C. Materi
Terlampir
D. Metode
Ceramah dan diskusi
E. Media
Leaflet dan Lembar Balik
F. Kegiatan Belajar Mengajar
b. Cara Kerja
1) Pasien diminta menandatangani informed consent
2) Pasien dijelaskan mengenai prosedur yang akan dijalankan
3) Cuci tangan dibawah air mengalir
4) Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (Posisi terlentang dengan
mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas perut)
5) Memperhatikan vulva apakah ada tanda-tanda infeksi dan kelainan.
6) Memasukan speculum kedalam vagina pasien secara perlahan-lahan,
lalu dibuka untuk melihat serviks uteri.
7) Serviks uteri dilihat apakah ada tanda-tanda infeksi dan kelainan
lainnya.
8) Dengan menggunakan lidi berkapas, larutan asam asetat 3-6%
dioleskan ke leher rahim.
9) Hasil dilihat:
Bila luka atau lesi pada leher rahim berubah menjadi keputihan, maka
hasilnya positif (+). Hasil positif menunjukkan bahwa klien positif
kanker.
Bila warna tidak berubah menjadi putih, maka hasilnya negatif (-).
Hasil negatif menunjukkan bahwa klien tidak menderita kanker.
10) Speculum dikeluarkan dari vagina secara perlahan-lahan.
11) Ibu diberitahu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan.
12) Ibu dirapikan, alat-alat dibuka dan direndam dalam ember plastik berisi
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
13) Handscoen dilepas dalam air klorin
14) Cuci tangan dibawah air mengalir
15) Menyelesaikan dokumentasi
c. Hasil Pemeriksaan IVA Test
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) hasil pemeriksaan IVA dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) IVA negatif (-) artinya menunjukkan leher rahim normal.
2) IVA positif (+) artinya ditemukan bercak putih Bila luka atau lesi pada
leher rahim berubah menjadi keputihan, maka hasilnya positif (+). Hasil
positif menunjukkan bahwa klien positif kanker.
3) Jika masih tahap lesi atau lecet, pengobatan cukup mudah, bisa
langsung diobati dengan metode krioterapi atau gas dingin yang
menyemprotkan gas karbondioksida atau nitrogen ke leher rahim.
MATERI PAP SMEAR
f. Fa ktor resiko
1. Umur
Perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim paling sering ditemukan pada
usia 35-55 tahun dan memiliki risiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker
mulut rahim (serviks). Semakin tua umur seseorang akan mengalami proses
kemunduran, sebenarnya proses kemunduran itu tidak terjadi pada suatu alat
saja tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami
kemunduran, sehingga pada usia lanjut lebih lama kemungkinan jatuh sakit,
misalnya terkena sakit/mudah mengalami infeksi (Andrijono, 2008).
2. Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang sudah pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup atau viable. Paritas dengan jumlah anak lebih dari 2 orang atau
jarak persalinan terlampau dekat mempunyai risiko yang lebih besar
terhadap timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Jika
jumlah anak yang dilahirkan pervaginam banyak dapat menyebabkan
terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim yang dapat
berkembang menjadi keganasan (IBG Manuaba, 1999).
3. Sosial ekonomi
Golongan social ekonomi yang rendah sering kali terjadi keganasan pada sel
– sel mulut rahim, hal ini dikarenakan ketidakmampuan melakukan Pap
Smear secara rutin (Andrijono, 2008).
4. Usia wanita saat menikah
Usia menikah <21 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami
perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda sel-sel
rahim masih belum matang. Maka sel – sel tersebut tidak rentan terhadap
zat – zat kimia yang dibawa oleh sperma dan segala macam perubahannya.
Jika belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak
seimbang dengan sel yang mati, sehingga kelebihan sel ini bisa berubah sifat
menjadi sel kanker (Karen Evennett, 2003).
5. Berganti-ganti pasangan
Pasangan seksual yang berganti – ganti juga memperbesar risiko
kemungkinan terjadinya kanker leher rahim. Bisa saja salah satu pasangan
seksual membawa virus HPV yang mengubah sel-sel di permukaan mukosa
hingga membelah menjadi lebih banyak yang akan mengarah ke keganasan
leher rahim (Nugroho. K, 2007)
6. Hygiene alat Genetalia
Terlalu sering mengunakan antiseptik untuk mencuci vagina juga ditengarai
dapat memicu kanker serviks. Oleh sebab itu, hindari terlalu sering mencuci
vagina dengan antiseptic karena cuci vagina dapat menyebabkan iritasi di
serviks. Iritasi ini akan merangsang terjadinya perubahan sel yang akhirnya
berubah menjadi kanker. ( Rieke. P, 2006 ).
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gede., Ida Ayu Chandranita Manuaba., Ida Bagus
Gede Fajar Manuaba. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta : Trans
Info Media.
Manuaba, Ida Ayu Sri KusumaDewiSuryasaputra., Ida Ayu Chandranita
Manuaba., Ida Bagus Gede Fajar Manuaba., Ida BagusGedeManuaba. 2009.
BukuAjarGinekologiUntukMahasiswaKebidanan. Jakarta: EGC.
Melianti Mira. 2011. Skining Kanker Serviks dengan Metode Inspeksi
Visual deang Asam Asetat (IVA) test. (http://stikesdhb.ac.id/kebidanan/91-
skrining-kanker-serviks.html. Diakses 2 November 2014 jam 20.27 wib)
Novel S.Sinta dkk. 2010. Kanker Serviks dan Infeksi Human
Pappilomavirus (HPV). Jakarta : Javamedia Network
Sukaca E. Bertiani. 2009. Cara Cerdas Menghadapi KANKER SERVIK
(Leher Rahim). Yogyakarta: Genius Printika
Wijaya Delia. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Servik.
Yogyakarta : Sinar Kejora