Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan angka harapan hidup menyebabkan jumlah penduduk

golongan lanjut usia (lansia) juga meningkat. Indonesia sebagai salah satu

Negara berkembang juga akan mengalami peningkatan jumlah lansia.

Indonesia termasuk lima besar Negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di

dunia, yakni mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6% dari jumlah penduduk (Badan

Pusat Statistik, 2010).

Proses penuaan (aging process) merupakan suatu proses yang alami

ditandai dengan adanya perubahan kondisi fisik, psikologis, maupun social

dalam berinteraksi dengan orang lain. Perubahan tersebut meliputi pensiun,

penyakit atau ketidakmampuan fisik, penempatan dalam panti wredha,

kematian pasangan dan kebutuhan untuk merawat pasangan yang

kesehatannya menurun. Perasaan tidak berguna dan tidak diinginkan akan

membuat lansia mengembangkan perasaan rendah diri dan marah. Perasaan

ini akan berpengaruh terhadap masalah sosial dan pribadi lansia. Salah satu

masalah psikologis adalah depresi.

Menurut World Health Organization (WHO), depresi merupakan suatu

gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan

kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan

makan atau tidur, kurang energy, dan konsentrasi rendah. Tingginya stressor

1
2

dan peristiwa-peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan dapat

menimbulkan kemungkinan lanjut usia mengalami kecemasan, kesepian,

sampai pada tahap depresi (Saputri, 2011).

Prevalensi kejadian depresi pada lansia mencapai angka 1% sampai

5% dan gejala depresi pada lansia hampir muncul pada 20% lansia. Menurut

World Health Organization (WHO), prevalensi kejadian depresi pada lansia

bervariasi antara 10-20% dan hal ini tergantung pada budaya dan situasi

daerah di dunia. Depresi pada populasi lansia diperkirakan 1-2%, prevalensi

perempuan 1,4% dan laki-laki 0,4%. Suatu penelitian menunjukkan variasi

prevalensi depresi pada lansia antara 0,4-35%, rata-rata prevalensi depresi

mayor 1,8%, depresi minor 9,8%, dan gejala klinis depresi nyata 13,5%.

Sekitar 15% lansia tidak menunjukkan gejala depresi yang jelas dan depresi

terjadi lebih banyak pada lansia yang memiliki penyakit medis.

Penderita depresi harus ditangani secara komprehensif. Baik oleh

tenaga professional maupun kerjasama dari lingkungan sekitar penderita. Tata

laksana depresi pada lansia dipengaruhi tingkat keparahan dan kepribadian

seseorang. Pada depresi ringan dan sedang, psikoterapi merupakan tata

laksana yang dilakukan dan berhasil. Penanganan depresi tidak hanya

menggunakan farmakoterapi tetapi juga dapat menggunakan psikoterapi.

Psikoterapi merupakan cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang

pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan

professional secara sukarela dengan maksud hendak menghilangkan,


3

mengubah, atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku

yang terganggu, dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara

positif. Psikoterapi bertujuan agar klien mampu memahami tingkah lakunya

dan mengganti tingkah laku yang lebih konstruktif melalui pemahaman-

pemahaman yang selama ini kurang baik dan cenderung merugikan baik diri

sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar (Nasir & Muhith, 2011).

Terdapat berbagai bentuk pencegahan dan pengobayan terhadap

kondisi depresi misalnya melalui terapi farmakologi, psikoterapi, dan melalui

olahraga. Menurut NIMH, kerapuhan terhadap depresi adalah akibat dari

pengaruh interaksi berbagai gen dengan faktor lingkungan seperti kurang

berolahraga. olahraga merupakan aktivitas fisik yang didiga dapat

meningkatkan kondisi mood arah postitif. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Wulandari & Santoso (2015) bahwa senam otak

berpengaruh terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia di Rumah

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo, Ungaran Semarang.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis ingin menerapkan

terapi senam lansia untuk menurunkan tingkat depresi pada lansia di Wisma

Surtikanti, Rumah Palayan Sosial Lanjut Usia Wening Wardhoyo Ungaran.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah yang

diangkat adalah bagaimana pengaruh senam lansia terhadap penurunan tingkat

depresi lansia.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap penurunan tingkat

depresi pada lansia.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia,

pendidikan dan pekerjaan.

b. Menggambarkan tingkat depresi lansia sebelum dilakukan senam

lansia.

c. Menggambarkan tingkat depresi lansia setelah dilakukan senam lansia.

d. Menganalisis pengaruh senam lansia terhadap penurunan tingkat

depresi pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan senam lansia.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan terutama pada lansia yang mengalami

depresi dengan menggunakan senam lansia.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh

senam lansia terhadap penurunan tingkat depresi pada lansia.

3. Bagi Peneliti

a. Memberikan informasi cara menurunkan tingkat depresi pada lansia

dengan menggunakan senam lansia.

b. Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta

pengalaman peneliti.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam melakukan penelitian

selanjutnya tentang pengaruh senam lansia terhadap penurunan tingkat

depresi pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai