Suatu pendekatan yang telah diterapkan oleh Burrel dan Morgan pada
analisis organisasional dapat digunakan untuk membedakan empat
wawasan penelitian dalam akuntansi, yaitu pandangan fungsionalis,
pandangan interpretif, pandangan humanis radikal, dan pandangan
struktural radikal (Burrel, Morgan dkk, 1979).
Positif Teori dan Kebijakan
Akuntansi
2
Teori Agensi
Tuntutan akan informasi keuangan dapat dikelompokkan kedalam
tujuan pelayanan atau tujuan pengambilan keputusan. Atkinson
dan Feltham berpendapat bahwa teori agensi lebih
mempertimbangkan pelayanan atas tuntutan akan sebuah
informasi. Teori ini berfokus pada hubungan dimana
kesejahteraan pemilik diperayakan kepada agen dalam hal ini
manajer. Atkinson dan Feltham menjelaskan bahwa tuntutan akan
pelayanan informasi terkait untuk memotivasi agen dan
mendistribusikan resiko secara efisien.
2
Teori Agensi (Lanjutan)
Teori agensi berfokus pada dampak laporan setelah kejadian
pada ketidakpastian setelah kejadian. Atkinson dan Feltham
melihat peranan penetapan standar sebagai salah satu
identifikasi situasi dimana peningkatan kesejahteraan akan
diperoleh dari kebijakan mengenai pelaporan keuangan yang
sudah ditentukan sebelumnya. Teori agensi menggambarkan
kerangka untuk mempelajari kontrak antara pemilik modal dan
agen dan untuk memprediksi konsekuensi ekonomi dari suatu
standar.
3 Teori Regulasi
1. Teori Kepentingan Publik:
Menurut kerangka teoritis, regulasi dimaksudkan untuk melindungi
kepentingan konsumen dengan cara meningkatkan kinerja ekonomi
dibandingkan dengan situasi yang tidak diatur. Sebuah kegagalan
pasar terjadi ketika terdapat kegagalan pada salah satu kondisi
penting yang diharapkan dapat mempengaruhi pasar yang kompetitif.
Sebagai contoh dari kegagalan potensial antara lain:
a.Kurang adanya kompetisi, misalnya pada pasar monopoli dan
oligopoly;
b.Adanya hambatan untuk masuk ke pasar;
c.Adanya kesenjangan informasi antara penjual dan pembeli,
d.Beberapa
Teori jenis produk
kepentingan publikmerupakan barang pada
ini didasarkan milik asumsi
publik bahwa
dimanaekonomi
untuk
memperolehnya
pasar merupakanhanya perlu pasar
sekumpulan sedikit biaya
tidak atau atau
sempurna bahkan tidak
mengalami
memerlukan transaksi,
kegagalan biaya sama sekali.
dan jika dibiarkan tanpa dikoreksi akan
mengakibatkan hasil yang tidak sesuai dan tidak efisien. Hal ini
juga didasarkan pada asumsi bahwa:
1.Kepentingan konsumen diartikan sebagai aksi legislatif melalui
operasi internal pasar;
2.Terdapat agen, yakni kelompok politisi dan kelompok yang mewakili
kepentingan publik yang memandang regulasi dengan mengatasnamakan
kepentingan publik;
3.Pemerintah tidak mempunyai peran independen dalam proses
Perkembangan Akuntansi di Indonesia
3 Teori Regulasi
2. Teori Potret Regulasi (Capture Theory):
Teori kedua untuk memahami regulasi pelaporan keuangan adalah teori
potret. Teori ini menyatakan bahwa meskipun tujuan regulasi adalah
untuk melindungi kepentingan publik sebagaimana dibahas sebelumnya,
tujuan ini tidak dapat tercapai karena dalam proses pembentukan
regulasi, para pihak yang diatur oleh regulasi melakukan intervensi
kepada regulator atau pembuat regulasi.
Teori potret ini berasumsi bahwa pertama, semua anggota masyarakat
secara ekonomi adalah rasional oleh karenanya individu akan
mengejar kepentingan pribadi dimana manfaat marjinal dari melobi
para pembuat regulasi setara dengan biaya marjinal yang
dikeluarkan. Asumsi kedua, sama halnya seperti teori kepentingan
publikini
Teori bahwa pemerintah
sesuai tidak memiliki
di bawah situasi peran regulasi:
dimana entitas independen dalam
proses regulasi
1.Mengontrol dan dan
regulasi pihak
badanyang berkepentingan
pembuat regulasi; berupaya untuk
mengendalikanmengoordinasikan
2.Berhasil kekuasaan pemerintah
aktivitasuntuk
badanmencapai
regulasidistribusi
menurut
kekayaan yang
aktivitas mereka
mereka inginkan
sehingga kepentingan pribadinya terpenuhi;
3.Menetralisir kondisi yang tidak mencapai kinerja melalui badan
regulasi;
4.Dalam proses interaksi dengan pembuat regulasi, berhasil mengajak
para pembuat regulasi memiliki perspektif yang sama hingga
menemukan regulasi yang mereka cari.
Perkembangan Akuntansi di Indonesia
3 Teori Regulasi
2. Teori Potret Regulasi (Capture Theory):
Regulator atau badan pembuat regulasi juga mencatat,
mengimpelementasikan dan dalam skala lebih besar mengevaluasi
dampak proses kebijakan di suatu area yang diatur oleh regulasi.
Kondisi ini dapat terpenuhi jika,:
1.Terdapat entitas klien dalam jumlah sedikit;
2.Individu dari badan pembuat regulasi melakukan kontak secara
teratur dengan sekumpulan individu dari entitas yang ditur oleh
regulasi dan berasal dari industri yang diatur oleh regulasi atau
berpotensi bekerja dalam industri yang diatur oleh regulasi;
3.Industri yang diatur oleh regulasi mengontrol informasi yang
dibutuhkan oleh regulasi;
4.Terdapat
Alasan kompleksitas
utama teori inidari informasi
berfokus danfakta
pada produk;mengenai keputusan
5.Badan pembuat
regulasi regulasi
yang pada palingberpengaruh
umumnya tidak memiliki
besarsumber
pada daya minimum
kepentingan
dari industri
industri yang yang mereka
diatur atur.
oleh regulasi. Sebaliknya kelompok diluar
industri seperti masyarakat umum dan konsumen mengalami situasi
yang berbeda dimana individu yang memutuskan suatu regulasi menjadi
sangat kecil bahkan tak terlihat. Teori potret regulasi berpendapat
bahwa badan profesi akuntansi atau sektor usaha akan berupaya
mengendalikan penetapan standar akuntansi yang mengatur pelaporan
anggotanya.
Perkembangan Akuntansi di Indonesia
3 Teori Regulasi
3. Teori Kepenting Pribadi:
Teori ketiga ini muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap dua
teori sebelumnya yakni teori kepentingan publik dan teori potret
regulasi. Asumsi teori sebelumnya mengatakan bahwa regulasi muncul
karena reaksi pemerintah sebagai akibat tuntutan publik untuk
memperbaiki inefisiensi dan ketidakadilan dalam praktik-praktik
yang dilakukan baik oleh individu maupun organisasi – dimana asumsi
ini ditentang oleh George Stigler (1971).
b. Kebijakan Akuntansi:
Dengan berkembangnya prosedur akuntansi yang digunakan
oleh berbagai perusahaan dan bahkan di dalam perusahaan
yang sama, komparabilitas langsung antara laporan-
laporan keuangan menjadi lebih sukar. Salah satu solusi
yang diusulkan adalah suatu upaya untuk mengurangi
jumlah alternatif dengan harapan bahwa keseragaman akan
secara otomatis memungkinkan komparabilitas.
c. Perubahan Akuntansi:
Penggunaan prinsip dan prosedur akuntansi secara
konsisten sudah lama dianggap esensial dalam evaluasi
atas aktivitas perusahaan dan dalam proyeksi aktivitas
masa depan. APB 20 mendukung pandangan ini, tetapi
menyatakan bahwa bila dibenarkan, perubahan semacam itu
harus diungkapkan dalam laporan keuangan ketika
perubahan dilakukan. Hal ini harus disertai oleh
justifikasi untuk perubahan itu. Perubahan akuntansi
mencakup perubahan dalam prinsip akuntansi, dalam
estimasi akuntansi, dan dalam satuan usaha yang
melaporkan.
PENGUNGKAPAN PERISTIWA
PASCA LAPORAN