Anda di halaman 1dari 120

Sudaryatno Sudirham

Analisis Rangkaian Listrik


di Kawasan Waktu
#1
Klik untuk melanjutkan

1
Bahan Kuliah Terbuka
dalam format pdf tersedia di
www.buku-e.lipi.go.id

dalam format pps beranimasi tersedia di


www.ee-cafe.org

2
Teori dan Soal ada di buku

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 1


(pdf)

tersedia di
www.buku-e.lipi.go.id
dan
www.ee-cafe.org

3
Isi Kuliah:
1. Pendahuluan
2. Besaran Listrik dan Peubah Sinyal
3. Model Sinyal
4. Model Piranti
5. Hukum-Hukum Dasar
6. Kaidah-Kaidah Rangkaian
7. Teorema Rangkaian
8. Metoda Analisis
9. Aplikasi Pada Rangkaian Pemroses Energi (Arus Searah)
10. Aplikasi Pada Rangkaian Pemroses Sinyal (Dioda & OpAmp)
11. Analisis Transien Rangkaian Orde-1
12. Analisis Transien Rangkaian Orde-2

4
5
Pembahasan Analisis Rangkaian Listrik Mencakup

Analisis di
Analisis di Analisis di
Kawasan s
Kawasan Waktu Kawasan Fasor
(Transf. Laplace)

Sinyal Sinus & Sinyal Sinus &


Bukan Sinus Sinyal Sinus Bukan Sinus

Keadaan Mantap Keadaan Mantap Keadaan Mantap


Keadaan Transien Keadaan Transien

6
 Banyak kebutuhan manusia,
seperti:
 Sandang
 Pangan
 Papan
 Kesehatan
 Keamanan Sajian pelajaran ini
 Energi terutama terkait
 Informasi pada upaya pemenuhan kebutuhan
 Pendidikan energi dan informasi
 Waktu Senggang
 dll.

7
Penyediaan Energi Listrik

Energi yang dibutuhkan manusia tersedia di alam, tidak


selalu dalam bentuk yang dibutuhkan

Energi di alam terkandung dalam berbagai bentuk sumber


energi primer:
• air terjun,
• batubara,
• minyak bumi,
• panas bumi,
• sinar matahari,
• angin,
• gelombang laut,
• dan lainnya.

sumber energi juga tidak selalu berada di tempat


ia dibutuhkan

8
Diperlukan konversi (pengubahan bentuk) energi.
Energi di alam yang biasanya berbentuk non listrik,
dikonversikan menjadi energi listrik.

Energi listrik dapat dengan lebih mudah


• disalurkan
• didistribusikan
• dikendalikan

Di tempat tujuan ia kemudian dikonversikan kembali ke


dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan, energi
• mekanis,
• panas,
• cahaya,
• kimia.

9
Penyediaan energi listrik dilakukan melalui
serangkaian tahapan:

Berikut ini kita lihat salah satu contoh, mulai dari


pengubahan energi, penyaluran, sampai
pendistribusian ke tempat-tempat yang
memerlukan

10
energi kimia diubah energi listrik pengguna tegangan
menjadi energi panas ditransmisikan tinggi

energi panas diubah


menjadi energi
mekanis

BOILER GENERATOR

TURBIN

TRANSFORMATOR
GARDU DISTRIBUSI

energi mekanis pengguna


diubah menjadi tegangan menengah
energi listrik energi listrik diubah menjadi
energi listrik pada tegangan yang pengguna
lebih tinggi tegangan rendah

11
Penyediaan Informasi

• informasi ada dalam berbagai bentuk


• tersedia di di berbagai tempat
• tidak selalu berada di tempat di mana ia dibutuhkan

 Berbagai bentuk informasi dikonversikan ke


dalam bentuk sinyal listrik
 Sinyal listrik disalurkan ke tempat ia dibutuhkan

Sampai di tempat tujuan sinyal listrik dikonversikan


kembali ke dalam bentuk yang dapati ditangkap oleh
indera manusia ataupun dimanfaatkan untuk suatu
keperluan lain (pengendalian misalnya).

12
Penyediaan Informasi

Jika dalam penyediaan energi kita memerlukan


mesin-mesin besar untuk mengubah energi yang
tersedia di alam menjadi energi listrik, dalam
penyediaan informasi kita memerlukan
rangkaian elektronika untuk mengubah informasi
menjadi sinyal-sinyal listrik agar dapat
dikirimkan dan didistribusikan untuk berbagai
keperluan.

13
14
Pemrosesan Energi dan
Pemrosesan Informasi
dilaksanakan dengan memanfaatkan
rangkaian listrik

Rangkaian listrik merupakan interkoneksi berbagai piranti yang


secara bersama melaksanakan tugas tertentu

15
Untuk mempelajari perilaku suatu rangkaian listrik
kita melakukan analisis rangkaian listrik

Untuk keperluan analisis:


• rangkaian listrik dipindahkan ke atas kertas dalam
bentuk gambar.
• piranti-piranti dalam rangkaian listrik dinyatakan dengan
menggunakan simbol-simbol
• untuk membedakan dengan piranti yang nyata, simbol
ini kita sebut elemen

Gambar rangkaian listrik disebut


diagram rangkaian,

16
n
a
ai
gk
+

an

R
am
gr
Piranti ia
D

Elemen
Perubahan besaran fisis (Simbol Piranti)
yang terjadi dalam
rangkaian kita nyatakan
dengan model matematis Perilaku piranti kita
yang kita sebut model nyatakan dengan model
sinyal matematis yang kita sebut
model piranti

17
Struktur Dasar Rangkaian Listrik

Struktur suatu rangkaian listrik pada


dasarnya terdiri dari tiga bagian, yaitu
Sumber
Saluran
Beban

18
+

Bagian yang aktif Bagian yang pasif


Penyalur daya
memberikan daya menyerap daya
(sumber) (beban)

19
Dalam kenyataan, rangkaian listrik tidaklah sederhana

Jaringan listrik perlu dilindungi dari berbagai kejadian


tidak normal yang dapat menyebabkan kerusakan
piranti.

Jaringan perlu sistem proteksi untuk mencegah kerusakan

Jaringan listrik juga memerlukan sistem pengendali untuk


mengatur aliran energi ke beban.

20
+

Pada jaringan penyalur energi listrik, sumber mengeluarkan daya sesuai


dengan permintaan beban. Saluran energi juga menyerap daya.

Pada rangkaian penyalur informasi, daya sumber terbatas. Oleh karena itu
alih daya ke beban perlu diusahakan semaksimal mungkin.

Alih daya ke beban akan maksimal jika tercapai matching


(kesesuaian) antara sumber dan beban.

21
Keadaan transien

+

Kondisi operasi rangkaian tidak selalu mantap.


Pada waktu-waktu tertentu bisa terjadi keadaan peralihan atau
keadaan transien
Misal: pada waktu penutupan saklar

22
Landasan Untuk Melakukan Analisis

Untuk melakukan analisis rangkaian


kita memerlukan pengetahuan dasar sebagai
pendukung.
Pengetahuan dasar yang kita perlukan ada empat
kelompok.

23
Hukum-Hukum Rangkaian
Kaidah-Kaidah Rangkaian
Teorema Rangkaian
Hukum Ohm Metoda-Metoda Analisis
Hukum Kirchhoff
Proporsionalitas
Superposisi
Thevenin
Rangkaian Ekivalen
Norton
Kaidah Pembagi Tegangan
Substitusi
Kaidah Pembagi arus
Milmann
Transformasi Sumber
Tellegen
Alih Daya Maksimum

Metoda Analisis Dasar:


Metoda Analisis Umum:
Reduksi Rangkaian
Metoda Tegangan Simpul
Unit Output
Metoda Arus Mesh
Superposisi
Rangkaian Ekivalen Thevenin
Rangkaian Ekivalen Norton

24
25
Dua besaran fisika yang menjadi besaran dasar
dalam kelistrikan adalah
Muatan [satuan: coulomb] Energi [satuan: joule]

Akan tetapi kedua besaran dasar ini tidak dilibatkan langsung dalam
pekerjaan analisis

Yang dilibatkan langsung dalam pekerjaan analisis adalah

arus tegangan daya

ketiga besaran ini mudah diukur sehingga sesuai dengan praktik


engineering dan akan kita pelajari lebih lanjut

26
Sinyal Waktu Kontinyu & Sinyal Waktu Diskrit

 Sinyal listrik pada umumnya merupakan fungsi waktu, t, dan dapat kita
bedakan dalam dua macam bentuk sinyal yaitu
 sinyal waktu kontinyu atau sinyal analog
 sinyal waktu diskrit

Sinyal waktu kontinyu mempunyai


Sinyal waktu diskrit mempunyai nilai nilai untuk setiap t dan t sendiri
hanya pada t tertentu yaitu tn dengan mengambil nilai dari satu set
tn mengambil nilai dari satu set bilangan riil
bilangan bulat

27
v(t)
Sinyal waktu kontinyu
(sinyal analog) 0
t

v(t)

Sinyal waktu diskrit 0 t

Dalam pelajaran ini kita akan mempelajari rangkaian dengan sinyal waktu
kontinyu atau sinyal analog, dan rangkaiannya kita sebut rangkaian analog.

Rangkaian dengan sinyal diskrit akan kita pelajari tersendiri.

28
Peubah Sinyal

Perubahan besaran fisis yang kita olah dalam analisis rangkaian


kita sebut peubah sinyal.

Peubah-peubah sinyal dalam analisis rang kaian adalah:


• arus
• tegangan
• daya

29
Besaran yang dilibatkan langsung dalam pekerjaan analisis
disebut peubah sinyal yaitu:

arus
dengan simbol: i
satuan: ampere [ A ] tegangan
(coulomb/detik) dengan simbol: v
satuan: volt [ V ]
daya
(joule/coulomb)
dengan simbol: p
satuan: watt [ W ]
(joule/detik)

Tiga peubah sinyal ini tetap kita sebut sebagai sinyal, baik untuk
rangkaian yang bertugas melakukan pemrosesan energi maupun
pemrosesan sinyal.

30
Arus
Simbol: i, Satuan: ampere [ A ]

Arus adalah laju perubahan muatan:

dq
i
dt

Apabila melalui satu piranti mengalir muatan


sebanyak 1 coulomb setiap detiknya, maka arus yang
mengalir melalui piranti tersebut adalah 1 ampere

1 ampere = 1 coulomb per detik

31
Tegangan
Simbol: v Satuan: volt [ V ]

Tegangan adalah energi per satuan muatan:

dw
v
dq
Apabila untuk memindahkan 1 satuan muatan
dari satu titik ke titik yang lain diperlukan energi
1 joule, maka beda tegangan antara dua titik
tersebut adalah 1 volt

1 volt = 1 joule per coulomb

32
Daya
Simbol: p, Satuan: watt [ W ]

Daya adalah laju perubahan energi:


dw
p
dt

Apabila suatu piranti menyerap energi sebesar 1


joule setiap detiknya, maka piranti tersebut
menyerap daya 1 watt

1 watt = 1 joule per detik


dw dw dq
p   vi
dt dq dt

33
Referensi Sinyal
Perhitungan-perhitungan dalam analisis bisa
menghasilkan bilangan positif ataupun negatif,
tergantung dari pemilihan referensi sinyal

tegangan diukur antara


dua ujung piranti

+ piranti 

arus melewati piranti

34
Konvensi Pasif:
Referensi tegangan dinyatakan dengan
tanda “+” dan “”
di ujung simbol piranti;

+ piranti 

Arah arus digambarkan masuk ke elemen pada titik


yang bertanda “+”.

35
Referensi tegangan dinyatakan dengan tanda “+” dan “” di ujung simbol
piranti; ujung dengan tanda “+” dianggap memiliki tegangan (potensial) lebih
tinggi dibanding ujung yang bertanda “”. Jika dalam perhitungan diperoleh
angka negatif, hal itu berarti tegangan piranti dalam rangkaian sesungguhnya
lebih tinggi pada ujung yang bertanda “”.

Referensi arus dinyatakan dengan anak panah. Arah anak panah dianggap
menunjukkan arah positif arus. Jika dalam perhitungan diperoleh angka
negatif, hal itu berarti arus pada piranti dalam rangkaian sesungguhnya
berlawanan dengan arah referensi.

36
Titik referensi tegangan umum
Suatu simpul (titik hubung dua atau lebih piranti) dapat dipilih sebagai
titik referensi tegangan umum dan diberi simbol “pentanahan”. Titik ini
dianggap memiliki tegangan nol. Tegangan simpul-simpul yang lain dapat
dinyatakan relatif terhadap referensi umum ini.

referensi
arus i2
A B
2

+ + v2 
+
i1 1 v1 v3 3 i3
 

G referensi tegangan
referensi tegangan umum (ground)
piranti

37
Dengan konvensi pasif ini maka:
daya positif berarti piranti menyerap daya
daya negatif berarti piranti memberikan daya

(isilah kotak yang kosong)


menerima/ memberi
Piranti v [V] i [A] p [W]
daya

A 12 5
B 24 -3

C 12 72

D -4 96

E 24 72

38
Muatan
Simbol: q Satuan: coulomb [ C ]

Muatan, yang tidak dilibatkan langsung dalam


analisis, diperoleh dari arus

dq
Arus i 
dt
t2
Muatan q t1
idt

39
Energi
Simbol: w Satuan: joule [ J ]

Energi, yang tidak dilibatkan langsung dalam analisis,


diperoleh dari daya

dw
Daya p
dt
t2
Energi w t1
pdt

40
CONTOH: Tegangan pada suatu piranti adalah 12 V (konstan) dan arus yang mengalir
padanya adalah 100 mA. a). Berapakah daya yang diserap ? b). Berapakah energi yang
diserap selama 8 jam? c). Berapakah jumlah muatan yang dipindahkan melalui piranti
tersebut selama 8 jam itu?

a). p  vi  12  100  103  1,2 W


 v  12 V 
b). p [W]
piranti
1,2

i  100 mA
0 8 t [ jam]
t2 8
t 0
8
w pdt  1,2dt  1,2t 0  1,2(8  0)  9,6 Wh
1

Ini adalah luas bidang yang dibatasi oleh garis


c). i [mA]
p = 1,2 W, dan t antara 0 dan 8 jam
100
Ini adalah luas bidang yang dibatasi oleh garis
0 8 t [ jam] i = 100 mA , dan t antara 0 dan 8 jam

t2 8 8
t 0 10010
3 3
q idt  dt  100  10 t  0,1(8  0)  0,8 Ah
1 0

41
CONTOH: Sebuah piranti menyerap daya 100 W pada tegangan 200V
(konstan). Berapakah besar arus yang mengalir dan berapakah energi
yang diserap selama 8 jam ?

 v  200 V 
piranti
p 100
i   0,5 A
i? v 200
p  100 W
t2 8
t 0
8
w pdt  100dt  100t 0  800 Wh  0,8 kWH
1

42
CONTOH: Arus yang melalui suatu piranti berubah terhadap waktu
sebagai i(t) = 0,05t ampere. Berapakah jumlah muatan yang
dipindahkan melalui piranti ini antara t = 0 sampai t = 5 detik ?

5
5 5 0,05 2 1,25
q   idt   0,05tdt  t   0,625 coulomb
0 0 2 0 2

43
CONTOH: Tegangan pada suatu piranti berubah terhadap waktu
sebagai v = 220cos400t dan arus yang mengalir adalah i = 5cos400t A.
a). Bagaimanakah variasi daya terhadap waktu ? b). Berapakah nilai
daya maksimum dan daya minimum ?

a). p  v  i  220 cos 400t  5 cos 400t  1100 cos 2 400t W


 5501  cos 800t   550  550 cos 800t W
1200

1000

800

600

400

200

0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
-200

b). Nilai daya : p maksimum  550  550  1100 W


pminimum  550  550  0 W

44
CONTOH: Tegangan pada suatu piranti berubah terhadap waktu
sebagai v = 220cos400t V dan arus yang mengalir adalah i = 5sin400t A.
a). Bagaimanakah variasi daya terhadap waktu ? b). Tunjukkan bahwa
piranti ini menyerap daya pada suatu selang waktu tertentu dan
memberikan daya pada selang waktu yang lain. c). Berapakah daya
maksimum yang diserap ? d). Berapa daya maksimum yang diberikan ?

a). p  220 cos 400t  5 sin 400t  1100 sin 400t cos 400t  550 sin 800t W

b). daya merupakan fungsi sinus. Selama setengah perioda daya bernilai
posisitif dan selama setengah perioda berikutnya ia bernilai negatif. Jika pada
waktu daya bernilai positif mempunyai arti bahwa piranti menyerap daya,
maka pada waktu bernilai negatif berarti piranti memberikan daya

c). pmaks diserap  550 W

d). pmaks diberikan  550 W

45
Pernyataan Sinyal

46
Kita mengenal berbagai pernyataan
tentang sinyal
Sinyal periodik & Sinyal Aperiodik
Sinyal Kausal & Non-Kausal
Nilai sesaat
Amplitudo
Nilai amplitudo puncak ke puncak (peak to peak value)
Nilai puncak
Nilai rata-rata
Nilai efektif ( nilai rms ; rms value)

47
Sinyal kausal, berawal di t = 0
perioda
v(t)
v(t)

0 t 0 t
periodik aperiodik

Sinyal non-kausal, berawal di t =  


v(t) v(t)

0 t 0 t

48
Perioda dan Amplitudo Sinyal

Selang waktu dimana


sinyal akan berulang
Sinyal periodik disebut
Sinyal ini berulang perioda
secara periodik v(t)
setiap selang
waktu tertentu

0 t

amplitudo puncak ke puncak

49
Nilai-Nilai Sinyal

Nilai sesaat Nilai puncak


yaitu nilai sinyal pada
atau amplitudo maksimum
saat tertentu
v(t)
t3
0 t1 t2 t
Amplitudo minimum

50
Nilai Rata-Rata Sinyal

1 t 0 T
Definisi: Vrr 
T 
t0
v( x) dx

Integral sinyal selama satu


perioda dibagi perioda

CONTOH:
v T v T
6V 6V

0 t
0 1 2 3 4 5 6 7 8 t 4V
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 3 1 2
Vrr 
3 0v(t )dt 
3 0
6dt
Vrr 
1 3

1 2
 
v(t )dt   6dt  6dt 
3 0
3 
3 0 2 
  6t  0   12  0  4 V
 
1 2 1
1
  6t  0   6t  2  4  2  2 V
2 3
3 3
3

51
Nilai efektif (rms) t 0 T
1
Definisi: V rms 
T 
t0
[v(t )] 2 dt

Akar dari integral kuadrat sinyal selama satu


perioda yang dibagi oleh perioda

CONTOH: nilai efektif dari sinyal pada contoh sebelumnya


62 = 36 62 = 36

(4)2 = 16

0 t
0 1 2 3 4 5 6 7 8 t 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2
1 2 1 2 3 
Vrms  
6 dt   36t  20  72 V Vrms 
1 2
6 
dt  4 2 
dt 
1
 72  16  88
V
3 3 3 3   3 3
0 0 2 

52
CONTOH: Tentukanlah nilai, tegangan puncak (Vp), tegangan puncak-
puncak (Vpp), perioda (T), tegangan rata-rata (Vrr), dan tegangan efektif dari
bentuk gelombang tegangan berikut ini.

6V

0 1 2 3 4 5 6 7 8 t

Vp  6 V ; V pp  6 V ; T  3s

1 2 3  1
Vrr   6dt  0dt    6  2  0  4 V
 
3 0 2  3
1 2 2 3 2  1
Vrms   
 6 dt  0 dt    36  2  0  4,9 V
3 0 2  3

53
CONTOH: Tentukanlah nilai tegangan puncak (Vp), tegangan puncak-
puncak (Vpp), perioda (T), tegangan rata-rata (Vrr), dan tegangan efektif dari
bentuk gelombang tegangan berikut ini.

6V

0 t
4V
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Vp  6 V ; V pp  10 V ; T  3s

1 2  1 3
Vrr   0 6dt   4dt    6  2  4  1  2,66 V

3 2  3
1 2 3  1
Vrms   0
2
6 dt   (4) 2 dt    36  2  16 1  5,42 V
3 2  3

54
CONTOH: Tentukanlah nilai tegangan puncak (Vp), tegangan puncak-
puncak (Vpp), perioda (T), tegangan rata-rata (Vrr), dan tegangan efektif
dari bentuk gelombang tegangan berikut ini
v
6V

0 t
1 2 3 4 5 6 7

Vp  6 V ; V pp  6 V ; T  4s

1 2 3  1  63 
4
Vrr
4 0
  3tdt  2
(6  6(t  2)) dt  0dt   
3 
 4 2 
  2,25 V

1 2 3 4 
0 2 3
2 2
Vrms   9t dt  (6  6(t  2)) dt  0 2 dt   3,0 V
4 
55
CONTOH: Tentukanlah nilai tegangan puncak (Vp), tegangan puncak-
puncak (Vpp), perioda, tegangan rata-rata, dan tegangan efektif dari
bentuk gelombang tegangan sinus ini
v T
1 Vp  1V ;
V pp  2 V;
v = sin t V 00 2 4 t T  2 ;
-1 Vrr  0 V
1
Vrms 
2 
sin 2 tdt

d sin x cos x d (sin x cos x)


  sin 2 x  cos 2 x 1  2 sin 2 x
dx dx
dx  d (sin x cos x) dx  d (sin x cos x)
1  sin 2 x  cos 2 x  sin 2 xdx

2
  2 
 sin 2 xdx

2
1 1  t 1 
Vrms 
2 
sin 2 tdt    sin t cos t 
2  2 2 0

1  2 1  1
   ( 0  0)   V
2  2 2  2

56
CONTOH: Tentukanlah nilai tegangan puncak (Vp), tegangan puncak-
puncak (Vpp), perioda (T), tegangan rata-rata (Vrr), dan tegangan efektif
dari bentuk gelombang tegangan berikut ini
v
1
v  sin t V

t
T

Vp  1V ; V pp  1 V; T  2 ;
1  1  1 1
Vrr  
sin tdt    cos t  0   (1  1) 
2 0 2 2 

1  1  t 1 
0 sin
2
Vrms  tdt    sin t cos t 
2 2  2 2 0

1  1  1
    ( 0  0)   V
2  2 2  2

57
CONTOH: Tentukanlah nilai tegangan puncak (Vp), tegangan puncak-
puncak (Vpp), perioda (T), tegangan rata-rata (Vrr), dan tegangan efektif
dari bentuk gelombang tegangan berikut ini
v
1
v  sin t V
t
T =2

Vp  1V ; V pp  1 V; T  2 ;

1 2 1  1  1 2
Vrr  sin tdt  sin tdt    cos t  0 
  ( 1  1)  V
2 0  0  2 


1 2 1  1  t 1 
0 0
2 2
Vrms  sin tdt  2  sin tdt  2     sin t cos t 
2    2 2 0

1  1 
 2     ( 0  0)   1 V
 2 2 

58
3. Model Sinyal

59
Bentuk gelombang sinyal adalah suatu persamaan atau suatu grafik
yang menyatakan sinyal sebagai fungsi dari waktu.
Ada dua macam bentuk gelombang, yaitu:

Bentuk Gelombang Dasar Bentuk Gelombang Komposit


Hanya ada 3 macam bentuk Bentuk gelombang komposit
gelombang dasar yaitu: merupakan kombinasi
(penjumlahan, pengurangan,
Anak tangga (step)
perkalian) dari bentuk gelombang
Eksponensial dasar.
Sinus

60
Tiga Bentuk Gelombang Dasar Contoh Bentuk Gelombang
Komposit

v v
1,2 v
1,2

00 00 0 t20
t 0 t20
Anak tangga -1,2 -1,2

Sinus teredam Eksponensial ganda


v 1,2

0
v v
-1,2
0 20
t
t
Sinus 0 t 0
Deretan pulsa
v 1,2
Gelombang persegi
0 v v
0 0
t 20

0 t 0 t
Eksponensial Gigi gergaji Segi tiga

61
Bentuk Gelombang Dasar

62
Fungsi Anak-Tangga ( Fungsi Step )

v
1 v  u (t )  0 untuk t  0 Amplitudo = 1
 1 untuk t  0 Muncul pada t = 0
0 t

v VA
v  V Au (t )  0 untuk t  0 Amplitudo = VA
 V A untuk t  0 Muncul pada t = 0
0 t

v VA
v  V Au (t  Ts )  0 untuk t  0
 V A untuk t  Ts
0 Ts t
Amplitudo = VA
Muncul pada t = Ts
Atau tergeser positif sebesar Ts 63
Bentuk Gelombang Eksponensial

v VA

Amplitudo = VA
v  [V A e  t /  ] u (t )  : konstanta waktu
0.368VA

0 1 2 3 4 5 t /

Pada t =  sinyal sudah menurun sampai 36,8 % VA.

Pada t = 5 sinyal telah menurun sampai 0,00674VA , kurang dari 1% VA.

Kita definisikan durasi (lama berlangsungnya) suatu sinyal eksponensial


adalah 5. Makin besar konstanta waktu, makin lambat sinyal menurun.

64
Contoh

v1 (t )  5e t / 2u (t ) V
10 Konstanta waktu = 2
v [V]

5 v3
v2 (t )  10e t / 2u (t ) V
v2
Konstanta waktu = 2
v1
0
0 5 t [detik] 10 v3 (t )  10e t / 4u (t ) V
Konstanta waktu = 4

Makin besar konstanta waktu,


makin lambat gelombang menurun

65
Gelombang Sinus
v T0 v T0
VA 1,2
VA

0 00 t
t
- 2

-2
TS
 VA
-1,2
V-1,2A

v = VA cos(2 t / To) v  V A cos[2(t  Ts ) / To ]


( Nilai puncak pertama ( Nilai puncak pertama
terjadi pada t = 0 ) Dapat ditulis terjadi pada t = TS )

Ts
v  V A cos[2 t / To  ] dengan   2 (sudut fasa)
T0

1
Karena frekuensi siklus f 0 
T0 v  V A cos[2 f 0 t  ] atau
2 maka
dan frekuensi sudut 0  2f 0  v  V A cos[0 t  ]
T0
66
Bentuk Gelombang Komposit

67
Fungsi Impuls
v A

t
0 T1 T2
Dipandang
sebagai terdiri
dari dua
gelombang v A
anak tangga
v  Au  t  T1 
Muncul pada t = T1
t
0 T1 T2 v   Au t  T2 
Muncul pada t = T2
A
v  Au  t  T1   Au  t  T2 
68
Impuls Satuan
v
Impuls simetris thd sumbu tegak
Impuls simetris dengan lebar impuls diperkecil
thd sumbu tegak namun dipertahankan luas tetap 1
Luas = 1

t
0

Lebar impuls terus diperkecil


v sehingga menjadi impuls
satuan dengan definisi:
(t)
v  ( t )  0 untuk t  0
t 1 untuk t  0
0

69
Fungsi Ramp

v Amplitudo ramp berubah secara linier


r(t) Ramp muncul pada t = 0

v(t )  r (t )  t u (t )
t
0 Kemiringan = 1

Fungsi Ramp Tergeser


r ramp berubah secara linier
muncul pada t = T0
r(t)
r (t )  K  t  T0  u  t  T0 
t
0 T0
Kemiringan fungsi ramp Pergeseran sebesar T0

70
Sinus Teredam

 
v  sin(t ) V Ae t /  u (t ) VA Maksimum pertama
fungsi sinus < VA
t /  v
= VA sint e u (t )
0.5

Faktor yang menyebabkan


penurunan secara eksponensial
0
0 5 10 15 20 t 25

Fungsi sinus beramplitudo 1 -0.5

Fungsi eksponensial beramplitudo VA

71
CONTOH: (bentuk gelombang anak tangga dan kompositnya)

v1 v2
a). v1 = 4 u(t) V b).
4V 1 2 3 4 5
0 t

0 3V
t v2 = 3 u(t2) V

c). v3 v3
v3 = 4u(t)3u(t2) V
4V 4V
va = 4u(t) V
dipandang
1V sebagai tersusun
t t
0 dari dua 0
1 2 3 4 5 gelombang anak 1 2 3 4 5 v = 3u(t2) V
b
tangga

72
Dipandang sebagai tersusun dari
d). tiga gelombang anak tangga

v4 v = 4u(t)7u(t2)+3u(t5) V v4 va = 4u(t) V
4
4V 4V
vc = 3u(t5) V
t t
0 0
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
3V

vb = 7u(t2) V
7V

73
CONTOH: (fungsi ramp dan kompositnya)
v1 v2
a). v1 = 2t u(t) V b).
4V
t
0
t 1 2 3 4 5 6
0
1 2 3 4 5 6
4V
2(t2) u(t2) V

2tu(t) V
c).
v3 2tu(t)  2(t2) u(t2) V v3
4V 4V
Dipandang
sebagai tersusun
t t
0 dari dua fungsi 0
1 2 3 4 5 6 ramp
1 2 3 4 5 6

 2(t2) u(t2) V

74
CONTOH: (fungsi ramp dan kompositnya)

2tu(t) V
d). v4 v4 2tu(t)  2(t2) u(t2) V
4V 4V

t t
0 0
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
 2(t2) u(t2) V
2tu(t)  4(t2)u(t-2) V

v5 2tu(t)  2(t2)u(t2) v6
e). 4V  4u(t5) f). 4V 2tu(t)  2(t2)u(t2)
 4u(t2)
t t
0
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

75
CONTOH: sinus teredam
10
10

V5 v1
5 v2
00 t [detik]
00 0.1
0.1 0.2
0.2 0.3
0.3 0.4
0.4

-5-5

-10
-10

sinus v1  10 cos 50(t  0,020)  u (t ) V

v
sinus teredam 2  10 cos 50(t  0,020)  e  t / 0,1
u (t ) V

yang dapat diabaikan nilainya pada t > 0,5 detik

76
Spektrum Sinyal

77
Suatu sinyal periodik dapat diuraikan atas komponen-komponen
penyusunnya. Komponen-komponen penyusun tersebut
merupakan sinyal sinus.

Kita juga dapat menyatakan sebaliknya, yaitu susunan sinyal-


sinyal sinus akan membentuk suatu sinyal periodik.

Komponen sinus dengan frekuensi paling rendah disebut


komponen sinus dasar, sedang komponen sinus dengan
frekuensi lebih tinggi disebut komponen-komponen harmonisa.

Komponen harmonisa memiliki frekuensi yang merupakan


kelipatan bulat dari frekuensi sinus dasar. Jika sinus dasar
memiliki frekuensi f0, maka harmonisa ke-3 mempunyai frekuensi
3f0, harmonisa ke-7 memiliki frekuensi 7f0, dst.

Berikut ini adalah suatu contoh penjumlahan sinyal sinus yang


akhirnya membentuk gelombang persegi.

78
Contoh : Susunan sinyal sinus yang membentuk
Gelombang Persegi

sinus dasar sin dasar + harmonisa 3 sin dasar + harmonisa 3 + 5

sin dasar + harmonisa 3 + 5 + 7 sin dasar + harmonisa 3 s/d 21


79
Berikut ini kita akan melihat suatu
penjumlahan sinyal sinus yang
kemudian kita analisis komponen
per komponen.

80
Sinyal: v  10  30 cos 2f 0 t   15 sin  2( 2 f 0 )t   7,5 cos 2(4 f 0 )t 

Frekuensi 0 f0 2 f0 4 f0
Uraian:
Amplitudo (V) 10 30 15 7,5

Sudut fasa  0 90 180

Uraian amplitudo setiap komponen membentuk


spektrum amplitudo

Uraian sudut fasa setiap komponen membentuk


spektrum sudut fasa

Kedua spektrum tersebut digambarkan sebagai berikut:

81
Spektrum Amplitudo Spektrum Sudut Fasa
40 180
Amplitudo [ V ]
30 90

Sudut Fasa [ o ]
20
0
0 1 2 3 4 5
10
-90
0
0 1 2 3 4 5 -180
Frekwensi [ x fo ] Frekwensi [ x fo ]

Dalam spektrum ini, frekuensi sinyal terendah adalah


nol, yaitu komponen arus searah

Frekuensi komponen sinus terendah adalah f0.

Frekuensi komponen sinus tertinggi adalah 4f0.

82
Lebar Pita (band width)

Lebar pita adalah selisih dari frekuensi tertinggi dan terendah

Frekuensi tertinggi adalah batas frekuensi dimana amplitudo dari


harmonisa-harmonisa yang frekuensinya di atas frekuensi ini dapat
diabaikan

Batas frekuensi terendah adalah frekuensi sinus dasar jika bentuk


gelombang yang kita tinjau tidak mengandung komponen searah.
Jika mengandung komponen searah maka frekuensi terendah
adalah nol

83
Spektrum sinyal periodik merupakan uraian
sinyal menjadi deret Fourier

84
Deret Fourier
Suatu fungsi periodik
dapat dinyatakan f (t )  a 0    an cos(2nf0t )  bn sin(2nf0t )
sebagai:

 a 2  b 2 cos( n t   )  bn
atau f (t )  a0    n n 0 n 
 an
 tan  n
n 1

Komponen searah Amplitudo Sudut Fasa


komponen sinus komponen sinus

1 T0 / 2
a0 
T0 T 0 /2
f (t )dt

dimana: 2 T0 / 2 yang disebut sebagai


an 
T0 T 0 /2
f (t ) cos(2nf 0 t )dt koefisien Fourier
2 T0 / 2
bn 
T0 T 0 /2
f (t ) sin(2nf 0 t )dt

85
Jika sinyal simetris terhadap sumbu-y, banyak koefisien
Fourier bernilai nol
Simetri Genap y (t )  y (t )
y(t)
A
bn  0
t 
  an cos(n0t )
-T0/2 T0/2
y (t )  a o 
To n 1

Simetri Ganjil y (t )   y (t )


y(t) T0
A
a0  0 dan an  0
t 

A
y (t )    bn sin(n0t )
n 1

86
Contoh: simetri ganjil - Penyearahan Setengah Gelombang

v
a0  A / 
2A / 
an  n genap; an  0 n ganjil
1  n2
T0
t b1  A / 2 ; bn  0 n  1

Contoh: simetri genap - Sinyal Segitiga

v T0 a0  0
A 8A
an  n ganjil; an  0 n genap
(n) 2
t
bn  0 untuk semua n

87
Contoh: Uraian Penyearahan Setengah Gelombang

Koefisien Fourier Amplitudo  [rad]


a0 0,318 0,318

a1 0 0,5 1,57

b1 0,5

a2 -0,212 0,212 0
Uraian ini dilakukan hanya
b2 0
sampai pada harmonisa ke-6
a4 -0,042 0,042 0

b4 0 Dan kita mendapatkan spektrum


a6 -0,018 0,018 0
amplitudo sebagai berikut:
b6 0 0.6
0.5
A0  0,318 V; A1  0,5 V; A2  0,212 V; [V]
0.4
A4  0,042 V; A6  0,018 V
0.3
0.2
0.1

0
0 1 2 3 4 5 6
harmonisa

88
0.6
0.5
[V]
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6
harmonisa
Jika dari spektrum yang hanya sampai harmonisa ke-6 ini
kita jumlahkan kembali, kita peroleh bentuk gelombang:
1.2
[V] v hasil penjumlahan
0.8
Terdapat cacat pada
0.4 bentuk gelombang
Sinus dasar
0 [o] hasil penjumlahan
0 90 180 270 360
-0.4

Sampai harmonisa ke berapa kita harus menguraikan suatu bentuk gelombang


periodik, tergantung seberapa jauh kita dapat menerima adanya cacat yang
mungkin terjadi pada penjumlahan kembali spektrum sinyal
89
4. Model Piranti

90
Piranti Listrik dikelompokkan ke
dalam 2 katagori

91
Piranti

pasif aktif
menyerap memberi
daya daya

92
93
Perilaku suatu piranti dinyatakan oleh karakteristik i-v yang
dimilikinya, yaitu hubungan antara arus yang melalui
piranti dengan tegangan yang ada di antara terminalnya.

tegangan diukur antara


dua ujung piranti i
linier

+ piranti  tidak linier

arus melewati piranti v

94
Resistor
nyata
i
batas daerah
linier model
R
v
Simbol:

Kurva i terhadap v tidak linier vR  R iR atau iR  G vR


benar namun ada bagian yang
sangat mendekati linier, 1
dengan G 
sehingga dapat dianggap linier. R
Di bagian inilah kita bekerja. R disebut resistansi
G disebut konduktansi
vR2
Daya pada R : p R  vR iR  iR2 R  vR2 G 
R

95
CONTOH:
Resistor : R  4  v R  40 sin 314t V

i R  10 sin 314 t A p R  400 sin 2 314 t W

100

80
V 60
A pR
W40 vR
20

0 iR
0 0.01 0.02 0.03 0.04
-20
t [detik]
-40

-60

Bentuk gelombang arus sama dengan bentuk gelombang tegangan

96
Kapasitor
iC
C C
simbol 1

dvC/dt
t
dvC 1
iC  C
dt
vC  vC (t0 ) 
C 
iC dt
t0
Konstanta proporsionalitas
C disebut kapasitansi dvC d  1 2 
Daya pada C : pC  vC iC = CvC   CvC 
dt dt  2 
Daya adalah turunan terhadap waktu dari energi. Maka
apa yang ada dalam tanda kurung adalah energi
1
Energi : wC  C vC2  konstanta
2
Energi awal 97
CONTOH:
6 dvC
Kapasitor : C  2 F  2 10 F  80000cos 400t V
dt
vC  200 sin 400t V
iC  0,16 cos 400 t A

pC  16 sin 800 t W

200
V vC
iC
mA 100
W
0 pC
0 0.01 0.02 0.03 0.04 t [detik]
0.05
-100

-200

Bentuk gelombang arus sama dengan bentuk gelombang tegangan


namun iC muncul lebih dulu dari vC. Arus 90o mendahului tegangan

98
Induktor
diL
L dt
1/L
simbol
1
vL
t
1
vL  L
diL
dt
iL  iL (t0 ) 

L
t0
vL dt

Konstanta proporsionalitas
L disebut induktansi diL d  1 2 
Daya pada L : p L  vL iL  LiL   Li L 
dt dt  2 
Daya adalah turunan terhadap waktu dari energi. Maka
apa yang ada dalam tanda kurung adalah energi
1 2
Energi : wL  Li L  konstanta
2
Energi awal
99
CONTOH: Induktor L = 2,5 H vL = 200sin400t Volt
:
di 1
v L  L L  iL   v L dt  0,2 cos 400t  iL 0 A
dt L

p L  v L i L  20 sin 800t W

200
V vL iL
100
mA
pL
W 0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05t [detik]
-100

-200

Bentuk gelombang arus sama dengan bentuk gelombang tegangan


namun iL muncul lebih belakang dari vL. Arus 90o di belakang tegangan

100
Resistansi, kapasitansi, dan induktansi, dalam analisis
rangkaian listrik merupakan suatu konstanta
proporsionalitas.

Secara fisik, mereka merupakan besaran dimensional.

101
Resistor Kapasitor Induktor
dvC diL
v R  R iR iC  C vL  L
dt dt

konstanta proporsionalitas

Secara Fisik
L A
R C  L  kN 2
A d

resistivitas konstanta dielektrik konstanta


L: panjang konduktor A: luas penampang elektroda N: jumlah lilitan
A: luas penampang d: jarak elektroda

102
Induktansi Bersama
i1 i2
Dua kumparan terkopel
secara magnetik v1 v2

Induktansi sendiri Induktansi sendiri


kumparan-1
L1  k1 N12 L2  k 2 N 22 kumparan-2
Terdapat kopling magnetik antar kedua kumparan yang dinyatakan dengan: M
Kopling pada Kopling pada
kumparan-1 oleh M 12  k12 N1 N 2 M 21  k 21 N 2 N1
kumparan-2 oleh
kumparan-2 Jika medium magnet linier : k12 = k21 = kM kumparan-1

M12  M 21  k M N1N 2  M  k L1L2

Persamaan tegangan di1 di di2 di


di kumparan-1 v1  L1 M 2 v2  L2  M 1 Persamaan tegangan
dt dt dt dt di kumparan-2

Tanda  tergantung dari apakah fluksi magnet yang ditimbulkan


oleh kedua kumparan saling membantu atau saling berlawanan
103
Kopling magnetik
bisa positif (aditif) bisa pula negatif (substraktif)

Untuk memperhitungkan i1 1 i2 i1 1  i2
2
kopling magnetik
digunakan
Konvensi Titik:
Arus i yang masuk
2
ke ujung yang
bertanda titik di  aditif  substraktif
salah satu
kumparan, i1 i2 i1 i2
membangkitkan
tegangan v1 v2
berpolaritas positif
v1 v2
pada ujung
kumparan lain
yang juga
bertanda titik. di1 di di1 di
v1  L1 M 2 v1  L1 M 2
Besarnya dt dt dt dt
tegangan yang
terbangkit adalah di2 di di2 di
M di/dt. v 2  L2 M 1 v2  L2 M 1
dt dt dt dt
104
Transformator Ideal
i1 i2
L1  k1 N12 L2  k 2 N 22
v1 v2
M 12  k12 N1 N 2 M 21  k 21 N 2 N1

Jika kopling magnet terjadi di1 di  di di 


secara sempurna, artinya v1  L1  M 2  N1  k M N1 1  k M N 2 2 
dt dt  dt dt 
fluksi magnit melingkupi
kedua kumparan tanpa terjadi di di  di di 
v2  L2 2  M 1   N 2   k M N 2 2  k M N 1 1 
kebocoran, maka dt dt  dt dt 
k1 = k2 = k12 = k21 = kM
v1 N
 1
v2 N2

i2 v N
Jika susut daya v1 i1  v2 i2  0  1  1
adalah nol: i1 v2 N2

105
CONTOH:
+ +
v1 v2
50
_ _

N1/N2 = 0,1
v1 = 120sin400t V
v2  ( N 2 / N1 ) v1  1200sin 400 t V

i2  v2 / 50  24 sin 400 t A

i1  ( N 2 / N1 ) i2  240 sin 400 t A

p L  v2 i2  28.8 sin 2 400 t kW.

106
Saklar

i i

simbol simbol
v v

saklar terbuka saklar tertutup

i = 0 , v = sembarang v = 0 , i = sembarang

107
108
Sumber Tegangan Bebas Ideal
Sumber tegangan bebas memiliki tegangan yang ditentukan oleh
dirinya sendiri, tidak terpengaruh oleh bagian lain dari rangkaian.

v = vs (tertentu) dan i = sesuai kebutuhan

i +
Vo i +
_
vs i
Vo v 

Karakteristik i - v Simbol sumber Simbol sumber


sumber tegangan tegangan tegangan bervariasi
konstan konstan terhadap waktu

109
Sumber Arus Bebas Ideal
Sumber arus bebas memiliki kemampuan memberikan arus yang ditentukan
oleh dirinya sendiri, tidak terpengaruh oleh bagian lain dari rangkaian.
i = is (tertentu) dan v = sesuai kebutuhan

i i

Is 
Is , is v
v +

Karakteristik Simbol
sumber arus ideal sumber arus ideal

110
CONTOH:

+ 40V beban 5A beban


Sumber Tegangan Sumber Arus

vbeban = vsumber = 40 V ibeban = isumber = 5 A

pbeban= 100 W  i = 2,5 A pbeban= 100 W  v = 20 V

pbeban= 200 W  i = 5 A pbeban= 200 W  v = 40 A

Tegangan sumber tetap, arus Arus sumber tetap, tegangan


sumber berubah sesuai sumber berubah sesuai
pembebanan pembebanan

111
Sumber Praktis
Sumber praktis memiliki karakteristik yang mirip dengan keadaan dalam
praktik. Sumber ini digambarkan dengan menggunakan sumber ideal
tetapi tegangan ataupun arus sumber tergantung dari besar pembebanan.
i i

+ ip 
vs + Rs is v
_ v Rp
 +

Sumber tegangan praktis terdiri dari Sumber arus praktis terdiri dari
sumber ideal vs dan resistansi seri Rs sumber ideal is dan resistansi paralel Rp
sedangkan tegangan keluarannya sedangkan tegangan keluarannya
adalah v. adalah v.

vs tertentu, akan tetapi tegangan is tertentu, akan tetapi arus


keluarannya adalah keluarannya adalah
v = vs  iR i = is  ip

112
Sumber Tak-Bebas (Dependent Sources)
Sumber tak-bebas memiliki karakteristik yang ditentukan oleh besaran di
bagian lain dari rangkaian. Ada empat macam sumber tak-bebas, yaitu:

CCVS VCVS +
+ v1 +
i1 r i1  v1
_ _ _

Sumber tegangan dikendalikan Sumber tegangan dikendalikan


oleh arus oleh tegangan

CCCS VCCS +
i1  i1 v1 g v1
_

Sumber arus dikendalikan Sumber arus dikendalikan


oleh arus oleh tegangan
113
Contoh: Rangkaian dengan sumber tak bebas tanpa umpan balik
is io

+ +
vs = 24 V + 500 is 20 
 60   vo

i s  0,4 A vo  500i s  200 V

(vo ) 2
po   2000 W
20

114
Sumber tak bebas digunakan untuk memodelkan Penguat
Operasional (OP AMP)
+VCC vo
8 7 6 5
vP = tegangan masukan non-inversi;
+VCC : catu daya positif
VCC : catu daya negatif
Top  + vN = tegangan masukan inversi;
vo = tegangan keluaran;
1 2 3 4
vN vP VCC

Model Sumber Tak Bebas OP AMP


Diagram rangkaian
catu daya positif
+ masukan
io non-inversi
iP Ro
vP +
+
keluaran
+ 
+  (vP  vN ) vo masukan
Ri  inversi
vN + catu daya negatif

iN

115
OP AMP Ideal
Suatu OPAMP ideal digambarkan dengan
diagram rangkaian yang disederhanakan:

v p ip
masukan non-inversi +
vo
keluaran
masukan inversi 
vn
in

Jika OpAmp dianggap ideal maka terdapat relasi yang mudah


pada sisi masukan

vP  vN
iP  iN  0

116
Contoh: Rangkaian Penyangga (buffer)
iP
io
vP + vo
vN 
vs +

R
iN

v P  vs v N  vo

vP  v N vo  vs

117
Contoh: Rangkaian Penguat Non-Inversi

iP
vP v P  vs
+ vo
vN  R2
vs + R1 vN  vo
 R1  R2

iN R2 R2
vP  v N  vo  vs
R1  R2
umpan balik
R1  R 2
vo  vs
R2

118
CONTOH:
vB = ? iB = ? pB = ?
2k
+ vo i B

5V + 2k + v p  vN
vB RB =1k
1k  5  vN
iP  iN  0   vN  5 V
2000

1 1
vN  vo  vo  5 V  vo  15 V
1 2 3

vo 2
iB  p B  v B i B  vo i B  i B RB
RB

Rangkaian dengan OP AMP yang lain akan kita pelajari dalam


pembahasan tentang rangkaian pemroses sinyal
119
Bahan Kuliah Terbuka
Analisis Rangkaian Listrik di Kawasan Waktu
#1

Sudaryatno Sudirham

120

Anda mungkin juga menyukai