ISLAM
1
KATA PENGANTAR
Dengan ,enyebut nama allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
puji syukur kami panajatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah,dan innayah-NYA sehingga kami dapat merampungkan
penyusunan makalah pendididka agama islam dengan judul “fenomena jual beli
bagi islam’ tepat pada waktumya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar penyusuannya untuk itu
tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepa guru
agama kami ibu Cumarni,S.Ag.Mpd yang telah membimbing kami dalam
menulis makalah ini.
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari jual beli antara satu
dengan yang lainnya. Jual beli sesama manusia senantiasa mengalami
perkembangan dan perubahan sesuai kemajuan dalam aturan manusia. Oleh
karena itu jual beli dalam islam memperbolehkan asalkan harus melakukan
khiyar karena jual beli haruslah berdasarkan suka sama suka tanpa ada paksaan
sedikitpun penjual berhak mempertahankan harga dagangannya. Hubungan
manusia satu dengan harta diatur agama islam salah satunya dalam jual beli,
jual beli yang didalamnya terdapat aturan-aturan yang seharusnya kita mengerti
dan kita pahami. 1
1) Makna dua jual beli dalam satu jual beli
Ibnu Mas’ud berkata : ”Transaksi dalam dua penjualan adalah riba” [HR.
Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 8/192/2; Ahmad no. 3783, dan Ibnu
Hibban no. 1053 – shahih. Lihat Irwaaul-Ghalil 5/148-149].
3
Pendapat yang membolehkannya memaknai hal itu “Aku jual sepeda
ini padamu seharga 100 ribu dengan syarat kamu menjual kambingmu”.
Atau sebaliknya : “Aku jual sepeda ini padamu dengan syarat kamu
menjual kambingmu seharha 200 ribu”. Ketika pembeli menyepakati,
maka otomatis berlangsung dua akad jual beli dalam satu jual beli.
Transaksi ini sangat rentan terhadap kedhaliman pada harta.
Maka, di sini jumhur ulama mengatakan bahwa jual-beli secara kredit
sebagaimana lazimnya tidak termasuk dalam larangan di atas (kecuali jika sampai
berpisah penjual dan pembeli bersepakat namun tidak menentukan jenis
pembayaran yang akan dilakukan – sebagaimana telah dijelaskan).
2)
ِّ ِ س ذَلِكَ بِأَنَّ ُه ْم قَالُوا إِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِمثْ ُل
الربَا ِّ ِ طانُ ِمنَ ْال َمَ ش ْي ُ َّالربَا ال يَقُو ُمونَ إِال َك َما يَقُو ُم الَّذِي يَتَ َخب
َّ طهُ ال ِّ ِ َالَّذِينَ يَأ ْ ُكلُون
ُص َحابْ ََّللاِ َو َم ْن َعادَ فَأُولَئِكَ أ َّ ف َوأَ ْم ُرهُ ِإلَى َ ظةٌ ِم ْن َر ِِّب ِه فَا ْنت َ َهى فَلَهُ َما
َ َسل ِّ ِ َّللاُ ْال َب ْي َع َو َح َّر َم
َ الر َبا فَ َم ْن َجا َءهُ َم ْو ِع َّ َوأ َ َح َّل
َار ُه ْم فِي َها خَا ِلدُون ِ َّالن
4
B.Rumusan Masalah
1) Apa saja macam-macam fenomena jual beli bagi islam?
2) Apa saja hikmah yang terkandung dalam fenomena jual beli bagi
islam?
3) Hikmah apa saja yang dapat diambil dari kegiatan fenomena jual beli
bagi islam?
DAFTAR ISI
1. Pengertian jual beli
2. Macam-macam jual beli
3. Rukun dan syarat islam
4. Hikmah jual beli
5. Hukum jual beli
6. Syarat jual beli
7. Manfaat jual beli
8. Pengertian khiyar
9. Macam-macam khiyar
10.Pengertian riba
11. Macam-macam riba
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian jual beli
Jual beli menurut syariat agama ialah kesepatan tukar-menukar benda
untuk memiliki benda tersebut selamanya. Apa bila jual beli itu menyangkut
suatu barang yang sangat besar nilainya, dan agar tidak terjadi kekurangan
dibelakang hari, al-qur;an menyarankan agar di catat,dan ada saksi.
2. Macam-macam jual beli
Jual beli dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu:
a) Ditinjau dari segi bedanya dapat di bedakan menjadi:
- jual beli benda yang kelihatan, yaitu jual beli yang pada waktu akad,
barangnya ada di hadapan penjual dam pembeli.
- jual beli benda yang tidak ada, jual beli seperti ini tidak di perbolehkan
dalam agama islam.
b) Ditinjau dari segi pelaku atau subjek jual beli
- Dengan lisan, akad yang dilakukan dengan lisanatau perkataan. Bagi
orang bisu bisa diganti dengan isyarat
- Dengan perantara, misalnya dengan tulisan atau surat menyurat. Jual
beli ini dilakukan oleh penjual dan pembeli,tidak dalam satu majilis akad,
dan ini di bolehkan oleh syarat.
c) Ditinjau dari segi hukumnya
jual beli dimyatakan sah atau tidak sah bergantung pada pemenuhan
syarat dan rukun jual beli yang telah di jelaskan di atas. Jumhur ulama
membaginya menjdi dua yaitu:
- Shahih, yaitu jual beli yang memenuhi syarat dan rukunya
- Ghairu shahih, yaitu jual beli yang tidak memenuhi salah satu syarat dan
rukunnya.
Sedangkan fuqoha atau ulama hanafiyah membedakan jual beli jdi tiga
bagian, yaitu:
6
1. Shahih, yatu jual beli yang memenuhi syrat dan rukunnya
2. Bathil, adalah jual beli yang tidak memenuhi rukun dan syarat jual
beli, dan ini tidak di perkenankan oleh syarat misalkan:
- jual beli barang yang tidak ada, seperti jual beli janin dp dalam perut
ibu dan jual beli buah yang tidak nampak
- jual beli barang yang zatnya haram dan najis, seperti babi,bangkai
dan khamar.
- jual beli bersyarat, yaitu jual beli yang ijab kabulnya dikaitkan
dengan syarat-syarat tertentu yang tidak ada kaitannya dengan jual
beli.
- jual beli yang menimbulkan kemudaratan, seperti jual beli
patung,salib atau buku baca-bacaan porno.
- segala bentuk jual beli yang mengakibkan penganiyayaan hukumnya
haram.
3) Fasid, yaitu jual beli yang secara prinsip tidak bertentangn dengan syarat
namun terdapat sifat-sifat tertentu yang menghalangi keabsahaanya. Misalnya
- jual beli barang yang wujudnya ada, namun tidak di hadirkan ketika
berlangsungnya akad
- jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota atau di pasar, yaiu
menguasai barang sebelum sampai kepasar agar dapat membelinya
dengan harga murah.
- membeli barang dengan memborong untuk ditimbum, kemudian akan
ketika harga naik karena kelangkaan barang tersebut
- jual beli barang rampas atau curian
- menawar barang yang seang di tawar.
9
suatu lafadz sedang dari penjual hanya memberi, sama saja apakah harga barang
tersebut sudah pasti atau dalam bentuk suatu jaminan dalam
perjanjian.(dihutangkan) Keduanya tidak mengucapkan lafadz apapun, bahkan
ada kebiasaan yaitu meletakkan uang (suatu harga) dan mengambil sesuatu yang
telah dihargai. Syarat Sah Jual Beli Sahnya suatu jual beli bila ada dua unsur
pokok yaitu bagi yang beraqad dan (barang) yang diaqadi, apabila salah satu
dari syarat tersebut hilang atau gugur maka tidak sah jual belinya. Adapun
syarat tersebut adalah sbb : Bagi yang beraqad : 1. Adanya saling ridha
keduanya (penjual dan pembeli), tidak sah bagi suatu jual beli apabila salah satu
dari keduanya ada unsur terpaksa tanpa haq (sesuatu yang diperbolehkan)
berdasarkan firman Allah Ta’ala ” kecuali jika jual beli yang saling ridha
diantara kalian “, dan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda “hanya saja
jual beli itu terjadi dengan asas keridhan” (HR. Ibnu Hiban, Ibnu Majah, dan
selain keduanya), adapun apabila keterpaksaan itu adalah perkara yang haq
(dibanarkan syariah), maka sah jual belinya. Sebagaimana seandainya seorang
hakim memaksa seseorang untuk menjual barangnya guna membayar
hutangnya, maka meskipun itu terpaksa maka sah jual belinya. 2. Yang beraqad
adalah orang yang diperkenankan (secara syariat) untuk melakukan transaksi,
yaitu orang yang merdeka, mukallaf dan orang yang sehat akalnya, maka tidak
sah jual beli dari anak kecil, bodoh, gila, hamba sahaya dengan tanpa izin
tuannya. (catatan : jual beli yang tidak boleh anak kecil melakukannya transaksi
adalah jual beli yang biasa dilakukan oleh orang dewasa seperti jual beli rumah,
kendaraan dsb, bukan jual beli yang sifatnya sepele seperti jual beli jajanan
anak kecil, ini berdasarkan pendapat sebagian dari para ulama, pent) 3. Yang
beraqad memiliki penuh atas barang yang diaqadkan atau menempati posisi
sebagai orang yang memiliki (mewakili), berdasarkan sabda Nabi kepada
Hakim bin Hazam ” Janganlah kau jual apa yang bukan milikmu” (diriwayatkan
oleh Ibnu Majah, Tirmidzi dan dishahihkan olehnya). Artinya jangan engkau
menjual seseuatu yang tidak ada dalam kepemilikanmu. Berkata Al Wazir Ibnu
Mughirah Mereka (para ulama) telah sepakat bahwa tidak boleh menjual
sesuatu yang bukan miliknya, dan tidak juga dalam kekuasaanya, kemudian
setelah dijual dia beli barang yang lain lagi (yang semisal) dan diberikan kepada
pemiliknya, maka jual beli ini bathil. Bagi (Barang) yang diaqadi • Barang
tersebut adalah sesuatu yang boleh diambil manfaatnya secara mutlaq, maka
tidak sah menjual sesuatu yang diharamkan mengambil manfaatnya seperti
khomer, alat-alat musik, bangkai berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi
wasallam ” Sesungguhnya Allah mengharamkan menjual bangkai, khomer, dan
patung (Mutafaq alaihi). Dalam riwayat Abu Dawud dikatakan “
mengharamkan khomer dan harganya, mengharamkan bangkai dan harganya,
mengharamkan babi dan harganya”, Tidak sah pula menjual minyak najis atau
10
yang terkena najis, berdasarkan sabda Nabi ” Sesungguhnya Allah jika
mengharamkan sesuatu (barang) mengharamkan juga harganya “, dan di dalam
hadits mutafaq alaihi: disebutkan ” bagaimana pendapat engkau tentang lemak
bangkai, sesungguhnya lemak itu dipakai untuk memoles perahu, meminyaki
(menyamak kulit) dan untuk dijadikan penerangan”, maka beliau berata, ” tidak
karena sesungggnya itu adalah haram.”. • Yang diaqadi baik berupa harga atau
sesuatu yang dihargai mampu untuk didapatkan (dikuasai), karena sesuatu yang
tidak dapat didapatkan (dikuasai) menyerupai sesuatu yang tidak ada, maka
tidak sah jual belinya, seperti tidak sah membeli seorang hamba yang melarikan
diri, seekor unta yang kabur, dan seekor burung yang terbang di udara, dan tidak
sah juga membeli barang curian dari orang yang bukan pencurinya, atau tidak
mampu untuk mengambilnya dari pencuri karena yang menguasai barang curian
adalah pencurinya sendiri. • Barang yang diaqadi tersebut diketahui ketika
terjadi aqad oleh yang beraqad, karena ketidaktahuan terhadap barang tersebut
merupakan suatu bentuk penipuan, sedangkan penipuan terlarang, maka tidak
sah membeli sesuatu yang dia tidak melihatnya, atau dia melihatnya akan tetapi
dia tidak mengetahui (hakikat) nya. Dengan demikian tidak boleh membeli unta
yang masih dalam perut, susu dalam kantongnya. Dan tidak sah juga membeli
sesuatu yang hanya sebab menyentuh seperti mengatakan “pakaian mana yang
telah engkau pegang, maka itu harus engkau beli dengan (harga) sekian ” Dan
tidak boleh juga membeli dengam melempar seperti mengatakan “pakaian mana
yang engaku lemparkan kepadaku, maka itu (harganya) sekian. Hal ini
berdasarkan hadits Abu Hurairah radiallahu anhu bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi
wasallam melarang jual beli dengan hasil memegang dan melempar” (mutafaq
alaihi). Dan tidak sah menjual dengan mengundi (dengan krikil) seperti ucapan
” lemparkan (kerikil) undian ini, maka apabila mengenai suatu baju, maka
bagimu harganya adalah sekian ” Sumber : Mulakhos Fiqhy Syaikh Sholeh bin
Fauzan AL Fauzan Penerbit Dar Ibnul Jauzi – Saudi Arabia Khiyar (memilih)
dalam Jual Beli Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Abdullah Alu Fauzan
Sesungguhnya agama Islam adalah agama yang penuh kemudahan dan syamil
(menyeluruh) meliputi segenap aspek kehidupan, selalu memperhatikan
berbagai maslahat dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban
umat. Termasuk dalam maslahat tersebut adalah sesuatu yang Allah syariatkan
dalam jual beli berupa hak memilih bagi orang yang bertransaksi, supaya dia
puas dalam urusannya dan dia bisa melihat maslahat dan madharat yang ada
dari sebab akad tersebut sehingga dia bisa mendapatkan yang diharapkan dari
pilihannya atau membatalkan jual belinya apabila dia melihat tidak ada
maslahat padanya.
11
6. Syarat jual beli
* penjual dan pembeli
- brakal, agar dia tidak terkecoh
- dekan kehendak sendiri bukan di paksa
- baligh diatas 15 tahun ke atas atau udah dewasa, anak kecil tidak sah
jual belinya
* Uang dan benda yang di beli
- suci, barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang
Untuk di belikan
- ada manfaatnya tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada
Manfaatnya
- barang itu dapat diserahkan.
8. Pengertian khiyar
Khiyar adalah bebas memutuskan antara meneruskan jual beli atau
membatalkannya. Islam memperbolehkan melakukan khiyar karena jual beli
haruslah berdasarkan suka sama suka, tanpa ada unsur paksaan sedikitpun.
Penjual berhak mempertahankankan harga barang dagangannya, sebaliknya
pembeliberhak menawar atas dasar kualitas barang yang diyakininya.
Rasulullah saw, bersabda. “ penjual dan pembeli tetap dalam khiyar selama
dalam keduannya belum berpisah. Apabila keduanya benar dan suka
menerangkan keadaan barangnya, maka jual belinya akan memberkahi
keduanya. Apabila keduannya menyembunyikan keadaan sesungguhnya serta
12
berlaku dusta, maka di hapuskan keberkahan jual belinya.” ( HR.bukhari dan
muslim).
9. Macam-macam khiyar
1) Khiyar majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih di tempat
berlangsungnya transaksi atau tawar menawar. Keduanya berhak memutuskan
meneruskan atau membatalkan jual beli. “ dua orang yang berjual beli, boeh
memilih akan meneruskan atau tidak selama keduanya belum berpisah.” (
HR.Bukhari dan Muslim)
2) Khiyar syarat, adalah yang disajikan syarat dalam jual beli misalnya penjual
mengatakan “ saya jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat khiyar
tiga hari” maksudnya penjual memberi batas waktu kepda pembeli untuk
memutuskan jadi tidaknya pemblian tersebut dalam waktu tiga hari. Apabila
pembeli mengiyakan, status barang tersebut sementara waktu ( dalam masa
khiyar) tidak ada pemiliknya.
3) Khiyar aibi ( cacat ), adalah pembeli boleh mengembalikan barang yang di
belinya jika terdapatcacat yang dapat menguragi kualitas atau milai barang
tersebut, namun hendaknya dilakukan sesegera mungkin.
13
11. Macam-macam riba
a). Riba fadli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya.
Misalnya cincin emas 22 karat sebesar 10 gram ditukar dengan emas 22 karat
namun seberat 11 gram. Kelebihanya itulah yang termasuk riba.
b). Riba qodri adalah pinjam meminjam dengan syarat harus memberi kelebihan
saat mengembalikannya. Misalkan si A bersedia meminjami si B uang sebesar
Rp100.000,00 asal si B bersedia mengembalikan sebesar Rp 115.000,00. Bunga
pinjaman itulah yang di sebut riba.
c). Riba yadi, adalah akad jual beli barang sejenis dan sama timbangannya,
namun penjual dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima.seperti
penjualan kacang atau katela yang masih di dalam tanah.
d). Riba nasi’ah, adalah akad jual beli dengan penyerahan barang beberapa
waktu kemussdian. Misalnya, membeli buah buahan yang masih kecil-kecil di
pohonya, kemudian di serahkan setelah besar-besar atau setelah layak di petik.
Atau, membeli padi sebelum musim kemarau, tetapi diseahkan setelah panen.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa jual beli itu di
perbolehkan dalam islam. Hal ini dikarenakan jual beli adalah sarana manusia
dalam mencukupi kebutuhan mereka, dan menjalin silatuhrahmi antara mereka.
Namun demikian, tidak semua jual beli diperbolehkan. Ada juga jual beli yang
dilarang karena tidak memenuhi rukun atau syarat jual beli yang sudah
disyariatkan. Rukun jual beli adalah adanya akad (ijab kabul), subjek akad jeng
objek akad yang kesemuanya mempunyai syarat-syarat yang harus di penuhi,
dan itu semua telah di jelaskan di atas. Walaupun banyak perbedaan pendapat
dari kalangan ulama dalam menentukan rukun dan syarat jual beli, namun pada
intinya terdapat kesamaan, yang berbeda hanyalah perumusannya saja, tetapi
inti dari rukun dan syaratnya hampir sama.
Dalam jual beli juga dikenal istilah khiyar, yaitu hak memilih yang
diberikan kepada pembeli untuk meneruskan untuk membatalkannya karena
suatu hal. Hal ini dilakukan untuk kemaslahatan masing-masing pihak yang
melakukan transaksi, dan ini pun perbolehkan pleh islam.
SARAN
15
Allah swt telah berfirman bahwasannya allah memperbolehkan jual
beli dan mengharamkn riba. Maka dari itu, jauhilah riba dan jangan
sampai kita melakukan riba. Karena sesungguhnya riba dapat merugikan
orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
https://salafy.or.id/blog/2003/07/01/hukum-jual-beli-dalam-islam/
https://www.bing.com/images/search?view=detailV2&id=5347282722
22EDC8E9E637A940D4D3F6815C5BC9&thid=OIP.kvWSs93V8XlJ
NEuodZLaNgHaEW&mediaurl=https%3A%2F%2Fcalongurusekol
ahdasar.files.wordpress.com%2F2013%2F06%2Funtitled1.jpg&exp
h=340&expw=579&q=GAMBAR+ANIMASI+JUAL+BELI&selected
index=1&ajaxhist=0&vt=0&eim=1,6
http://evendimuhtar.blogspot.com/2015/07/jual-beli-dalam-
islam.html?m=1
Buku paket pendidikan agama islam dan budi pekerti ( edisi revisi
2017)
16