Modul kuliah
Elektronika daya
Pengertian Dasar Elektronika Daya
Komponen-komponen elektronika daya
Penerapan Elektronika daya
Penuntun Praktikum Elektronika Daya Dasar
Contoh-contoh rangkaian elektronika daya
(praktek tambahan)
Oleh:
Hamdani, MT
1
BAGIAN I
1. Pengertian Dasar
Mata kuliah Elektronika Daya pada perguruan tinggi merupakan mata
kuliah yang secara umum mempelajari dan membahas penerapan komponen,
rangkaian dan sistem elektronika pada peralatan listrik yang menggunakan daya
besar, seperti motor-motor listrik pada industri, peralatan pendingin, pemanas,
kompresor, dan peralatan lainnya. Penerapan komponen, rangkaian dan sistem
elektronika pada peralatan-peralatan tersebut diatas adalah sebagai sistem
pengendalian atau pengaturan (controlling system). Pengendalian yang
dimaksudkan dalam hal ini memiliki makna yang cukup luas, tergantung peralatan
apa yang dikendalikan, namun secara umum pengendalian tersebut berkaitan
dengan pemanfaatan dan konversi energi listrik. Sistem pengaturan berbagai
aplikasi di industri secara konvensional tidak efektif dan menimbulkan rugi-rugi
yang cukup besar sehingga diperlukan mekanisme pengaturan yang lebih baik.
Salah satu pilihan adalah dengan menggunakan perangkat elektronika. Elektronika
daya mulai populer setelah berbagai pengaturan secara konvensional kurang dapat
memenuhi kebutuhan industri dan peralatan listrik rumah tangga.
Untuk dapat melakukan pengaturan berbagai macam peralatan di industri
dan peralatan rumah tangga diperlukan peralatan kendali yang mampu beroperasi
pada tegangan dan arus yang cukup besar. Elektronika Daya memberikan solusi
terhadap permasalahan di dunia industri untuk dapat melakukan pengaturan
peralatan-peralatan dengan menggunakan rangkaian yang dapat bekerja dengan
arus dan tegangan yang besar.
Control Circuit
Signal theory theory
processing
Electronics
Power
Solid - state Power Electronics systems
physics
Computer Electric
machines
Electromagnetics
Pengukuran
Pengukuran
Pengendali
Acuan
Empat type konversi energi ini dikenal dengan istilah empat kuadran
konversi, yaitu :
Kuadran 1 (AC ke DC) disebut penyearah fungsinya menyearahkan listrik arus
bolak-balik menjadi listrik arus searah. Energi mengalir dari sistem listrik AC satu
arah ke sistem DC.
Contoh: Listrik AC 220 V/50 Hz diturunkan melewati trafo menjadi 12V AC dan
kemudian disearahkan oleh diode menjadi tegangan DC 12V.
Kuadran 2 (DC ke DC) disebut DC Chopper atau dikenal juga dengan istilah DC-
DC konverter. Listrik arus searah diubah dalam menjadi arus searah dengan
besaran yang berbeda.
Contoh: Listrik DC 15V dengan menggunakan komponen elektronika diubah
menjadi listrik DC 5V.
3. Kuadran 3 (DC ke AC) disebut inverter yaitu mengubah listrik arus searah
menjadi listrik arus bolakbalik pada tegangan dan frekuensi yang dapat diatur.
Contoh: Listrik DC 12 V dari akumulator dengan perangkat inverter diubah
menjadi listrik tegangan AC 220V, frekuensi 50 Hz.
4. Kuadran 4 (AC ke AC) disebut AC-AC konverter yaitu mengubah energi listrik
arus bolak-balik dengan tegangan dan frekuensi tertentu menjadi arus bolak-balik
dengan tegangan dan frekuensi yang lain. Ada dua jenis konverter AC, yaitu
pengatur tegangan AC (tegangan berubah,frekuensi konstan) dan cycloconverter
(tegangan dan frekuensi dapat diatur).
Contoh: tegangan AC 220 V dan frekuensi 50 Hz menjadi tegangan AC 110 V
dan frekuensi yang baru 100 Hz.
Tentang type konversi energi menggunakan elektronika daya dapat
diperjelas melalui gambar ilustrasi berikut :
5
Pertama, dari sumber listrik PLN 220 V melalui penyearah yang mengubah listrik
AC menjadi listrik DC yang dibebani motor DC.
Kedua, mobil dengan sumber akumulator 12 V DC dengan inverter yang
mengubah listrik DC menjadi listrik AC dihasilkan tegangan AC 220 V untuk
melayani beban charger laptop (PC)
Ketiga, dari sumber listrik PLN 220 V dengan AC konverter diubah tegangannya
menjadi 180 V untuk menyalakan lampu.
Keempat, dari sumber akumulator truk 24 V dengan DC konverter diubah
tegangan 12 V untuk pesawat CB transmitter.
Rancangan konverter daya paling sedikit mengandung lima elemen yaitu
(1) sumber energi, (2) komponen daya, (3) piranti pengaman dan monitoring, (4)
sistem kontrol loop tertutup, dan (5) beban.
6
3. Pengendalian (Controlling)
Pengaturan dalam elektronika daya adalah pengaturan tegangan,
pengaturan arus, pengaturan daya listrik dan pengaturan besaran-besaran lainnya.
Adanya pengaturan dan perubahan besaran listrik akan berpengaruh pada sistem
yang diatur seperti perubahan kecepatan dan arah putaran, tekanan, suhu,
kecepatan gerak, dan sistem kerja lainnya.
BAGIAN II
KOMPONEN KOMPONEN ELEKTRONIKA DAYA
Dioda memiliki dua kaki (elektroda) yaitu anoda (a) atau positif dan
katoda (k) atau negatif. Jika ditinjau secara fisik, kaki katoda (negatif) adalah kaki
yang dekat dengan tanda garis putih.
- - - + + +
(a) - - +
+ +
- - - + +
tipe p tipe n
elektron dan hole berkombinasi
daerah pengosongan
- - + + +
(b) - - +
- - - + +
- - + + + +
- - - +
- + +
tipe p tipe n
(c)
Anoda (A) Katoda (K)
daerah pengosongan
A - - - + ++ + K
- - +
- - - + ++
- +
- - + + ++
- - - + ++
+
- - - Is
tipe p tipe n
A
K
- +
Karena pada ujung anoda (A) yang berupa bahan tipe p diberi tegangan
negatip, maka hole-hole (pembawa mayoritas) akan tertarik ke kutup negatip
baterai menjauhi persambungan. Demikian juga karena pada ujung katoda (K)
yang berupa bahan tipe n diberi tegangan positip, maka elektron-elektron
(pembawa mayoritas) akan tertarik ke kutup positip baterai menjauhi
persambungan. Sehingga daerah pengosongan semakin lebar, dan arus yang
disebabkan oleh pembawa mayoritas tidak ada yang mengalir. Sedangkan
pembawa minoritas yang berupa elektron (pada bahan tipe p) dan hole (pada
bahan tipe n) akan berkombinasi sehingga mengalir arus jenuh mundur (reverse
saturation current) atau Is. Arus ini dikatakan jenuh karena dengan cepat
mencapai harga maksimum tanpa dipengaruhi besarnya tegangan baterai.
Besarnya arus ini dipengaruhi oleh temperatur. Makin tinggi temperatur, makin
besar harga Is. Pada suhu ruang, besarnya Is ini dalam skala mikro-amper untuk
dioda germanium, dan dalam skala nano-amper untuk dioda silikon.
mendapatkan bias maju (foward bias). Dengan demikian V A-K adalah positip atau
VA-K > 0. Gambar berikut menunjukan pemberian bias maju pada dioda.
daerah pengosongan
A - - + + + + K
- -
- - - +
+
- + + +
- - - - + + + ID
tipe p tipe n
A K
+ -
berlawanan. Namun karena Is jauh lebih kecil dari pada Id, maka secara praktis
besarnya arus yang mengalir pada dioda ditentukan oleh Id.
Hubungan antara besarnya arus dioda atau If yang mengalir melalui dioda
dengan tegangan VA-K atau Uf yang diberikan dapat dilihat pada kurva
karakteristik dioda seperti yang ditunjukan pada Gambar 14.
- dioda mulai konduksi, arus maju (I F) mulai muncul setelah mendapat tegangan
cut-in besarnya 0,6V. Arus maju (IF) naik secara signifikan ketika tegangan maju
(UF) berada diatas 0,6V.
- tegangan reverse maksimum yang diizinkan sebesar 50V, arus reverse (IR) mulai
terjadi ketika tegangan reverse diberikan sebesar 50V
- tegangan breakdown terjadi pada tegangan mendekati 75V. Arus reverse naik
secara signifikan ketika tegangan reverse mencapai 75V. Jika tegangan
breakdown ini terlewati dipastikan diode akan terbakar dan rusak permanen.
Karakteristik dioda berbeda-beda. Untuk mengetahui karakteristik dioda tertentu
dapat mempedomani data sheet dioda yang diterbitkan oleh produsen, atau dengan
melakukan pengukuran (pengujian) laboratorium secara sederhana seperti gambar
berikut
e. Dioda dapat dinyatakan baik (tidak rusak) apabila hasil pengujian sesuai
dengan tabel ideal dioda berikut :
Tabel 1 : pengujian ideal dioda menggunakan AVO meter
f. Penerapan Dioda
Dalam sistem elektronika terutama elektronika daya, dioda banyak digunakan
sebagai komponen utama penyearah (rectifier), pengubah arus bolak-balik (ac)
menjadi arus searah (DC). Hal ini dapat dilakukan karena sifat dioda sebagai semi
konduktor. Ada beberapa jenis penyearah yang biasa diterapkan dalam
elektronika, dan elektronika daya, antara lain
- penyearah setengah gelombang (half wave rectifier) menggunakan satu
dioda, satu fase input
- penyearah gelombang penuh (full wave rectifier) menggunakan gabungan
empat dioda (dioda brigde)
- Penyearah gelombang penuh menggunakan dua dioda dengan input
tegangan fase dua (beda fase 1800), biasanya menggunakan trafo CT
- Penyearah fase tiga (beda fase 1200), menggunakan tiga dioda,
17
Dari gambar dapat dilihat bahwa sinyal output hanya terdiri dari fase positif
saja, hal ini terjadi karena fase negatif tidak dihantarkan oleh dioda.Tinggi puncak
gelombang input berbeda terhadap output. Perbedaan tersebut sebesar 0,6 volt, hal
18
ini terjadi karena adanya drop tegangan pada dioda sebesar 0.6 volt (V AK). Jika
arah dioda dibalik maka dioda hanya menghantarkan fase negatif saja, seperti
ditunjukan pada gambar berikut,
D4 D1
masukan
sinyal ac
RL
D3 D2
(a)
Gambar 20 : Rangkaian dasar penyearah gelombang
Ketika Fase positif berada pada terminal A maka D1 mendapat bias maju, dan
menghantarkan sinyal positif ke resistor beban (RL), perhatikan grafik i1. Pada
kondisi ini D1 RL dan D3 terhubung seri, sehingga D3 juga konduksi. Sementara
D2 dan D4 mendapat bias mundur. Setengah gelombang berikutnya fase positif
berada di terminal B, maka D2 mendapat polaritas maju dan konduksi
menghantarkan sinyal positif ke resistor beban (RL), perhatikan grafik i2. Pada
kondisi ini D2 RL dan D4 terhubung seri, sehingga D4 juga konduksi. Sementara
D1 dan D3 mendapat bias mundur.
Penyearah ini menerima input daya bolak-balik dari transformator center tap (CT)
yang memiliki 2 fase keluaran. Beda fase keduanya sebesar 180 0. Rangkaian dasar
ditunjukan pada gambar 23.
Vinput 1 Vinput 2
Gambar 24 : Grafik dua input beda fase dan output gelombang penuh.
Penyearah fase tiga (beda fase 1200), menggunakan tiga dioda
Listrik fase tiga atau tiga fase dapat disearahkan menggunakan tiga dioda,
satu dioda untuk masing-masing fasenya. Pada dasarnya penyearah ini sama
dengan pengearah setengah gelombang satu fase. Dioda hanya melewatkan salah
satu fase saja (positif atau negatif) tergantung arah diodanya dan tegangan cut-in
(VAK). Yang diterima dioda. Rangkaian dasar ditunjukan pada gambar berikut
terminal positif. diode R4, R6, dan R2 anodanya yang disatukan sebagai terminal
negatif Tegangan DC yang dihasilkan memiliki enam pulsa yang dihasilkan oleh
masing-masing diode tersebut. Tegangan DC yang dihasilkan halus karena
tegangan riak (ripple) kecil dan lebih rata. Urutan konduksi dari keenam diode
dapat dilihat dari siklus gelombang sinusoida yang konduksi secara bergantian.
Konduksi dimulai dari diode R1 + R6 sepanjang sudut komutasi 60°. Berturut-
turut disusul diode R1 + R2, selanjutnya diode R3 + R2, urutan keempat R3 + R4,
kelima R5 + R4 dan terakhir R5 + R6
N P
A A K K
K A
a. Konstruksi PNP
b. Konstruksi NPN
C PNP E C NPN E
B B
c. Simbol PNP
d. Simbol NPN
Perubahan pada arus basis IB memberikan perubahan yang diperkuat pada arus
kolektor untuk tegangan emitor-kolektor VCE yang diberikan. Perbandingan kedua
arus ini dalam orde 15 sampai 100.
Salah satu cara pemberian tegangan kerja dari transistor dapat dilakukan
seperti pada Gambar 30.
Untuk transistor jenis NPN, kolektor (C) adalah positif, terhadap emitor
(E), sedangkan untuk transistor jenis PNP tegangan kolektor negatif terhadap
emitor. Demikian juga untuk tegangan bias basis (Vbb). Untuk transistor NPN
tegangan basis potitif terhadap emitor, dan sebaliknya untuk transistor PNP
tegangan basis negatif terhadap emitor
Karakteristik transistor dapat digambarkan seperti Gambar 31 berikut ini.
27
Ib = (Vb-Vbe)/Rb
Pada saat itu transistor akan menghasilkan arus collector (Ic) sebesar Ic dan
tegangan Vce sebesar Vce1. Titik Q (titik kerja transistor) dapat diperoleh dari
persamaan sebagai berikut :
d. Penerapan transistor
Fungsi transistor antara lain sebagai penguat dan sebagai saklar, yang akan
dibahas dalam hal ini adalah penerapan transistor sebagai saklar, dalam
elektronika daya transistor umumnya digunakan sebagai saklar elektronik.
Penerapan saklar transistor pada sistem elektronika daya misalnya pada sensor
suhu, sensor cahaya, pengontrolan motor pompa, inverter, pengaturan tegangan
DC dan aplikasi lainnya. Berikut ini diberikan contoh penerapan transistor sebagai
saklar pada sistem sensor suhu (thermistor). Aplikasi sensor suhu ini dapat
dikembangkan misalnya untuk menyalakan sistem pendinginan otomatis,
menyalakan alarm, ataupun memadamkan suatu peralatan jika terjadi pemanasan
berlebihan (over heating)
31
5 volt
Vb = x 4,7 k . ohm
1k . ohm +4,7 k . ohm
Vb = 4,12 volt
Selanjutnya tegangan bias basis 4,12V akan menyebabkan aliran arus basis
sebesar 0,75 mili ampere
Ib = (Vb−Vbe) /Rb
Ib = (4,12-0,6)/4,7 k.ohm
Ib = 0,75 mili ampere
Selanjutnya apabila Arus basis (Ib) dapat memberi energi kepada transistor untuk
konduksi ideal (anggap Vce =0 volt) maka mengalir arus kolektor (Ic) yang juga
arus Rload relay sebesar 50 mili ampere
Ic= supply/RLA1
Ic = 5volt/100 ohm
Ic = 50 mili ampere.
Selanjutnya arus 50 mili ampere tersebut memberi energi kepada relay untuk
menarik kontak, maka kontak magnet relay akan aktif dan lampu menyala.
Kondisi sebaliknya terjadi ketika thermistor panas.
32
b. Karakteristik SCR
Kinerja SCR sebagai saklar dipengaruhi oleh tiga besaran yaitu, arus gate
(IG) arus anoda (IA), dan tegangan antara anoda katoda (VAK atau UAK)
Hubungan ketiga besaran tersebut ditunjukan pada kurva karakteristik SCR
gambar 38.
akan cut-in dan mengalirkan arus forward IF. Tegangan reverse untuk SCR (UR)
sekitar 600 Volt. Agar SCR tetap ON, maka ada arus yang tetap dipertahankan
disebut arus holding IH sebesar 5 mA. Besaran-besaran yang mempengaruhi
kinerja tiap SCR berbeda-beda tergantuk nomor SCR tersebut. Untuk mengetahui
karakteristik sebuah SCR dapat berpedoman kepada datasheet SCR. Misalnya
Thyristor/SCR TIC 106 D sesuai dengan data sheet memiliki beberapa parameter
penting, yaitu: tegangan gate-katode = 0,8 V, arus gate minimal 0,2 mA, agar
thyristor tetap posisi ON diperlukan arus holding = 5 mA. Tegangan kerja yang
diizinkan pada anoda = 400 V dan dapat mengalirkan arus nominal = 5 A.
c. Pengoperasian SCR
Untuk mengatur agar SCR konduksi (ON), mengalirkan arus anoda ke katoda
dengan baik, harus dipenuhi beberapa syarat, sesuai karakteristik SCR tersebut,
yaitu ;
Anoda-katoda harus mendapat tegangan bias maju yang cukup (V AK), biasa
disebut tegangan cut-in.
Arus Anoda (IF) harus dipertahankan sesuai kebutuhan minimum, yang disebut
arus genggam (holding current - IH).
Gate menerima Arus gate (IG) yang cukup walau sesaat untuk penyulutan
(triggering).
35
Sedangkan untuk memadamkan SCR dapat dilakukan dengan cara mengatur arus
positif anoda dibawah arus holdingnya, memutus arus anoda dari sumber, dan
menghubung singkat Anoda-katoda walau sesaat,
Rangkaian dasar dan prinsip pengoperasian SCR ditunjukan pada gambar 40
sampai 44
Gambar 42 : SCR tetap bekerja setelah arus gate diputus (setelah triggering)
36
1. Pada kondisi awal lampu (LP1) masih padam. Amati gambar 40.
2. Jika saklar (S2) ditekan, maka akan mengalir arus gate sebagai trigger, SCR
akan bekerja dan lampu menyala. Amati gambar 41.
3. SCR tetap bekerja dan lampu tetap menyala walaupun saklar (S2) sudah
dibuka. Perhatikan gambar 42.
4. Untuk memadamkan SCR dan memadamkan lampu dilakukan dengan menekan
saklar Reset (S1) yang bersifat push off switch (ditekan menjadi terbuka),
walaupun sesaat. Perhatikan gambar 43
5. SCR tetap dan lampu tetap padam walaupun saklar sudah kembali pada kondisi
awal (On). Perhatikan gambar 44.
Hal penting yang harus diperhatikan adalah saat penyulutan dan sesudah
penyulutan koneksi anoda dan katoda terhadap leadtester harus tetap
dipertahankan, jangan sampai terbuka, jika terbuka maka SCR pada kondisi
38
reset. Berdasarkan tabel juga dapat diidentifikasi urutan elektroda (kaki), bahwa
jarum ukur deflek tanpa penyulutan SCR jika tegangan gate positif terhadap
katoda. Jika kaki gate dan kaki katoda telah diidentifikasi maka kaki anoda juga
dapat diidentifikasi.
e. Penerapan SCR
SCR banyak diterapkan pada berbagai rangkaian pengendali daya, contohnya
adalah sebagai penyearah terkendali. Penyearah terkendali adalah penyearah AC
menjadi DC, waktu penyearahan dapat dikendalikan dengan mengatur pulsa
penyulutan pada gate SCR. Penyerah terkendali dapat diterapkan untuk
penyearah setengah gelombang maupun gelombang penuh, untuk satu fase
ataupun tiga fase. Gambar 46 menunjukan contoh penerapan SCR sebagai
penyerah terkendali satu fase gelombang penuh.
Diac identik dengan dua dioda yang dihubung anti paralel, sehingga diac dapat
mengalirkan arus dari dua arah bolak-balik.
b. Karakteristik Diac
Diac mempunyai impedansi yang tinggi bagi arus dalam dua arah, hingga
bias diac melewati breakover. Biasanya bias untuk diac agar mencapai breakover
ini adalah antara 28 sampai 36 volt, namun demikian tergantung dari pada
tipenya. Jika tegangan yang diberikan pada diac menyamai atau melebihi
tegangan breakover, maka salah satu Latch (dioda) akan menutup, tergantung
polaritas yang diterima diac. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa diac
mempunyai dua buah tegangan penyalaan. Tegangan penyalaan pertama berada
pada tegangan maju (+Vbo), sedangkan yang kedua ada pada tegangan baliknya
(-Vbo). Karakteristik tegangan terhadap arus dapat dilihat pada Gambar 49.
Dari kurva diatas dapat dilihat bahwa pemberian tegangan diac positif dari 0 volt
sampai nilai tertentu, diac belum konduksi belum terjadi arus, dan ketika tercapai
41
tegangan breakover (VBO), arus naik secara signifikan dan tegangan turun secara
signifikan. Demikian juga untuk pemberian tegangan diac negatif.
c. Penerapan Diac
Jika tegangan pengisian kapasitor telah mencapai breakover diac, maka diac
akan menghantar sehingga kapasitor akan menggosongkan muatannya melalui
diac dan gate-triac. Arus penggosongan kapasitor merupakan pulsa penyulut yang
digunakan oleh triac sebagai pengendali. Tentang kinerja triac akan dibahas lebih
lanjut.
42
6. Triac
a. Konstruksi dan rangkaian pengganti triac
Triac adalah singkatan dari Trioda alternating Current. Triac biasa disebut
juga bidirectional thirystor, karena identik dengan sambungan dua SCR paralel
berlawanan arah (anti paralel). Simbol triac, rangkaian pengganti serta konstruksi
triac ditunjukan pada gambar 51.
Triac memiliki tiga elektroda (kaki), yaitu MT1 (main terminal1), MT2
dan gate. MT1 dan MT2 biasa juga disebut A1 (Anoda1) dan A2. Ada banyak
model fisik triac salah satu contohnya adalah model triac Q4008L4 ditunjukan
pada gambar 52
terhubung dan rangkaian gate tidak memegang kendali, maka triac tetap
tersambung selama polaritas MT2 tetap lebih tinggi dari MT1 dan arus yang
mengalir lebih besar dari arus genggamnya (holding current/Ih), dan triac juga
akan tersambung saat arus negatif melewati terminal gate ke MT1,dan polaritas
MT1 lebih tinggi dari MT2, dan triac akan tetap terhubung walaupun rangkaian
gate tidak memegang kendali selama polaritas MT1 lebih tinggi dari MT2. Selain
dengan cara memberi pemicuan melalui teminal gate, triac juga dapat dibuat
tersambung (on) dengan cara memberikan tegangan yang tinggi sehingga
melampaui tegangan breakover-nya terhadap terminal MT1 dan MT2, namun cara
ini tidak diizinkan karena dapat menyebabkan triac akan rusak. Pada saat triac
tersambung (on) maka tegangan jatuh maju antara terminal MT1 dan MT2
sangatlah kecil yaitu berkisar antara 0.5 volt sampai dengan 2 volt.
d. Penerapan Triac
Dalam elektronika daya pengunaan triac umumnya untuk mengendalikan
penggunaan daya bolak-balik (ac). Penggunaa triac selalu berpasangan dengan
diac. Diac berperan sebagai pengendali pulsa trigger bagi triac. Bahkan ada
komponen integrasi diac-triac, misalnya triac Q4004LT. kode T menandakan
“triggerred” bahwa triac tersebut telah diintegrasikan dengan diac sebagai trigger.
Satu contoh sederhana penerapan triac adalah pada rangkaian kendali lampu pijar
Rload (gambar 54).
45
Gambar 57 : Kontruksi UJT, rangkaian pengganti, simbol serta contoh fisik UJT.
Transistor sambungan tunggal (unijunction transistor) transistor memiliki sebuah
tahanan negatif atau yang disebut dengan negative resistance. Pada dasarnya
tahanan negatif (negative resistance) pada sebuah transistor sambungan tunggal
(unijunction transistor) akan meningkatkan arus pada transistor sambungan
tunggal tersebut di saat terjadi penurunan tegangan yang melintasi transistor
sambungan tunggal. Tahanan negatif (negative resistance) yang terdapat pada
transistor sambungan tunggal (unijunction transistor) tersebut umumnya
dimanfaatkan pada aplikasi-aplikasi rangkaian osilator (oscillator circuit),
pewaktuan (timing circuit) dan pemicu SCR (SCR trigger circuit).
Dimana :
49
c. Penerapan UJT
E-MOSFET dapat dibedakan lagi, yaitu kanal N dan kanal P. Simbol dari ke-
enam FET tersebut ditunjukan pada gambar 62.
Pada daerah Cut-Off (MOSFET off) MOSFET tidak mendapatkan tegangan input
(Vin = 0V) sehingga tidak ada arus drain (Id) yang mengalir. Kondisi ini akan
membuat tegangan Vds = Vdd. Dengan beberapa kondisi diatas maka pada daerah
cut-off ini MOSFET dikatakan OFF (Full-Off). Kondisi cut-off ini dapat
diperoleh dengan menghubungkan jalur input (gate) ke ground, sehingga tidak ada
tegangan input yang masuk ke rangkaian saklar MOSFET. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut.
a. Karakteristik IGBT
b. Penerapan IGBT
Listrik tiga fase L1, L2 dan L3, disearahkan oleh enam dioda sebagai
bridge system. Selanjutnya daya DC ini dirubah kembali menjadi AC dengan cara
memberikan pulsa penyalaan pada gate IGBT. Pengaturan frekuensi dilakukan
dengan cara mengatur waktu pemberian pulsa. Hal ini menyebabkan kecepatan
motor dapat diatur. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan putaran
motor adalah frekuensi tegangan.
58
BAGIAN III
PENUNTUN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA DASAR
1. Dioda
A. Tujuan:
1. Menguji kualitas dioda menggunakan AVO meter
2. Menguji kinerja dioda sebagai penyearah
C. Langkah kerja :
Siapkan AVO meter pada posisi ohm x10.
Lakukan zero adjustment.
3. Lakukan pengukuran dengan menghubungkan elektroda dioda terhadap
leadteste, sesuai tabel data 1.
4. Isi tabel data 1 berdasarkan hasil pengujian.
5. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 1 dan 2
6. Berikan sumber tegangan DC variatif, untuk setiap rangkaian
7. Amati penunjukan jarum ukur, catat hasil pembacaan pada tabel 2 dan 3
8. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 3, gambar 4, gambar 5
gambar 6 dan gambar 7, Secara berurutan.
1. Hubungkan CRO pada sisi input (sebelum dioda) dan sisi output
(sesudah dioda)
2. Berikan tegangan ac variatif, untuk setiap rangkaian
3. Amati penunjukan CRO dan gambarkan hasilnya pada bidang yang
disediakan,cukup untuk salah satu nilai input saja. Percobaan selesai.
59
D. Gambar kerja
Gambar 1 gambar 2
60
Tabel 2 Tabel 3
Vinput Vdioda Voutput Vinput Vdioda Voutput
(V) (V) (V) (V) (V) (V)
0 0
0,5 0,5
1 1
1,5 1,5
5 5
10 10
F. Pembahasan :
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
62
2. Transistor BJT
A. Tujuan
1. Menguji kualitas transistor BJT
2. Mengujicoba penerapan transistor daya sebagai saklar
C. Langkah kerja
1. Siapkan AVO meter pada posisi ohm x 10
2. Lakukan zero adjustment jika perlu
3. Hubungkan elektroda transistor terhadap leadtester, sesuai tabel 1.
4. Catat data hasil pengujian pada tabel 1
5. Rangkailah alat dan bahan seperti gambar 1 dan gambar 2
6. Atur tegangan bias basis (Vbb) mulai dari 0 volt sampai 5 volt
7. Amati pembacaan volt meter untuk setiap perubahan Vbb
8. Catat hasilnya pada tabel 2.
9. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 3
10. Aturlah posisi nilai VR agar lampu padam ketika permukaan LDR
terbuka (kena cahaya), dan lampu menyala ketika permukaan LDR
ditutup (dengan jari)
11. Ukur tegangan VR, LDR, Vak, Vlampu ketika terbuka dan
tertutup.
12. Catat hasilnya pada tabel 3. Percobaan selesai
63
D. Gambar kerja
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3
E. Tabel data
Tabel data 1
no : Tip 3055 type :……. No : Tip 2930 type :……..
koneksi AVO meter jarum koneksi AVO meter jarum
ukur ukur
C B E C B E
mera hitam - merah hitam -
h
- hitam merah - hitam merah
hitam mera - hitam mera -
h h
- mera hitam - mera hitam
h h
64
Tabel data 2
transistor NPN :……… Transistor PNP :………….
Vbb Vak Vload Vbb Vak Vload
(V) (V) (V) (V) (V) (V)
0 0
0,5 0,5
1 1
1,5 1,5
2 2
5 5
Tabel data 3
LDR terbuka, lampu padam LDR tertutup, lampu nyala
V Rv V ldr Vak Vloa V Rv V ldr Vak Vload
(V) (V) (V) d (V) (V) (V) (V) (V)
F. Pembahasan
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
65
A. Tujuan :
1. Menguji kualitas SCR
2. Mengujicoba SCR sebagai saklar
C. Langkah kerja
1. Siapkan AVO meter pada posisi ohm x10
2. Lakukan zero adjustment jika perlu.
3. Hubungkan elektroda SCR terhadap leadtester sesuai tabel data 1.
4. Amati pergerakan jarum ukur, dan catat hasilnya pada tabel data1
5. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 1
6. Atur tegangan Vgate mulai dari 0 volt sampai 6 volt.
7. Lakukan penyulutan SCR dengan menekan saklar 2 sesaat
kemudian dilepas kembali.
8. Amati penunjukan jarum sebelum, saat dan setelah penyulutan,
untuk setiap nilai Vgate.
9. Catat hasil pengukuran pada tabel data 2.
10. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 2.
11. Hubungkan juga CRO pada terminal sumber dan beban (lampu)
12. Lakukan penyulutan SCR dengan menekan saklar 2 sesaat,
kemudian dilepas kembali.
13. Amati penunjukan jarum, sebelum, saat dan setelah penyulutan,
amati juga tampilan sinyal sumber dan beban pada CRO.
66
14. Catat hasil pengukuran pada tabel data 3, dan gambarkan tampilan
CRO pada bidang gambar 1. Percobaan selesai.
D. Gambar kerja
Gambar 1 Gambar 2
E. Tabel data
Tabel data 1
- hitam merah
hitam - merah
merah - hitam
Tabel data 2
Tabel data 3
Bidang Gambar 1
F. Pembahasan
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
68
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
69
4. Triac
A. Tujuan
1. Menguji kualitas Triac menggunakan AVO meter.
2. Mengujicoba triac dan diac sebagai saklar.
B. Alat dan bahan
C. Langkah kerja
1. Siapkan AVO meter pada posisi ohm x1.
2. Lakukan zero adjustment jika perlu.
3. Hubungkan leadtester terhadap elektroda triac sesuai tabel data 1.
4. Amati kondisi jarum ukur dan catat hasilnya pada tabel data 1.
5. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 1.
6. Atur tegangan Vgate mulai dari 0 volt sampai 6 volt.
7. Lakukan penyulutan triac dengan menekan saklar 2 sesaat kemudian
dilepas kembali.
8. Amati penunjukan jarum sebelum, saat dan setelah penyulutan, untuk
setiap nilai Vgate.
9. Catat hasil pengukuran pada tabel data 2.
10. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 2.
11. Ulangi langkah 6 sampai 8.
12. Catat hasil pengukuran pada tabel data 3.
13. Rangkailah alat dan bahan sesuai gambar 3.
14. Hubungkan juga CRO pada terminal sumber dan beban (lampu).
15. Lakukan penyulutan SCR dengan menekan saklar 2 sesaat, kemudian
dilepas kembali.
16. Amati penunjukan jarum, sebelum, saat dan setelah penyulutan. Amati
juga tampilan sinyal sumber ac dan beban pada CRO
17. Catat hasil pengukuran pada tabel data 4, dan gambarkan tampilan CRO
pada bidang gambar 1. Percobaan selesai.
70
D. Gambar kerja
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3
E. Tabel data
Tabel data 1
merah hitam
hitam merah -
hitam merah hitam
hitam merah -
merah hitam -
merah hitam merah
merah hitam -
- merah hitam
- hitam merah
merah - hitam
hitam - merah
Tabel data 2
Tabel data 3
Bidang gambar 1
72
F. Pembahasan
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..
73
BAGIAN IV
CONTOH-CONTOH RANGKAIAN ELEKTRONIKA DAYA
(PRAKTEK TAMBAHAN)
Water
M
X PTC
L 100 W
Variac
X
Lampu 2
X
Lampu 1