Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bagi kebanyakan wanita, proses kehamilan dan persalinan adalah proses yang
dilalui dengan kegembiraan dan suka cita. Tetapi 5-10 % dari kehamilan termasuk
kehamilan dengan resilo tinggi. Wanita dengan kehamilan resiko tnggi harus
mempersiapkan diri dengan lebih memperhatikan perawatan kesehatan dalam
menghadapi kehamilan dengan resiko tinggi ini.
Kehamilan ibu, kematian yang berhubungan dengan kehamilan, merupakan
kejadian yang jarang bilang dibandingkan dengan kematia bayi. Angka yang rendah
disebabkan kehamilan ibu yang tersembunyi. Sekitar 99 % kematian ibu didunia
berasal dari negara berkembanag, sering terjadi dirumah dan tidak pernah tercatat
dalam sistem pelayanan kesehatan. WHO memperkirakan setiap tahunnya 500.000
ibu meninggal sebagai akibat langsung dari kehamilan. Sebagian kematian itu
sebenarnya dapat dicegah. Lima penyebab kematian ibu saat ini adalah pendarahan,
sepsis, hipertensi dalam kehamilan, partus lama, dan abortus terinfeksi.
Jadi semakin dini masalah dideteksi, semakin baik untuk memberikan
penanganan kesehatan bagi ibu hamil maupun bayi. Juga harus diperhatikan bahwa
pada beberapa kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi mendapatkan masalah
kemudian. Oleh karenanya yang penting bagi setiap ibu hamil untuk melakukan ANC
atau pemeriksaan kehamilan secara teratur, yang bermanfaat untuk memonitor
kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila terdapat permasalahan dapat ketahui
secepatnya dan diatasi sedini mungkin.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dari dibuatnya makalah ini agar mahasiswa tahu dan mengerti tentang apa
yang dimaksud dengan resiko tinggi kehamilan dan mahasiswa/ pembaca dapat
berhati-hati atau dapat menghindari resiko tinggi kehamilan dari kesehatan kita.
2. Tujuan Umum
2.1. Mengetahui pengertian resiko tinggi kehamilan.
2.2. Mengetahui klasifikasi resiko tinggi kehamilan

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan Risiko Tinggi

1) Pengertian
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun pada janin dalam
kandungan dan dapat menyebabkan kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak
nyamanan dan ketidak puasan. Dengan demikian untuk mengahadapi kehamilan atau
janin risiko tinggi harus diambil sikap proaktif, berencana dengan upaya promotif
dan preventif.
Sampai pada waktunya, harus diambil sikap tepat dan cepat untuk
menyelamatkan ibu dan bayinya atau hanya dipilih ibunya saja.Keadaan yang dapat
meningkatkan risiko kematian ibu secara tidak langsung disebut sebagai faktor
risiko, semakin banyak faktor risiko yang ditemukan pada kehamilan maka semakin
tinggi pula risikonya.
Komplikasi pada saat kehamilan dapat dikategorikan dalam risiko kehamilan,
sebanyak 90% penyebab kematian terjadi karena komplikasi obstetric yang tidak
terduga saat kehamilan, saat persalinan atau pasca persalinan dan 15% kehamilan
diperkirakan berisiko tinggi dan dapat membahayakan ibu dan janin.

2) Kriteria Kehamilan Berisiko


Kehamilan berisiko terbagi menjadi tiga kriteria yang dituangkan dalam
bentuk angka atau skor. Angka bulat yang digunakan dalam penilaian yaitu 2, 4 dan
8 pada setiap variabel dan kemudian dijumlahkan menjadi total skor akhir.
Berdasarkan total skor kehamilan berisiko dibedakan menjadi:
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR)
Kehamilan risiko rendah dimana ibu seluruh ibu hamil berisiko
terhadap kehamilanya untuk ibu hamil dengan kehamilan risiko rendah
jumlah skor 2 yaitu tanpa adanya masalah atau faktor risiko. Persalinan
dengan kehamilan risiko rendah dalam dilakukan secara normal
dengan keadaan ibu dan bayi sehat, tidak dirujuk dan dapat ditolong
oleh bidan.
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
Kehamilan risiko tinggi dengan jumlah skor 6 - 10, adanya satu atau
lebih penyebab masalah pada kehamilan, baik dari pihak ibu maupun
bayi dalam kandungan yang memberi dampak kurang menguntungkan
baik bagi ibu atau calon bayi. Kategori KRT memiliki risiko
kegawatan tetapi tidak darurat.

2
c. Kehamilan Risko Sangat Tinggi (KRST)
Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12. Ibu
hamil dengan dua atau lebih faktor risiko meningkat dan memerlukan
ketepatan waktu dalam melakukan tidakan rujukan serta pertolongan
persalinan yang memadai di Rumah Sakit ditantangani oleh Dokter
spesialis. Hasil penelitian menunjukan bahwa KRST merupakan
kelompok risiko terbanyak penyebab kematian maternal.

3) Pengelompokan faktor risiko tinggi kehamilan

a. Faktor risiko tinggi menjelang kehamilan. Faktor genetika yaitu faktor


keturunan dan faktor lingkungan yang dipengaruhi oleh pendidikan
dan sosial.
b. Faktor risiko tinggi yang bekerja selama hamil atau keadaan yang
dapat merangsang kehamilan. Kebiasaan ibu seperti merokok, minum
minuman alkohol, kecanduan obat dll. Penyakit yang mempengaruhi
kehamilan misalnya hipertensi gestasional, toksemia gravidarum.
c. Faktor risiko saat persalinan
d. Faktor risiko pada neonatus.

4) Batasan Faktor Risiko


a. Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO)
merupakan banyak faktor atau kriteria – kriteria risiko kehamilan. Ibu
hamil primi muda, primi tua, primi tua sekunder, anak terkecil ≤ 2 tahun,
Tinggi Badan (TB) ≤ 145 cm, riwayat penyakit, kehamilan hidramnion dan
riwayat tindakan ini merupakan faktor fisik pertama yang menyebabkan ibu
hamil berisiko
a) Primi muda
ibu yang hamil pertama kali pada usia ≤ 16 tahun, dimana pada
usia tersebut reproduksi belum siap dalam menerima kehamilan
kondisi rahim dan panggul yang masih kecil, akibat dari ini janin
mengalami gangguan. Disisi lain mental ibu belum siap menerima
kehamilan dan persalinan. Bahaya yang terjadi jika usia terlalu muda
yaitu premature, perdarahan anterpartum, perdarahan post
partum.Hasil penelitian disalah satu Rumah Sakit, ibu hamil yang
dikategorikan dalam primi muda sangat rendah yakni hanya mencapai
angka 1,7%.Faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya
komplikasi persalinan adalah ibu yang berumur < 20 tahun.
b) Primi tua
1) Lama perkawinan ibu ≥ 4 tahun dan mengalami kehamilan
pertama setelah masa pernikahan dan pasangan tidak
mengguanakan alat kontrasepsi KB.
2) Pada umur ibu ≥ 35 tahun dan mengalami kehamilan. Usia
tersebut dikategorikan usia tua, ibu dengan usia tersebut

3
mudah terserang penyakit, kemungkinan mengalami kecacatan
untuk bayinya dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), cacat
bawaan sedangkan komplikasi yang dialami oleh ibu berupa
pre-eklamsi, mola hidatidosa, abortus. Menurut hasil
penelitian usia ≥ 35 tahun kemungkinan 2,954 kali mengalami
komplikasi persalinan.
c) Primi tua sekunder, ibu yang mengalami kehamilan dengan jarak
persalinan sebelumnya adalah ≥ 10 tahun. Dalam hal ini ibu tersebut
seolah menghadapi kehamilan yang pertama lagi. Kehamilan dapat
terjadi pada ibu yang mempunyai riwayat anak pertama mati atau ibu
yang mempunyai anak terkecil hidup berumur 10 tahun, serta pada
ibu yang tidak menggunakan KB.
d) Anak terkecil ≤ 2 tahun, ibu yang mempunyai anak pertama terkecil ≤
2 tahun namun tersebut telah mengalami kehamilan berikutnya. Jarak
kehamilan ≤ 2 tahun kondisi rahim belum kembali seperti semula
selain itu ibu masih dalam proses menyusui. Komplikasi yang
mungkin terjadi yaitu perdarahan setelah bayi lahir, bayi lahir namun
belum cukup umur sehingga menyebabkan berat badan bayi lahir
rendah (BBLR) < 2.500. Jarak kehamilan ≤ 2 tahun dan ≥ 5 tahun
mempunyai kemungkinan 1,25 kali mengalami komplikasi persalinan,
ibu hamil. yang pemeriksaan kehamilannya kurang kemungkinan
mengalami 0,396 kali komplikasi pada saat persalinan, ibu dengan
deteksi dini kehamilan risiko tinggi kategori kurang kemungkinan
0,057 kali mengalami komplikasi persalinan.
e) Multigrande yaitu Ibu yang pernah mengalami persalinan sebanyak 4
kali atau lebih, komplikasi yang mungkin terjadi seperti anemia,
kurang gizi, dan kekendoran pada dinding rahim. Keadaan tersebut
dapat menyebabkan kelainan letak janin, persalinan lama, perdarahan
pasca persalinan, dan rahim robek pada kelainan letak lintang.
Sedangkan grandemultipara adalah ibu yang pernah melahirkan lebih
dari 6 kali atau lebih baik bayi dalam keadaan hidup atau mati.
f) Usia ibu hamil 35 tahun atau lebih . ibu hamil pada usia ini dapat
menglami komplikasi seperti Ketuban Pecah Dini (KPD), hipertensi,
partus lama, partus macet dan perdarahan post partum. Komplikasi
tersebut mungkin dialami oleh ibu hamil pada usia tersebut
dikarenakan organ jalan lahir sudah tidak lentur dan memungkinkan
mengalami penyakit. Kejadian kehamilan risiko tinggi dipengaruhi
oleh umur dan paritas. Kehamilan resiko tiinggi mayoritas berumur ≥
35 tahun dan terjadi pada grandemultipara.
g) Tinggi Badan (TB) 145 cm atau kurang komplikasi yang mungki
terjadi yaitu ukuran panggul ibu sebagai jalan lahir sempit namun
ukuran kepala janin tidak besar atau ketidak sesuaian antara janin dan
jalan lahir. Kemungkinan ukuran panggul ibu normal, sedangkan

4
ukuran kepala janin besar. Komplikasi yang terjadi yaitu BBLR,
prematur, bayi mati dalam kandungan (IUFD).
h) Ibu hamil dengan riwayat obstetric jelek dengan kondisi: Ibu hamil
kedua dimana kehamilan pertama mengalami keguguran,meninggal di
dalam kandungan, lahir dalam keadaan belum cukup umur, lahir mati,
dan lahir hidup kemudian mati pada usia ≤ 7 hari, kehamilan
sebelumnya pernah keguguran sebanyak ≥ 2 kali. Salah satu faktor
yang menyebabkan kegagalan kehamilan dan meninggalnya janin
dalam kandungan pada ibu adalah adanya penyakit seperti ; diabetes
mellitus, radang saluran kencing, dan lain-lain.
i) Persalinan yang lalu dengan tindakan Persalinan ditolong oleh alat
bantu seperti: cunam/forcep/vakum, uri manual (manual plasenta),
pemberian infus / tranfusi pada saatproses persalinan dan operasi
sectio caesars pada persalinan.

b. Ada Gawat Obstetri


tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas. Beberapa
penyakit ibu hamil yang dikategorikan sebagai gawat obstetri yaitu: anemia,
malaria pada ibu hamil, penyakit TBC, payah jantung, diabetes militus,
HIV/AIDS, toksoplasmosis.
a) Pre-eklamsia ringan, tiga gejala preeklamsi yaitu oedema pada
muka, kaki dan tungkai, hipertensi dan urin protein positif.
Komplikasi yang dapat terjadi seperti kejang, IUFD, dan
IUGR.
b) Kehamilan kembar (gemeli) dengan jumlah janin 2 atau lebih.
Komplikasi yang terjadi seperti hemoroid, prematur, BBLR,
perdarahan antepartum.
c) Hidramnion atau kelebihan jumlah air ketuban dari normalnya
(> 2 liter).19 Faktor yang mempengaruihi hidramnion adalah
penyakit jantung, spina bifida, nefritis, aomali kongenital pada
anak, dan hidrosefalus.
d) Intra Uteri Fetal Deat (IUFD) dengan tanda-tanda gerakan janin
tidak terasa lagi dalam 12 jam, perut dan payudara mengecil,
tidak terdengar denyut jantung.
e) Hamil serotinus usia kehamilannya ≥ 42 minggu. Pada usia
tersebut fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah akan
menurun. Maka akan menyebabkan ukuran janin menjadi kecil,
kulitnya mengkerut, berat badan bayi saat lahir akan rendah,
dan kemungkinan janin akan mati mendadak dalam kandungan
dapat terjadi.
f) Letak sungsang keadaan dimana letak kepala janin dalam rahim
berada di atas dan kaki janin di bawah. Kondisi ini dapat
menyebabkan bayi sulit bernapas sehinga menyebabkan
kematian dan letak lintang. Letak janin dalam rahim pada usia

5
kehamilan 8 sampai 9 bulan melintang, dimana kepala berada
di samping kanan atau kiri ibu. Bayi yang mengalami letak
lintang tidak bisa melahirkan secara normal kecuali dengan alat
bantu. Bahaya yang dapat terjadi apabila persalinan tidak
dilakukan dan ditangani secara benar dapat terjadi robekan
pada rahim ibu dan ibu dapat mengalami perdarahan, infeksi,
syok, dan jika fatal dapat mengakibatkan kematian pada ibu
dan janin.

c. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO Adanya ancaman nyawa ibu dan bayi
yaitu perdarahan antepartum, dan pre-eklasmi atau eklamsi.

5) Faktor penyebab terjadinya risiko tinggi


a. Faktor non medis
Faktor non medis penyebab terjadinya kehamilan risiko tinggi yaitu
kemiskinan, ketidaktahuan, pendidikan rendah, adat istiadat, tradisi,
kepercayaan, status gizi, sosial ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan,
kesadaran untuk memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan
saranan kesehatan yang serba kekurangan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan, pendapatan ibu dan pemeriksaan
Antenatal Care (ANC) dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK).
Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang
tanda bahaya kehamilan.
b. Faktor medis
Penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan plasenta, gangguan tali
pusat, komplikasi janin, penyakit neonatus dan kelainan genetik.

PENYAKIT YANG MEMPENGARUHI RESIKO TINGGI KEHAMILAN

1. Anemia
Juga disebut sebagai anemia kehamilan, ini adalah kondisi di mana tubuh
memiliki sedikit sel-sel darah merah atau sel tidak dapat membawa oksigen ke
berbagai organ tubuh.

Selama kehamilan volume darah seorang wanita meningkat hampir sebesar 50


persen dan konsentrasi sel darah merah bisa diencerkan. Janin berkembang
bergantung pada darah ibu tapi jika ibu menderita anemia dapat mengakibatkan
pertumbuhan janin yang buruk, lahir prematur dan berat lahir rendah.

Kekurangan vitamin dan mineral seperti vitamin B12, asam folat, besi, dan
lainnya dapat menyebabkan anemia pada kehamilan. Namun, kondisi ini biasanya
tidak dianggap berat, kecuali pada tingkat yang terlalu rendah.
2. Intrauterine Growth Restriction
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah suatu kondisi dimana janin lebih
kecil dari yang diharapkan selama beberapa minggu pertama kehamilan. Juga
disebut sebagai pembatasan pertumbuhan janin.

6
Janin yang tumbuh pada kondisi seperti ini, beratnya kurang dari 90 persen dari
semua janin dari usia kehamilan yang sama, dan ada kemungkinan bayi lahir
prematur, yaitu sebelum 37 minggu.

Kekurangan nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan


perkembangan organ-organ adalah salah satu penyebab paling umum IUGR, yang
mencegah sel dan jaringan tumbuh atau penurunan ukuran mereka. Kondisi ini
juga dapat disebabkan karena keturunan.

Bayi yang baru lahir sering tampak lemah, pucat, longgar, kulit kering dan mata
lebar. Selain itu, tali pusat mereka sangat tipis dan tampak tidak sehat
dibandingkan dengan bayi normal yang mengkilap dan gemuk.
3. Prematur yang tidak wajar (Preterm Labor)
Prematur labor adalah tidakwajaran yang dimulai sebelum 37 minggu kehamilan
dan terutama dicirikan oleh kontraksi rahim prematur, pecahnya kantung atau
selaput ketuban atau dilatasi serviks.

Meskipun sebenarnya penyebab persalinan prematur masih belum diketahui,


pecah ketuban dini dianggap sebagai salah satu penyebab dominan, yang dapat
terjadi sebagai akibat dari beberapa penyakit medis yang kronis seperti jantung
atau penyakit ginjal, tekanan darah tinggi, infeksi, dan lainnya.

Bayi yang lahir pada kondisi seperti ini sering kali kecil, memiliki berat lahir
kecil dan mungkin memerlukan bantuan dalam bernapas, makan, melawan
infeksi, dan mempertahankan suhu tubuh stabil.
4. Premature Rupture of Membranes
Premature Rupture of Membranes (PROM) adalah pecahnya ketuban atau
kantung ketuban sebelum persalinan dimulai. Jika PROM terjadi sebelum 37
minggu kehamilan, itu disebut sebagai Preterm Premature Rupture of Membranes
(pecahnya ketuban terlalu dini atau PPROM).

Kondisi ini biasanya terjadi karena infeksi pada rahim, perawatan yang salah
sebelum melahirkan, penyakit menular seksual, perdarahan vagina, atau
kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok atau minum alkohol.

Kondisi ini juga dapat menyebabkan komplikasi seperti plasenta abruption


(detasemen awal plasenta dari rahim), kompresi tali pusat, infeksi bedah caesar
kelahiran dan pasca-melahirkan (setelah melahirkan).
5. Gestational Diabetes
Gestational diabetes merupakan salah satu komplikasi kehamilan berisiko tinggi
di mana tingkat glukosa darah akan meningkat dan gejala diabetes lain yang
mulai muncul selama kehamilan pada seorang wanita yang belum pernah
sebelumnya didiagnosis diabetes.

Gestation diabetes selama kehamilan tidak terjadi karena kekurangan insulin,


tetapi karena efek memblokir hormon lain pada insulin yang dihasilkan dalam
tubuh. Biasanya, gejala diabetes menghilang setelah melahirkan.
6. Tekanan darah tinggi atau Pregnancy Induced Hypertension
Pregnancy-induced hypertension (PIH) adalah suatu bentuk tekanan darah tinggi
selama kehamilan yang lebih sering terjadi pada wanita muda dengan kehamilan

7
pertama, kehamilan kembar, atau pada seorang wanita yang menderita masalah
kesehatan lain
7. nya seperti diabetes, hipertensi kronis, dan lainnya.
Dalam kondisi ekstrim, seorang wanita dapat menderita eklampsia (bentuk yang
parah akibat kehamilan hipertensi) yang terjadi di akhir kehamilan dan dapat
menyebabkan kejang pada ibu hamil.
8. Placenta Previa
Plasenta previa adalah komplikasi umum pada kehamilan yang berisiko tinggi, di
mana plasenta melekat dekat atau menutupi leher rahim (pembukaan rahim).
Kondisi dapat mengakibatkan pendarahan yang berlebihan atau perdarahan di
bagian bawah rahim atau area plasenta yang menutupi leher rahim. Faktor risiko
lain yang terlibat adalah abnormal implantasi dari plasenta, memperlambat
pertumbuhan janin, kelahiran prematur, cacat lahir dan infeksi selama kehamilan.

9. Hidroamnios
Hidroamnios adalah suatu kondisi kelebihan cairan ketuban di sekitar janin.
Kondisi ini dapat mengakibatkan cacat lahir, prematur pecah ketuban atau
kantung ketuban, plasenta abruption dan tali pusar prolaps.
Diabetes, kelainan gastrointestinal, gagal jantung, kegagalan bawaan, transfusi
kembar sindrom adalah beberapa faktor yang dapat berkontribusi menyebabkan
Hidroamnios selama kehamilan.
10. Penyakit Rhesus
Penyakit Rhesus atau Rh adalah kondisi yang jarang terjadi ketika ada
ketidakcocokan antara jenis darah ibu dan bayi. Setiap individu memiliki tipe
darah (O, A, B, atau AB) dan faktor Rh, baik positif atau negatif, yang
mendefinisikan karakteristik khusus tertentu.
Pada kasus Rh ibu negatif dan Rh bayi yang positif, komplikasi dapat terjadi jika
sel-sel darah merah bayi menyalib ke Rh negatif ibu, terutama pada saat
pengiriman ketika plasenta melepaskan atau selama keguguran atau aborsi.
Pada dasarnya, dalam penyakit Rh ini, sistem kekebalan tubuh ibu
mempertimbangkan Rh positif sel-sel darah merah bayi sebagai benda asing dan
merespons dengan menghasilkan antibiotik untuk melawan dan menghancurkan
sel-sel asing ini.
Umumnya, selama kehamilan pertama, sensitifasi Rh tidak mungkin terjadi,
tetapi hanya menjadi masalah di masa depan kehamilan dengan bayi Rh positif
lain. Sebagai antibodi ibu melewati plasenta untuk melawan sel-sel Rh positif
atau menghancurkan sel-sel darah merah dalam tubuh bayi, bayi yang baru lahir
dapat menjadi anemia atau komplikasi lain seperti penyakit kuning atau
pembesaran organ.

11. Kehamilan Post-Term


Kehamilan Post-Term adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu,
sering kali karena kesalahan perhitungan tanggal pembuahan kehamilan. Pada
dasarnya, dekat akhir kehamilan, plasenta mulai berkurang dan tidak mampu
berfungsi dengan baik. Selain itu, volume cairan ketuban juga mulai menurun.
Sebagai akibatnya pasokan oksigen janin menjadi sedikit dan akan menghentikan
kenaikan berat badan.

12. Kehamilan ganda


Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua atau lebih janin, yang terjadi

8
ketika lebih dari satu telur subur dan tertanam di dalam rahim. Riwayat keluarga
kehamilan kembar, usia lebih tua, paritas tinggi (satu atau lebih kehamilan
sebelumnya), obat-obatan yang merangsang ovulasi tertentu, dapat berkontribusi
pada kehamilan seorang wanita.

Meskipun bukan komplikasi kehamilan risiko tinggi yang parah, persalinan


prematur, hipertensi akibat kehamilan, anemia, lahir cacat, keguguran, kelahiran
caesar, perdarahan pasca melahirkan, adalah beberapa kesulitan yang dapat
dikaitkan dengan hal ini.

13. . Kehamilan ektopik


Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang berkembang di luar rahim, dekat
tabung tuba di mana tidak ada cukup aliran darah untuk janin tetap hidup dan
akhirnya mati. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita yang mengalami
masalah ketidaksuburan, endometriosis, penyakit menular seksual, operasi tuba
dan pembuahan intrauterine device (IUD).

14. Keguguran
Juga disebut sebagai aborsi spontan, keguguran didefinisikan sebagai kehilangan
kehamilan awal, yang dapat dikategorikan ke jenis berikut:

 Terancam (bercak dan perdarahan di trimester pertama)


 Lengkap (janin, plasenta dan jaringan lain yang disahkan dengan pendarahan)
 Tidak lengkap (beberapa bagian dari jaringan tetap di dalam rahim)
 Lewat aborsi (janin mati tetapi tidak melewati keluar dari rahim)
 Septik (terinfeksi keguguran)
 Berulang (lebih dari tiga kali keguguran)

15. Kelahiran mati


Merupakan kondisi yang sangat disayangkan di mana bayi meninggal di dalam
rahim. Diabetes, tekanan darah tinggi, kelainan bawaan, penyakit Rh, masalah
plasenta, adalah penyebab pasti bayi lahir mati.

16. Pendarahan pasca melahirkan


Pendarahan pasca melahirkan merupakan salah satu komplikasi kehamilan
berisiko tinggi, di mana terjadi perdarahan yang berlebihan setelah
melahirkan.Kondisi ini lebih umum setelah bedah caesar, rahim terus kontraksi
dan mengusir plasenta. Akibatnya, kontraksi ini menekan pembuluh darah di
daerah di mana plasenta dihubungkan, intens menyebabkan perdarahan pasca-
melahirkan.Untuk mengatasi komplikasi kehamilan berisiko tinggi
berkonsultasilah.

9
KARTU SKOR POEDJI ROCHJATI

Alat skrening / deteksi dini resiko ibu hamil salah satunya berupa Kartu Skor Poedji
Rochjati. Format kartu skor disusun dengan format kombinasi antara cecklis dan system skor.
Cecklis dari 19 faktor resiko dengan skor untuk masing-masing tenaga kesehatan maupun
non kesehatan PKK (termasuk ibu hamil, suami dan keluarganya) mendapat pelathan dapat
menggunakan dan mengisinya. (Poedji Rochjati, 2003). Kartu Skor Poedji Rochjati atau
yang biasanya disingkat dengan KSPR biasanya digunakan untuk menentukan tingkat resiko
pada ibu hamil. KSPR dibuat oleh Poedji Rochjati dan pertama kali diguakan pada tahu
1992-1993. KSPR telah disusun dengan format yang sederhana agar mempermudah kerja
tenaga kesehatan untuk melakukan skrning terhadap ibu hamil dan mengelompokan ibu
kedalam kategori sesuai ketetapan sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat terhadap
ibu hamil berdasarkan kartu ini.
Skor Poedji Rochjati adalah suatu cara untuk mendeteksi dini kehamilan yang
memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya
penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Dian, 2007). Ukuran risiko
dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut skor. Skor merupakan bobot prakiraan dari
berat atau ringannya risiko atau bahaya. Jumlah skor memberikan pengertian tingkat risiko
yang dihadapi oleh ibu hamil. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi menjadi tiga
kelompok:
1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12 (Rochjati Poedji,
2003: 27-28).

TUJUAN SISTEM SKOR


1. Membuat pengelompokkan dari ibu hamil (KRR, KRT, KRST) agar berkembang
perilaku kebutuhan tempat dan penolong persalinan sesuai dengan kondisi dari ibu
hamil.
2. Melakukan pemberdayaan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat agar peduli dan
memberikan dukungan dan bantuan untuk kesiapan mental, biaya dan transportasi
untuk melakukan rujukan terencana.
10
FUNGSI SKOR
1. Alat komunikasi informasi dan edukasi/KIE – bagi klien/ibu hamil, suami, keluarga dan
masyarakat.
 Skor digunakan sebagai sarana KIE yang mudah diterima, diingat, dimengerti sebagai
ukuran kegawatan kondisi ibu hamil dan menunjukkan adanya kebutuhan pertolongan
untuk rujukkan. Dengan demikian berkembang perilaku untuk kesiapan mental, biaya
dan transportasi ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan yang adekuat.
2. Alat peringatan-bagi petugas kesehatan.
 Agar lebih waspada. Lebih tinggi jumlah skor dibutuhkan lebih kritis
penilaian/pertimbangan klinis pada ibu Risiko Tinggi dan lebih intensif
penanganannya.

CARA PEMBERIAN SKOR


 Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko diberi nilai 2,4 dan 8.
Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2 sebagai skor awal. Tiap faktor
risiko skornya 4 kecuali bekas sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan
antepartum dan pre-eklamsi berat/eklamsi diberi skor 8. Tiap faktor risiko dapat
dilihat pada gambar yang ada pada Kartu Skor ‘Poedji Rochjati’ (KSPR), yang telah
disusun dengan format sederhana agar mudah dicatat dan diisi (Rochjati Poedji, 2003:
126).

Table Skor Poedji Rochjati

I II III IV
K Triwulan
EL Masalah / Faktor Resiko SKOR III.1 III.
NO. I II
F. 2
R Skor Awal Ibu Hamil 2 2 - 2

I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4 - 4

2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4 - -

Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun 4 - -

11
3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan
4
a.terikan tang/vakum
9
b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II Penyakit pada ibu hamil
4
a. Kurang Darah b. Malaria,
11 c. TBC Paru d. Payah Jantung 4
e. Kencing Manis (Diabetes) 4
f. Penyakit Menular Seksual 4
Bengkak pada muka / tungkai
12 4
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR

12
Keterangan :
1. Ibu hamil dengan skor 6 atau lebih dianjurkan untuk bersalin ditolong oleh tenaga
kesehatan.
2. Bila skor 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS / SpOG (Poedji Rochjati, 2003).

13
BAB III
KONSEP DASAR
1.

2.

A. Pengertian Pre-eklamsia
Preeklamsia adalah keracunan pada kehamilan. Ini biasanya terjadi pada trimester
ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua. Preeklamsia mungkin terjadi
pada setiap ibu hamil. Beberapa kondisi yang memiliki kemungkinan mengalami preeklamsia,
yaitu kehamilan pertama, kehamilan bayi kembar, ibu hamil pengidap diabetes, ibu hamil
yang memiliki riwayat hipertensi, memiliki masalah dengan ginjal, dan juga wanita yang
hamil pertama pada usia 20 tahun di atas 35 tahun.
Preeklamsia adalah salah satu penyakit yang sering dijumpai pada ibu hamil dan
masih merupakan salah satu penyebab kematian besar di dunia. Di Amerika Serikat, 1/3 dari
kematian ibu disebabkan oleh preeklamsia. Begitu pula di Indonesia.
Preeklampsia adalah berkembangnya hipertensi dengan proteinuria atau edema atau
keduanya yang disebabkan oleh kehamilan atau dipengaruhi oleh kehamilan yang sekarang.
Biasanya keadaan ini timbul setelah umur kehamilan 20 minggu tetapi dapat pula berkembang
sebelum saat tersebut pada penyakit trofoblastik. Preeklamsia merupakan gangguan yang
terutama terjadi pada primigravida. (Ben-zion Taber, M.D)
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana hipertensi terjadi
terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan
ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. (Bobak, 2005)
Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria.Menurut Prawiroharjo 2008 hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90 mmHg. Pengukuran
darah dilakukan sebanyak 2 kali pada selang waktu 4 jam-6 jam.
2) Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau sama
dengan ≥1+ dipstic.
3) Edema, sebelumnya edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda pre eklamsi tetapi
sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata. Selain itu bila
di dapatkan kenaikan berat badan >0,57kg/minggu.
Preeklamsi adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat
vasospasme dan aktivasi endotel, proteinuria adalah tanda penting preeklamsi, terdapatnya
proteinuria 300 mg/1+ (Cunningham, 2006).

B. Klasifikasi Pre-eklamsia
a. Preeklampsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Edema tekan pada
tungkai ( pretibial ), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tungkai, ditandai :
1) Tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan intrerval 6 jam
pemeriksaan.
2) Tekanan darah diastol 90 atau kenaikan 15 mmHg.

14
3) BB naik lebih dari 1 Kg/minggu.
4) Proteinuri 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 – 2 pada setiap urine
kateter atau midstearh.
b. Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan
20 minggu atau lebih. Yang ditandai adanya edema anasarka (seluruh tubuh ) dan edema
paru ( berat ), kualitatif (+++) ,ditandai :
1) Oliguri, urine , 400 cc/24 jam.
2) Proteinuri > dari 3 gr/l.
3) Keluhan subyektif : nyeri epigastrium, nyeri kepala, gangguan penglihatan,
gangguan kesadaran, oedema paru dan sianosis.

C. Etiologi
Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui secara pasti. Namun banyak
teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tetapi tidak ada
satupun teori tersebut yang dianggap benar-benar mutlak.Beberapa faktor resiko ibu
terjadinya preeklamsi:

a. Paritas
Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan risiko
meningkat lagi pada grandemulti gravida (Bobak, 2005). Selain itu primitua, lama
perkawinan ≥4 tahun juga dapat berisiko tinggi timbul preeklamsi (Rochjati, 2003)

b. Usia
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun. Kematian
maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia dibawah 20 tahun dan setelah usia
35 tahun meningkat, karena wanita yang memiliki usia kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun di anggap lebih rentan terhadap terjadinya preeklamsi (Cunningham,
2006). Selain itu ibu hamil yang berusia ≥35 tahun telah terjadi perubahan pada
jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko
untuk terjadi preeklamsi (Rochjati, 2003).

c. Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi sebelum
hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang mempunyai riwayat
hipertensi berisiko lebih besar mengalami preeklamsi, serta meningkatkan morbiditas
dan mortalitas maternal dan neonatal lebih tinggi. Diagnosa preeklamsi ditegakkan

15
berdasarkan peningkatan tekanan darah yang disertai dengan proteinuria atau edema
anasarka (Cunningham, 2006)

d. Sosial ekonomi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial ekonominya
lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsi. Secara umum, preeklamsi/eklamsi
dapat dicegah dengan asuhan pranatal yang baik. Namun pada kalangan ekonomi
yang masih rendah dan pengetahuan yang kurang seperti di negara berkembang
seperti Indonesia insiden preeklamsi/eklamsi masih sering terjadi (Cunningham,
2006)

e. Hiperplasentosis /kelainan trofoblast


Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor predisposisi
terjadinya preeklamsi, karena trofoblas yang berlebihan dapat menurunkan perfusi
uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat
mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan vasospasme adalah dasar patofisiologi
preeklamsi/eklamsi. Hiperplasentosis tersebut misalnya: kehamilan multiple, diabetes
melitus, bayi besar, 70% terjadi pada kasus molahidatidosa (Prawirohardjo, 2008;
Cunningham, 2006).

f. Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah terbukti pada ibu yang
mengalami preeklamsi 26% anak perempuannya akan mengalami preeklamsi pula,
sedangkan 8% anak menantunya mengalami preeklamsi. Karena biasanya kelainan
genetik juga dapat mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya
mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat menyebabkan terjadinya vasospasme yang
merupakan dasar patofisiologi terjadinya preeklamsi/eklamsi (Wiknjosastro, 2008;
Cunningham, 2008).

g. Obesitas
Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh.
Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori, biasanya disertai kelebihan
lemak dan protein hewani, kelebihan gula dan garam yang kelak bisa merupakan
faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker)
dan gangguan kesehatan lain.Hubungan antara berat badan ibu dengan risiko
preeklamsia bersifat progresif, meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan indeks

16
massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan menjadi 13,3 % untuk
mereka yang indeksnya ≥35 kg/m2 (Cunningham, 2006; Mansjoer, 2008)

D. Tanda dan Gejala Pre-eklamsia


a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15 mmHg atau lebih, dari
tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Atau sistol 140 - 160
mmHg dan diastole 90 -110 mmHg.
b. Proteinuria secara kuantitatif lebih dari 0,3 gram/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif
(++).
c. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral dan wajah atau lengan.
d. Terjadinya gejala subjektif:
1) Sakit Kepala
2) Penglihatan kabur
3) Nyeri pada epigastrum
4) Sesak napas
5) Berkurangnya urin
e. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
f. Terjadinya kejang
g. Penurunan angiostensin, renin, dan aldosteron, tetapi juga dijumpai edema, hipertensi
dan proteinuria.

E. Patofisiologi
Dengan adanya spasme pembuluh darah menyebabkan perubahan – perubahan ke
organ Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan
hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu mengalami spasme pembuluh
darah perlu adanya kompensasi hipertensi ( suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan
perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi). antara lain :
a. Otak
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan terjadi oedema
yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing dan CVA, serta kelainan
visus pada mata.
b. Ginjal.
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke ginjal
berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana filtrasi natirum lewat
glomelurus mengalami penurunan sampai dengan 50 % dari normal yang
mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga terjadi oliguri dan oedema.
Terjadi perubahan fungsi ginjal disebabkan karena menurunnya aliran darah ke
ginjal akibat hipovolemi, kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya
permebelitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan
proteinuria. Gagal ginjal akut akibat nekrosis tubulus ginjal.

17
c. URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan plasenta
maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin dalam kandungan.
d. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan menyebabkan
partus prematur.
e. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga oksigenasi
terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas. Juga mengalami aspirasi
paru / abses paru yang bisa menyebabkan kematian
f. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan perdarahan
subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium, serta ikterus.
F. Pencegahan Pre-eklamsia
Pencegahan preeklamsi ini
dilakukan dalam upaya untuk mencegah terjadinya preeklamsi pada perempuan hamil
yang memiliki resiko terjadinya preeklamsi. Menurut Prawirohardjo 2008 pencegahan dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu:
a. Pencegahan non medikal
Yaitu pencegahan dengan tidak memberikan obat, cara yang paling sederhana yaitu
dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah suplemen yang mengandung: a) minyak
ikan yang kaya akan asam lemak tidak jenuh misal: omega-3 PUFA, b) antioksidan:
vitamin C, vitamin E, dll.c) elemen logam berat: zinc, magnesium, kalium.
b. Pencegahan dengan medikal
Pemberian deuretik tidak terbukti mencegah terjadinya hipertensi bahkan
memperberat terjadinya hipovolumia. Pemberian kalsium: 1.500-2.000mg/hari, selain itu
dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari,magnesium 365 mg/hari. Obat trombotik yang
dianggap dapat mencegah preeklampsi adalah aspirin dosis rendah rata-rata <100mg/hari
atau dipiridamole dan dapat juga diberikan obat anti oksidan misalnya vitamin C,
Vitamin E β-karoten, N-Asetilsistein, asam lipoik
c. Antenatal care (ANC)
ANC adalah pemeriksaan/pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi
persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar.

18
BAB IV

KONSEP ASKEP

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu proses


kolaborasi melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian
dilakukan melaui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian
dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat,
sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui masalah dan
kebutuhan ibu terhadap perawatan.

Pengkajian yang dilakukan pada ibu dengan preeklamsia/eklamsia antara lain


sebagai berikut :

a. Identitas umum ibu.

b. Data riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan dahulu

- Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.

- Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan


terdahulu.

- Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.

- Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal kronis.

b) Riwayat kesehatan sekarang

- Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.

- Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrum.

- Gangguan virus : penlihatan kabur, skotoma, dan diplopia.

- Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.

- Gangguan serebral lainnya : terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan tidak


tenang.

19
- Edema pada ekstremitas.

- Tengkuk terasa berat.

- Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.

20
c) Riwayat kesehatan keluarga

Kemungkinan mempunyai riwayat preeklamsia dan eklamsia dalam


keluarga.

d) Riwayat perkawinan

Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau
diatas 35 tahun.

c. Pemeriksaan fisik biologis

Keadaan umum : lemah.

Kepala : sakit kepala, wajah edema.

Mata : konjungtifa sedikit anemis, edema pada retina.

Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan


muntah.

Ekstremitas : edema pada kaki juga pada tangan juga pada jari-jari.

Sistem persyarafan : hiperrefleksia, klonus pada kaki.

Genituorinaria : oligura, proteinuria.

Pemeriksaan janin : bunyi detak janin tidak teratur, gerakan janin melemah.

d. Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :

- Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk


wanita hamil adalah 12-14 gr% ).

- Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ).

- Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).

Urinalisis :

- Ditemukan protein dalam urine.

Pemeriksaan Fungsi hati :

- Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).

21
- LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.

- Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

- Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45


u/ml).

- Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )

- Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ).

Tes kimia darah :

- Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl ).

b) Radiologi

Ultrasonografi :

- Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus


lambat, aktivitas

janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.

Kardiotografi :

- Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

- Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu

- Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada


otak

- USG : untuk mengetahui keadaan janin

- NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

B. . Diagnosa Keperawatan

a. . Kelebihan volume cairan interstisial berhubungan dengan peningkatan


reabsorbsi

natrium dan retensi cairan.

b. . Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemi/penurunan


aliran balik vena.

22
c. 3. Resiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya
perfusi darah ke plasenta.

C. Rencana Keperawatan

Setelah data terkumpul kemudian dianalisis, langkah selanjutnya adalah


menentutkan diagnosa dan intervensi keperawatan. Diagnosa yang mungkin
ditemukan pada ibu hamil dengan preeklamsia/eklamsia adalah sebagai
berikut :

a. Kelebihan volume cairan interstisial yang berhubungan dengan


peningkatan reabsorbsi natrium dan retensi cairan

Tujuan : volume cairaan kembali seimbang.

Rencana tindakan :

a) Pantau dan catat intake dan output setiap hari.

Rasional : dengan memantau intake dan output diharapkan dapat diketahui


adanya keseimbangan cairan

b) Pantau tanda-tanda vital, catat waktu pengisapan kapiler (capilery refill


time-CRT).

Rasional : dengan memantau anda-tanda vital dan pengisian kapiler dapat


dijadikan pedoman untuk penggantian cairan atau menilai repon dari
kardiovaskuler.

c) Memantau atau menimbang berat badan ibu.

Rasional : engan memantau berat badan ibu dapat diketahui berat badan
yang merupakan indikator yang tepat untuk menentukan keseimbangan
cairan.
d) Observasi keadaan edema.

Rasional : keadaan edema merupakan indikator keadaan cairan dalam


tubuh.

e) Berikan diet rendah garam sesuai hasil kolaborasi dengan ahli gizi.

Rasional : diet rendah garam akan mengurangi terjadinya kelebihan


cairan.

23
f) Kaji distensi vena jugularis dan perifer.

Rasional : retensi cairan yang berlebihan bisa dimanifestasikan dengna


pelebaran vena jugularis dan edema perifer.

g) Kaji dengan dokter dalam pemberian diuretik.

Rasional : diuretik dapat meningkatkan filtrasi glumerulus dan


menghambat penyerapan sodium dan air dalam tubulus ginjal.

b. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengna


hipovolemi/penurunan aliran balik vena.

Tujuan : agar curah jantung kembali normal.

Rencana tindakan :

a) Pemantauan nadi dan tekanan darah.

Rasional : dengan memantau nadi dan tekanan darah dapat melihat


peningkatan volume plasma, relaksasi vaskuler dengan penurunan tahanan
perifer.

b) Lakukan tirah baring pada ibu dengan posisi miring kiri.

Rasional : meningkatkan aliran balik vena, curah jantung, dan perfusi


ginjal.

c) Pemantauan parameter hemodinamik invasif (kolaborasi).

Rasional : memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskuler dan


volume cairan. Konstruksi vaskuler yang lama, peningkatan dan
hemokonsentrasi, serta perpindahan cairan menurunkan curah jantung.

d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti hipertensi sesuai


kebutuhan.

Rasional : obat anti hipertensi bekerja secara langsung pada arteriol untuk
meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskuler dan membantu
meningkatkan suplai darah.

e) Pemantauan tekanan darah dan obat hipertensi.

Rasional : mengetahui efek samping yang terjadi seperti takikardi, sakit


kepala, mual muntah dan palpitasi.

c. Resiko cedera pada janin yang berhubungan dengan tidak adekuatnya


perfusi darah ke plasenta.

24
Tujuan : agar cedera tidak terjadi pada janin.

Rencana tindakan :

a) Istirahatkan ibu.

Rasional : dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolisme menurun


dan peredaran darah

keplasenta menjadi adekuat, sehingga kebutuhan oksigen untuk janin


dapat terpenuhi.

b) Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri.

Rasional : dengan miring ke kiri diharapkan vena kava dibagian kanan


tidak tertekan oleh uterus yang membesar, sehingga aliran darah
keplasenta menjadi lancar.

c) Pantau tekanan darah ibu.

Rasional : dengan memantau tekanan darah ibu dapat diketahui keadaan


aliran darah ke plasenta seperti tekanan darah tinggi, aliran darah ke aliran
darah ke plasenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang.

d) Memantau bunyi jantung janin.

Rasional : dengan memantau bunyi jantung janin dapat diketahui keadaan


jantung janin lemah atau menurun menandakan suplai oksigen ke plasenta
berkurang, sehingga dapat direncanakan tindakan selanjutnya.

e) Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan dokter.

Rasional : obat anti hipertensi akan menurunkan tonus arteri dan


menyebabkan penurunan afterload jantung dengan vasodilatasi pembuluh
darah, sehingga tekanan darah turun. Dengan menurunya tekanan darah,
makak aliran darah ke plasenta menjadi adekuat.

D. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses


keperawatan dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat di atasi.
Disamping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian
ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal
ini proses peawatan dapat di modifikasi.

Berikut ini evaluasi dari diagnosa diatas :

a) Volume cairaan kembali seimbang.


25
b) Curah jantung kembali normal.

c) Cedera tidak terjadi pada janin.

BAB V
PENUTUP

26
3. p
A. Kesimpulan
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana hipertensi terjadi
terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan
ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. (Bobak, 2005)
Preeklamsi merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat membahayakan
kesehatan maternal maupun neonatal. Gejala klinik pre eklamsi dapat dibagi menjadi pre eklamsi
ringan dan pre eklampsi berat
Diharapkan dengan menegakkan diagnosa yang teapat dapat meghasilkan suatu hasil
yang sesuai dengan kebutuhan ibu hamil dengan gangguan preeklamsia.
Masalah-masalah keperawatan yang timbul pada ibu bersalin dengan Pre- Eklampsia
berat lebih kompleks, hal ini dikarenakan masalah yang muncul bisa berasal dari patogenesis
Pre-Eklampsia itu sendiri maupun dari proses persalinan.
Penetapan rencana perawatan yang sesuai dengan masalah yang timbul pada ibu bersalin
dengan Pre-Eklampsia berat serta tindakan keperawatan yang efektif untuk mengatasi masalah
keperawatan tersebut akan dapat mencegah prognosis yang lebih buruk, yaitu timbulnya kejang.
Oleh karenanya diperlukan observasi ketat dan terapi yang tepat serta skill yang professional baik
dari dokter maupun perawat. Hal ini mengingat penatalaksanaan yang pada umumnya berakhir
dengan tindakan operatif.

B. Saran
Dengan besarnya pengaruh atau komplikasi dari preeklampsi terhadap tingginya tingkat
kematian bumil dan janin , sudah selayaknya dilakukan suatu upaya untuk mencegah dan
menangani kasus preeklampsi . Keperawatan bumil dengan preeklampsi merupakan salah satu
usaha nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi sebagai akibat lanjut
dari preeklampsi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

27
Yayasan Sarwono Prawirohardjo, 1997, Ilmu Kebidanan, FKUI, Jakarta

Ida Bagus Manuaga, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

Persis Mary Hamilton, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta

Cunningham, FG, Leveno, KJ, Bloom, SL, Hauth, JC, Gilstrap, L & Wenstrom, KD 2005,
Williams Obstetrics, 22th edn, McGraw-Hill, New York.

http://merawatdansehat.blogspot.com/2011/03/askep-preeklampsia-berat.html,diakses
tanggal 15 Mei 2019.

Mansjoer, Arif dkk . 2000 . Kapita Selekta kedokteran Jilid I Edisi Ketiga . Jakarta :

Media Aesculapius.

Prawirohardjo, Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

28

Anda mungkin juga menyukai