FOSFORILASI OKSIDATIF
OLEH
KELOMPOK II
B. Fosforilasi Oksidatif
Fosforilasi oksidatif adalah suatu lintasan metabolisme dengan
penggunaan energi yang dilepaskan oleh oksidasi nutrien untuk menghasilkan
ATP, dan mereduksi gas oksigen menjadi air. Walaupun banyak bentuk
kehidupan di bumi menggunakan berbagai jenis nutrien, hampir semua organisme
menjalankan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP, oleh karena efisiensi
proses mendapatkan energi, dibandingkan dengan proses fermentasi alternatif
lainnya seperti glikolisis anaerobik.
Menurut teori kemiosmotik yang dicetuskan oleh Peter Mitchell, energi
yang dilepaskan dari reaksi oksidasi pada substrat pendonor elektron, baik pada
respirasi aerobik maupun anaerobik, perlahan akan disimpan dalam bentuk
potensial elektrokemis sepanjang garis tepi membran tempat terjadinya reaksi
tersebut, yang kemudian dapat digunakan oleh ATP sintase untuk menginduksi
reaksi fosforilasi terhadap molekul adenosina difosfat dengan molekul Pi.
Elektron yang melekat pada molekul sisi dalam kompleks IV rantai transpor
elektron akan digunakan oleh kompleks V untuk menarik ion H+ dari sitoplasma
menuju membran mitokondria sisi luar, disebut kopling kemiosmotik, yang
menyebabkan kemiosmosis, yaitu difusi ion H+ melalui ATP sintase ke dalam
mitokondria yang berlawanan dengan arah gradien pH, dari area dengan energi
potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju matriks dengan energi potensial
lebih tinggi. Proses kopling kemiosmotik juga berpengaruh pada kombinasi
gradien pH dan potensial listrik di sepanjang membran yang disebut gaya gerak
proton. Dari teori ini, keseluruhan reaksi kemudian disebut fosforilasi oksidatif.
Awal lintasan dimulai dari elektron yang dihasilkan oleh siklus asam sitrat yang
ditransfer ke senyawa:
NAD+ yang berada di dalam matriks mitokondria. Setelah menerima elektron,
NAD+ akan bereaksi menjadi NADH dan ion H+, kemudian mendonorkan
elektronnya ke rantai transpor elektron kompleks I.
dan FAD yang berada di dalam rantai transpor elektron kompleks II. FAD
akan menerima dua elektron, kemudian bereaksi menjadi FADH2 melalui
reaksi redoks.
Walaupun fosforilasi oksidatif adalah bagian vital metabolisme, ia
menghasilkan spesi oksigen reaktif seperti superoksida dan hidrogen peroksida
pada kompleks I. Hal ini dapat mengakibatkan pembentukan radikal bebas,
merusak sel tubuh, dan kemungkinan juga menyebabkan penuaan. Enzim-enzim
yang terlibat dalam lintasan metabolisme ini juga merupakan target dari banyak
obat dan racun yang dapat menghambat aktivitas enzim.
Reduksi koenzim Q dari bentuk ubikuinon (Q) menjadi ubikuinol yang tereduksi
(QH2).
Kompleks I
Oksidasi NADH akan menghasilkan NAD+ yang diperlukan untuk siklus asam
sitrat dan oksidasi asam lemak,
Reaksi oksidasi NADH di atas dikopling oleh reaksi deiodinasi hormon tiroksin
dengan promoter berupa peroksidase dan H2O2, sedangkan reduksi Q akan
mentranspor elektron ke kompleks berikutnya hingga pada akhirnya digunakan
untuk mereduksi oksigen menjadi air.
Awal mula reaksi terjadi ketika NADH berikatan dengan kompleks I dan
menyumbang dua elektron. Elektron tersebut kemudian memasuki kompleks I via
FMN, suatu gugus prostetik yang melekat pada kompleks. Tambahan elektron ke
FMN mengubahnya menjadi bentuk tereduksi, FMNH2. Elektron kemudian
ditransfer melalui rangkaian gugus besi-sulfur. Kemudian elektron ditransfer ke
Q, mengubahnya menjadi QH2, dan menyebabkan 4 ion H+ terpompa keluar,
menuju ke dalam sitoplasma, bukan ke dalam ruang antarmembran, oleh karena
kompleks I terikat oleh 3 lapisan membran mitokondria. Pada sel prokariota
Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae, kompleks I tidak meletupkan ion H+,
melainkan ion Na+.
Terdapat baik jenis gugus besi-sulfur [2Fe-2S] maupun [4Fe–4S] dalam
kompleks I. Kopling yang terjadi dengan siklus asam sitrat,
Kompleks II
oksidasi
reduksi
oksidasi kofaktor
oksidasi dengan substrat berupa asam lemak yang disebut lintasan oksidasi
ß, katabolisme beberapa asam amino dan kolina, kemudian mentransfer
elektronnya ke dalam kompleks II.
Pada mamalia, lintasan metabolisme ini sangat penting dan enzim yang
berperan adalah asil-KoA dehidrogenase. Reaksi yang terjadi:
oksidasi
reduksi kofaktor
Kompleks III juga dikenal sebagai kompleks enzim UCCR yang memiliki
11 berkas genetik UQCR. Pada mamalia, enzim ini berupa dimer, dengan tiap
kompleks subunit mengandung 11 subunit protein, satu gugus besi-sulfur [2Fe-
2S], dan tiga sitokrom yang terdiri dari satu sitokrom c1 dan dua sitokrom b.
Sitokrom adalah sejenis protein pentransfer elektron yang mengandung paling
tidak satu gugus heme. Atom besi dalam gugus heme kompleks III berubah dari
bentuk tereduksi Fe (+2) menjadi bentuk teroksidasi Fe (+3) secara bergantian
sewaktu elektron ditransfer melalui protein ini.
Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks III adalah oksidasi satu molekul
ubikuinol dan reduksi dua molekul sitokrom c. Tidak seperti koenzim Q yang
membawa dua elektron, sitokrom c hanya membawa satu elektron.
Oleh karena hanya satu elektron yang dapat ditransfer dari donor QH2 ke
akseptor sitokrom c, mekanisme reaksi kompleks III lebih rumit daripada
kompleks lainnya, dan terjadi dalam dua langkah yang disebut siklus Q. Pada
langkah pertama, enzim mengikat tiga substrat, pertama, QH2 yang akan
dioksidasi kemudian dengan satu elektron dipindahkan ke sitokrom c yang
merupakan substrat kedua. Dua proton yang dilepaskan dari QH2 dilepaskan ke
dalam ruang antarmembran. Substrat ketiga adalah Q, yang menerima dua
elektron dari QH2 dan direduksi menjadi Q.-, yang merupakan radikal bebas
ubisemikuinon. Dua substrat pertama dilepaskan, namun zat antara ubisemikuinon
ini tetap terikat. Pada langkah kedua, molekul kedua QH2 terikat dan kemudian
melepaskan satu elektronnya ke akspetor sitokrom c. Elektron kedua dilepaskan
ke ubisemikuinon yang terikat, mereduksinya menjadi QH2 ketika ia menerima
dua proton dari matriks mitokondria. QH2 ini kemudian dilepaskan dari enzim.
Kompleks IV
Enzim ini memediasi reaksi terakhir pada rantai transpor elektron dan
mentransfer elektron ke oksigen, manakala memompa proton melewati membran.
Oksigen yang menerima elektron, juga dikenal sebagai akseptor elektron terminal,
direduksi menjadi air. Baik pemompaan proton secara langsung maupun konsumsi
proton matriks pada reduksi oksigen berkontribusi kepada gradien proton.
Menurut Keilin, reaksi yang dikatalisis oleh sitokrom c dan reduksi oksigennya
adalah:
5. Pengorganisasian kompleks-kompleks
Model awal bagaimana rantai kompleks respiratori ini terorganisasikan
adalah bahwa kompleks-kompleks ini berdifusi dengan bebas dan terbebas dari
membran mitokondria. Namun, data-data terbaru mensugestikan bahwa
kompleks-kompleks ini kemungkinan membentuk struktur berorde tinggi yang
disebut superkompleks ataupun "respirasom." Berdasarkan model superkompleks
ini, berbagai jenis kompleks ini terdapat dalam bentuk sehimpunan enzim-enzim
yang berinteraksi dan terorganisasi. Asosiasi ini mengijinkan penyaluran substrat
di antara berbagai kompleks enzim, sehingga meningkatkan laju dan efisiensi
transfer elektron. Dalam superkompleks mamalia, beberapa komponen kompleks
akan lebih banyak daripada yang lainnya, dengan beberapa data mensugestikan
rasio antara kompleks I/II/II/IV dan ATP sintase kira-kira 1:1:3:7:4. Walau
demikian, perdebatan mengenai hipotesis superkompleks ini masihlah belum
berakhir, karena beberapa data tampaknya tidak sesuai dengan model ini.
6. ATP sintase (kompleks V)
ATP sintase, juga disebut kompleks V, adalah enzim terakhir dalam
lintasan fosforilasi oksidatif. Enzim ini ditemukan di seluruh organisme hidup dan
berfungsi sama pada prokariota maupun eukariota. Enzim ini menggunakan energi
yang tersimpan pada gradien proton di sepanjang membran untuk mendorong
sintesis ATP dari ADP dan fosfat (Pi). Perkiraan jumlah proton yang diperlukan
untuk mensintesis satu ATP berkisar antara tiga sampai dengan empat, dengan
beberapa peneliti yang mensugestikan bahwa sel dapat memvariasikan rasio ini
sesuai dengan kondisi.
Mekanisme ATP sintase. ATP ditunjukkan dengan warna merah, ADP dan fosfat
dalam warna merah jambu, dan subunit γ yang berputar dalam warna hitam.
A. Kesimpulan
1. Rantai transpor elektron adalah tahapan terakhir dari reaksi respirasi aerob.
Transpor elektron sering disebut juga sistem rantai respirasi atau sistem
oksidasi terminal. Transpor elektron berlangsung pada krista (membran
dalam) dalam mitokondria.
2. Fosforilasi oksidatif adalah suatu lintasan metabolisme dengan penggunaan
energi yang dilepaskan oleh oksidasi nutrien untuk menghasilkan ATP, dan
mereduksi gas oksigen menjadi air. Walaupun banyak bentuk kehidupan di
bumi menggunakan berbagai jenis nutrien, hampir semua organisme
menjalankan fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP, oleh karena
efisiensi proses mendapatkan energi, dibandingkan dengan proses fermentasi
alternatif lainnya seperti glikolisis anaerobik.
B. Saran
1. Untuk kesempurnaan dan perbaikan dari makalah ini maka disarankan kepada
pembaaca untuk memberikan tanggapan dan kritik terhadap pembahasan
dalam makalah ini
2. Makalah ini merupakan resume dari berbagai sumber, untuk lebih mendalami
isi makalah kiranya dapat merujuk pada sumber aslinya yang tercantum dalam
daftar pustaka.
DAFTAR PUSTAKA