Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA


MANAJEMEN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PROFESI
DI RUANG MERAK RS DR. SOETOMO SURABAYA

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Kanker Endometrium


Sub Pokok Bahasan : Kanker Endometrium
Sasaran : Klien dan keluarga
Tempat : Ruang Merak RS Dr. Soetomo Surabaya
Hari/Tanggal :
Waktu Pertemuan : 30 menit

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit diharapkan pasien dan
keluarga mampu memahami dan mengerti tentang kanker endometrium.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendengarkan penyuluhan kesehatan diharapkan klien dan keluarga/orang tua,
mampu :
1. Mengetahui pengertian kanker endometrium
2. Mengetahui penyebab kanker endometrium
3. Mengetahui faktor risiko kanker endometrium
4. Mengetahui tanda dan gejala kanker endometrium.
5. Mengetahui cara mendiagnosis kanker endometrium
6. Mengetahui penatalaksanaan kanker endometrium
7. Mengetahui pencegahan kanker endometrium
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
D. Media
1. Leaflet
2. Leptop
E. Waktu dan Tempat
1. Hari :
2. Tanggal :
1

MPAKP PROFESI BIDAN UNAIR 2019


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
MANAJEMEN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PROFESI
DI RUANG MERAK RS DR. SOETOMO SURABAYA

3. Jam :
4. Tempat : Ruang Merak RS Dr. Soetomo Surabaya
F. Pengorganisasian
Penanggung Jawab :
a. Leader :
b. Co. Leader :
c. Moderator :
d. Fasilitator :
e. Observer :
G. Setting Tempat

L
F M

P P P P

P P P P

O
Keterangan :
L : Leader/Penyaji
M : Moderator
O : Observer
P : Peserta
H. Kegiatan Penyuluhan

N Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta


o
1 5 menit Pembukaan
 Mengucapkan salam  Menjawab salam
 Menjelaskan tujuan  Memperhatikan
 Menjelaskan kontrak waktu  Memperhatikan

MPAKP PROFESI BIDAN UNAIR 2019


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
MANAJEMEN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PROFESI
DI RUANG MERAK RS DR. SOETOMO SURABAYA

2 15 menit Penyampaian materi


 Merivew pengetahuan peserta tentang  Menjawab
kanker endometrium
 Menjelaskan pengertian kanker  Memperhatikan
endometrium
 Mengetahui penyebab kanker  Memperhatikan
endometrium
 Mengetahui faktor risiko kanker  Memperhatikan
endometrium
 Mengetahui tanda dan gejala kanker  Memperhatikan
endometrium.
 Mengetahui cara mendiagnosis kanker  Memperhatikan
endometrium
 Mengetahui penatalaksanaan kanker  Memperhatikan
endometrium
 Mengetahui pencegahan kanker  Memperhatikan
endometrium
3 10 menit Penutup
 Meminta peserta untuk memberikan  Memberikan
pertanyaan atas penjelasan yang tidak pertanyaan
dipahami
 Menjawab pertanyaan yang diajukan  Mendengar
 Memberikan reinforcement positif atas  Memperhatikan
jawaban yang diberikan peserta
 Menyimpulkan dan menutup diskusi  Memperhatikan
 Mengucapkan salam  Menjawab salam

I. Evaluasi Hasil
a. Evaluasi struktur
- Pasien mengikuti dari awal sampai akhir
- Selama kegiatan suasana lingkungan tenang dan tidak ada mondar-mandir
b. Evaluasi proses
- Pasien dapat menyebutkan pengertian kanker endometrium
- Pasien dapat menyebutkan penyebab dari kanker endometrium.
- Pasien dapat menyebutkan faktor risiko kanker endometrium.
- Pasien dapat menyebutkan tanda dan gejala kanker endometrium
- Pasien dapat menyebutkan cara mendiagnosis kanker endometrium
- Pasien dapat menyebutkan penatalaksanaan kanker endometrium
- Pasien dapat menyebutkan pencegahan kanker endometrium
3

MPAKP PROFESI BIDAN UNAIR 2019


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
MANAJEMEN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PROFESI
DI RUANG MERAK RS DR. SOETOMO SURABAYA

MATERI PENYULUHAN
KANKER ENDOMETRIUM
A. Pengertian
Kanker endometrium menurut WHO (2003) merupakan tumor ganas epitel
primer di endometrium, umumnya dengan diferensiasi glandular dan berpotensi
mengenai myometrium dan menyebar jauh. Karsinoma endometrium adalah kanker
yang paling umum pada saluran kelamin perempuan di dunia Barat dan kanker
keempat paling umum pada perempuan setelah kanker payudara, paru-paru, dan usus.
Negara berkembang dan Jepang memiliki tingkat insiden empat sampai lima kali lebih
rendah dari negara industri barat, dengan insidensi terendah berada di India dan Asia
Selatan (Hacker NF,2010).
B. Penyebab
Penyebab pasti kanker endometrium tidak diketahui. Kebanyakan kasus kanker
endometrium dihubungkan dengan endometrium terpapar stimulasi estrogen secara
kronis. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan
lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan pada hewan
percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.
C. Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko epidemiologis telah diidentifikasi pada pasien yang memiliki
adenokarsinoma endometrium.
1. Faktor endogen
Obesitas meningkatkan risiko perkembangan kanker endometrium, dan beberapa
data menunjukkan bahwa peningkatan 2 sampai 3 kali lipat risiko terjadi jika
seorang individu 50 pon lebih berat dari berat badannya. Paritas nullipara juga
meningkatkan risiko 2 sampai 3 kali lipat dibandingkan dengan paritas biasa.
Seorang individu yang telah mengalami menopause yang terlambat (usia> 52
tahun) juga tampaknya memiliki peningkatan risiko ( Birmingham Cancer Network,
2011).
2. Paparan estrogen
Estrogen baik sebagai terapi pengganti atau diproduksi secara endogen (misalnya,
granulosa cell tumor dan polycystic ovarian disease), meningkatkan risiko kanker

MPAKP PROFESI BIDAN UNAIR 2019


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
MANAJEMEN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PROFESI
DI RUANG MERAK RS DR. SOETOMO SURABAYA

endometrium beberapa kali. Obesitas dikenal dapat meningkatkan produksi


estrogen secara endogen karena kehadiran lemak tampaknya bertanggung jawab
untuk konversi androstenedion menjadisenyawa estrogen pada tingkat yang tinggi
(Birmingham Cancer Network, 2011).
3. Riwayat keluarga
Individu dengan riwayat keluarga kanker endometrium memiliki peningkatan risiko
untuk menderita kanker endometrium (Birmingham Cancer Network, 2011).
4. Penggunaan obat anti kanker tamoxifen
Obat antikanker yang paling banyak digunakan adalah tamoxifen, dan obat ini telah
disarankan oleh beberapa penelitian dapat menyebabkan peningkatan insiden
adenokarsinoma endometrium. Data ini berasal dari analisis retrospektif dimana
adenokarsinoma endometrium bukanlah titik akhir dalam beberapa studi acak
secara prospektif yang mengevaluasi peran tamoxifen pada pasien dengan kanker
payudara (Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia, 2011).
D. Tanda dan Gejala
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan
pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi
bagi pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang
paling banyak menyertai keluhan utama.
Selain itu keluhan yang sering dialami oleh pasien kanker endometrium adalah :
1. Rasa sakit pada saat menstruasi.
2. Rasa sakit yang parah dan terus menerus pada perut bagian bawah, rasa sakit ini
akan bertambah pada saat berhubungan seks.
3. Sakit punggung pada bagian bawah.
4. Sulit buang air besar atau diare.
5. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih.
6. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas
40 tahun).
7. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul.
E. Stadium
Terdapat dua jenis stadium pada karsinoma endometrium, yaitu stadium klinis
dan stadium pembedahan. Stadium klinis menentukan jenis terapi yang akan
dilakukan, sedangkan pada stadium pembedahan menentukan terapi adjuvannya. Pada

MPAKP PROFESI BIDAN UNAIR 2019


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
MANAJEMEN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PROFESI
DI RUANG MERAK RS DR. SOETOMO SURABAYA

saat ini penentuan stadium telah bergeser dari stadium klinis ke stadium pembedahan.
Namun, stadium klinis masih dipergunakan pada penderita yang tidak dapat menjalani
prosedur pembedahan. Pasien yang dianggap tidak dapat menjalani perosedur
pembedahan dapat ditetapkan stadium klinisnya.
Stadium Pembedahan : Dalam penentuan stadium surgikal kanker uterus, dua
faktor prognosis derajat dan kedalaman invasi myometrium harus dicantumkan dalam
penulisannya (contoh: stadium IBG2) :
Tabel 2.2. Stadium Pembedahan.
Stadium I (tumor terbatas hanya pada korpus uteri)
IA : Tidak atau kurang dari setengah invasi miometrium
IB : Invasi sama dengan atau lebih dari setengah myometrium
Stadium II (tumor menginvasi stroma servikal tapi tidak meluas ke luar uterus)
Stadium III (tumor menyebar secara lokal dan/atau regional)
IIIA : Tumor menginvasi serosa korpus uteri dan/atau adneksa
IIIB : Metastasi ke vagina dan/atau pada parametrium
IIIC : Metastasis ke kgb pelvis dan/atau kg para aorta
IIIC1 : kgb pelvis positif
IIIC2 : kg para aorta positif dengan atau tanpa kgb pelvis positif
Stadium IV (Tumor menginvasi kandung kemih dan/atau mukosa usus dan/atau
metastasis jauh)
IVA : Invasi tumor kandung kemih dan/atau mukosa usus
IVB : Metastase jauh meliputi intra abdominal dan/atau inguinal
Derajat histopatologi adenokarsinoma (untuk stadium IVB tidak memerlukan
grade) :
GI = derajat diferensiasi adenokarsinoma baik dengan ≤ 5% non skuamosa atau pola
pertumbuhan nonmorular padat.
G2 = derajat diferensiasi adenokarsinoma dengan 6% sampai 50% nonskuamosa atau
pola pertumbuhan nonmorular padat.
G3 = lebih dari 50% nonskuamosa atau pola pertumbuhan nonmorular padat
(undiferensiasi)
Pada kelenjar endoserviks hanya dianggap sebagai tahap 1 dan tidak lagi sebagai tahap
2, sitologi positif harus dilaporkan secara terpisah tanpa mengubah stadiumnya
Sumber : Torpy JM, Lynm C, Class RM (2002).
F. Diagnosis
Sembilan puluh persen pasien dengan kanker endometrium akan mengalami
pendarahan abnormal vagina dimana perdarahan terjadi pascamenopause dan biasanya
terjadi di awal perjalanan penyakit. Perdarahan intramenstruasi atau perdarahan
6

MPAKP PROFESI BIDAN UNAIR 2019


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
MANAJEMEN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PROFESI
DI RUANG MERAK RS DR. SOETOMO SURABAYA

berkepanjangan yang berat pada perimenopause atau anovulasi premenopause


perempuan harus dicurigai. Diagnosis mungkin tertunda pada perempuan tersebut
karena pendarahan biasanya dianggap berasal dari "ketidakseimbangan hormon." Hal
ini juga perlu diperhatikan secara khusus untuk diagnosis dini pada perempuan yang
lebih muda dari 40 tahun. Kadang-kadang, perdarahan vagina tidak terjadi karena
penyempitan serviks, khususnya pada lansia yang mengalami defisiensi estrogen
(Hacker NF, 2010).
Perdarahan intrauterine abnormal dapat dievaluasi dengan melakukan biopsi
endometrium dalam penegakan diagnosanya. Pada pasien yang tidak dapat dilakukan
biopsi endometrium dimana penyempitan servikal atau gejala tetap bertahan walau
hasil biopsi normal, maka dapat dilakukan dilatasi dan kuretase dengan anestesi.
Prosedur dilatasi dan kuretase sampai saat ini masih merupakan baku emas untuk
mendiagnosis kanker endometrium (Creasman WT and Miller DS, 2002).
Melalui pemeriksaan mikroskopik biopsi endometrium dan kuret endoserviks
dapat ditegakkan diagnosis adenokarsinoma jenis endometrioid atau musinous, tetapi
jarang dapat dihubungkan dengan lesi awal berupa adenokarsinoma serviks insitu atau
hiperplasia atipik pada endometrium, dikarenakan gambaran histologi kanker
endometrium sering tumpang tindih atau terkontaminasi dengan sel-sel endoserviks
dan daerah pertumbuhan tumor apakah dari endometrium atau endoserviks
mempengaruhi jenis terapi yang akan dilakukan. Penelitian terakhir di RSCM Jakarta
menyatakan bahwa pemeriksaan imunohistokimia dengan vimentin dapat membantu
membedakan kanker endometrium dari kanker endoserviks, terutama pada gambaran
histologi yang tumpang tindih dengan sensitivitas (93,7%) dan spesifisitas (94,4%)
yang cukup tinggi (Anderson GL, Judd HL, Kaunitz AM, et al, 2003).
G. Penatalaksanaan
Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan pilihan
terapi untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi, sedangkan staging
surgical yang meliputi histerektomi simple dan pengambilan contoh kelenjar getah
bening para-aorta adalah penatalaksanaan umum adenokarsinoma endometrium
(Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia,2011).
1. Pembedahan

MPAKP PROFESI BIDAN UNAIR 2019


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
MANAJEMEN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PROFESI
DI RUANG MERAK RS DR. SOETOMO SURABAYA

Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim).


Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral)
karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak
aktif) yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang
dihasilkan oleh ovarium. Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam kelenjar getah
bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah bening tersebut juga diangkat. Jika sel
kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker
telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Jika sel kanker belum menyebar ke luar
endometrium (lapisan rahim), maka penderita tidak perlu menjalani pengobatan
lainnya (Bratakoesoema DS, 2006).

2. Radioterapi

MPAKP PROFESI BIDAN UNAIR 2019


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
MANAJEMEN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PROFESI
DI RUANG MERAK RS DR. SOETOMO SURABAYA

Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel


kanker. Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di
daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan
pembedahan. Angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien kanker endometrium
menurun 20-30% dibanding dengan pasien dengan operasi dan penyinaran.
Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor)
atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa). Stadium I
dan II secara medis hanya diberi terapi penyinaran. Pada pasien dengan risiko rendah
(stadium IA grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi.
Radiasi adjuvan diberikan kepada :
a. Penderita stadium I, jika berusia diatas 60 tahun, grade III dan/atau invasi
melebihi setengah miometrium.
b. Penderita stadium IIA/IIB, grade I, II, III.
Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberi terapi tersendiri (Sofian A,
2006).
Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker
endometrium :
a. Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk
mengarahkan sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak
5 kali/minggu selama beberapa minggu dan penderita tidak perlu dirawat di
rumah sakit. Pada radiasi eksternal tidak ada zat radioaktif yang dimasukkan ke
dalam tubuh.
b. Radiasi internal (AFL): digunakan sebuah selang kecil yang mengandung
suatu zat radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama
beberapa hari. Selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di rumah
sakit.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi
merupakan terapi sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapai sel kanker
yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain.

a. Tujuan Kemoterapi
1) Membunuh sel-sel kanker.
9

MPAKP PROFESI BIDAN UNAIR 2019


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
MANAJEMEN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PROFESI
DI RUANG MERAK RS DR. SOETOMO SURABAYA

2) Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.


3) Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.
b. Jenis kemoterapi:
1) Terapi adjuvan
Kemoterapi yang diberikan setelah operasi, dapat sendiri atau bersamaan
dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah
bermetastase.
Terapi neoadjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa
tumor, biasanya dikombinasi dengan radioterapi.
2) Kemoterapi primer
Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan kecil
untuk diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol
gejalanya.
3) Kemoterapi induksi
Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya.
4) Kemoterapi kombinasi
Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi.
c. Cara Pemberian Kemoterapi
1) Per oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral,
diantaranya chlorambucil dan etoposide (VP-16). Terapi hormon diberikan
provera 200mg per oral 4x sehari, tamoxifen 20mg per oral 2x sehari,
megastrol acetate (Megace) 800 mg per oral 4x sehari ( Ko EM and Soper
JT, 2012).
2) Intra-muskulus
Pemberian ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan tidak diberikan
pada lokasi yang sama dengan pemberian dua-tiga kali berturut-turut. Yang
dapat diberikan secara intra-muskulus antara lain bleomicin dan
methotreaxate. Hormon diberikan Depo-provera, 400mg, IM per minggu.
3) Intravena

10

MPAKP PROFESI BIDAN UNAIR 2019


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
MANAJEMEN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PROFESI
DI RUANG MERAK RS DR. SOETOMO SURABAYA

Pemberian ini dapat diberikan secara bolus perlahan-lahan atau diberikan


secara infus (drip). Cara ini merupakan cara pemberian kemoterapi yang
paling umum dan banyak digunakan.
4) Intra arteri
Pemberian intra arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang
cukup banyak, antara lain, alat radiologi diagnostik, mesin, atau alat filter,
serta memerlukan keterampilan tersendiri.
5) Intra peritoneal
Cara ini juga jarang dilakukan karena membutuhkan alat khusus (kateter
intraperitoneal) serta kelengkapan kamar operasi karena pemasangan perlu
narkose.
d. Cara Kerja Kemoterapi
Suatu sel normal akan berkembang mengikuti siklus pembelahan sel
yang teratur. Beberapa sel akan membelah diri dan membentuk sel baru dan sel
yang lain akan mati. Sel yang abnormal akan membelah diri dan berkembang
secara tidak terkontrol yang pada akhirnya akan terjadi suatu massa yang
disebut tumor.
e. Persiapan Kemoterapi
1) Darah tepi : HB, Leukosit, hitung jenis, trobosit.
2) Fungsi hepar : bilirubin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase.
3) Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan creatinine clearance test (bila serum
kreatinin meningkat).
4) Audiogram (terutama pada pemberian cis-platinum).
5) EKG (terutama pemberian adriamycin, epirubicin).
f. Syarat Pemberian Kemoterapi
1) Syarat yang harus dipenuhi
a) Keadaan umum cukup baik.
b) Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek samping
yang akan terjadi.
c) Faal ginjal dan hati baik.
d) Diagnosis histopatologik.
e) Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
f) Riwayat pengobatan (radioterapi atau kemoterapi) sebelumnya.
g) Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb > 10 gr%, leukosit >
5000/mm3, trombosit > 150.000/mm3.
2) Syarat yang harus dipenuhi oleh pemberi pengobatan.

11

MPAKP PROFESI BIDAN UNAIR 2019


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
MANAJEMEN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PROFESI
DI RUANG MERAK RS DR. SOETOMO SURABAYA

a) Mempunyai pengetahuan kemoterapi dan menejemen kanker pada


umumnya
b) Sarana laboratorium yang lengkap.
g. Efek samping:
1) Pada kulit.
a) Alopesia.
b) Berbagai kelainan kulit lain.
2) Gangguan di mukosa.
a) Stomatitis.
b) Enteritis yang menyebabkan diare.
c) Sistitis hemoragik.
d) Proktitis
3) Pada saluran cerna.
a) Anoreksia.
b) Mual muntah.
4) Depresi sumsum tulang.
a) Pansitopenia atau anemia.
b) Leukopenia.
c) Trombositopenia.
5) Menurunnya imunitas.
6) Gangguan organ.
a) Gangguan faal hati.
b) Gangguan pada miokard.
c) Fibrosis paru.
d) Ginjal.
7) Gangguan pada saraf.
a) Neuropati.
b) Tuli.
c) Letargi.
8) Penurunan libido.
9) Tidak ada ovulasi pada wanita.
H. Pencegahan
Setiap wanita sebaiknya menjalani pemeriksaan panggul dan pap smear secara
rutin untuk menentukan tanda-tanda pertumbuhan abnormal. Wanita yang mempunyai
resiko kanker endometrium sebaiknya lebih sering menjalani pemerikasaan panggul,
pap smear dan dan menghindari faktor resiko.

12

MPAKP PROFESI BIDAN UNAIR 2019


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
MANAJEMEN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PROFESI
DI RUANG MERAK RS DR. SOETOMO SURABAYA

DAFTAR PUSTAKA

Anderson GL, Judd HL, Kaunitz AM, et al. Effects of Estrogen Plus Progestin on Gynecologic
Cancers and Associated Diagnostic Procedures, The Women’s Health Initiative
Randomized Trial. The Journal of the American Medical Association, Vol.290, No.13,
2003: 1739-48.
Birmingham Cancer Network. Guideline for the Management of Vulval Cancer. 2011: 1-10.
Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia. Kanker Vulva. Bab I, Pedoman Pelayanan
Medik Kanker Ginekologi, edisi ke-2, Badan Penerbit FK UI, Jakarta, 2011: 1-12.
Bratakoesoema DS. Penyakit Trofoblas Gestasional. Bab 37, Buku Acuan Nasional Onkologi
Ginekologi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006: 534-68.
Creasman WT, Miller DS. Adenocarcinoma of the Uterine Corpus. Clinical Gynecologic
Oncology, Chapter 9, Eighth edition, Elsevier Inc. Philadelphia, 2012: 141-74.
Hacker NF. Uterine Cancer. Chapter 10, Berek and Hacker’s Gynecologic Oncology, 5th
edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. 2010: 397-442.
Hacker NF. Vulvar Cancer. Chapter 13, Berek and Hacker’s Gynecologic Oncology, 5th
edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. 2010: 536-75.
Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia. Penyakit Trofoblas Ganas. Bab VII, Pedoman
Pelayanan Medik Kanker Ginekologi, edisi ke-2, Badan Penerbit FK UI, Jakarta, 2011:
77-86.
Ko EM, Soper JT. Gestational Trophoblastic Disease. Clinical Gynecologic Oncology, Chapter
9, Eighth edition, Elsevier Inc. Philadelphia, 2012: 189-218
Sofian A. Kanker Endometrium. Bab 34, Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006: 456-67.
Torpy JM, Lynm C, Class RM. Endometrial Cancer. The Journal of the American Medical
Association, Vol.288, No.13, 2002: 1678.

13

MPAKP PROFESI BIDAN UNAIR 2019

Anda mungkin juga menyukai