lebih dari 20 juta orang Amerika memiliki batu empedu. Ada sekitar 500.000
kolesistektomi yang dilakukan setiap tahun di Amerika Serikat untuk penyakit kandung
empedu. Banyak faktor yang meningkatkan risiko pembentukan batu empedu dan
penyakit kandung empedu. Pasien klasik kolesistitis kronis adalah lemak, 40, subur, dan
perempuan. Insiden pembentukan batu empedu meningkat setiap tahun seiring
bertambahnya usia. Lebih dari seperempat wanita lebih tua dari usia 60 akan memiliki
batu empedu.
Sebagian besar batu empedu tidak menunjukkan gejala. Di Amerika Serikat,
sekitar 14 juta wanita dan 6 juta pria dengan kisaran usia 20 hingga 74 memiliki batu
empedu. Prevalensi meningkat seiring bertambahnya usia seseorang. Obesitas
meningkatkan kemungkinan batu empedu, terutama pada wanita karena peningkatan
sekresi empedu kolesterol. Di sisi lain, pasien dengan penurunan berat badan atau puasa
yang drastis memiliki kemungkinan batu empedu lebih tinggi daripada stasis bilier.
Selain itu, ada juga hubungan hormonal dengan batu empedu. Estrogen telah terbukti
menghasilkan peningkatan kolesterol empedu serta penurunan kontraktilitas kandung
empedu. Wanita usia reproduksi atau yang menggunakan obat kontrasepsi yang
memiliki estrogen mengalami peningkatan pembentukan batu empedu dua kali lipat
dibandingkan pria. Orang dengan penyakit kronis seperti diabetes juga mengalami
peningkatan pembentukan batu empedu serta berkurangnya kontraktilitas dinding
kandung empedu karena neuropati.
( Dipiro, 2016)
II. Patofisiologi
Tanda iritasi pada peritoneum dan dapat menjalar ke ke bahu kanan atau skapula
Rasa nyeri yang dimulai pada bagian epigastrium dan kemudian melokalisasikan ke
kuadran kanan atas
Mual
muntah
Demam
Nyeri awal mungkin kolik yang hampir selalu dan menjadi konstan
(Bloom, 2019).
a. Kolesistitis Derajat 1
`pasien dengan infalamasi ringan pada kandung empedu, tanpa disertai disfungsi
organ, dan koleistektomi dapat dilakukan dengan aman dan berisiko rendah. Pasien
pada kondisi ini tidak memenuhi kriteria untuk kolesistitis sedang atau berat
b. Kolesistitis Derajat 2
Salah satu kriteria yang harus dipenuhi yaitu :
1. Leukositosis
2. Massa teraba di abdomen kuadran atas
3. Keluhan berlangsung lebih dari 72 jam
4. Inflamasi local yang jelas (peritonitis bilier, abses perikolesistikus, abses hepar,
kolesistitis gangrenosa, kolesistitis emfisematosa) derajat ini akan menyulitkan
pasien untuk melakukan kolesistektomi.
c. Kolesistitis Derajat 3
1. Disfungsi kardiovaskular (hipotensi dilatasi dengan dopamine atau dobutamin)
2. Disfungsi neurologis (penurunan kesadaran)
3. Disfungsi pernapasan (rasio PaO2/FiO2 < 300)
4. Disfungsi renal (Oligouria, kreatitin > 2 mg/dL)
5. Disfungsi hepar (PT-INR >1,5)
6. Disfungsi hematologi (trombosit < 100.000/mm)
(Fermansyah,2015)
V. Tata laksana
Untuk kelas II AC, jika pasien memenuhi kriteria CCI ≤5 dan ASA-PS ≤2,
TG18 merekomendasikan dilakukan Lap-C lebih awal dengan ahli bedah yang
berpengalaman; dan jika tidak, setelah perawatan medis dan / atau drainase kantong
empedu, setelah itu baru dilakukan Lap-c Dalam TG-18, Lap-C ditunjukkan pada pasien
Kelas III dengan kriteria yang tepat, untuk pasien kegagalan sistem organ , dan faktor
prediktif negatif, yang memenuhi kriteria CCI ≤3 dan ASA-PS ≤2 dan yang sedang
dirawat di pusat lanjutan (di mana terdapat praktek dokter bedah yang berpengalaman).
Jika pasien tidak memenuhi syarat untuk dilakukan pembedahan awal, TG18
merekomendasikan drainase bilier dini / drainaes bilier yang cukup mendesak dengan
Lap-C yang ditunda dan dilakukan ketika kondisi keseluruhan pasien membaik.
(Akomoto,et al ,2017)
Terapi Non- Farmakologi :
Istirahat total
Pemberian nutrisi parenteral
Diet ringan rendah lemak
Menjaga pola kebersihan dan pola makan
Hindari makanan bergas
( Dipiro, 2016)
Daftar Pustaka