DISUSUN OLEH :
Kelompok 11
2B
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Metodologi
Keperawatan tentang “Asuhan Keperawatan Sistem Muskuoloskletal”. Dalam
penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dan
dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga
kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui tentang “Asuhan Keperawatan Sistem
Muskuloskeletal”. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kelompok
mengharap kritik dan saran untuk penyempurna makalah ini.
Penyusun
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal adalah suatu sistem yang terdiri dari
tulang, otot, kartilago, ligamen, tendon, fascia, bursae dan persendian.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Sementara (Marilyn, 2000) memberikan batasan, fraktur adalah
pemisahan atau patahnya tulang. Berdasarkan batasan di atas dapat
disimpulkan bahwa, fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang, retak
atau patahnya tulang yang utuh, biasanya disebabkan oleh
trauma/radapaksa atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya
trauma. (Ningsih, 2009)
Rusaknya kontinuitas, fraktur diakibatkan oleh tekana eksternal
yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila fraktur
mengubah posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon,
saraf, dan pembuluh darah) juga mengalami kerusakan. Fraktur patologis
terjadi tanpa
trauma pada tulang yang lemah karena demineralisasi berlebih.
(Carpenito, 1999)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
VERBAL
Pertanyaan dan pernyataan terbuka
Pertanyaan yang berhubungan
Berbagi persepsi
Klarifikasi pernyataan
NONVERBAL
Berpikir dalam hati
Sentuhan
Mendengar aktif
Mengawasi dan kontak mata
Bahasa tubuh terbuka
a. Persiapan
b. Perkenalan (pembukaan)
c. Kerja (isi)
d. Terminasi
2. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati perilaku dan keadaan
klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan klien.
Kegiatan observasi meliputi 2S-HFT, sight (kelainan
fisik,perdarahan,terbakar,menangis),smell (alcohol,darah,feses,obat
obatan,urine), hearing (tekanan darah,batuk,ekspresi nyeri,denyut
jantung), feeling (perasaan yang dirasakal klien),taste (hal yang
dirasakan oleh indera pengecap. (Nursalam, 2008)
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dalam pengkajian keperawatan dipergunakan
untuk memperoleh data objektif dari klien. Tujuan dari
pemeriksaan fisik ini adalah untuk menentukan status kesehatan
klien,mengidentifikasi masalah kesehatan, dan memperoleh data
dasar guna menyusun rencana asuhan keperawatan. Pemeriksaan
fisik sebaiknya dilaksanakan bersamaan dengan wawancara.
(Nursalam, 2008)
7
Cenderung tetap, mulai sakit Berubah sesuai perubahan respons
sampai sembuh klien
Mengarah pada tindakan medis Mengarah pada fungsi mandiri
yang sebagian didelegasikan perawat dalam melaksanakan
kepada perawat intervensi dan evaluasinya.
Diagnosis medis melengkapi Diagnosis keperawatan
diagnosis keperawatan melengkapi diagnosis medis
c. Tujuan Diagnosis Keperawatan
Tujuan diagnosis keperawatan untuk mengidentifikasi :
1) Masalah dimana adanya respons klien terhadap status kesehatan
atau penyakit,
2) Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah
(etiologi)
3) Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
(Nursalam, 2008)
d. Langkah-langkah Menegakkan Diagnosis Keperawatan
Setelah semua data telah diperoleh dan telah diidentifikasi maka dapat
ditegakkan diagnosis keperawatannya. Penegakkan diagnosis
keperawatan harus melalui klasifikasi dan analisis data, interpretasi
data, dan validasi data. Selanjutnya setelah semua langkah telah
dilakukan maka diagnosis keperawatan dapat ditegakkan. Penjelasan
mengenai langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Klasifikasi dan Analisis Data
Perawat harus memahami tentang standart keperawatan
agar dapat membandingkan keadaan kesehatan klien yang tidak
sesuai dengan standart tersebut.
Data-data klien yang telah diperoleh dari proses
pengumpulan data dikelompokkan berdasarkan masalah kesehatan
yang dialami klien dan sesuai dengan kriteria permasalahannya.
Setelah data dikelompokkan maka perawat dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan klien dan dapat mulai menegakkan diagnosis
keperawatannya. Pengelompokkan data dapaat disusun
8
menggunakan pola respons manusia menurut taksonomi NANDA
dan/ataau menggunakan pola fungsi kesehataan menurut Gordon (
1982).
a. Respons Manusia (Taksonomi NANDA I): 9 pola
1) Pertukaran
2) Komunikasi
3) Berhubungan
4) Nilai-nilai
5) Pilihan
6) Bergerak
7) Penafsiran
8) Pengetahuan
9) Perasaan
b. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon, 1982 dikutip dalam
Asih, 1994): 11 pola
1) Persepsi Kesehatan : pola penatalaksanaan
kesehatan
2) Nutrisi: pola metabolisme
3) Pola eliminasi
4) Aktivitas: pola latihan
5) Tidur: pola istirahat
6) Kognitif: pola perseptual
7) Persepsi diri: pola konsep diri
8) Peran: pola hubungan
9) Seksualitas: pola reprodktif
10) Koping: pola toleransi stress
11) Nilai: pola keyakinan
9
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
A. TAHAP PERENCANAAN
1. Menetapkan Prioritas Masalah
Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam memprioritaskan
masalah. Salah satunya adalah prioritas berdasar kebutuhan
dasar manusia menurut maslow:
Berikut ini adalah tahap prioritas masalah menurut maslow:
1) Prioritas ke-1
Masalah mengancam kehidupan, yaitu kebutuhan
fisiologis. Contohnya: masalah
pernafasan,sirkulasi,nutrisi,hidrasi dan kecukupan
cairan,eliminasi,pengaturan suhu dan kenyamanan fisik.
2) Prioritas ke-2
Masalah yang mengganggu keamanan dan
kenyamanan,misalnya lingkungan,bahaya,takut.
3) Prioritas ke-3
Masalah yang berhubungan dengan cinta dan mencintai.
Contohnya adalah isolasi social dan kehilangan orang
yang dicintai.
4) Prioritas ke-4
10
Masalah yang mempengaruhi harga diri,misalnya
ketidakmampuan mencuci rambut sendiri dan
ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari hari secara
normal.
5) Prioritas ke-5
Masalah yang mengganggu pencapaian tujuan
pribadi,misalnya aktualisasi diri
2. Merumuskan Tujuan dan Kriteria Hasil
Menetapkan kriteria hasil sangat penting,karena hasil dapat
menjadi tonggak pengukur keberhasilan asuhan keperawatan
yang diberikan;menjadi arahan untuk pelaksanaan
intervensi;serta menjadi faktor pemicu dan kerangka waktu
untuk mencapai tujuan. (Suara, 2010)
Berikut ini adalah prinsip prinsip yang digunakan dalam
membuat kriteria hasil:
a. Berorientasi pada klien
Dalam membuat kriteria yang berfokus pada klien,anda
harus memperhatikan hal hal berikut:
1. Kondisi fisik klien,berupa prognosis secara
keseluruhan
2. Lamanya klien dirawat dirumah sakit yang diharapkan
3. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan
b. Mempunyai makna tunggal
c. Dapat diukur
d. Mempunyai batasan waktu
e. Realistis dan dapat dicapai
3. Intervensi Keperawatan
Berikut ini adalah dua kategori intervensi keperawatan:
1. Intervensi keperawatan langsung yaitu kegiatan yang
dilakukan secara langsung berinteraksi dengan klien.
Seperti membantu klien turun dari tempat tidur dan
11
memberikan pendidikan kesehatan tentang diabetes
mellitus.
2. Intervensi keperawatan tidak langsung yaitu kegiatan yang
dilakukan tanpa langsung berhadapan dengan klien,
misalnya memonitor hasil pemeriksaan laboratorium atau
memindahkan klien dari satu ruangan keruangan lain.
(Suara, 2010)
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
12
c. Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5. EVALUASI
Berikut ini adalah tahap tahap yang dianjurkan saat melakukan proses
evaluasi:
13
3. Bandingkan apakah klien dapat melakukan apa yang ada dalam
kriteria pencapaian tujuan. Contoh: klien dapat berjalan tanpa
bantuan sepanjang 10 meter, tetapi tidak bias mempertahankan
keseimbangan pada akhir dari latihan.
4. Putuskan untuk mengembangkan pencapaian tujuan dengan
menjawab pertanyaan berikut
5. Catat hasil temuan pada rekam medic klien (catatan keperawatan
dan perkembangan)
14
BAB III
KASUS
Pada tanggal 8 juni 2016, pukul 12.00 WIB Tn.B datang kw UGD dengan keluhan
nyeri pada bagian paha, nyeri muncul ketika kaki kanan di gerakkan, nyeri hilang
ketika pasien tidur. Nyeri seperti tertusuk skala nyeri muncul sewaktu-waktu.
Berdasarkan pemeriksaan fikisk di dapatkan TTV (tanda-tanda vital) : Tensi
:110/60 mmHg, Nadi : 84 x/menit, RR :19 x/menit, Suhu :36,1 C
Keadaan umum pasien : Keadaan umum cukup hanya berbaring di tempat tidur,
kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, pasien tampak cukup rapi, terpasang infus di
tangan sebelah kiri, kaki kanan pasien terpasang bidai
I. IDENTITAS
a. Biodata Klien
Nama : Tn. B
Jenis kelamin : Laki-laki
15
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa Timur /Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Dukuh, Ngadiluwih
a. Keluhan Utama
Nyeri pada bagian paha
b. Riwayat Penyakit Sekarang
nyeri pada bagian paha, nyeri muncul ketika kaki kanan di gerakkan, nyeri
hilang ketika pasien tidur. Nyeri seperti tertusuk skala nyeri muncul
sewaktu-waktu.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah sakit vertigo pada tahun 2009, pasien
juga pernah terkena penyakit diabetes
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak mempunyai riwayat keturunan ataupun
riwayat penyakit menular (mis., Hipertensi, Diabetes Melitus, Asma,TBC, HIV,
dll)
16
pauk (sesuai dengan diit
yang diberikan rumah sakit),
buah pisang/ pepaya.
v
- ± ¼ botol air mineral ukuran
4-5 gelas / hari, ukuran
1500 ml atau ± 375 ml/hari, air
Minum gelas 250 cc (1000
putih
cc/hari), air putih.
3. Pola eliminasi
-
BAB Pasien mengatakan BAB
1x/hari, warna kuning, Pasien mengatakan selama
terkadang keras. Tidak dirawat di rumah sakit baru 1
ada kesulitan BAB. kali BAB.
17
menggunakan pispot.
2). Mata :
a. Simetris
b. konjungtiva tidak anemis
c. sklera putih.
3). Telinga :
a. Bersih
b. tidak ada lesi
18
c. tidak nyeri tekan
d. tidak ada gangguan pendengaran.
4). Leher :
a. Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Pemeriksaan kulit
1) Kulit :
a. Kulit bersih
b. warna kulit coklat
c. tidak ada lesi
d. tekstur kulit halus
e. turgor kulit baik.
2) Kuku :
a. Warna kuku tidak sianosis
b. kuku sedikit panjang
c. CRT < 2 detik
d. akral hangat.
1) Payudara :
a. Simetris
b. tidak ada lesi
2) Ketiak :
a. Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
b. penyebaran rambut di ketiak merata.
Pemeriksaan dada/thoraks
19
1) Thorak
a. Inspeksi : Bentuk dada simetris
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2) Paru
a. Inspeksi : Ekspansi paru kanan dan kiri simetris, tidak menggunakan alat
bantu nafas.
b. Perkusi : Terdengar sonor Auskultasi : Tidak terdengar suara tambahan.
3) Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Auskultasi : Tidak terdengar suara tambahan, S1 S2 tunggal lup dup.
Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi : Benrtuk datar, gerakan dinding perut simetris, tidak ada lesi
b. Perkusi : Tympani Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Auskultasi : Bising usus 14 x/menit.
1) Genetalia :
a. Bersih
b. tidak ada kelainan
c. tidak ada nyeri tekan.
2) Anus :
a. Bersih
b. tidak ada hemoroid
c. tidak ada nyeri tekan.
Pemeriksaan Muskuloskeletal
1) Ekstremitas atas :
a. Bentuk kedua tangan simetris
b. tidak ada lesi
c. tidak ada nyeri tekan
d. pergerakan bebas.
2) Ekstremitas bawah :
a) Kanan :
20
a. Paha sebelah kanan terpasang bidai
b. pahan kanan tidak simetris
c. ada nyeri tekan pada paha sebelah kanan kaki kanan bengkak
d. pergerakan kaki kanan terbatas
b) Kiri :
a. Kaki kiri tidak lesi
b. tidak ada nyeri tekan
c. pergerakan bebas
c) Kekuatan otot :
5 5
1 5
Pemeriksaan Neurologis
21
Data Psiko Sosio Spiritual
22
2. Foto rongsen
Os femur kanan 1/3 distal :
a. Tampak fraktur femur kanan segmental os femur 1/3 distal dengan
displecment segmen distal ke anteroteral, bayonet aposition (+)
menyebabkan pemendekan shaft os femur kanan
b. Trabekulasi tulang slight porotik
c. Subchondoral bonelayer tampak baik
d. Celah dan permukaansendi tampak baik
e. Tak tampakerosi/destruksi tulang
f. Tampak soft tissue swelling setinggi lesi
ANALISA DATA
Nama : Tn. B
Dx. Medis : Fraktur Femur
23
N : 84 kali/menit
TD : 110/60 mmHg
RR : 19 kali/menit
Kekuatan otot
55
15
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. B
Umur : 62 tahun
24
DO: ada deformitas tulang paha di tulang
paha kanan, paha kanan tidak simetris,
terpasang bidai di kaki kanan
TTV :
S : 36,1.
N: 84 x/menit
TD : 110/60 mmHg
RR: 19 x/menit
25
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn.B
Dx.Medis : fraktur femur
26
nyeri (skala, nyeri.
intensitas,
frekuensi dan 4. Mengobservasi tanda –
tanda nyeri). tanda vital dalam batas
d. Menyatakan normal.
rasa Rasional : mengetahui keadaan
nyaman setelah umum pasien.
nyeri berkurang
e. TTV dalam 5. Intervensi : berikan analgesik
batas sesuai
normal dengan advis dokter.
Rasional : analgesik memblok
lintasan nyeri sehingga
nyeri berkurang
27
c. Klien mampu 1. Intervensi : lakukan perawatan luka
bergerak bekas operasi sesuai dengan jadwal.
28
4.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
29
mengajak bicara pasien
supaya pasien tidak
berfokus pada nyeri
yang dirasakan. Respon
pasien, pasien mengerti
apa yang diucapkan
perawat)
30
Evaluasi Keperawatan
NO EVALUASI HARI 1 HARI 2
1 13.00 20 Juni 2016 21 Juni 2016
S : Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan
kakinya masih nyeri, skala kakinya masih nyeri,
nyeri 5 skala nyeri 3
O : Wajah pasien meringis O : Wajah pasien mulai
menahan nyeri, pasien rileks, pasien masih
masih membatasi gerakan membatasi gerakan
TTV : TTV :
TD : 110/70 mmHg TD : 110/60 mmHg
N : 79 x/menit N : 80 x/menit
S : 36,0 oC S : 36,2 oC
RR : 20 x/menit RR : 18 x/menit
A : Kriteria hasil belum A : Kriteria hasil
tercapai tercapai
P : Lanjutkan intervensi sebagian
(1, 2, 3, 4, 5, 6) P : Lanjutkan intervensi
(1, 2, 3, 4, 5, 6)
31
Pembahasan
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada bagian paha, nyeri muncul ketika
kaki kanan di gerakkan, nyeri hilang ketika pasien tidur. Skala
nyeri 5. (data subjektif)
32
- S (severity) yaitu keparahan atau intensitas nyeri. Pada
pendekatan S (severity) bisa dilakukan dengan face rating scale.
Dimana skala ini diatur secara visual dengan ekspresi guratan
wajah dengan menggunakan alat Skala Visual Analog (VAS)
atau dengan Verbal Numerical Rating Scale (VNRS) yaitu
dengan menggunakan skala 0-10. Dimana 0 menunjukkan tidak
ada nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 menunjukkan nyeri paling
hebat.
- T (time), yaitu lamanya nyeri atau waktu serangan atau
frekuensi nyeri.
33
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah sakit vertigo pada
tahun 2009, pasien juga pernah terkena penyakit diabetes. (data
subjektif)
Penulis kurang menambahkan riwayat alergi dan riwayat
pengobatan.
c. Riwayat keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak mempunyai riwayat keturunan
ataupun riwayat penyakit menular (hipertensi, diabetes melitus,
asma,TBC, HIV, dll)
34
Pasien makan 3x/hari, hanya habis 1-2 sendok makan,
komposisi nasi, sayur, lauk pauk (sesuai dengan diit
yang diberikan rumah sakit), buah pisang/ pepaya.
Pada pengkajian pola nutrisi pasien dirumah sakit kurang
lengkap, seharusnya disebutkan berapa kali pasien bisa
menghabiskan 1.900 calori dalam sehari. Pada pengkajian pola
nutrisi pasien dirumah sakit kurang lengkap, seharusnya
disebutkan berapa kali pasien bisa menghabiskan 1.900 calori
dalam sehari.
35