DISUSUN OLEH :
Kelompok 11
Tingkat IIA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Metodologi
Keperawatan tentang “Asuhan Keperawatan Sistem Muskuoloskletal”. Dalam
penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dan
dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga
kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang “Asuhan Keperawatan Sistem
Muskuloskeletal”. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kelompok
mengharap kritik dan saran untuk penyempurna makalah ini.
Kediri,
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
TINJAUAN TEORI.................................................................................................2
A. PENGKAJIAN..............................................................................................2
B. DIAGNOSIS.................................................................................................3
C. INTERVENSI...............................................................................................5
D. IMPLEMENTASI.........................................................................................7
E. EVALUASI...................................................................................................9
BAB III...................................................................................................................11
KASUS...................................................................................................................11
BAB IV..................................................................................................................19
PEMBAHASAN....................................................................................................19
BAB V....................................................................................................................46
PENUTUP..............................................................................................................46
A. KESIMPULAN...........................................................................................46
ii
B. SARAN.......................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................47
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal adalah suatu sistem yang terdiri dari
tulang, otot, kartilago, ligamen, tendon, fascia, bursae dan persendian.
Fraktur atau patah tulangadalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Sementara (Marilyn, 2000) memberikan batasan, fraktur adalah
pemisahan atau patahnya tulang. Berdasarkan batasan di atas dapat
disimpulkan bahwa, fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang, retak
atau patahnya tulang yang utuh, biasanya disebabkan oleh
trauma/radapaksa atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya
trauma. (Ningsih, 2009)
Rusaknya kontinuitas, fraktur diakibatkan oleh tekana eksternal
yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila fraktur
mengubah posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon,
saraf, dan pembuluh darah) juga mengalami kerusakan. Fraktur patologis
terjadi tanpa trauma pada tulang yang lemah karena demineralisasi
berlebih. (Carpenito, 1999)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGKAJIAN
1. Definisi
2. Komponen pengkajian
a. Data subyektif juga disebut dengan gejala atau data tertutup, tampak
hanya pada individu yang mengalami dan dapat dijelaskan atau
diverivikasi hanya oleh individu tersebut (Kozier & dkk, 2010)
b. Data obyektif, juga disebut dengan tanda atau data terbuka, dapat
dideteksi oleh pengamat atau dapat diukur atau diperiksa menurut standar
yang diterima.
c. Data biografi yaitu meliputi nama klien, alamat, usia, jenis kelamin,
status perkawinan, pekerjaan, agama, pembiayaan layanan kesehatan, dan
sumber perawatn medis yang biasa.
2
3
f. Riwayat masa lalu yaitu riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum
pasien menderita penyakit sekarang.meliputi:
5) Hospitalisasi.
6) Medikasi.
B. DIAGNOSIS
1. Definisi
2. Komponen diagnosis
3. Rumusan diagnosis
a. PE(problem+etiologi) atau
C. INTERVENSI
1. Definisi
6
2. Komponen intervensi
D. IMPLEMENTASI
1. Definisi
1. Proses implementasi
E. EVALUASI
1. Definisi
1. Komponen evaluasi
BAB III
KASUS
1) Pernapasan.
Perubahan sistem pernapasan bergantung pada
gradasi blok saraf parasimpatis (klien mengalami kelumpuhan
otototot pernapasan) dan perubahan karena adanya kerusakan
jalur simpatik desenden akibat trauma pada tulang belakang
sehingga jaringan saraf di medula spinalis terputus. Dalam
beberapa keadaan trauma sumsum tulang belakang pada
daerah servikal dan toraks diperoleh hasil pemeriksaan fisik
sebagai berikut.
a. Inspeksi. Didapatkan klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas,
peningkatan frekuensi pemapasan, retraksi interkostal,
dan pengembangan paru tidak simetris.
b. Respirasi paradoks (retraksi abdomen saat inspirasi). Pola
napas ini dapat terjadi jika otot-otot interkostal tidak
mampu mcnggerakkan dinding dada akibat adanya blok
saraf parasimpatis.
c. Palpasi. Fremitus yang menurun dibandingkan dengan
sisi yang lain akan didapatkan apabila trauma terjadi
pada rongga toraks.
d. Perkusi. Didapatkan adanya suara redup sampai pekak
apabila trauma terjadi pada toraks/hematoraks.
13
2) Kardiovaskular
Pengkajian sistem kardiovaskular pada klien
cedera tulang belakang didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) dengan intensitas sedang dan berat. Hasil
pemeriksaan kardiovaskular klien cedera tulang belakang
pada beberapa keadaan adalah tekanan darah menurun,
bradikardia, berdebar-debar, pusing saat melakukan
perubahan posisi, dan ekstremitas dingin atau pucat.
3) Persyarafan
a. Tingkat kesadaran. Tingkat keterjagaan dan respons
terhadap Iingkungan adalah indikator paling sensitif untuk
disfungsi sistem persarafan. Pemeriksaan fungsi serebral.
Pemeriksaan dilakukan dengan mengobservasi penampilan,
tingkah laku, gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas
motorik klien. Klien yang telah lama mengalami cedera
tulang belakang biasanya mengalami perubahan status
mental.
b. Pemeriksaan Saraf kranial:
(1) Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan pada klien
cedera tulang belakang dan tidak ada kelainan
fungsi penciuman.
(2) Saraf II. Setelah dilakukan tes, ketajaman
penglihatan dalam kondisi normal
(3) Saraf III, IV, dan VI. Biasanya tidak ada gangguan
mengangkat kelopak mata dan pupil isokor.
14
5) Pencernaan.
Pada keadaan syok spinal dan neuropraksia, sering
dida-patkan adanya ileus paralitik. Data klinis
menunjukkan hilangnya bising usus serta kembung dan
defekasi tidak ada. Hal ini merupakan gejala awal dari syok
spinal yang akan berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu. Pemenuhan nutrisi berkurang karena
adanya mual dan kurangnya asupan nutrisi.
6) Muskuloskletal.
Paralisis motor dan paralisis alat-alat dalam
bergantung pada ketinggian terjadinya trauma. Gejala
gangguan motorik sesuai dengan distribusi segmental dari
saraf yang terkena
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Mutaqqin, 2008) diagnosa keperawatan yang
muncul pada Cedera Medula Spinalis adalah sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan
kelemahan otot-otot pernapasan atau kelumpuhan otot
diafragma.
b. Ketidakefektifan pembersihan jalan napas yang berhubungan
dengan penumpukan sputum, peningkatan sekresi sekret, dan
penurunan kemampuan batuk (ketidakmampuan batuk/batuk
efektif).
c. Penurunan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan
penurunan curah jantung akibat hambatan mobilitas fisik.
d. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf, cedera neuro-
muskular, dan refleks spasme otot sekunder.
16
3. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan
Kaji nyeri yang dialami klien
a. Kaji faktor yang menurunkan toleransi nyeri
b. kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan nyeri
c. Pantau tanda- tanda vital
d. Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
e. Kolaborasi dalam pemberian obat Analgetik
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan fraktur lumbalis
a. Tingkatkan mobilitas dan pergerakan yang optimal
b. Tingkatkan mobilitas ekstremitas atau Latih rentang
pergerakan sendi pasif
c. Posisikan tubuh sejajar untuk mencegah komplikasi
d. Anjurkan keluarga untuk memandikan klien dengan air
hangat.
e. Ubah posisi minimal setiap 2 jam sekali
f. Inspeksi kulit terutama yang bersentuhan dengan tempat
tidur
3) Inkontinensia defekasi bd kerusakan saraf motorik bawah
a. Kaji adanya gangguan pola eliminasi (BAB)
b. observasi adanya peses di pampers klien
c. Anjurkan kepada klien untuk memberi tahu perawat atau
keluarga kalau terasa BAB
d. Anjurkan kepada keluarga untuk sering mengawasi klien
e. Jelaskan kepada klien tentang adanya gangguan pola
eliminasi
4) Defisit perawatan diri: mandi
a. Kaji keadaan umm klien
b. Kaji pola kebersihan klien
c. Lakukan personal hygiene (mandi) pada klien
d. Libatkan keluarga pada saat memandikan
Bab ini berisikan laporan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan gangguan
Sistem Muskuloskeletal; Fraktur Lumbal di ruang Bedah Pria (C) RSDS
Dr.Soedarso Pontianak, yang dilaksanakan dari tanggal 14 Juni 2012 sampai
dengan tanggal 16 Juni 2012.
A. Pengkajian
1) Identitas Klien
Klien bernama Tn. S, umur 35 tahun dan sudah menikah, klien
beragama islam, bersuku melayu, pendidikan terakhir klien hanya
tamatan SD saaat ini klien bekerja sebagai seorang penambang emas,
klien berasal dari desa nanga menarin, mentebah kapuas hulu, pada
tanggal 06 Juni 2012 klien masuk RSDS dengan no RM 757759 klien di
rawat di ruang Bedah Umum Pria (C) dengan diagnose medis Fraktur
Lumbal.
2) Riwayat Kesehatan Klien
a. Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan ia belum pernah masuk Rumah Sakit, klien hanya
menderita sakit seperti flu dan batuk saja dan hanya membeli obat di
warung.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
Dua puluh hari sebelum masuk rumah sakit RSDS Pontianak
klien mengalami kecelakaan di tempat kerjanya. Saat bekerja
klien tertimpa runtuhan tanah dengan posisi jongkok, dan
beberapa saat setelah itu pada kedua kakinya terasa dingin dan
tidak bisa di gerakkan, kondisinya klien saat itu lemah sehingga
klien langsung dibawa ke rumah sakit putusibau dan mendapat
perawatan, karena fasilitas yang belum memadai di rumah sakit
putusibau pada tanggal 06 Juni 2012 klien dirujuk kerumah sakit
19
20
b. Pola Minum
21
f. Pola aktifitas
Klien hanya beraktifitas ditempat tidur, karena klien merasakan nyeri
pada bagian belakangnya sehingga klien tidak dapat melakukan
pergerakannya
5) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Saat dilakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum klien tampak
lemah, tampak mengatuk, hanya bisa beraktifitas di tempat tidur dan
hanya miring kiri dan miring kanan. Saat dikaji kesadaran klien
dalam keadaan kompos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg
dengan frekuensi nadi 89x/ menit dan frekuensi pernapasan
23x/menit sedangkan suhu tubuhnya 36,3c
b. Kepala leher dan axila
Kepala klien tampak simetris, rambut klien hitam dan agak panjang,
leher tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak adanya
lesi, di axilla tidak tampak lesi, tidak ada nyeri tekan dan tidak
teraba masa.
c. Mata
Mata klien tampak simetris, pupil klien isokor, konjungtiva tidak
pucat, terdapat lingkaran hitam disekitar mata, klien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan,
d. Telinga
Telinga klien tampak simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
masa dan tidak ada lesi, tidak ada gangguan pada fungsi
pendengaran klien
e. Hidung
23
7) Data Sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
Pendidikan terakhir klien adalah SD sekarang klien bekerja sebagai
penambang emas
b. Hubungan sosial : hubungan sosial klien terhadap keluarga baik
c. Faktor sosiokultural : didalam keluarga klien tidak ada tindakakn
keperawatan yang betentangan dengan kebudayaannya
d. Gaya hidup : klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol
8) Data Penunjang
a. Hasil lab tanggal 14 juni 2012:
GDS 99 Hexokinase mg/dl 55-
150
Ureum 39,7 UV test mg/dl 10-
50
Kreatinin 0,7 IFFE mg/dl 0,6-
1,3
b. Hasil pemeriksaan Radiologi
Rontgen: dari hasil foto vertebra tampak deformitas pada lumba 4-5.
26
B. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut Nyeri akut dapat 1. Kaji nyeri 1. Perubahan nyeri pada
klien akan menetukan
berhubungan dengan berkurang setelah yang dialami
rencana lebih lanjut
Terputusnya dilakukan klien ketakutan,keletihan,
2. Kaji faktor ketidaktahuan,monoton,dan
kontinuitas jaringan tindakan
ketidakpercayaan
yang
tulang.ditandai dengan keperawatan orang lain sering
DS : menurunkan menyebabkan penurunan
selama 3x24 jam
Pada waktu didata toleransi terhadap nyeri,
toleransi
dengan kriteria sehingga persepsi terhadap
klien mengatakan nyeri
nyeri nyeri akan meningkat
hasil:
pada saat 3. Kurangi atau ketakutan,keletihan,
- klien ketidaktahuan,monoton,dan
klien:bergerak & diam hilangkan
mengatakan ketidakpercayaan orang
dengan kualitas nyeri faktor yang
nyerinya sudah lain merupakan faktor yang
terasa ditusuk- meningkatka
berkurang skala dapat meningkatkan
tusuk,klien n nyeri
(1-3): 4. Pantau tanda- persepsi nyeri
mengatakan bagian
2. Peningktan tanda-tanda
- klien tidak tanda vital
belakangnya (lumbalis)
5. Ajarkan vital seperti tekanan darah,
meringis
terasa nyeri dengan
tekhnik nadi menandakan
kesakitan lagi
skala 4-6 (sedang), dan
distraksi dan peningkatan nyeri relaksasi
- TTV dalam
nyeri nya terjadi secara
relaksasi dan distraksi merupakan
batas normal
terus menerus sehingga 6. Berikan obat
metode nonfarmakologis
TD: 120/ 80
membuat klien sulit Analgetik
yang mengubah proses fikir
mmHg
untuk tidur.
N: 80x/ menit terhadap nyeri
DO :
RR: 20x/ menit 3. Analgetik berfungsi dalam
- Klien tampak S: 36,5 C
menghambat impuls nyeri
meringis saat bergerak
dan diam, dan saat di
tekan tulang
belakangnya,
- tekanan darah
100/60 mmHg dengan
frekuensi nadi 89x/
menit dan frekuensi
27
pernapasan 23x/menit
sedangkan suhu
tubuhnya 36,3c
- Ada reaksi penolakan
saat di tekan pada
tulang belakang
2. Hambatan mobilitas Hambatan 1. Kaji pola 1. Dengan mengetahui pola
fisik berhubungan mobilitas fisik aktifitas klien aktifitas klien maka akan
dengan fraktur teratasi setelah 2. Tingkatkan mengetahui seberapa
lumbalis di tandai dilakukan mobilitas mampu klien untuk
dengan : tindakan ekstremitas beraktifitas
DS :
keperawatan atau Latih 2. Mobilitas rentang gerak
- Klien mengatakan
selama 3x 24 jam rentang yang optimal Mencegah
hanya terbaring
dengan kriteria pergerakan kekakuan pada sendi klien
- Klien mengatakan
hasil: sendi pasif 3. Mempermudah pasien
aktivitasnya dibantu
DS: - Klien 3. Posisikan untuk memenuhi
perawat dan keluarga
mengatakan tubuh sejajar kebutuhannya secara
DO :
bertambahnya untuk mandiri
- Klien terlihat lemah
kekuatan dan daya mencegah 4. Air hangat akan
- Kaki kanan klien tidak
tahan ekstremitas komplikasi memperlancar sirkulasi
dapat di gerakkan
DO: - Klien 4. Anjurkan sehingga mencegah iskemi
- Kebutuhan klien di
mampu keluarga 5. Mengawasi aktifitas klien
bantu oleh keluarga
melakukan untuk agar klien tidak melakukan
dan perawat
aktivitas secara memandikan aktifitas yang dapat
- Klien hanya
bertahap sesuai klien dengan memperparah keadaannya.
beraktifitas di tempat
toleransi air hangat. 6. Kemerahan dan teraba
tidur dan itu pun hanya
5. Awasi panas pada kulit
berbaring
seluruh menandakan area tesebut
- Kekuatan otot
upaya mengalami tekanan yang
mobilitas dan dapat menjadi dekubitus
5 4
bantu pasien
0 5
jika di
perlukan.
28
6. Inspeksi kulit
terutama
yang
bersentuhan
dengan
tempat tidur
3. Inkontinensia defekasi Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Gangguan pola eliminasi
b/d tindakan adanya BAB biasanya ditandai
Kerusakan saraf keperawatan gangguan dengan ketidak tahuan
motorik bawah yg selama 3x24 jam pola klien kalau dirinya
ditandai dengan gangguan pola eliminasi sedang BAB feses yang
Ds: eliminasi (BAB) (BAB) terlalu lama di pampers
2. Observasi
Klien mengatakan dapat ditoleransi atau pengalas klien akan
adanya
tidak bisa mengatur klien dengan meningkatkan resiko lesi
feses di
BAB nya kriteria hasil: 2. Agar perawat atau
pampers
Klien mengatakan Ds: keluarga mengetahui dan
klien
pada saat BAB - Klien memberi segera mengganti
3. Anjurkan
tinjanya keluar sendiri tahu perawat atau pempers atau celana klien
kepada
tanpa ada rasa keluarga kalau 3. Agar bisa mengontrol
klien untuk
mengeluarkanya. sedang BAB adanya peses yang tidak
memberi
Do :
Klien mengatakan disadari klien
tahu
Pampers atau
dirinya tidak 4. Agar klien dan keluarga
perawat
celana klien
menyadari pada saat mengetahui tentang
atau
diganti apabila
BAB. adanya gangguan pola
keluarga
klien BAB
eliminasi yang dialami
kalau terasa
Do:
klien
BAB
Terlihat klien BAB
4. Anjurkan
dicelana dan klien
kepada
tidak menyadarinya,
keluarga
pada tulang
untuk
belakang daerah
sering
lumbalis tampak
mengawasi
bengkok atau terjadi
klien
29
tampak bersih
C. CATATAN KEPERAWATAN
No Tanggal &Catatan Tindakan
Dx Waktu
1. 14 Juni 2012 Mengkaji nyeri yang dialami klien
Hasil : skala nyeri klien 4-6 ( sedang)
07.30
Mengkaji faktor yang menurunkan toleransi nyeri
07.45 Hasil: pergerakan klien mempengaruhi tingkat nyeri klien
Mengurangi atau menghilangkan faktor yang
meningkatkan nyeri.
. 08.00
Hasil : mengurangi atau meminimalkan pergerakan klien
Memantau tanda- tanda vital
Hasil :
- TD : 100/60 mmHg
08.15 - N : 89 x/m
- S : 36,3c
- RR : 23 x/m
Melakukan pemasangan infus
Rasional : klien menerima tindakan keperawatan
Hasil : klien terpasang infus RL 20 tpm di tangan kirinya.
Mengkolaborasikan obat Analgetik ketorolac 30mg drip via
infuse RL 500cc
Rasional : klien menerima tindakan keperawatan
08.30
Hasil : klien tidak meringis kesakitan lagi
16 Juni 2012
07.30
07.40
08.00
08.15
09.30
eliminasi.
Hasil: klien tau adanya gangguan eliminasi pada dirinya
16 juni 2012
09.00
4 14 Juni 2012 Mengkaji keadaan umm klien
Hasil: klien tampak lemah
09.15
Mengkaji pola kebersihan klien
09.20 Hasil: klien belum mandi selama dirawat di rumah sakit
09.45
Mengkaji ulang keadaan umum klien
Hasil: klien tampak lemah
09.30
5 14 Juni 2012 Kaji tingkat pengetahuan klien
Hasil: klien tidak mengetahui peyakit yang di deritanya
10.00
Kaji latar belakang pendidikan klien
Hasil: klien hanya tamatan SD
10.15
11.00
D. CATATAN PERKEMBANGAN
No Tanggal &Perkembangan ( S O A P)
Dx Waktu
1 14 Juni 2012 S : Klien mengatakan bagian belakangnya nyeri
13.10 O : Klien tampak meringgis saat bergerak dan diam
TTV:
TD : 100/60 mmHg
N : 89 x/m
S : 36,3c
RR : 23 x/m
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan tindakan keperawatan
Kaji ulang skala nyeri yang dialami klien
Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
Berikan obat Analgetik ketorolac 30 mg drip via infuse RL
500cc
Pantau tanda- tanda vital
S : 36,5 c
RR : 22 x/m
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjtkan intervensi
Kaji ulang skala dan karakteristik nyeri klien
pantau TTV
Anjurkan klien untuk tidak banyak bergerak
berikan obat analgetik ketorolac 30mg drip via infuse RL
500cc
P : Lanjutkan intervensi
Kaji ulang keadaan umum klien
Kaji ulang pola kebersihan klien
Bantu klien memenuhi kebutuhan personal hygiene (mandi)
Penulis dalam bab ini membahas tentang asuhan keperawatan yang telah
diberikan kepada Tn.S dengan gangguan Sistem Muskuloskeletal ; Fraktur lumbal
yang di rawat di ruang Bedah Umum Pria (C ) Rumah Sakit Dokter Soedarso
Pontianak.
Pembahasan pada kasus ini adalah berdasarkan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi yang dikaitkan dengan landasan teoritis dan asuhan keperawatan yang
nyata.
Pelaksanaan dan pendekatan proses keperawatan ini dilaksanakan selama
tiga hari mulai dari tanggal 14 Juni 2012 sampai dengan tanggal 16 Juni 2012,
penulis berperan sebagai perawat pelaksana asuhan keperawatan tersebut yang
bekerja sama dengan tim kesehatan lain.
Selanjutnya akan diuraikan pembahasan kasus mengenai asuhan
keperawatan yang telah diberikan pada klien.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada
saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien
saat ini dan waktu sebelumnya. Pengkajian keperawatan meliputi dua
tahap yaitu pengumpulan data/verifikasi data dan menganalisa data
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan yang
mendasari pengkajian terhadap klien. Klien di pandang sebagai manusia
yang utuh dan dari segi bio-psiko-sosio – kultural- spritual yang apabila
mengalami gangguan akan menyebabkan kondisi tidak seimbang dan
memerlukan suatu adaptasi dalam melaksanakan pengkajian data di
peroleh melalui wawancara langsung dengan klien dan keluarga, observasi
atau mengamati langsung, pemeriksaan fisik, membaca hasil pemeriksaan
penunjang catatan keperawatan dan catatan medis.
40
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan dan masalah kolaborasi
menggambarkan batas kondisi klien yang memerlukan asuhan
keperawatan.
Pada tahap ini penulis menganalisa dan mensintesis data yang telah
dikelompokkan, kemudian penulis melakukan penilaian klinik tentang
respon klien dan keluarga terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan
yang aktual dan resiko. Pada tinjauan teoritis terdapat 5 diagnosa
keperawatan. Penulis menemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncul
pada Tn. S yang sesuai dengan sumber utama dalam perumusan diagnosa
dan rencana keperawatan Menurut (Mutaqqin, 2008) diagnosa
keperawatan yang muncul pada trauma medulla spinalisadalah sebagai
berikut:
C. Intervensi Keperawatan
Pada tahap perencanaan ini, penulis membuat prioritas urutan
diagnosa keperawatan yang telah dibuat, kemudian penulis merumuskan
tujuan dan kriteria hasil dengan jelas, dapat diukur, dapat dicapai, realistis
dan penentuan waktu yang sesuai dengan tujuan sehingga memungkinkan
dicapai oleh klien. Kemudian penulis mendesain intervensi dengan
landasan teoritis yang penulis sesuaikan dengan kondisi dan penyakit
klien.
Adapun faktor pendukung yang penulis rasakan pada tahap ini
adalah adanya persamaan antara diagnosa yang muncul dengan pedoman
teoritis sehingga dalam penyusunan rencana keperawatan tersebut penulis
hanya tinggal menyesuaikan perencanaan yang telah ada pada rencana
keperawatan teoritis dengan kondisi pasien. Sedangkan untuk hambatan
pada tahap ini tidak begitu dirasakan oleh penulis, karena dalam menyusun
intervensi penulis memodifikasi berdasarkan teori lain dan disesuaikan
dengan kondisi klien, serta sarana dan prasarana yang dimiliki rumah
sakit.
D. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat baik tindakan
mandiri keperawatan maupun tindakan kolaboratif. Dalam hal ini penulis
sebagai anggota tim keperawatan mengimplementasikan intervensi
keperawatan dengan berlandaskan teori, baik secara mandiri maupun
kolaboratif sesuai dengan penyakit yang diderita pasien dan kondisi pasien
saat itu.
Adapun faktor pendukung pada tahap ini adalah kerjasama yang
baik dengan tim kesehatan lain dan partisipasi dan klien dan keluarga
sehingga penulis dapat melaksanakan rencana yang telah penulis buat
43
dengan baik. Sedangkan untuk faktor penghambat pada tahap ini tidak
ditemukan karena semua perencanaan yang telah dibuat telah dilaksanakan
semuanya.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil di capai.
Adapun hasil dan pengevaluasian masing-masing diagnosa
keperawatan yang terdapat pada Tn.S yaitu :
1. Nyeri;akut berhubungan dengan Terputusnya kontinuitas jaringan
tulang.
Masalah ini masih belum teratasi, karena masih belum sesuai dengan
kriteria hasil yang tercantum dalam perencanaan keperawatan salah satunya
adalah skala nyeri klien masih 4-6(sedang), dan klien masih tampak
meringis kesakitan, saat ditekan tulang belakangnya jadi untuk menindak
lanjuti masalah tersebut penulis mencoba untuk berkolaborasi dengan
perawat ruangan dan dokter untuk melanjutkan semua intervensi yang telah
di rencanakan sampai masalah tersebut berkurang bahkan hilang.
2. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan Fraktur lumbalis
Masalah ini masih belum teratasi, karena masih belum sesuai dengan
kriteria hasil yang tercantum dalam perencanaan keperawatan salah satunya
adalah klien masih tampak lemah dan semua kebutuhan klien masih dibantu
oleh perawat dan keluarga jadi untuk menyelesaikan masalah tersebut
hendaknya intervensi yang telah penulis rencanakan bisa dapat dilakukan
atau teruskan oleh perawat ruangan.
3. Inkontinensia defekasi berhubungan dengan Kerusakan saraf motorik
bawah
Masalah ini belum teratasi, karena belum sesuai dengan tujuan dan criteria
hasil yang tercantum pada bagian perencanaan keperawatan, klien masih
belum bisa untuk mengontrol pola BAB nya sehingga klien masih harus
selalu di observasi untuk pola BAB nya. Jadi untuk solusinya di harapkan
kepada perawat dan keluarga untuk selalu mengobservasi keadaan klien dan
pola BAB nya.
44
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami selaku penulis memohon adanya kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
45
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., & dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep dan
Praktik, Edisi 7, Volume 1. Jakarta: EGC.
46