Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN

Praktikum yang berjudul “Hubungan Sifat-Sifat Tanah terhadap Keberadaan Cacing”


ini dilaksanakan selama 4 hari yaitu mulai hari Kamis tanggal 11 Oktober 2018 sampai hari
Minggu tanggal 14 Oktober 2018 di 4 lokasi yang telah ditentukan (Lokasi A, B, C dan D).
Latar belakang dilaksanakannya praktikum ini yaitu untuk menyelidiki kondisi tanah yang
ideal untuk tempat hidup cacing. Menurut literature cacing tanah merupakan salah satu fauna
tanah yang digunakan sebagai indikator tingkat kesuburan dan kualitas (kesehatan) tanah.
Kehadiran cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah dan kehadirannya dipengaruhi
kondisi tanah terutama kandungan bahan organik dan kelembaban tanah. Berdasarkan latar
belakang tersebut praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
sifat-sifat tanah terhadap keberadaan cacing. Parameter yang diukur yaitu kelembaban tanah,
suhu tanah, pH tanah dan tekstur tanah. Alat yang digunakan yaitu soil tester, thermometer, 4
buah tabung reaksi, cetok dan bahan yang diperlukan yaitu air dan tanah. Adapun fungsi dari
alat soil tester yaitu untuk mengukur kelembaban serta pH tanah dan alat thermometer batang
untuk mengukur suhu tanah.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tanah pada Lokasi
A memiliki kelembaban sebesar pH , suhu, tekstur tanah. Tanah pada Lokasi B memiliki
kelembaban tanah sebesar pH tanah, suhu tanah tekstur tanah. tanah pada Lokasi C memiliki
kelembaban sebesar pH , suhu tekstur tanah.tanah pada Lokasi D memiliki kelembaban
sebesar pH suhu tekstur tanah. Cara mengetahui tekstur tanah yaitu yang pertama, sampel
tanah dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian menuangkan beberapa mili air ke dalam
tabung reaksi. Kemudian mengkocok tabung reaksi agar tanah bercampur dengan air. Lalu
mengendapkan tanah selama beberapa menit, hingga terbentuk atau terlihat lapisan-lapisan
tanah. Kemudian mengidentifikasi lapisan-lapisan tanah, dengan keterangan lapisan paling
bawah pasir, lapisan tengah liat dan lapisan paling atas debu. Kemudian mengukur ketebalan
masing-masing lapisan menggunakan penggaris. Data hasil pengukuran digunakan untuk
melakukan perhitungan presentase tekstur tanah yang kemudian untuk menentukan jenis
tanah. Cara menghitung presentase tekstur tanah yaitu tanah yang dicari dibagi dengan tinggi
total tanah (dari lapisan paling atas sampai lapisan paling bawah) lalu dikali 100%.
Kemudian hasil perhitungan dicocokkan dengan segitiga tekstur tanah sehingga diketahui
jenis tanah.
SEGITIGA TEKSTUR TANAH
Setelah dicocokkan dengan segitiga tekstur tanah diketahui bahwa jenis tanah pada
Lokasi A yaitu, Lokasi B, Lokasi C dan Lokasi D
Yang dimaksud dengan cacing tanah adalah kelompok hewan avertebrata,
bersegmen(golongan Annelida), yang banyak dijumpai di tempat-tempat yang lembab di
seluruh muka bumi,dan telah lama mengkolonisai laut, air tawar dan habitat terrestrial.
Kecuali warna dan ukurannya,semua cacing tanah mempunyai sifat-sifat fisik dan biologik
yang hampir sama. Spesies cacing tanah yang terkecil kira-kira satu inci panjangnya,
sementara yang besar dapat mencapai 10 kaki panjangnya dan kira-kira satu inchi
diameternya (Gaddie dan Douglas, 1974). Tanah adalah tubuh alam bebas menduduki
sebagian besar permukaan planet bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki
sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk
dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1990).
Berdasarkan pengertian tanah tersebut, maka tanah terbentuk akibat interaksi dari faktor
iklim, jasad hidup, bahan induk, relief, dan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa suatu wilayah
dapat mempunyai sifat tanah yang berbeda-beda. Tanah mempunyai sifat fisik dan sifat
kimia yang akan mempengaruhi mikroorganisme sampai makroorganisme yang berada di
sekitarnya.
Pada praktikum ini kelompok kami akan membahas tentang hubungan sifat-sifat tanah
terhadap keberadaan cacing. Sifat-sifat tanah yang kami tentukan yaitu kelembabn
tanah,tektur tanah yang termasuk ke dalam sifat fisik tanah. Sedangkan, pH tanah dan suhu
tanah termasuk ke dalam sifat kimia tanah. Dalam penentuan pH tanah dan kelembaban
praktikan menggunakan bantuan alat soil tester , untuk suhu menggunakan termometer
batang, sedangkan untuk mengidentifikasian tekstur tanah, praktikan mengambil sample lalu
dilakukan pengujian menggunakan segitiga struktur tanah (lampiran). Praktikum ini bersifat
observasi, penentuan lokasi dilakukan secara random, jadi kami mengidentifikasikan tanah di
lokasi yang berbeda. Terdapat 4 lokasi berbeda dalam pengidentifikasian keberadaan cacing
terhadap tanah tersebut. Cacing sebagai makroorganisme yang sangat penting peranan
terhadap tanah, memperbaiki produktivitas tanah ,mengurangi erosi tanah, pengendalian dan
peningkatan ketersediaan hara, serta meningkatkan aktivitas hayati tanah. Cacing tanah
membuat liang di dalam tanah dan mendekomposisi bahan organik dengan cara memakan
serasah daun dan sisa tumbuhan yang mati menjadi partikelpartikel kecil, selanjutnya
dirombak organisme tanah lainnya. Hasil dekomposisi dan mikroorganisme disebarkan ke
lapisan tanah yang lebih dalam serta meningkatkan aerasi tanah. Cacing tanah yang mati
sebagai sumber makanan mikroorganisme tanah dan hara bagi tanaman, sehingga cacing
tanah juga berperan meningkatkan jumlah populasi mikroba dan kesuburan tanah.
Dapat diketahui berdasarkan data bahwa hanya lokasi C saja yang terdapat cacing
tanah dengan pH tanah sebesar 6,8 suhu tanah 25 ˚C sedangkan tekstur tanah pada lokasi C
yaitu clay atau liat ,kelembaban tanah sebesar 30%. Cacing di lokasi C ditemukan saat
pengalian tanah 7 cm dari permukaan tanah. Dibandingkan dengan 3 lokasi lainnya, lokasi C
memiliki spesifikasi tanah yang baik untuk keberadaan cacing tersebut. Menurut Putra (1999)
Kulit cacing tanah memerlukan kelembaban cukup tinggi agar dapat berfungsi normal dan
tidak rusak yaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan antara 15oC-25oC. Cacing Tanah hidup didalam tanah yang lembab, subur
dan suhunya tidak terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan
tanah yang sedikit asam sampai netral atau pH 6-7,2. Dalam literatur tersebut telah dijelaskan
bahwa cacing akan melangsungkan kehidupannya dengan kondisi yang memiliki pH tidak
terlalu asam, karena cacing memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna. Oleh karena
itu cacing tanah memerlukan bantuan mikroorganisme lainnya untuk memecahkan bahan
makanan bagi cacing. Mikoorganisme yang dimaksud yanitu bakteri, aktivitas bakteri kurang
dalam makanannya menyebabkan cacing tanah kekurangn makanan dan akhirnya mata
karena tidak ada yang membantu pencernaan senyawa karbohodrat dan protein. Namun
apabla makanan cacing yang berasal dari tanah tersebut terlalu asam menyebabkan aktivitas
bakteri berlebihan. Hal ini akan menyebabkan terajdinya pembekakan tembolok pada cacing
tanah dan berakhir dengan kematian cacing tersebut.
SKelembaban sangat diperlukan untuk menjada agar kulit cacing tetap dalam keadaan
normal. Bila kelembaban terlalu tinggi atau banyak air,cacing tanah tidak tahan dan akan
mencari mencari tempat pertukaran yang baik. Hal ini terjadi karena cacing mengambil
oksigen dari udara bebas unutuk pernafasannya melalui kulit. Untuk itu telah dijelaskan
bahwa kelembaban tanah yang baik untuk cacing berkisar 15%-30%. Suhu yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan cacing sehingga cacing tidak dapat
bertahan hidup dalam keadaan suhu yang terlalu tinggi atau rendah. Tanah yang liat memiliki
tekstur yang memiliki kadar air yang sedang, sehingga dapat menjadi tempat berlangsungnya
kehidupan cacing. Pada lokasi C cacing ditemukan pada 7 cm dibawah permukaan tanah,
menurut literatur cacing dapat ditemukan sampai 30 cm di bawah permukaan tanah.
Ditemukannya tanah pada 7 cm, ini dapat diidentifikasi sebagai perilaku cacing dalam
memcari makanan. Sistem pencernaan cacing tanah yang sangan adaptif dengan aktivitas
makan dan menggali pori-pori. Makanan utama cacing tanah adalah bahan organik yang
berasal dari tanah yang dapat berasal dari daun yang mengering,kotoran ternak atau tanman
dan hewan yang telah mati yang biasanya terdapat pada permukaan tanah.
Komunitas cacing tanah dicirikan oleh nilai rata-rata absolut kepadatan populasi,
biomassa, kelimpahan spesies dan keanekaragaman jumlah spesies. Menurut Bouche (1971),
komunitas cacing tanah dibagi tiga kelompok yaitu komunitas epigeik, anecik dan endogeik.
Cacing tanah epigeik dicirikan oleh kebiasaannya memangsa seresah, ada pigmentasi dorsal,
hidup di seresah/pada laporan permukaan kurang lebih 5 cm dari tanah. Cacing anecik adalah
spesies pembuat lorong-lorong tanah dengan antero dorsal pigmentation, ujung posterior
datar (pipih), hidup di tanah tetapi makan seresah. Komunitas endogeik adalah semua cacing
tanah yang tak berpigmen, penggembur tanah, gerakan lambat dan makanannnya tanah.
Sedangkan struktur komunitas ditentukan dengan melihat perbandingan besarnya jumlah
cacing tanah diantara ketiga komunitas tersebut. Struktur komunitas epigeik-anecik-endogeik
terbentuk bila komposisi epigeik lebih dari 50% (Fragoso dan Lavelle, 1992).

PARAGAF 6(PENJELASAN MENGAPA LOKASI A.B,D TIDAK TERDAPAT


CACING)
PARAGRAF 7( PERAN CACING DALAM TANAH)
Cacing tanah merupakan makro organisme fauna tanah yang berperan penting
membantu mempercepat dalam proses pelapukan, humifikasi sisa-sisa tanaman, siklus bahan-
bahan organik, reklamasi lahan, penyubur tanah, lorong-lorong yang dibuat dalam tanah
terutama pada lapisan top soil (antara 10-25 cm) memungkinkan masuknya udara sehat dalam
tanah zat CO2, meningkatkan daya serap air ke dalam tanah, dapat memakan spesies parasit
yang mengganggu tanaman, cacing tanah sangat penting dalam perkembangan tanah dapat
mengangkut tanah dari bawah ke permukaan, dapat mencampur dan mengumpulkan tanah
dengan jalan mengangkut ke liang, bahan organik yang tidak terombak seperti daun dan
rumput sebagai makanan dan penyelaras kelangsungan ekosistim bagi biota tanah maupun
bagi binatang dan manusia (Ali Hanafiah, 2002).

DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, M. Isa. 1990. Klasifikasi Tanah : Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah Dan
Pelaksana Pertanian Di Indonesia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Gaddie, R.E., and D.E. Douglas. 1974. Eartworm For Ecology And Profit. Vol 2.
Scientific Earthworm Farming. California, United State of America.
Putra, F.A.1999.Hidup Bersama Cacing.Jakarta:Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai