Transport elektron dan fosforilasi oksidatif terjadi pada membran mitokondria sebelah dalam
Pada sel eukariotik, hampir semua dehidrogenase spesifik yang diperlukan pada
oksidasi piruvat dan bahan bakar lain melalui siklus asam sitrat terletak pada bagian sebelah
dalam mitokondria yaitu matriks. Molekul pemindah elektron dari rantai respirasi dan
molekul enzim yang melakukan sintesa ATP dari ADP dan fosfat terbenam di dalam membran
sebelah dalam. Bahan bakar siklus asam sitrat seperti piruvat, harus dipindahkan dari sitosol
(tempat dilakukannya sintesis molekul-molekul tersebut) melalui membran mitokondria ke
dalam bagian matriks disebelah dalam, sabagai tempat aktivitas dehidrogenase. Demikian
pula ADP yang dibentuk dari ATP selama aktivitas yang memerlukan energi didalam sitosol
harus dipindahkan ke dalam matriks mitokondria untuk mengikat fosfat kembali menjadi
ATP. ATP baru yang dibentuk harus dikembalikan ke sitosol. Sistem transport membran yang
khusus pada membran mitokondria sebelah dalam tidak hanya melangsungkan masuknya
piruvat dan bahan bakar lain ke dalam mitokondria, tetapi juga masuknya fosfat dan ADP dan
keluarganya ATP selama foforilasi oksidatif. Jadi, membran mitokondria sebelah dalam
merupakan struktur kompleks yang mengandung molekul pembawa elektron, sejumlah enzim
dan beberapa sistem transport membran. Yang bersama-sama menyusun sampai 75% atau
lebih berat total membran, sisanya merupakan lipida. Struktur membran sebelahdalam amat
kompleks, berliku-liku dan bersifat mosaik. Integritas membran ini penting bagi
pembentukan ATP yang menunjang aktivitas hidup (Albert L. Lehninger, 1982).
Pembentukan ATP oleh Fosforilasi Oksidatif diatur oleh kebutuhan energi sel
Persamaan reaksi bagi oksidasi NADH oleh mitokondria mamperlihatkan bahwa
fosfat dan ADP, seperti juga oksigen diperlukan bagi berlangsungnya transport elektron.
NADH + H+ + 3Pi + 3ADP + O2 NAD+ +3ATP + 4 H2O
Pada saat terjadinya transport elektron, fosfat dan ADP akan dipindahkan dari sitosol
dan ATP akan bertumpuk. Sistem ini akhirnya mencapai keadaan dengan hampir semua ADP
akan terubah menjadi ATP oleh fosforilasi oksidatif. Walaupun konsentrasi fosfat anorganik
juga akan menjadi lebih rendah, fosfat biasanya berada pada konsentrasi yang lebih tinggi
didalam sel dibandingkan dengan ADP. Jadi, bilamana ADP didalam sel sudah amat terkuras,
kecepatan konsumsi oksigen oleh mitokondria harus menurun sampai hanya sebagian kecil
dari kecepatan maksimumnya, karena kecepatan ini dibatasi oleh konsentrasi ADP yang
rendah. Hal ini merupakan respirasi dalam keadaan santai atau istirahat. Respirasi akan
meningkat menjadi maksimum hanya bilamana konsentrasi ADP didalam sitosol meningkat.
Ini akan terjadi bilamana kecepatan reaksi beberapa proses yang memerlukan energi didalam
sel meningkat. Jadi, peningkatan penguraian ATP menjadi ADP menjadi ADP lebih banyak
tersedia untuk difosforilasi selama transport elektron. Ketergantungan kecepatan konsumsi
oksigen kepada konsentrasi ADP sebagai senyawa penerimaan fosfat disebut kontrol
penerima pada respirasi. Pada berbagai jaringan hewan dan manusia, nisbah kontrol respirasi
atau nisbah kevepatan maksimum konsumsi oksigen yang diinduksi oleh ADP terhadap
kecepatan istirahat sedikitnya 10. Pada beberapa orang kontrol penerima mengalami kelainan,
mungkin karena kelainan genetik. Sebagai akibatnya, jaringan tubuh memperlihatkan
kecepatan konsumsi oksigen yang tinggi pada setiap saat. Salah satu cara untuk menyatakan
status energi sel diberikan oleh nisbah aksi-massa sistem ATP yaitu nisbah.
[ATP]
[ADP][Pi]
Tanda kurung menunjukan konsentrasi molar. Biasanya nisbah ini amat tinggsi
sehingga sistem ATP-ADP hampir semuanya terfosforilasi. Pada keadaan ini, konsentrasi
ADP amat rendah dan tidak cukup untuk mencapai kecepatan maksimum respirasi. Dalam hal
ini, kecepatan sintesis ATP cukup untuk memenuhi kebutuhan yang sedang berlangsung.
Tetapi bilamana seberapa aktivitas selular yang memenuhi ATP tiba-tiba meningkat
kecepatannya, sebagian ATP sel akan terurai menjadi ADP dan fosfat, menurunkan nisbah
[ATP]/[ADP][Pi] konsentrasi ADP yang meningkat ini akan meningkatkan secara otomatis
kecepatan transport (pengangkutan) elektron dan fosforilasi oksidatif, menyebabkan ATP
dibentuk kembali dari ADP. Ini akan berlangsung terus sampai nisbah [ATP]/[ADP][Pi]
dikembalikan ke tingkat normalnya yang tinggi, pada keadaan ini kecepatan respirasi akan
menurun kembali. Biasanya kecepatan oksidasi bahan bakar sel diatur dengan kepekaan dan
kecepatan sedemikian rupa sehingga nisbah [ATP]/[ADP][Pi] berfluktuasi hanya sedikit pada
kebanyakan jaringan, bahkan pada saat kebutuhan energi bervariasi. ATP dibentuk hanya
secepat senyawa ini dipergunakan pada aktivitas sel yang memerlukan energi (Albert L.
Lehninger, 1982).
3. Rantai Respirasi
Rantai respirasi adalah rangkaian proses transfer elektron hidrogen yang terjadi pada bagian
membran dalam mitokodria dengan melibatkan sejumlah enzim. Hasil akhir dari rangkaian
proses transfer electron ialah sejumlah energi berbentuk ATP yang diperlukan dalam berbagai
aktivitas organisme hidup.
Respirasi sebagai suatu proses oksidasi yang terdiri banyak tahapan reaksi dan juga respirasi
adalah oksidasi selular di mana energi yang disimpan dalam molekul-molekul makanan
dilepaskan dan digunakan oleh sel. Dalam reaksi tersebut, H2O dan CO2 merupakan hasil
akhir dan energy terlepas. Reaksi umum respirasi:
C6H12O6+ 6 O2 +6 H2O > 6 CO2 +12 H2O + ATP
Reaksi respirasi merupakan reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula
menjadi molekul anorganik berupa CO2 dan H2O. Tujuan respirasi adalah untuk
mendapatkan energi melalui proses glikolisis. Senyawa gula diperoleh dari proses
fotosintesis. Butiran amilum yang tersimpan dalam jaringan dan organ penyimpan cadangan
makanan akan diubah kembali dalam bentuk glukosa fosfat di dalam sitoplasma sel.
Kemudian glukosa fosfat akan dipecah menjadi piruvat dan masuk ke dalam siklus Krebs.
Selama glikolisis berlangsung dan dalam siklus Krebs akan dihasilkan gas CO2 yang akan
dikeluarkan dari dalam sel. Gas tersebut dengan berdifusi akan terkumpul dalam rongga-
rongga antar sel dan bila tekanan telah cukup akan keluar dari jaringan.
Rantai respirasi terjadi di dalam mitokondria sebagai pusat tenaga. Di dalam
mitokondria inilah sebagian besar peristiwa penangkapan energi yang berasal dari oksidasi
respiratorik berlangsung. Sistem respirasi dengan proses pembentukan intermediat berenergi
tinggi (ATP) ini dinamakan fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif memungkinkan
organisme aerob menangkap energi bebas dari substrat respiratorik dalam proporsi jauh lebih
besar daripada organisme anaerob.
NADH dan FADH2 yang terbentuk pada reaksi oksidasi dalam glikolisis, reaksi
oksidasi asam lemak dan reaksi-reaksi oksidasi dalam siklus asam sitrat merupakan molekul
tinggi energi karena masing-masing molekul tersebut mengandung sepasang elektron yang
mempunyai potensial transfer tinggi. Bila elektron-elektron ini diberikan pada oksigen
molekuler, sejumlah besar energi bebas akan dilepaskan dan dapat digunakan untuk
menghasilkan ATP. Fosforilasi oksidatif merupakan proses pembentukan ATP akibat transfer
electron dari NADH atau FADH2 kepada O2 melalui serangkaian pengemban electron.
Proses ini merupakan sumber utama pembentukan ATP pada organisme air. Sebagai contoh,
fosforilasi oksidatif menghasilkan 26 dari 30 molekul ATP yag terbentuk pada oksidasi
sempurna glukosa menjadi CO2 dan H2O.
Aliran electron dari NADH atau FADH2 ke O2 melalui kompleks-kompleks protein,
yang terdapat pada membran dalam mitokondria, akan menyebabkan proton terpompa keluar
dari matriks mitokondria. Akibatnya, terbentuk kekuatan daya gerak proton yang terdiri dari
gradient ph dan potensial listrik trans membran. Sintesis ATP teradi bila proton mengalir
kembali kedalam matriks mitokondria melalui suatu kompleks enzim. Jadi, oksidasi dan
fosforilasi terangkai melalui gradient proton melintasi membran dalam mitokondria.
NAD+, NADP+, FMN, dan FAD dapat direduksi oleh kerja dehidrogenase yang berhubungan
dengan mereka. Hal yang penting adalah bahwa disediakan suatu cara untuk reoksidasi
karena persediaan koenzim-koenzim yang dapat diperoleh ini untuk sel mana pun terbatas.
Reoksidasi NADH dirangkai dengan reduksi FAD menjadi FADH2. Ini hanya merupakan
langkah pertama dalam suatu sistem majemuk enzim-enzim yang terangkai yang terdapat
dalam mitokondria dalam suatu asosiasi fisik demikian dekat, sehingga seluruh rakitan enzim
dapat diasingkan sebagai partikel submitokondria dengan cara-cara yang relatif sederhana.
Partikel ini dapat melakukan semua langkah-langkah sendiri-sendiri dalam rangkai kejadian
kimia, seperti diringkaskan oleh persamaan berikut:
2H+ + 2e + O2 H2O (Montgomery, 1993).
Urutan reaksi pengangkutan elektron (delapan tahap reaksi oksidasi-reduksi) dalam rantai
pernafasan adalah sebagai berikut:
NAD FMN Fe.S Q Cyt.b Cyt.c Cyt.a Cyt.a3 O2
Atom hidrogen atau tepatnya elektron dari atom ini, dialirkan dari satu molekul pembawa
elektron ke molekul lainnya dalam suatu urutan reaksi oksidasi-reduksi (reaksi pengangkutan
elektron). Semua enzim dan koenzim yang diperlukan dalam proses ini terletak didalam
mitokondria suatu sel. Masuknya elektron kedalam rantai pernafasan berlangsung melalui
salah satu dari dua jalan, yaitu melalui NAD atau ubikuinon (Koenzim Q). Kedelapan tahap
reaksi oksidasi-reduksi pengangkutan elektron tersebut dituliskan dengan persamaan reaksi
kimia dibawah ini:
NADH + H+ + FMN NAD + FMNH2
FMNH2 + 2FeS (III) FMN + 2FeS (II) + 2H+
2FeS (II) + 2H+ + Q 2FeS (III) + QH2
QH2 + 2Cyt.b (Fe3+) Q + 2H+ + 2Cyt.b (Fe2+)
2Cyt.b (Fe2+) + 2Cyt.c (Fe3+) 2Cyt.b (Fe3+) + 2Cyt.c (Fe2+)
2Cyt.c (Fe2+) + 2Cyt.a (Fe3+) 2Cyt.c (Fe3+) + 2Cyt.a (Fe2+)
2Cyt.a (Fe2+) + 2Cyt.a3 (Fe3+) 2Cyt.a (Fe3+) + 2Cyt.a3 (Fe2+)
2Cyt.a3 (Fe2+) + O2 + 2H+ 2Cyt.a3 (Fe3+) +H2O
Proses reaksi eksergonik mengalirkan elektron dari NADH ke O 2 dirangkaikan dengan proses
fosforilasi bersifat oksidasi (pembentukan ATP dari ADP dan Pi) pada tiga tahap reaksi
pengangkutan elektron yaitu:
1) Dari NAD ke FMN
2) Dari sitokrom b ke sitokrom c1
3) Dari sitokrom aa3 ke O2.
Dengan demikian pasangan elektron dari senyawa substrat pernafasan yang masuk
rantai pernafasan melalui NAD akan menghasilkan tiga molekul ATP per satu atom O
(atau O2) yang dipakai. Sedangkan yang masuk melalui koenzim Q menghasilkan 2
ATP. Malat, isositrat, dan -ketogentarat adalah senyawa-senyawa daur asam
trikarboksilat yang memasukkan elektronnya melalui NAD, sedangkan suksinat
melalui koenzim Q.
Komponen-komponen utama rantai respirasi
Komponen-komponen utama rantai respirasi digolongkan dalam 3 kelas molekul yang
berbeda-beda, dua darinya berlaku sebagai pengangkut hidrogen dan elektron dan satu hanya
sebagai pengangkut elektron.
1. Flavoprotein dan komponen belerang-besi
Gugus prostetik flavoprotein pertama (FPD) menerima hidrogen dari dehidrogenase
yang terkait NAD +. Gugus ini bukan merupakan bagian dari dehidrogenase tersendiri, tetapi
terdapat pada enzim terpisah dikenal sebagai reduktase NADH-sitokrom b. FPS juga
merupakan pengangkut hidrogen dan bagian integral enzim dehidrogenase suksinat yang
mungkin bertanggung jawab untuk kekhasan tempat masuk kedua. Kimia koenzim flavin dan
gugus gugus prostetik sangat pelik dan belum dijelaskan sepenuhnya. Reaktivitas intrinsik
cincin isoaloksasin dipertinggi oleh adanya dua bagian tambahan dalam flavoprotein. Bagian
ini memasukkan besi sebanyak 8 atom (yang dikenal sebagai besi non-heme karena mereka
tidak disatukan dalam satu sistem cincin porfirin) pada beberapa enzim. Juga terdapat atom-
atom belerang yang labil asam, dinamakan demikian karena perlakuan dengan asam
membebaskan H2S. Dikenal berbagai protein besi-belerang. Kebanyakan contoh-contoh
mamalia kelas ini mengandung masing-masing 4 atom besi dan belerang. Karena atom-atom
besi bahan-bahan ini dapat mengalami oksidasi dan reduksi, mereka berlaku sebagai agen-
agen alih elektron tambahan baik pada rantai respirasi mitokondria maupun mikrosom.
Feredoksin, misalnya adrenodoksin, terdapat pada rantai respirasi mikrosom. Mereka
mengandung kurang atom-atom besi dan belerang daripada komponenmitokondria yang
berpadanan.
2. Koenzim Q atau ubikinon
Senyawa yang dikenal dengan koenzim Q atau ubikinon menghubungkan flavoprotein-
flavoprotein yang bekerja dalam tempat-tepat masuk terpisah dengan sitokrom-sitokrom.
Koenzim ini terdapat dalam berbagai bentuk, namun yang terdapat pada jarinagn mamalia
sering ditandai sebagai KoQ10 yang mengacu kepada jumlah satuan isoprenoid pada rantai
sampingnya. Bentuk-bentuk koenzim pda bakteri dan tumbuhan biasanya kurang
mengandung unit isoprenoid.
Koenzim Q berfungsi sebagai pengumpul semua hidrogen yang masuk dalam rantai respirasi.
Bila dioksidasi kembali, elektron-elektron, bukan atom hidrogen, yang diberikan ke
komponen rantai berikutnya, dengan pembebasan proton ke dalam matriks mitokondria.
Elektron-elektron ini diangkut ke bagian akhir rantai, dimana mereka bereaksi denagn
oksigen membentuk air. Suatu antibiotik yang menarik, pirisidin, menghambat kerja KoQ dan
menghalangi oksidasi kembali NADH.
3. Sitokrom
Paling sedikit ada empat tipe sitokrom yang berbeda dalam rantai respirasi mitokondria.
Sitokrom berfungsi sebagai agen pemindah elektron dan semua mengandung besi yang
terikat pada ciicin profirin. Pada masing-masing sitokrom, rantai samping yang dikaitkan
pada tepi cincin porifin berbeda dari yang ada pada hemoglobin. Besi pada sitokrom dapat
mengalami perubahan reversible dari Fe+++ ke Fe++ . sitokrom c dengan mudah diekstraksi dari
mitokondria. Lain-lain sitokrom terikat erat pada membran dan sukar dilepaskan. Mereka
dipandang sebagai protein membran intrinsik. Sitokrom a, a3, c1 dan b diorientasikan secra
spasial sepanjang ketebalan membran dalam mitokondria. Karena alasan ini, disangsikan
bahwa setiap sitokrom c telah dimurnikan sempurna. Sitokrom paling mudah dicirikan oleh
sifat-sifat spektralnya. Barfaedah untuk disebutkan bahwa sitokrom b terdapat dalm 2 bentuk
spektral yang berbeda, dikenal sebagai sitokrom b562 dan sitokrom b566.
Diketahui jenis sitokrom lain. Jadi sitokrom P450 merupakan komponen rantai respirasi
mikrosom nonfosforilasi. Dikenal juga yang lain sebgai sitokrom b 5 terdapat juga dalm
mikrosom bersama dengan suatu reduktaseyang agak khusus. Sitokrom ini mempunyai peran
pada deturasi atau hidroksilasi asam-asam lemak tertentu. Sitokrom b 5 juga terdapat pada
membran luar mitokondria, bersama reduktasenya yang khas.
Beberapa komponen rantai respirasi mitokondria terdapat lebih banyak dari yang lain. Ratio
molar sitokrom dan sebagainya, tidak identik. Kelebihan relatif KoQ menonjol dan mungkin
berhubungan dengan kenyataan bahwa ia terikat kurang erat pada membran dibanding
komponen-komponen yang lain.
4. Toksisitas oksigen, radikal superoksid, dan dismutase superoksid
Oksigen yang digunakan pada fodforilasi oksidatif merupakan komonen utama respirasi sel.
Melalui reduksi oksigen, energi ditangkap sebagai ATP dan terbentuk air. Reduksi lengkap
satu molekul oksigen membutuhkan empat elektron. Bila reduksi berlangsung oleh
penambahan-penambahan elektron tunggal, suatu senyawa antara akan berupa radikal
superoksid, O2-. Hasil reduksi lebih lanjut mencakup H2O2 (penambahan dua elektron tiap
molekul) dan gugus hidroksil OH-. Hidrogen peroksid merupakan senyawa beracun namun
kadarnya dipertahankan sangat rendah oleh kerjanya katalase, enzim yang menguraikannya
membentuk air dan molekul oksigen bebas. Katalase dapat menguraikan 40% protein total
yang terkandung dalam organel-organel yang dikenal sebagai peroksisom, yang terdapat
banyak dalam hati dan jaringan-jaringan tertentu lain. Peroksisom juga mengandung oksidase
urat, oksidase asam D-amino dan oksidase asam -hidroksi. Masing-masing anzim ini
menghasilkan hidrogen peroksid dalm perjalananreaksi-reaksi mereka yang mereka katalis.
Dekatnya dengan katalase dipastikan dengan penggabungan dalam suatu organel yang sama,
mempercepat perusakan efisiensi hidrogen peroksid.
Enzim-enzim yang bertangggung jawab untuk ini dikenal sebagai dismutase superoksid.
Enzim-enzim ini ditemukan pada spesies berkisar dari bakteri sampai mamalia. Dismutase
peroksid adalah metaloenzim namun kebutuhan logamnya tergantung dari sumber enzim.
5. Matriks Lipid
Meskipun barangkali tidak berperan aktif sebagai enzim, perlu disebutkan mengenai matrik
atau struktur pendukung terdapatnya enzim. Banyak terdapat bukti bahwa matriks terdiri dari
fosfolipid yang mengandung bagian-bagian besar asam lemak yang sangat tidak jenuh.
Mitokondria mamalia mengandung sebesar 26% besar fosfolipid dan dicirikan oleh adanya
fosfolipid yang agak asam, kardiolipin yang merupakan hampir seperenam fosfolipid total.
Bahan ini hampir khas untuk mitokondria, khususnya dalam jantung, ungkin mempunyai
peran khusus dalam mengikat enzim kedalam rantai respirasi dan dalam memudahkan
gerakan proton lewat matriks.
4. Senyawa-senyawa Berenergi Tinggi
Istilah senyawa berenergi tinggi memberikan bahan-bahan yang mengandung satu atau lebih
ikatanikatan jenis khusus, kadang-kadang digambarkan dengan lambang ~ bukan garis
lurus. Ciri-ciri yang membedakan kelas senyawa ini mudah ditentukan. Senyawa-senyawa
berenergi tinggi adalah senyawa-senyawa yang mempunyai ikatan ~ satu aatu lebih dan
mengalami perubahan energi bebas negatif besar bila mereka dihidrolisis.
Dalam istilah kuantitatif, bila hidrolisis ikatan menghasilkan G0 dari -5 sampai -20 kJ/mol
(-1 sampai -5 kkal/mol), ini dikenal sebagai ikatan berenergi rendah atau ikatan biasa. Bila
hidrolisis menghasilkan G0 sebagai -20 sampai -60 kJ/mol (-5 sampai -15 kkal/mol), ini
dikenal sebagai ikatan berenergi tinggi.
Senyawa-senyawa berenergi tinggi hampir semuanya, malah satu dari perkecualian, asetil
KoA, dapat dijabarkan dari asil adenilat tanpa kehilangan energi. Tidak senyawa yamg
mengandung fosfat merupakan senyawa berenergi tinggi. Senyawa-senyawa berenergi tinggi
yang mengandung fosfor hanya mencakup senyawa-senyawa yang hanya digolongkan
sebagai enol-fosfat, asil fosfat, atau pirofosfat. Tipe-tipe senyawa ini merupakan contoh
anhidrid asam sederhana atau campuran. Suatu asam anhidrid asam sederhana dihasilkan bila
unsur-unsur air diabstraksi dari dua molekul asam berbeda.
Sejumlah besar energi yang dilepaskan pada hidrolisis ikatan bernergi tinggi dihasilkan dari
beberapa faktor termasuk ionisasi gugus-gugus bermuatan yang dibangkitkan pada hidrolisis
dan stabilisasi resonansi meningkat pada hasil-hasil hidrolisis bila dibandingkan dengan
senyawa yang utuh.
Adanya senyawa-senyawa berenergi tinggi dan fakta bahwa mereka dapat terbentuk dalm sel-
sel kita merupakan kepentingan tertinggi untuk memahami metabolisme. Senyawa-senyawa
ini menyediakan cara untuk mengawetkan sekitar 40% energi total yang melewati jaringan-
jaringan tubuh. Pegawetan dicapai dengan berbagai reaksi khas yang mernagkaikan
pembentukan senyawa demkian dengan oksidasi biologi (Montgomery,1993).
2. Fotosintesis
Fotosintesis adalah proses reaksi oksidasi-reduksi biologi yang terjadi secara alami.
Fotosintesis merupakan proses yang kompleks dan melibatkan tumbuhan hijau, alga hijau
atau bakteri tertentu. Organisme ini mampu menggunakan energi dalam cahaya matahari
(cahaya ultraviolet) melalui reaksi redoks menghasilkan oksigen dan gula.
3. Pembakaran
Pembakaran merupakan contoh reaksi redoks yang paling umum. Pada pembakaran
propana (C3H8-;) di udara (mengandung O2), atom karbon teroksidasi membentuk CO2 dan
atom oksigen tereduksi menjadi H2O.
5. Baterai alkali
Baterai alkali hampir sama dengan bateri karbon-seng. Anoda dan katodanya
samadengan baterai karbon-seng, seng sebagai anoda dan MnO2 sebagai
katoda.Perbedaannya terletak pada jenis elektrolit yang digunakan. Elektrolit pada
bateraialkali adalah KOH atau NaOH.
Reaksi yang terjadi adalah:
anoda: Zn + 2 OH-ZnO + H2O + 2e
katoda: 2MnO2+ H2O + 2e-Mn2O3+ 2OH-
Potensial sel yang dihasilkan baterai alkali 1,54 volt. Arus dan tegangan padabaterai alkali
lebih stabil dibanding baterai karbon-seng.
7. AKI
Jenis baterai yang sering digunakan pada mobil adalah baterai 12 volt timbal-
asamyang biasa dinamakan Aki. Baterai ini memiliki enam sel 2 volt yang dihubungkanseri.
Logam timbal dioksidasi menjadi ion Pb2+ dan melepaskan duaelektron di anoda. Pb
dalam timbal (IV) oksida mendapatkan dua elektron danmembentuk ion Pb2+ di katoda. Ion
Pb2+bercampur dengan ion SO42- dari asamsulfat membentuk timbal (II) sulfat pada tiap-
tiap elektroda. Jadi reaksi yang terjadiketika baterai timbal-asam digunakan menghasilkan
timbal sulfat pada kedua elektroda
PbO2+ Pb + 2H2SO42PbSO4+ 2H2O
Reaksi yang terjadi selama penggunaan baterai timbal-asam bersifat spontan dantidak
memerlukan input energi. Reaksi sebaliknya, mengisi ulang baterai, tidakspontan karena
membutuhkan input listrik dari mobil. Arus masuk ke baterai danmenyediakan energi bagi
reaksi di mana timbal sulfat dan air diubah menjaditimbal(IV) oksida, logam timbal dan asam
sulfat.
2PbSO4+ 2H2OPbO2+ Pb + 2H2SO4
8. Baterai karbon-seng
Kalau anda memasukkan dua atau lebih baterai dalam senter, artinya anda
menghubungkannya secara seri. Baterai harus diletakkan secara benar
sehinggamemungkinkan elektron mengalir melalui kedua sel. Baterai yang relatif murah
iniadalah sel galvani karbon-seng, dan terdapat beberapa jenis, termasuk standarddan
alkaline. Jenis ini sering juga disebut sel kering karena tidak terdapat larutanelektrolit, yang
menggantikannya adalah pasta semi padat.Pasta mangan (IV) oksida (MnO2) berfungsi
sebagai katoda. Amonium klorida(NH4Cl) dan seng klorida (ZnCl2) berfungsi sebagai
elektrolit. Seng pada lapisanluar berfungsi sebagai anoda.
Reaksi yang terjadi :
anoda : ZnZn2++ 2 e-
katoda : 2MnO2+ H2O + 2e-Mn2O3+ 2OH-
Dengan menambahkan kedua setengah reaksi akan membentuk reaksi redoksutama yang
terjadi dalam sel kering karbon-seng.
Zn + 2MnO2+ H2OZn2++ Mn2O3+ 2OH-
Baterai ini menghasilkan potensial sel sebesar 1,5 volt. baterai ini bias digunakanuntuk
menyalakan peralatan seperti senter, radio, CD player, mainan, jam dansebagainya.
9.Pengaratan logam
4Fe(s)+3O2(g)2Fe2O3(s)
Reaksi total
2H2(g)+O2(g)2H2O(l)