NORMATIVE THEORY
Dosen :
DIMAS AKHSIN AZHAR
Disusun oleh :
Muhamad Nirpan Hadiansyah – 45200001
Contoh Kasus :
1. Kasus Ojek Vs Gojek
Keberadaan ojek online seperti Go-Jek dan GrabBike semakin
banyak di Jakarta. Kemunculan mereka justru membuat ojek konvensional
berang karena dianggap mengambil rejeki mereka.
Di berbagai daerah, kontra terhadap ojek online pun bermunculan.
Bahkan, ojek konvensional tak segan memasang spanduk penolakan.
Melihat hal itu, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau
Ahok, menilai, masyarakat harus mendapat penjelasan sebaik mungkin
tentang keberadaan ojek online ini. Sehingga tidak ada salah paham dan
saling melukai."Saya kira mesti sampaikan saja bahwa niat Go-Jek itu
bukan mau menyusahkan ojek konvensional. Justru sekarang sama saja.
Sama kayak kita tawarkan Kopamilet dan Kopaja dengan sistem rupiah per
kilometer. Awalnya mereka memang menolak. Setelah kami jelaskan
akhirnya mereka mengerti. Daripada ngetem, cari-cari penumpang kenapa
tidak ikut kami rupiah per kilometer," kata Ahok di Balaikota,
Konsep itu sama dengan yang dilakukan para ojek online. Mereka
tidak perlu pusing mencari penumpang, karena sudah ada yang mencari para
tukang ojek melalui aplikasi yang telah diunduh.
"Contohnya kamu naik ojek dari sini ke Ancol. Habis antar ke Ancol
pasti kamu pulangnya kosong enggak bawa penumpang. Soalnya kamu
enggak tahu di Ancol itu siapa yang mau pesan ojek. Jadi dengan Go-Jek.
Kamu sambil jalan lalu tahu ternyata di sekitar Ancol ada orang yang butuh
ojek. Langsung kamu bisa jawab permintaan ojek itu dan jemput," tutur
Ahok.
Sebenarnya ojek online ini mirip dengan sistem taksi yang sudah ada
di Jakarta. Mereka menggunakan radio untuk saling berkomunikasi dan
mendapatkan penumpang.
"Nah ini sebagian orang enggak paham. Suruh aja testimoni tukang
ojek," pungkas Ahok