Anda di halaman 1dari 76

0

Modul kuliah
Elektronika daya
 Pengertian Dasar Elektronika Daya
 Komponen-komponen elektronika daya
 Penerapan Elektronika daya
 Penuntun Praktikum Elektronika Daya Dasar
 Contoh-contoh rangkaian elektronika daya
(praktek tambahan)
Oleh:
Hamdani, MT
1

BAGIAN I

PENGERTIAN DASAR ELEKTRONIKA DAYA

1. Pengertian Dasar
Mata kuliah Elektronika Daya pada perguruan tinggi merupakan mata
kuliah yang secara umum mempelajari dan membahas penerapan komponen,
rangkaian dan sistem elektronika pada peralatan listrik yang menggunakan daya
besar, seperti motor-motor listrik pada industri, peralatan pendingin, pemanas,
kompresor, dan peralatan lainnya. Penerapan komponen, rangkaian dan sistem
elektronika pada peralatan-peralatan tersebut diatas adalah sebagai sistem
pengendalian atau pengaturan (controlling system). Pengendalian yang
dimaksudkan dalam hal ini memiliki makna yang cukup luas, tergantung peralatan
apa yang dikendalikan, namun secara umum pengendalian tersebut berkaitan
dengan pemanfaatan dan konversi energi listrik. Sistem pengaturan berbagai
aplikasi di industri secara konvensional tidak efektif dan menimbulkan rugi-rugi
yang cukup besar sehingga diperlukan mekanisme pengaturan yang lebih baik.
Salah satu pilihan adalah dengan menggunakan perangkat elektronika. Elektronika
daya mulai populer setelah berbagai pengaturan secara konvensional kurang dapat
memenuhi kebutuhan industri dan peralatan listrik rumah tangga.
Untuk dapat melakukan pengaturan berbagai macam peralatan di industri
dan peralatan rumah tangga diperlukan peralatan kendali yang mampu beroperasi
pada tegangan dan arus yang cukup besar. Elektronika Daya memberikan solusi
terhadap permasalahan di dunia industri untuk dapat melakukan pengaturan
peralatan-peralatan dengan menggunakan rangkaian yang dapat bekerja dengan
arus dan tegangan yang besar.

2. Ruang Lingkup Elektronika Daya


Ilmu Elektronika Daya (power electronic) berkaitan dengan bidang ilmu
lainnya, diantaranya adalah: elektronika, teori rangkaian listrik, Sistem kendali,
digital dan sensor, elektromagnetika, mesin-mesin listrik, sistem tenaga listrik,
komponen semikonduktor dan komputer. Seperti ditunjukani pada gambar 1
2

Control Circuit
Signal theory theory
processing
Electronics

Power
Solid - state Power Electronics systems
physics

Computer Electric
machines

Electromagnetics

Gambar 1. Ruang lingkup elektronika daya. (1)

3. Definisi Elektronika Daya


Elektronika Daya (Power Electronics) didefinisikan sebagai sebuah
penerapan elektronika yang menitikberatkan pada pengaturan peralatan listrik
yang berdaya besar dengan cara melakukan pengubahan (konversi) parameter-
parameter listrik (arus, tegangan, daya listrik). Penerapan komponen, rangkaian
dan sistem elektronika pada elektronika daya pada umumnya difungsikan sebagai
switching untuk melakukan pengubahan tipe sumber dari AC ke AC, AC ke DC,
DC ke DC dan DC ke AC.
Secara umum, aplikasi elektronika daya dapat dijelaskan dengan diagram
skematik ditunjukan pada gambar 2:

Daya masukan Daya keluaran


Konverter daya Beban

Pengukuran
Pengukuran
Pengendali

Acuan

Gambar 2. Sistem elektronika daya.


3

4. Fungsi Komponen Semikonduktor


Penerapan Komponen semikonduktor pada sistem elektronika daya antara
lain sebagai switching, converting, dan controlling.
a. Pensaklaran (Switching)
Fungsi utama semikonduktor pada aplikasi elektronika daya adalah
sebagai saklar atau switching. Switching dilakukan secara elektronik dengan
kecepatan tinggi yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Beberapa kelebihan
switching elektronik dibanding switching menggunakan komponen lain misalnya
relay yaitu switching elektronik mempunyai kecepatan kontak yang jauh lebih
tinggi dan tidak menimbulkan bunga api, sehingga penggunaan energi listrik
menjadi lebih efisien.
b. Pengubahan (Converting)
Ada empat tipe pengubahan atau konversi daya untuk jenis pemanfatan
energi yang berbeda beda sesuai kebutuhan beban, antara lain konversi dari AC ke
DC, AC ke AC, DC ke DC maupun dari DC ke AC. Proses pengubahan besaran
meliputi pengubahan bentuk gelombang, arus, tegangan, frekuensi maupun
besaran lainnya.

Gambar 3: Konversi parameter listrik dalam elektronika daya.


4

Empat type konversi energi ini dikenal dengan istilah empat kuadran
konversi, yaitu :
Kuadran 1 (AC ke DC) disebut penyearah fungsinya menyearahkan listrik arus
bolak-balik menjadi listrik arus searah. Energi mengalir dari sistem listrik AC satu
arah ke sistem DC.
Contoh: Listrik AC 220 V/50 Hz diturunkan melewati trafo menjadi 12V AC dan
kemudian disearahkan oleh diode menjadi tegangan DC 12V.
Kuadran 2 (DC ke DC) disebut DC Chopper atau dikenal juga dengan istilah DC-
DC konverter. Listrik arus searah diubah dalam menjadi arus searah dengan
besaran yang berbeda.
Contoh: Listrik DC 15V dengan menggunakan komponen elektronika diubah
menjadi listrik DC 5V.
3. Kuadran 3 (DC ke AC) disebut inverter yaitu mengubah listrik arus searah
menjadi listrik arus bolakbalik pada tegangan dan frekuensi yang dapat diatur.
Contoh: Listrik DC 12 V dari akumulator dengan perangkat inverter diubah
menjadi listrik tegangan AC 220V, frekuensi 50 Hz.
4. Kuadran 4 (AC ke AC) disebut AC-AC konverter yaitu mengubah energi listrik
arus bolak-balik dengan tegangan dan frekuensi tertentu menjadi arus bolak-balik
dengan tegangan dan frekuensi yang lain. Ada dua jenis konverter AC, yaitu
pengatur tegangan AC (tegangan berubah,frekuensi konstan) dan cycloconverter
(tegangan dan frekuensi dapat diatur).
Contoh: tegangan AC 220 V dan frekuensi 50 Hz menjadi tegangan AC 110 V
dan frekuensi yang baru 100 Hz.
Tentang type konversi energi menggunakan elektronika daya dapat
diperjelas melalui gambar ilustrasi berikut :
5

Gambar 4: Ilustrasi penerapan elektronika daya dalam konversi energi.

Pertama, dari sumber listrik PLN 220 V melalui penyearah yang mengubah listrik
AC menjadi listrik DC yang dibebani motor DC.
Kedua, mobil dengan sumber akumulator 12 V DC dengan inverter yang
mengubah listrik DC menjadi listrik AC dihasilkan tegangan AC 220 V untuk
melayani beban charger laptop (PC)
Ketiga, dari sumber listrik PLN 220 V dengan AC konverter diubah tegangannya
menjadi 180 V untuk menyalakan lampu.
Keempat, dari sumber akumulator truk 24 V dengan DC konverter diubah
tegangan 12 V untuk pesawat CB transmitter.
Rancangan konverter daya paling sedikit mengandung lima elemen yaitu
(1) sumber energi, (2) komponen daya, (3) piranti pengaman dan monitoring, (4)
sistem kontrol loop tertutup, dan (5) beban.
6

Gambar 5: Elemen konverter daya.

3. Pengendalian (Controlling)
Pengaturan dalam elektronika daya adalah pengaturan tegangan,
pengaturan arus, pengaturan daya listrik dan pengaturan besaran-besaran lainnya.
Adanya pengaturan dan perubahan besaran listrik akan berpengaruh pada sistem
yang diatur seperti perubahan kecepatan dan arah putaran, tekanan, suhu,
kecepatan gerak, dan sistem kerja lainnya.

Gambar 6: Pengaturan tegangan dengan pembagi tegangan resistor.


Contoh ilustrasi penggunaan aplikasi elektronika daya secara sederhana
adalah pada pengaturan tegangan. Gambar diatas merupakan rangkaian pembagi
tegangan yang digunakan untuk mengatur tegangan R1 sesuai dengan yang
dibutuhkan.
7

Melalui pengaturan resistor variable (Potensiometer) kita bisa


mendapatkan tegangan R1 sesuai kebutuhan. Cara pengaturan konvensional
seperti ini memang sangat mudah tetapi coba lihat rugi-rugi yang dihasilkan.
Dengan menggunakan resistor maka akan muncul panas yang besarnya
berbanding dengan kuadrat arus (I) dan nilai resistornya.
Rugi-rugi panas = I2 . R (Watt)
Metode pengaturan lain yang dapat diterapkan adalah dengan
menggunakan saklar (switching) pada sisi sumber menggunakan transistor daya
sehingga bisa diatur nilai tegangan keluaran dengan mengatur siklus kerja (duty
cycle) dari peralatan switching Dengan metode seperti ini, maka tegangan
keluaran dapat diatur tanpa menimbulkan panas karena pada saat tidak digunakan
sumber dimatikan dan sumber akan dihidupkan jika dibutuhkan.

Gambar 7: Pengaturan tegangan dengan switching.

5. Penerapan Elektronika Daya


Elektronika daya banyak diterapkan pada peralatan rumah tangga dan
industri juga pada peralatan konversi daya listrik yang besar seperti : saluran
transmisi daya listrik, jaringan distribusi daya listrik, pengaturan motor listrik
secara elektronis di industri, pengatur pemanas air, pengubah daya listrik AC
menjadi DC, DC menjadi DC dengan besaran tegangan dan kapasitas arus yang
berbeda, DC menjadi AC, dan AC menjadi AC dengan frekuensi dan bentuk
gelombang yang berbeda, charger baterai, dan lain sebagainya.
8

Dalam kehidupan sehari-hari aplikasi elektronika daya dapat dilihat pada


UPS (Uninterabable Power Supply), inverter, catu daya untuk laptop, notebook
dan komputer, pengatur tingkat keterangan lampu, peredup lampu (dimmer),
pengatur pemanas, pengatur cahaya, ballast elektronik pada lampu neon, relai-
relai elektronik, pemutus tenaga, sistem elektronis dalam mobil dan wahana ruang
angkasa. Selain itu aplikasi elektronika daya juga banyak digunakan diindustri
untuk pengaturan berbagai peralatan industri seperti pengaturan kecepatan dan
arah putar motor listrik, pengatur kecepatan putar penggerak konveyor, pengatur
kecepatan gerak lift, pengatur kecepatan gerak eskalator dengan beban yang
berubah-ubah, pengaturan kecepatan aliran fluida gas dan minyak, pengaturan
tekanan pada mesin pompa, blower, pengaturan kipas dan lain sebagainya.
9

BAGIAN II
KOMPONEN KOMPONEN ELEKTRONIKA DAYA

1. Persyaratan Dasar Komponen


Bahan konduktor memiliki sifat menghantar listrik yang tinggi, bahan
konduktor dipakai sebagai konduktor listrik, seperti kawat tembaga, aluminium,
besi, baja, dan sebagainya. Bahan semikonduktor memiliki sifat bisa menjadi
penghantar atau bisa juga memiliki sifat menghambat arus listrik tergantung
kondisi tegangan eksternal yang diberikan. Ketika diberikan tegangan bias maju,
maka semikonduktor akan berfungsi sebagai konduktor. Tetapi ketika diberikan
bias mundur, bahan semikonduktor memiliki sifat sebagai isolator. Beberapa
komponen elektronika daya meliputi: Dioda, Transistor, Thyristor (SCR), diac
Triac, IGBT dan sebagainya. Diode yang dipakai elektronika daya memiliki syarat
menahan tegangan anoda-katode (VAK) besar, dapat melewatkan arus anoda (IA)
yang besar, kemampuan menahan perubahan arus sesaat di/dt serta kemampuan
menahan perubahan tegangan sesaat dv/dt. Komponen transistor daya harus
memenuhi persyaratan memiliki tegangan kolektor-emiter (VCEO) yang besar, arus
kolektor (IC) terpenuhi, penguatan DC (β) yang besar, mampu menahan perubahan
tegangan sesaat dv/dt.
Demikian juga dengan komponen thyristor, harus mampu menahan
tegangan anoda katoda (VAK), mengalirkan arus anoda yang besar (IA), menahan
perubahan arus sesaat di/dt, dan mampu menahan perubahan tegangan sesaat
dv/dt.

2. Dioda Semi Konduktor


a. Struktur Dioda

Dioda adalah komponen elektronika yang bersifat setengah penghantar


(semi konduktor), artinya dioda hanya dapat mengalirkan arus listrik dari satu
arah saja dan menghentikan arus listrik jika arah dioda dibalik.
10

Gambar 8: Simbol dan bentuk fisik dioda.

Dioda memiliki dua kaki (elektroda) yaitu anoda (a) atau positif dan
katoda (k) atau negatif. Jika ditinjau secara fisik, kaki katoda (negatif) adalah kaki
yang dekat dengan tanda garis putih.

Dioda tersusun dari bahan type p, yang mengandung atom positif,


teminalnya adalah anoda dan bahan type n, yang mengandung atom negatif.,
terminalnya adalah katoda. Antara kedua bahan terdapat daerah pertemuan atau
batas (junction), biasa juga disebut daerah pengosongan. Dioda dibentuk dengan
cara menyambungkan semi-konduktor type p dan type n. Pada saat terjadinya
sambungan (junction) p dan n, hole-hole pada bahan p dan elektron-elektron pada
bahan n disekitar sambungan cenderung untuk berkombinasi. Hole dan elektron
yang berkombinasi ini saling meniadakan, sehingga pada daerah sekitar
sambungan ini kosong dari pembawa muatan dan terbentuk daerah pengosongan
(depletion region). Oleh karena itu pada sisi p tinggal ion-ion akseptor yang
bermuatan negatip dan pada sisi n tinggal ion-ion donor yang bermuatan positip.
Namun proses ini tidak berlangsung terus, karena potensial dari ion-ion positip
dan negatip ini akan menghalanginya. Tegangan atau potensial ekivalen pada
daerah pengosongan ini disebut dengan tegangan penghalang (barrier potential).
Besarnya tegangan penghalang ini adalah 0.2 untuk germanium dan 0.6 untuk
silikon. Lihat Gambar 9.
11

ion akseptor ion donor

- - - + + +
(a) - - +
+ +
- - - + +
tipe p tipe n
elektron dan hole berkombinasi

daerah pengosongan

- - + + +
(b) - - +
- - - + +
- - + + + +
- - - +
- + +
tipe p tipe n

(c)
Anoda (A) Katoda (K)

Gambar 9 : Struktur Dioda Semikonduktor


(a) Pembentukan Sambungan;
(b) Daerah Pengosongan; (c) Simbol Dioda

b. Bias Mundur (Reverse Bias) Pada Dioda


Bias mundur (reverse bias) adalah pemberian tegangan negatip baterai ke
terminal anoda (A) dan tegangan positip ke terminal katoda (K) dari suatu dioda.
Dengan kata lain, tegangan anoda katoda VA-K adalah negatip (VA-K < 0). Gambar
berikut menunjukkan dioda diberi bias mundur. Bias mundur menyebabkan dioda
tidak konduksi, atau tidak dapat menalirkan arus listrik. Contoh rangkaian bias
mundur dioda ditunjukan pada gambar berikut

Gambar 10 : Rangkaian dasar bias mundur dioda


12

daerah pengosongan

A - - - + ++ + K
- - +
- - - + ++
- +
- - + + ++
- - - + ++
+
- - - Is
tipe p tipe n

A
K
- +

Gambar 11. Ilustrasi pergerakan atom dioda diberi bias mundur

Karena pada ujung anoda (A) yang berupa bahan tipe p diberi tegangan
negatip, maka hole-hole (pembawa mayoritas) akan tertarik ke kutup negatip
baterai menjauhi persambungan. Demikian juga karena pada ujung katoda (K)
yang berupa bahan tipe n diberi tegangan positip, maka elektron-elektron
(pembawa mayoritas) akan tertarik ke kutup positip baterai menjauhi
persambungan. Sehingga daerah pengosongan semakin lebar, dan arus yang
disebabkan oleh pembawa mayoritas tidak ada yang mengalir. Sedangkan
pembawa minoritas yang berupa elektron (pada bahan tipe p) dan hole (pada
bahan tipe n) akan berkombinasi sehingga mengalir arus jenuh mundur (reverse
saturation current) atau Is. Arus ini dikatakan jenuh karena dengan cepat
mencapai harga maksimum tanpa dipengaruhi besarnya tegangan baterai.
Besarnya arus ini dipengaruhi oleh temperatur. Makin tinggi temperatur, makin
besar harga Is. Pada suhu ruang, besarnya Is ini dalam skala mikro-amper untuk
dioda germanium, dan dalam skala nano-amper untuk dioda silikon.

c. Bias Maju (Foward Bias) Pada Dioda


Bias maju menyebabkan dioda konduksi mengalirkan arus positif dari
anoda ke katoda. Apabila tegangan positip baterai dihubungkan ke terminal
Anoda (A) dan negatipnya ke terminal katoda (K), maka dioda disebut
13

mendapatkan bias maju (foward bias). Dengan demikian V A-K adalah positip atau
VA-K > 0. Gambar berikut menunjukan pemberian bias maju pada dioda.

Gambar 12 : Rangkaian dasar bias maju dioda

daerah pengosongan

A - - + + + + K
- -
- - - +
+
- + + +
- - - - + + + ID
tipe p tipe n

A K
+ -

Gambar 13. Ilustrasi pergerakan atom dioda diberi bias maju.

Dengan pemberian polaritas tegangan seperti pada Gambar diatas, yakni


VA-K positip, maka pembawa mayoritas dari bahan tipe p (hole) akan tertarik oleh
kutup negatip baterai melewati persambungan dan berkombinasi dengan elektron
(pembawa mayoritas bahan tipe n). Demikian juga elektronnya akan tertarik oleh
kutup positip baterai untuk melewati persambungan. Oleh karena itu daerah
pengosongan terlihat semakin menyempit pada saat dioda diberi bias maju. Dan
arus dioda yang disebabkan oleh pembawa mayoritas akan mengalir, yaitu I D.
Sedangkan pembawa minoritas dari bahan tipe p (elektron) dan dari bahan tipe n
(hole) akan berkombinasi dan menghasilkan Is. Arah Is dan Id adalah
14

berlawanan. Namun karena Is jauh lebih kecil dari pada Id, maka secara praktis
besarnya arus yang mengalir pada dioda ditentukan oleh Id.

Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa dioda akan konduksi apabila


tegangan bias maju antara anoda-katoda (VA-K) minimal 0.2 Volt untuk dioda dari
bahan germanium, sedangkan untuk dioda bahan silikon membutuhkan tegangan
0.6 Volt.

d. Kurva Karakteristik Dioda

Hubungan antara besarnya arus dioda atau If yang mengalir melalui dioda
dengan tegangan VA-K atau Uf yang diberikan dapat dilihat pada kurva
karakteristik dioda seperti yang ditunjukan pada Gambar 14.

Gambar 14. Contoh kurva karakteristik dioda.

Karakteristik diode menggambarkan arus fungsi dari tegangan. Sumbu


horizontal (x) mewakili pemberian tegangan bias maju (UF) dan bias mundur (UR)
sedangkan sumbu vertikal (y) mewakili arus bias maju (IF) dan arus bias mundur
(IR). Dari pengamatan visual karakteristik diode di atas dapat diketahui beberapa
parameter penting,yaitu:
15

- dioda mulai konduksi, arus maju (I F) mulai muncul setelah mendapat tegangan
cut-in besarnya 0,6V. Arus maju (IF) naik secara signifikan ketika tegangan maju
(UF) berada diatas 0,6V.
- tegangan reverse maksimum yang diizinkan sebesar 50V, arus reverse (IR) mulai
terjadi ketika tegangan reverse diberikan sebesar 50V
- tegangan breakdown terjadi pada tegangan mendekati 75V. Arus reverse naik
secara signifikan ketika tegangan reverse mencapai 75V. Jika tegangan
breakdown ini terlewati dipastikan diode akan terbakar dan rusak permanen.
Karakteristik dioda berbeda-beda. Untuk mengetahui karakteristik dioda tertentu
dapat mempedomani data sheet dioda yang diterbitkan oleh produsen, atau dengan
melakukan pengukuran (pengujian) laboratorium secara sederhana seperti gambar
berikut

Gambar 15: Pengujian dasar karakteristik dioda.

e. Pemeriksaan Kualitas Dioda

Kualitas dioda secara sederhana dapat diketahui melalui pemeriksaan


dengan menggunakan AVO meter analog. Langkah-langkah pengujian dioda
adalah sebagai berikut :

a. Siapkan AVO meter pada posisi ohm (x10)


b. Lakukan zero adjustment jika perlu
c. Hubungkan lead tester masing-masing dengan elektroda dioda.
d. Amati pergerakan (deflek) jarum
16

e. Dioda dapat dinyatakan baik (tidak rusak) apabila hasil pengujian sesuai
dengan tabel ideal dioda berikut :
Tabel 1 : pengujian ideal dioda menggunakan AVO meter

koneksi lead tester terhadap


kondisi/pergerakan
elektroda kondisi dioda
jarum ukur
anoda katoda
resistansi dioda tinggi,
merah hitam tidak bergerak
dioda tidak konduksi
resistansi dioda rendah,
hitam merah bergerak
dioda konduksi

Tabel ideal diatas merujuk kepada dua hal, yaitu ;

- AVO meter ketika diarahkan pada posisi OHM akan menghasilkan


tegangan positif pada kabel hitam, dan tegangan negatif pada kabel
merah
- Dioda konduksi jika diberi bias maju, dan tidak konduksi bila diberi
bias mundur, menghubungkan lead tester pada dioda merupakan salah
satu bentuk pemberian bias pada dioda.

f. Penerapan Dioda
Dalam sistem elektronika terutama elektronika daya, dioda banyak digunakan
sebagai komponen utama penyearah (rectifier), pengubah arus bolak-balik (ac)
menjadi arus searah (DC). Hal ini dapat dilakukan karena sifat dioda sebagai semi
konduktor. Ada beberapa jenis penyearah yang biasa diterapkan dalam
elektronika, dan elektronika daya, antara lain
- penyearah setengah gelombang (half wave rectifier) menggunakan satu
dioda, satu fase input
- penyearah gelombang penuh (full wave rectifier) menggunakan gabungan
empat dioda (dioda brigde)
- Penyearah gelombang penuh menggunakan dua dioda dengan input
tegangan fase dua (beda fase 1800), biasanya menggunakan trafo CT
- Penyearah fase tiga (beda fase 1200), menggunakan tiga dioda,
17

- Penyearah fase tiga (beda fase 1200), gelombang penuh menggunakan


enam dioda,

Penyearah setengah gelombang


Rangkaian dasar penyearah setengah gelombang (half wave rectifier)
menggunakan satu dioda, satu fase input ditunjukan pada gambar berikut ;

Gambar 16 : Rangkaian dasar penyearah setengah gelombang.


Hasil penyearahan ditunjukan pada gambar berikut yang merupakan capture
hasil simulasi electronic workbench

Grafik tegangan input bolak-balik (sebelum dioda)

Grafik tegangan output searah(setelah dioda)

Titik cut in 0,6Volt (dioda mulai konduksi)

Gambar 17 : Grafik input dan output hasil simulasi electronic workbench.

Dari gambar dapat dilihat bahwa sinyal output hanya terdiri dari fase positif
saja, hal ini terjadi karena fase negatif tidak dihantarkan oleh dioda.Tinggi puncak
gelombang input berbeda terhadap output. Perbedaan tersebut sebesar 0,6 volt, hal
18

ini terjadi karena adanya drop tegangan pada dioda sebesar 0.6 volt (V AK). Jika
arah dioda dibalik maka dioda hanya menghantarkan fase negatif saja, seperti
ditunjukan pada gambar berikut,

Gambar 18 : Rangkaian dasar penyearah tegangan negatif.

Gambar 19 : Grafik sinya input dan output negatif

Gambar 19 menunjukan bahwa tegangan dioda konduksi menghantarkan


fase negatif saja ketika terminal katoda mendapatkan fase negatif dari sumber
bolak-balik, sementara ketika fase input positif dioda tidak konduksi sehingga
tegangan output pada fase ini adalah 0 volt.
19

Penyearah Gelombang Penuh (bridge diode)

Penyearah gelombang penuh (full wave rectifier) dapat dibangun


menggunakan gabungan empat dioda yang biasa disebut dioda jembatan (bridge
diode).

Rangkaian dasar penyearah gelombang penuh bridge diode

D4 D1
masukan
sinyal ac
RL
D3 D2

(a)
Gambar 20 : Rangkaian dasar penyearah gelombang

Gambar 21 : Grafik Input dan output positif penuh

Gambar 21 menunjukan bahwa output hasil penyearahan gelombang penuh


lebih baik dibanding penyearah setengah gelombang. Hal ini terjadi karena
20

keempat dioda beroperasi (konduksi) bergantian, D1 dan D3 konduksi bersamaan,


sedangkan D2 konduksi bersamaan dengan D4.

Gambar 22 : Kinerja dioda pada penyearah gelombang penuh.

Ketika Fase positif berada pada terminal A maka D1 mendapat bias maju, dan
menghantarkan sinyal positif ke resistor beban (RL), perhatikan grafik i1. Pada
kondisi ini D1 RL dan D3 terhubung seri, sehingga D3 juga konduksi. Sementara
D2 dan D4 mendapat bias mundur. Setengah gelombang berikutnya fase positif
berada di terminal B, maka D2 mendapat polaritas maju dan konduksi
menghantarkan sinyal positif ke resistor beban (RL), perhatikan grafik i2. Pada
kondisi ini D2 RL dan D4 terhubung seri, sehingga D4 juga konduksi. Sementara
D1 dan D3 mendapat bias mundur.

Penyearah Gelombang Penuh Dua Dioda, Input 2 Fase


21

Penyearah ini menerima input daya bolak-balik dari transformator center tap (CT)
yang memiliki 2 fase keluaran. Beda fase keduanya sebesar 180 0. Rangkaian dasar
ditunjukan pada gambar 23.

Gambar 23 : Rangkaian dasar penyearah gelombang penuh dua dioda


Gambar rangkaian diatas menunjukan bahwa terdapat dua sumber tegangan
bolak balik, Saat terminal A mendapat fase positif terhadap ground (CT)
sedangkan terminal B mendapat fase negatif terhadap ground (CT) maka dioda D1
akan mendapat bias maju dan mengalirkan arus positif ke Rload, terminal output
P adalh positif. Setengah siklus berikutnya saat terminal A mendapat fase negatif
terhadap ground (CT) sedangkan terminal B mendapat fase positif terhadap
ground (CT) maka dioda D2 akan mendapat bias maju dan mengalirkan arus
positif ke Rload, terminal output P tetap positif. Dioda D1 dan dioda D2 konduksi
bergantian tergantung fase tegangan yang diterima dari masing-masing sumber
(Vinput), Vinput 1 dengan Vinput 2 terjadi beda fase sebesar 180 0.
22

Vinput 1 Vinput 2

Voutput oleh D1 Voutput oleh D2

Gambar 24 : Grafik dua input beda fase dan output gelombang penuh.
Penyearah fase tiga (beda fase 1200), menggunakan tiga dioda
Listrik fase tiga atau tiga fase dapat disearahkan menggunakan tiga dioda,
satu dioda untuk masing-masing fasenya. Pada dasarnya penyearah ini sama
dengan pengearah setengah gelombang satu fase. Dioda hanya melewatkan salah
satu fase saja (positif atau negatif) tergantung arah diodanya dan tegangan cut-in
(VAK). Yang diterima dioda. Rangkaian dasar ditunjukan pada gambar berikut

Gambar 25: Rangkaian dasar dan gelombang input-output penyearah 3 fase


L1, L2, dan L3 adalah sumber tegangan bolak-balik tiga fase dengan beda fase
1200. Dioda rectifier (R1) akan konduksi jika L1 positif terhadap ground atau
Netral (N). Dioda rectifier (R2) akan konduksi jika L2 positif terhadap Netral (N).
Dan dioda rectifier (R3) akan konduksi jika L3 positif Netral (N).
Prinsip penyearahan tiga fase ditunjukan pada gambar 26
23

Gambar 26 : Kinerja dioda penyearah tiga fase.


Penyearah fase tiga gelombang penuh menggunakan enam dioda

Untuk mempermudah menganalisa penyearah ini harus difahami terlebih


dahulu penyearah gelombang penuh satu fase dan penyearah setengah gelombang
tiga fase. Rangkaian Penyearah tiga fase gelombang penuh menggunakan enam
dioda

Gambar 27 : Rangkaian dasar dan grafik input-output penyearah tiga fase

Penyearah diode gelombang penuh tiga fase menggunakan sistem


jembatan dengan enam buah diode R1, R3, dan R5 katodanya disatukan sebagai
24

terminal positif. diode R4, R6, dan R2 anodanya yang disatukan sebagai terminal
negatif Tegangan DC yang dihasilkan memiliki enam pulsa yang dihasilkan oleh
masing-masing diode tersebut. Tegangan DC yang dihasilkan halus karena
tegangan riak (ripple) kecil dan lebih rata. Urutan konduksi dari keenam diode
dapat dilihat dari siklus gelombang sinusoida yang konduksi secara bergantian.
Konduksi dimulai dari diode R1 + R6 sepanjang sudut komutasi 60°. Berturut-
turut disusul diode R1 + R2, selanjutnya diode R3 + R2, urutan keempat R3 + R4,
kelima R5 + R4 dan terakhir R5 + R6

3. Transistor Bipolar (BJT)

a. Struktur transistor bipolar

Transistor bipolar adalah piranti elektronik pengembangan dari dioda.


Pada rangkaian elektronika transistor dapat difungsikan sebagai saklar elektronik,
penguat sinyal, dan penstabil tegangan. Pada aplikasi elektronika daya transistor
banyak digunakan sebagai saklar elektronik.
Berdasarkan konstruksi persambungannya transistor identik dengan dua buah
dioda yang disambung anti seri. Cara persambungan anti seri ini membedakan dua
tipe transistor yaitu PNP atau NPN.
Transistor memiliki dua junction dan tiga elektroda (kaki), yaitu kaki
Basis (B), Colector (C), dan Emitor (E).seperti ditunjukkan pada gambar berikut :
25

P +++ +++ P N ---- N


+++ J1 ------ J2 +++
----
---- J1 +++++
J2 ----
------ ---- +++++
+++ +++ ----

N P
A A K K

K A
a. Konstruksi PNP
b. Konstruksi NPN

C PNP E C NPN E

B B
c. Simbol PNP
d. Simbol NPN

Gambar 28 : Konstruksi dan simbol transistor.

Wujud fisik transistor bermacam-macam model, gambar 29 menunjukan beberapa


contoh model transistor

Gambar 29 : Contoh bentuk fisik transistor.

b. Pembiasan dan karakteristik pada transistor

Transistor merupakan peralatan yang mempunyai 3 lapis N-P-N atau P-


N-P. Dalam rentang operasi, arus kolektor IC merupakan fungsi dari arus basis IB.
26

Perubahan pada arus basis IB memberikan perubahan yang diperkuat pada arus
kolektor untuk tegangan emitor-kolektor VCE yang diberikan. Perbandingan kedua
arus ini dalam orde 15 sampai 100.

Salah satu cara pemberian tegangan kerja dari transistor dapat dilakukan
seperti pada Gambar 30.

Gambar 30: Dasar pembiasan transistor

Untuk transistor jenis NPN, kolektor (C) adalah positif, terhadap emitor
(E), sedangkan untuk transistor jenis PNP tegangan kolektor negatif terhadap
emitor. Demikian juga untuk tegangan bias basis (Vbb). Untuk transistor NPN
tegangan basis potitif terhadap emitor, dan sebaliknya untuk transistor PNP
tegangan basis negatif terhadap emitor
Karakteristik transistor dapat digambarkan seperti Gambar 31 berikut ini.
27

Gambar 31: Karakteristik transistor daya.

Prinsip kerja transistor sebagai saklar dijelaskan melaui gambar 30 dan 31


diatas. Arus Ib (misalnya Ib1) yang diberikan dengan mengatur Vb akan
memberikan titik kerja pada transistor.

Besarnya arus basis dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

Ib = (Vb-Vbe)/Rb

Pada saat itu transistor akan menghasilkan arus collector (Ic) sebesar Ic dan
tegangan Vce sebesar Vce1. Titik Q (titik kerja transistor) dapat diperoleh dari
persamaan sebagai berikut :

Persamaan garis beban = Y = Vce = Vcc – Ic x RL

Jadi untuk Ic = 0, maka Vce = Vcc dan

untuk Vce = 0, maka diperoleh Ic = Vcc/RL

Apabila harga-harga untuk Ic dan Ice sudah diperoleh, maka dengan


menggunakan karakteristik transistor yang bersangkutan, akan diperoleh titik
kerja transistor atau titik Q.
Pada umumnya transistor berfungsi sebagai suatu switching (kontak on-
off). Adapun kerja transistor yang berfungsi sebagai switching ini, selalu berada
pada daerah jenuh (saturasi) dan daerah cut off (bagian yang diarsir pada Gambar
31). Transistor dapat bekerja pada daerah jenuh dan daerah cut off-nya, dengan
cara melakukan pengaturan tegangan Vb dan rangkaian pada basisnya (tahanan Rb)
dan juga tahanan bebannya (RL).
28

Untuk mendapatkan on-off yang bergantian dengan periode tertentu,


dapat dilakukan dengan memberikan tegangan Vb yang berupa pulsa, seperti pada
Gambar 32.

Gambar 32. Pulsa Trigger dan Tegangan Output Vce

Apabila Vb = 0, maka transistor off (cut off), sedangkan apabila Vb=V1


dan dengan mengatur Rb dan R1 sedemikian rupa, sehingga menghasilkan arus Ib
yang akan menyebabkan transistor dalam keadaan jenuh. Pada keadaan ini Vce
adalah kira-kira sama dengan nol (Vsat = 0.6 volt). Bentuk output Vce yang
terjadi pada Gambar 32. apabila dijelaskan adalah sebagai berikut (lihat Gambar
30 dan Gambar 32) :

1. Pada kondisi Vb = 0, harga Ic = 0, dan berdasarkan persamaan loop :


Vcc+ IcR1 + Vce= 0, dihasilkan Vce= +Vcc

2. Pada kondisi Vb = V1, harga Vce= 0 dan Iv = I saturasi


Untuk mendapatkan arus Ic, (I saturasi) yang cukup besar pada rangkaian
switching ini, umumnya RL didisain sedemikian rupa sehingga RL mempunyai
tahanan yang kecil.

c. Pemeriksaan transistor menggunakan AVO meter


29

Pada dasarnya pemeriksaan transistor identik dengan pemeriksaan dioda,


karena transistor identik dengan sambungan dua dioda anti seri. (gambar 28).
Ada tiga hal pengujian transistor yang dapat dilakukan menggunakan AVO meter
analog, yaitu pengujian kualitas, pengujian type, dan pengujian urutan kaki.
Untuk pengujian kualitas, harus dipastikan type dan urutan kaki
Untuk pengujian type, harus dipastikan urutan kaki dan kualitas transistor baik
Untuk pengujian urutan kaki, harus dipastikan type dan kualitas transistor baik.
Ilustrasi pengujian transistor ditunjukan pada gambar 33

Gambar 33: Ilustrasi pengujian transistor


Hasil pengujian untuk transistor ideal ditunjukan pada tabel 2 untuk transistor
NPN dan tabel 3 untuk transistor PNP

Tabel 2 : Pengujian ideal transistor NPN


koneksi lead tester dengan elektroda
kondisi jarum kondisi transistor
kolektor (C) Basis (B) emitor (E)
merah hitam deflek BC konduksi
hitam merah deflek BE konduksi
hitam merah tak deflek BC tak konduksi
merah hitam tak deflek BE tak konduksi
30

merah hitam tak deflek EC tak konduksi


hitam merah tak deflek EC tak konduksi

Tabel 3 : Pengujian ideal transistor PNP


koneksi lead tester dengan elektroda
kondisi jarum kondisi transistor
kolektor (C) Basis (B) emitor (E)
merah hitam tak deflek BC tak konduksi
hitam merah tak deflek BE tak konduksi
hitam merah deflek BC konduksi
merah hitam deflek BE konduksi
merah hitam tak deflek EC tak konduksi
hitam merah tak deflek EC tak konduksi

d. Penerapan transistor
Fungsi transistor antara lain sebagai penguat dan sebagai saklar, yang akan
dibahas dalam hal ini adalah penerapan transistor sebagai saklar, dalam
elektronika daya transistor umumnya digunakan sebagai saklar elektronik.
Penerapan saklar transistor pada sistem elektronika daya misalnya pada sensor
suhu, sensor cahaya, pengontrolan motor pompa, inverter, pengaturan tegangan
DC dan aplikasi lainnya. Berikut ini diberikan contoh penerapan transistor sebagai
saklar pada sistem sensor suhu (thermistor). Aplikasi sensor suhu ini dapat
dikembangkan misalnya untuk menyalakan sistem pendinginan otomatis,
menyalakan alarm, ataupun memadamkan suatu peralatan jika terjadi pemanasan
berlebihan (over heating)
31

Gambar 34 : Contoh rangkaian penerapan saklar transistor. (transistor konduksi)


Misalkan tegangan supply sebesar 5 volt, VR1 diset pada nilai 1 kilo ohm,
kondisi thermistor dingin, resistansi thermistor pada kondisi dingin ini sebesar 4,7
kilo ohm, maka besar tegangan pada thermistor ynag merupakan tegangan bias
basis (Vb) sebesar 4, 12V
supply
Vb = x nilai thermistor
VR 1+nilai Thermistor

5 volt
Vb = x 4,7 k . ohm
1k . ohm +4,7 k . ohm
Vb = 4,12 volt
Selanjutnya tegangan bias basis 4,12V akan menyebabkan aliran arus basis
sebesar 0,75 mili ampere
Ib = (Vb−Vbe) /Rb
Ib = (4,12-0,6)/4,7 k.ohm
Ib = 0,75 mili ampere
Selanjutnya apabila Arus basis (Ib) dapat memberi energi kepada transistor untuk
konduksi ideal (anggap Vce =0 volt) maka mengalir arus kolektor (Ic) yang juga
arus Rload relay sebesar 50 mili ampere
Ic= supply/RLA1
Ic = 5volt/100 ohm
Ic = 50 mili ampere.
Selanjutnya arus 50 mili ampere tersebut memberi energi kepada relay untuk
menarik kontak, maka kontak magnet relay akan aktif dan lampu menyala.
Kondisi sebaliknya terjadi ketika thermistor panas.
32

Gambar 35 : Transistor tidak konduksi.


Jika suhu thermistor meningkat (panas) maka resistansi thermistor akan turun,
misalnya menjadi 150 ohm, dan tegangan basis (Vb) juga akan turun menjadi
652,17 mili volt, nilai Vb ini menimbulkan arus basis yang tidak cukup untuk
konduksi transistor, maka transistor tidak konduksi (Vce= Vcc=5 volt.) tidak
terjadi aliran arus kolektor (Ic), relay tidak bekerja, dan lampu padam.

4. SCR (Silicon Controlled Rectifier)


a. Struktur dasar SCR
SCR adalah komponen elektronika daya yang biasa juga disebut tyristor. SCR
identik dengan sambungan dua transistor dengan persambungan P-N-P-N

Gambar 36: Rangkaian equivalent, konstruksi dan simbol SCR


SCR memiliki tiga kaki yaitu Anoda (A), Katoda (K) dan Gate (G). Wujud fisik
SCR bermacam-macam model diantaranya ditunjukan pada gambar 37.
33

Gambar 37 ; Beberapa wujud fisik SCR

b. Karakteristik SCR
Kinerja SCR sebagai saklar dipengaruhi oleh tiga besaran yaitu, arus gate
(IG) arus anoda (IA), dan tegangan antara anoda katoda (VAK atau UAK)
Hubungan ketiga besaran tersebut ditunjukan pada kurva karakteristik SCR
gambar 38.

Gambar 38 : Kurva karakteristik SCR.


Gambar 38 menunjukan contoh kurva karakteristik thyristor (SCR), ada
beberapa variabel, yaitu tegangan forward (UF) dan tegangan reverse (UR), dan
variabel arus forward (IF), arus reverse (IR), dan arus gate (IG). Pada tegangan
forward UF, jika arus gate diatur dari 0 mA sampai di atas 50 mA, maka SCR
34

akan cut-in dan mengalirkan arus forward IF. Tegangan reverse untuk SCR (UR)
sekitar 600 Volt. Agar SCR tetap ON, maka ada arus yang tetap dipertahankan
disebut arus holding IH sebesar 5 mA. Besaran-besaran yang mempengaruhi
kinerja tiap SCR berbeda-beda tergantuk nomor SCR tersebut. Untuk mengetahui
karakteristik sebuah SCR dapat berpedoman kepada datasheet SCR. Misalnya
Thyristor/SCR TIC 106 D sesuai dengan data sheet memiliki beberapa parameter
penting, yaitu: tegangan gate-katode = 0,8 V, arus gate minimal 0,2 mA, agar
thyristor tetap posisi ON diperlukan arus holding = 5 mA. Tegangan kerja yang
diizinkan pada anoda = 400 V dan dapat mengalirkan arus nominal = 5 A.

Gambar 39 : Thyristor TIC 106D

c. Pengoperasian SCR
Untuk mengatur agar SCR konduksi (ON), mengalirkan arus anoda ke katoda
dengan baik, harus dipenuhi beberapa syarat, sesuai karakteristik SCR tersebut,
yaitu ;
Anoda-katoda harus mendapat tegangan bias maju yang cukup (V AK), biasa
disebut tegangan cut-in.
Arus Anoda (IF) harus dipertahankan sesuai kebutuhan minimum, yang disebut
arus genggam (holding current - IH).
Gate menerima Arus gate (IG) yang cukup walau sesaat untuk penyulutan
(triggering).
35

Sedangkan untuk memadamkan SCR dapat dilakukan dengan cara mengatur arus
positif anoda dibawah arus holdingnya, memutus arus anoda dari sumber, dan
menghubung singkat Anoda-katoda walau sesaat,
Rangkaian dasar dan prinsip pengoperasian SCR ditunjukan pada gambar 40
sampai 44

Gambar 40: Rangkain dasar, SCR belum konduksi

Gambar 41 : SCR bekerja ketika diberi arus gate (triggering)

Gambar 42 : SCR tetap bekerja setelah arus gate diputus (setelah triggering)
36

Gambar 43 : SCR dipadamkan (reset SCR)

Gambar 44 : SCR tidak konduksi setelah proses reset

1. Pada kondisi awal lampu (LP1) masih padam. Amati gambar 40.
2. Jika saklar (S2) ditekan, maka akan mengalir arus gate sebagai trigger, SCR
akan bekerja dan lampu menyala. Amati gambar 41.
3. SCR tetap bekerja dan lampu tetap menyala walaupun saklar (S2) sudah
dibuka. Perhatikan gambar 42.
4. Untuk memadamkan SCR dan memadamkan lampu dilakukan dengan menekan
saklar Reset (S1) yang bersifat push off switch (ditekan menjadi terbuka),
walaupun sesaat. Perhatikan gambar 43
5. SCR tetap dan lampu tetap padam walaupun saklar sudah kembali pada kondisi
awal (On). Perhatikan gambar 44.

d. Pemeriksaan SCR menggunakan AVO meter


Berdasarkan prinsip pengoperasian SCR diatas, maka kualitas SCR dapat
diperiksa (diuji) menggunakan AVO meter, pemeriksaan SCR menggunakan
AVO meter pada dasarnya adalah bentuk lain pembiasan SCR
37

Ilustrasi pemeriksaan SCR ditunjukan pada gambar 45.

Gambar 45 :Ilustrasi pemeriksaan SCR, (identik dengan gambar 41)

Kondisi ideal pemeriksaan SCR ditunjukan pada tabel 4


Tabel 4: Kondisi ideal pemeriksaan SCR
koneksi SCR terhadap
leadtester kondisi jarum ukur kondisi SCR
katoda anoda gate
hitam merah - tidak deflek sebelum penyulutan
hitam merah merah tidak deflek saat penyulutan
hitam merah - tidak deflek setelah penyulutan
hitam merah - tidak deflek sebelum penyulutan
hitam merah hitam tidak deflaksi saat penyulutan
hitam merah - tidak deflek setelah penyulutan
merah hitam - tidak deflek sebelum penyulutan
merah hitam merah tidak deflek saat penyulutan
merah hitam - tidak deflek setelah penyulutan
merah hitam - tidak deflek sebelum penyulutan
merah hitam hitam deflek saat penyulutan
merah hitam - deflek setelah penyulutan
- merah hitam tidak deflek tidak ada arus G-A
- hitam merah tidak deflek tidak ada arus G-A
hitam - merah tidak deflek tidak ada arus G-K
merah - hitam deflek ada arus Gate-
katoda

Hal penting yang harus diperhatikan adalah saat penyulutan dan sesudah
penyulutan koneksi anoda dan katoda terhadap leadtester harus tetap
dipertahankan, jangan sampai terbuka, jika terbuka maka SCR pada kondisi
38

reset. Berdasarkan tabel juga dapat diidentifikasi urutan elektroda (kaki), bahwa
jarum ukur deflek tanpa penyulutan SCR jika tegangan gate positif terhadap
katoda. Jika kaki gate dan kaki katoda telah diidentifikasi maka kaki anoda juga
dapat diidentifikasi.

e. Penerapan SCR
SCR banyak diterapkan pada berbagai rangkaian pengendali daya, contohnya
adalah sebagai penyearah terkendali. Penyearah terkendali adalah penyearah AC
menjadi DC, waktu penyearahan dapat dikendalikan dengan mengatur pulsa
penyulutan pada gate SCR. Penyerah terkendali dapat diterapkan untuk
penyearah setengah gelombang maupun gelombang penuh, untuk satu fase
ataupun tiga fase. Gambar 46 menunjukan contoh penerapan SCR sebagai
penyerah terkendali satu fase gelombang penuh.

Gambar 46 : Penyearah terkendali SCR satu fase gelombang penuh.


Penyearah terkendali penuh satu fase dengan empat buah SCR Q1, Q2, Q3 dan
Q4 dalam hubungan jembatan. Pasangan SCR adalah Q1-Q4 dan Q2-Q3, masing-
masing diberikan pulsa penyulut pada sudut a(alfa) untuk siklus positif dan siklus
negatif tegangan sumber. Dengan beban resistif RL, pada sudut penyalaan a(alfa)
maka SCR Q1 dan Q4 akan konduksi bersamaan, dan pada tahap berikutnya
menyusul SCR Q2 dan Q3 konduksi.
39

5. Diac (dioda AC)


a. Konstruksi dan pengoperasian diac
Diac merupakan salah satu anggota dari thyristor dan termasuk dalam jenis
“Bidirectional Thyristor” yang juga dikenal sebagai “Bilateral Trigger Diode”.
Istilah Diac diambil dari “ Dioda AC”. Diac mempunyai dua buah terminal dan
dapat menghantar dari kedua arah jika tegangan breakovernya (VBB) terlampaui.

Konstruksi, simbol dan wujud fisik Diac ditunjukan pada gambar 47

Gambar 47 : kostruksi, simbol dan bentuk fisik diac

Diac identik dengan dua dioda yang dihubung anti paralel, sehingga diac dapat
mengalirkan arus dari dua arah bolak-balik.

Gambar 48 : rangkaian equivqlent diac

Ketika line A positif terhadap B, maka dioda D2 konduksi, atau S2 tertutup


sedangkan D1 tidak konduksi, atau S1 terbuka. Selanjutnya ketika line B positif
terhadap A, maka D1 konduksi, atau S1 tertutup, sedangkan D2 tidak konduksi,
40

atau S2 terbuka. Ilustrasi gambar 48 diatas menunjukan bahwa diac dapat


mengalirkan arus bolak-balik.

b. Karakteristik Diac

Diac mempunyai impedansi yang tinggi bagi arus dalam dua arah, hingga
bias diac melewati breakover. Biasanya bias untuk diac agar mencapai breakover
ini adalah antara 28 sampai 36 volt, namun demikian tergantung dari pada
tipenya. Jika tegangan yang diberikan pada diac menyamai atau melebihi
tegangan breakover, maka salah satu Latch (dioda) akan menutup, tergantung
polaritas yang diterima diac. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa diac
mempunyai dua buah tegangan penyalaan. Tegangan penyalaan pertama berada
pada tegangan maju (+Vbo), sedangkan yang kedua ada pada tegangan baliknya
(-Vbo). Karakteristik tegangan terhadap arus dapat dilihat pada Gambar 49.

Gambar 49: Karakteristik diac

Dari kurva diatas dapat dilihat bahwa pemberian tegangan diac positif dari 0 volt
sampai nilai tertentu, diac belum konduksi belum terjadi arus, dan ketika tercapai
41

tegangan breakover (VBO), arus naik secara signifikan dan tegangan turun secara
signifikan. Demikian juga untuk pemberian tegangan diac negatif.

c. Penerapan Diac

Diac banyak digunakan sebagai pemicu rangkaian pengendali daya yang


menggunakan triac. Penggunaa diac selalu berpasangan dengan triac
Gambar 50 memperlihatkan salah satu contoh penerapan diac pada rangkaian
pengendali daya, diac berperan sebagai pintu penyulutan triac

Gambar 50 : rangkaian dasar dan grafik konduktansi penerapan diac

Jika tegangan pengisian kapasitor telah mencapai breakover diac, maka diac
akan menghantar sehingga kapasitor akan menggosongkan muatannya melalui
diac dan gate-triac. Arus penggosongan kapasitor merupakan pulsa penyulut yang
digunakan oleh triac sebagai pengendali. Tentang kinerja triac akan dibahas lebih
lanjut.
42

6. Triac
a. Konstruksi dan rangkaian pengganti triac

Triac adalah singkatan dari Trioda alternating Current. Triac biasa disebut
juga bidirectional thirystor, karena identik dengan sambungan dua SCR paralel
berlawanan arah (anti paralel). Simbol triac, rangkaian pengganti serta konstruksi
triac ditunjukan pada gambar 51.

Gambar 51 : Simbol dan rangkaian pengganti dan konstruksi triac

Triac memiliki tiga elektroda (kaki), yaitu MT1 (main terminal1), MT2
dan gate. MT1 dan MT2 biasa juga disebut A1 (Anoda1) dan A2. Ada banyak
model fisik triac salah satu contohnya adalah model triac Q4008L4 ditunjukan
pada gambar 52

Gambar 52 : Salah satu model triac

b. Pengoperasian dan karakteristik triac


Triac akan konduksi, tersambung (on) ketika  arus positif kecil  melewati
terminal gate ke MT1, dan polaritas MT2 lebih tinggi dari MT1, saat triac
43

terhubung dan rangkaian gate tidak memegang kendali, maka triac tetap
tersambung selama polaritas MT2 tetap lebih tinggi dari MT1 dan arus yang
mengalir lebih besar dari arus genggamnya (holding current/Ih), dan triac juga
akan tersambung saat arus negatif melewati terminal gate ke MT1,dan polaritas
MT1 lebih tinggi dari MT2, dan triac akan tetap terhubung walaupun rangkaian
gate tidak memegang kendali selama polaritas MT1 lebih tinggi dari MT2. Selain
dengan cara memberi pemicuan melalui teminal gate, triac juga dapat dibuat
tersambung (on) dengan cara memberikan tegangan yang tinggi  sehingga
melampaui tegangan breakover-nya terhadap terminal MT1 dan MT2, namun cara
ini tidak diizinkan karena dapat menyebabkan triac akan rusak. Pada saat triac
tersambung (on) maka tegangan jatuh maju antara terminal MT1 dan MT2
sangatlah kecil yaitu berkisar antara 0.5 volt sampai dengan 2 volt.

Kurva karakteristik pengoperasian triac ditunjukan pada gambar 53

Gambar 53 : kurva karakteristik pengoperasian triac


Nilai besaran arus dan tegangan pengoperasian triac bisa berbeda-beda pada
masing-masing triac, untuk mengetahui nilai besaran tersebut dapat berpedoman
pada datasheet triac yang bersangkutan.
44

c. Pemeriksaan standar triac menggunakan AVO meter.


Sesuai dengan prinsip pengoperasian triac, maka AVO meter dapat digunakan
untuk menguji konduktansi standar triac. Kondisi ideal pemeriksaan triac
menggunakan AVO meter ditunjukan pada tabel 5.
Tabel 5: kondisi ideal pemeriksaan Triac
koneksi triac terhadap leadtester kondisi jarum ukur kondisi triac
MT1 MT2 Gate
hitam merah - tak deflek sebelum penyulutan
hitam merah merah deflek saat penyulutan
hitam merah - tetap deflek setelah penyulutan
merah hitam - tak deflek sebelum penyulutan
merah hitam hitam deflek saat penyulutan
merah hitam tetap deflek setelah penyulutan
hitam merah - tak deflek sebelum penyulutan
hitam merah hitam tak deflek saat penyulutan
hitam merah - tak deflek setelah penyulutan
merah hitam - tak deflek sebelum penyulutan
merah hitam merah tak deflek saat penyulutan
merah hitam - tak deflek setelah penyulutan
- merah hitam tak deflek isolasi G-MT2
- hitam merah tak deflak isolasi G-MT2
merah - hitam deflek konduksi G-MT1
hitam - merah deflek konduksi G-MT1

d. Penerapan Triac
Dalam elektronika daya pengunaan triac umumnya untuk mengendalikan
penggunaan daya bolak-balik (ac). Penggunaa triac selalu berpasangan dengan
diac. Diac berperan sebagai pengendali pulsa trigger bagi triac. Bahkan ada
komponen integrasi diac-triac, misalnya triac Q4004LT. kode T menandakan
“triggerred” bahwa triac tersebut telah diintegrasikan dengan diac sebagai trigger.
Satu contoh sederhana penerapan triac adalah pada rangkaian kendali lampu pijar
Rload (gambar 54).
45

Gambar 54 : Rangkaian penerapan triac sebagai pengendali daya beban.


Tegangan main input diberikan pada rangkaian, sebelum ½ siklus positif ac
tercapai beban Rload belum menerima daya. Saat main input mencapai ½ siklus
positif ac (900) kapasitor C1 telah terisi penuh, muatan kapasitor memberi energi
bagi diac untuk konduksi.saat diac konduksi gate triac terpicu dan triac konduksi
mengalirkan arus, sehingga beban Rload menerima daya ½ siklus positif. Hal
yang sama terjadi ketika main input memberikan siklus negatif. Beban Rload
akan menerima daya ½ siklus negatif. Jadi besarnya daya yang diterima atau
digunakan beban Rload adalah 50 % dari daya yang dihasilkan main input.
Value ini sesuai dengan persamaan :
Daya diterima beban = 100% - ( ( ( R1 x C1 )/10 ms ) x 100 ) = 50 %
Daya diterima beban = 100% - ( ( ( 500 x 10 x 10-6)/10 ms ) x 100 ) = 50 %
Besar kecilnya daya yang diterima beban Rload dapat diatur dengan mengatur
Resistor variabel. Gambar 55 mengilustrasikan perubahan nilai Resistor terhadap
perubahan sinyal trigger dan daya yang diterima beban
46

Gambar 55 : Daya Diterima Beban Sebesar 75 %

Gambar 56 : Daya diterima beban sebesar 25 %


Contoh penerapan diatas menggunakan sinya ac dengan frekuensi 100 Hz
(perioda 10 ms). Jadi untuk frekuensi 50 Hz nilai kapasitor dan resistor harus
disesuaikan.
47

7. Uni Junction Transistor (UJT)


a. Konstruksi dasar UJT
Transistor sambungan tunggal (UJT) adalah komponen yang memiliki tiga
elektroda, yaitu emitor (E), basis1(B1) dan basis2 (B2). Konstruksi UJT,
rangkaian pengganti, simbol dan contoh fisik UJT ditunjukan pada gambar 57.

Gambar 57 : Kontruksi UJT, rangkaian pengganti, simbol serta contoh fisik UJT.
Transistor sambungan tunggal (unijunction transistor) transistor memiliki sebuah
tahanan negatif atau yang disebut dengan negative resistance. Pada dasarnya
tahanan negatif (negative resistance) pada sebuah transistor sambungan tunggal
(unijunction transistor) akan meningkatkan arus pada transistor sambungan
tunggal tersebut di saat terjadi penurunan tegangan yang melintasi transistor
sambungan tunggal. Tahanan negatif (negative resistance) yang terdapat pada
transistor sambungan tunggal (unijunction transistor) tersebut umumnya
dimanfaatkan pada aplikasi-aplikasi rangkaian osilator (oscillator circuit),
pewaktuan (timing circuit) dan pemicu SCR (SCR trigger circuit).

b. Pengoperasian dan karakteristik UJT


Parameter-parameter yang mempengaruhi pengoperasian UJT dapat
dijelaskan melalui rangkaian pengganti (equivalent) UJT.
48

Gambar 58 : Besaran listrik rangkaian pengganti UJT


Pada rangkaian ekivalen UJT tersebut terlihat bahwa di antara B1 dan B2
terdapat dua buah tahanan, yaitu sebuah tahanan variabel (RB1) dan sebuah tahanan
tetap (RB2). Tahanan variabel RB1 dan tahanan tetap RB2 pada rangkaian ekivalen
UJT tersebut membentuk sebuah tahanan antar basis (inter-base resistance) serta
disimbolkan dengan RBB . Tahanan variabel pada RBB disebut demikian karena
nilai tahanan tersebut akan berubah-ubah sesuai dengan arus emiter IE sehingga
membuat tahanan pada RB1 tersebut beroperasi layaknya sebuah tahanan variabel
(variable resistance). Rangkaian ekivalen UJT tersebut juga menunjukan sebuah
persambungan PN (PN junction) yang dibuat oleh dioda (D) dan tegangan yang
melintasi dioda tersebut dinyatakan sebagai tegangan dioda serta disimbolkan
dengan VD . Tahanan variabel RB1 dan tegangan pada titik A (VA) di dalam
rangkaian ekivalen UJT tersebut membentuk sebuah pembagi tegangan (voltage
division). Secara matematis pembagi tegangan ( VA) dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana :
49

VA = tegangan pada titik A (volt)


RB1 = tahanan variabel B1 (ohm)
RB2 = tahanan variabel B2 (ohm)
VBB = Tegangan antara B1 dengan B2 (volt)
‫ח‬ = rasio pengimbang

Gambar 59 berikut menunjukan kurva karakteristik pengoperasian UJT

Gambar 59 : Kurva karakteristik pengoperasian UJT.

c. Penerapan UJT

Penerapan UJT pada elektronika daya antara lain sebagai osilator


pembangkit getaran gigi gergaji (sawtooth waveform circuit). Pada umumnya
rangkaian gigi gergaji (sawtooth waveform circuit) tersebut digunakan sebagai
pemicu (trigger) SCR pada aplikasi-aplikasi rangkaian kendali fase (phase
controller circuit). Bentuk gelombang gigi gergaji (sawtooth waveform) yang
dihasilkan pada rangkaian tersebut diperoleh dengan memanfaatkan daerah
terputus (cutoff region) dan daerah tahanan negatif (negative resistance region)
pada transistor UJT.
Rangkaian dasar osilator gigi gergaji ditunjukan pada gambar 60.
50

Gambar 60 : Rangkaian dasar osilator gigi gergaji.

Gambar 61 : Bentuk gelombang gigi gergaji.

8. Field Effect Transistor (FET)


a. Jenis-jenis FET
Transistor efek medan atau Field Effect Transistor, yang biasa disebut FET
mempunyai tiga elektroda yaitu Gate (G), Drain (D) dan Source (S). FET
dibedakan atas dua kelompok, yaitu Junction FET atau JFET, dan Metal Oxide
Semiconduktor atau MOSFET. JFET dapat dibedakan lagi yaitu JFET kanal P dan
JFET kanal N. sedangkan MOSFET dibedakan atas MOSFET tipe Depletion atau
D-MOSFET dan MOSFET tipe enhancement atau E-MOSFET. D-MOSFET dan
51

E-MOSFET dapat dibedakan lagi, yaitu kanal N dan kanal P. Simbol dari ke-
enam FET tersebut ditunjukan pada gambar 62.

Gambar 62 : Simbol keluarga FET.


Konstruksi dasar FET ditunjukan pada gambar 63.

Gambar 63 : Konstruksi dasar JFET-P, JFET-N dan MOSFET

b. Pengoperasian dan karakteristik FET (MOSFET)


Perbedaan FET dengan BJT dalam pengoperasian atau pengaturan
konduktansi diilustarsikan pada gambar 64 :
52

Gambar 64 : Ilistrasi perbedaan pengoperasian BJT-FET


Pada transistor BJT, terjadinya arus Ic dari C ke E (C-E sebagai saklar) diatur oleh
arus basis. Sedangkan pada FET, terjadinya arus Id dari D ke S (D-S sebagai
saklar) diatur oleh tegangan Vgs. Berikut ini dijelaskan secara umum prinsip
pengoperasian FET jenis MOSFET
MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor)
merupakan salah satu jenis transistor yang memiliki impedansi masukan (gate)
sangat tinggi (Hampir tak berhingga) sehingga dengn menggunakan MOSFET
sebagai saklar elektronik, memungkinkan untuk menghubungkannya dengan
semua jenis gerbang logika. Dengan menjadikan MOSFET sebagai saklar, maka
dapat digunakan untuk mengendalikan beban dengan arus yang tinggi dan biaya
yang lebih murah daripada menggunakan transistor bipolar. Untuk membuat
MOSFET sebgai saklar maka hanya menggunakan MOSFET pada kondisi
saturasi (ON) dan kondisi cut-off (OFF).

Gambar 65 : kurva karakteristik MOSFET


53

Pada daerah Cut-Off (MOSFET off) MOSFET tidak mendapatkan tegangan input
(Vin = 0V) sehingga tidak ada arus drain (Id) yang mengalir. Kondisi ini akan
membuat tegangan Vds = Vdd. Dengan beberapa kondisi diatas maka pada daerah
cut-off ini MOSFET dikatakan OFF (Full-Off). Kondisi cut-off ini dapat
diperoleh dengan menghubungkan jalur input (gate) ke ground, sehingga tidak ada
tegangan input yang masuk ke rangkaian saklar MOSFET. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 66 : Rangkaian MOSFET Sebagai Saklar Pada Kondisi Cut-Off.


Kondisi MOSFET pada daerah Cut-Off antara lain sebagai berikut.
- Input gate tidak mendapat tegangan bias karena terhubung ke ground (0V)
- Tegangan gate lebih rendah dari tegangan treshold (Vgs < Vth)
- MOSFET OFF (Fully-Off) pada daerah cut-off ini.
- Tidak arus drain yang mengalir pada MOSFET
- Tegangan output Vout = Vds = Vdd
- Pada daerah cut-off MOSFET dalam kondisi open circuit.
Dengan beberapa kondisi diatas maka dapat dikatakan bahwa MOSFET pada
daerah Cut-Off merupakan saklar terbuka dengan arus drain Id = 0 Ampere.
Untuk mendapatkan kondisi MOSFET dalam keadaan open maka tegangan gate
Vgs harus lebih rendah dari tegangan treshold Vth dengan cara menghubungkan
terminal input (gate) ke ground.
Pada daerah saturasi (MOSFET on) MOSFET mendapatkan bias input (Vgs)
secara maksimum sehingga arus drain pada MOSFET juga akan maksimum dan
membuat tegangan Vds = 0V. Pada kondisi saturasi ini MOSFET dapat dikatakan
dalam kondisi ON secara penuh (Fully-ON).
54

Gambar 67 : Rangkaian MOSFET Sebagai Saklar Pada Kondisi Saturasi.


Kondisi MOSFET pada saat saturasi antar lain  adalah :
- Tegangan input gate (Vgs) tinggi
- Tegangan input gate (Vgs) lebih tinggi dari tegangan treshold (Vgs>Vth)
MOSFET ON (Fully-ON) pada daerah Saturasi
- Tegangan drain dan source ideal (Vds) pada daerah saturasi adalah 0V
(Vds = 0V)
- Resistansi drain dan source sangat rendah (Rds < 0,1 Ohm)
- Tegangan output Vout = Vds = 0,2V (Rds.Id)
- MOSFET dianalogikan sebagai saklar kondisi tertutup
Kondisi saturasi MOSFET dapat diperoleh dengan memberikan tegangan input
gate yang lebih tinggi dari tegangan tresholdnya dengan cara menghubungkan
terminal input  ke Vdd. Sehingga MOSFET mejadi saturasi dan dapat
dianalogikan sebagai saklar pada kondisi tertutup.

c. Penerapan FET (MOSFET)


Dalam elektronika daya, MOSFET banyak digunakan sebagai saklar,
misalnya dalam rangkaian inverter, pengatur kecepatan dan arah putaran motor
danlain-lain. Contoh berikut adalah penerapan MOSFET IRF 540 dalam
rangkaian inverter DC ke AC.
55

Gambar 68 : Penerapan MOSFET IRF 540 dalam inverter


Rangkaian digital menghasilkan pulsa yang saling invers Q dan notQ dengan
frekuensi tertentu. Pulsa tersebut dimanfaatkan secara langsung sebagai tegangan
gate masing-masing untuk Q1 dan Q2. Maka MOSFET Q1 dan Q2 bergantian
sebagai saklar mengalirkan arus dari baterai B1 ke trafo step-up.

9. Insulated Gate Bipolar Transistor (IGBT)

a. Karakteristik IGBT

IGBT merupakan komponen elektronika daya yang memiliki karakteristik


gabungan antara MOSFET, transistor, dan GTO (thirystor). Seperti MOSFET,
IGBT memiliki impedansi gerbang yang tinggi sehingga hanya memerlukan arus
yang kecil untuk mengaktifkannya. Serupa dengan transistor, IGBT memiliki
tegangan kondisi-ON yang kecil meskipun komponen ini mempunyai rating
tegangan yang besar dan mampu memblok tegangan negatif seperti halnya GTO.
Gambar 69, 70 dan 71 masing-masing ditunjukkan simbol IGBT, struktur dasar,
dan karakteristik IGBT.
56

Gambar 69 : Simbol IGBT Gambar 70 : Struktur IGBT

Gambar 71 : kurva karakteristik IGBT

b. Penerapan IGBT

IGBT banyak diterapkan sebagai inverter, dengan frekuensi yang dapat


diatur. Inverter dengan frekuensi yang dapat diatur disebut Rangkaian
Cycloconverter. Rangkaian ini dapat diterapkan sebagai pengendali kecepatan
motor induksi tiga fase. Contoh rangkaian cycloconverter yang melibatkan IGBT
ditunjukan pada gambar 72
57

Gambar 72 : Rangkaian cycloconverter IGBT

Listrik tiga fase L1, L2 dan L3, disearahkan oleh enam dioda sebagai
bridge system. Selanjutnya daya DC ini dirubah kembali menjadi AC dengan cara
memberikan pulsa penyalaan pada gate IGBT. Pengaturan frekuensi dilakukan
dengan cara mengatur waktu pemberian pulsa. Hal ini menyebabkan kecepatan
motor dapat diatur. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan putaran
motor adalah frekuensi tegangan.
58

BAGIAN III
PENUNTUN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA DASAR

1. Dioda
A. Tujuan:
1. Menguji kualitas dioda menggunakan AVO meter
2. Menguji kinerja dioda sebagai penyearah

B. Alat dan bahan:


Dioda rectifier, AVO meter, toolset, heahtkit analog, CRO, resistor,
jumper.

C. Langkah kerja :
Siapkan AVO meter pada posisi ohm x10.
Lakukan zero adjustment.
3. Lakukan pengukuran dengan menghubungkan elektroda dioda terhadap
leadteste, sesuai tabel data 1.
4. Isi tabel data 1 berdasarkan hasil pengujian.
5. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 1 dan 2
6. Berikan sumber tegangan DC variatif, untuk setiap rangkaian
7. Amati penunjukan jarum ukur, catat hasil pembacaan pada tabel 2 dan 3
8. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 3, gambar 4, gambar 5
gambar 6 dan gambar 7, Secara berurutan.
1. Hubungkan CRO pada sisi input (sebelum dioda) dan sisi output
(sesudah dioda)
2. Berikan tegangan ac variatif, untuk setiap rangkaian
3. Amati penunjukan CRO dan gambarkan hasilnya pada bidang yang
disediakan,cukup untuk salah satu nilai input saja. Percobaan selesai.
59

D. Gambar kerja

Gambar 1 gambar 2
60

E. Tabel data dan bidang gambar


Tabel 1
koneksi dioda terhadap leadtester
kondisi jarum ukur
anoda katoda
merah hitam
merah hitam

Tabel 2 Tabel 3
Vinput Vdioda Voutput Vinput Vdioda Voutput
(V) (V) (V) (V) (V) (V)
0 0
0,5 0,5
1 1
1,5 1,5
5 5
10 10

Bidang 1 (untuk gambar 3)

Sinyal input Sinyal output


Bidang 2 (untuk gambar 4)

Sinyal input Sinyal output


61

Bidang 3 (untuk gambar 5)

Sinyal input Sinyal output


Bidang 4 (untuk gambar 6)

Sinyal input Sinyal output


Bidang 5 (untuk gambar 7)

Sinyal input Sinyal output

F. Pembahasan :
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
62

2. Transistor BJT
A. Tujuan
1. Menguji kualitas transistor BJT
2. Mengujicoba penerapan transistor daya sebagai saklar

B. Alat dan bahan


Transistor TIP 2955 dan TIP 3055, tool set, AVO meter, Heathkit,
VR, LDR, resistor, VR, LDR, lampu DC, jumper, datasheet transistor

C. Langkah kerja
1. Siapkan AVO meter pada posisi ohm x 10
2. Lakukan zero adjustment jika perlu
3. Hubungkan elektroda transistor terhadap leadtester, sesuai tabel 1.
4. Catat data hasil pengujian pada tabel 1
5. Rangkailah alat dan bahan seperti gambar 1 dan gambar 2
6. Atur tegangan bias basis (Vbb) mulai dari 0 volt sampai 5 volt
7. Amati pembacaan volt meter untuk setiap perubahan Vbb
8. Catat hasilnya pada tabel 2.
9. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 3
10. Aturlah posisi nilai VR agar lampu padam ketika permukaan LDR
terbuka (kena cahaya), dan lampu menyala ketika permukaan LDR
ditutup (dengan jari)
11. Ukur tegangan VR, LDR, Vak, Vlampu ketika terbuka dan
tertutup.
12. Catat hasilnya pada tabel 3. Percobaan selesai
63

D. Gambar kerja

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3
E. Tabel data
Tabel data 1
no : Tip 3055 type :……. No : Tip 2930 type :……..
koneksi AVO meter jarum koneksi AVO meter jarum
ukur ukur
C B E C B E
mera hitam - merah hitam -
h
- hitam merah - hitam merah
hitam mera - hitam mera -
h h
- mera hitam - mera hitam
h h
64

mera - hitam merah - hitam


h
hitam - merah hitam - merah

Tabel data 2
transistor NPN :……… Transistor PNP :………….
Vbb Vak Vload Vbb Vak Vload
(V) (V) (V) (V) (V) (V)
0 0
0,5 0,5
1 1
1,5 1,5
2 2
5 5

Tabel data 3
LDR terbuka, lampu padam LDR tertutup, lampu nyala
V Rv V ldr Vak Vloa V Rv V ldr Vak Vload
(V) (V) (V) d (V) (V) (V) (V) (V)

F. Pembahasan
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
65

3. SCR (Silicon Controlled Rectifier)

A. Tujuan :
1. Menguji kualitas SCR
2. Mengujicoba SCR sebagai saklar

B. Alat dan bahan


AVO meter, heathkit, toolset, CRO, SCR FIR 3D, resistor, lampu
DC, jumper,Datasheet SCR

C. Langkah kerja
1. Siapkan AVO meter pada posisi ohm x10
2. Lakukan zero adjustment jika perlu.
3. Hubungkan elektroda SCR terhadap leadtester sesuai tabel data 1.
4. Amati pergerakan jarum ukur, dan catat hasilnya pada tabel data1
5. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 1
6. Atur tegangan Vgate mulai dari 0 volt sampai 6 volt.
7. Lakukan penyulutan SCR dengan menekan saklar 2 sesaat
kemudian dilepas kembali.
8. Amati penunjukan jarum sebelum, saat dan setelah penyulutan,
untuk setiap nilai Vgate.
9. Catat hasil pengukuran pada tabel data 2.
10. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 2.
11. Hubungkan juga CRO pada terminal sumber dan beban (lampu)
12. Lakukan penyulutan SCR dengan menekan saklar 2 sesaat,
kemudian dilepas kembali.
13. Amati penunjukan jarum, sebelum, saat dan setelah penyulutan,
amati juga tampilan sinyal sumber dan beban pada CRO.
66

14. Catat hasil pengukuran pada tabel data 3, dan gambarkan tampilan
CRO pada bidang gambar 1. Percobaan selesai.

D. Gambar kerja

Gambar 1 Gambar 2

E. Tabel data
Tabel data 1

koneksi SCR terhadap


leadtester kondisi jarum ukur keterangan
katoda anoda gate
hitam merah -
hitam merah merah
hitam merah -
hitam merah -
hitam merah hitam
hitam merah -
merah hitam -
merah hitam merah
merah hitam -
merah hitam -
merah hitam hitam
merah hitam -
- merah hitam
67

- hitam merah
hitam - merah
merah - hitam
Tabel data 2

Vgate sebelum penyulutan saat penyulutan setelah penyulutan


(V) Vak (V) Vload (V) Vak (V) Vload (V) Vak (V) Vload (V)
0
0,5
1
2
3
6

Tabel data 3

Vgate sebelum penyulutan saat penyulutan setelah penyulutan


(V) Vak (V) Vload (V) Vak (V) Vload (V) Vak (V) Vload (V)
6

Bidang Gambar 1

Sinyal input (V sumber) sinyal output (V lampu) saat penyulutan

F. Pembahasan
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
68

………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
69

4. Triac
A. Tujuan
1. Menguji kualitas Triac menggunakan AVO meter.
2. Mengujicoba triac dan diac sebagai saklar.
B. Alat dan bahan

AVO meter, heathkit, toolset, Triac Q4004L, resistor,VR, Kapasitor, lampu,


jumper, datasheet triac

C. Langkah kerja
1. Siapkan AVO meter pada posisi ohm x1.
2. Lakukan zero adjustment jika perlu.
3. Hubungkan leadtester terhadap elektroda triac sesuai tabel data 1.
4. Amati kondisi jarum ukur dan catat hasilnya pada tabel data 1.
5. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 1.
6. Atur tegangan Vgate mulai dari 0 volt sampai 6 volt.
7. Lakukan penyulutan triac dengan menekan saklar 2 sesaat kemudian
dilepas kembali.
8. Amati penunjukan jarum sebelum, saat dan setelah penyulutan, untuk
setiap nilai Vgate.
9. Catat hasil pengukuran pada tabel data 2.
10. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 2.
11. Ulangi langkah 6 sampai 8.
12. Catat hasil pengukuran pada tabel data 3.
13. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 3.
14. Hubungkan juga CRO pada terminal sumber dan beban (lampu).
15. Lakukan penyulutan SCR dengan menekan saklar 2 sesaat, kemudian
dilepas kembali.
16. Amati penunjukan jarum, sebelum, saat dan setelah penyulutan. Amati
juga tampilan sinyal sumber ac dan beban pada CRO
17. Catat hasil pengukuran pada tabel data 4, dan gambarkan tampilan CRO
pada bidang gambar 1. Percobaan selesai.
70

D. Gambar kerja

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3
E. Tabel data
Tabel data 1

koneksi triac terhadap leadtester kondisi jarum ukur keterangan


MT1 MT2 Gate
hitam merah -
hitam merah merah
hitam merah -
merah hitam -
merah hitam hitam
71

merah hitam
hitam merah -
hitam merah hitam
hitam merah -
merah hitam -
merah hitam merah
merah hitam -
- merah hitam
- hitam merah
merah - hitam
hitam - merah

Tabel data 2

Vgat sebelum penyulutan saat penyulutan setelah penyulutan


e (V) Vmt1-mt2 Vload (V) Vmt1-mt2 Vload (V) Vmt1-mt2 Vload (V)
(V) (V) (V)
0
0,5
1
2
3
6

Tabel data 3

Vgate sebelum penyulutan saat penyulutan setelah penyulutan


(V) Vmt1-mt2 Vload (V) Vmt1-mt2 Vload (V) Vmt1-mt2 Vload (V)
(V) (V) (V)
0
0,5
1
2
3
6
Tabel data 4

Vgate sebelum penyulutan saat penyulutan setelah penyulutan


(V) Vak (V) Vload (V) Vak (V) Vload (V) Vak (V) Vload (V)
6

Bidang gambar 1
72

Grafik sinyal input Grafik sinyal beban

F. Pembahasan
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..
73

BAGIAN IV
CONTOH-CONTOH RANGKAIAN ELEKTRONIKA DAYA
(PRAKTEK TAMBAHAN)

1. Pengendali tinggi permukaan air pada water tank.

Water
M

2. Dimmer lamp (pengatur intensitas cahaya lampu)

3. pengatur kecepatan motor


74

4. kendali motor ac fase tunggal

X PTC
L 100 W

Variac

5. Inverter berbasis mosfet daya

6. Inverter berbasis transistor daya


75

7. Pembalik arah putaran motor DC H-bridge system

8. Pengisi baterai otomatis

X
Lampu 2

X
Lampu 1

Anda mungkin juga menyukai