Anda di halaman 1dari 8

RESENSI NOVEL MILEA SUARA DARI DILAN

°IDENTITAS BUKU NOVEL :

Judul : MILEA, SUARA DARI DILAN

Nama Penulis : Pidi Baiq

Penerbit : Pastel Books

Tahun Terbit : 2017

Tebal Buku : 360 Halaman

Halaman Buku : 360

Sudut Pandang : Orang Pertama Serba Tahu

SINOPSIS NOVEL :

Novel ini menceritakan pengenalan singkat Dilan waktu dia masih kecil, kira-kira waktu
masih berumur 5 tahun, pernag ingin menjadi macan walaupun itu tidak mungkin. Dia pernah
menamai sepedanya dengan nama "mobil derek". Dia juga pernah sholat menggunakan mukena.

Setelah SMA, Dilan kesekolah tidak lagi naik sepeda melainkan naik motor. Pulangnya
nongkrong di warung kang Ewok. Disana dia biasa berkumpul dengan teman-temannya.
Diwarung bi Eem disitulah Dilan mendengar nama Milea.
Seseorang gadis cantik yang berasal dari Jakarta. Dilan ingin melakukan pendekatan dengan
Milea, Dilan minta do'a pada bundanya agar lancar.

Setelah banyak yang sudah Dilan lakukan dalam rangka mendekati Milea, Waktu akhirnya
datang. Tanggal 22 Desember tahun 1990 di Bandung tepatnya diwarung bi Eem, Dilan resmi
berpacaran dengan Milea Adnan Husaein. Dinyatakan secara lisan dan tulisan, yang lengkap
dibubuhi tanda tangan mereka berdua diatas materai masing-masing merasa di maui ,mereka
sangat diterima dan membiarkan kesempurnaan di dalam berpacaran.

Kesehariannya berpacaran dengan Milea sangat romantis dan juga seru saat berbicara di atas
motornya Dilan. Dilan membuat begitu banyak puisi yang indah untuk Milea. Kelakuan Dilan
yang konyol selalu membuat milea tertawa dan juga merasa senang.

Suatu ketika Dilan putus dengan Milea. Itu semua terjadi karena sebuah kesalahpahaman
antara Dilan dan Milea yang disebabkan oleh kematian temannya yang bernama Akew, Milea
mengira bahwa kematian Akew disebabkan oleh perselisihan antara geng motor.

Milea marah kepada Dilan, karena Dilan juga merupakan anggota geng motor, Milea khawatir
kalau Dilan juga akan mengalami hal yang sama seperti Akew. Milea menyuruh Dilan keluar
dari geng motor, namun Dilan tetap saja tidak menghiraukannya, Milea marah kepada Dilan
sampai tidak mau diajak bicara,dan lainnya yang biasa mereka lakukan jika bersama. Itulah yang
disebabkan Dilan dan Milea putus. Setelah putus dengan Milea, Dilan merasa kesepihan dan
benar-benar rindu pada Milea.

Setelah lulus SMA, Dilan melanjutkan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi Negri di
Bandung. Sebulan setelah Burini wafat, Dilan bertemu lagi dengan Milea di acara reuni SMA,
dia datang dengan Mas Herdi, Dilan merasa senang bisa berkumpul lagi dengan teman-teman
sesama SMA karena sudah lama tidak bertemu

Disaat Dilan sudah melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi Negri di Bandung, dia
kehilangan seorang ayahnya yang biasa ia anggap seorang pahlawan, kini Dilan kehilangan
semangat hidupnya, tetapi dia tetap tegar menghapinya dan ikhlas.

USUR INTRINSIK

1. Tema

Novel ini bertema Percintaan

Bukti :“ Judulnya hampir sama, tetapi Cuma beda tahunnya saja. Buku kedua ini adalah
periode berikutnya yang akan menceritakan saat-saat Milea sudah mulai berpacaran
dengan Dilan di tahun 1991!”

2. Latar

a) Latar Sosial Budaya

“Dulu, anak-anak geng motor, hampir pasti adalah anak dari keluarga ekonomi
menengah ke atas karena faktanya hanya kalangan merekalah yang mampu beli motor.
Berbeda dengan sekarang, hampir semua orang sudah bisa beli motor atau memiliki
motor. Udah pada berkecukupan atau karena jaman sekarang sudah ada kemudahan
kredit.
Jadi, dengan begitu, pada zaman dulu, syarat untuk bisa menjadi anggota geng motor
adalah, selain mau bergabung, harus punya orangtua atau keluarga dengan ekonomi
berkecukupan.”

b) Latar Tempat

1. “Di kamar tidur, aku merasa tak berdaya, gelisah dan bingung. Aku begitu Ielah namun
benar-benar tak bisa tidur. Sebagian dan diriku bergolak dalam kecemasan dan
ketakutan. Pikiranku sepenuhnya dipenuhi oleh banyak pertanyaan dan gelisah. “

2. “Di kelas, sebelum pelajaran dimulai, aku ngobrol sebentar dengan Milea dikelasnya,
tentang kejadian Akew.Dan resiko yang akan didapat oleh Aku berupa ancaman putus.
Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Aku cuma bisa bingung!”

3. “Kami menyusuri Jalan Mutiara, terus ke JaPan Buah Batu, keialan Karapitan, keialan
Sumbawa, keialan Aceh, terus ke Jalan Merdeka tempat di mana BIP itu berada.”

4. “Ketika motor berhenti di depan gerbang sekolah, Milea langsung turun, dan
memberikan uang seribu kepadaku yang masih duduk di motor. Itu adalah uang yang
sudah dia siapkan sebelum sampai.”

5. “ Hari itu, aku janji ingin ke Yogyakarta ,untuk pergi mendaftarkan ke Universitas yang
ada disana. ”

6. "Aku bertemu Milea dipemakaman BuRini,Dia bersama

MasHerdy."

7. "Kami seluruh siswa-siswi alumni SMA Bandung

mengadai reunian,dan disitu Aku bertemu lagi dengan

Milea Adnan Husein dengan MasHerdy."

c) Latar Waktu

1. “ Waktu itu, tanggal 22 Desember 1990, sekitar pukul tiga sore, aku dan Milea berdua
naik motor menyusuri Jalan Buah Batu untuk mengantar aku pulang. ”

2. “ Itu sudah Sabtu sore, tanggal 7 Juni 1997. ”

3. “Hari Sabtunya,pagipagi,orang-orang di rumah pada sibuk dengan kegiatannya masing-


masing.”

4. “Hari Kamis, tanggal 27 Desember 1990, acara Porseni di sekolahku dimulai. Porseni
adalah akronim dan Pekan Olahraga dan Kesenian. Berbagai kegiatan olahraga dan
kesenian diselengganakan dalam bentuk acara perlombaan.”

5. "Kira-kira jam 9:00 malam,ayahku datang kekantor polisi,

aku terkejut ketika dia datang."

6. "Pada 1997,yaitu waktu aku sudah kuliah, ada kabar bahwa

tempat biliar itu diserbu oleh kelompok tertentu."


7. "Tapi itu sudah pukul 11:00 malam,tidak enak rasanya

kalau harus menelpon balik"

d) Latar Suasana

1. Bahagia

“ Rasanya, jalan itu, Jalan Buah Batu itu, bukan lagi milik Pemkot, bukan lagi milik
Bapak Ateng Wahyudi (Wali Kota Bandung waktu itu), melainkan milik aku dan milea.
Sebagai keindahan yang nyata bahwa Dinas Bina Marga telah sengaja membuat jalan itu
memang khusus untuk kami. Khusus untuk merayakan hari resmi kami mulai berpacaran
pada hari itu. ”

2. Senang

"Berasa sangat dingin, tetapi pada kenyataannya, menyenangkan! Berdua dengan Milea,
bersama cinta yang dapat dirasakan tanpa perlu banyak penjelasan!"

3. Romantis

"Itulah harinya, hari yang kuingat, sebagai hari yang menyenangkan bagiku, berdua di
atas motor dalam guyuran hujan akhir Desember, pada tahun 1990, di Bandung!"

4. Bimbang

"Saat itu, sebenarnya aku ingin membahas soal serius, yaitu soal kemungkinan Milea
akan memutuskanku. Tapi aku tidak ingin merusak suasana, dan sepertinya dia juga tidak
ingin membicarakan soal itu."

5. Bingung

"Aku betul-betul masih bingung dan sangat emosional saat itu. Kutepis tangannya untuk
meyakinkan dia bahwa bukan saatnya untuk bercanda!"

6. Semangat

"Piyan menceritakannya dengan penuh semangat,membuat

diriku semangat juga!"

7. Kesepian

"Pukul delapan malam.Aku bangun. Bumi rasanya sepi sekali. Entah bagaimana, aku
selalu merasa kesepian, setiap saat aku sedang rindu ke Miela.Aku selalu merasa ingin
ada dirinya, setiap kali dia tak ada. Aku akan merasa sunyi, setiap aku tidak mendengar
kabar Milea."

8. Alur

Novel Milea,suara dari Dilan ini memiliki alur mundur yaitu pada tahun 1990 dan 1991 ,
Dilan diceritakan dalam novel ini, adalah sosok cowok remaja kelas dua SMA yang
memiliki karakter diri yang otentik. Ia selalu juara satu dalam kelasnya, rebel namun
cerdas, memiliki jiwa revolusioner. Tapi kita juga akan menemukan Lupus dalam Dilan,
dia orang yang humoris, seneng iseng dan asiknya nyleneh. Dilan adalah penikmat
karya-karya sastra, koran Tempo dan pengagum tokoh-tokoh revolusioner. Ia orang yang
unik, ia memiliki gaya romantisnya tersendiri. Sedangkan milea sendiri digambar sebaik
cewek cantik baik , soleh dan juga sangat mencintai dilan. Hubungan Milea dengan
Dilan tak melulu lancar. Perlu diingat, Dilan adalah anak geng motor dan Milea ditaksir
oleh banyak cowok. Beragam konflik terjadi karena hal tersebu. Tidak begit
mendebarkan, namun tetap kuat. Dan selalu, konflik yang terjadi selalu berujung pada
suasana yang manis.

e) Sudut Pandang

Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu, pengarang menceritakan
kisah percintaan antara Dilan dan Milea yang diceritakan sangat menarik, pengarang
bukan sebagai tokoh utama melainkan seperti dalang yang serba tahu mengenai kisah
percintaan sepasang remaja SMA ini.

f) Unsur Ekstrinsik

1. Gaya Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam novel ini tidak menggunakan bahasa yang baku dan
mudah dimengerti dan juga bahasa remaja sehari-harinya,tapi dalam novel ini ada
beberapa menggunakan bahasa sunda sebagai penguat karena kejadian itu berasal dari
Bandung.Tapi dalam novel terdapat artinya agar pembaca tidak bingung.

2. Nilai Moral

Nilai moral yang ada pada buku novel milea,suara dari dilan

cukup baik untuk kehidupan sehari-hari dari cara mereka

Dilan yang mengejar kesuksesannya di Perguruan tinggi

Universitas,tetapi ada kurang baiknya dalam Geng motor

Yang tidak baik untuk dijadikan dalam kehidupan sehari hari

3. Nilai Sosial

Nilai sosial yang ada pada novel Dilan dan

teman-temannya yang tidak pernah sungkar untuk

berkumpul diwarung biEem atau KangEwok untuk berbagi

cerita,dan mereka juga saling menolong dan menasehat.

4. Nilai Budaya

Nilai budaya dalam novel yaitu mereka

menggunakan bahasa sunda untuk khas daerahnya yaitu

Bandung. Tingkah laku juga meniru kebarat-baratan dalam

berpakaiannya siDilan yaitu jaket jeans yang ia kenali

5. Nilai Religius
Nilai religiusnya yaitu Dilan selalu mengucapkan Salam

"Assalamualaikum" ketika ia ingin datang atau pergi dari

suatu tempat,Dilan juga menjalankan ibadah sholat

ketika kecil menggunakan mukena,mereka nyelayat BuRini

(Gurunya)dan juga mereka nyelayat Akew(Temannya)

6) Nilai Pendidikan

Nilai pendidikan yaitu mereka masih SMA dan Dilan

bertemu dengan Milea yaitu disekolahnya Tepatnya di Bandung

g) Tentang Tokoh

1) Dilan diceritakan dalam novel ini, adalah sosok cowok remaja kelas dua SMA yang
memiliki karakter diri yang otentik. Dilan adalah anggota geng motor lebih tepatnya
panglima tempur dan menjadi salah satu "jagoan" sekolah tapi otaknya cerdas. Ia
selalu juara satu dalam kelasnya, cerdas, memiliki jiwa revolusioner. Dia orang yang
humoris, seneng iseng dan asiknya.Dilan adalah penikmat karya-karya sastra, koran
Tempo dan pengagum tokoh-tokoh revolusioner. Ia orang yang unik, ia memiliki
gaya romantisnya tersendiri.

2) Milea, Seorang anak remaja yang memiliki rambut yang panjang dan tebal. Ia selalu
menapakkan dirinya dalam cara yang baik, bahkan ketika sedang makan. Milea
memiliki sifat yang mudah berbaur terhadap orang lain.

3) Ayah Dilan adalah seorang anggota TNI-AD. Sebagai prajurit sejati, Ia adalah
seorang yang cukup galak namun Ayah bisa berubah menjadi seorang yang manis
dan romantic kepada keluarganya. Ayah memilik badan yang besar.

4) Anhar adalah ketua geng motor Dilan.Sebelum mereka menjadi sahabat, Dilan
mengenal Anhar ketika ia ingin masuk SMA, yaitu saat aku Dilan pulang dari P4
(Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila). Di awal buku, sudah ada gambaran
dari Anhar yaitu memilik rambut yang sedikit keriting. Dan untuk sifatnya, ia
termasuk memiliki solidaritas yang cukup namun hal ini disayangkan karena
memiliki sifat ceroboh.

5) Bundanya Dilan dalah seorang ibu yang baik,pengertian

terhadap apa yang anaknya inginkan dan dia sangat sekali sayang dengan Dilan,dia
juga ingin Dilan selalu bersama Milea namun akhirnya berpisah.

6) Remi Moore adalah waria yang suka mengamen di perempatan Binong, Bandung.
Nama "Moore" sendiri dibuat olehnya karena terinspirasi oleh artis Hollywood yang
lagi terkenal dengan film GHOST di zaman itu, yaitu Demi Moore. Remi Moore
merupakan pendengar yang baik dan pemberi nasihat yang bijak. Ia juga memiliki
wawasan yang luas dan memiliki selera humor yang tinggi.
Majas dalam novel

1) Majas Metafora

 Karena, pengalaman akan terus sepanjang waktu memengaruhi hidup seseorang.

 Mudah-mudahan, setelah ini, kita bisa menjadi bijaksana dengan tidak mengadili masa
lalu oleh keadaan di masa kini.

 Pokoknya, Bunda adalah sumber kenyamananku. Dia memangil kami dengan menyebut
kami: "Anak Bunda", dan dia menganggap itu sebagai suatu penghormatan untuk dia
menjadi bisa bilang: "Anak Bunda, mari bantu Bunda membersihkan kamar mandi."

 -Sepertinya, ayah tahu dia memiliki waktu yang sibuk sehingga merasa harus
menghemat waktu yang baik untuk keluarganya. Bukan kuantitas, katanya, tapi kualitas.

 Aku selalu berpikir bahwa aku memiliki masa kecil yang benar-benar bahagia. Aku
selalu merasa tidak punya masalah apa pun dengan keadaan diriku. Dan aku menikmati
masa kecilku dengan kadang-kadang percaya bahwa pohon-pohon itu bisa bicara
menggunakan bahasanya sendiri.

 Hidupku adalah ceritaku. Diriku adalah diriku, baik ketika sendiri atau ketika bersama
orang lain. Aku tidak tertarik untuk mengubah seseorang agar sama dengan diriku, dan
jangan ada yang tertarik untuk mengubah diriku agar sama dengan dirimu.

2) Majas Personifikasi

 Aku merasa senang. Sangat senang, seperti segala sesuatu akhirnya mampu meyakinkan
diriku bahwa dunia ini menyenangkan dan Lia adalah keindahan Indonesia.

 Ah, sendirian di tengah suara hujan, suasananya semakin membuat aku merasa kacau.
Aku memproses banyak perasaan pada waktu yang sama. Aku merasa seperti kehilangan
kekuasaan atas diriku sendiri. Meskipun, aku tahu ini bukan akhir dunia, tetapi hatiku
sedang kurasai berantakan.

 Dia benar-benar seperti rindu yang terus tumbuh untukku di setiap situasi.

 Rasa sedih jika ada, itu harus berbatas untuk memberi peluang munculnya harapan pada
hari-hari berikutnya, mengejar impian dan meraih kebahagiaan bersama seseorang yang
dapat menghabiskan sisa hidup kita dengannya. Mudah-mudahan kita kuat, ya Lia,
sekuat Kehidupan, Cinta dan Pemahaman. Rasa sedih dan kegagalan tidak selalu berarti
kekalahan.

3) Majas Sarkasme

- "Aaah, bukan geng motor yang harus dibubarin,"

"Yang harus dibubarin itu, pokoknya siapa aja yang jahat, siapa aja yang kriminal."

- "Kalau dia bilang 'Anjing' ke kamu, ya harus kamu gigit dia,"

"Kan, kata dia juga kamu anjing.

"Kalau dia bilang 'Monyet' ke kamu, ya harus dicakar. Kata dia juga, kan, kamu
monyet,"
h) Kelebihan dan kekurangan pada buku novel

Kelebihan:

Cover bukunya simple dan bagus, cocok dengan warna backgroundnya.

Bahasa yang digunakan mudah dipahami pembaca dan tidak bertele-tele.

Terdapat gambar-gambar yang membuat novel menjadi tidak monoton.

Puisi-puisinya bagus, seperti puisi yang berjudul Kekuatan halaman 132 dan Untuk Lia
halaman 192.

Novel ini mengajarkan kita agar tetap tegarketika putus dengan pacar. Seperti yang Dilan
ceritakan di bagian Masa-masa Jauh dari Lia halaman 231.

Kelakuan Dilan yang konyol serta apa adanya membuat pembaca menjadi terhibur. Seperti
waktu Dilan masih umur lima tahun ingin menjadi macan tapi itu tidak mungkin, memberi
nama sepedanya Mobil Derek, memberi nama ikan cupangnya Moci Cianjur, dan masih
banyak lagi. Novel ini juga bisa menjadi pelajaran untuk pembaca bagaimana taktik
menguasai wanita.

Kekurangan :

Untuk pembaca yang belum membaca novel pertama dan kedua, pasti akan merasa digantung
dan kurang puas ketika membaca novel Milea Suara dari Dilan. Karena ada beberapa
kejadian yang Dilan bahas, tetapi tidak diceritakan lebih detail. Penulis hanya menceritakan
apa-apa yang diperlukan dengan tanpa harus mengulang apa yang sudah diceritakan pada
kedua novel sebelumnya.

I. Kesimpulan pada buku novel

Kesimpulan atau amanat yang dapat kita ambil dari novel milea suara dari dilan ini menurut
saya adalah janganlah mudah berprasangka atau berasumsi dengan kabar yang belum pasti ,
namun apabila kita telah terkecoh dengan prasangka yang tidak pasti maka hadapilah hasil
dari itu semua, dengan menerima kenyataan dan terus menlanjutkan hidup dengan lebih
berbesar hati. Yang menjadi pandangan tersendiri dari novel dilan ini adalah nuansa 90an.
Buku ini adalah mesin waktu yang mengajak kita untuk melihat kembali bagai mana pacaran
tanpa ponsel dan hanya mengandalkan telepon rumah serta betapa sakralnya surat
cinta.Karena terbatas dan selalu berjeda, komunikasi antara Dilan dan Milea saat mereka tak
bersama jadi sebuah komunikasi yang istimewah, Cerita cinta jaman dulu yang tak serba
instan dan selalu memiliki kualitasnya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai