Anda di halaman 1dari 303

Sudaryatno Sudirham

Analisis Rangkaian Listrik


di Kawasan Waktu

1
Buku-e

Analisis Rangkaian Listrik


Jilid -1 dan Jilid -2
juga tersedia di
www.buku-e.lipi.go.id
dan
www.ee-cafe.org

2
Isi Kuliah:
1. Pendahuluan
2. Besaran Listrik dan Peubah Sinyal
3. Model Sinyal
4. Model Piranti
5. Hukum-Hukum Dasar
6. Kaidah-Kaidah Rangkaian
7. Teorema Rangkaian
8. Metoda Analisis
9. Aplikasi Pada Rangkaian Pemroses Energi (Arus Searah)
10. Aplikasi Pada Rangkaian Pemroses Sinyal (Dioda & OpAmp)
11. Analisis Transien Rangkaian Orde-1
12. Analisis Transien Rangkaian Orde-2

3
4
Pembahasan Analisis Rangkaian Listrik Mencakup

Analisis di
Analisis di Analisis di
Kawasan s
Kawasan Waktu Kawasan Fasor
(Transf. Laplace)

Sinyal Sinus & Sinyal Sinus &


Bukan Sinus Sinyal Sinus Bukan Sinus

Keadaan Mantap Keadaan Mantap Keadaan Mantap


Keadaan Transien Keadaan Transien

5
 Banyak kebutuhan manusia,
seperti:
 Sandang
 Pangan
 Papan
 Kesehatan
 Keamanan Sajian pelajaran ini
 Energi terutama terkait
 Informasi pada upaya pemenuhan
 Pendidikan
kebutuhan energi dan
informasi
 Waktu Senggang
 dll.

6
Penyediaan Energi Listrik

Energi yang dibutuhkan manusia tersedia di alam,


tidak selalu dalam bentuk yang dibutuhkan

Energi di alam terkandung dalam berbagai bentuk sumber


energi primer:
• air terjun,
• batubara,
• minyak bumi,
• panas bumi,
• sinar matahari,
• angin,
• gelombang laut,
• dan lainnya.

sumber energi juga tidak selalu berada di tempat


ia dibutuhkan

7
Diperlukan konversi (pengubahan bentuk) energi.
Energi di alam yang biasanya berbentuk non listrik,
dikonversikan menjadi energi listrik.

Energi listrik dapat dengan lebih mudah


• disalurkan
• didistribusikan
• dikendalikan

Di tempat tujuan ia kemudian dikonversikan kembali ke


dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan, energi
• mekanis,
• panas,
• cahaya,
• kimia.

8
Penyediaan energi listrik dilakukan melalui
serangkaian tahapan:

Berikut ini kita lihat salah satu contoh, mulai


dari pengubahan energi, penyaluran,
sampai pendistribusian ke tempat-tempat
yang memerlukan

9
energi kimia diubah energi listrik pengguna tegangan
menjadi energi panas ditransmisikan tinggi

energi panas diubah


menjadi energi
mekanis

BOILER GENERATOR

TURBIN

TRANSFORMATOR
GARDU DISTRIBUSI

energi mekanis pengguna


diubah menjadi tegangan menengah
energi listrik energi listrik diubah menjadi
energi listrik pada tegangan yang pengguna
lebih tinggi tegangan rendah

10
Penyediaan Informasi

• informasi ada dalam berbagai bentuk


• tersedia di di berbagai tempat
• tidak selalu berada di tempat di mana ia dibutuhkan

 Berbagai bentuk informasi dikonversikan ke


dalam bentuk sinyal listrik
 Sinyal listrik disalurkan ke tempat ia dibutuhkan

Sampai di tempat tujuan sinyal listrik dikonversikan


kembali ke dalam bentuk yang dapati ditangkap oleh
indera manusia ataupun dimanfaatkan untuk suatu
keperluan lain (pengendalian misalnya).

11
Penyediaan Informasi

Jika dalam penyediaan energi kita memerlukan


mesin-mesin besar untuk mengubah energi yang
tersedia di alam menjadi energi listrik, dalam
penyediaan informasi kita memerlukan rangkaian
elektronika untuk mengubah informasi menjadi
sinyal-sinyal listrik agar dapat dikirimkan dan
didistribusikan untuk berbagai keperluan.

12
13
Pemrosesan Energi dan
Pemrosesan Informasi
dilaksanakan dengan memanfaatkan
rangkaian listrik

Rangkaian listrik merupakan interkoneksi berbagai piranti yang


secara bersama melaksanakan tugas tertentu

14
Untuk mempelajari perilaku suatu rangkaian listrik
kita melakukan analisis rangkaian listrik

Untuk keperluan analisis:


• rangkaian listrik dipindahkan ke atas kertas dalam
bentuk gambar.
• piranti-piranti dalam rangkaian listrik dinyatakan dengan
menggunakan simbol-simbol
• untuk membedakan dengan piranti yang nyata, simbol
ini kita sebut elemen

Gambar rangkaian listrik disebut


diagram rangkaian,

15
+

Piranti

Elemen
Perubahan besaran fisis (Simbol Piranti)
yang terjadi dalam
rangkaian kita nyatakan
dengan model matematis Perilaku piranti kita
yang kita sebut model nyatakan dengan model
sinyal matematis yang kita sebut
model piranti

16
Struktur Dasar Rangkaian Listrik

Struktur suatu rangkaian listrik pada


dasarnya terdiri dari tiga bagian, yaitu
Sumber
Saluran
Beban

17
+

Bagian yang aktif Bagian yang pasif


Penyalur daya
memberikan daya menyerap daya
(sumber) (beban)

18
Dalam kenyataan, rangkaian listrik tidaklah sederhana

Jaringan listrik perlu dilindungi dari berbagai kejadian


tidak normal yang dapat menyebabkan kerusakan
piranti.

Jaringan perlu sistem proteksi untuk mencegah kerusakan

Jaringan listrik juga memerlukan sistem pengendali untuk


mengatur aliran energi ke beban.

19
+

Pada jaringan penyalur energi listrik, sumber mengeluarkan daya sesuai


dengan permintaan beban. Saluran energi juga menyerap daya.

Pada rangkaian penyalur informasi, daya sumber terbatas. Oleh karena itu
alih daya ke beban perlu diusahakan semaksimal mungkin.

Alih daya ke beban akan maksimal jika tercapai matching


(kesesuaian) antara sumber dan beban.

20
Keadaan transien

+

Kondisi operasi rangkaian tidak selalu mantap.


Pada waktu-waktu tertentu bisa terjadi keadaan peralihan atau
keadaan transien
Misal: pada waktu penutupan saklar

21
Landasan Untuk Melakukan Analisis

Untuk melakukan analisis rangkaian


kita memerlukan pengetahuan dasar sebagai
pendukung.
Pengetahuan dasar yang kita perlukan ada empat
kelompok.

22
Hukum-Hukum Rangkaian
Kaidah-Kaidah Rangkaian
Teorema Rangkaian
Hukum Ohm Metoda-Metoda Analisis
Hukum Kirchhoff
Proporsionalitas
Superposisi
Thevenin
Rangkaian Ekivalen
Norton
Kaidah Pembagi Tegangan
Substitusi
Kaidah Pembagi arus
Milmann
Transformasi Sumber
Tellegen
Alih Daya Maksimum

Metoda Analisis Dasar:


Metoda Analisis Umum:
Reduksi Rangkaian
Metoda Tegangan Simpul
Unit Output
Metoda Arus Mesh
Superposisi
Rangkaian Ekivalen Thevenin
Rangkaian Ekivalen Norton

23
24
Dua besaran fisika yang menjadi besaran
dasar dalam kelistrikan adalah
Muatan [satuan: coulomb] Energi [satuan: joule]

Akan tetapi kedua besaran dasar ini tidak dilibatkan langsung dalam
pekerjaan analisis

Yang dilibatkan langsung dalam pekerjaan analisis adalah

arus tegangan daya

ketiga besaran ini mudah diukur sehingga sesuai dengan praktik


engineering dan akan kita pelajari lebih lanjut

25
Sinyal Waktu Kontinyu & Sinyal Waktu Diskrit

 Sinyal listrik pada umumnya merupakan fungsi waktu, t, dan dapat kita
bedakan dalam dua macam bentuk sinyal yaitu
 sinyal waktu kontinyu atau sinyal analog
 sinyal waktu diskrit

Sinyal waktu kontinyu mempunyai


Sinyal waktu diskrit mempunyai nilai nilai untuk setiap t dan t sendiri
hanya pada t tertentu yaitu tn dengan mengambil nilai dari satu set
tn mengambil nilai dari satu set bilangan riil
bilangan bulat

26
v(t)
Sinyal waktu kontinyu
(sinyal analog) 0
t

v(t)

Sinyal waktu diskrit 0 t

Dalam pelajaran ini kita akan mempelajari rangkaian dengan sinyal waktu
kontinyu atau sinyal analog, dan rangkaiannya kita sebut rangkaian analog.

Rangkaian dengan sinyal diskrit akan kita pelajari tersendiri.

27
Peubah Sinyal

Perubahan besaran fisis yang kita olah dalam analisis rangkaian


kita sebut peubah sinyal

Peubah-peubah sinyal dalam analisis rang kaian adalah:


• arus
• tegangan
• daya

28
Besaran yang dilibatkan langsung dalam pekerjaan analisis
disebut peubah sinyal yaitu:

arus
dengan simbol: i
satuan: ampere [ A ] tegangan
(coulomb/detik) dengan simbol: v
satuan: volt [ V ]
daya
(joule/coulomb)
dengan simbol: p
satuan: watt [ W ]
(joule/detik)

Tiga peubah sinyal ini tetap kita sebut sebagai sinyal, baik untuk
rangkaian yang bertugas melakukan pemrosesan energi maupun
pemrosesan sinyal.

29
Arus
Simbol: i, Satuan: ampere [ A ]

Arus adalah laju perubahan muatan:

dq
i
dt

Apabila melalui satu piranti mengalir muatan


sebanyak 1 coulomb setiap detiknya, maka arus yang
mengalir melalui piranti tersebut adalah 1 ampere

1 ampere = 1 coulomb per detik

30
Tegangan
Simbol: v Satuan: volt [ V ]

Tegangan adalah energi per satuan muatan:

dw
v
dq
Apabila untuk memindahkan 1 satuan muatan
dari satu titik ke titik yang lain diperlukan energi
1 joule, maka beda tegangan antara dua titik
tersebut adalah 1 volt

1 volt = 1 joule per coulomb

31
Daya
Simbol: p, Satuan: watt [ W ]

Daya adalah laju perubahan energi:


dw
p
dt
Apabila suatu piranti menyerap energi sebesar 1
joule setiap detiknya, maka piranti tersebut
menyerap daya 1 watt

1 watt = 1 joule per detik


dw dw dq
p   vi
dt dq dt

32
Referensi Sinyal
Perhitungan-perhitungan dalam analisis bisa
menghasilkan bilangan positif ataupun negatif,
tergantung dari pemilihan referensi sinyal

tegangan diukur antara


dua ujung piranti

+ piranti 

arus melewati piranti

33
Konvensi Pasif:
Referensi tegangan dinyatakan dengan tanda
“+” dan “”
di ujung simbol piranti;

+ piranti 

Arah arus digambarkan masuk ke elemen pada titik


yang bertanda “+”.

34
Referensi tegangan dinyatakan dengan tanda “+” dan “” di ujung simbol
piranti; ujung dengan tanda “+” dianggap memiliki tegangan (potensial) lebih
tinggi dibanding ujung yang bertanda “”. Jika dalam perhitungan diperoleh
angka negatif, hal itu berarti tegangan piranti dalam rangkaian sesungguhnya
lebih tinggi pada ujung yang bertanda “”.

Referensi arus dinyatakan dengan anak panah. Arah anak panah dianggap
menunjukkan arah positif arus. Jika dalam perhitungan diperoleh angka
negatif, hal itu berarti arus pada piranti dalam rangkaian sesungguhnya
berlawanan dengan arah referensi.

35
Titik referensi tegangan umum
Suatu simpul (titik hubung dua atau lebih piranti) dapat dipilih sebagai
titik referensi tegangan umum dan diberi simbol “pentanahan”. Titik ini
dianggap memiliki tegangan nol. Tegangan simpul-simpul yang lain dapat
dinyatakan relatif terhadap referensi umum ini.

referensi
arus i2
A B
2

+ + v2 
+
i1 1 v1 v3 3 i3
 

G referensi tegangan
referensi tegangan umum (ground)
piranti

36
Dengan konvensi pasif ini maka:
daya positif berarti piranti menyerap daya
daya negatif berarti piranti memberikan daya

(isilah kotak yang kosong)


Piranti v [V] i [A] p [W] menerima/ memberi
daya

A 12 5
B 24 -3

C 12 72

D -4 96
E 24 72

37
Muatan
Simbol: q Satuan: coulomb [ C ]

Muatan, yang tidak dilibatkan langsung dalam


analisis, diperoleh dari arus

dq
Arus i 
dt
t2
Muatan q t1
idt

38
Energi
Simbol: w Satuan: joule [ J ]

Energi, yang tidak dilibatkan langsung dalam analisis,


diperoleh dari daya

dw
Daya p 
dt
t2
Energi w t1
pdt

39
CONTOH: Tegangan pada suatu piranti adalah 12 V (konstan) dan arus yang
mengalir padanya adalah 100 mA. a). Berapakah daya yang diserap ? b). Berapakah
energi yang diserap selama 8 jam? c). Berapakah jumlah muatan yang dipindahkan
melalui piranti tersebut selama 8 jam itu?

a). p  vi  12 100 10 3  1,2 W


 v  12 V 
piranti b). p [W]
1,2

i  100 mA
0 8 t [ jam ]
t2 8
t 0
8
w pdt  1,2dt  1,2t 0  1,2(8  0)  9,6 Wh
1

Ini adalah luas bidang yang dibatasi oleh garis


c). i [mA]
p = 1,2 W, dan t antara 0 dan 8 jam
100
Ini adalah luas bidang yang dibatasi oleh garis
0 8 t [ jam] i = 100 mA , dan t antara 0 dan 8 jam

t2 8 8
q t
1
idt  0 100 10 3 dt  100 10 3 t  0,1(8  0)  0,8 Ah
0

40
CONTOH: Sebuah piranti menyerap daya 100 W pada tegangan 200V
(konstan). Berapakah besar arus yang mengalir dan berapakah energi
yang diserap selama 8 jam ?

 v  200 V 
piranti
p 100
i   0,5 A
i? v 200
p  100 W
t2 8
t 0
8
w pdt  100 dt  100 t 0  800 Wh  0,8 kWH
1

41
CONTOH: Arus yang melalui suatu piranti berubah terhadap waktu
sebagai i(t) = 0,05t ampere. Berapakah jumlah muatan yang
dipindahkan melalui piranti ini antara t = 0 sampai t = 5 detik ?

5
5 5 0,05 2 1,25
q   idt   0,05tdt  t   0,625 coulomb
0 0 2 0 2

42
CONTOH: Tegangan pada suatu piranti berubah terhadap waktu
sebagai v = 220cos400t dan arus yang mengalir adalah i = 5cos400t A.
a). Bagaimanakah variasi daya terhadap waktu ? b). Berapakah nilai
daya maksimum dan daya minimum ?

a). p  v  i  220 cos 400 t  5 cos 400 t  1100 cos2 400 t W


 550 1  cos 800 t   550  550 cos 800 t W
1200

1000

800

600

400

200

0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
-200

b). Nilai daya : pmaksimum  550  550  1100 W


pminimum  550  550  0 W

43
CONTOH: Tegangan pada suatu piranti berubah terhadap waktu
sebagai v = 220cos400t V dan arus yang mengalir adalah i = 5sin400t A.
a). Bagaimanakah variasi daya terhadap waktu ? b). Tunjukkan bahwa
piranti ini menyerap daya pada suatu selang waktu tertentu dan
memberikan daya pada selang waktu yang lain. c). Berapakah daya
maksimum yang diserap ? d). Berapa daya maksimum yang diberikan ?

a). p  220 cos 400 t  5 sin 400 t  1100 sin 400 t cos 400 t  550 sin 800 t W

b). daya merupakan fungsi sinus. Selama setengah perioda daya bernilai
posisitif dan selama setengah perioda berikutnya ia bernilai negatif. Jika pada
waktu daya bernilai positif mempunyai arti bahwa piranti menyerap daya,
maka pada waktu bernilai negatif berarti piranti memberikan daya

c). pmaks diserap  550 W

d). pmaks diberikan  550 W

44
Pernyataan Sinyal

45
Kita mengenal berbagai pernyataan
tentang sinyal
Sinyal periodik & Sinyal Aperiodik
Sinyal Kausal & Non-Kausal
Nilai sesaat
Amplitudo
Nilai amplitudo puncak ke puncak (peak to peak
value)
Nilai puncak
Nilai rata-rata
Nilai efektif ( nilai rms ; rms value)

46
Sinyal kausal, berawal di t = 0
perioda
v(t)
v(t)

0 t 0 t
periodik aperiodik

Sinyal non-kausal, berawal di t =  


v(t) v(t)

0 t 0 t

47
Perioda dan Amplitudo Sinyal

Selang waktu dimana


sinyal akan berulang
Sinyal periodik disebut
Sinyal ini berulang perioda
secara periodik v(t)
setiap selang
waktu tertentu

0 t

amplitudo puncak ke puncak

48
Nilai-Nilai Sinyal

Nilai sesaat Nilai puncak


yaitu nilai sinyal pada
atau amplitudo maksimum
saat tertentu
v(t)
t3
0 t1 t2 t
Amplitudo minimum

49
Nilai Rata-Rata Sinyal

t 0 T

1
Definisi: Vrr  v( x)dx
T t0

Integral sinyal selama satu


perioda dibagi perioda

CONTOH:
v T v T
6V 6V

0 t
0 1 2 3 4 5 6 7 8 t 4V
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 3 1 2
Vrr  
3 0
v(t )dt  
3 0
6dt Vrr 
1 3
3 0 
1 2
3 0  2
3

v(t )dt   6dt  6dt 



 
1 2 1
 6t  0  12  0  4 V 1
 6t  0  6t  2  4  2  2 V
2 3
3 3
3

50
Nilai efektif (rms)
t 0 T

 [v(t )]
1
Definisi: V rms  2
dt
T
t0

Akar dari integral kuadrat sinyal selama satu


perioda yang dibagi oleh perioda

CONTOH: nilai efektif dari sinyal pada contoh sebelumnya


62 = 36 62 = 36

(4)2 = 16

0 t
0 1 2 3 4 5 6 7 8 t 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2
1 2 1 2 3 
Vrms  
6 dt  36t  20  72 V Vrms 
1 2
6dt  
4 2 
dt 
1
72  16  88
V
3 3 3 3   3 3
0 0 2 

51
CONTOH: Tentukanlah nilai, tegangan puncak (Vp), tegangan puncak-
puncak (Vpp), perioda (T), tegangan rata-rata (Vrr), dan tegangan efektif dari
bentuk gelombang tegangan berikut ini.

6V

0 1 2 3 4 5 6 7 8 t

Vp  6 V ; V pp  6 V ; T  3s

1 2 3  1
Vrr   6dt  0dt   6  2  0   4 V
 
3 0 2  3
1 2 2 3 2 
Vrms    
6 dt  0 dt  
1
36  2  0  4,9 V
3  0 2  3

52
CONTOH: Tentukanlah nilai tegangan puncak (Vp), tegangan puncak-
puncak (Vpp), perioda (T), tegangan rata-rata (Vrr), dan tegangan efektif dari
bentuk gelombang tegangan berikut ini.

6V

0 t
4V
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Vp  6 V ; V pp  10 V ; T  3s

1 2 3  1
Vrr   6dt   4dt   6  2  4  1  2,66 V
 
3 0 2  3
1 2 2 3 
Vrms    
6 dt  (4) 2 dt  
1
36  2  16 1  5,42 V
3 0 2  3
53
CONTOH: Tentukanlah nilai tegangan puncak (Vp), tegangan
puncak-puncak (Vpp), perioda (T), tegangan rata-rata (Vrr), dan
tegangan efektif dari bentuk gelombang tegangan berikut ini
v
6V

0 t
1 2 3 4 5 6 7

Vp  6 V ; V pp  6 V ; T  4s

1 2 3 4  1  63 

4 0  2 
Vrr   3tdt  (6  6(t  2))dt  0dt   
3  4 2 
  2,25 V 
1 2 3 4 2 
Vrms   0 9t dt  2 (6  6(t  2)) dt   0 dt   3,0 V
2 2
4 3 
54
CONTOH: Tentukanlah nilai tegangan puncak (Vp), tegangan
puncak-puncak (Vpp), perioda, tegangan rata-rata, dan tegangan
efektif dari bentuk gelombang tegangan sinus ini
v T
1 Vp  1V ;
V pp  2 V;
v = sin t V 00 2 4 t T  2 ;
-1 Vrr  0 V


1
Vrms  sin 2 tdt
2
d sin x cos x d (sin x cos x)
  sin 2 x  cos2 x 1  2 sin 2 x
dx dx
dx  d (sin x cos x) dx  d (sin x cos x)
1  sin 2 x  cos2 x 
2
 sin 2 xdx   2 
 sin 2 xdx

2
1  t 1 

1
Vrm s  sin 2 tdt     sin t cos t 
2 2  2 2 0

1  2 1  1
   (0  0)   V
2  2 2  2
55
CONTOH: Tentukanlah nilai tegangan puncak (Vp), tegangan
puncak-puncak (Vpp), perioda (T), tegangan rata-rata (Vrr), dan
tegangan efektif dari bentuk gelombang tegangan berikut ini
v
1
v  sin t V

t
T

Vp  1 V ; V pp  1 V; T  2 ;
1  
  cos t  0 
1 1 1
Vrr  sin tdt   (1  1) 
2 0 2 2 

 1  t 1 
0 sin
1
Vrm s  2
tdt     sin t cos t 
2 2  2 2 0

1  1  1
    (0  0)   V
2  2 2  2

56
CONTOH: Tentukanlah nilai tegangan puncak (Vp), tegangan
puncak-puncak (Vpp), perioda (T), tegangan rata-rata (Vrr), dan
tegangan efektif dari bentuk gelombang tegangan berikut ini
v
1
v  sin t V
t
T =2

Vp  1 V ; V pp  1 V; T  2 ;

1 2 1  
 sin tdt   cos t  0 

1 1 2
Vrr  sin tdt   (1  1)  V
2 0  0  2 

2  1  t 1 
0 0
1 1
Vrm s  sin tdt  2 
2
sin tdt  2     sin t cos t 
2
2    2 2 0

1  1 
 2     (0  0)   1 V
 2 2 

57
3. Model Sinyal

58
Bentuk gelombang sinyal adalah suatu persamaan atau suatu
grafik yang menyatakan sinyal sebagai fungsi dari waktu.
Ada dua macam bentuk gelombang, yaitu:

Bentuk Gelombang Dasar Bentuk Gelombang Komposit


Hanya ada 3 macam bentuk Bentuk gelombang komposit
gelombang dasar yaitu: merupakan kombinasi
(penjumlahan, pengurangan,
Anak tangga (step)
perkalian) dari bentuk gelombang
Eksponensial dasar.
Sinus

59
Tiga Bentuk Gelombang Contoh Bentuk Gelombang
Dasar Komposit

v v
1,2 v
1,2

00 00 0 t20
t 0 t20
Anak tangga -1,2 -1,2

Sinus teredam Eksponensial ganda


v 1,2

0
v v
-1,2
0 20
t
t
Sinus 0 t 0
Deretan pulsa
v 1,2 Gelombang persegi
0
v v
0
0
t 20

0 t 0 t
Eksponensial Gigi gergaji Segi tiga

60
Bentuk Gelombang Dasar

61
Fungsi Anak-Tangga ( Fungsi Step )

v
1 v  u (t )  0 untuk t  0 Amplitudo = 1
 1 untuk t  0 Muncul pada t = 0
0 t

v VA
v  V Au (t )  0 untuk t  0 Amplitudo = VA
 V A untuk t  0 Muncul pada t = 0
0 t

v VA
v  V Au (t  Ts )  0 untuk t  0
 V A untuk t  Ts
0 Ts t
Amplitudo = VA
Muncul pada t = Ts
Atau tergeser positif sebesar Ts
62
Bentuk Gelombang Eksponensial

v VA

Amplitudo = VA
v  [VA e t /  ] u(t )  : konstanta waktu
0.368VA

0 1 2 3 4 5 t /

Pada t =  sinyal sudah menurun sampai 36,8 % VA.

Pada t = 5 sinyal telah menurun sampai 0,00674VA , kurang dari 1% VA.

Kita definisikan durasi (lama berlangsungnya) suatu sinyal eksponensial


adalah 5. Makin besar konstanta waktu, makin lambat sinyal menurun.

63
Contoh

v1 (t )  5e t / 2u(t ) V
10 Konstanta waktu = 2
v [V]
5 v3 v2 (t )  10e t / 2u(t ) V
v2
Konstanta waktu = 2
v1
0
0 5 t [detik] 10 v3 (t )  10 e t / 4u(t ) V
Konstanta waktu = 4

Makin besar konstanta waktu,


makin lambat gelombang menurun

64
Gelombang Sinus
v T0 v T0
VA VA1,2

0 00 t
-2

t -2
TS
VA
-1,2 V-1,2A

v = VA cos(2 t / To) v  V A cos[2(t  Ts ) / To ]


( Nilai puncak pertama ( Nilai puncak pertama
terjadi pada t = 0 ) Dapat ditulis terjadi pada t = TS )

Ts
v  VA cos[2 t / To  ] dengan   2 (sudut fasa)
T0

1
Karena frekuensi siklus f 0 
T0 v  V A cos[2 f 0 t  ] atau
maka
dan frekuensi sudut 0  2f 0 
2 v  V A cos[0 t  ]
T0
65
Bentuk Gelombang Komposit

66
Fungsi Impuls
v A

t
0 T1 T2
Dipandang
sebagai terdiri
dari dua
gelombang v A
anak tangga
v  Aut  T1 
Muncul pada t = T1
t
0 T1 T2 v   Aut  T2 
Muncul pada t = T2
A
v  Aut  T1   Aut  T2 
67
Impuls Satuan
v
Impuls simetris thd sumbu tegak
Impuls simetris dengan lebar impuls diperkecil
thd sumbu tegak namun dipertahankan luas tetap 1
Luas = 1

t
0

Lebar impuls terus diperkecil


v sehingga menjadi impuls
satuan dengan definisi:
(t)
v  (t )  0 untuk t  0
t 1 untuk t  0
0

68
Fungsi Ramp

v Amplitudo ramp berubah secara linier


r(t) Ramp muncul pada t = 0

v(t )  r (t )  t u(t )
t
0 Kemiringan = 1

Fungsi Ramp Tergeser

r ramp berubah secara linier


muncul pada t = T0
r(t)
r(t )  K t  T0  ut  T0 
t
0 T0
Kemiringan fungsi ramp Pergeseran sebesar T0

69
Sinus Teredam

 
v  sin(t ) VAet /  u (t ) VA Maksimum pertama
fungsi sinus < VA
t /  v
= VA sint e u (t )
0.5

Faktor yang menyebabkan


penurunan secara eksponensial
0
0 5 10 15 20 t 25

Fungsi sinus beramplitudo 1 -0.5

Fungsi eksponensial beramplitudo VA

70
CONTOH: (bentuk gelombang anak tangga dan kompositnya)

v1 v2
a). v1 = 4 u(t) V b).
4V 1 2 3 4 5
0 t

0 3V
t v2 = 3 u(t2) V

c). v3
v3 = 4u(t)3u(t2) V
v3
4V 4V
va = 4u(t) V
dipandang
1V sebagai tersusun
t dari dua t
0 0
1 2 3 4 5 gelombang anak 1 2 3 4 5 v = 3u(t2) V
b
tangga

71
Dipandang sebagai tersusun dari
d). tiga gelombang anak tangga

v4 v = 4u(t)7u(t2)+3u(t5) V v4 va = 4u(t) V
4
4V 4V
vc = 3u(t5) V
t t
0 0
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
3V

vb = 7u(t2) V
7V

72
CONTOH: (fungsi ramp dan kompositnya)
a). v1 v2
4V
v1 = 2t u(t) V b).
t
0 1 2 3 4 5 6
t
0
1 2 3 4 5 6
4V
2(t2) u(t2) V

2tu(t) V
c).
v3 2tu(t)  2(t2) u(t2) V v3
4V 4V
Dipandang
sebagai tersusun
t t
0 dari dua fungsi 0
1 2 3 4 5 6 ramp
1 2 3 4 5 6

 2(t2) u(t2) V

73
CONTOH: (fungsi ramp dan kompositnya)

2tu(t) V
d). v4 v4 2tu(t)  2(t2) u(t2) V
4V 4V

t t
0 0
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
 2(t2) u(t2) V
2tu(t)  4(t2)u(t-2) V

v5 2tu(t)  2(t2)u(t2) v6
e). 4V  4u(t5) f). 2tu(t)  2(t2)u(t2)
4V
 4u(t2)
t t
0
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

74
CONTOH: sinus teredam
10
10

V5 v1
5 v2
00 t [detik]
00 0.1
0.1 0.2
0.2 0.3
0.3 0.4
0.4

-5
-5

-10
-10

sinus v1  10 cos50(t  0,020 ) u(t ) V

sinus teredam v2  10 cos50(t  0,020) e


t / 0,1
u(t ) V

yang dapat diabaikan nilainya pada t > 0,5 detik

75
Spektrum Sinyal

76
Suatu sinyal periodik dapat diuraikan atas komponen-komponen
penyusunnya. Komponen-komponen penyusun tersebut
merupakan sinyal sinus.

Kita juga dapat menyatakan sebaliknya, yaitu susunan sinyal-


sinyal sinus akan membentuk suatu sinyal periodik.

Komponen sinus dengan frekuensi paling rendah disebut


komponen sinus dasar, sedang komponen sinus dengan
frekuensi lebih tinggi disebut komponen-komponen harmonisa.

Komponen harmonisa memiliki frekuensi yang merupakan


kelipatan bulat dari frekuensi sinus dasar. Jika sinus dasar
memiliki frekuensi f0, maka harmonisa ke-3 mempunyai
frekuensi 3f0, harmonisa ke-7 memiliki frekuensi 7f0, dst.

Berikut ini adalah suatu contoh penjumlahan sinyal sinus yang


akhirnya membentuk gelombang persegi.

77
Contoh : Susunan sinyal sinus yang membentuk
Gelombang Persegi

sinus dasar sin dasar + harmonisa 3 sin dasar + harmonisa 3 + 5

sin dasar + harmonisa 3 + 5 + 7 sin dasar + harmonisa 3 s/d 21


78
Berikut ini kita akan melihat suatu
penjumlahan sinyal sinus yang
kemudian kita analisis komponen
per komponen.

79
Sinyal: v  10  30 cos2f 0t   15 sin2(2 f 0 )t   7,5 cos2(4 f 0 )t 

Frekuensi 0 f0 2 f0 4 f0
Uraian:
Amplitudo (V) 10 30 15 7,5

Sudut fasa  0 90 180

Uraian amplitudo setiap komponen membentuk


spektrum amplitudo

Uraian sudut fasa setiap komponen membentuk


spektrum sudut fasa

Kedua spektrum tersebut digambarkan sebagai berikut:

80
Spektrum Amplitudo Spektrum Sudut Fasa
40 180
Amplitudo [ V ]
30 90

Sudut Fasa [ o ]
20
0
0 1 2 3 4 5
10
-90
0
0 1 2 3 4 5 -180
Frekwensi [ x fo ] Frekwensi [ x fo ]

Dalam spektrum ini, frekuensi sinyal terendah adalah


nol, yaitu komponen arus searah

Frekuensi komponen sinus terendah adalah f0.

Frekuensi komponen sinus tertinggi adalah 4f0.

81
Lebar Pita (band width)

Lebar pita adalah selisih dari frekuensi tertinggi dan terendah

Frekuensi tertinggi adalah batas frekuensi dimana amplitudo dari


harmonisa-harmonisa yang frekuensinya di atas frekuensi ini dapat
diabaikan

Batas frekuensi terendah adalah frekuensi sinus dasar jika bentuk


gelombang yang kita tinjau tidak mengandung komponen searah.
Jika mengandung komponen searah maka frekuensi terendah
adalah nol

82
Spektrum sinyal periodik
merupakan uraian bentuk
gelombang sinyal menjadi
deret Fourier

83
Deret Fourier
Suatu fungsi periodik
dapat dinyatakan f (t )  a0  an cos(2nf 0t )  bn sin(2nf 0t )
sebagai:

 a 2  b 2 cos(n t   )

bn
atau f (t )  a0   n n 0 n   tan  n
n 1
 an

Komponen searah Amplitudo Sudut Fasa


komponen sinus komponen sinus

1 T0 / 2
a0 
T0 T 0 /2
f (t )dt

dimana: 2 T0 / 2 yang disebut sebagai


an 
T0 T 0 /2
f (t ) cos(2nf 0 t )dt koefisien Fourier
2 T0 / 2
bn 
T0 T 0 /2
f (t ) sin(2nf 0 t )dt

84
Jika sinyal simetris terhadap sumbu-y, banyak koefisien
Fourier bernilai nol
Simetri Genap y (t )  y (t )
y(t)
A
bn  0
t 
 an cos(n0t )
-T0/2 T0/2
y (t )  a o 
To n 1

Simetri Ganjil y (t )   y (t )


y(t) T0
A
a0  0 dan an  0
t 

A
y (t )   bn sin(n0t )
n 1

85
Contoh: simetri ganjil - Penyearahan Setengah Gelombang

v
a0  A / 
2A / 
an  n genap; an  0 n ganjil
1  n2
t b1  A / 2 ; bn  0 n  1
T0

Contoh: simetri genap - Sinyal Segitiga

v T0 a0  0
A 8A
an  n ganjil; an  0 n genap
(n) 2
t
bn  0 untuk semua n

86
Contoh: Uraian Penyearahan Setengah Gelombang

Koefisien Fourier Amplitudo  [rad]


a0 0,318 0,318
a1 0 0,5 1,57
b1 0,5
a2 -0,212 0,212 0
b2 0 Uraian ini dilakukan hanya
a4 -0,042 0,042 0 sampai pada harmonisa ke-6
b4 0 Dan kita mendapatkan spektrum
a6 -0,018 0,018 0 amplitudo sebagai berikut:
b6 0
0.6
0.5
A0  0,318 V; A1  0,5 V; A2  0,212 V; [V]
0.4
A4  0,042 V; A6  0,018 V 0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6
harmonisa

87
0.6
0.5
[V]
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6
harmonisa
Jika dari spektrum yang hanya sampai harmonisa ke-6 ini
kita jumlahkan kembali, kita peroleh bentuk gelombang:
1.2
[V] v hasil penjumlahan
0.8
Terdapat cacat pada
0.4 bentuk gelombang
Sinus dasar
0 [o]
hasil penjumlahan
0 90 180 270 360
-0.4

Sampai harmonisa ke berapa kita harus menguraikan suatu bentuk gelombang


periodik, tergantung seberapa jauh kita dapat menerima adanya cacat yang
mungkin terjadi pada penjumlahan kembali spektrum sinyal
88
4. Model Piranti

89
Piranti Listrik dikelompokkan ke dalam 2 katagori

Piranti

pasif aktif
menyerap memberi
daya daya

90
91
Perilaku suatu piranti dinyatakan oleh karakteristik i-v yang
dimilikinya, yaitu hubungan antara arus yang melalui
piranti dengan tegangan yang ada di antara terminalnya.

tegangan diukur antara


dua ujung piranti i
linier

+ piranti  tidak linier

arus melewati piranti v

92
Resistor
nyata
i
batas daerah
linier model
R
v
Simbol:

Kurva i terhadap v tidak linier


vR  R iR atau iR  G vR
benar namun ada bagian yang
sangat mendekati linier, 1
sehingga dapat dianggap linier.
dengan G 
R
Di bagian inilah kita bekerja.
R disebut resistansi
G disebut konduktansi
vR2
Daya pada R : p R  vR iR  iR2 R  vR2 G 
R

93
CONTOH:
Resistor : R  4  vR  40 sin 314 t V

iR  10 sin 314 t A pR  400sin 2 314 t W

100

80
V 60
A pR
W 40 vR
20

0
iR
0 0.01 0.02 0.03 0.04
-20
t [detik]
-40

-60

Bentuk gelombang arus sama dengan bentuk gelombang tegangan

94
Kapasitor
iC
C C
simbol 1

dvC/dt
t


dv 1
iC  C C vC  vC (t0 )  iC dt
dt C
t0
Konstanta proporsionalitas
C disebut kapasitansi dvC d  1 2 
Daya pada C : pC  vC iC = CvC   CvC 
dt dt  2 
Daya adalah turunan terhadap waktu dari energi. Maka
apa yang ada dalam tanda kurung adalah energi
1
Energi : wC  C vC2  konstanta
2
Energi awal 95
CONTOH:
Kapasitor : C  2 F  2 10 6 F dvC
 80000 cos 400 t V
dt
vC  200 sin 400 t V
iC  0,16 cos 400 t A

pC  16 sin 800 t W

200
V vC
iC
mA 100
W
0 pC
0 0.01 0.02 0.03 0.04 t [detik]
0.05
-100

-200

Bentuk gelombang arus sama dengan bentuk gelombang tegangan


namun iC muncul lebih dulu dari vC. Arus 90o mendahului tegangan

96
Induktor
diL
dt
L
1/L
simbol
1
vL
t


diL 1
vL  L iL  iL (t0 )  vL dt
dt L
t0
Konstanta proporsionalitas
L disebut induktansi diL d  1 2 
Daya pada L : p L  vLiL  LiL   LiL 
dt dt  2 
Daya adalah turunan terhadap waktu dari energi. Maka
apa yang ada dalam tanda kurung adalah energi
1 2
Energi : wL  Li L  konstanta
2
Energi awal
97
CONTOH: Induktor : L = 2,5 H vL = 200sin400t Volt
diL 1
vL  L  iL   v L dt  0,2 cos 400t  iL 0 A
dt L

p L  v L i L  20 sin 800t W

200
V vL iL
mA 100
pL
W 0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 t [detik]
-100

-200

Bentuk gelombang arus sama dengan bentuk gelombang tegangan


namun iL muncul lebih belakang dari vL. Arus 90o di belakang tegangan

98
Resistansi, kapasitansi, dan induktansi, dalam
analisis rangkaian listrik merupakan suatu
konstanta proporsionalitas

Secara fisik, mereka merupakan besaran


dimensional

99
Resistor Kapasitor Induktor

dvC diL
vR  R iR iC  C vL  L
dt dt

konstanta proporsionalitas

Secara Fisik
L A
R C  L  kN 2
A d

resistivitas konstanta dielektrik konstanta


L: panjang konduktor A: luas penampang elektroda N: jumlah lilitan
A: luas penampang d: jarak elektroda

100
Induktansi Bersama
i1 i2
Dua kumparan terkopel
secara magnetik v1 v2

Induktansi sendiri Induktansi sendiri


kumparan-1 L1  k1 N12 L2  k 2 N 22 kumparan-2
Terdapat kopling magnetik antar kedua kumparan yang dinyatakan dengan: M
Kopling pada Kopling pada
kumparan-1 oleh M12  k12 N1 N 2 M 21  k 21N 2 N1
kumparan-2 oleh
kumparan-2 Jika medium magnet linier : k12 = k21 = kM kumparan-1

M12  M 21  kM N1N 2  M  k L1L2

Persamaan tegangan di1 di di2 di


di kumparan-1 v1  L1 M 2 v2  L2  M 1 Persamaan tegangan
dt dt dt dt di kumparan-2

Tanda  tergantung dari apakah fluksi magnet yang ditimbulkan


oleh kedua kumparan saling membantu atau saling berlawanan
101
Kopling magnetik
bisa positif (aditif) bisa pula negatif (substraktif)

Untuk memperhitungkan i1 1 i2 i1 1  i2
2
kopling magnetik
digunakan
Konvensi Titik:
Arus i yang masuk 2
ke ujung yang
bertanda titik di  aditif  substraktif
salah satu
kumparan, i1 i2 i1 i2
membangkitkan
tegangan v1 v2 v1 v2
berpolaritas positif
pada ujung
kumparan lain
yang juga
bertanda titik. di1 di di1 di
v1  L1 M 2 v1  L1 M 2
Besarnya dt dt dt dt
tegangan yang
terbangkit adalah di2 di di2 di
M di/dt. v2  L2 M 1 v2  L2 M 1
dt dt dt dt
102
Transformator Ideal
i1 i2
L1  k1 N12 L2  k 2 N 22
v1 v2
M12  k12 N1 N 2 M 21  k 21N 2 N1

Jika kopling magnet terjadi


di1 di  di di 
secara sempurna, artinya v1  L1  M 2  N1  k M N1 1  k M N 2 2 
fluksi magnit melingkupi dt dt  dt dt 
kedua kumparan tanpa terjadi di di  di di 
v2  L2 2  M 1   N 2   k M N 2 2  k M N 1 1 
kebocoran, maka dt dt  dt dt 
k1 = k2 = k12 = k21 = kM
v1 N
 1
v2 N2

Jika susut daya i2 v N


v1 i1  v2 i2  0  1  1
adalah nol: i1 v2 N2

103
CONTOH:
+ +
v1 v2
50
_ _

N1/N2 = 0,1
v1 = 120sin400t V
v2  ( N 2 / N1 ) v1  1200 sin 400 t V

i2  v2 / 50  24 sin 400 t A

i1  ( N 2 / N1 ) i2  240 sin 400 t A

pL  v2i2  28.8 sin 2 400 t kW.

104
Saklar

i i

simbol simbol
v v

saklar terbuka saklar tertutup

i = 0 , v = sembarang v = 0 , i = sembarang

105
106
Sumber Tegangan Bebas Ideal
Sumber tegangan bebas memiliki tegangan yang ditentukan oleh
dirinya sendiri, tidak terpengaruh oleh bagian lain dari rangkaian.

v = vs (tertentu) dan i = sesuai kebutuhan

i +
Vo i +
vs _ i
Vo v 

Karakteristik i - v Simbol sumber Simbol sumber


sumber tegangan tegangan tegangan bervariasi
konstan konstan terhadap waktu

107
Sumber Arus Bebas Ideal
Sumber arus bebas memiliki kemampuan memberikan arus yang ditentukan
oleh dirinya sendiri, tidak terpengaruh oleh bagian lain dari rangkaian.
i = is (tertentu) dan v = sesuai kebutuhan

i i

Is 
Is , is v
v +

Karakteristik Simbol
sumber arus ideal sumber arus ideal

108
CONTOH:

+ 40V beban 5A beban


Sumber Tegangan Sumber Arus

vbeban = vsumber = 40 V ibeban = isumber = 5 A

pbeban= 100 W  i = 2,5 A pbeban= 100 W  v = 20 V

pbeban= 200 W  i = 5 A pbeban= 200 W  v = 40 A

Tegangan sumber tetap, arus Arus sumber tetap, tegangan


sumber berubah sesuai sumber berubah sesuai
pembebanan pembebanan

109
Sumber Praktis
Sumber praktis memiliki karakteristik yang mirip dengan keadaan dalam
praktik. Sumber ini digambarkan dengan menggunakan sumber ideal
tetapi tegangan ataupun arus sumber tergantung dari besar pembebanan.
i i

+ ip 
vs +_ Rs is v
v Rp +

Sumber tegangan praktis terdiri dari Sumber arus praktis terdiri dari
sumber ideal vs dan resistansi seri Rs sumber ideal is dan resistansi paralel Rp
sedangkan tegangan keluarannya sedangkan tegangan keluarannya
adalah v. adalah v.

vs tertentu, akan tetapi tegangan is tertentu, akan tetapi arus


keluarannya adalah keluarannya adalah
v = vs  iR i = i s  ip

110
Sumber Tak-Bebas (Dependent Sources)
Sumber tak-bebas memiliki karakteristik yang ditentukan oleh besaran di
bagian lain dari rangkaian. Ada empat macam sumber tak-bebas, yaitu:

CCVS VCVS +
+ v1 +
i1 r i1  v1
_ _ _

Sumber tegangan dikendalikan Sumber tegangan dikendalikan


oleh arus oleh tegangan

CCCS VCCS +
i1  i1 v1 g v1
_

Sumber arus dikendalikan Sumber arus dikendalikan


oleh arus oleh tegangan

111
Contoh: Rangkaian dengan sumber tak bebas tanpa umpan balik
is io

+ +
vs = 24 V + 500 is 20 
 60   vo

is  0,4 A vo  500 is  200 V

(vo ) 2
po   2000 W
20

112
Sumber tak bebas digunakan untuk memodelkan Penguat
Operasional (OP AMP)
+VCC vo
8 7 6 5

+VCC : catu daya positif vP = tegangan masukan non-inversi;


Top vN = tegangan masukan inversi;
VCC : catu daya negatif  +

vo = tegangan keluaran;
1 2 3 4
vN vP VCC

Model Sumber Tak Bebas OP AMP


Diagram rangkaian
catu daya positif
+ masukan
io non-inversi
iP Ro +
vP + 
keluaran
+
+  (vP  vN ) vo masukan
Ri  inversi
vN + catu daya negatif

iN

113
OP AMP Ideal
Suatu OPAMP ideal digambarkan dengan
diagram rangkaian yang disederhanakan:

v p ip
masukan non-inversi + vo
 keluaran
masukan inversi
vn
in

Jika OpAmp dianggap ideal maka terdapat relasi yang mudah


pada sisi masukan

vP  vN
iP  iN  0

114
Contoh: Rangkaian Penyangga (buffer)
iP
io
vP + vo

+
vN 
vs

R
iN

v P  vs v N  vo

vP  v N vo  vs

115
Contoh: Rangkaian Penguat Non-Inversi

iP
vP vo
v P  vs
+
vN 
R2
vs + R1 vN  vo
 R1  R2

iN R2 R2
vP  v N  vo  vs
R1  R2
umpan balik
R1  R2
vo  vs
R2

116
CONTOH:
vo = ? iB = ? pB = ?
2k
+ vo iB

5V + 2k + v p  vN
vB RB =1k
1k  5  vN
iP  iN 0  vN  5 V
2000

1 1
vN  vo  vo  5 V  vo  15 V
1 2 3

vo
iB  p B  v B i B  vo i B  i B
2
RB
RB

Rangkaian dengan OP AMP yang lain akan kita pelajari dalam


pembahasan tentang rangkaian pemroses sinyal
117
118
Pekerjaan analisis rangkaian listrik
berbasis pada
dua Hukum Dasar yaitu

1. Hukum Ohm
2. Hukum Kirchhoff

119
Hukum Ohm
• Relasi Hukum Ohm

v  iR
resistansi

• Resistansi konduktor
– Suatu konduktor yang memiliki luas penampangn merata, A,
mempunyai resistansi R
 : resistivitas bahan konduktor
l
R dengan satuan [.mm 2 / m]
A
l : panjang konduktor dengan satuan [m]
A : luas penampang konduktor dengan satuan [mm 2 ]

120
CONTOH:
Seutas kawat terbuat dari tembaga dengan resistivitas 0,018 .mm2/m. Jika kawat
ini mempunyai penampang 10 mm2 dan panjang 300 m, hitunglah resistansinya.
Jika kawat ini dipakai untuk menyalurkan daya (searah), hitunglah tegangan jatuh
pada saluran ini (yaitu beda tegangan antara ujung kirim dan ujung terima saluran)
jika arus yang mengalir adalah 20 A. Jika tegangan di ujung kirim adalah 220 V,
berapakah tegangan di ujung terima? Berapakah daya yang diserap saluran ?

Diagram rangkaian adalah:


Vsaluran
Saluran kirim R l 0,018  300
Resistansi saluran kirim : R    0,054 
A 10
Sumber + i
Beban Rsaluran  2  0,054  0,108 
220 V  i
R i = 20 A
Karena ada saluran balik,

Saluran balik
Saluran dialirai arus 20 A, terjadi tegangan jatuh antara sumber dan beban :
Vsaluran  iRsaluran  20  0,108  2,16 V

Tegangan di beban  tegangan sumber  tegangan jatuh di saluran :


vterima  220  2,16  217 ,84 V

Daya yang diserap saluran, merupakan susut daya di saluran


p saluran  i 2 R  (20 ) 2  0,108  43,2 W
121
Hukum Kirchhoff

122
Ada beberapa istilah yang perlu kita fahami

Terminal : ujung akhir sambungan piranti atau rangkaian.


Rangkaian : beberapa piranti yang dihubungkan pada terminalnya.
Simpul (Node) : titik sambung antara dua atau lebih piranti.
Catatan : Walaupun sebuah simpul diberi pengertian sebagai
sebuah titik tetapi kawat-kawat yang terhubung langsung ke titik
simpul itu merupakan bagian dari simpul; jadi dalam hal ini kita
mengabaikan resistansi kawat.
Simpai (Loop): rangkaian tertutup yang terbentuk apabila kita berjalan mulai
dari salah satu simpul mengikuti sederetan piranti dengan melewati
tiap simpul tidak lebih dari satu kali dan berakhir pada simpul tempat
kita mulai perjalanan.

123
Ada dua hukum Kirchhoff, yaitu
1. Hukum Tegangan Kirchhoff
2. Hukum Arus Kirchhoff
Formulasi dari kedua hukum tersebut adalah sebagai berikut:

• Hukum Arus Kirchhoff (HAK) -Kirchhoff's Current Law (KCL)


– Setiap saat, jumlah aljabar arus di satu simpul adalah nol

• Hukum Tegangan Kirchhoff (HTK) Kirchhoff's Voltage Law (KVL)


– Setiap saat, jumlah aljabar tegangan dalam satu loop adalah nol

124
Relasi-relasi kedua hukum Kirchhoff
dijelaskan melalui diagram rangkaian
berikut

125
i2 + v2  i 4 + v4 
A B
2 4
+ i1 i5 +
i3
v1 1 loop 1 3 loop 2 5 v5
 
loop 3
C
HAK untuk simpul : HTK untuk loop :

simpul A :  i1  i2  0 loop 1:  v1  v2  v3  0

simpul B :  i2  i3  i4  0 loop 2 :  v3  v4  v5  0

simpul C :  i1  i3  i4  0 loop 3 :  v1  v2  v4  v5  0

126
+ v1 

a). +
+ vs R1 R
 v2 vs  v1  v2  0  vs  i1 R1  i2 R2
2

+ v1 
b).
+ diL
+ v s R1 vs  v1  vL  0  v s  i1 R1  L
 vL
dt
L 
+ v1 


c). + 1
+ vs R1 vC vs  v1  vC  0  v s  i1 R1  iC dt
 C  C

+ v1  + vL 
vs  v1  vL  vC  0
d).
L +
+ vs R1 vC diL 1


C  v s  i1 R1  L 
 iC dt
dt C
127
i1 R1 R2 i2
A
a). v1 v2 v3
+ v1  + v2     0
+ R3 i1  i2  i3  0 R1 R2 R3
v3 i3

i1 R1 R2 i2
v1 v2 1

A
b). i1  i2  iL  0    v L dt  0
+ v1  + v2  R1 R2 L
+
vL iL
 L

c). i1 R1 C iC
A
+ v1  + vC  v1 dv v
+ R3 i1  iC  i3  0  C C  3  0
v3 i3 R1 dt R3

d). i1 R1 C iC
A
v1 dv

1
+ v1  + vC  i1  iC  iL  0  C C  v L dt  0
+ R1 dt L
vL iL
 L 128
Pengembangan HTK dan HAK

Hukum Kirchhoff dapat dikembangan, tidak hanya berlaku


untuk simpul ataupun loop sederhana saja, akan tetapi berlaku
pula untuk simpul super maupun loop super

simpul super merupakan gabungan dari beberapa simpul


loop super merupakan gabungan dari beberapa loop

129
simpul super AB
i 2 + v2  i4 + v4 
A B
2 4
+ i1 i5 +
i3
v1 1 3 5 v5
 
loop 3

C
simpul super AB loop 3 = mesh super

i1  i3  i4  0 v1  v2  v4  v5  0

130
i4 i5
CONTOH: A
3
+
v=? v 
4

i1= 5A B i2= 2A C i = 8A
3

simpul super
ABC
i4  i1  i3  0  i4  i3  i1  8  5  3 A

Simpul C i2  i5  i3  0  i5  i3  i2  8  2  6 A

loop ACBA v  3i5  4i2  0  v  3  6  4  2  10 V

131
132
Hubungan Seri dan Paralel
+ v1 
1
i1 i2
+ + i1 +
v1 v2 i2 v2
1 2 2 
 

Hubungan paralel Hubungan seri


v1 = v2 i1 = i2

Dua elemen atau lebih Dua elemen dikatakan terhubung seri


dikatakan terhubung paralel jika mereka hanya mempunyai satu
jika mereka terhubung pada simpul bersama dan tidak ada elemen
dua simpul yang sama lain yang terhubung pada simpul itu

133
Rangkaian Ekivalen Resistor Seri
Dua rangkaian disebut ekivalen jika antara dua terminal tertentu,
mereka mempunyai karakteristik i-v yang identik

i i

R1 R2 Rekiv
+ Vtotal 

ResistansiSeri : Rekiv  R1  R2  R3     

Vtotal  V R1  V R 2        R1i  R 2 i      
 R1  R 2      i  Rekivaleni.

134
Rangkaian Ekivalen Resistor Paalel

Dua rangkaian disebut ekivalen jika antara dua terminal tertentu,


mereka mempunyai karakteristik i-v yang identik

i1 G1
itotal
itotal

Gekiv
i2 G2

Konduktansi Paralel : Gekiv  G1  G2  G3     

itotal  iG1  iG 2        G1v  G2 v      


 G1  G2      v  Gekivalenv

135
Kapasitansi Ekivalen Kapasitor Paralel
i
A
+ i1 i2 iN
Kapasitor Paralel :
v C
1 C2 CN Cek  C1  C2      C N
_
B

Kapasitansi Ekivalen Kapasitor Seri


i
A
Kapasitor Seri :
+ C1 C2
v 1 1 1 1
CN     
_ Cek C1 C 2 CN

136
Induktansi Ekivalen Induktor Seri
L1 L2
A
+ v1  + v2  +
+ Induktor Seri :
v LN vN
_  Lek  L1  L2       LN

Induktansi Ekivalen Induktor Paralel


A
Induktor Paralel :
+
v L1 L2 LN 1 1 1 1
_     
Lek L1 L2 LN
B

137
CONTOH: C1=100F
i=? i

+ C2=50F
v = 30 sin(100 t) V 

1 1 1 50  100 3 100 10 4
     Ctot  F  F
Ctot 100 50 5000 100 3 3
dv 10 4
 i  Ctot   3000 cos 100 t  0,1 cos 100 t A
dt 3

Jika kapasitor dihubungkan paralel :


Ctot  100  50  150 F  0,15  10 3 F
dv
 i  Ctot  0,15  10 3  3000 cos 100 t  0,45 cos 100 t A
dt

138
Sumber Ekivalen
i i
R1

+ vR 
+ bagian iR + bagian
vs + v is v
 lain lain
 R2 
rangkaian rangkaian

Sumber tegangan Sumber arus

vs
Dari sumber tegangan menjadi is  R2  R1
sumber arus R1

Dari sumber arus menjadi


vs  is R2 R1  R2 sumber tegangan

139
CONTOH:

30V + R1=10 3A R2=10


is
i3
i1 i2 R1
R1 R2 + 20  R2
2,5 A 20 
50 V  30 
30 

140
Transformasi Y - 

Dalam beberapa rangkaian mungkin terjadi hubungan


yang tidak dapat disebut sebagai hubungan seri, juga
tidak paralel.

Hubungan semacam ini mengandung bagian


rangkaian dengan tiga terminal yang mungkin
terhubung  (segi tiga) atau terhubung Y (bintang)

Menggantikan hubungan  dengan hubungan


Y yang ekivalen, atau sebaliknya,
dapat mengubah rangkaian menjadi hubungan
seri atau paralel.

141
C C

R3
Hubungan  RA RB Hubungan Y
R2 R1

B A A
RC B

Ekivalen  dari Y Ekivalen Y dari 


R R  R2 R3  R1 R3 RB RC
RA  1 2 R1 
R1 R A  RB  RC
R1 R2  R2 R3  R1 R3 RC R A
RB  R2 
R2 R A  RB  RC
R1 R2  R2 R3  R1 R3 R A RB
RC  R3 
R3 R A  RB  RC

R
Dalam keadaan seimbang, RY 
3
RA  RB  RC atau R1  R2  R3 R  3RY

142
Kaidah Pembagi Tegangan
 Rk 
Pembagi Tegangan : vk   vtotal

 Rtotal 

is 10  20 

+ v1 + v2 +
+ v3
60 V  30  

v1  10 V ; v2  20 V ; v3  30 V

143
Kaidah Pembagi Arus
 Gk 
Pembagi Arus : ik    itotal

 Gtotal 

is i1 i2 i3
R1 R2 R3
1A
10  20  20 

G1 (1 / 10 )
i1  is  1  0,5 A
Gtot (1 / 10 )  (1 / 20 )  (1 / 20 )
G2 G
i2  is  0,25 A ; i3  3 is  0,25 A
Gtot Gtot

144
145
Proporsionalitas
Keluaran dari suatu rangkaian linier adalah
proporsional terhadap masukannya

x K y=Kx
masukan keluaran

Penjelasan: R1

+
masukan + R2
_ vs vo keluaran

 R2   R2 
vo    vs K   
 R1  R2   R1  R2 

146
CONTOH:
A
(a )
+
+ 60 vo1  120 
vin vo1    vin  (2 / 3) vin ; K1  (2 / 3)
 120   120  60 

A
(b) +
+ 80  40 
vAB vo2 vo2    vAB  (1 / 3)vAB  K 2  1 / 3

40   40  80 
B
 40 
(c) vo3   v AB
A  40  80 
60 80 +  40  120 || (40  80) 
vin + vo3     vin
 120 40
  40  80  120 || (40  80)  60 
 (1 / 3)  (1 / 2)  1 / 6 vin
B
 K 3  (1 / 6)
147
Prinsip Superposisi

Keluaran dari suatu rangkaian linier yang dicatu oleh lebih dari
satu sumber adalah jumlah keluaran dari masing-masing sumber
jika masing-masing sumber bekerja sendiri-sendiri

Suatu sumber bekerja sendiri apabila


sumber-sumber yang lain dimatikan

Cara mematikan sumber:


a. Mematikan sumber tegangan berarti membuat tegangan
sumber itu menjadi nol, artinya sumber ini menjadi hubungan
singkat.
b. Mematikan sumber arus adalah membuat arus sumber menjadi
nol, artinya sumber ini menjadi hubungan terbuka.

148
CONTOH: 10
+
vo
+ + 10 _
v1=12V   matikan v1
matikan v2 v2=24V

10 + 10 +
+ vo1 vo2
12V  + 10
10 _ _
 24V

10
vo1 
10
 12 V  6 V vo 2   24 V  12 V
10  10 10  10

Keluaran vo jika kedua sumber bekerja bersama adalah:


vo  vo1  vo2  6  12  18 V

149
Teorema Millman
Apabila beberapa sumber arus ik yang masing-masing memiliki
resistansi paralel Rk dihubungkan seri, maka hubungan seri
tersebut dapat digantikan dengan satu sumber arus ekivalen iekiv
dengan resistansi paralel ekivalen Rekiv sedemikian sehingga

i ekiv Rekiv  R i
k k dan Rekiv  R k

Contoh: iekiv  20  1  10  2  10
iekiv=1,5A

i1=1A i2=2A

R1=10 R2=10 Rekiv=20

Rekiv  10  10

150
Teorema Thévenin
Jika rangkaian seksi sumber pada hubungan
Suatu rangkaian bisa dua-terminal adalah linier, maka sinyal pada
dipandang terdiri dari terminal interkoneksi tidak akan berubah jika
dua seksi rangkaian seksi sumber itu diganti dengan
rangkaian ekivalen Thévenin
i

S v B
Teorema Norton
Jika rangkaian seksi sumber pada hubungan
dua-terminal adalah linier, maka sinyal pada
Seksi Seksi terminal interkoneksi tidak akan berubah jika
sumber beban rangkaian seksi sumber itu diganti dengan
rangkaian ekivalen Norton

151
Rangkaian ekivalen Thévenin
Seksi sumber dari suatu rangkaian dapat digantikan oleh
Rangkaian ekivalen Thévenin
yaitu rangkaian yang terdiri dari satu sumber tegangan VT yang
terhubung seri dengan resistor RT

seksi + RT
sumber vht VT +
_

152
Cara Menentukan VT dan RT
Untuk mencari VT : lepaskan beban sehingga seksi sumber menjadi terbuka.
Tagangan terminal terbuka vht inilah VT
i=0
i=0
+
+ + RT
seksi VT  vht = VT
vht
sumber  

Untuk mencari RT : hubung singkatlah terminal beban sehingga seksi sumber


menjadi terhubung singkat dan mengalir arus hubung singkat ihs. RT adalah
VT dibagi his.
i = ihs

seksi RT
sumber + ihs= VT /RT
VT _

Jadi dalam Rangkaian ekivalen Thevenin : VT = vht dan RT = vht / ihs


153
Cara lain mencari RT
Cara lain yang lebih mudah untuk menentukan RT adalah dengan melihat
resistansi dari terminal beban ke arah seksi sumer dengan semua sumber
dimatikan.

Penjelasan:

Dengan
R1 R1
+ mematikan
 RT
vs R2 sumber maka R2

RT  R1 paralel dengan R2

154
Rangkaian ekivalen Norton
Seksi sumber suatu rangkaian dapat digantikan dengan
Rangkaian ekivalen Norton
yaitu rangkaian yang terdiri dari satu sumber arus IN yang terhubung
paralel dengan resistor RN

seksi RN
sumber IN

Rangkaian ekivalen Norton dapat diperoleh dari rangkaian ekivalen Thevenin


dan demikian juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan kaidah ekivalensi
sumber.

155
Rangkaian ekivalen Thévenin

+ RT VT = vht
VT _ RT = vht / ihs

RT = R yang dilihat
dari terminal ke arah
seksi sumber dengan
Rangkaian ekivalen Norton
semua sumber mati

IN RN IN = Ihs RT = RN
RN = vht / ihs

156
CONTOH: Rangkaian Ekivalen Thévenin

A'
A A
20 10 + RT = 20 
+ 
 24 V 20 VT = 12 V
B
B

20
VT  V AB  V A' B   24  12 V
20  20
20  20
RT  10   20 
20  20

157
Alih Daya Maksimum

Ada empat macam keadaan hubungan


antara seksi sumber dan seksi beban

 Sumber tetap, beban bervariasi


 Sumber bervariasi, beban tetap
 Sumber bervariasi, beban bervariasi
 Sumber tetap, beban tetap

Dalam membahas alih daya maksimum, yaitu daya


maksimum yang dapat dialihkan (ditransfer) kebeban, kita
hanya meninjau keadaan yang pertama

158
Kita menghitung alih daya maksimum melalui rangkaian
ekivalen Thévenin atau Norton
i
A Rangkaian sumber tegangan dengan
+ resistansi Thévenin RT akan
RT
VT _+ v memberikan daya maksimum kepada
RB resistansi beban RB bila RB = RT

B V   VT  VT2
sumber beban pmaks  T   2R 
2  T  4 RT

A i
Rangkaian sumber arus dengan
resistansi Norton RN akan memberikan
RN daya maksimum kepada resistansi
IN beban RB bila RB = RN
RB
2
B  IN  I N2 RN
sumber pmaks    RB 
beban  2  4

159
CONTOH:
Hitung RX agar
A A terjadi alih daya
maksimum
20 10
+ Lepaskan RX hitung RT , VT
 24 V 20 RX = ?
20  20
RT  10   20 
20  20
B
20
VT   24  12 V
20  20

Hubungkan kembali Rx
Alih daya ke beban akan maksimum jika RX = RT = 20 
dan besar daya
(12 ) 2
maksimum yang bisa p X maks   1,8 W
dialihkan adalah 4  20

160
Teorema Tellegen

Dalam suatu rangkaian, jika vk mengikuti hukum tegangan


Kirchhoff (HTK) dan ik mengikuti hukum arus Kirchhoff (HAK),
maka
N
vk  ik  0
k 1

Teorema ini menyatakan bahwa di setiap rangkaian listrik harus ada


perimbangan yang tepat antara daya yang diserap oleh elemen
pasif dengan daya yang diberikan oleh elemen aktif. Hal ini sesuai
dengan prinsip konservasi energi.

161
CONTOH: R1= 2

+ is i
10 V _ R2= 3

 10  is  2 A
i 2 A
 2  3

psumber  vs is  20 W (memberi daya)

pbeban  p1  p2
 i 2 R1  i 2 R2 (menyerap daya)
 8  12  20 W

162
Teorema Substitusi
Suatu cabang rangkaian antara dua simpul dapat disubstitusi oleh cabang
baru tanpa mengganggu arus dan tegangan di cabang-cabang yang lain
asalkan tegangan dan arus antara kedua simpul tersebut tidak berubah

+ vk  + vk 
Rk Rsub
 +
vsub ik
ik
v sub  v k  Rsub  i k

163
164
Metoda Reduksi Rangkaian
?
30 + vx  20
A B C D

+ 10 10
12 V
 30 30
E
10
B C  10 
vx     6  1,5 V
 15  10  15 
0,4 A
30 30 30 30
E + vx 
10 B C
B C
15 10
6V +
0,4 A 15
15 15 
E
E
165
Metoda Unit Output
i1 i3 i5
A B
10 20 30 +
+ i vo
36 V i2 20 4
 20 10 

vB  0,130  10  4 V
vo
Misalkan vo  1 V i5   0,1 A
10
vB 4
i4    0,2 A i3  i4  i5  0,3 A v A  v B  i3  20  10 V
20 20
v vs  v A  i1  20
i2  A  0,5 A i1  i2  i3  0,8 A
20  10  0,8  10  18 V

vo 1 1
K    vo ( seharusnya)  K  36  2 V
vs vs 18
166
Metoda Superposisi

20 10 +
+
30 V _ 1,5A Vo =?

20 + 20 +
+ 10 10
30 V Vo1 1,5A Vo2
  

10  20 
Vo1   30  10 V Vo2    1.5   10  10 V
10  20  20  10 

Vo  Vo1  Vo2  20 V

167
Metoda Rangkaian Ekivalen Thévenin
i1 i3
A
A
20 10 +
+
30 V _ i2
20
10 v0

=?
B
10
Lepaskan beban di AB, sehingga vo   15  5 V
AB terbuka, i3 = 0 10  20

VT  v AB ht  v A' B A
20
  30  15 V 20
+
20  20 15 V
+
_ 10 v0
20  20 
RT  10   20 
20  20 B
168
Aplikasi Metoda Analisis Dasar pada Rangkaian Dengan Sumber
Tak-Bebas Tanpa Umpan Balik

is

Rs + +
vs + v1
+  v1 RL vo= ?
R1  vo
 

R1
v1  vs
R1  R s

R1
vo   v1  vs
R1  R s

169
170
Metoda Tegangan Simpul
(Node Voltage Method)

171
Dasar
Arus yang mengalir di cabang rangkaian dari suatu simpul M
ke simpul X adalah
iMX = G (vMvX)

Menurut HAK, jika ada k cabang yang terhubung ke simpul M,


maka jumlah arus yang keluar dari simpul M adalah

k k k
i M  0  Gi vM  vi   v M Gi  Gi vi
i 1 i 1 i 1

172
Kasus-Kasus
i1 vA i2
vB A vC
B G1 G2 C v A G1  G2  G3   vB G1  vC G2  vD G3  0
i3
G3
vD D

vA
v A G1  G2   I s  vBG1  vC G2  0
vB A vC
B G1 G2 C
Is (nilai arus langsung dimasukkan ke persamaan)

vD D

vA
vB A vC
B
G1 G2
C v A  v D  Vs (persamaan simpul super AD)
+
Vs  dan
E F v A G1  G2   v D G3  G4   v B G1  vC G2  v E G3 )  v F G4  0
vE G3 D G4 vF
vD
173
CONTOH: A
R1
B
R3
C
R5
D
20 10 10
0,4 R2 20 R4 20 R6 10
A E
1  1 
v A G1   0.4  v B G1   0   20    0 0   v A  0,4
    20 
   
v B G1  G2  G3   v A G1   vC G3   0   1   1  1  1   1  v   0 
 
 B  
0
vC G3  G4  G5   v B G3   v D G5   0  20   20 20 10   10 
   
 1  1 1 1   1     
v D G5  G6   vC G5   0  0           vC 0
  10   10 20 10   10      
  1  1 1     
 0 0      v D   0 
  10   10 10 

 1 1 0 0  v A  8 1  1 0 0  v A   8 
  v      v   
  1 4  2 0   B   0 0 3  2 0  B  8 
 0  2 5  2 vC  0 0 0 11  6 vC  16
         
0 0  1 2  v D  0 0 0 0 16  v D  16

16 16  6  vD 16  6 8  2  vC 8  4
 vD   1 V  vC    2 V  vB    4 V  v A  8  vB  12 V
16 11 11 3 3
174
CONTOH: Simpul super
R1 15 V R5
A B C D
+
20  10 
R3 10  R2 20  R4 20  10  R6
E 3 1 0 0  v A   0 
    
0 5 9  6 v B   0 
v A G3  G1   v B G1  0 
0 0  14   
6 vC  75
v B G1  G2   vC G4  G5   v AG1  v DG5  0
Simpul     
v B  vC  15 0 0 0 22  v D   75 
super
v D G5  G6   vC G5  0
3 1 0 0 v A   0 
 1 1  1   1 v   0 
     0 0  v A   0  2 3  1
 10 20  20         B   
 1  1 1   1 1  1      0 1 1 0  vC   15
  20      
20 20   20 10 

10  v
 B  0       
 1

0 1 1 0
 v   15 0 0 2 v D   0 
   C  
 1  1 1 
0 0      D  
v 0 
 10  10 10 

175
Metoda Arus Mesh
(Mesh Current Method)

176
A B C  Arus mesh bukanlah pengertian
yang berbasis pada sifat fisis
IA IB rangkaian melainkan suatu peubah
yang digunakan dalam analisis
arus D rangkaian.
mesh E F
 Metoda ini hanya digunakan untuk
IC ID rangkaian planar; referensi arus
mesh di semua mesh mempunyai
G I arah yang sama (misalnya dipilih
H
searah putaran jarum jam).

177
Dasar
Tegangan di cabang yang berisi resistor Ry yang menjadi
anggota mesh X dan mesh Y adalah
vxy = Ry ( Ix  Iy )

Sesuai dengan HTK, suatu mesh X yang terbentuk dari m


cabang yang masing-masing berisi resistor, sedang sejumlah
n dari m cabang ini menjadi anggota dari mesh lain, berlaku

mn n  mn n  n
0  IX  Rx     
R y IX  I y  IX  
 x 1
Rx   R y  
 y 1
I yR y
x 1 y 1  y 1 

Ix = arus mesh X; Rx = resistansi cabang mesh X yang tidak


menjadi anggota mesh Y; Iy = arus mesh Y; Ry = resistansi
cabang mesh Y.

178
Kasus-Kasus
A B C D Mesh BCEFB :
I X R 2  R 3  R 4  R 5   I Y R 2  I Z R 4  0
R1 R3 R6
IY IX IZ
R2 R4 R7 Mesh CDEC :
R5
F E I Z R 4  R 6  R 7   I X R 4  0

v2
A B
+ 
C D Mesh ABFA :
R1 R6 IY R1  R2   I X R2  v1  0
+ IZ
IY IX Mesh BCEFB :
v1  R2 R4
R5 I X R2  R4  R5   IY R2  I Z R4  v2  0
F E
mesh super
A B C D mesh super ABCEFA :
R1 R3 R6 I Y R1  I X R3  R4  R5   v1  I Z R4  0
+
IY IX IZ cabang BF :
 R4
v1 i1 R5
I X  I Y  i1
F E
179
CONTOH:
A 20 B 10 C 10 D

20 20
+
30 V IA IB IC 10

E

Mesh ABEA : I A 20  20  I B 20  30  0


Mesh BCEB : I B 20  10  20  I A 20  IC 20  0
Mesh CDEC : IC 20  10  10  I B 20  0

 40  20 0  I A  30 4  2 0  I A  3
         
  20 50  20  I B    0   0 8  4 I B   3
 0  20 40   IC   0  0 0 12   IC  3

IC = 0,25 A IB = 0,5 A IA = 1 A
180
CONTOH:
A 20 B 10 C 10 D

1A IA IB IC
20 20 10
E

Mesh ABEA : I A  1
Mesh BCEB : I B 20  10  20  I A 20  IC 20  0
Mesh CDEC : IC 20  10  10  I B 20  0

 1 0 0  I A  1 1 0 0  I A  1
         
  20 50  20 I B   0  0 5  2 I B   2
 0  20 40   IC  0 0 0 8   IC  2

IC = 0,25 A IB = 0,5 A IA = 1 A
181
CONTOH: mesh super
A 20 B 10 C 10 D

20 IC
IA IB
10
1A 20
E

I A 20  20   I B 10  20   IC 20   0


mesh super
I A  I B  1
IC 20  10  10   I B 20   0

40 30  20 I A   0  4 3  2 I A   0 
         
 1  1 0  I B    1  0  7 2  I B    4
 0  20 40   IC   0  0 0 12   IC   4 

IC = 1/3 A IB = 2/3 A IA = 1/3 A


182
Aplikasi Metoda Analisis Umum pada
Rangkaian Sumber Tak-Bebas Dengan Umpan Balik
Tidak seperti rangkaian tanpa umpan balik yang dapat dianalisis menggunakan
metoda dasar, rangkaian jenis ini dianalisis dengan menggunakan metoda
tegangan simpul atau arus mesh

10k RF = ?
B C
5k
D A: vA  1 V
A
+ v B  v A v B  vC
+ B:  0
+  vD = 10 RF
1V v1
 + 10V C : vC  100 v1
100v1 1 k
  v D  vC v D
D:
5

1
0 v C  6v D
vC
v1    0,06 v D Agar vD = 10 V, maka v1  0,6 V
100
0,6  1 0,6  100  0,6
 0 R F  1515 k  1,5 M
10 RF
183
184
Pengukur Tegangan dan Arus

Berikut ini kita akan melihat pengukur tegangan


dan pengukur arus. Tegangan maupun arus yang
perlu kita ukur bisa sangat besar. Akan tetapi alat
pengukur (bagian pengukurnya) tidak bisa dibuat
besar karena alat ukur harus ringan agar dapat
bereaksi dengan cepat.
Alat ukur yang kecil ini harus ditingkatkan
kemampuannya, dengan tetap mempertahankan
massanya tetap kecil.

185
Pengukur Tegangan Searah
Bagian pengukur hanya mampu
10  menahan tegangan
50 10  500 mV
Rs
50 mA Alat ini harus mampu mengukur
+ v = 750 V  tegangan 750 V.

Untuk itu dipasang resistor seri Rs


agar tegangan total yang diukur
750
  50  10 3 750 V tetapi bagian pengkur tetap
R s  10 hanya dibebani tegangan 500 mV
750
 Rs  3
 10  14990 
50  10 Kita harus menghitung berapa Rs
yang harus dipasang.

186
Pengukur Arus Searah
Bagian pengukur hanya mampu
10 
dialiri arus
50 mA
100 A 50 mA Alat ini harus mampu mengukur
Ish
arus 100 A.
Rsh
Untuk itu dipasang resistor
paralel Rsh agar sebagian besar
arus total yang diukur mengalir
 I sh  50  10 3  100 di Rsh sedangkan bagian pengkur
 I sh R sh  10  50  10 3 tetap hanya dialiri arus 50 mA
10  50  10 3 Kita harus menghitung berapa Rsh
 R sh  3
 0,005 
100  50  10 yang harus dipasang.

187
Pengukuran Resistansi

Hubungan antara tegangan dan arus resistor


adalah V
VR  RiR atau R  R
iR
Dengan hubungan ini maka resistansi R dapat
dihitung dengan mengukur tegangan dan arus
resistor.

Ada dua kemungkinan rangkaian pengukuran


yang dapat kita bangun seperti terlihat pada
diagram rangkaian berikut.

188
Rangkaian A Rangkaian B
I I
A IR A IR
+ V R + V R
 

V
IR  I  VR  V  IRA
RV

RV : resistansi voltmeter RA : resistansi ampermeter

V V VR V  IRA V
R R  R    RI
I R I  (V / RV ) IR I I

189
Saluran Daya

Energi disalurkan ke beban melalui saluran. Pada


umumnya saluran mengandung resistansi. Oleh karena
itu sebagian dari energi yang dikirim oleh sumber akan
berubah menjadi panas di saluran.

Daya yang diserap saluran adalah


I s2 Rs
Is adalah arus saluran dan Rs adalah resistansi saluran

Is dan Rs ini pula yang menyebabkan terjadinya


tegangan jatuh di saluran

Berikut ini satu contoh penyaluran daya dari satu sumber ke dua beban

190
Contoh:
40+20=60A 20A
+ + 0,8 +
Sumber 0,4 40A 20A
550V V1 V2
  
0,03 0,06

Daya yang diserap saluran adalah

psaluran  602 (0,4  0,03)  202 (0,8  0,06)  1892 W  1,89 kW

Tegangan di beban adalah

V1  550  60(0,4  0,03)  524,2 V


V2  V1  20(0,8  0,06)  507 V

191
Diagram Satu Garis
Dalam ketenagalistrikan, rangkaian listrik biasa dinyatakan
dengan diagram yang lebih sederhana yaitu diagram satu garis.
Rangkaian dalam contoh sebelumnya dinyatakan dengan
diagram satu garis sebagai berikut:

0,4 0,8
Gardu + + +
40A V2 20A
Distribusi 550V V1
  
0,03 0,06
diagram satu garis

0,43 0,86
550V
40A 20A

192
CONTOH: A B C D
vA = 255 V 0,01 0,025 0,015 vD = 250 V

100A 180A Hitung arus saluran

VB  V A V  VC
 100  B 0
2  0,01 2  0,025

 1 1  255 V
VB     100   C 0
 0,02 0,05  0,02 0,05 VC  VB V  VD
 180  C 0
2  0,025 2  0,015

70VB  20VC  12650  1 1  250 V


VC     180   B 0
 0,05 0,03  0,03 0,05
 VB  251,3 V 53,3VC  20VB  8153,3
 VC  247,1 V

V A  V B 255  251,3
I AB    185 A ; I BC  I AB  100  85 A; I DC  180  I BC  95 A
R AB 0,02

193
Contoh:

X 250V

0,04 V A  V X  0,05  50  247 ,5 V


0,05
C
V B  250  0,1 20  248 V
0,1
A 60A VC  250  0,04  60  247 ,6 V
50A
B Daya yang diserap saluran
20A p XA  (50 ) 2  0,05  125 W

Hitung daya yang p XB  (20 ) 2  0,1  40 W


diserap saluran p XC  (60 ) 2  0,04  144 W

194
Contoh:
 1 1  V V
X 250V V A     50  B  X  0
 0,05 0,1  0,1 0,05
0,05 0,04  1 1 1  V V V
V B      20  A  C  X  0
0,1  0,1 0,1 0,15  0,1 0,15 0,1
C
A 0,15  1 1  V V
VC     60  B  X  0
50A  0,04 0,15  0,15 0,04
60A
0,1 30V A  50  10V B  5000  0
B
80 20
20A V B  20  10V A  VC  2500  0
3 3
V X  250 V; hitung V A , VB , VC 95
VC  60 
20
V B  6250  0
3 3

3 1 0 V A 49 5 30  10 0 VA 49 50
0 7  2 V B  1239  30 80  20 V B  7440
0 0 125 VC 30954 0  20 95 VC 18570

1239  2  247 ,64 495  247 ,75


VC  247 ,63 V; V B   247 ,75 V ; V A   247 ,58 V
7 3

195
Contoh:
30A I2
80A 0,01 0,02 0,02 0,01 0,03 0,01 I1 0
C
I1
B 0,02
I3
1 0 0 0 0 1 I2  70
0,01 0,02 1 1 0 0 0 0 I3 30
70A A 
0 1 1 0 0 0 I4  80
D 60A
I6 0,01 0,01 0 0 1 1 0 0 I5 60
I4
F 0,03 E 0 0 0 1 1 0 I6  60
120A I5 60A 1 2 2 1 3 1 I1 0
0 2 2 1 3 2 I2  70
Hitung arus di saluran
0 0 2 1 3 4 I3  150

0 0 0 1 3 6 I4  390
0 0 0 0 3 7 I5  450
0 0 0 0 0 1 I6  81

I6  81 A ; I5  39 A ; I 4  21 A ; I3  39 A ; I 2  41 A ; I1  11 A

196
Rangkaian Dengan Dioda
Rangkaian Dengan OP AMP

197
Rangkaian Dengan Dioda

198
Dioda Ideal
nyata
i i
+ iD ideal
vD

0 v 0 v
Dioda konduksi : iD  0 , vD  0
Dioda tak konduksi : i D  0 , v D  0

+
+ i
va
 Dioda konduksi : iD  0 , v  va
v +
vD iD Dioda tak konduksi : i D  0 , v  v a

 0 va v

199
Penyearah Setengah Gelombang

i Vm v
i
Ias
+ + vD + 0
v RL
0  2 t

2 
Vm sin t
 
1 1
I as  id (t )  d (t )  0
2 0
2 0
R L



1 Vm
cost   Vm  I m
2 RL 0 RL 

Jika v = 220sint sedangkan R = 5k,


maka Ias = 220/5000 = 0,014 A

200
Penyearah Gelombang Penuh

Rangkaian Dengan Transformator


Rangkaian Jembatan
ber-titik-tengah
C
D1 D2 i D1 i1
A + i
+ v1
v + RL v
+
B v2
R
D3 D4 +
D2 i2
D

Vm
v
i i
Ias
2 Vm 2I m
0 I as  
0  2 t  RL 

201
Filter Kapasitor
iD
iR
Waktu dioda konduksi, kapasitor terisi sampai
iC vC = vmaks.
+ vD +
v + vR RL Waktu tegangan menurun, dioda tidak
C konduksi. Terjadi loop tertutup RC seri.

vC  v R v R  Ri R  R(iC )   RC
dvC
dt

dvC
15  vC  RC 0
vR=vC dt
Vm
10 vC
5
dvC 1
0
0
t  dt
-5 0 0.05 0.1 0.15 vC RC
V
-10
m
-15
T  vC  vC 0 e (1/ RC ) t

 qC  C vC  I as (T  T )  I asT
C yang diperlukan I asT I Vas
 C  as 
vC fvC RfvC
202
Pemotong Gelombang
+ V
Dioda i vR
+
+ i vD
v1  v1  V vR  iR  v1  V
_ + konduksi i 0
vR R

tak konduksi 0 0

v v1

0 t
vR = v1 –V, dengan bagian negatif
ditiadakan oleh dioda

203
CONTOH:
A
Dioda vs v2
+ R  +
2V
vs + v2 v A  2 V
 konduksi v2  2 V
iD vD v s  2 V
 + 

tak konduksi v s  vA v2  v s

v2 10
[V] v2=v1
8 5

0
0 t
2 v1 -5
v2 v2
v1
8 -10

204
CONTOH: iA
+ 4,7 V
1k

+  + D P iB= ?
vA 1 D2
0,7 V
+
 0,7 V
vA= 1 V

D1 D2 vP iB
v P  1,7
konduksi tak konduksi
v P  0,7 tak mungkin

v P  1,7 4,7  0,7


tak konduksi konduksi mungkin iB  mA
v P  0,7 1

v P  1,7
konduksi konduksi tak mungkin
v P  0,7

tak konduksi tak konduksi


205
Rangkaian
Dengan Op Amp

206
Penguat Operasional (OP AMP)

catu daya positif +VCC vo


masukan 8 7 6 5
non-inversi iP
io
+ Top vP + +
keluaran  +
 vN +  + vo
masukan 1 2 3 4 iN 
inversi vN vP VCC
catu daya negatif +VCC : catu daya positif Diagram disederhanakan
VCC : catu daya negatif

vP = tegangan masukan non-inversi; iP = arus masukan non-inversi;


vN = tegangan masukan inversi; iN = arus masukan inversi;
vo = tegangan keluaran; io = arus keluaran;

207
Karakteristik Alih
vo
+VCC
vo  v P  v N 

vP  vN  disebut gain loop terbuka


(open loop gain)
VCC

Parameter Rentang nilai Nilai ideal


Nilai  sangat besar, biasanya lebih dari 105.
 105  108  Selama nilai netto (vP  vN ) cukup kecil, vo akan
Ri 106  1013    proporsional terhadap masukan. Akan tetapi
jika  (vP  vN ) > VCC OP AMP akan jenuh;
Ro 10  100  0  tegangan keluaran tidak akan melebihi
 VCC  12   24 V tegangan catu  VCC

208
Model Ideal OP AMP

+
iP io
Ro
vo  VCC
vP + +
+  (v  v ) vo atau
Ri  P N

vP  vN   VCC  vP  vN  


vN + VCC

iN 

Karena  sangat besar, dapat dianggap  =  ,


sedangkan VCC tidak lebih dari 24 Volt, maka
(VCC / ) = 0 sehingga vP = vN . vP  vN
Ri dapat dianggap  sehingga arus masuk di
iP  iN  0
kedua terminal masukan dapat dianggap nol,
iP = iN = 0. Jadi untuk OP AMP ideal :

209
Penguat Non-Inversi

R2
iP vN  vo
R1  R2
vP + vo
vN  R2
vs + vP  vN  vo  v s
 R1 R1  R2

iN R2 R1  R2
vo  vs
R2
umpan balik
R1  R 2
K
R2

210
CONTOH:
2k
+ vo iB

vB = ? iB = ? pB = ?
5V + 2k +

vB RB =1k
1k  v p  vN
5  vP
iP  0   vP  5 V  v N
2000
1
vN  vo vo  3v N  15 V
3
vB
vB  vo  15 V ; iB   15 mA ; pB  vBiB  225 mW.
RB

Resistansi Rin 
vin

5
  karena iin  iP  0
masukan : iin iin

211
CONTOH:
iin
B A
+
 +
R4 R3 vo
vs + R2 vo
 R5 ?
vs
R1

B A
+
 +
RT R3 vo
VT + R2 R5 R R
 VT  v s ; RT  4 5
R 4  R5 R 4  R5
R1

R5 R5 R1
v P  VT  vs  vs  vo Resistansi masukan
R 4  R5 R4  R5 R1  R2 vs
Rin   R 4  R5
vN 
R1 vo R5 R  R2 iin
vo    1
R1  R2 vs R4  R5 R1

212
Penguat Inversi
umpan balik
i1 i2
A
 1 1  v s vo
R1 R2 vo 
vN   
  iN  R  R  0
iN  1
R R 2  1 2
vs + vN 
 v s vo R 
vP +  0 sehingga v o   2 v s
R1 R2  R1 

Penyangga (buffer)
iP
io
vP + vo
vN 
vs +

R
iN

213
CONTOH:
iin R1 R2
A
+  1 1  v v
vo v N     i N  s  o  0

vs +  R1 R2  R1 R2
 +
 v s v o v  R2
R3  0  o 
R1 R2 vs R1

vin vs
Rin    R1
iin vs / R1
vin vs
Rin  
iin (vs  vo ) /( R1  R2 )

vs 1 R1
Rin   
vs (1  vo / vs ) /( R1  R2 ) (1  R2 / R1 ) /( R1  R2 ) ( R1  R2 ) /( R1  R2 )

214
iin R4 R1 R2
CONTOH: B A
+
 vo
vs + R5 +

R3
vo R R2
 2 
VT RT R1  R4 || R5 
RT R2
A v o v o VT R2 R5
   
+ v s VT v s R1  R 4 || R5 R 4  R5
 vo
VT + R 2 R5
 + 
R3 ( R1 R5  R1 R 4  R 4 R5 )

vs
Rin   R4  R1 || R5
iin
v s ; RT  R1  R4 || R5 
R5
VT  R4 ( R1  R5 )  R1R5
R4  R5 
R1  R5

215
Penjumlah
i1

R1 i2 iF  1 1 1  v v v
A v N      i N  1  2  o  0
R2 RF vo  R1 R2 RF  R1 R2 RF
iN
v1 v2 vo
v1 + v2 + vN    0
  +
R1 R2 RF
vP
v v  R R
v o   R F  1  2    F v1  F v 2  K 1v1  K 2 v 2
 R1 R2  R1 R2


RF
vo  K n vn dengan Kn  
n
Rn

216
CONTOH:
R
R
v1 
v1  v 2  v1  v 2 
R R
vo vo  
+ R R
v2
R

1 1 v v
R A vP     iP  1  2  0
v1 R R R R
+ v v
vo
  vP  1 2
v2 2
R
R vo
vN 
R 2
v1  v 2 v o
  v o  v1  v 2
2 2

217
Pengurang (Penguat Diferensial)
i1 i2

R1 R2 + R2
iN vo Jika v2 dimatikan: v o1   v1
R1
v1 + R3 
 +
Jika v1 dimatikan:
v2 + iP
 R4 R1
vP 
R4
vN  v o2 v2
R1  R2 R3  R 4

R1 R4  R4  R1  R2 
v o2  v2 atau v o2   

v 2
R1  R 2 R3  R 4  R3  R 4  R1 

R   R4   R1  R2 
v o  v o1  v o2   2 v1   
 R
v 2   K 1v1  K 2 v 2
 R1   R3  R 4  1 

Jika kita buat R1 = R2 = R3 = R4 maka vo = v2  v1

218
Integrator
iR iC 1 v
v N    C v o  v N   s  0
A d
+ R + R dt R
C vo
vs iN
vs
 C v o 
vo (t ) 1 t
 
d
vN  atau d (v o )   v s dt
R dt v o ( 0) RC 0
vP +
t t
  v dt
1 1
v o  v o (0)  v s dt vo   s
RC 0 RC 0

Diferensiator
iC iR vN v
 C v s  v N   o  0
d
A
+ C + R dt R
vs iN R vo
vo
 C vs 
vs ( t ) 1 t
 
d
vN atau d (v s )   vo dt
 R dt vs ( 0) RC 0
vP + t dv s

1
vs   v o dt atau v o   RC
RC 0 dt

219
Diagram Blok
v1 v1 vo
vo
+ v1 vo v1 vo
 R1 R
K _ 2 K
R1
+
R1  R 2 RF
R2 K  K2  
R2 R2
Penguat Non-Inversi Penguat Inversi

R1 vo v1 RF
v1 K1 K1  
RF R1
v2 + vo
R2 
+ + RF
v2 K2  
K2 R2
Penjumlah
v1 v1
vo K1 R2
R1 R2 K1  
R3  + vo
R1
v2 +
+
R4 v2  R1  R2   R4 
K2 K2      
  R R 
 R1   3 4 
Pengurang
220
Hubungan Bertingkat

v1 v2 v3
vo
+

 
+ +

v1 v2 v3 vo
KK
1 1 K2 K3

vo  K3v3  K3 K 2 v2  K3 K 2 K1v1

221
11. Analisis Transien

222
Pengantar
Peristiwa transien dalam rangkaian listrik, yang walaupun
berlangsung hanya beberapa saat namun jika tidak ditangani secara
benar dapat menyebabkan terjadinya hal-hal yang sangat merugikan
pada rangkaian

Dalam pelajaran ini analisis transien dilakukan di kawasan waktu


meliputi
Analisis Transien Rangkaian Orde-1
Analisis Transien Rangkaian Orde-2

223
Yang dimaksud dengan analisis transien adalah analisis
rangkaian yang sedang dalam keadaan peralihan atau
keadaan transien.

Peristiwa transien biasanya berlangsung hanya beberapa saat


namun jika tidak ditangani secara baik dapat menyebabkan
terjadinya hal-hal yang sangat merugikan pada rangkaian

Peristiwa transien timbul karena pada saat terjadi perubahan


keadaan rangkaian, misalnya penutupan atau pembukaan
saklar, rangkaian yang mengandung elemen dinamik
cenderung memperatahankan status yang dimilikinya sebelum
perubahan terjadi

224
Dalam pembahasan model piranti pasif kita pelajari
bahwa tegangan kapasitor adalah peubah status
kapasitor; dan arus induktor adalah peubah status
induktor.

Pada saat-saat terjadi perubahan rangkaian, kapasitor cenderung


mempertahankan tegangan yang dimilikinya sesaat sebelum
terjadi perubahan

Pada saat-saat terjadi perubahan rangkaian, induktor cenderung


mempertahankan arus yang dimilikinya sesaat sebelum terjadi
perubahan

Peubah status tidak dapat berubah secara mendadak

225
Kita ambil contoh rangkaian seri R dan C
S R A Apabila sesaat sebelum saklar S
+ + ditutup kapasitor tidak bertegangan,
vs vC maka setelah saklar ditutup tegangan
C
  kapasitor akan meningkat mulai dari
B nol. Tegangan kapasitor tidak dapat
berubah secara mendadak.

Kita ambil contoh lain, rangkaian seri R dan L

S R Sesaat sebelum saklar dibuka, arus


A pada induktor adalah iL = vs/R. Pada
+ waktu saklar dibuka, arus induktor
vs iL L akan turun menuju nol dalam waktu
 tertentu karena arus induktor tidak
B dapat berubah secara mendadak.
Sebelum mencapai nol arus induktor
mengalir melalui dioda.
226
Karena hubungan antara arus dan tegangan pada induktor maupun kapasitor
merupakan hubungan linier diferensial, maka persamaan rangkaian yang
mengandung elemen-elemen ini juga merupakan persamaan diferensial

Persamaan diferensial ini dapat berupa persamaan


diferensial orde pertama dan rangkaian yang demikian ini
disebut rangkaian atau sistem orde pertama

Jika persamaan rangkaian berbentuk persamaan


diferensial orde kedua maka rangkaian ini disebut
rangkaian atau sistem orde kedua

227
Rangkaian Orde Pertama biasanya mengandung hanya
satu elemen dinamik, induktor atau kapasitor

S R
Rangkaian RC Seri A
iC +
+ i
vs + v
 vin C
 
B

HTK setelah dv
saklar tertutup:
 v s  iR  v   v s  RC v  0
dt
dv
RC  v  vs Inilah persamaan rangkaian
dt yang merupakan persamaan
diferensial orde pertama
dengan tegangan sebagai
peubah rangkaian
228
Rangkaian RL Seri
S R A

+ iL
vs i L

B

HTK setelah di
saklar tertutup: vs  Ri  vL  vs  Ri  L 0
dt
di
L  Ri  v s Inilah persamaan
dt rangkaian yang
merupakan persamaan
diferensial orde pertama
dengan arus sebagai
peubah rangkaian

229
Rangkaian Orde Ke-dua biasanya mengandung dua
elemen dinamik, induktor dan kapasitor

Rangkaian RLC Seri S L

+ R i +
vs + vin C v
 

di
Ri  L  v  vin
dt
d 2v dv
Karena i = iC = C dv/dt, maka: LC 2
 RC  v  vin
dt dt

Inilah persamaan rangkaian yang


merupakan persamaan diferensial orde
ke-dua dengan tegangan sebagai
peubah rangkaian
230
Rangkaian RLC Paralel is
A
iR iC +
iL = i v
L C
R 

iR  iL  iC  is

v =vL =L di/dt, sehingga iR = v/R dan iC = C dv/dt

v dv Inilah persamaan rangkaian yang


iC  is atau
R dt merupakan persamaan diferensial orde
d 2i L di ke-dua dengan arus sebagai peubah
LC   i  is rangkaian
dt 2 R dt

231
232
Bentuk Umum
Persamaan Rangkaian
Orde-1

233
Bentuk Umum Persamaan Rangkaian Orde Pertama

dy
a  by  x(t )
dt

Fungsi x(t) adalah masukan pada


y adalah fungsi keluaran
rangkaian yang dapat berupa tegangan
ataupun arus dan disebut
fungsi pemaksa atau fungsi penggerak.

tetapan a dan b ditentukan oleh nilai-nilai


elemen yang membentuk rangkaian
Persamaan diferensial seperti di atas mempunyai solusi
yang disebut
solusi total
yang merupakan jumlah dari
solusi homogen dan solusi khusus

234
Solusi homogen adalah fungsi yang dapat memenuhi persamaan homogen
di mana x(t) bernilai nol:
dy Misalkan solusi
a  by  0
dt persamaan ini y0

Solusi khusus adalah fungsi yang dapat memenuhi persamaan aslinya di


mana x(t) tidak bernilai nol
dy Misalkan solusi
a  by  x(t )
dt persamaan ini yp

Solusi total adalah jumlah dari kedua solusi.

Jadi ytotal = (y0+yp)

235
Tanggapan Alami
Tanggapan Paksa
Tanggapan Lengkap

236
Dalam rangkaian listrik, fungsi pemaksa x(t) adalah besaran yang
masuk ke rangkaian dan memaksa rangkaian untuk menanggapinya;
besaran ini biasanya datang dari sumber.

S R A
Dalam rangkaian ini
x(t) = vs + iL
vs i L

Dalam rangkaian listrik solusi homogen adalah tanggapan rangkaian apabila


x(t) = vs = 0 dan tanggapan ini disebut tanggapan alami
Dalam rangkaian listrik solusi khusus adalah tanggapan rangkaian apabila
x(t) = vs  0 dan tanggapan ini disebut tanggapan paksa
Dalam rangkaian listrik solusi total disebut tanggapan lengkap yang
merupakan jumlah dari tanggapan alami dan tanggapan paksa

237
Tanggapan Alami
Tanggapan alami adalah solusi dy a dy
a  by  0 atau y0
khusus dari persamaan homogen : dt b dt

Dalam kuliah ini kita akan mencari solusi persamaan homogen


ini dengan cara pendugaan

Persamaan homogen ini memperlihatkan bahwa y ditambah dengan


suatu tetapan kali turunan y, sama dengan nol untuk semua nilai t
Hal ini hanya mungkin terjadi jika y dan turunannya berbentuk
sama; fungsi yang turunannya mempunyai bentuk sama dengan
fungsi itu sendiri adalah fungsi eksponensial.

Jadi kita dapat menduga bahwa solusi dari persamaan homogen


ini mempunyai bentuk eksponensial
y = K1est

238
Jika solusi dugaan ini kita masukkan ke persamaannya, kita peroleh

aK1se st  bK1e st  0 atau yK1 as  b  0

Salah satu solusi adalah y = 0, namun Inilah yang harus


ini bukanlah solusi yang kita cari
bernilai 0
sedangkan K1 adalah tetapan yang  0

Ini disebut as  b  0
persamaan karakteristik.
Persamaan ini akan
Akar persamaan ini adalah s = (b/a)
menentukan bentuk
tanggapan rangkaian.
Jadi tanggapan alami yang kita cari adalah

ya  K1e st  K1e(b / a) t

Tetapan ini masih harus kita cari. Nilai


tetapan ini diperoleh dari
tanggapan lengkap pada waktu t = 0
Untuk mencari tanggapan lengkap kita
mencari lebih dulu tanggapan paksa, yp 239
Tanggapan Paksa
Tanggapan paksa adalah solusi dari dy
persamaan: a  by  x(t )
dt
Jika solusi persamaan ini kita sebut yp(t), maka bentuk yp(t) haruslah
sedemikian rupa sehingga jika yp(t) dimasukkan ke persamaan ini maka ruas
kiri dan ruas kanan persamaan akan berisi bentuk fungsi yang sama.

Hal ini berarti x(t), yp(t), dan dyp(t) /dt harus berbentuk sama

Kita lihat beberapa kemungkinan bentuk fungsi pemaksa, x(t):


1. x(t) = 0. Jika fungsi pemaksa bernilai nol maka hanya akan ada tanggapan
alami; tanggapan paksa = 0.
2. x(t) = K. Jika fungsi pemaksa bernilai tetap maka tanggapan paksa yp juga
harus merupakan tetapan karena hanya dengan cara itu dyp /dt akan bernilai
nol sehingga ruas kanan dan kiri dapat berisi bentuk fungsi yang sama.
3. x(t) = Aet. Jika fungsi pemaksa berupa fungsi eksponensial, maka
tanggapan paksa yp harus juga eksponensial karena dengan cara itu
turunan yp juga akan berbentuk eksponensial, dan fungsi di ruas kiri dan
kanan persamaan rangakaian akan berbentuk sama.
240
4. x(t) = Asint. Jika fungsi pemaksa berupa fungsi sinus, maka tanggapan
paksa akan berupa penjumlahan fungsi fungsi sinus dan cosinus karena
fungsi sinus merupakan penjumlahan dari dua fungsi eksponensial
kompleks.
e jx  e  jx
sin x 
2
Melihat identitas ini, maka kita bisa kembali ke kasus 3; perbedaannya
adalah kita menghadapi eksponensial kompleks sedangkan di kasus 3
kita menghadapi fungsi eksponensial nyata. Dalam hal ini maka Solusi
yang kita cari akan berbentuk jumlah fungsi sinus dan cosinus.

5. x(t) = Acost. Kasus ini hampir sama dengan kasus 4, hanya berbeda
pada identitas fungsi cosinus

e jx  e  jx
cos x 
2

241
Ringkasan bentuk tanggapan paksa

Jika x(t )  0 , maka y p  0


Jika x(t )  A  konstan, maka y p  konstan  K
Jika x(t )  Ae t  eksponensial, maka y p  eksponensial  Ket
Jika x(t )  A sin t , maka y p  K c cos t  K s sin t
Jika x(t )  A cos t , maka y p  K c cos t  K s sin t
Perhatikan: y  K c cos t  K s sin t adalah bentuk umum
fungsi sinus maupun cosinus .

242
Tanggapan Lengkap

Dugaan tanggapan y  y p  y a  y p  K1e s t


lengkap adalah
Ini masih dugaan karena
tanggapan alami juga tanggapan paksa Dugaan tanggapan alami
masih dugaan
K1 masih harus ditentukan
melalui penerapan kondisi
awal yaitu kondisi pada t = 0

Kondisi Awal
Kondisi awal adalah situasi sesaat setelah penutupan rangkaian (jika saklar
ditutup) atau sesaat setelah pembukaan rangkaian (jika saklar dibuka);
Sesaat sebelum penutupan/pembukaan saklar dinyatakan sebagai t = 0-
Sesaat sesudah penutupan/pembukaan saklar dinyatakan sebagai t = 0+.

Pada induktor, arus pada t = 0+ sama dengan arus pada t = 0-


Pada kapasitor, tegangan pada t = 0+ sama dengan tegangan pada t = 0-

243
Jika kondisi awal kita masukkan pada dugaan solusi lengkap akan kita
peroleh nilai K1

y(0 )  y p (0 )  K1  K1  y(0 )  y p (0 )  A0

Dengan demikian tanggapan lengkap adalah

y  y p  A0 e s t

Ini merupakan
Ini merupakan
komponen mantap dari
komponen transien
tanggapan lengkap;
dari tanggapan
ia memberikan nilai
lengkap;
tertentu pada
ia bernilai 0 pada
tanggapan lengkap
t=
pada t = 

244
Prosedur Mencari Tanggapan Lengkap Rangkaian

1. Carilah nilai peubah status pada t = 0 ; ini merupakan kondisi awal.


2. Carilah persamaan rangkaian untuk t > 0.
3. Carilah persamaan karakteristik.
4. Carilah dugaan tanggapan alami.
5. Carilah dugaan tanggapan paksa.
6. Carilah dugaan tanggapan lengkap.
7. Terapkan kondisi awal pada dugaan tanggapan lengkap yang akan
memberikan niali-nilai tetapan yang harus dicari.
8. Dengan diperolehnya nilai tetapan, didapatlah tanggapan rangkaian
yang dicari

245
Contoh: x(t) = 0 S
1 2
Saklar S telah lama pada posisi 1. Pada t = 0
S dipindah ke posisi 2. Carilah tanggapan + + R=10k
vs= 12V  v
rangkaian.  C=0.1F

1. Pada t = 0- kapasitor telah terisi penuh dan v(0+) = 12 V

2. Persamaan rangkaian untuk t > 0:  v  iR R  0

dv
Karena iR  iC  C
dt
dv dv 1
maka  v  RC 0  v0
dt dt RC

dv
 1000 v  0
dt

3. Persamaan karakteristik: s  1000  0  s  1000

246
Persamaan karakteristik : s  1000  0  s  1000

4. Dugaan tanggapan alami : va  A0 e 1000t

5. Dugaan tanggpan paksa : v p  0 ( tidak ada fungsi pemaksa)

1000t
6. Dugaan tanggapan lengkap : v  v p  A0 e  0  A0 e
st

7. Kondisi awal : v(0  )  v(0  )  12 V.


Penerapan kondisi awal pada dugaan tanggapan lengkap
memberikan : 12  0  A0  A0  12

1000 t
8. Tanggapan lengkap menjadi : v  12 e V

247
Contoh: x(t) = 0
A
Saklar S telah lama tertutup. +
S R =1 k
0 i
Pada t = 0 saklar S dibuka. vs =
 R =3 k L=
Carilah tanggapan rangkaian 50 V
0.6 H

Sebelum saklar dibuka:


50
i (0  )   50 mA
1000
Persamaan rangkaian pada t > 0:
vA
Simpul A: i0
3000
1  di 
Karena vA = vL = L di/dt, L i  0
3000  dt 
1  di 
 0,6   i  0
3000  dt 
di
0,6  3000 i  0
dt
Persamaan karakteristik: 0,6 s  3000  0

248
Persamaan karakteristik: 0,6 s  3000  0

Dugaan tanggapan alami : ia  A0 e 5000 t

Dugaan tanggapan paksa : i p  0 (tak ada fungsi pemaksa)

Dugaan tanggapan lengkap : i  i p  A0 e 5000 t  0  A0 e 5000 t

Kondisi awal : i (0  )  i (0  )  50 mA .
Penerapan kondisi awal pada dugaan tanggapan lengkap
memberikan : 50  A0

Tanggapan lengkap menjadi : i  50 e 5000t mA

249
Contoh: x(t) = A
i
S
2 Saklar S telah lama pada posisi 1. Pada t
+ 10k + = 0 saklar dipindah ke posisi 2. Carilah
1 v
- 12V tanggapan rangkaian.
0,1F 

Pada t = 0- kapasitor tidak bermuatan; tegangan kapasitor v(0-) = 0.


 v(0+) = 0
Persamaan rangkaian pada t > 0:
 12  10 4 i  v  0

dv
Karena i = iC = C dv/dt  12  10 4  0,1  10  6 v  0
dt

dv
10 3  v  12
dt
3
Persamaan karakteristik: 10 s 1  0

250
Persamaan karakteristik : 10 3 s  1  0  s  1 / 10 3  1000

Dugaan tanggapan alami : va  A0 e 1000 t

Dugaan tanggapan paksa : v p  K

Masukkan v p dugaan ini ke persamaan rangkaian :


0  K  12  v p  12

Dugaan tanggapan lengkap : v  12  A0 e 1000 t V

Kondisi awal : v(0  )  v(0)  0 . 12


v
Penerapan kondisi awal memberikan : [V] 1000t
12-12e
0  12  A0  A0  12
0 t
1000t
Tanggapan lengkap menjadi : v  12  12 e V 0 0.002 0.004

251
Contoh: x(t) = Acost A

Rangkaian di samping ini iC +


+ 15
v
mendapat masukan vs=50cos10t u(t) V  vs 10
1/30 F 
tegangan sinusoidal yang
muncul pada t = 0.
v(0+) = 0

Kondisi awal dinyatakan bernilai nol: v (0  )  0


Persamaan rangkaian untuk t > 0:
1 1 v 1 v
Simpul A: v    iC  s  0  v  iC  s
 15 10  15 6 15

1 1 dv vs
iC = C dv/dt v 
6 30 dt 15

dv
  5v  100 cos10 t
dt

Persamaan karakteristik: s  5  0  s  5
252
Persamaan karakteristik: s  5  0  s  5
Dugaan tanggapan alami : va  A0 e 5 t

Dugaan tanggapan paksa : v p  Ac cos10t  As sin 10t

Substitusi tanggapan dugaan ini ke persamaan rangkaian memberikan :


 10 Ac sin 10t  10 As cos10t  5 Ac cos10t  5 As sin 10t  100 cos10t
 10 Ac  5 As  0 dan 10 As  5 Ac  100
 As  2 Ac  20 Ac  5 Ac  100  Ac  4 dan As  8
Tanggapan paksa : v p  4 cos10t  8 sin 10t
Dugaan tanggapan lengkap : v  4 cos10t  8 sin 10t  A0 e 5 t

Kondisi awal v(0  )  0


Penerapan kondisi awal : 0  4  A0  A0  4

Jadi tegangan kapasitor : v  4 cos10t  8 sin 10t  4e 5t V

Arus kapasitor : iC  C
dv 1

dt 30

 40 sin 10t  80 cos10t  20 e 5 t 
 1,33 sin 10t  2,66 cos10t  0,66 e 5 t A

253
Konstanta Waktu

254
Lama waktu yang diperlukan oleh suatu peristiwa transien
untuk mencapai akhir peristiwa (kondisi mantap) ditentukan
oleh konstanta waktu yang dimiliki oleh rangkaian.

S
Tinjauan pada Contoh sebelumnya 1 2
+ +
vs  v iR
C R

Setelah saklar S pada posisi 2, dv 1


persamaan raqngkaian adalah:  v0
dt RC
1 1
Fungsi karakteristik: s 0 s
RC RC
1
 t
Dugaan tanggapan alami: va  K1e RC

Tanggapan alami ini yang akan menentukan


komponen transien pada tanggapan lengkap
255
1
 t
Tanggapan alami: va  K1e RC

Tanggapan alami dapat dituliskan: va  K1e t / 

dengan:   RC
t / 
Tanggapan lengkap menjadi: v  v p  va  v p  K1e

Tanggapan paksa

 disebut konstanta waktu.


Ia ditentukan oleh besarnya elemen rangkaian.
Ia menentukan seberapa cepat transien menuju akhir.
Makin besar konstanta waktu, makin lambat tanggapan
rangkaian mencapai nilai akhirnya (nilai mantapnya),
yaitu nilai komponen mantap, vp

256
Tinjauan pada Contoh sebelumnya
A
S R0 + +
+ i
Pada t = 0 saklar S dibuka vs  R L
 

Persamaan rangkaian setelah di di R


saklar dibuka adalah: L  R i  i0
dt dt L
R
Persamaan karakteristik: s 0
L
R
s
R L
 t
Tanggapan alami: ia  K1e L

Tanggapan alami ini juga akan menentukan


komponen transien pada tanggapan lengkap
seperti halnya tinjauan pada Contoh-2.1

257
R
 t
Tanggapan alami: ia  K1e L

Tanggapan alami dapat dituliskan: ia  K1e t / 


L
dengan: τ
R
Tanggapan lengkap: i  i p  ia  i p  K1e t / 

Tanggapan paksa

 disebut konstanta waktu.


Ia ditentukan oleh besarnya elemen rangkaian.
Ia menentukan seberapa cepat transien menuju akhir.
Makin besar konstanta waktu, makin lambat transien
mencapai nilai akhirnya yaitu nilai komponen mantap, ip.

258
Tinjauan pada Contoh sebelumnya
S i

2
+ R +
vs - 1 v Pada t = 0, S dipindahkan ke posisi 2.
C 

Persamaan rangkaian setelah  vs  Ri  v  0  vs  Ri  v  0


saklar pada posisi 2:
dv
Karena i = iC = C dv/dt RC  v  vs
dt
Persamaan karakteristik: RCs  1  0

(1 / RC)t t /  s  1/ RC


Tanggapan alami: va  Ke  Ke

  RC
t / 
Tanggapan lengkap: v  v p  va  v p  Ke

259
A
Tinjauan pada Contoh sebelumnya
iC +
+ R1
vs=Acost u(t) v
 R2
C 

1 1  v

Simpul A: v    iC  s  0
 R1 R2  R1

 R  R2  dv vs
iC = C dv/dt v 1   C 
 R1R2  dt R1
 R  R2 
Persamaan karakteristik: R  Cs  0 R   1 
 R1R2 
s  1/ RC

Tanggapan alami: va  Ke(1/ R C )t  Ket /    RC

Tanggapan lengkap: v  v p  va  v p  Ket / 

260
Dari tinjauan contoh-1 s/d 4, dengan menggambarkan rangkaian
untuk melihat tanggapan alami saja, kita buat ringkasan berikut:

C R R L

  RC   L/R

  R1  R2 
R1
R C
* R   
C
R2
 R1R2 

Konstanta waktu ditentukan oleh besar elemen-elemen rangkaian


Untuk rangkaian R-C :  = RC
Untuk rangkaian R-L :  = L/R

261
Konstanta waktu ditentukan oleh besar elemen-elemen rangkaian
Untuk rangkaian R-C :  = RC
Untuk rangkaian R-L :  = L/R
Konstanta waktu juga ditentukan oleh berapa besar energi yang semula
tersimpan dalam rangkaian (yang harus dikeluarkan)

Makin besar C dan makin besar L, simpanan energi dalam rangkaian


akan makin besar karena
1 2 1
wC  Cv dan wL  Li 2
2 2
Oleh karena itu konstanta waktu  berbanding lurus dengan C atau L

Pengurangan energi berlangsung dengan mengalirnya arus i dengan


desipasi daya sebesar i2R. Dalam kasus rangkaian R-C, di mana v
adalah peubah status, makin besar R akan makin besar  karena arus
untuk desipasi makin kecil. Dalam kasus rangkaian R-L di mana
peubah status adalah i makin besar R akan makin kecil  karena
desipasi daya i2R makin besar
262
Tanggapan Masukan Nol
dan
Tanggapan Status Nol

263
Peristiwa transien dapat pula dilihat sebagai gabungan dari
tanggapan masukan nol dan tanggapan status nol

Tanggapan Masukan Nol adalah tanggapan rangkaian jika tidak


ada masukan. Peristiwa ini telah kita kenal sebagai tanggapan alami

Tanggapan Status Nol adalah tanggapan rangkaian jika ada


masukan masukan pada rangkaian sedangkan rangkaian tidak
memiliki simpanan energi awal (simpanan energi sebelum terjadinya
perubahan rangkaian).
Pengertian tentang tanggapan status nol ini muncul karena
sesungguhnya tanggapan rangkaian yang mengandung elemen
dinamik terhadap adanya masukan merupakan peristiwa transien
walaupun rangkaian tidak memiliki simpanan energi awal

264
Tanggapan Masukan Nol

+
vC C R R L iL

Bentuk tanggapan rangkaian tanpa fungsi pemaksa secara umum adalah

ym0  y(0 ) e t / 
tanggapan masukan nol vC(0+) atau iL(0+)
masing-masing menunjukkan
adanya simpanan energi energi
awal dalam rangkaian
di kapasitor sebesar ½CvC 2
di induktor sebesar ½LiL2

peubah status, vC dan iL, tidak dapat berubah secara mendadak


Pelepasan energi di kapasitor dan induktor terjadi sepanjang peristiwa transien,
yang ditunjukkan oleh perubahan tegangan kapasitor dan arus induktor
265
Tanggapan Status Nol
Jika sebelum peristiwa transien tidak ada simpanan energi dalam
rangkaian, maka tanggapan rangkaian kita sebut tanggapan status nol.

Bentuk tanggapan ini secara umum adalah


ys 0  y f  y f (0 ) e t / 
Tanggapan status nol
Bagian ini merupakan reaksi
Status final elemen dinamik (kapasitor ataupun
t= induktor) dalam mencoba
mempertahankan status rangkaian.
Oleh karena itu ia bertanda negatif.
yf (0+) adalah nilai tanggapan pada
t = 0+ yang sama besar dengan yf
sehingga pada t = 0+ tanggapan
status nol ys0 = 0.

266
Kita ambil contoh Rangkaian R-C
i
S Pada rangkaian R-C, kapasitor
2 akan mencoba bertahan pada
+ 10k +
1 v
- 12V
status yang dimiliki sebelum
0,1F  pemindahan saklar, yaitu v = 0.

Pada saat final (saat akhir


transien) tegangan kapasitor
adalah v = vs = 12 V
Tanggapan status nol adalah

vs0  v f  v f (0  ) e t / 
 12  12 e t / 
Untuk rangkaian R-C :  = RC

267
Dengan demikian tanggapan lengkap rangkaian dapat dipandang
sebgai terdiri dari
tanggapan status nol dan tanggapan masukan nol

y  y s 0  ym 0
 y f (t )  y f (0  ) e  t /   y (0  ) e t / 

Konstanta waktu 
ditentukan oleh elemen
rangkaian

268
269
Bentuk Umum
Persamaan Rangkaian
Orde Ke-dua

270
Bentuk Umum Persamaan Rangkaian Orde Ke-dua

d2y dy
a b  cy  x(t )
dt 2 dt

y = tanggapan rangkaian yang dapat fungsi pemaksa atau


berupa tegangan ataupun arus fungsi penggerak.

tetapan a dan b ditentukan oleh nilai-


nilai elemen yang membentuk rangkaian
Persamaan diferensial orde ke-dua muncul karena
rangkaian mengandung kapasitor dan induktor

dengan tegangan sebagai dengan arus


peubah status sebagai peubah status

sedangkan peubah dalam persamaan rangkaian


harus salah satu di ataranya, tegangan atau arus
271
Tanggapan Alami
Tanggapan alami adalah solusi persamaan rangkaian di
mana x(t) bernilai nol:

d2y dy
a 2  b  cy  0
dt dt

Dugaan solusi y berbentuk fungsi eksponensial ya = Kest dengan nilai


K dan s yang masih harus ditentukan.
Kalau solusi ini dimasukkan ke persamaan, akan diperoleh

aKs 2 e st  bKse st  cKe st  0 atau


 
Ke st as 2  bs  c  0

Bagian ini yang harus bernilai nol yang


memberikan persamaan karakteristik

as2  bs  c  0
272
as2  bs  c  0

Persamaan karakteristik yang berbentuk persamaan kwadrat itu


mempunyai dua akar yaitu

 b  b 2  4ac
s1, s2 
2a
Dengan adanya dua akar tersebut maka kita mempunyai
dua solusi homogen, yaitu

ya1  K1es1t dan ya 2  K2es2t

Tanggapan alami yang kita cari akan berbentuk

ya  K1e s1t  K 2e s2t

Seperti halnya pada rangkaian orde pertama, tetapan-tetapan ini


diperoleh melalui penerapan kondisi awal pada tanggapan lengkap
273
Tanggapan Paksa
Tanggapan paksa adalah solusi persamaan rangkaian di
mana x(t)  0:

d2y dy
a b  cy  x(t )
dt 2 dt

Bentuk tanggapan paksa ditentukan oleh bentuk x(t)


sebagaimana telah diulas pada rangkaian orde pertama, yaitu

Jika x(t )  0 , maka y p  0


Jika x(t )  A  konstan, maka y p  konstan  K
Jika x(t )  Ae t  eksponensial, maka y p  eksponensial  Ket
Jika x(t )  A sin t , maka y p  K c cos t  K s sin t
Jika x(t )  A cos t , maka y p  K c cos t  K s sin t
Perhatikan: y  K c cos t  K s sin t adalah bentuk umum
fungsi sinus maupun cosinus .
274
Tanggapan Lengkap
Tanggapan lengkap adalah jumlah tanggapan alami
dan tanggapan paksa

y  y p  ya  y p  K1es1t  K2es2t

Tetapan ini diperoleh melalui penerapan kondisi awal

Jika rangkaian mengandung C dan L, dua elemen


ini akan cenderung mempertahankan statusnya.
Jadi ada dua kondisi awal yang harus dipenuhi
yaitu

vC (0 )  vC (0 )
dan

i L (0  )  i L (0  )

275
Kondisi Awal
Secara umum, kondisi awal adalah:
dy 
y (0  )  y (0  ) dan (0 )  y ' (0  )
dt
Nilai sesaat sebelum dan sesudah
penutupan/pembukaan saklar harus sama, dan
laju perubahan nilainya juga harus kontinyu

y y

0 t 0 t

Pada rangkaian orde Pada rangkaian orde kedua dy/dt(0+)


pertama dy/dt(0+) tidak harus kontinyu sebab ada d2y/dt2
perlu kontinyu dalam persamaan rangkaian yang
hanya terdefinisi jika dy/dt(0+) kontinyu
276
Tiga Kemungkinan Bentuk Tanggapan
Persamaan karakteristik
as2  bs  c  0

dapat mempunyai tiga kemungkinan nilai akar, yaitu:

a). Dua akar riil berbeda, s1  s2, jika {b2 4ac } > 0;
b). Dua akar sama, s1 = s2 = s , jika {b24ac } = 0;
c). Dua akar kompleks konjugat s1,s2 =   j jika {b24ac } < 0.

Tiga kemungkinan akar ini akan memberikan tiga


kemungkinan bentuk tanggapan

277
Persamaan karakteristik dengan
dua akar riil berbeda,
s1  s2, {b2 4ac } > 0

278
Contoh-1
S 1 2 1H

+
+ i Saklar S telah lama berada pada posisi 1.
iC
v 8,5 k
Pada t = 0 saklar dipindahkan ke posisi 2.
 15 V  0,25 F Carilah perubahan tegangan kapasitor.

 
Pada t = 0- : i(0 )  0 dan v(0 )  12 V
di
Persamaan Rangkaian pada t > 0 :  v  L  Ri  0
dt
2
d
Karena i = -iC = -C dv/dt, maka:  v  LC v  RC dv  0
dt 2 dt
d 2v R dv v
   0
dt 2 L dt LC

d 2v dv
 8,5  10 3  4  10 6 v  0
dt 2 dt 279
Persamaan karakteristik: s 2  8,5 103 s  4 106  0

 akar - akar : s1 , s2  4250  10 3 (4,25 ) 2  4  500 ,  8000

500t
Dugaan tanggapan lengkap: v  0  K1e  K 2e 8000t

Tak ada fungsi pemaksa

Kondisi awal: vC (0 )  15 V dan iL (0  )  0


Karena persamaan rangkaian menggunakan v
sebagai peubah maka kondisi awal arus iL(0+)
harus diubah menjadi dalam tegangan v

  dvC (0  )
i L (0 )  iC (0 )  C 0
dt

dvC (0  )
0
dt

280
 dv (0  )
Kondisi awal: v(0 )  15 V 0
dt

500t
Dugaan tanggapan lengkap: v  0  K1e  K 2e 8000t

15  K1  K2 0  500K1  8000K2

0  500K1  8000(15  K1 )
8000 15 K2  1
K1   16
7500

Tanggapan lengkap menjadi: v  16 e 500t  e 8000t V


(hanya ada tanggapan alami).

Ini adalah pelepasan muatan kapasitor pada


rangkaian R-L-C seri

281
Tanggapan lengkap : v  16e 500t  e 8000t V

16

12
v
8

0
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005
-4

Perhatikan bahwa pada t = 0+ tegangan kapasitor adalah 15 V


Pada waktu kapasitor mulai melepaskan muatannya,
ada perlawanan dari induktor yang menyebabkan
penurunan tegangan pada saat-saat awal agak landai

282
1H
Contoh-2 S
i Saklar S telah lama tertutup.
+ + iC
 v Pada t = 0 saklar dibuka.
8,5 k
19 V  0,25 F Tentukan perubahan tegangan
kapasitor dan arus induktor.

Sebelum saklar dibuka arus hanya melalui induktor. Dioda tidak konduksi.

i L (0  ) 
19
 2 mA vC (0  )  0 V
8500
di
Persamaan Rangkaian pada t > 0 :  v  L  Ri  0
dt
dv d 2v dv
i  iC  C C  v  LC 2  RC 0
dt dt dt

d 2v R dv v
 2   0
dt L dt LC

d 2v dv
 8,5  10 3  4  10 6 v  0
dt 2 dt
283
Persamaan karkterist ik : s 2  8,5 103 s  4 106  0
 akar - akar : s1 , s2  4250  103 (4,25) 2  4  500,  8000

Dugaan ta nggapan lengkap : v  0  K1e 500t  K 2e 8000t

Tak ada fungsi pemaksa

Kondisi awal: iL (0  )  2 mA dan vC (0 )  0 V

Karena persamaan rangkaian menggunakan v sebagai


peubah maka kondisi awal iL(0+) harus diubah menjadi
dalam v

  dvC (0  )
 i L (0 )  iC (0 )  C  2 10 3
dt

dvC (0  ) 2 10 3

dt C

284
 dv(0  ) 2 10 3
Kondisi awal: v(0 )  0   8 10 3
dt 0,25 10 6

Dugaan ta nggapan lengkap : v  0  K1e 500t  K 2e 8000t

0  K1  K 2 8000  500 K1  8000 K 2

8000  500 K1  8000 K1

8000
K1   1,06 K 2   K1  1
7500

Tegangan kapasitor menjadi : v  1,06 e 500t  1e 8000t V


Ini adalah pengisian kapasitor oleh arus
induktor pada rangkaian R-L-C seri

Arus induktor : i L  iC  C


dv
dt

 0,25  10 6  530 e 500t  8000 e 8000t 
 133  10 3 e 500t  2e 8000t mA
285
Tanggapan lengkap : v  1,06e 500t  1e 8000t V

v
0. 5
[V]

0
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005

-0. 5

-1

Perhatikan bahwa pada awalnya tegangan kapasitor naik


karena menerima pelepasan energi dari induktor

Kenaikan tegangan kapasitor mencapai puncak kemudian


menurun karena ia melepaskan muatan yang pada awalnya
diterima.
286
v  16e 500t  e 8000t V v  1,06 e 500t  1e 8000t V

16
1
v [V] Pelepasan energi induktor
12 v
0. 5
v [V]
8
0
4 0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005

-0. 5
0
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005
-1
-4

Untuk kedua peristiwa ini yang di-plot terhadap waktu adalah tegangan kapasitor

Seandainya tidak ada induktor, penurunan tegangan kapasitor akan terjadi


dengan konstanta waktu

  RC  8500  0.25 106  2125 10-6


atau 1/ = 470,6. Tetapi karena ada induktor, konstanta waktu menjadi lebih kecil
sehingga 1/ = 500. Inilah yang terlihat pada suku pertama v.

Suku ke-dua v adalah pengaruh induktor, yang jika tidak ada kapasitor nilai 1/
= R/L = 8500. Karena ada kapasitor nilai ini menjadi 8000 pada suku ke-dua v.
287
Persamaan Karakteristik Memiliki Dua Akar
Riil Sama Besar
s1 = s2, {b2 4ac } = 0

288
Dua akar yang sama besar dapat kita tuliskan sebagai

s1  s dan s2  s   ; dengan   0

Tanggapan lengkap akan berbentuk

y  y p  K1es1t  K2es2t  y p  K1est  K2e( s )t

Tanggapan paksa Tanggapan alami

Kondisi awal pertama Kondisi awal kedua


y (0  )  y p (0  )  K1  K 2 y (0  )  y p (0  )  K1s  K 2 ( s  )
y (0  )  y p (0  )  K1  K 2  A0 y (0  )  y p (0  )  ( K1  K 2 ) s  K 2   B0

B0  A0 s B0  A0 s
A0 s  K 2   B0  K 2  dan K1  A0 
 
289
Tanggapan lengkap menjadi
  1 e t  st
y  y p   A0  ( B0  A0 s)    e

    

 1 e t   et  1 

lim     lim  t
  
   0  
0
 

y  y p  A0  ( B0  A0s) t  est

y  y p  Ka  Kb t  e st

ditentukan oleh kondisi awal ditentukan oleh kondisi awal dan s


s sendiri ditentukan oleh nilai elemen-
elemen yang membentuk rangkaian dan
tidak ada kaitannya dengan kondisi awal

290
Contoh-3.
S 1 2 1H

+ + iC
i Sakalar telah lama di posisi 1. Pada t
 v 4 k = 0 di pindah ke posisi 2. Tentukan
15 V
 0,25 F perubahan tegangan kapasitor.
(Diganti dengan 4 k dari contoh sebelumnya)

 
Sebelum saklar dipindahkan: v(0 )  15 V ; i (0 )  0
di
Persamaan rangkaian untuk t > 0:  v  L  iR  0
dt
d 2v dv
Karena i =  iC = C dv/dt LC 2  RC v  0
dt dt
d 2v 3 dv
2
 4  10  4  10 6
v0
dt dt

Persamaan karakteristik: s 2  4  10 3 s  4 10 6  0

291
Persamaan karakteris tik : s 2  4000 s  4 10 6  0

akar - akar : s1 , s2  2000  4 10 6  4 10 6  2000  s

Karena persamaan karakteris tik memiliki akar sama besar


maka tanggapan lengkap akan berbentuk :
v  v p  K a  K b t  e st  0  K a  K b t  e st
Tak ada fungsi pemaksa

Kondisi awal pertama v(0  )  v(0  )  v(0 )  15  K a .

 K b e st  K a  K bt  s e st
dv  dv
Kondisi awal kedua (0 )  0 
dt dt
dv 
 (0 )  0  K b  K a s  K b   K a s  30000
dt

 Jadi : v  15  30000t  e 2000t V

292
v  15  30000t  e 2000t V
15

10
v  30000 t e2000t
5

0
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006
-5
v  15 e2000t
-10

-15

293
Dua akar kompleks konjugat
{b2 4ac } < 0
s1    j dan s2    j

294
Akar-Akar Kompleks Konjugat
s1    j dan s2    j

Tanggapan lengkap akan berbentuk


 
y  y p  K1e( j) t  K 2e( j) t  y p  K1e j t  K 2e j t et

K1 (cos t  j sin t ) K2 (cos t  j sin t )


( K1  K2 ) cos t  j( K1  K2 ) sin t
K a cos t  Kb sin t
y  y p  K a cos t  Kb sin t  et

K a  y(0 )  y p (0 )
 
Kondisi awal pertama: y(0 )  y p (0 )  K a
  t
Kondisi awal kedua: y (0 )  y p (0 )  {( K b  K a) sin t  ( K b  K a ) cos t}e
 y p (0  )  K a  K b

K a  Kb  y(0 )  yp (0 )


295
Contoh-4.
S 1 2 1H

+ + iC
i Saklar S sudah lama pada posisi 1.
 v 1 k Pada t = 0 dipindah ke poisisi 2.
15 V
 0,25 F Carilah perubahan tegangan kapasitor.

(Diganti dengan 1 k dari contoh sebelumnya)

Pada t = 0+ : v(0  )  15 V ; i(0  )  0 v L


di
 iR  0
dt
Persamaan rangkaian untuk t > 0:

Karena i = iC = C dv/dt d 2v dv


LC 2  RC v  0
dt dt

d 2v 3 dv
2
 1 10  4  10 6
v0
dt dt

Persamaan karakteristik: s 2  110 3 s  4 10 6  0

296
dv
Persamaan karakteris tik : s 2  1000  4 10 6  0
dt
akar - akar : s1 , s2  500  500 2  4 10 6  500  j500 15

dua akar kompleks konjugat

  j dengan   500 ;   500 15


Tanggapan lengkap akan berbentuk:
v  0  K a cos t  K b sin t  e t
Kondisi awal pertama  v(0 )  15  Ka
dv 
Kondisi awal kedua  ( 0 )  0  K a   K b
dt
 K a 500 15
 Kb    15
 500 15

Tanggapan lengkap : v  15 cos(500 15 t )  15 sin( 500 15 t ) e 500t V 
297
 
v  15 cos(500 15 t )  15 sin( 500 15 t ) e 500t V

15

15 cos(500 15 t
v 10
[V]
5
15 sin( 500 15 t )
0
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006
-5

-10

-15

298
Perbandingan tanggapan rangkaian:
Dua akar riil berbeda: sangat teredam, v  16e 500t  e 8000t V
Dua akar riil sama besar : teredam kritis, v  15  30000t  e 2000t V
Dua akar kompleks konjugat : kurang teredam,
 
v  15 cos(500 15 t )  15 sin( 500 15 t ) e 500t V

15

10

0
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006
-5

-10

-15

299
Contoh Tanggapan Rangkaian Dengan Masukan Sinyal Sinus

Rangkaian mendapat masukan


i 5 1H sinyal sinus yang muncul pada t = 0.
+
vs = + 1 v Tentukan perubahan tegangan dan
26cos3t u(t) V  vs F  arus kapasitor, apabila kondisi awal
6 adalah i(0) = 2 A dan v(0) = 6 V

Pada t = 0+ : i(0+) = 2 A dan v(0+) = 6 V


di
Persamaan rangkaian untuk t > 0 :  vs  Ri  L v  0
dt
dv d 2i
RC  LC  v  vs
dt 2
dt
5 dv 1 d 2 v
   v  26 cos 3t
6 dt 6 dt 2

d 2v dv
5  6v  156 cos 3t
dt 2 dt
300
Persamaan karakteris tik : s 2  5s  6  0  ( s  2)( s  3);
akar - akar : s1 , s2  2,  3

Dugaan tanggapan paksa : v p  Ac cos3t  As sin 3t

d 2v dv
Persamaan rangkaian 5  6v  156 cos 3t
dt 2 dt
  9 Ac  15 As  6 Ac cos 3t   9 As  15 Ac  6 As sin 3t  156 cos 3t
 3 Ac  15 As  156 dan  15 Ac  3 As  0
156  0 5 156  0
 Ac   2 ; As   10
 3  75 75  3
Tanggapan paksa : v p  2 cos3t  10sin 3t

Dugaan tanggapan lengkap : v  2 cos 3t  10 sin 3t  K1e 2t  K 2e 3t

masih harus ditentukan melalui


penerapan kondisi awal
301
1 dv  dv
Kondisi awal : v(0  )  6 dan i (0  )  2  (0 )  (0  )  12
6 dt dt
Aplikasi kondisi awal pertama : 6  2  K1  K 2  K 2  8  K1
Aplikasi kondisi awal kedua : 12  30  2 K1  3K 2
 K1  6  K 2  2
Tanggapan lengkap : v  2 cos 3t  10 sin 3t  6e 2t  2e 3t V
1 dv
 i  sin 3t  5 cos 3t  2e 2t  e 3t A
6 dt

Amplitudo tegangan
30 menurun
v [V] 20 vs
Amplitudo arus
i [A] v meningkat
10
0 t [s]
-10 0 i 2 4 6 8 10
-20
-30
302
Kuliah Terbuka
Analisis Rangkaian Listrik di Kawasan Waktu

Sudaryatno Sudirham

303

Anda mungkin juga menyukai