Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia makhluk yang berakal, akal membedakan manusia dengan makhluk

lainnya, seperti hewan dan tumbuhan bahkan jin dan malaikat. Manusia mempunyai

kemampuan untuk mencapai tujuan hidupnya dalam kehidupan sehari-hari dengan

menggunakan akalnya. Manusia dapat membuat peralatan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Kemampuan manusia membuat peralatan bukanlah hal yang

dapat dilakukan dengan begitu saja, tetapi telah melalui proses pengalaman.

Pengalaman-pengalaman yang telah dilalui menjadi dasar bagi pembentukan

pengetahuan. Dengan pengetahuan yang telah dimiliki manusia dapat membuat

peralatan tersebut.
Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman untuk membuat alat

menyebabkan manusia terus mengembangkan pengetahuannya, untuk

mengembangkan pengetahuannya tersebut dibutuhkan juga alat. Alat yang baik

memungkinkan manusia memperoleh pengetahuan baru melalui aktivitas berpikir

yang benar.
Berpikir benar memerlukan sarana atau alat berpikir. Sarana ini bersifat pasti,

maka aktivitas keilmuan tidak akan maksimal tanpa sarana berpikir ilmiah tersebut.

Bagi seorang ilmuwan penguasaan sarana berpikir merupakan suatu keharusan,

karena tanpa penguasaan sarana ilmiah tidak akan dapat melaksanakan kegiatan

ilmiah yang baik (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010). Penguasaan sarana ilmiah

sangat penting bagi ilmuwan agar dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik.

Sarana berpikir ilmiah membantu manusia menggunakan akalnya untuk berpikir

dengan benar dan menemukan ilmu yang benar.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Logika ?
2. Apa saja Macam-macam Logika ?
3. Bagaimana Kegunaan Logika ?
4. Apa Pengertian Sarana Berpikir Ilmiah ?
5. Apa saja Tujuan Sarana Berpikir Ilmiah ?
6. Bagaimana Fungsi Sarana Berpikir Ilmiah ?
7. Bagaimana Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah ?
8. Bagaimana Logika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Logika
2. Untuk mengetahui Macam-macam Logika
3. Untuk mengetahui Kegunaan Logika
4. Untuk mengetahui Pengertian Sarana Berpikir Ilmiah
5. Untuk mengetahui Tujuan Sarana Berpikir Ilmiah
6. Untuk mengetahui Fungsi Sarana Berpikir Ilmiah
7. Untuk mengetahui Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
8. Untuk mengetahui Logika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Logika


Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.

Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka

proses berfikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan

baru dianggap sahih (valid) saat proses penarikan kesimpulan itu dilakukan menurut

cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan (inferensi) ini disebut logika, dimana logika

secara luas dapat didefenisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”.

Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus,

teapt, dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki,

merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Berpikir adalah

objek material logika. Berpikir disini adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia.

Dengan berpikir, manusia ‘mengolah’, ‘mengerjakan’ pengetahuan yang telah

diperolehnya. Dengan mengolah dan mengerjakannya, ini terjadi dengan

mempertimbangkannya, menguraikan, membandingkan, serta menghubungkan

pengertian yang satu dengan pengertian lainnya. Dalam logika berpikir dipandang

dari sudut kelurusan san ketepatannya. Karena berpikir lurus dan tepat, merupakan

objek formal logika. (Suhartono, 2010).

Logika menurut Gie (1980) dapat digolongkan menjadi loma macam yaitu (i)

logika dalam pengertian luas dan semput; (ii) logika deduktif dan logika induktif;

3
4

(iii) logika formal dan material; (iv) logia murni dan logika terapan; dan (v) logika

filsafati dan logika matematik.

Pertama, logika makna luas dan logika makna sempit. Dalam arti sempit istilah

tersebut dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal. Sedangkan dalam

arti yang lebih luas, pemakaiannya mencangkup kesimpilan-kesimpulan dari

berbagai bukti dan tentang bagaimana sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam

serta meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.

Kedua, logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah suatu

ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni

suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian/

peneiscayaan dari pangkal pikirnya sehingga bersifat benar menurut bentuknya

(saja). Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas

penalaran yang benar dari sejumlah hal khusus sampai pada kesimpula unun yang

bersifat boleh jadi (probabiliti).

Ketiga, logika formal dan logika material. Logika formal mempelajari asa,

aturan, atau hukum-hukum berpikir yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir

dengan benar dan mencapai kebenaran. Logika material mempelajari langsung

pekerjaan akal, serta menilai hasil-hasil logika foemal dan mengujinya dengan

kenyataan praktis yang sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber

dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan

akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu. Logika formal dinamakan juga

logika minor, sedangkan logika material dinamakan logika mayor. Yang disebut

logika formal adalah ilmu yang mengandung kumpulan kaidah cara berpikir yang

sistematis untuk mencapai kebenaran.


5

Keempat, logika murni dan logika terapan. Logika murni merupakan suatu

pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi

dan bagian dari pernyataan-pernyataan dengan tanpa mempersoalkan arti khusus

dalam suatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud.

Logika terapan adalah pengetahui logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu,

bidang-bidang filsafat, dan juga dalam perbicaraan yang mempergunakan bahasa

sehari-hari.

Kelima, logika filsafati dan logika matematik. Logika filsafati dapat

digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih berhubungan sangat

erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat, seperti logika kewajiban dengan etika

atau logika arti dengan metafisika. Adapun logika matematik merupakan suatu ragam

logika yang menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan motode

matematika serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk menghindarkan

makna ganda (bias) atau kekaburan yang tedapat dalam bahasa Indonesia biasa.

Logika berasal dari kata Yunani Kuno (Logos) yang berarti hasil

pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.

Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logical scientia) atau

ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara

lurus, tepat, dan teratur.

Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan

mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam

tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut dapat juga diartikan dengan masuk

akal.
6

Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana objek materialnya

adalah berpikir (khususnya penalaran/ proses penalaran) dan objek formal logika

adalah berpikir/ penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Sebagai cabang

filsafat, logika merupakan cabang filsafat yang praktis. Prakyis disini berarti logika

dapat diartikan dalam kehidupan sehari-hari.

Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha

untuk memperkenalkan pemikiran dan pendapat-pendapatnya, para filsuf Yunani

kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan

kesesatan penalarannya.

Logika didefinisikan sebagai : pengkajian untuk berpikir secara sahih.

Logika dipakai untuk menarik kesimpulan dari suatu proses berpikir bedasar cara

tertentu, yang mana proses berpikir disini merupakan suatu penalaran untuk

menghasilkan suatu pengetahuan.

Logika secara garis besar dipilahkan dalam dua bagian, yaitu: induksi dan

deduksi. Induksi merupakan suatu cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan

yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

Contoh penalaran induksi: fakta memperlihatkan, kambing mempunyai mata,

gajah mempunyai mata, begitu pula singa, kucing dan binatang-binatang lainnya.

Dalam induksi ini disimpulkan secara umum bahwa: semua binatang mempunyai

mata.

Contoh penalaran deduksi: contoh berikut memakai pola pikir yang

dinamakan silogisme, suatu pola berpikir yang digunakan dalam menarik kesimpulan

secara deduksi.

- Semua makhluk mempunyai mata (premis mayor)


- Si Polan adalah makhluk (premis minor)
7

- Jadi si Polan mempunyai mata (Kesimpulan)


Penarikan kesimpulan melalui deduksi harus memenuhi syarat; premis mayor

harus benar. Premis minor harus benar. Kesimpulan harus sahih (mempunyai

keabsahan) (Suhartono, 2010).

2.2. Macam-macam Logika


Logika dipilah dalam logika alamiah dan logika ilmiah. Logika alamiah adalah

kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi

oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif.

Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Sedangkan logika ilmiah

memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah menjadi ilmu

khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setia penalaran. Berkat

pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih

teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk

menghindarkan kesesatan atau paling tidak, mengurangi kesesatan. (Suhartono,

2010).

2.3. Kegunaan Logika

Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang

bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Dalam prespektif tradisional, logika

dipelajari sebagai cabang filsafat, tetapi juga dapat dianggap sebagai cabang

matematika.

Adapun kegunaan logika adalah: (i) membantu setiap orang yang

mempelajari pola berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan

koheren; (ii) Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif;

(iii) Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan

mandiri; (iv) Menyadarkan dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan
8

menggunakan asas-asas penalaran secara sistematis; (v) Meningkatkan cinta akan

kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan serta kesesatan;

dan (vi) Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.

2.4. Pengertian Sarana Berpikir Ilmiah


”Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah

dalam berbagai langkah yang harus ditempuh”. Sarana ilmiah merupakan suatu alat,

dengan alat ini manusia melaksanakan kegiatan ilmiah. Pada saat manusia

melakukan tahapan kegiatan ilmiah diperlukan alat berpikir yang sesuai dengan

tahapan tersebut. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya karena manusia

berpikir mengikuti kerangka berpikir ilmiah dan menggunakan alat-alat berpikir yang

benar.
Untuk mendapatkan ilmu diperlukan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir

diperlukan untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik dan teratur. Sarana berpikir

ilmiah ada empat, yaitu: bahasa, logika, matematika dan statistika. Sarana berpikir

ilmiah berupa bahasa sebagai alat komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan

pikiran kepada orang lain, logika sebagai alat berpikir agar sesuai dengan aturan

berpikir sehingga dapat diterima kebenarannya oleh orang lain, matematika berperan

dalam pola berpikir deduktif sehingga orang lain lain dapat mengikuti dan melacak

kembali proses berpikir untuk menemukan kebenarannya, dan statistika berperan

dalam pola berpikir induktif untuk mencari kebenaran secara umum Surisumantri

(2003).

2.5. Tujuan Sarana Berpikir Ilmiah


Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita

melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu


9

dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa

memecahkan masalah kita sehari-hari.


Harus dibedakan antara tujuan mempelajari sarana ilmiah dan tujuan

mempelajari ilmu. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan

kegiatan penelaahan ilmiah. Untuk memaksimalkan kemampuan manusia dalam

berpikir menurut kerangka berpikir yang benar maka diperlukan pengetahuan tentang

sarana berpikir ilmiah dengan baik pula. Manusia mempelajari ilmu agar dapat

menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya.

Dengan ilmu yang telah dipelajarinya manusia dapat meningkatkan kemakmuran

hidupnya Suriasumantri (2003).

2.6. Fungsi Sarana Berpikir Ilmiah


Fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah, dan bukan

merupakan ilmu itu sendiri”. Sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas

dalam kegiatan ilmiah secara menyeluruh dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Keseluruhan tahapan kegiatan ilmiah membutuhkan alat bantu yang berupa sarana

berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah hanyalah alat bantu bagi manusia untuk

berpikir ilmiah agar memperoleh ilmu. Sarana berpikir ilmiah bukanlah suatu ilmu

yang diperoleh melalui proses kegiatan ilmiah (Suriasumantri, 2003).

2.7. Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahasa yang dipergunakan untuk

komunikasi ilmiah hendaknya reproduktif dan antiseptif yaitu jelas, benar dan bebas

emosi. Karena suatu tulisan ilmiah merupakan suatu komunikasi ilmiah maka

persyaratan tersebut diatas dapat dipenuhi maka banyak aspek dari bahasa dalam

tulisan ilmiah yang perlu mendapat perhatian yaitu antara lain pilihan kata, susunan

kalimat, dan susunan paragraf.


10

1. Pilihan Kata
Dalam suatu tulisan ilmiah kata yang dipergunakan hendaknya kata yang

cermat, baku, dan lazim.


Kata-cermat adalah kata yang dapat mengespresikan dengan tepat ide

atau pikiran yang akan disampaikan oleh sipenulis. Sering dijumpai banyak kata

sinonim yang artinya mirip akan etapi penggunaannya berbeda seperti

membedakan-memilah-menggolongkan, sakit-nyeri, panas-demam, pusing-

pening. Selain itu terdapat juga suatu kata yang berarti ganda misalnya kata hati

dapat berarti perasaan atau liver. Dalam hal seperti ini sipenulis harus berhati-

hati dan mampu memilih kata-kata yang paling tepat.


Kata-baku adalah kata yang resmi, benar dan baik. Kata yang tidak baku

seperti kata asing, dialek lokal atau kata plesetan sebaiknya dihindari. Sebagai

contoh adalah kata ngapain, seantero dan mendingan. Kata dialek tersebut

sebaiknya diganti dengan kata “ mengapa, diseluruh dan lebih baik “. Sekiranya

terpaksa digunakan maka harus ditulis miring atau dengan garis bawah.
Kata-lazim mengandung arti bahwa kata yang dipergunakan dalam suatu

tulisan ilmiah hendaknya kata yang sudah diakui dan dipergunakan secara luas

oleh masyarakat, khususnya masyarakat ilmiah. Sebagai contoh adalah kata

mangkus dan sangkil. Kedua kata ini sebenarnya sudah dibakukan sebagai

pngganti kata efektif dan efesien akan tetapi tampaknya kedua kata ini belum

memasyarakat. Seandainya ingin dipakai maka sebaiknya diberi penjelasan arti.


2. Susunan Kalimat
Dalam suatu tulisan ilmiah susunan kalimat yang dipergunakan

hendaknya mampu menyampaikan informasi kepada pembacanya dengan tepat

dan jelas seperti yang dikehendaki oleh penulis tanpa menimbulkan salah tafsir

atau keraguan. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif.


Karakteristik suatu kalimat efektif adalah :
a. Jelas
11

Jelas artinya dapat secara tepat menyampaikan pesan informasi yang akan

disampaikan oleh penulis. Agar suatu kalimat jelas artinya, pemilihan kata

atau istilah maupun susunan kalimat harus tepat. Untuk mencapai hal ini

maka penguasaan istilah maupun tata bahasa sangat diperlukan.


b. Ringkas
Dalam suatu karya ilmiah hendaknya digunakan kalimat yang seringkas

mungkin, dengan catatan bahwa meskipun ringkas akan tetapi kejelasan

maksudnya tidak berkurang. Kalimat yang telalu panjang atau

berputar0putar bukan saja merupakan pemborosan, akan tetapi juga dapat

mengurangi kejelasan arti.


c. Sesuai dengan kaidah bahasa yang benar
Agar pesan ilmiah dalam suatu karya ilmiah dapat terekspresi secara jelas

diperlukan susunan kalimat yang benar dan jelas. Untuk mencapai hal itu

diperlukan susunan tatabahasa yang benar dan karenanya seorang penulis

karya ilmiah perlu mempelajari dan menguasai tata bahasa secara baik.
d. Enak dibaca
Disamping jelas, ringkas, dan benar susunan kalimat dalam suatu karya

ilmiah hendaknya enak dibaca. Tulisan yang enak dibaca akan menarik

orang untuk membaca dan mendalami lebih lanjut suatu tulisan ilmiah,

sebaliknya tulisan yang menjemukan akan menurunkan minat dan semangat

orang yang membacanya. Salah satu cara agar tulisan enak dibaca adalah

dipakai pilihan dan susunan kata yang bervariasi.


3. Susunan Paragraf
Suatu paragraf biasanya merupakan suatu unit informasi yang akan

disampaikan oleh sipenulis baik merupakan baik berupa suatu fakta maupun

konsep. Isi dari suatu paragraf harus relevan dengan topik induknya. Susunan

kalimat dalam paragraf harus sitematik dan secara jelas mengespresikan

informasi yang akan disampaikan. Pola penyampaikan informasi dalam suatu


12

paragraf dapat bersifat deduktif maupun induktif. Penyampaian secara deduktif

artinya penyampaikan informasi dimulai dari informasi utama kemudian

diteruskan dengan penjabarannya secara lebih rinci sedangkan penyampaian

secara induktif mempunyai alur sebalkinya yaitun penjelasan dimulai dari hal

khusus kemudian diteruskan dengan hal khusus kemudian diteruskan dengan hal

yang lebih umum.


2.8. Logika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Sebagai sarana berpikir ilmiah, logika mengarahkan manusia untuk berpikir

dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar. Dengan logika

manusia dapat berpikir dengan sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya. Jika ingin melakukan kegiatan berpikir dengan benar maka harus

menggunakan kaidah-kaidah berpikir yang logis. Dengan logika dapat dibedakan

antara proses berpikir yang benar dan proses berpikir yang salah.
Ada tiga aspek penting dalam memahami logika, agar mempunyai pengertian

tentang penalaran yang merupakan suatu bentuk pemikiran, yaitu pengertian,

proposisi, dan penalaran. Pengertian merupakan tanggapan atau gambaran yang

dibentuk oleh akal budi tentang kenyataan yang dipahami, atau merupakan hasil

pengetahuan manusia mengenai realitas. Proposisi atau pernyataan adalah rangkaian

dari pengertian-pengertian yang dibentuk oleh akal budi atau merupakan pernyataan

mengenai hubungan yang terdapat di antara dua buah term. Penalaran adalah suatu

proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan Susanto (2011).


Keberadaan ketiga aspek tersebut sangat penting dalam memahami logika.

Dimulai dari membentuk gambaran tentang obyek yang dipahami, kemudian

merangkainya menjadi sebuah hubungan antar obyek, dan terakhir melakukan proses

berpikir yang benar untuk menghasilkan pengetahuan. Tiga aspek dalam logika

tersebut harus dipahami secara bersama-sama bagi siapapun yang hendak memahami
13

dan melakukan kegiatan ilmiah. Tanpa melalui ketiga proses aspek logika tersebut,

manusia akan sulit memperoleh dan menghasilkan kegiatan ilmiah yang benar.
Terdapat dua cara penarikan kesimpulan melalui cara kerja logika. Dua cara itu

adalah induktif dan deduktif. Logika induktif adalah cara penarikan kesimpulan dari

kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan rasional.

Logika deduktif adalah cara penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum

rasional menjadi kasus-kasus yang bersifat khusus sesuai fakta di lapangan

(Sumarna, 2008).
Kedua jenis logika berpikir tersebut bukanlah dua kutub yang saling

berlawanan dan saling menjatuhkan. Kedua jenis logika berpikir tersebut merupakan

dua buah sarana yang saling melengkapi, maksudnya suatu ketika logika induktif

sangat dibutuhkan dan harus digunakan untuk memecahkan suatu masalah, dan pada

saat lain yang tidak dapat menggunakan logika induktif untuk memecahkan masalah

maka dapat digunakan logika deduktif. Seseorang yang sedang berpikir tidak harus

menggunakan kedua jenis logika berpikir tersebut, tetapi dapat menggunakan satu

logika berpikir sesuai dengan kebutuhan obyek dan kemampuan individunya.


14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dalam

berbagai langkah yang akan ditempuh agar memperoleh pengetahuan dengan benar.
Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah agar dapat melakukan

kegiatan penelaahan ilmiah dengan baik untuk memperoleh pengetahuan yang benar

sehingga dapat meningkatkan kemakmuran hidup.


Keseluruhan tahapan kegiatan ilmiah membutuhkan alat bantu yang berupa

sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah berfungsi hanyalah sebagai alat bantu

bagi manusia untuk berpikir ilmiah agar memperoleh ilmu.


Bahasa merupakan sarana mengkomunikasikan cara-cara berpikir sistematis

dalam memperoleh ilmu. Tanpa kemampuan berbahasa, seseorang tidak akan dapat

melakukan kegiatan ilmiah secara sistematis dan benar.


Logika sebagai sarana berpikir ilmiah mengarahkan manusia untuk berpikir

dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang benar. Logika membantu

manusia dapat berpikir dengan sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya. Jika ingin melakukan kegiatan berpikir dengan benar maka harus

menggunakan kaidah-kaidah berpikir yang logis. Logika dapat membedakan antara

proses berpikir yang benar dan proses berpikir yang salah.

3.2 Saran

15
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas diharapkan pembaca dapat

memahami benar apa itu logika, macam-macam logika, kegunaan logika, sarana

berpikir ilmiah, tujuan sarana berpikir ilmiah, fungsi sarana berpikir ilmiah, bahasa

sebagai sarana berpikir ilmiah, logika sebagai sarana berpikir ilmiah. Sehingga
15

nantinya pembaca dapat menambah pendapatnya atau memperbaiki makalah jika

perlu.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press

Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan

Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Suhartono, Taat Putra. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM. 2010. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar

Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty


16

Anda mungkin juga menyukai