Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


DOKTER INTERNSHIP PUSKESMAS TANRALILI
KABUPATEN MAROS
PERIODE SEPTEMBER

GIZI IBU HAMIL

A. LATAR BELAKANG
Status gizi merupakan ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
ibu hamil. Status gizi juga dapat diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan
oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Gizi secara langsung
dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit. Asupan gizi sangat menentukan
kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa
kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita
normal. Ibu hamil memerlukan tambahan semua zat gizi. Zat gizi yang sering
menjadi kekurangan pada ibu hamil adalah energi protein dan beberapa mineral
seperti zat besi dan kalsium.
Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang
dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat subjektif maupun yang
bersifat objektif. Status gizi janin ditentukan antara status gizi ibu sebelum dan
selama kehamilan. Status gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh keadaan sosial
ekonomi, keadaan kesehatan dan gizi ibu, paritas dan jarak kehamilan jika yang
dikandung bukan anak yang pertama. Penilaian status gizi ibu hamil dapat diukur
melalui Berat Badan (BB), Hemoglobin (Hb), Relative Body Weight (RBW) dan
Lingkar Lengan Atas (LILA).
Lingkar lengan atas (LILA) yang secara umum digunakan untuk
mengidentifikasi status gizi pada anak di negara berkembang. Di Indonesia sendiri,
LILA juga dapat digunakan untuk menjaring ibu hamil yang berpotensi melahirkan
bayi berat lahir rendah (BBLR). Dibandingkan dengan indikator antropometri
lainnya, LILA paling praktis penggunaannya di lapangan, oleh sebab itu beberapa
penelitian merekomendasikan LILA dapat digunakan dalam memprediksi hasil
kehamilan . LILA dengan cut off point 23,5 cm dipergunakan untuk menjaring ibu
hamil yang beresiko melahirkan bayi BBLR (< 2500 gr).
Ibu yang sejak awal mengalami KEK (kurang Energi kronik) akan lebih
beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu berat badan
bayi <2500 gr.
Status gizi bu hamil akan berpengaruh terhadap ibu maupun janin. LILA
menunjukkan status nutrisi ibu hamil. LILA < 23,5 cm menunjukkan status nutrisi ibu
hamil kurang dan harus mendapatkan penanganan agar tidak terjadi komplikasi pada
janin. Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada
ibu, seperti anemia, perdarahan dan berat badan ibu tidak bertambah secara normal
serta terkena penyakit infeksi. Ibu yang sejak awal mengalami KEK (kurang Energi
kronik) akan lebih beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
yaitu berat badan bayi <2500 gr. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum
(mati dalam kandungan) dan lahir dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
Menurut RISKESDAS Tahun 2007, prevalensi nasional Kurang Energi
Kronis pada Wanita Usia Subur (berdasarkan LILA yang disesuaikan dengan umur)
adalah 13,6%. Prevalensi Kurang Energi Kronis pada Wanita Usia Subur di Jawa
Tengah sebesar 18,45%. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Blora pada tahun
2009 prevalensi KEK pada Ibu Hamil sebanyak 16,18% meningkat menjadi 17,54%
pada tahun 2010. Proporsi BBLR di Kabupaten Blora pada tahun 2009 sebanyak
9,86% meningkat pada tahun 2010 sebanyak 11,27%. Wilayah Puskesmas Ngawan
pada tahun 2010, terdapat 357 ibu hamil dan 69 ibu hamil (19,33%) mengalami KEK,
serta terdapat 41 kasus bayi lahir dengan BBLR (11,48%) .
B. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Kebutuhan zat gizi selama hamil lebih besar dibandingkan dengan pada
sebelum hamil, terutama untuk zat gizi tertentu. Pada setiap tahap kehamilan, seorang
ibu hamil membutuhkan gizi yang seimbang, yaitu makanan dengan kandungan zat-
zat gizi yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi tubuh dan perkembangan janin.
Berdasarkan penelitian dijelaskan bahwa kurangnya pengetahuan ibu yang
sedang hamil di trimester pertama tentang makanan bergizi disebabkan karena di
pengaruhi oleh lingkungan keluarga, adanya tradisi turun temurun dalam keluarga,
kebiasaan-kebiasaan makanan yang harus dipantang yang mengakibatkan tidak
terpenuhi makanan bergizi saat hamil.
WHO melaporkan bahwa setengah ibu hamil mengalami anemia, secara
global 55% dimana secara bermakna trimester I lebih tinggi mengalami anemia. Di
Indonesia prevalensi anemia tahun 1970-an, wanita hamil sekitar 46,5-70% pada
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992 dengan angka anemia ibu
hamil sebesar 63,5% sedangkan data SKRT turun menjadi 50,9%. Pada tahun 1999
didapatkan anemia gizi pada ibu hamil sebesar 39,5%, tahun 2001, didapatkan
anemia zat gizi pada ibu hamil mencapai 40,1%, banyak faktor yang terkait dengan
status anemia ibu hamil yaitu status sosial ekonomi, serta perolehan tablet zat besi
(Fe).
C. PEMILIHAN INTERVENSI
Berdasarkan permasalahan diatas, maka kami bermaksud mengadakan
penyuluhan kepada ibu hamil terkait masalah asupan gizi pada ibu hamil. Materi
penyuluhan meliputi gizi yang dibutuhkan ibu hamil, sumber makanan yang
mengandung gizi esensial bagi ibu hamil, manfaat asupan gizi ibu hamil dan risiko
bila asupan gizi tidak terpenuhi
D. PELAKSANAAN
Penyuluhan gizi ibu hamil dilakukan hari selasa, 20 Desember 2018
bertempat di PKM Tanralili. Penyuluhan ini dibawakan dirangkaikan dengan
kegiatan posyandu di PKM Tanralili dengan metode lisan. Setelah penyampaian
materi, dibuka sesi diskusi dan tanya jawab antara peserta dan pemateri. Penyuluhan
Gizi ini cukup menarik minat masyarakat dan petugas kesehatan dan mereka terlihat
cukup antusias mendengarkan.
Berdasarkan hasil evaluasi dari hasil tanya jawab didapatkan tingkat
pemahaman dan kesadaran masyarakat meningkat setelah diadakan penyuluhan. Hal
ini dapat terlihat dari pertanyaan serta saran yang diberikan oleh peserta penyuluhan.
Semua peserta, memberikan respon yang cukup positif mengenai perlunya seseorang
mengetahui mengenai asupan gizi ibu hamil. Selain itu, ada beberapa pertanyaan
yang diberikan oleh petugas kesehatan di puskesmas termasuk bidan dan kader desa.
Peningkatan pengetahuan masyarakat dan petugas kesehatan mengenai asupan gizi
ibu hamil dapat membantu pelayanan kesehatan di puskesmas dalam hal program
pengembangan gizi masyarakat di puskesmas.

E. EVALUASI
1.Kesimpulan
Penyuluhan dilakukan berbarengan dengan pelaksanaan posyandu sehingga
lebih mudah untuk mengarahkan ibu-ibu yang datang untuk mengikuti penyuluhan.
Pelaksanaan penyuluhan berjalan lancar seperti yang telah direncanakan.
Peserta cukup antusias mengikuti penyuluhan, hal itu terlihat dari adanya
respon yang baik dengan menyimak saat materi dipaparkan. Pada saat sesi tanya-
jawab, peserta aktif untuk bertanya, meskipun ada beberapa peserta yang bertanya di
luar materi penyuluhan.
2. Saran
Program penyuluhan asupan gizi ibu hamil ini penting untuk dilaksanakan
bukan hanya di berpusat di PKM Getengan namun juga dapat dilakukan di desa-desa
lainnya dan sebaiknya dirangkaikan dengan kegiatan posyandu sehingga jumlah
peserta dapat maksimal. Terlebih karena banyaknya ibu yang belum terlalu paham
mengenai asupan gizi ibu hamil. Anggapan bahwa makanan bergizi adalah makanan
yang mahal perlu untuk diluruskan kembali serta pola makan yang berlebihan, tidak
teratur, dan tidak sehat. Dengan penyuluhan ini setiap keluarga mampu memperbaiki
pola konsumsi sehari-hari terutama bagi keluarga yang didalamnya terdapat ibu yang
sedang hamil.
Pada pelaksanaan penyuluhan asupan gizi ibu hamil selanjutnya, persiapan
sarana terutama tempat perlu diperhatikan agar peserta penyuluhan dapat mengikuti
penyuluhan dengan lebih nyaman. Jumlah peserta diharapkan lebih banyak, tidak
hanya terbatas pada ibu yang mengikuti posyandu namun juga seluruh masyarakat
daerah cakupan. Materi dan metode penyuluhan juga sebaiknya lebih variatif
sehingga peserta lebih tertarik untuk mengikuti materi penyuluhan.

Peserta Internship Pendamping

(dr. Benny Tanjung) (dr. Sunarti)

Anda mungkin juga menyukai