Anda di halaman 1dari 31

FOSFORILASI OKSIDATIF

1. Fosforilasi bersifat Oksidasi


Energi yang diperlukan untuk membentuk ATP dari ADP + Pi di dalam mitokondria
didapatkan dari proses pengangkutan elektron dalam rantai pernafasan yang berlokasi dalam
membran mitokondirion. Proses ini disebut dengan fosforilasi bersifat oksidasi atau
fosforilasi rantaii pernafasan. Dalam hal ini tiga molekul ATP dihasilkan untuk setiap pasang
elektron yang dibawa dari NADH ke O2 atau dua ATP untuk pengangkutan elektron dari
ubikuinon ke O2. Dengan demikian tiap substrat yang melepaskan elektronnya ke NADH
akan menghasilkan tiga ATP dan mereduksi satu atom oksigen, sehingga nisbah P terhadap O
(harga P/O) untuk substrat ini adalah 3.
Tabel 4.2 Harga P/O beberapa tahap reaksi dalam asam trikarboksilat
Tahap Reaksi Harga P/O
Piruvat asetil Co-A 3
Isositrat -ketoglutarat 3
-Ketoglutarat suksinil Co A 3
Suksinat Fumarat 2
Malat Oksaloasetat 3

Persamaan reaksi keseluruhan proses fosforilasi rantai pernafasan adalah:


NADH + H+ + 3ADP + 3Pi + O2 NAD+ + 4H20+ 3ATP
Yang dapat dipecah menjadi dua bagian yaitu komponen reaksi eksergoniknya,
NADH + H+ + O2 NAD+ + H2O
Dan komponen reaksi endogorniknya,
3ADP + 3Pi 3ATP (Wirahadikusumah, 1985)

Proses fosforilasi oksidatif


Organisme kemotrop memperoleh energi bebas dari oksidasi molekul bahan bakar,
misalnya glukosa dan asam lemak. Pada organisme aerob, akseptor elektron terakhir adalah
oksigen. Namun elektron tidak langsung ditransfer langsung ke oksigen, melainkan dipindah
ke pengemban-pengemban khusus antara lain nikotinamida adenin dinukleotida (NAD+) dan
flavin adenin dinukleotida (FAD).
Pengemban tereduksi ini selanjutnya memindahkan elektron ke oksigen melalui rantai
transport elektron yang terdapat pada sisi dalam membran mitokondriaGradien proton yang
terbentuk sebagai hasil aliran elektron ini kemudian mendorong sintesis ATP dari ADP dan Pi
dengan bantuan enzim ATP sintase. Proses tersebut dinamakan fosforilasi oksidatif. Dalam
hal ini energi dipindahkan dari rantai transport elektron ke ATP sintase oleh perpindahan
proton melintasi membran. Proses ini dinamakan kemiosmosis.
Secara ringkas fosforilasi oksidatif, terdiri atas 5 proses dengan dikatalisis oleh
kompleks enzim, masing-masing kompleks I, kompleks II, kompleks III, kompleks IV dan
kompleks V
Dalam fosforilasi oksidatif, daya gerak elektron diubah menjadi daya gerak proton
dan kemudian menjadi potensial fosforilasi. Fase pertama adalah peran komplek enzym
sebagai pompa proton yaitu NADH-Q reduktase, sitokrom reduktase dan sitokrom oksidase.
Komplek-komplek transmembran ini mengandung banyak pusat oksidasi reduksi seperti
flavin, kuinon, besi-belerang, heme dan ion tembaga. Fase kedua dilaksanakan oleh ATP
sintase, suatu susunan pembentuk ATP yang digerakkan melalui aliran balik proton kedalam
matriks mitokondria.

Mekanisme Fosforilasi Oksidatif


Masih belum ada kesepakatan bersama mengenai semua rincian fosforilasi oksidatif.
Meskipun demikian, suatu teori yang pertama-tama diajukan Peter Mitchell, berdasar pada
prinsip-prinsi kemiosmotis, memperoleh sambutan yang terus bertambah dan meluas. Teori
kemiosmotik adalah teori yang dikembangkan dari hipotesis kemiosmotik yang dicetuskan
Peter Dennis Mitchell sebagai hasil dari analisis ilmiah terhadap studi David Keilin pada
sistem sitokrom, serta studi Warburg dan Wieland pada respiratory hydrogen carriers, yang
kemudian berkembang menjadi konsep rantai pernapasan.
Teori ini mengutarakan transduksi energi selular yang dilepaskan dari reaksi oksidasi
pada substrat pendonor elektron, baik pada respirasi aerobik maupun anaerobik, perlahan
akan disimpan dalam bentuk beda potensial protonik sepanjang garis tepi membran tempat
terjadinya reaksi tersebut, yang kemudian dapat digunakan oleh ATP sintase untuk
menginduksi reaksi fosforilasi terhadap molekul adenosina difosfat dengan molekul Pi.
Beda potensial protonik yang terjadi memiliki aktivitas elektrik dan kimiawi menurut rumus:
catatan:
= H+, adalah gaya gerak proton
adalah gradien pH
adalah potensial membran
Z adalah faktor konvensional 2,303 RT/F, bernilai sekitar 60 pada 25 derajat Celcius
Terdapat Empat postulat FUNDS Teori inisial,
1. ATP sintase adalah ATPase reversibel kemiosmotik membran-terletak, memiliki
karakteristik + H + / P stoikiometri.
2. Rantai pernapasan dan photoredox yang kemiosmotik sistem membran-terletak,
memiliki karakteristik +-H + / 2e-stoikiometri, dan memiliki polaritas yang sama
proton translokasi melintasi membran untuk kegiatan ke depan redoks normal seperti
ATPase memiliki untuk hidrolisis ATP.
3. Ada proton-linked (atau hidroksil-ion-linked) sistem porter terlarut untuk stabilisasi
osmotik dan transportasi metabolit.
4. Sistem 1 sampai 3 terhubung melalui membran isolasi topologi tertutup, disebut
membran kopling, yang memiliki fase penghalang osmotik berair permeabilitas
rendah untuk zat terlarut secara umum dan ion hidrogen dan ion hidroksil pada
khususnya. Ini adalah membran krista mitokondria, membran tilakoid kloroplas, dan
membran plasma bakteri.
Pendapat dasar prinsip kemiosmotis adalah bahwa fosforilasi yang terkait-energi
dihasilkan dari pembentukan gradien proton lintas membran dalam mitokondria. Ini berarti
bahwa oksidasi substrat mitokondria menyebabkan pengeluaran proton-proton dari matriks
ke rongga antar membran, menaikkan kadar proton di rongga antar membran dan
menyebabkannya menjadi lebih asam. Energi yang disimpan kemudian dapat digunakan
untuk mendorong sintesis ATP oleh F1 atau untuk mendorong translokasi lain-lain ion,
sewaktu proton kembali ke ruang matriks lewat F0 dan F1 ( Montgomery,1993).
Postulat dasar teori kemiosmotik dapat diringkas sebagai berikut:
1) Sistem yang bertanggung jawab untuk fosforilasi oksidatif harus terikat membran.
2) Membran terdapatnya sistem-sistem ini tidak permeable terhadap ion-ion kecuali pada
kondisi terkait energi.
3) Terdapat sistem-sistem reduksi-oksidasi translokasi proton (dikenali sebagai rantai
respirasi) yang memompa proton ke bagian luar membran sewaktu oksidasi. Elektron
tidak melintasi membran halangan.
4) Ada sitem translokasi proton (dikenal sebagai F1) yang mensintesis ATP dan didorong
oleh aliaran balik proton.
5) Dalam membran terdapat juga sistem difusi penukaran yang mengaitkan translokasi
proton dengan penukaran ion-ion terpilih. Difusi bebas ion tidak mungkin dalam
membran ini.
Proses fosforilasi bersifat oksidasi pada rantai pernafasan terdiri dari tiga mekanisme
yang masing-masing berdiri sendiri, namun ketiganya dirangkaikan secara terkoordinasi
sedemikian rupa sehingga menghasilkan ATP dari ADP + Pi dan reduksi O 2 menjaid H2O.
Ketiga mekanisme itu adalah:
1) sintesis ATP dari ADP + Pi dikatalis oleh kompleks ATPaseyang terdapat pada permukaan
dalam membran-membran mitokondria.
2) mekanisme pengangkutan elektron sepanjang rantai pernafasan, yang juga terdapat dalam
membran dalam mitokondira.
3) suatu mekanisme yang berperan dalam merangkaikan kedua mekanisme tersebut diatas.
Mekanisme molekuler terbentuknya ATP (khususnya pembentukan energi ikatan
fosfat) dari ADP + Pi yang didorong oleh energi pengangkutan elektron sepanjang rantai
pernafasan, pada masa kini masih merupakan hal yang belum jelas. Namun demikian
dikemukakan adanya tiga hipotesis mengenai mekanisme fosforilasi bersifat oksidatif
tersebut yaitu hipotesis perangkaian secara kimia, perangkaian dengan perubahan
konformasi, perangkaian osmose kimia.
1. Hipotesis perangkaian kimia
Teori mekanisme ini merupakan hipotesis yang pertama kali dikemukakan. Menurut hipotesis
ini reaksi pengangkutan elektron yang menghasilkan energi dirangkaikan dengan reaksi yang
membutuhkan energi dari pembentukan ATP dari ADP + Pi, melalui senyawa kimia-antara
yang uum seperi halnya tahap reaksi glikolisis yang dikatalisis oleh enzim
gliseraldehidafosfat dehidrogenase.
3-fosfogliseraldehida + NAD+ + Pi 3-fosofogliseriol fosfat+NADH + H+
3-fosofogliseriol fosfat + ADP 3-fosogliserat + ATP
Dari reaksi diatas energi yang dihasilkan oleh oksidasi gugus aldehida menjadi gugus
karboksilat disimpan sebagai senyawa antara, 3-fosfogliserol fosfat. Selanjutnya bentuk
energi kimia ini diberika ke ADP menghasilkan ATP dan 3-fosfogliserat. Dengan demikian
terjadilah mekanisme perangkaian dua reaksi secara kimia. Hipotesis ini memberikan
penjelasan suatu mekanisme yang relatif sederhana, namun menunjukkan adanya dua
kekurangan. Pertama, senyawa-antara berenergi tinggi yang ada dalam hipotesis tersebut
sampai kini belum dapat diisolasi. Kedua, mekanisme yang sederhana ini dapat berlangsung
tanpa adanya membran sel, sehingga mekanisme fosforilasi bersifat oksidasi yang
memerlukan keterlibatan rantai pernafasan (yang berlokasi dalam membran mitokondria)
tidak dapat diterangkan secara terperinci dan mendalam oleh hipotesis ini.
2. Hipotesis perangkaian dengan cara perubahan konformasi
Mekanisme hipotesis ini didasarkan pada terjaidnya pemindahan energi yang dihasilkan oleh
proses pengangkutan elektron ke bentuk energi lain, yaitu perubahan konformasi molekul
pembawa elektron dalam rantai pernafasan. Perubahan ini khususnya menyangkut perubahan
konformasi faktor perangkai, F1 ATPase, yang berperan dalam merangkaikan reaksi
pembentukan ATP dari ADP + Pi dengan proses pengangkutan elektron. Dengan demikian
dihasilkan suatu konformasi berenergi tinggi, yang selanjutnya akan mendorong reaksi
pembentukan ATP dari ADP + Pi dan secara serempak konformasi molekul tersebut berubah
kembali ke keadaan semula (konformasi berenergi rendah).
Ada dua kenyataan yang menunjang hipotesis ini. Pertama, terjadinya perubahan fisik (atau
struktur) membran mitokondria pada waktu elektron mengalir melalui rantai pernaafasan.
Kedua, terjadinya perubahan ultra-struktur mitokondria yang sedang mengalami pernafasan
segera setelah penambahan ADP.
3. Hipotesis perangkaian secara osmose kimia
Berbeda dari kedua hipotesis lainnya, hipotesis ini tidak membenarkan terjadinya suaru
senyawa kimia-antara yang berperan dalam merangkaikan reaksi eksergonik dan endergonik,
melainkan mengemukakan terbentuknya suatu keadaan-antara yang berenergi tinggi yang
merangkaikan kedua reaksi tersebut. Keadaan-antara ini merupakan suatu perbedaan
elektrokimia dari ion H+ antara bagian dalam dan luar membran dalam mitokondria yang
dihasilkan oleh proses pengangkutan elektron melalui rantai pernafasan. Selanjutnya
keadaan-antara yang bernergi tinggi tersebut mendorong reaksi endergonik pembentukan ATP
dari ADP + Pi. Dalam hipotesis inimembran merupakan bagian yang terangkum dalam
mekanisme perangkaian untuk berlangsungnya proses fosforilasi bersifat oksidasi. Dalam hal
ini molekul protein pembawa elektron berperan sebagai sistem pengangkutan aktif atau suatu
sistem pompa yang mengangkut ion H+ dari bagian dalam (matriks) mitokondria ke luar
membran sedemikian rupa sehingga terjadi kelandaian konsentrasi ion H + antara kedua
bagian yang dipisahkan oleh membran tersebut. Perbedaan konsentrasi H+ mendorong
pembentukan ATP dengan cara dehidratasi ADP +Pi .
Hal yang penting dari hipotesis perangkaian osmose kimia adalah trelibatnya mekanisme
reaksi kimia yang bervektor yaitu mengikuti kelandaian H+ yang mengarah dari luar ke
dalam melalui membran mitokondria. Jadi berbeda dari reaksi kimia biasa yang tak berarah
atau skalar, yang bisa terjadi dalam suatu larutan homogen. Terjadinya kelandaian H+ yang
berarah kedalam dimungkinkan karena susunan yang khas dari molekul protein pembawa
elektron sedemikian rupa hingga proses penarikan H+ oleh rantai pernafasan terjaid pada
pemukaan dalam membran dan pelepasan H+ berlangsung pada permukaan luar membran.
Meskipun pada dewasa ini lebih banyak bukti yang menunjang hipotesis ini, namun kedua
hipotesis yang pertama tidak dapat diabaikan.

2. Reaksi pengangkutan elektron dan fosforilasi bersifat oksidasi


Pengangkutan elektron yang dirangkaikan dengan fosforilasi bersifat oksidasi
(pembentukan ATP dari ADP + Pi ) merupakan tahap metabolisme keempat atau tahap
terakhir dari proses pernafasan, yaitu oksidasi glukosa menghasilkan CO2 + H2Odan ATP.
Rantai pengangkutan elektron ini juga disebut rantai pernafasan, terdapat dalam membran
mitokondria.
Pengangkutan elektron dimulai dengan masuknya pasangan elektron atau ekivalen
hidrogennya, dari senyawa substrat pernafasan kedalam rantai pernafasan. Elektron tersebut
selanjutnya dialirkan sepanjang rantai melalui berbagai senyawa (dan enzim oksidasi-
reduksi) pembawa elektron yang akhirnya ditangkap oleh molekul oksigen pada salah satu
ujung rantai. Proses ini merupakan kegiatan sel yang utama untuk menghasilkan energi
dalam bentuk ikatan fosfat, yaitu ATP yang dihasilkan dengan suatu proses yang disebut
dengan fosforilasi bersifat oksidasi. Dalam hal ini reaksi endergonik pembentukan ATP dari
ADP + Pi dirangkaikan dengan reaksi eksergonik oksidasi-reduksi pengangkutan elektron
dari suatu molekul dengan potensial oksidasi-reduksi (Eo volt) yang lebih negatif ke yang
kurang negatif.
Pengangkutan elektron terjadi tidak hanya didalam mitokondria, tetapi juga dalam
berbagai sistem membran lainnya, seperti dalam sistem membran bakteri heterotrof yang
padaa umumnya tidak mengandung mitokondria. Inilah salah satu faktor penunjang hipotesis
evolusi yang menyatakan bahwa mitokondria sel eukariot berasal dari sel bakteri.
(Wirahadikusumah, 1985)

Transport elektron dan fosforilasi oksidatif terjadi pada membran mitokondria sebelah dalam
Pada sel eukariotik, hampir semua dehidrogenase spesifik yang diperlukan pada
oksidasi piruvat dan bahan bakar lain melalui siklus asam sitrat terletak pada bagian sebelah
dalam mitokondria yaitu matriks. Molekul pemindah elektron dari rantai respirasi dan
molekul enzim yang melakukan sintesa ATP dari ADP dan fosfat terbenam di dalam membran
sebelah dalam. Bahan bakar siklus asam sitrat seperti piruvat, harus dipindahkan dari sitosol
(tempat dilakukannya sintesis molekul-molekul tersebut) melalui membran mitokondria ke
dalam bagian matriks disebelah dalam, sabagai tempat aktivitas dehidrogenase. Demikian
pula ADP yang dibentuk dari ATP selama aktivitas yang memerlukan energi didalam sitosol
harus dipindahkan ke dalam matriks mitokondria untuk mengikat fosfat kembali menjadi
ATP. ATP baru yang dibentuk harus dikembalikan ke sitosol. Sistem transport membran yang
khusus pada membran mitokondria sebelah dalam tidak hanya melangsungkan masuknya
piruvat dan bahan bakar lain ke dalam mitokondria, tetapi juga masuknya fosfat dan ADP dan
keluarganya ATP selama foforilasi oksidatif. Jadi, membran mitokondria sebelah dalam
merupakan struktur kompleks yang mengandung molekul pembawa elektron, sejumlah enzim
dan beberapa sistem transport membran. Yang bersama-sama menyusun sampai 75% atau
lebih berat total membran, sisanya merupakan lipida. Struktur membran sebelahdalam amat
kompleks, berliku-liku dan bersifat mosaik. Integritas membran ini penting bagi
pembentukan ATP yang menunjang aktivitas hidup (Albert L. Lehninger, 1982).

Aliran electron dari substrat ke oksigen merupakan sumber energy ATP


Pada setiap putaran siklus asam sitrat, 4 pasang atom hydrogen dipindahkan dari
isositrat, -ketoklutarat, suksinat, dan malat melalui aktifitas dehidrogenase spesifik. Atom
hidrogen ini, pada beberapa tahap memberikan elektronnya kepada rantai transport electron
dan menjadi ion H+ yang terlepas kedalam medium cair. Electron tersebut diangkut
disepanjang rantai molekul pembawa electron, sampai electron-elektron ini mencapai
oksidase sitokrom, yang menyebabkan pemindahan electron ke oksigen, yakni molekul
penerima electron pada organisme aerobic. Pada saat masing-masing atom oksigen menerima
2 elektron dari rantai tersebut, 2 atom H+, yang setara dengan 2H+ yang dilepaskan
sebelumnya dari 2 atom hydrogen yang dipindahkan oleh dehidrogenase diambil dari
medium cair untuk membentuk H2O.
Rantai respirasi terdiri dari serangkaian protein dengan gugus prostetik yang terikat
kuat, dan mampu menerima dan memberikan electron. Setiap anggota dapat menerima
electron dari anggota sebelumya, dan memindahkan electron ke molekul anggtoa berikutnya,
dalam uraian reaksi yang spefisik. Elektron yang masuk ke dalam rantai transport electron
yang kaya akan energy, tetapi pada saat electron tersebut melalui rantai, menuju ke oksigen
dengan cara setahap demi setahap, electron tersebut kehilangan kandungan energy bebasnya.
Banyak dari energy tersebut yang disimpan dalam bentuk ATP oleh mekanisme molekul pada
membrane mitokondria sebelah dalam. Pada saat masing-masing pasangan elektron melalui
rantai respirasi dari NADH menuju oksigen sintesis 3 molekul ATP dari ADP dan posfat
berlaangsung bersama-sama. Ketiga bagian rantai respirasi yang memberikan energy untuk
menghasilkan ATP melalui fosforilasi oksidatif disebut sisi penyimpanan energi.

Energi transport elektron disimpan oleh fosforilasi oksidatif


Pasangan elektron yang berasal dari NAD pengikat yang dehidrogenase melalui
ketiga sisi penyimpan energi dan karenanya menghasilkan maksimum 3 ATP. Persamaan
lengkap bagi transport elektron yang melakukan fosforilasi oksidatif dari NADH ke oksigen
adalah:
NADH + H+ + O2 + 3Pi + 3ADP NAD+ +3ATP + 4 H2O
Akan tetapi bilamana suksinat terhidrogenasi oleh suksinat dehidrogenase yang
mengikat flavin, hanya dua ATP yang dibentuk bagi setiap pasangan elektron yangmengalir
ke oksigen. Hal ini karena pasangan elektron dari suksinat masuk pada ubikuinon yaitu pada
titik (daerah) setelah sisi 1. Pasangan elektron yang dihasilkan dari flavin pengikat
dehidrogenase seperti lemak asetil Ko-A dehidrogenase pada siklus oksidasi asam lemak,
juga menghasilkan hanya 2 ATP. Fosforilasi oksidatif tidak terbatas pada dehidrogenasi siklus
asam sitrat, tetapi terjadi selama transport elektron yang berasal dari semua dehidrogenase
mitokondria yang mengkatalisis katabolisme kerbohidrat, asam lemak, dan asam amino
(Albert L. Lehninger, 1982).
Pembentukan 3 moleku ATP menyimpan banyak energi bebas yang dibebaskan
selama transport elektron. Karena pemindahan pasangan elektron dari NADH ke oksigen
menghasilkan 52,6 kkal dan karena imput 7,3 kkal diperlukan untuk membuat 1 mol ATP dari
ADP dan fosfatpada keadaan termodinamik baku, pembentukan 3 molekul ATP secara teoritis
dapat menyimpan sebagian besar dari total energi bebas yang menurun selama transport
elektron dari NADH ke oksigen. Melalui protein ini, penurunan energi bebas yang agak
besaryang terjadi pada saat sepasang elektron mengalir dari NADH ke oksigen dipisah-
pisahkan menjadi serangkaian tahap-tahap dengan penurunan energi bebas yang lebih kecil.
Tiga dari tahap ini menghasikan sejumlah energi yang mendekati besar nilai tukar energi sel,
yaitu energi bebas sintesis ATP. Rantai respirasi karenanya, merupakan rangkaian bertahap
yang menyangkut energi bebas dari bahan bakar sel dalam kantung-kantung dengan ukuran
yang bermanfaat (Albert L. Lehninger, 1982).

Pembentukan ATP oleh Fosforilasi Oksidatif diatur oleh kebutuhan energi sel
Persamaan reaksi bagi oksidasi NADH oleh mitokondria mamperlihatkan bahwa
fosfat dan ADP, seperti juga oksigen diperlukan bagi berlangsungnya transport elektron.
NADH + H+ + 3Pi + 3ADP + O2 NAD+ +3ATP + 4 H2O
Pada saat terjadinya transport elektron, fosfat dan ADP akan dipindahkan dari sitosol
dan ATP akan bertumpuk. Sistem ini akhirnya mencapai keadaan dengan hampir semua ADP
akan terubah menjadi ATP oleh fosforilasi oksidatif. Walaupun konsentrasi fosfat anorganik
juga akan menjadi lebih rendah, fosfat biasanya berada pada konsentrasi yang lebih tinggi
didalam sel dibandingkan dengan ADP. Jadi, bilamana ADP didalam sel sudah amat terkuras,
kecepatan konsumsi oksigen oleh mitokondria harus menurun sampai hanya sebagian kecil
dari kecepatan maksimumnya, karena kecepatan ini dibatasi oleh konsentrasi ADP yang
rendah. Hal ini merupakan respirasi dalam keadaan santai atau istirahat. Respirasi akan
meningkat menjadi maksimum hanya bilamana konsentrasi ADP didalam sitosol meningkat.
Ini akan terjadi bilamana kecepatan reaksi beberapa proses yang memerlukan energi didalam
sel meningkat. Jadi, peningkatan penguraian ATP menjadi ADP menjadi ADP lebih banyak
tersedia untuk difosforilasi selama transport elektron. Ketergantungan kecepatan konsumsi
oksigen kepada konsentrasi ADP sebagai senyawa penerimaan fosfat disebut kontrol
penerima pada respirasi. Pada berbagai jaringan hewan dan manusia, nisbah kontrol respirasi
atau nisbah kevepatan maksimum konsumsi oksigen yang diinduksi oleh ADP terhadap
kecepatan istirahat sedikitnya 10. Pada beberapa orang kontrol penerima mengalami kelainan,
mungkin karena kelainan genetik. Sebagai akibatnya, jaringan tubuh memperlihatkan
kecepatan konsumsi oksigen yang tinggi pada setiap saat. Salah satu cara untuk menyatakan
status energi sel diberikan oleh nisbah aksi-massa sistem ATP yaitu nisbah.
[ATP]
[ADP][Pi]
Tanda kurung menunjukan konsentrasi molar. Biasanya nisbah ini amat tinggsi
sehingga sistem ATP-ADP hampir semuanya terfosforilasi. Pada keadaan ini, konsentrasi
ADP amat rendah dan tidak cukup untuk mencapai kecepatan maksimum respirasi. Dalam hal
ini, kecepatan sintesis ATP cukup untuk memenuhi kebutuhan yang sedang berlangsung.
Tetapi bilamana seberapa aktivitas selular yang memenuhi ATP tiba-tiba meningkat
kecepatannya, sebagian ATP sel akan terurai menjadi ADP dan fosfat, menurunkan nisbah
[ATP]/[ADP][Pi] konsentrasi ADP yang meningkat ini akan meningkatkan secara otomatis
kecepatan transport (pengangkutan) elektron dan fosforilasi oksidatif, menyebabkan ATP
dibentuk kembali dari ADP. Ini akan berlangsung terus sampai nisbah [ATP]/[ADP][Pi]
dikembalikan ke tingkat normalnya yang tinggi, pada keadaan ini kecepatan respirasi akan
menurun kembali. Biasanya kecepatan oksidasi bahan bakar sel diatur dengan kepekaan dan
kecepatan sedemikian rupa sehingga nisbah [ATP]/[ADP][Pi] berfluktuasi hanya sedikit pada
kebanyakan jaringan, bahkan pada saat kebutuhan energi bervariasi. ATP dibentuk hanya
secepat senyawa ini dipergunakan pada aktivitas sel yang memerlukan energi (Albert L.
Lehninger, 1982).

Kecepatan fosforilasi oksidatif ditentukan oleh kebutuhan ATP


Pada hampir semua keadaan fisiologis, transpor elektron terangkai ketat denga
fosforilasi. Elektron biasanya tidak akan mengalir melaluirantai transpor elektron ke O 2 bila
tidak ada ADP yang secara simultan mengalami fosforilasi menjadi ATP.fosforilasi oksidatif
memerlukan suplay NADH (atau sumber elektron lain dengan potensial tinggi), O 2, ADP dan
Pi. Faktor paling penting dalam menentukan kecepatan fosforilasi oksidatif adalah kadar
ADP. Kecepatan konsumsi oksigen oleh mitokondria meningkat tajam bila ditambahkan ADP
dan kemudian kembali ke nilai semula bila ADP yang ditambahkan sudah diubah menjadi
ATP.
Pengaturan kecepatan fosforilasi oksidatif oleh kadar ADP disebut pengaturan
respirasi. Kadar ADP juga mempengaruhi kecepatan daur asam sitrat karena kebutuhannnya
akan NAD+ dan FAD. Kepentingan fisiologis mekanisme regulasi ini jelas. Kadar ADP
meningkat bila ATP dipakai dan dengan demikian fosforilasi oksidatif terangkai dengan
pengguanaan ATP. Elektron tidak akan mengalir dari molekul bahan bakar menjadi O 2 bila
sintesis ATP tidak diperlukan (Lubert Stryer, 1995).

Oksidasi dan fosforilasi terangkai melaui daya gerak elektron


Sintesis ATP dilakukan oleh suatu susunan molekuler di dinding membran dalam
mitokondria. Kompleks enzim ini disebut ATPase mitokondria atau H+ ATPase karena yang
ditemukan pertama kali adalah kerja katalisisnya pada reaksi hidrolisis. ATP sintase
menekankan peran sebenarnya pada mitokondria.
Cara oksidasi NADH terangkai dengan fosforilasi ADP yaitu mula-mula diduga bahwa
transport elektron menyebabkan terbentuknya senyawa antara kovalen yang tinggi energi
yang berperan sebagai prekursor ATP. Hipotesis terangkai kimia ini didasarkan pada
mekanisme pembentukan ATP dalam glikolisis (misalnya pembentukan 1,3 biofosfogliserat
sebagai senyawa antara tinggi energi). Kemungkinan lain ialah bahwa energi bebas oksidasi
terperangkap dalam konformasi protein yang telah diaktifkan dan kemudian menyebabkan
sintesis ATP.
Mekanisme lain yang sangat berbeda, hipotesis kemiosmotik dikemukakan oleh Peter
Mitchell pada tahun 1961. Ia mengemukakan bahwa transport elektron sintesis ATP terangkai
melalui suatu gradien proton melewti membran dalam mitokondria dan bukan melalui
senyawa tinggi energi atau konformasi protein yang diaktifkan. Pada model ini, transport
elektron melalui rantai pernafasan menyebabkan terpompanya proton dari matrikske sisi lain
dari membran dalam mitokondria. Kadar H+ menjadi lebih tinggi pada sisi sitosol dan
terbentuk potensial listrik dan sisi sitosol menjadi lebih positif.
Menurut postulat Mitchell, daya gerak proton menyebabkan sintesis ATP oleh kompleks
ATPase. Pada dasarnya, peristiwa utama dalam penyimpanan energi primer yang diinduksi
oleh transport elektron adalah pembangkitan daya gerak proton melewati membran dalam
mitokondria.
Hipotesis Mitchell yang sangat inovatif yang mengatakan bahwa oksidasi dan
fosforilasi terangkai melalui gradien proton, kini didukung oleh banyak bukti-bukti:
1. Transpor elektron membangkitkan gradien proton melewati membran dalam
mitokondria.
2. ATP disintesis di mitokondria atau kloroplas ditimbulkan gradien pH dalam keadaan
tidak ada transpor elektron.
3. Bakteriorodopsin, suatu protein membran ungu dari halobakteri, memompa proton
bila disinari.
4. NADH-Q reduktase, sitokrom reduktase dan sitokrom oksidase memompa proton
keluar matriks. Pada saat kembali terjadi pembentukan ATP oleh ATP sintase.
5. Kompartemen yang tertutup mutlak untuk fosforilasi oksidatif. Sintesis ATP yang
terangkai pada transpor elektron tidak berlangsung dalam sediaan yang dibuat
menjadi larut atau fragmen membran yang tidak mempunyai kompartemen dalam atau
kompartemen luar yang jelas.
6. Senyawa yang membawa protein melewati membran dalam mitokondria
menghilangkan gradien proton dan dengan demikian memisahkan rangkaian oksidasi
dan fosforilasi (Lubert Stryer, 1995).

Senyawa pengangkut electron selalu berfungsi dalam urutan spesifik


Pertama, potensial redoks bakunya secara berturut-turut semakin positif pada arah
menuju oksigen, karena electron cendrung mengalir dri sistem elektro negative ke sistem
elekro positif menyebabkan penurunan dalam energy bebas. Kedua, setiap rantai anggota
respirasi bersifat spesifik bafi senyawa pemberi dan penerima electron tertentu. Sebagai
contoh. NADH dapat memindahkan electron ke NADH dehidrogenase, tetapi tidak dapat
memindahkan electron ini secara lagsung ke sitokrom b atau ke sitokrom c. Ketiga, kompleks
structural protein pengangkut electron yang fungsinya serupa telah dapat diisolasi dari
membrane mitokondria. Kompleks I terdiri dari NADH dhidrogenase dan pusat besi-
sulfurnya yang erat berhubungan dalam fungsinya. Kompleks II terdiri dari saksinat
dehidrogenase dan pusat besi sulfurnya. Komplek III terdiri dari sitokrom b dan c2, serta
pusat besi sulfur spesifik. Sitrokrom a dan a3 bersama-sama menyusun kompleks IV.
Ubikuinon merupakan rantai penghubung di antara kompleks I, II, dan III, serta sitokrom c
merupakan rantai penghubung diantra kompleks III dan IV.

3. Rantai Respirasi
Rantai respirasi adalah rangkaian proses transfer elektron hidrogen yang terjadi pada bagian
membran dalam mitokodria dengan melibatkan sejumlah enzim. Hasil akhir dari rangkaian
proses transfer electron ialah sejumlah energi berbentuk ATP yang diperlukan dalam berbagai
aktivitas organisme hidup.
Respirasi sebagai suatu proses oksidasi yang terdiri banyak tahapan reaksi dan juga respirasi
adalah oksidasi selular di mana energi yang disimpan dalam molekul-molekul makanan
dilepaskan dan digunakan oleh sel. Dalam reaksi tersebut, H2O dan CO2 merupakan hasil
akhir dan energy terlepas. Reaksi umum respirasi:
C6H12O6+ 6 O2 +6 H2O > 6 CO2 +12 H2O + ATP
Reaksi respirasi merupakan reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula
menjadi molekul anorganik berupa CO2 dan H2O. Tujuan respirasi adalah untuk
mendapatkan energi melalui proses glikolisis. Senyawa gula diperoleh dari proses
fotosintesis. Butiran amilum yang tersimpan dalam jaringan dan organ penyimpan cadangan
makanan akan diubah kembali dalam bentuk glukosa fosfat di dalam sitoplasma sel.
Kemudian glukosa fosfat akan dipecah menjadi piruvat dan masuk ke dalam siklus Krebs.
Selama glikolisis berlangsung dan dalam siklus Krebs akan dihasilkan gas CO2 yang akan
dikeluarkan dari dalam sel. Gas tersebut dengan berdifusi akan terkumpul dalam rongga-
rongga antar sel dan bila tekanan telah cukup akan keluar dari jaringan.
Rantai respirasi terjadi di dalam mitokondria sebagai pusat tenaga. Di dalam
mitokondria inilah sebagian besar peristiwa penangkapan energi yang berasal dari oksidasi
respiratorik berlangsung. Sistem respirasi dengan proses pembentukan intermediat berenergi
tinggi (ATP) ini dinamakan fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif memungkinkan
organisme aerob menangkap energi bebas dari substrat respiratorik dalam proporsi jauh lebih
besar daripada organisme anaerob.
NADH dan FADH2 yang terbentuk pada reaksi oksidasi dalam glikolisis, reaksi
oksidasi asam lemak dan reaksi-reaksi oksidasi dalam siklus asam sitrat merupakan molekul
tinggi energi karena masing-masing molekul tersebut mengandung sepasang elektron yang
mempunyai potensial transfer tinggi. Bila elektron-elektron ini diberikan pada oksigen
molekuler, sejumlah besar energi bebas akan dilepaskan dan dapat digunakan untuk
menghasilkan ATP. Fosforilasi oksidatif merupakan proses pembentukan ATP akibat transfer
electron dari NADH atau FADH2 kepada O2 melalui serangkaian pengemban electron.
Proses ini merupakan sumber utama pembentukan ATP pada organisme air. Sebagai contoh,
fosforilasi oksidatif menghasilkan 26 dari 30 molekul ATP yag terbentuk pada oksidasi
sempurna glukosa menjadi CO2 dan H2O.
Aliran electron dari NADH atau FADH2 ke O2 melalui kompleks-kompleks protein,
yang terdapat pada membran dalam mitokondria, akan menyebabkan proton terpompa keluar
dari matriks mitokondria. Akibatnya, terbentuk kekuatan daya gerak proton yang terdiri dari
gradient ph dan potensial listrik trans membran. Sintesis ATP teradi bila proton mengalir
kembali kedalam matriks mitokondria melalui suatu kompleks enzim. Jadi, oksidasi dan
fosforilasi terangkai melalui gradient proton melintasi membran dalam mitokondria.

NAD+, NADP+, FMN, dan FAD dapat direduksi oleh kerja dehidrogenase yang berhubungan
dengan mereka. Hal yang penting adalah bahwa disediakan suatu cara untuk reoksidasi
karena persediaan koenzim-koenzim yang dapat diperoleh ini untuk sel mana pun terbatas.
Reoksidasi NADH dirangkai dengan reduksi FAD menjadi FADH2. Ini hanya merupakan
langkah pertama dalam suatu sistem majemuk enzim-enzim yang terangkai yang terdapat
dalam mitokondria dalam suatu asosiasi fisik demikian dekat, sehingga seluruh rakitan enzim
dapat diasingkan sebagai partikel submitokondria dengan cara-cara yang relatif sederhana.
Partikel ini dapat melakukan semua langkah-langkah sendiri-sendiri dalam rangkai kejadian
kimia, seperti diringkaskan oleh persamaan berikut:
2H+ + 2e + O2 H2O (Montgomery, 1993).
Urutan reaksi pengangkutan elektron (delapan tahap reaksi oksidasi-reduksi) dalam rantai
pernafasan adalah sebagai berikut:
NAD FMN Fe.S Q Cyt.b Cyt.c Cyt.a Cyt.a3 O2
Atom hidrogen atau tepatnya elektron dari atom ini, dialirkan dari satu molekul pembawa
elektron ke molekul lainnya dalam suatu urutan reaksi oksidasi-reduksi (reaksi pengangkutan
elektron). Semua enzim dan koenzim yang diperlukan dalam proses ini terletak didalam
mitokondria suatu sel. Masuknya elektron kedalam rantai pernafasan berlangsung melalui
salah satu dari dua jalan, yaitu melalui NAD atau ubikuinon (Koenzim Q). Kedelapan tahap
reaksi oksidasi-reduksi pengangkutan elektron tersebut dituliskan dengan persamaan reaksi
kimia dibawah ini:
NADH + H+ + FMN NAD + FMNH2
FMNH2 + 2FeS (III) FMN + 2FeS (II) + 2H+
2FeS (II) + 2H+ + Q 2FeS (III) + QH2
QH2 + 2Cyt.b (Fe3+) Q + 2H+ + 2Cyt.b (Fe2+)
2Cyt.b (Fe2+) + 2Cyt.c (Fe3+) 2Cyt.b (Fe3+) + 2Cyt.c (Fe2+)
2Cyt.c (Fe2+) + 2Cyt.a (Fe3+) 2Cyt.c (Fe3+) + 2Cyt.a (Fe2+)
2Cyt.a (Fe2+) + 2Cyt.a3 (Fe3+) 2Cyt.a (Fe3+) + 2Cyt.a3 (Fe2+)
2Cyt.a3 (Fe2+) + O2 + 2H+ 2Cyt.a3 (Fe3+) +H2O
Proses reaksi eksergonik mengalirkan elektron dari NADH ke O 2 dirangkaikan dengan proses
fosforilasi bersifat oksidasi (pembentukan ATP dari ADP dan Pi) pada tiga tahap reaksi
pengangkutan elektron yaitu:
1) Dari NAD ke FMN
2) Dari sitokrom b ke sitokrom c1
3) Dari sitokrom aa3 ke O2.
Dengan demikian pasangan elektron dari senyawa substrat pernafasan yang masuk
rantai pernafasan melalui NAD akan menghasilkan tiga molekul ATP per satu atom O
(atau O2) yang dipakai. Sedangkan yang masuk melalui koenzim Q menghasilkan 2
ATP. Malat, isositrat, dan -ketogentarat adalah senyawa-senyawa daur asam
trikarboksilat yang memasukkan elektronnya melalui NAD, sedangkan suksinat
melalui koenzim Q.
Komponen-komponen utama rantai respirasi
Komponen-komponen utama rantai respirasi digolongkan dalam 3 kelas molekul yang
berbeda-beda, dua darinya berlaku sebagai pengangkut hidrogen dan elektron dan satu hanya
sebagai pengangkut elektron.
1. Flavoprotein dan komponen belerang-besi
Gugus prostetik flavoprotein pertama (FPD) menerima hidrogen dari dehidrogenase
yang terkait NAD +. Gugus ini bukan merupakan bagian dari dehidrogenase tersendiri, tetapi
terdapat pada enzim terpisah dikenal sebagai reduktase NADH-sitokrom b. FPS juga
merupakan pengangkut hidrogen dan bagian integral enzim dehidrogenase suksinat yang
mungkin bertanggung jawab untuk kekhasan tempat masuk kedua. Kimia koenzim flavin dan
gugus gugus prostetik sangat pelik dan belum dijelaskan sepenuhnya. Reaktivitas intrinsik
cincin isoaloksasin dipertinggi oleh adanya dua bagian tambahan dalam flavoprotein. Bagian
ini memasukkan besi sebanyak 8 atom (yang dikenal sebagai besi non-heme karena mereka
tidak disatukan dalam satu sistem cincin porfirin) pada beberapa enzim. Juga terdapat atom-
atom belerang yang labil asam, dinamakan demikian karena perlakuan dengan asam
membebaskan H2S. Dikenal berbagai protein besi-belerang. Kebanyakan contoh-contoh
mamalia kelas ini mengandung masing-masing 4 atom besi dan belerang. Karena atom-atom
besi bahan-bahan ini dapat mengalami oksidasi dan reduksi, mereka berlaku sebagai agen-
agen alih elektron tambahan baik pada rantai respirasi mitokondria maupun mikrosom.
Feredoksin, misalnya adrenodoksin, terdapat pada rantai respirasi mikrosom. Mereka
mengandung kurang atom-atom besi dan belerang daripada komponenmitokondria yang
berpadanan.
2. Koenzim Q atau ubikinon
Senyawa yang dikenal dengan koenzim Q atau ubikinon menghubungkan flavoprotein-
flavoprotein yang bekerja dalam tempat-tepat masuk terpisah dengan sitokrom-sitokrom.
Koenzim ini terdapat dalam berbagai bentuk, namun yang terdapat pada jarinagn mamalia
sering ditandai sebagai KoQ10 yang mengacu kepada jumlah satuan isoprenoid pada rantai
sampingnya. Bentuk-bentuk koenzim pda bakteri dan tumbuhan biasanya kurang
mengandung unit isoprenoid.
Koenzim Q berfungsi sebagai pengumpul semua hidrogen yang masuk dalam rantai respirasi.
Bila dioksidasi kembali, elektron-elektron, bukan atom hidrogen, yang diberikan ke
komponen rantai berikutnya, dengan pembebasan proton ke dalam matriks mitokondria.
Elektron-elektron ini diangkut ke bagian akhir rantai, dimana mereka bereaksi denagn
oksigen membentuk air. Suatu antibiotik yang menarik, pirisidin, menghambat kerja KoQ dan
menghalangi oksidasi kembali NADH.
3. Sitokrom
Paling sedikit ada empat tipe sitokrom yang berbeda dalam rantai respirasi mitokondria.
Sitokrom berfungsi sebagai agen pemindah elektron dan semua mengandung besi yang
terikat pada ciicin profirin. Pada masing-masing sitokrom, rantai samping yang dikaitkan
pada tepi cincin porifin berbeda dari yang ada pada hemoglobin. Besi pada sitokrom dapat
mengalami perubahan reversible dari Fe+++ ke Fe++ . sitokrom c dengan mudah diekstraksi dari
mitokondria. Lain-lain sitokrom terikat erat pada membran dan sukar dilepaskan. Mereka
dipandang sebagai protein membran intrinsik. Sitokrom a, a3, c1 dan b diorientasikan secra
spasial sepanjang ketebalan membran dalam mitokondria. Karena alasan ini, disangsikan
bahwa setiap sitokrom c telah dimurnikan sempurna. Sitokrom paling mudah dicirikan oleh
sifat-sifat spektralnya. Barfaedah untuk disebutkan bahwa sitokrom b terdapat dalm 2 bentuk
spektral yang berbeda, dikenal sebagai sitokrom b562 dan sitokrom b566.
Diketahui jenis sitokrom lain. Jadi sitokrom P450 merupakan komponen rantai respirasi
mikrosom nonfosforilasi. Dikenal juga yang lain sebgai sitokrom b 5 terdapat juga dalm
mikrosom bersama dengan suatu reduktaseyang agak khusus. Sitokrom ini mempunyai peran
pada deturasi atau hidroksilasi asam-asam lemak tertentu. Sitokrom b 5 juga terdapat pada
membran luar mitokondria, bersama reduktasenya yang khas.
Beberapa komponen rantai respirasi mitokondria terdapat lebih banyak dari yang lain. Ratio
molar sitokrom dan sebagainya, tidak identik. Kelebihan relatif KoQ menonjol dan mungkin
berhubungan dengan kenyataan bahwa ia terikat kurang erat pada membran dibanding
komponen-komponen yang lain.
4. Toksisitas oksigen, radikal superoksid, dan dismutase superoksid
Oksigen yang digunakan pada fodforilasi oksidatif merupakan komonen utama respirasi sel.
Melalui reduksi oksigen, energi ditangkap sebagai ATP dan terbentuk air. Reduksi lengkap
satu molekul oksigen membutuhkan empat elektron. Bila reduksi berlangsung oleh
penambahan-penambahan elektron tunggal, suatu senyawa antara akan berupa radikal
superoksid, O2-. Hasil reduksi lebih lanjut mencakup H2O2 (penambahan dua elektron tiap
molekul) dan gugus hidroksil OH-. Hidrogen peroksid merupakan senyawa beracun namun
kadarnya dipertahankan sangat rendah oleh kerjanya katalase, enzim yang menguraikannya
membentuk air dan molekul oksigen bebas. Katalase dapat menguraikan 40% protein total
yang terkandung dalam organel-organel yang dikenal sebagai peroksisom, yang terdapat
banyak dalam hati dan jaringan-jaringan tertentu lain. Peroksisom juga mengandung oksidase
urat, oksidase asam D-amino dan oksidase asam -hidroksi. Masing-masing anzim ini
menghasilkan hidrogen peroksid dalm perjalananreaksi-reaksi mereka yang mereka katalis.
Dekatnya dengan katalase dipastikan dengan penggabungan dalam suatu organel yang sama,
mempercepat perusakan efisiensi hidrogen peroksid.
Enzim-enzim yang bertangggung jawab untuk ini dikenal sebagai dismutase superoksid.
Enzim-enzim ini ditemukan pada spesies berkisar dari bakteri sampai mamalia. Dismutase
peroksid adalah metaloenzim namun kebutuhan logamnya tergantung dari sumber enzim.
5. Matriks Lipid
Meskipun barangkali tidak berperan aktif sebagai enzim, perlu disebutkan mengenai matrik
atau struktur pendukung terdapatnya enzim. Banyak terdapat bukti bahwa matriks terdiri dari
fosfolipid yang mengandung bagian-bagian besar asam lemak yang sangat tidak jenuh.
Mitokondria mamalia mengandung sebesar 26% besar fosfolipid dan dicirikan oleh adanya
fosfolipid yang agak asam, kardiolipin yang merupakan hampir seperenam fosfolipid total.
Bahan ini hampir khas untuk mitokondria, khususnya dalam jantung, ungkin mempunyai
peran khusus dalam mengikat enzim kedalam rantai respirasi dan dalam memudahkan
gerakan proton lewat matriks.
4. Senyawa-senyawa Berenergi Tinggi
Istilah senyawa berenergi tinggi memberikan bahan-bahan yang mengandung satu atau lebih
ikatanikatan jenis khusus, kadang-kadang digambarkan dengan lambang ~ bukan garis
lurus. Ciri-ciri yang membedakan kelas senyawa ini mudah ditentukan. Senyawa-senyawa
berenergi tinggi adalah senyawa-senyawa yang mempunyai ikatan ~ satu aatu lebih dan
mengalami perubahan energi bebas negatif besar bila mereka dihidrolisis.
Dalam istilah kuantitatif, bila hidrolisis ikatan menghasilkan G0 dari -5 sampai -20 kJ/mol
(-1 sampai -5 kkal/mol), ini dikenal sebagai ikatan berenergi rendah atau ikatan biasa. Bila
hidrolisis menghasilkan G0 sebagai -20 sampai -60 kJ/mol (-5 sampai -15 kkal/mol), ini
dikenal sebagai ikatan berenergi tinggi.
Senyawa-senyawa berenergi tinggi hampir semuanya, malah satu dari perkecualian, asetil
KoA, dapat dijabarkan dari asil adenilat tanpa kehilangan energi. Tidak senyawa yamg
mengandung fosfat merupakan senyawa berenergi tinggi. Senyawa-senyawa berenergi tinggi
yang mengandung fosfor hanya mencakup senyawa-senyawa yang hanya digolongkan
sebagai enol-fosfat, asil fosfat, atau pirofosfat. Tipe-tipe senyawa ini merupakan contoh
anhidrid asam sederhana atau campuran. Suatu asam anhidrid asam sederhana dihasilkan bila
unsur-unsur air diabstraksi dari dua molekul asam berbeda.
Sejumlah besar energi yang dilepaskan pada hidrolisis ikatan bernergi tinggi dihasilkan dari
beberapa faktor termasuk ionisasi gugus-gugus bermuatan yang dibangkitkan pada hidrolisis
dan stabilisasi resonansi meningkat pada hasil-hasil hidrolisis bila dibandingkan dengan
senyawa yang utuh.
Adanya senyawa-senyawa berenergi tinggi dan fakta bahwa mereka dapat terbentuk dalm sel-
sel kita merupakan kepentingan tertinggi untuk memahami metabolisme. Senyawa-senyawa
ini menyediakan cara untuk mengawetkan sekitar 40% energi total yang melewati jaringan-
jaringan tubuh. Pegawetan dicapai dengan berbagai reaksi khas yang mernagkaikan
pembentukan senyawa demkian dengan oksidasi biologi (Montgomery,1993).

5. Reaksi Redoks Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Reaksi Redoks Dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Zat pemutih
Zat pemutih adalah senyawa yang dapat digunakan untuk menghilangkan warna
benda, seperti pada tekstil, rambut dan kertas. Penghilangan warna terjadi melalui reaksi
oksidasi. Oksidator yang biasa digunakan adalah natrium hipoklorit (NaOCl) dan hidrogen
peroksida (H2O2).
Warna benda ditimbulkan oleh elektron yang diaktivasi oleh sinar tampak. Hilangnya
warna benda disebabkan oksidator mampu menghilangkan elektron tersebut. Elektron yang
dilepaskan kemudian diikat oleh oksidator.

2. Fotosintesis
Fotosintesis adalah proses reaksi oksidasi-reduksi biologi yang terjadi secara alami.
Fotosintesis merupakan proses yang kompleks dan melibatkan tumbuhan hijau, alga hijau
atau bakteri tertentu. Organisme ini mampu menggunakan energi dalam cahaya matahari
(cahaya ultraviolet) melalui reaksi redoks menghasilkan oksigen dan gula.

3. Pembakaran
Pembakaran merupakan contoh reaksi redoks yang paling umum. Pada pembakaran
propana (C3H8-;) di udara (mengandung O2), atom karbon teroksidasi membentuk CO2 dan
atom oksigen tereduksi menjadi H2O.

4. Baterai Nikel Kadmium


Baterai nikel-kadmium merupakan jenis baterai yang dapat diisi ulang seperti
aki,baterai HP, dll. Anoda yang digunakan adalah kadmium, katodanya adalah nikel
danelektrolitnya adalah KOH.
Reaksi yang terjadi:
anoda : Cd + 2 OH-Cd(OH)2+ 2e
katoda : NiO(OH) + H2ONi(OH)2+ OH-
Potensial sel yang dihasilkan sebesar 1,4 volt.

5. Baterai alkali
Baterai alkali hampir sama dengan bateri karbon-seng. Anoda dan katodanya
samadengan baterai karbon-seng, seng sebagai anoda dan MnO2 sebagai
katoda.Perbedaannya terletak pada jenis elektrolit yang digunakan. Elektrolit pada
bateraialkali adalah KOH atau NaOH.
Reaksi yang terjadi adalah:
anoda: Zn + 2 OH-ZnO + H2O + 2e
katoda: 2MnO2+ H2O + 2e-Mn2O3+ 2OH-
Potensial sel yang dihasilkan baterai alkali 1,54 volt. Arus dan tegangan padabaterai alkali
lebih stabil dibanding baterai karbon-seng.

6. Baterai perak oksida


Bentuk baterai ini kecil seperti kancing baju biasa digunakan untuk baterai
arloji,kalkulator, dan alat elektronik lainnya. Anoda yang digunakan adalah seng,katodanya
adalah perak oksida dan elektrolitnya adalah KOH.

Reaksi yang terjadi:


anoda : ZnZn2++ 2 e-
katoda : Ag2O + H2O + 2e2Ag + 2 OH-
Potensial sel yang dihasilkan sebesar 1,5 volt.

7. AKI
Jenis baterai yang sering digunakan pada mobil adalah baterai 12 volt timbal-
asamyang biasa dinamakan Aki. Baterai ini memiliki enam sel 2 volt yang dihubungkanseri.
Logam timbal dioksidasi menjadi ion Pb2+ dan melepaskan duaelektron di anoda. Pb
dalam timbal (IV) oksida mendapatkan dua elektron danmembentuk ion Pb2+ di katoda. Ion
Pb2+bercampur dengan ion SO42- dari asamsulfat membentuk timbal (II) sulfat pada tiap-
tiap elektroda. Jadi reaksi yang terjadiketika baterai timbal-asam digunakan menghasilkan
timbal sulfat pada kedua elektroda
PbO2+ Pb + 2H2SO42PbSO4+ 2H2O
Reaksi yang terjadi selama penggunaan baterai timbal-asam bersifat spontan dantidak
memerlukan input energi. Reaksi sebaliknya, mengisi ulang baterai, tidakspontan karena
membutuhkan input listrik dari mobil. Arus masuk ke baterai danmenyediakan energi bagi
reaksi di mana timbal sulfat dan air diubah menjaditimbal(IV) oksida, logam timbal dan asam
sulfat.
2PbSO4+ 2H2OPbO2+ Pb + 2H2SO4

8. Baterai karbon-seng
Kalau anda memasukkan dua atau lebih baterai dalam senter, artinya anda
menghubungkannya secara seri. Baterai harus diletakkan secara benar
sehinggamemungkinkan elektron mengalir melalui kedua sel. Baterai yang relatif murah
iniadalah sel galvani karbon-seng, dan terdapat beberapa jenis, termasuk standarddan
alkaline. Jenis ini sering juga disebut sel kering karena tidak terdapat larutanelektrolit, yang
menggantikannya adalah pasta semi padat.Pasta mangan (IV) oksida (MnO2) berfungsi
sebagai katoda. Amonium klorida(NH4Cl) dan seng klorida (ZnCl2) berfungsi sebagai
elektrolit. Seng pada lapisanluar berfungsi sebagai anoda.
Reaksi yang terjadi :
anoda : ZnZn2++ 2 e-
katoda : 2MnO2+ H2O + 2e-Mn2O3+ 2OH-
Dengan menambahkan kedua setengah reaksi akan membentuk reaksi redoksutama yang
terjadi dalam sel kering karbon-seng.
Zn + 2MnO2+ H2OZn2++ Mn2O3+ 2OH-
Baterai ini menghasilkan potensial sel sebesar 1,5 volt. baterai ini bias digunakanuntuk
menyalakan peralatan seperti senter, radio, CD player, mainan, jam dansebagainya.

9.Pengaratan logam
4Fe(s)+3O2(g)2Fe2O3(s)

10. Redoks dalam Fotografi


Film fotografi dibuat dari plastik yang dilapisi gelatin yang mengandung milyaran
butiran AgBr ,yang peka terhadap cahaya.
-Ketika cahaya mengenai butiran-butiran AgBr, terjadilah reaksi redoks.
-Sehingga ion Ag+ tereduksi menjadi logamnya dan ion Br- menjadi gas Bromin

11. Pernapasan sel


Contohnya adalah oksidasi glukosa (C6H12O6) menjadi CO2 dan reduksi oksigen menjadi
air. Persamaan ringkas dari pernapasan sel adalah:
C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O

12. Reaksi dalam sel bahan bakar


2H2+4OH-4H2O+4e
O2(g)+2H2O+4e-4OH-

Reaksi total
2H2(g)+O2(g)2H2O(l)

13. Las karbits


Karbit atau Kalsium karbida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CaC2. Karbit
digunakan dalam proses las karbit dan juga dapat mempercepat pematangan buah.
Persamaan reaksi Kalsium Karbida dengan air adalah:
CaC2 + 2 H2O C2H2 + Ca(OH)2
Karena itu 1 gram CaC2 menghasilkan 349ml asetilen. Pada proses las karbit, asetilen
yang dihasilkan kemudian dibakar untuk menghasilkan panas yang diperlukan dalam
pengelasan.

14. Pada perkaratan besi


Pada peristiwa perkaratan (korosi), logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen
(udara) mengalami reduksi.
Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3 . xH2O => berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu
dari besi itu berlaku sebagai anode, dimana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) -----> Fe2+(aq) +2e .............. E=+0,44V
O2(g) + 2H2O(l) +4e --------> 4OH- ....... E=+0,40V
Ion besi (II) yg terbentuk pd anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yg
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3 . xH2O, yaitu karat besi.

15. Pengolahan Air Kotor (Sewage)


=> pengolahan air kotor ada 3 tahap : tahap primer, sekunder, dan tersier. Saya akan
menyingkat tahap ini satu persatu...
a) TAHAP PRIMER
=> untuk memisahkan sampah yang tidak larut air, yang dilakukan dengan penyaringan dan
pengendapan.
b) TAHAP SEKUNDER
=> untuk menghilangkan BOD dengan jalan mengOKSIDASInya.
c) TAHAP TERSIER
=> untuk menghilangkan sampah yang masih terdapat.
Lumpur aktif merupakan Lumpur yang kaya dengan bakteri yang dapat menguraikan limbah
organic yang dapar mengalami biodegradasi. Bakteri aerobmengubah sampah organic
menjadi biomassa dan CO2, N menjadi ammoniumdan nitrat, P menjadi fosfat.

16. Penyapuhan emas


Dalam proses penyepuhan dengan emas reaksi yg terjadi adalah reduksi ion-ion emasmenjadi
logamnya,
Au+ + e- -> Au atau Au3+ + 3e- -> Au2.

17. Peleburan biji logam


Untuk besi, reaksi totalnya adalah
2Fe2O3 + 3C -> 4Fe + 3CO2 Fe2O3
adalah bijih besi (hematit) dengan kokas (karbon/C) sebagai reduktor.

18. Dalam sistem biosensor


Sistem biosensor berupa alat pengukur kadar gula dan kolesterol berbasis enzimdi
dalam tanah untuk keperluan medis yang menggunakan teknologi film tebal (thick film). Alat
Pengukur kadar gula dan kolesterol dalam darah bekerja menggunakan prinsip elektrokimia
amperometrik. Prinsip kerja deteksi dari alatini didasari pada reaksi yang terjadi antara enzim
glucose oxidase dancholesterol oxidase dengan sample darah yang diukur. Proses reaksi
kimiawi inimenghasilkan aliran arus listrik yang kemudian diproses oleh signal
conditioningdan data akusisi. Hasil proses ini merupakan besar kadar gula dan kolesterol
didalam darah. Peralatan ini bersifat portable, kompak dan berdaya rendah

19. Pengolahan Alumunium


Zaman dahulu kala, alumunium termasuk logam yang harganya mahal dipasaran. Hal
ini dikarenakan jumlahnya yang sedikit di alam dan cara mendapatannya yang cukup sulit.
Cara memperolehnya dengan cara elektrolisis tidak berhasil karena apabila larutan garam
alumunium dihidrolisis, air lebih mudah direduksi daripada Ion Alumunium. Hal ini
menyebabkan gas Hidrogen yang terbentuk di anoda dan bukannya Alumunium. Elektrolisis
leburan Alumunium juga tidak berhasil karena 2 hal : Larutan tidak berbentuk ion dan
senyawanya mudah menguap apabila bersuhu tinggi. Elektrolisis oksidanya juga tidak
praktis karena titik lelehnya yang tinggi yang mencapai 2000 derajat celsius.Pada tahun 1886,
Charles Hall dari Oberlin College menemukan cara yang dapat digunakan untuk
mengelektrolisis Alumunium Oksida dengan menggunakan Al2O3 dengan Kriolit Na3AlF3.
Penambahan Kriolit ke dalam Al2O3 menurunkan temperatur campuran hingga 1000 derajat
celcius, sehingga elektrolisi dapat dilaksanakan. Bejana yang menampung campuran
alumunium terbuat dari besiyang dilapisi beton yang bertindak sebagai katoda dan batang
karbon yang berfungsi sebagai Anoda.

20. Pengolahan Magnesium


Magnesium merupakan logam yang penting karena sangat ringan. Magnesium
dijumpai berlimpah dalam air laut. Ion magnesium diendapkan dari air laut sebagai
hodroksida, kemudian Mg(OH)2 diubah menjadi kloridanya dengan cara mereduksinya
dengan asam klorida. setelah airnya menguap, MgCl2 dilelehkan dan dielektrolisis.
Magnesium dihasilkan di katoda dan Klor di Anoda.
C. ENZIM YANG TERLIBAT DALAM PROSES OKSIDASI DAN REDUKSI
DINAMAKAN OKSIDOREDUKTASE
Dalam uraian berikut, enzim oksidoreduktase dipilah menjadi 4 kelompok,yaitu: 1. Enzim
okidase 2. Dehidrogenase 3. Hidroperoksidase 4. Oksigenase
1. ENZIM OKSIDASE MENGGUNAKAN OKSIGEN SEBAGAI AKSEPTOR
HIDROGEN
Enzim oksidase mengatalisis pengeluaran hydrogen dari substrat dengan menggunakan
oksigen sebagai akseptor hidrogennya. Enzim-enzim tersebut membetuk air atau hydrogen
peroksida sebagai produk reaksi. Sebagi Oksidase Mengandung Tembaga Sitokrom oksidase
merupakan hemoprotein yang tersebar luas dalam banyak jaringan, dengan gugus prostetik
heme yang secara khas ditemukan dalam mioglobin, hemoglobin, serta sitrokom lain. Enzim
ini merupakan komponem terakhir pada rantai pembawa (carrier) respiratorik yang
ditemukan dalam mitokondria dan dengan demikian bertanggung jawab atas reaksi
pemindahan elektron yang dihasilkan dari oksidasi molekul substrat oleh dehidrogenase
kepada akseptornya yang terakhir, yaitu oksigen. Gas karbon monoksida, sianida, dan
hydrogen sulfide merupakan racun bagi enzim sitokrom oksidase. Sifat yang berlainan
sehubungan dengan efek karbon monoksida serta sianida. Penelitian yang lebih mutakhir
menunjukkan bahwa kedua sitokrom tersebut bergabung dengan sebuah protein tunggal, dan
kompleks tersebut dikenal sebagai sitokrom. Oksidase Lain Merupakan Flavoprotein Enzim
flavoprotein memiliki flavin mononukleotida (FMN) atau flavin adenin dinukleotida (FAD)
sebagai gugus prostetiknya. FMN dan FAD biasanya terikat erat-tetapi tidak secara kovalen
dengan masing-masing protein apoenzimnya.banyak enzim flavoprotein mengandung satu
atau lebih logam sebagai kofaktoresensial dan dikenal dengan nama metaloflavoprotein.
Enzim yang termasuk kedalam kelompok enzim oksidase ini mencakup oksidase asam L-
amino, suatu enzim terikat FMN yang ditemukan dalam ginjal dengan spesifisitas umum
untuk deaminasi oksidatif asam L-amino yang terdapat dialam.Enzim xantin oksidase
tersebar luas dan terdapat didalam susu,usus halus, ginjal, serta hati. Enzim ini mengandung
molibdenum dan mempunyai peranan penting dalam konversi basa purin menjadi asam urat
sebagai produk nitrogenosa akhir utama, bukan saja dari metabolisme purin, tetapi juga dari
katabolisme protein dan asam amino.Aldehid dehidrogenase merupakan enzim terikat-FAD
yang terdapat didalam hati mamalia. Enzim ini merupakan metaloflavoprotein yang
mengandung molibdenum serta besi nonheme dan bekerja pada senyawa aldehid serta
substret N-heterosiklik.Mekanisme oksidase dan reduksi semua enzim ini bersifat sangat
kompleks.meskipun demikian, bukti-bukti menunjukkan bahwa reduksi cincin isoaloksazin
berlangsung dalam 2 yahap lewat intermediat.
2. DEHIDROGENASE TIDAK DAPAT MENGGUNAKAN OKSIGEN SEBAGAI
AKSEPTOR HIDROGEN
Ada sejumlah besar enzim didalam kelompok ini. Enzim-enzim tersebut melaksanakan 2
fungsi utama: 1. pemindahan hidrogen dari substrat yang satu kepada substrat yang lain
dalam reksi oksidasi-reduksi berpasangan . enzi dehidrogenase ini bersifat sangat spesifik
untuk substratnya, tetapi sering memakai koenzim atau pembawa hidrogen yang sama seperti
enzim dehidrogenase lain, misal, NAD. Karena reaksi berlangsung reversibel, sifat-sifat ini
memudahkan senyawa ekuivalen preduksi dipindahkan secara bebas didalam sel. 2. sebagai
komponem dalam rantai respirasi pengangkutan elektron dari substrat ke oksigen.
3. ENZIM HIDROPEROKSIDASE MENGGUNAKAN HIDROGEN PEROKSIDA
ATAU PEROKSIDA ORGANIK SEBAGAI SUBSTRAT
Ada dua tipe enzim yang masuk ke dalam kategori ini : peroksidase dan katalase. Kedua tipe
enzim ini ditemukan baik pada hewan maupun tumbuhan. Enzim hidroperoksidase
melindungi tubuh terhadap senyawa-senyawa peroksida yang berbahaya. Penumpukan
senyawa peroksida dapat menghasilkanradikal bebas yang selanjutnya akan merusak
membran sel dan keungkinan menimbulkan penyakit kanker serta aterosklerosis.
4. ENZIM OKSIGENASE MENGATALISIS PEMINDAHAN LANGSUNG DAN
INKORPORASI OKSIGEN KE DALAM MOLEKUL SUBSTRAT
Enzim oksigenase lebih berhubungan dengan sintesis atau penguraian berbagai tipe metabolit
dibandingkan mengambil bagian dalam reaksi yang bertujuan memberikan enegi pada sel.
Enzim-enzim dlam kelompok ini mengatalisis inkorporasi (penyatuan) oksigen kedalam
molekul substrat.peristiwa ini berlangsung melalui 2 tahap : 1. pengikatan oksigen dengan
enzim pada tapak aktif, 2. reaksi saat oksigen yang terikat direduksi atau dipindahkan kepada
substrat.
D. RANTAI RESPIRASI DAN FOSFORILASI OKSIDATIF
Mitokondria telah mendapatkan nama yang tepat sebagai pusat tenagasel karena di dalam
organel inilah berlangsung seagaian besar peristiwa penangkapan energy yang berasal dari
oksidasi respiratorik, system daam mitokondria yang memasangkan respirasi dengan proses
pembentukan intermediate berenergi tinggi.
ATP disebut Fosforilasi Oksidatif
1. Sejumlah Enzim Spesifik bertindak sebagai penanda bagi kompartemen yang
dipisahkan oleh membran Mitokondria
Mitokondra mempunyai membran eksterna yang bersifat permeabel terhadap sebagian besar
Metabolit, membran eksterna yang permeabilitas nya selektif serta tersusun dalam bentuk
lipatan atau Krista, serta matriks di dalam membran interna tersebut. Membran eksterna dapat
di hilangkan melalui reaksi dengan digitonin dan dikarakterisasi oleh keberadaan monoamine
oksidase, asil koA sintetase, gliserofosfat asiltransferase, serta fosfolipase A2.
Adenilkinase dan keratin kinase ditemukan dalam ruang antar membran. Fosfolipid
kardiolipid teronsentrasi di dalam merman interna. Enzim enzim larut pada siklus asm sitrat
dan enzim enzim pada reaksi -oksidasi asam lemak berada dalam amatkriks sehingga
harus ada mekanisme bagi pengangkut metabolit dan nukleotida melintasi membran interna.
Enzim uksinat dehidrogenase ditemukan pada permukaan dalam membran interna
mitokondria tempat enzim tersebut mengangkut unsure ekuivalen pereduksi ke rantai
respirasi yang merupakan konstituen utama membran interna. 3-hidroksibutirat
dehidrogenase juga terikat paa sisi matrks membran mitikondria dalam. Gliserol-3-fosfat
dehidrogenase ditemukan pada permukaan luar membran interna, tempat enzim tersebut
berada pada sisi metrics membran mitokondria dalam. Gliserol-3-fosfat dehidrogenase
ditemukanpada permukaan luar merman interna, tempat enzim tersebut berada pada posisi
yang tepat untuk turut berperan dalam pergerakan ulang alik (shuttle) gliserofosfat
2. Rantai Respirasi Mengmpul Dan mengoksidasi Sejumlah Zat Ekvalen Pereduksi.
Semua energy bermanfaat yang di bebaskan selama oksidasi asam lemak serta asam amino,
dan hampir seluruh energy yang di lepaskan dari oksidasi karbohidratterdapat di dalam
mitokondria sebagai unsure ekivalen pereduksi (-H atau electron). Mitokondria mengandung
seri katalisator yang dikenal sebagai rantai respirasi. Yang mengumpulkan, Mengangkut
unsure ekivalen pereduksi dan mengarahkan kepada reaksi dengan oksigen untuk membentuk
air. Yang juga terdapat dalam mitokondria adalah rangkaian mesin untuk menangkap energy
bebas yang di lepas sebagai fosfat berenergi tinggi. Mitokondria juga mengandung berbagai
system enzim yang memang pada dasarnya bertanggaung jawab memproduksi sebagian besar
unsure ekuivalen pereduksi , yaitu enzim enzim oksidasi dan siklus asam sitrat. Siklus
asam sitrat merupakan metabolism umum terakhir untuk oksidasi semua bahan mekanan
utama. Komponen rantai respirasi tersusun dengan urutan potensial redoks yang meningkat
Komponen utama rantai respirasi (lihat gambar ). Hydrogen dan electron mengalir melalui
rantai tersebut dalam langkah langkah dari komponen yang memiliki komponen yang
memiliki potensial redoks lebih negative ke komponen dengan potensial redoks lebih
terhadap yang lebih positif lewat suatu rentang redoks (redoks span) sebesar 1,1 v dari
NAD+/NADH. Rantai respirasi dalam mitokondria terdiri atas sejumlah pembawa (carier)
redoks yang berjalan dari system dehidrogenase spesifik NAD, lewat semua substrat
berhubungan dengan rantai respirasi melalui dehidrogenase spesifik NAD; sebagian substrat
karena potensial redoksnya lebih positif (missal, fumarat/suksinat) berhubungan
langsungdengan protein flavoprotein dehidrogenase, yang pada giliranya akan berhubungan
dengan enzim sitikrom pada rantai respirasi. Telah jelas bahwa terdapat sesuatu pembawa
tambahan dalam rantai respirasi yang merangkaikan flavoprotein ke sitokrom b, anggota
rantai sitokrom yang memiliki potensial redoks paling rendah. Zat ini yang di namakan
ubikuinon atau Q (koenzim Q) terdapat di dalam mitokondria dalam bentuk kuinon
teroksidasi pada keadaan aerob dan dalam bentuk kuinon tereduksi pada keadaan anaerob. Q
merupakan konstituen lipid mitokondria: lipit lipit iterutama terdapat dalam bentuk fosfolipit
yang menjadi bagian mitokondria. Rumus bangun Q sangat mirip dengan rumusan bangun
vitamin K dan vitamin enzim. Ubikoinon juga menyerupai plastokuinon yang ditemukan
dalam kloroplas. Semua zat ini dicirikan oleh rantai sampaipoliisoprenoid. Di dalam
kloroplas. Semua zat ini dicirikan oleh rantai sampai piliisoprenoid. Didalam mitokondria, Q
terdapat dalam jumlah sitoikimetrik berlebihan jauh lebih besar disbanding anggota lain
respirasi, hal ini sesuai dengan fungsi Q yang bekerja sebagai komponen mobil rantai
respirasi yang mengumpulkan unsure ekivalen pereduksi kompleks flavoprotein yang lebih
terfiksasi dan mengantarkan kepada sitokrom. Komponen tambahan yang ditemukan dalam
sediaan rantai respirasi adalah protein besi sulfur (FeS ; besi nonhem) Unsur ini berikatan
dengan flavonprotein (metaloplavoprotein) dan dengan sitokrom b. sulfur dan za besi
dianggap berperan dalam mekanisme oksidoreduksi antara flavin dengan Q yang melibatkan
perubahan pada hanya satu e tunggal dengan atom besi menjalani oksidoreduksi antara Fe2+
dan Fe3+.enzim dehidrogenase menganalisis proses perpindahan electron dari substrat
kepada NAD rantai tersebut. Terdapat beberapa perbedaan dalam menyelenggarakan proses
ini asam ketopiruvat keteloglutara ,mempunyai system dehidrogenase kompleks yang
melibatkan lipoat dan FAD, sebelum electron dipindah kepada NAD rantai respirasi.
Pemindahan electron dari enzim dehidrogenase lain seperti L(+)-3-hidroksiasil-KoA. D(-)-3-
hidrosibutirat, prolin, glutamat, malat dan isositrat dehidrogenase berPasangan langsung
dengan NAD pada rantai respirasi. NADH (reduksi) pada rantai respirasi selanjutnya
diksidasidasikan oleh enzim metaloflavoprotein NADH dehidrogenase. Enzim ini
mengandung FeS dan FMN,terikat erat pada rantai respirasi dan menghantarkan unsure
ekivalen pereduksi kepada Q. Q juga merupakan titik pengumpulan dalam rantai respirasi
bagi unsur unsur ekivalen pereduksi yang berasal dari substrat lain yang berikatan langsung
dengan rantai respirasi lewat enzim flavoprotein dehodrogenase. Substrat ini mencangkup
suksinat, kolin, gliserol 3-fosfat, sarkosin, dimetiglisi, dan asil KoA. Moietas (moiety)
flavin semua enzim dehidrogenase ini adalah FAD. Elektron mengalir dari Q, melalui
rangkaian sitokrom yang terlihat dalam ke molekul oksigen. Sitokrom tersusun dalam urutan
poensial redoks yang meningkat. Gugus terminal sitokrom aa3 (sitokrom oksidase)
bertanggung jawab atas penggabungan terakhir sejumlah unsu ekivalen pereduksi dengan
molekul oksigen. System enzim ini ternyata mengandung tembaga, suatu komponen yang
ditemukan dalam beberapa enzim oksidase. Sitokrom oksedase mempunyai afinitas sangat
tinggi terhadap oksigen sehingga memungkinkan rantai respirasi berfungsi dengan kecepatan
maksimal sampai benar benar benar kehabisan o. Karena bersifat irefersibel (satu
satunya seaksi ireversibel dalam rantai respirasi), reaksi ini menentukan arah pergerakan
ekuivalen pereduksi dalam rantai respirasi serta arah proses produksi ATP yang terangkai
padanya.
3. Rantai respirasi menyediakan sebagian besar energy yang di tangkap di dalam
metabolisme
ADP merupakan molekul yang ditangkap sebagian energy bebas dalam bentuk fosfat
berenergi tinggi, yang di lepas oleh proses katabolisme. ATP yang dihasilkan akan
menghanarkan energi. Jadi, ATP dapat disebut sebagai penukar energy pada sel. Pada reaksi
glikolisis , terjadi pengambilan netto langsung dan gugus fosfat berenergi tinggi , yang setara
dengan kurang lebih 103,2 kj/mol glukosa. (secara invivo, G untuk sintesis ATP dari ADP
telah dihitung sebesar kurang lebih 51,6 kj/mol sehingga memungkinkan terdapatnya reaktan
dalam konsentrasi aktualdi dalam sel. Nilai ini lebih besar dari pada nilai G0 untuk
hidrolisis ATP yang diperoleh dibawah konsentrasi standart 1,0 mol/L). karena 1 mol glukosa
menghasilkan kurang lebih 2870 kj pada pembakaran sempurna, energy kyang ditangkap
fosforilasi dalam proses glikolisis hana sedikit. Berbagai reaksi pada asam simsus asam sitrat
pada lintasan terakhir untuk oksidasi lengkap glukosa mencangkup satu tahap fosforilasi,
yaitu perubahan suksionil Ko-A menjadi suksinat kyang memungkinkan penangkapan
tambahan hanya dua fosfat berenergi tinggi permol glukosa. Semua reaksi fosforilasi yang di
uraikan terjadi pada tngkat substrat. Pemeriksaan terhadap mitokondria utuh yang melakukan
respirasi mengungkap bahwa kalau substrat teroksidasi lewat enzim dehidrogenase yang
terikat NAD dan rantai respirasi, kurang lebih 3 mol fosfat anorganik dan akan
diinkorporasikan ke dalam 3 mol ADP untuk membentuk 3 mol ATP per mol O yang di
komsusi, yaitu rasio P : Oksidasi = 3. Sebaliknya kalau substrat dioksidasi melalui
dehidrogenase yang terikat flavoprotein , hanya 2 mol ATP yang terbentuk , yaitu P : Oksidasi
= 2. Kontrol Respiratorik Menjamn Pasokan ATP Yang Konstan Laju respiratorik
mitokondria dapat dikontrol oleh konsentrasi ADP. Hal ini terjadi karena terjadi oksidasi dan
fosforilasi berpasangan secara erat dengan kata lain, oksidasi tidak dapat berlangsung lewat
ranotai respirasi bila pada saat yang bersamaan tidak terjadi berlangsung lewat rantai respirasi
bila pada saat yang bersamaan tidak terjadi fosorilasi ADP. Chance dan wiliams menyebutkan
5 keadaan yang dapat mengontrol laju respirasi dalam mitokondria. Umumnya, kebanyakan
sel dalam kondisi istirahat berada dalam status 4 dan respirasi di control oleh ketersediaan
ADP. Jika kita menyelenggarakan kerja, ATP di ubah menjadi ADP. Jika kita
menylenggarakan kerja, ATP diubah menjadi ADP ehingga memungkinkan terjadinya lebih
banyak resprasi yang pada gilirannya akan memperbaharui persimpanan ATP. Dalam kondisi
terentu akan terlihat bahwa konsentrasi fsfat anorganik dapat pula mempengaruhi kecepatan
kerja rantai respirasi. Dengan semakan meningkatnya respirasi (seperti terjadinya pada saat
olahraga), sel akan mendekati status 3 atau 5 jika kapasitas antai respirasi menjadi jenuh atau
jika PO turun dibawah nilai Km untuk sitokrom a. terdapatpula kemungkinan bahwa
pengangkut ADP/ATP yangmemudahkan pemasukan ADP sitosol ke dalam dan ATP ke luar
mitokondria, menjadi suatu penentu kecepatan respirasi mitokondria. Dengan demi kian, cara
yang digunakan oleh proses proses oksidatif biologic sehingga bebas yang dihasilkan dari
oksidasi bahan makanan dapat tersedia dan ditangkap merupakan cara langsung bertahap,
efisien (kurang lebih 68 %) , serta terkontrol bukan mendadak, inefisien dan tidak
terkontrol seperti pada nonbiologik. Energy bebas lain yang tidak ditangkap sebagai fosfat
berenergi tinggi akan dibebaskan sebagai panas. Ini tidak harus dipandang sebagai yang sia
sia mengingat hal ini memastikan bahwa system respiratorik sebagi keseluruhan
cukupaksergonik untuk dihilangkan dari keseimbangan , memungkinkan aliran satu arah
secara kontinu dan penyediaan ATP yang konstan. Pada hewan berdarah panas. Hal ini turut
berperan dalam mempertahankan suhu tubuh.
4. Banyak racun menghambat rantai respirasi
Sebagian besar informasi tantang rantai respirasi diperoleh dari penggunaan inhibitor, dan
sebaliknya, hal ini telah memberi pengetahan mengenai mekanisme kerja beberapa jenis
racun . untuk tujuan deskriptif, inhibitor dapat dibagi menjadi inhibitor untuk rantai respirasi
sendiri, inhibitor fosforilasi oksidatif, pemutus pasangan fosforilasi oksidatif. Inhibitor yang
menghentikan respirasi dengan menyekat rantai respirasi berkerja pada tiga tempat. Tempat
pertaa dihamba oleh olongan barbiturat seperti amobarbitual, anti biotic pirisidin A, dan
intektisida serta racun ikan rotenon. Semua inhibitor ini mencegah oksidasi substrat yang
berhubungan langsung dengan rantai respirasi lewat enzim dehidrogenaseterikat NAD,
dengan menyekat pemindahandari FeS ke Q. dalam takaran yang cukup, pemberian inhibitor
ini secara in vivo akan berakibat fatal. Dimerkaprol dan antimisi A menghambat rantai
respirasi antara stokrom b dan sitokrom c. racun klasik seperti HS, karbon monoksida serta
sianida menghambat sitokrom oksidase dengan demikian dapat menghentikan respirasi secara
total. Karboksin dan TCA secara spesifik menghambat dehidrogenase ke Q, sedangkan
manolat merupakan inhibitor kompentitif enzim suksinat dehidrogenase. Anti biotic
oligomisin menyebabkan penyekatan (blockade) seluruhproses oksidasi dan fosforilasi dalam
mitokondria utuh. Meskipun demikian, dengan adanya unsur pemutus pasangan
membuktikan bahwa preparat olgomisin tidak bekerja langsung pada rantai respirasi, tetapi
bekerja kemudian pada satu tahap dalam fosforilasi. Pemutusan pasangan (uncoupler) bekerja
memisahkan proses oksidasi dalam rantai respirasi dari proses fosforilasi, dan hal ini dapat
menjelaskan kerja toksik senyawa senyawa in vivo. Pemisah kedua proses tersebut akan
membuat respirasi tidak terkontrol karena konsentrasi ADP atau P tidak lagi membatasi laju
respirasi. Preparat pemutus pasangan yang paling sering di gunakan adalah 2,4 dinitrofenol,
tetapi juga ada beberapa senyawa lain yang bekerja dengan cara serupa, yaitu dinitrofenol,
tetapi juga ada beberapa senyawa lain yang bekerja dengan cara serupa, yaitu dinitrokresol,
petakklofenol dan CCCP (in klorokarbonil sianida fenilhidrazon). Senyawa terakhir ini
dimiliki keaktifan sekitar 100 kali lebih besar dari pada keaktifan dinitrofenol.
5. Enzim ATP Sintase Yang Terletak Pada Membran Membentuk ATP
Selisih potensial elektro kimia digunakan untuk menggerakkan enzim ATP sintase
dimembran yang akan membentuk ATP pada adanya P1 + ADP dengan demikian tidak ada
intermediate berenergi tinggi yang digunakan bersama, baik oleh proses oksidasi maupun
fosforilasi seperti di syaratkan dalam hipotesis kimiawi. Tersebar pada permukaan membran
interna adalah kompleks yang melaksanakan fosforilasi dan bertanggung jawab atas produksi
ATP.
Reaksi Oksidasi dan Reduksi di dalam Metabolisme
Strategi biokimiawi dari organisme hidup adalah oksidasi bertahap senyawa organik
menjadi karbondioksida dan air. Dengan penggabungan reaksi-reaksi inti secara benar,
sebagian besar dari energi yang di produksi didalam oksidasi, disimpan dalam bentuk ATP.
Penting untuk mengenali proses oksidasi reduksi didalam metabolisme dari pengamatan
terhadap transformasi kimiawi. Reduksi suatu molekul organik diakibatkan oleh hidrogenasi
(penambahan ikatan hidrogen H-H) suatu ikatan ganda atau suatu ikatan tunggal, disertai
dengan pemotongan ikatan tersebut. Sebaliknya oksidasi molekul organik diakibatkan oleh
dehidrogenasi (penarikan hidrogen H-H). Pada reaksi redoks biokimiawi, koenzim yang
mengaitkan NAD+ - NADH dan FAD-FADH2 berfungsi untuk melaksanakan dehidrogenasi-
hidrogenasi molekul organik dengan adanya enzim-enzim yang sesuai (Albert L. Lehninger,
1982).
Proses oksidasi reduksi di sel darah merah
Pada sel darah merah , kegunaan pertama dari NADPH adalah untuk mereduksi bentuk
disulfide dari glutathione menjadi bentuk sulfhydryl, reduksi glutathione ini adalah untuk
mempertahankan struktur normal dari sel darah merah dan untuk menjaga bentuk hemoglobin
dalam bentuk Fe2+ dalam proses oksidasi-reduksi dalam sel. sitokrom merupakan senyawa
heme oleh z arifin - 2008 - artikel terkaitdalam sel darah merah serta karboksi peptidase dan
dehidrogenase dalam hati. dalam proses oksidasi-reduksi dalam sel. sitokrom merupakan
senyawa heme yang diisolasi (kultur sel, sel darah merah,dll), penetapan viabilitas sel : uji
inklusi pewarna uji toksisitas berdasarkan pada reduksioleh d juwita - 2009 - artikel
terkaitakseptor elektron pada suatu reaksi oksidasi-reduksi.24

Anda mungkin juga menyukai