Anda di halaman 1dari 17

RESENSI NOVEL

DILAN 1990 : PIDI BAIQ

Disusun oleh :

SMA NEGERI 1 CIWIDEY


2022

i
Kata Pengantar
Dengan peran aktif siswa, pendidik lebih mudah mengawasi perkembangan siswa
melalui media pembelajaran. Dengan adanya media pembelajaran yang up to date,
diharapkan siswa- siswi dapat menyelaraskan materi belajar dengan
Sehubungan dengan materi pembelajaran kelas 11 semester dua yaitu resensi novel,
siswa diajak praktik secara langsung mengamati bentuk novel yang sudah dikemas menjadi
film. Dilan 1990 merupakan agenda pembelajaran resensi novel yang diselenggarakan
sekolah dalam menunjang dan menfasilitasi materi pembelajaran.
Puji Tuhan yang telah memberikan kesempatan kepada saya atas karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan resensi novel Dilan 1990 ini.
Saya menyadari bahwa resensi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena saya
memaklumi apabila ada kritik maupun saran yang menuju tulisan saya ini. Mudah-mudahan
resensi ini dapat bermanfaat. Sekian terima kasih.

17 Mei 2022

Penyusun

ii
Daftar Isi

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
A. IDENTITAS BUKU 1
a. Judul Buku 1
b. Pengarang 1
c. Penerbit 1
d. Tahun Terbit 1
e. Jumlah Halaman 1
f. Cover 1
B. SINOPSIS 2
C. UNSUR INTRINSIK 3
1. Tema 3
2. Alur 3
3. Penokohan / Perwatakan 3
a. Tokoh Utama 3
b. Tokoh Prontagonis 5
c. Tokoh Antagonis 8
4. Sudut Pandang 9
5. Gaya Bahasa / Majas 9
6. Setting 10
a. Latar Tempat 10
b. Latar Waktu 11
c. Latar Suasana 12
7. Amanat 13
D. KELEBIHAN 14
E. KELEMAHAN 14
F. PENILAIAN 14

iii
RESENSI
DILAN 1990 Karya Pidi Baiq

A. IDENTITAS BUKU

a. Judul Buku : Dilan : Dia adalah Dilanku tahun 1990


b. Pengarang : Pidi Baiq
c. Penerbit : Pastel Books
d. Tahun Terbit : 2014
e. Jumlah halaman : 346 halaman
f. Cover :

1
B. SINOPSIS

Sebuah sekolah SMA di Bandung membawa kisah sendiri bagi sosok Milea Adnan
Husain dalam novel “Dilan : Dia adalah Dilanku tahun 1990” Novel ini menceritakan
kisah cintanya dengan seorang peramal amatir. Saat ia berjalan menuju sekolah, ia
dikejutkan oleh seorang teman sekolahnya yang tiba- tiba meramal sosok Milea bahwa
mereka nanti akan bertemu di kantin. Namun, ramalan itu tidak terjadi sehingga Milea
tidak mengambil pusing untuk melupakan kejadian yang dialami pagi hari saat berjalan
menuju sekolahnya.
Kejadian itu tidak menghentikan rasa perasaan Milea mengenai keanehan yang
dilakukan sosok peramal kepadanya. Dialah Dilan, sosok peramal sekaligus Panglima
Motor yang sangat aneh. Suatu ketika, Dilan mendatangi rumah Milea dengan
memberikan sebuah surat , yang membuat Milea sangat penasaran adalah isi surat itu
yang sangat aneh dan lucu. Suatu hari, saat Dilan mengikuti Milea pulang dengan angkot
ia berkata, “Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore.
Tunggu aja”. Perkataan Dilan itu membuat hati Milea berdebar-debar sekaligus tertawa
sinis, mungkin ia kaget atas ucapan Dilan. Milea diam mendengar ucapan itu, ia juga
memikirkan Beni, pacarnya yang ada di Jakarta. Oleh karena itu ia harus menjaga jarak
dengan Dilan.
Berbagai cara yang dilakukan oleh Dilan untuk mendapatkan hati Milea. Namun cara
yang dilakukan oleh Dilan berbeda dengan laki-laki pada umumnya. Ketika ia memberi
sebuah hadiah ulang tahun kepada Milea berupa TTS (Teka Teki Silang) yang anehnya
sudah diisi semua : SELAMAT ULANG TAHUN, MILEA.INI HADIAH UNTUKMU,
CUMA TTS. TAPI SUDAH KUISI SEMUA. AKU SAYANG KAMU. AKU TIDAK
MAU KAMU PUSING KARENA HARUS MENGISINYA. DILAN ( Dilan 1990) ‘
Ketika ia membawa Bi Asih, tukang pijat disaat Milea sakit. Dilan yang pintar, baik
hati dan romantis akhirnya berhasil meluluhkan hati sosok Milea. Sosoknya yang puitis,
peduli dan membuat Milea selalu merindukan kehadirannya baik bertemu langsung
maupun lewat telepon. Berbagai ucapan Dilan yang dilontarkan kepada Milea menambah
rasa cintanya kepaa Dilan. Tak hanya dekat dengan sosok Dilan, Milea juga cukup dekat
dengan ibunda Dilan sebagai tempat sandaran keduanya dengan Dilan, Milea banyak
bercerita mengenai anaknya dan begitu pula ibunda Dilan.Pada suatu saat Dilan
mengatakan kepada Milea “ Jangan bilang kalo ada orang yang menyakitimu, orang itu
nanti pasti hilang“
Pagi itu, Milea sedang mencari Dilan di kantin Bi Eem, ia tidak menemukan Dilan
disana. Ditemukannya teman-teman Dilan ; Anhar, Piyan, dan Susi. Namun, di tempat Bi
Eem itulah Milea dibuli oleh teman-teman Dilan termasuk Anhar, teman dekat Dilan
yang berujung pada tamparan yang mengenai Milea oleh Anhar.
Mendengar itu, Dilan langsung tak terima seketika itu langsung menghampiri dan
menghajar Anhar.
Pembelaan Dilan terhadap Milea banyak mengubah sikap Dilan yang selama ini lebih
akrab dengan teman geng motornya. Singkat cerita, setelah Dilan menghajar Ahnar ia
bersama Dilan langsung ke warung Bi Eem. Disitulah terukir sejarah yang mengubah
status Dilan dan Milea menjadi pasangan baru, status itu ditandai dengan
penandatanganan naskah proklamasi yang menyatakan mereka resmi berpacaran dengan
bubuhan perangko di masing sisi kertas proklamasi tersebut.

2
C. UNSUR INTRINSIK

1. Tema

Percintaan
Selain romantis, sekolah itu adalah tempat yang banyak menyimpan
kenangan. Terutama menyangkut dengan seseorang yang sangat aku cintai,
yang pernah mengisi hari-hariku di masa lalu, yang malam ini kisahnya ingin
aku ceritakan kepadamu.

2. Alur

Alur Mundur
Sebelumnya, aku mau cerita dulu dimana posisiku yang sekarang.
Malam ini, aku sedang di ruang kerjaku bersama hot lemon tea dan lagu-lagu
Rolling Stones, di kawasan Jakarta Pusat, di rumah yang aku tempati bersama
suamiku sejak tahun 1997.

3. Penokohan/ perwatakan
a. Tokoh Utama

1) Dilan
a) Romantis
“Hey, Milea”
“Iya”
“Tahu gak kenapa aku gak langsung jujur ke kamu?”
“Jujur apa?”
“Jujur bilang ke kamu, aku mencintaimu?”
“He he he he”

b) Humoris
Waktu ada pertanyaan :
“ Jelaskan latar belakang pergeseran kekuasaaan yang membentuk
undang-undang dari Presin menjadi kewenangan DPR?”
Kau tahu Dilan jawab apa, setelah dia berhasil mijit bel lebih awal ?
Dia menjawab dengan tenang :
“Tidak tahu, Pak!”
Semua orang ketawa. Aku tidak! Serius, aku tidak! Aku malah jengkel
kepadanya.

c) Nakal
Sang Peramal itu ada di sana, berdiri di depan, menghadap ke
arah kami, bersama dua kawannya. Berdiri di sana karena dibawa oleh
guru BP, setelah berhasil ditemukan dari tempatnya sembunyi, untuk
menghindar ikut upacara bendera.
d) Pemberani

3
Untunglah gurunya Pak Rahmat, dan Dilan juga kayaknya tahu
Pak Rahmat itu baik, sehingga itulah maka dia berani. Atau, itu Cuma
kebetulan. Tapi kukira, dia pasti akan berani meski siapa pun gurunya.

e) Kreatif
Apa yang dia lakukan benar-benar istimewa, sesuatu yang
berbeda yang tidak pernah terpikir orang

f) Cerdas
Hari itu adalah hari Sabtu, belajar di kelas ditiadakan, karena
ada acara seleksi pemilihan siswa terbaik yang akan mewakili sekolah
menjadi peserta Cerdas Cermat di TVRI. Pesertanya diambil dari
setiap kelas yang tercatat selalu mendapatkan ranking 1,2, da n 3.Mau
tahu tidak, siapa siswa yang ditunjuk dari kelas 2 Fisika 1 ? Dia adalah
Dilannnn!

g) Peduli
Dilan mengirim Bi Asih ke rumahku untuk memijat badanku
yang sakit.

h) Jail
“Emak pernah dianterin, gak taunya mampir dulu ke warung.”
“Emak disuruh cerita pacaran Emak sama suami Emak waktu muda,”
jawab Bi Asih.

i) Solidaritas tinggi
Tapi, ini Anhar! Tadi juga dia ikut kumpul dengan Dilan di
warung Bi Eem.

2) Milea
a) Cuek
Ketika ada terbayang wajahnya, langsung kupejamkan mataku,
agar dengan begitu aku bisa mengusirnya, karena aku merasa itu gak
perlu dan gak penting !

b) Selektif
Atau kalau itu baginya adalah modus untuk mendekati diriku,
dia harus segera tahu bahwa aku orangnya selektif.

c) Peduli
Beni bilang gitu sambil menunjukkan jari telunjuknya hampir
deket ke wajah Nandan. Nandan kulihat seperti ketakutan. Aku
langsung merasa kasihan kepadanya dan gak enak rasanya

d) Masa bodoh
“Mau cinta, mau enggak. Dengar, ya, hai, kamu yang namanya
Dilan. Terseraaahhh! Itu urusanmu ! Emang gua pikiriiin !?”

4
e) Rajin
Di hari Minggu, waktu sedang mencuci sepatu, aku mendengar
bel berbunyi, karena dipijit oleh tamu.

f) Perasa
Aku merasa mulai senang berbicara dengannya bahkan ingin
lama. Berbicara dengannya aku merasa seolah-olah bisa berbicara
tentang segala setuatu! Dan kalau aku harus jujur, aku juga merasa
mulai suka kepadanya.

g) Mawas diri
Meskipun saat itu banyak orang yang pada mau pergi sekolah,
aku tetap waspada, khawatir barangkali dia mau berbuat buruk
kepadaku.

b. Tokoh Prontagonis

1) Ibunda Milea
a) Baik
“Jadi penasaran, pengen ketemu, kayak apa, sih, dia (Dilan) ?”

b) Perhatian
Tak lama kemudian, ibuku datang membawa minuman,
ditemani Si Bibi yang membawa makanan
“Seadanya, Bunda,” jawab ibu ikut-ikutan manggil Bunda

2) Wati
a) Peduli
Wati, teman sekelasku, mungkin dia jengkel. Dihampirinya
Dilan, an melemparkan buku pelajaran ke arahnya.

b) Kasar
“Kalau aku marah, mau apa?” Wati balik nanya sambil mendongakkan
kepalanya seperti orang yang sedang menantang.

3) Fariz, paman Milea


a) Baik
Hari hujan saat bubaran sekolah. Aku dijemput pamanku. Dia
itu adik dari ayahku, mahasiswa Jurusan Arsitektur tingkat akhir di
perguruan tinggi swasta yang ada di Bandung.

4) Bibi
a) Amanah

5
Sesampainya di rumah, Si Bibi memberi aku surat. Itu surat
yang terbungkus dalam amplop warna ungu.

b) Perhatian
Si Bibi ngetuk pintu, manggil-manggil, menyuruh aku untuk
makan.
5) Piyan
a) Setia kawan
Orang itu namanya Piyan, siswa dari kelas 12 Fisika 1, datang
memberiku surat, katanya itu surat titipan dari kawannya, tapi tidak
disebut nama kawannya.

b) Ramah dan mudah bergaul


Piyan ketawa. Aku juga ketawa. Gampang sekali bisa langsung
akrab dengannya. Dia memang ramah dan tipe orang yang mudah
bergaul dengan siapa pun, sehingga aku jadi langsung bisa lancar
berkomunikasi dengan dia, seolah-olah aku sudah lama mengenalnya.

6) Nandan
a) Mau tahu urusan orang
Nandan nanya ingin tahu surat apa itu, tapi kubilang itu surat
biasa saja.

b) Baik
Aku setuju, kalau ada yang bilang Nandan orangnya baik. Dan,
kalau aku boleh jujur, Nandan lebih tampan dari Dilan.

c) Penakut
Beni bilang gitu sambil menunjukkan jari telunjuknya hampir
deket ke wajah Nandan. Nandan kulihat seperti ketakutan. Aku
langsung merasa kasihan kepadanya dan gak enak rasanya

d) Peduli
Di hari kedua aku sakit, beberapa kawan sekelas datang ke
rumah untuk menjenguk aku. Nandan juga ikut

7) Bi Asih
a) Baik
Kawan- kawan bersikap seperti orang yang menyimak kisah Bi
Asih bersama Dilan.

8) Bi Eem
a) Perhatian
“Neng, udah. Jangan beramtem,” kata Bi Eem berdiri dari memasak
bala-bala.

b) Religius

6
“Bi Eem shalat dulu, ya?” kata Bi Eem.
“Iya, Bi Eem,” jawab Dilan

9) Ibu Rini
a) Baik dan pengertian
“Iya. Ibu ngerti,” kata Bu Rini
“Ibukku juga guru, kakakku juga gur,” kata Dilan
“Iya. Dilanharus maklum, dia (Suripto) memang begit, kan?” kata Bu
Rini

10) Hamid Kepsek


a) Baik dan pengertian
Kepala Sekolah duduk di bangku yang tadi aku duduki. Aku
berdiri di dekat Ibu Rini.
“Ada apa, Dilan?” tanya Kepala Sekolah kemudian.
Dia nampaknya sedang berusaha bicara hati-hati, karena
khawatir Dilan akan juga menyerangnya.

11) Rani
a) Amanah
Itu hari Selasa, aku dapat surat dari Dilan. Entah bagaimana dia
bisa nitip suratnya ke Rani

b) Peduli
“Eh Yan,” tiba-tiba Rani nanya ke Piyan. “ Wati gak sekolah ,
ya?”

12) Ibunda Dilan


a) Baik hati
Bunda (Bunda Dilan) memang sudah bilang mau mengantar
aku pulang.

b) Ramah dan mudah bergaul


Bunda bersalaman dengan ibuku dan Kang Adi. Aku salaman
dengannya dan mencium tangannya.

13) Kang Adi


a) Perhatian dan rela berkorban kepada Milea
Kataku kepadanya :
“Kang, kayaknya Lia gak bisa pergi, deh.”
“Kenapa?”
“Capek sekali”
“Padahal, Kang Adi udah ngebatalin janji sama orang.”

14) Disa
a) Homoris
“Tahu gak nama panjangku?” Disa nanya ke aku.

7
“Apa nama panjangnya?” kutanya
“Disaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!”
“He he he.” Aku ketawa.

15) Pak Aslan


a) Pengertian
“Duduk dulu, Lan,” kata Pak Aslan dengan nada hati-hati sambil
memandangku kesal.
b) Bijaksana
Pak Aslan, guru olahraga, keluar dari ruang guru dan memberi
instruksi kepada semua siswa yang berkerumun untuk bubar.

c. Tokoh Antagonis

1) Beni
a) Penyayang
Beni sangat menyayangiku. Aku juga begitu kepadanya.

b) Membosankan
Ah, Beni kurang asyik ! Maksudku, mungkin aku merasa bosan
dengan Beni dengan itu-itu melulu. Monoton an juga biasa !

c) Kasar
Beni bilang gitu sambil menunjukkan jari telunjuknya hampir
deket ke wajah Nandan. Nandan kulihat seperti ketakutan. Aku
langsung merasa kasihan kepadanya dan gak enak rasanya.

2) Ahnar
a) Kurang ajar dan troublemaker
Anhar juga katanya pernah ditahan polisi karena melakukan
tindak kriminal, merampas barang orang dengan tindak kekerasan di
jalan raya.

3) Susi
a) Pembenci
Matanya (Susi) itu, menyiratkan perassan dia yang tak suka
kepadaku.

b) Kasar
“Siapa lu! Ikut campur?” tamya Susi kepadaku, membuat aku
kaget.

3) Suripto
a) Kasar
Pak Suripto menampar Dilan. Dilan balas menampar Pak
Suripto. Sebelum Pak Suripto menampar lagi, Dilan keburu
memukulnya dengan pukulan yang bertubi.

8
b) Tidak sopan
“Bapak harus tau, Si Suripto juga melakukan pelecehan. Ada
siswa perempuan yang ngadu ke kami,” kata Dilan

c) Penakut
Ada Pak Suripto, tetapi dia memilih untuk diam, seolah dia
sedang mencari aman dengan tidak mau ambil risiko berurusan dengan
Dilan.

4. Sudut Pandang

Sudut pandang orang pertama serba tahu


Akan kutulis semuanya sesuai dengan apa yang terjadi waktu itu,
meskipun tidak akan begitu detail, tapi itulah intinya

5. Gaya Bahasa / Majas

a. Pleonasme
Dinding rumahnya terbuat dari kayu yang sudah lapuk dimakan waktu
b. Retoris
Kamu bisa membayangkan bagaimana perasaaanku waktu itu?
c. Anafora
Aku lekas masuk kamar bersama piring makan malamku dan bersama
perasaanku yang tak karuan.
d. Simile
Aku sempat menduga segera setelah itu beberapa siswa akan memberi
siulan atau sesuatu semacam sorakan, nyatanya tidak, tetap sunyi, seolah-
olah semuanya bagai terbius.
e. Hiperbola
Bagiku, itu adalam sekolah yang paling romantis se-dunia, atau kalo
enggak, minimal se- Asia, lah.
f. Paradoks
Bangunannya sudah tua, tapi masih bagus karena keurus.
g. Litotes
Tak lama kemudian, ibuku datang membawa minuman, ditemani Si Bibi
yang membawa makanan
“Seadanya, Bunda,” jawab ibu ikut-ikutan manggil Bunda
h. Repetisi
Dan dia, maksudku beliau, adalah sumber, adalah sumber darah yang
mengalir ke tubuh Dilan!

6. Setting/ Latar
a. Latar Tempat :

9
1) Bandung
Pagi itu, di Bandung, pada bulan September tahun 1990, setelah
turun dari angkot, aku jalan menuju sekolahku sebagaimana yang
lainnya yang juga sama begitu.

2) Jalan menuju sekolah


Pagi itu, di Bandung, pada bulan September tahun 1990, setelah
turun dari angkot, aku jalan menuju sekolahku sebagaimana yang
lainnya yang juga sama begitu.

3) Ruang kelas
Di kelas, selain Nandan, ada juga Rani dan Agus, semuanya
teman sekelas.

4) Kamar Milea
Aku masuk ke kamar dan senyum sendiri terutama karena
memikirkan soal ramalannya yang benar.

5) Lapangan sekolah
Hari Senin, di tengah-tengah barisan siswa yang ikut upacara,
aku berharap tidak ada satu orang pun yang tahu bahwa diam-diam
mencari dirinya, meskipun aku sendiri tidak tahu untuk apa juga
kucari.

6) Di dalam angkot
Di angkot, dia duduk di sampingku. Aku benar-benar kikuk dan
mati gaya.

7) Kantin
Di kantin, pada waktu istirahat, aku duduk satu meja dengan
Nandan, Dito, Jenar, dan Rani.

8) Aula sekolah
Acara itu diselenggarakan di aula sekolah. Pesertanya diambil
dari tiap kelas, sebanyak tiga orang, yaitu mereka yang tercatat sebagai
siswa yang selalu mendapat ranking 1,2, dan 3.

9) Bus
Aku duduk di bangkuku ditemanu Sarah, Ibu Sri, Wati, dan
Rani. Mereka berusaha untuk membuat aku tenang.

10) TVRI Jakarta


Aku ikut dan senang karena bisa ke Jakarta, untuk sekalian
nostalgia. Tapi aku kecewa, karena Dilan tidak ikut !

11) Rumah Milea

10
Di ruang tamu, aku duduk di bagian ujung kiri sofa.

12) Ruang guru


Terdengar pengumuman upacara bendera dibubarkan. Aku,
Piyan, Akew, dan beberapa guru, membawa Dilan ke ruang guru.
Di sana, kami duduk bersama Ibu Rini, Pak Syaiful, Pak Aslan,
dan Ibu Pipi (Pegawai TU waktu itu)

13) Bakso akung


Dilan membawaku ke tempat “Bakso Akung”.

14) Jalan Buah Batu


Aku pergi dengan Dilan, menyusuri Jalan Buah Batu yang sepi.

15) Rumah Dilan di daerah Riung Bandung


Di daerah Riung Bandung, kami memasuki halaman rumah.

16. Lapangan basket sekolah


Aku dan Rani segera pergi keluar dan mendapati orang-orang
berkerumun di lapangan basket.
“Ada apa?” tanyaku kepada seseorang yang ada di situ.
“Dilan berantem!”

b. Latar Waktu :

1) Pagi hari
Pagi itu, di Bandung, pada bulan September tahun 1990, setelah
turun dari angkot, aku jalan menuju sekolahku sebagaimana yang
lainnya yang juga sama begitu.

2) Bulan September 1990


Pagi itu, di Bandung, pada bulan September tahun 1990, setelah
turun dari angkot, aku jalan menuju sekolahku sebagaimana yang
lainnya yang juga sama begitu.

3) Hari Minggu
Di hari Minggu, waktu sedang mencuci sepatu, aku mendengar
bel berbunyi, karena dipijit oleh tamu.

4) Hari Senin
Hari Senin, di tengah-tengah barisan siswa yang ikut upacara,
aku berharap tidak ada satu orang pun yang tahu bahwa diam-diam
mencari dirinya, meskipun aku sendiri tidak tahu untuk apa juga
kucari.

5) Waktu istirahat sekolah

11
Waktu istirahat, tadinya aku mau ke kantin, tapi sama sekali
bukan untuk memenuhi ramalan anak itu.

6) Setelah usai shalat Isya


Setelah usai shalat Isya,aku dapet telepon dari Beni. Dia bicara
lama sekali. Atau sebentar ? Tapi, aku merasa itu sangat lama sekali.

7) Hari Selasa
Itu hari Selasa, aku dapat surat dari Dilan. Entah bagaimana dia
bisa nitip suratnya ke Rani

8) Malam hari
Malamnya, Dilan benar-benar datang.

9) Hari Sabtu
Hari itu adalah hari Sabtu, belajar di kelas ditiadakan, karena
ada acara seleksi pemilihan siswa terbaik yang akan mewakili sekolah
menjadi peserta Cerdas Cermat di TVRI

10) Hari Rabu


Hari Rabunya, ibu Dilan datang ke sekolah. Wati yang
memberitahuku bahwa orang itu ibunya Dilan.

c. Latar Suasana:

1) Mendung
Bubar dari sekolah, cuaca sedang mendung, aku pulang
bersama teman- teman. Ada Dilan menyusulku dengan motornya.

2) Sunyi
Aku sempat menduga segera setelah itu beberapa siswa akan
memberi siulan atau sesuatu semacam sorakan, nyatanya tidak, tetap
sunyi, seolah-olah semuanya bagai terbius.

3) Deg-degan
Satu sesi menampilkan tiga grup. Grup A, B, dan C. Ketika tiba
giliran Dilan bersama grupnya harus tampil, aku langsung deg-degan!

4) Gak karuan
Dengan perasaan gak karuan, aku mencoba menenangkan
keadaan dengan memperkenalkan Nandan kepadanya.

5) Ribut

12
Suasana jadi ribut. Barisan menjadi berantakan, terutama
barisan kelasku karena masing-masing menghindar untuk tidak terkene
pukulan yang nyasar.

6) Sepi
Aku pergi dengan Dilan, menyusuri Jalan Buah Batu yang sepi,
hanya ada satu dua mobil saja yang lewat, tak ada banyak motor,
maksudku tentu saja bukan Buah Batu yang sekarang, tapi Jalan Buah
Batu tahun 90-an.

7) Murung
Di sekolah, hari itu, kalau kamu bertemu denganku, mungkin
akan melihatku nampak murung.

8) Romantis
Aku senyum dan menengok kanan kiri. Setelah bisa kupastikan
bahwa tidak ada orang, lalu kucium pipi kirinya. Cuma sebentar, habis
itu, ya, sudah.

9. Bahagia
Saat itu, perasaanku bagai melambung ke angkasa yang sangat
luas dan penuh oleh warna kesukaan

7. Amanat / Pesan

a. Dalam pergaulan, contohlah hal-hal yang postif dan hilangkan segala


unsur negatif.
b. Berpikiran positif akan selalu membawa kebaikan.
c. Permasalahan sebaiknya diselesaikan secara baik-baik agar tidak ada pihak
yang dirugikan.
d. Kalah jadi abu menang jadi arang, artinya kalah dan menang tidak ada
bedanya jika dalam hal keburukan.
e. Apa pun jabatannya, siapa pun orangnya, jika ingin dihargai orang lain
harus pula menghargai orang lain.
f. Tetap menjalin komunikasi dan sosialisasi dengan baik terhadap semua
orang, termasuk orang yang tidak kita kenal.

13
D. KELEBIHAN

Novel bertajuk percintaan antara Milea dan Dilan dikemas oleh Pidi Baiq dengan bahasa
yang mudah dan cenderung luwes (tidak kaku). Dengan bahasa yang mudah dipahami,
pembaca novel dengan sangat luas dapat mengilustrasikan adegan-adegan yang ada dalam
novel “Dilan: Dia adalah Dilanku tahun 1990” Meskipun novel ini sangat tebal, Pembaca
tidak mudah bosan karena warna hubungan romantis Dilan dan Milea yang caranya tidak
biasa jika dibanding pasangan pada umumnya. Sosok Dilan yang bijaksana membuat para
pembaca khususnya wanita akan terbius atas perkataannya yang romantis. Mungkin bagi
Pembaca yang sudah pernah mengalami masa SMA akan mengalami euforia nostalgia
ketika membaca novel ini.

E. KELEMAHAN

Deskripsi tokoh yang digambarkan dalam novel ini kurang detail, sehingga pembaca juga
kurang dalam mengambil kesimpulan mengenai tokoh yang ada. Selain itu, novel “
Dilan: Dialah Dilanjutkan tahun 1990” membuat Pembaca merasa terasa digantung
karena kisah cerita masih belum sampai ke titik akhir dimana kisah mereka akhirnya,
meskipun ada novel selanjutnya yaitu “Dia adalah Dilanku Tahun 1991” sebagai
kelanjutan kisah mereka.

F. PENILAIAN

Bagi penggemar novel bergenre romantis, novel “Dilan : Dialah Dilanku tahun 1990”
inilah rekomendasi yang bagus. Khususnya bagi Pembaca yang ingin merasakan
flashback masa-masa SMA yang sudah pernah dilalui. Latar belakang Bandung dalam
novel ini seakan membawa Pembaca terbawa suasana Bandung yang asri. Novel ini
sangat menarik dibaca karena kisah percintaan yang dialami Dilan dan Milea sangatlah
tidak mainstream, beberapa tulisan sengaja dibuat oleh Pidi Baiq untuk menghibur
Pembacanya. Penulis menyelipkan humor-humor yang akan membuat Pembaca tertawa
sendiri. Sangat disarankan bagi Anda yang menyukai kisah romantis untuk membaca
kisah-kisah cinta antara Dilan dan Milea dari awal hingga akhir.

14

Anda mungkin juga menyukai