Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai penyakit yang
hamper disebabkan oleh reumatik. Demam reumatik hanya timbul bila terjadi
respon antibody atau imunologi yang bermakna terhadap infeksi streptokok
sebelumnya. Sekitar 3% infeksi streptokok pada faring dalam waktu 2-4
minggu akan diikuti oleh serangan demam reumatik. Serangan awalnya
sering ditemukan pada masa kanak-kanak dan awal masa remaja.Insiden
infeksi streptokok yang menyebabkan demam reumatik, dianggap sebagai
faktor predisposisi yang memiliki hubungan langsung dengan perkembangan
dan transimisi infeksi.Faktor predisposisi utama lainnya adalah faktor sosio
ekonomi, seperti situasi kehidupan dan kemungkinan untuk mendapatkan
perawatan, medis dan antibiotic.
Insiden tertinggi penyakit katup adalah pada katup mitralis diikuti katup
aorta.Kecendrungan menyerang katup-katup jantung kiri dikaitkan dengan
tekanan hemodinamik yang relative lebih besar pada katup-katup ini.
Dikatakan bahwa tekanan hemodinaik akan meningkat derajatnya berubah
bentuk yang dialami oleh katup tersebut. Insiden penyakit trikuspidalis lebih
rendah, penyakit katup pulmonalis jarang terjadi.Penyakit pada katup
trikuspidalis atau pulmonalis disertai lesi pada katup lainnya, sedangkan pada
katup aorta atau mitralis didapatkan sebagai lesi tersendiri.
Katup tertentu dapat menentukan menunjukkan keadaan apa yang
menjadi misalnya, stenosisi mitralis tunggal biasanya karena reumatik,
stenosisi aorta murni biasanya akibat kalsivikasi premature dan degenerasi
dari katup bikuspidalis kongenital. Lesi katup pulmonalis atau trikuspidalis
tunggal hamper pasti disebabkan oleh cacat kongenital. Lesi katup gabungan
disebabkan oleh reumatik.
Dari berbagai paparan diatas bahwa pada penyakit katup jantung
merupakan komponen miokard penyakit katup jantung, sampai saat ini,
merupakan penyakit utama mortalitas, perbaikan atau penggantian dini katup

1
pada pasien resiko rendah telah menghasilkan reservasi fungsi miokard
dengan tingkat ketahanan hidup jangka panjang yang lebih baik. Maka kami
dalam penyusunan makalah ini mengambil judul “kelainan katup jantung”

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian katup jantung?
2. Apa saja klasifikasi dari kelainan katup jantung?
3. Apa sajakah yang berhubungan dengan stenosis aorta?
4. Apa sajakah yang berhubungan dengan stenosis mitral?
5. Apa sajakah yang berhubungan dengan regurgitas aorta?
6. Apa sajakah yang berhubungan dengan regurgutas mitral?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada kelaianan katup ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari katup jantung
2. Untuk mengetahui dan memahami hal-hal yang berhubungan dengan
kelainan katup jantung
3. Untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan stenosis aorta
4. Untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan stenosis mitral
5. Untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan regurgitas
aorta
6. Untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan regurgitas
mitral
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kelainan katup

2
BAB II
KONSEP MEDIS

2.1 Definisi Katup Jantung


Jantung memiliki 4 ruangan, 2 ruangan kecil diatas (atrium) dan 2
ruangan besar dibawah (ventrikel).Setiap ventrikal memiliki satu katup
masuk searah dan satu katup keluar searah. Katup jantung bekerja mengatur
aliran darah melalui jantung ke arteria pulmonal dan aorta dengan cara
membuka dan menutup pada saat yang tepat ketika jantung berkontraksi dan
berelaksasi selama siklus jantung.
Katup trikuspidalis membuka dari atrium kanan ke dalam ventrikel
kanan, dan katup pulmonalis membuka dari ventrikel kanan ke dalam arteri
pulmonalis.Katup mitral membuka dari atrium kiri ke dalam ventrikel kiri,
dan katup aorta membuka dari ventrikel kiri ke dalam aorta.
Katup atrioventrikular memisahkan atrium dan ventrikel, terdiri atas
katup trikuspidalis yang membagi atrium kanan dan ventrikel kanan, serta
katup mitral atau bikuspidalis yang membagi atrium kiri dan ventrikel kiri.
Katup semilunaris terletak antara ventrikel dan arteri yang
bersangkutan.Katup pulmonal antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal,
sedangkan katup aorta terletak ventrikel kiri dan aorta.
Bila salah satu katup tidak terbuka atau tertutup dengan baik maka
akan mempengaruhi aliran darah, bila katup tidak dapat membuka secara
sempurna (biasanya karena stenosis) , akibatnya aliran darah melalui katup
tersebut akan berkurang. Bila katup tidak dapat menutup secara sempurna
darah akan mengalami kebocoran sebagai proses yang disebut regurgitas atau
infusiensi.

3
2.2 Klasifikasi kelainan katup Jantung
Klasifikasi kelainan katu jantung antara lain :
1. STENOSIS AORTA
A. Pengertian
Stenosis aorta adalah penyempitan pada lubang katup aorta ,
yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari
ventrikel kiri ke aorta (Stewart & Carabello, 2002). Otto (2004)
mendefinisikan stenosis aorta sebagai penyempitan abnormal katup
aorta.Sejumlah kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada
penempitan katup aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup
signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke
arteri,masalah pada jantung terjadi.
Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan
pada katup aora.Penyempitan pada katup aorta ini mencegah katup
aorta membuka secara maksimal sehingga menghalangi aliran darah
mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup aorta
terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah
dapat melewatinya. Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya
terdiri dari 2 kuncup sehingga lubang nya lebih sempit dan dapat
menghambat aliran darah.Akibatnya ventrikel kiri harus memompa
lebih kuat agar darah dapat melewati katup aorta.

B. Etiologi
Stenosis katup aorta disebabkan oleh kelainan kongenital,
penumpukan kalsium pada daun katup, dan demam reumatik. Kelainana
kongenital berupa penyempitan katup aorta tidak banyak dialami oleh
bayi,akan tetapi ada sebagian kecil bayi dilahirkan dengan katup aorta
yang hanya memiliki 2 daun . katup aorta dengan 2 daun dapat tidak
menimbulkan masalah atau gejala yang berarti hingga dewasa ketika
katup mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga membutuhkan
penanganan medis. Penumpukan kalsium ( klasifikasi ) pada daun katup
terjadi seiring dengan pertambahan usia. Kondisi ini banyak terjadi

4
pada lansia diatas usia 65 tahun, tetapi gejala baru timbul ketika klien
berusia 70 tahun. Seperti kita ketahui bersama bahwa kalsium
merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah .aliran darah yang
melewati katup aorta menimbulkan akumulasi kalsium pada katup
jantung yang kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada katup
aorta jantung. Penyebab lain adalah deman reumatik. Demam reumatik
dapat menimbulkan komplikasi berupa sepsis atau menyebarnya kuman
atau bakteri melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga
menyebabkan kuman tersebut ke jantung.saat kuman tersebut mencapai
katup aorta maka terjadi kematian jaringan pada katup aorta .jaringan
yang mati ini dapat menyebabkan penumpukan kalsium yang
dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik
dapat menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam
berbagai cara. Kerusakan katup jantung dapa berupa ketidak mampuan
katup untuk membuka atau menutup bahkan kedua nya.

C. Patofisiologi
Ukuran normal orifisium aorta 2-3cm2.stenosis aorta menyebabkan
tahanan dan tekanan perbedaan tekanan selama sistolik antara ventrikel
kiri dan aorta . peningkatan tekanan ventrikel kiri menghasilkan
tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri kondisi tersebut
menyebabkan tubuh meningkatkan ketebalan dinding (hipertrovi)
ventrikel kiri . pelebaran ruang ventrikel kiri terjadi hingga
kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
meningkat .kontraksi atrium menambah volume darah diastolik
ventrikel darah meningkat .kontraksi atrium menambah volume darah
diastolik ventrikel kiri. Hal ini mengakibatkan pembesaran atrium kiri
.akhirnya beban ventrikel kiri yang terus menerus akan menyebabkan
pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard.
Iskemia miokard timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke
miokard yang hipertropo.

5
Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2 gradien ventrikel kiri
dengan aorta mulai terlihat bila area katup aorta <1,5cm2.Bila area
katup mitral <1cm2, maka stenosis aorta sudah disebut berat.
Kemampuan adaptasi miokard menghadapi stenosis aorta menyebabkan
manifestasi baru muncul beberapa tahun kemudian .hambatan aliran
darah pada stenosis katup aorta akan merangsang mekanisme RAA (
renin-angitensin-aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard
mengalami hipertropi . penambahan masa otot ventrikel kiri ini akan
meningkatkan tekanan intraventrikel agar dapat melampaui tahanan
stenosis aorta tersebut dan mempertahankan wall stress yang normal .
akan tetapi, jika tahanan aorta bertambah maka hipertropi akan menjadi
patologik disertai penambahan jaringan kolagen dan menyebabkan
kekakuan dinding ventrikel penurunan cadangan diastolik, peningkatan
kebutuhan miokard dan iskemia miokard. Pada akhirnya performa
ventrikel kiri akan terganggu akibat tidak singkron nya gerakan dinding
ventrikel dan afrter load mismatch. Gradient trans-valvular menurun ,
tekanan arteri pulmonalis atrium kiri meningkat menyebabkan sesak
nafas. Gejala yang mencolok adalah sinkop , iskemia, sub-endokard
yang menghasilkan angina dan berakhir dengan gagal miokard ( gagal
jantung kongestif ) . angina timbul karena iskemia miokard akibat
peningkatan kebutuhan hipertropi ventrikel kiri, penurunan suplai
oksigen akibat dari penurunana cadangan coroner, penurunan waktu
perfusi miokard akibat tahanan katub aorta .

6
Alur klinis

Faktor penyebab : malformasi katup, stenosis kongenital,


infalamasi reumatik, klasifikasi katup degenaratif

Stenosis aorta

Mengahalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta


saat sistolik

Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat, kontraksi


atrium meningkatkan volume darah diastolik ventrikel kiri

Tekanan ventrikel kiri meningkat

Beban ventrikel kiri yang terus menerus akan menyebabkan


pelebaran ventrikel kiri

D. Manifestasi klinis
Pada kasus stenosis aorta tingkat sedang hingga berat , klien
awalnya mengalami dyspnea saat latihan ( yang merupakan manifestasi
dekompensasi ventrikel kiri terhadap kongestiparu ). Kemudian klien
dapat mengalami pusing, pingsan karena berkurangnya volume darah
yang mengalir ke otak.Angina pectoris merupakan gejala yang sering
timbul jarna meningkatnya kebutuhan oksigen akibat meningkatnya
beban kerja ventrikel kiri dan hipertrofi miokardium. Tekanan darah
dapat turun tetapi dapat juga normal, terkadang juga terjadi tekanan
diastolic yang rendah ( < 30mmHg ) karna berkurang nya aliran darah.
Pada pemeriksaan fisik dapat terdengar mur mur sistolik yang keras dan
kasar di daerah aorta .mur mur ini bernada rendah kasar dan bergetar.

7
Penurunan denyut nadi karotis , penurunan, curah jantung dan aritmia
jantung . pada auskultasi dapat di dengar bising sistolik pada daerah
arteri karotis dan mungkin pula bunyi S4.
E. Komplikasi
1. Gagal ventrikel kiri 4. Endocarditis infektif
2. Aritmia dapat mati mendadak 5. Sinkop
3. Fibrilasi atrium
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum meliputi istirahat, mengobati penyakit
dasar, terapi gagal jantung dan angina , menghindari latihan berat dan
diet . medikasi yang digunakan untuk penyakit ini biasanya digoksin
dan antibiotik . tindakan operasi berupa penggantian katup juga dapat
dilakukan jika kondisi sudah buruk.

2. STENOSIS MITRAL
A. Definisi
Stenosismitralmerupakan suatu keadaan dimana terjadi
gangguan aliran darah dari atrium kiri melalui katup mitral oleh karena
obstruksi pada level katup mitral. Kelainan struktur mitral ini
menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan
pengisian ventrikel kiri pada saat diastol
B. Etiologi
Penyebab tersering adalah di endokarditisreumatika, akibat
reaksi yang progresif dari demam reumatika oleh infeksi streptokokus.
Penyebab lain walaupun jarang dapat juga Stenosismitralkongenital,
deformitas parasut mitral, vegetasisyestemic lulus erithematosus(SLE),
karsinosissistemik, deposit amiloid, akibat obat fenfliramin/phentermin,
rhematoidarthritis(RA), serta klasifikasi annulus maupun daun katup
pada usia lanjut akibat proses degeneratif.
Beberapa keadaan juga dapat menimbulkan obstruksi aliran
darah ke ventrikel kiri seperti Cor triatrium,miksoma atrium serta
trombus sehingga menyerupai Stenosismitral.

8
Dari pasien dengan penyakit jantung katup ini 60% dengan riwayat
demam reumatik, sisanya menyangkal.Selain daripada itu 50% pasien
dengan karditis reumatikklinik (Rahimtoola).Pada kasus kami di klinik
(data tidak dipublikasi) juga terlihat beberapa kasus demam reumatik
akut yang tidak berlanjut menjadi penyakit jantung katup, walaupun
ada diantaranyamemberi manifestasi chore.Kemungkinan hal ini
disebabkan karena pengenalan dini dan terapi antibiotik yang adekuat.
C. Patofisiologi
Stenosismitral menghalangi darah dari atrium kiri ke ventrikel
kiri selama fase diastolikventrikel.Untuk mengisi ventrikel dengan
adekuat dan mempertahankan curah jantung, antrium kiri harus
menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah
malampaui katup yang menyempit.Oleh sebab itu, selisih tekanan atau
gradien tekanan antara dua ruang tersebut meningkat.
Pada kasus Stenosis berat terjadi penyempitan lumen hingga
sebesar pensil. Ventrikel kiri tidak terpengaruh namun atrium kiri
mengalami kesulitan dalam mengosongkan darah melalui lumen yang
sempit ke ventrikel kiri. Akibatnya atrium akan melebar dan mengalami
hipertrofi. Karena tidak ada katup yang melindungi Vena
pulmonalterhadap aliran balik antrium, maka sirkulasi pulmonal
mengalami kongesti.Akibatnya ventrikel kanan harus menanggung
beban tekanan arteri pulmonal yang tinggi mengalami peregangan yang
berlebihan, yang berakhir dengan gagal jantung.
D. Manifestasi Klinis
1. Dispnea d'effortDispnea nokturnal paroksismal, ortopnea,
rasalemah, keletihan dan palpitasi
2. Jika Stenosisnya berat, tekanan darah didalam atrium kiri dan
tekanan darah didalam Vena paru meningkat, sehingga terjadi
gagal jantung, dimana cairan tertimbun didalam paru (edema
pulmoner).
3. Jika seorang wanita dengan Stenosis katup mitral berat hamil, gagal
jantung akan berkembang dengan cepat.

9
4. Edema perifer, distensi Vena jugularis ,asites dan
Hepatomegali(kegagalan ventrikel kiri)
5. Ronki atau crackle, vibrilasi atrium dan tanda ebolisistemik.
6. Tekanan tinggi pada Vena paru dapat menyebabkan Vena atau
kapiler pecah dan terjadi pendarahan ringan atau berat kedalam
paru.
7. Pembesaran atrium kiri dapat mengakibatkan vibrilasi atrium,
sehingga denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur.
E. Komplikasi
Stenosismitral akan menyebabkan pronkopneumonia,
hipertensi arteri pulmunalis, hipertensi fentrikel kanan sehingga dapat
mengakibatkan gagal jantung kanan.
F. Penatalaksanaan
1. Terapi antibiotik untuk mencegah berulangnya infeksi.
2. Obat-obatan, seperti penyekat Beta, digoksin, dan verepramil dapat
memperlambat denyut jantung dan membantu mengendalikan
vibrilasi atrium. Jika terjadi gagal jantung, digoksin juga akan
memperkuat denyut jantung. Diuretik dapat mengurangi tekanan
darah dalam paru dengan cara mengurangi volume sirkulasi darah.
3. Jika terapiobat tidak dapat mengurangi gejala secara memuaskan,
mungkin perlu dilakukan perbaikan atau penggantian katup. Pada
prosedur balon valvuloplasti, lubang katup diregangkan. Kateter
yang pada ujungnya terpasang balon, dimasukkan melalui vena
menuju ke jantung. Ketika berada didalam katup, balon di
gelembung kan dan akan memisahkan daun katup yang menyatu.
4. Pemisahan daun katup yang menyatu juga dapat dilakukan melalui
pembedahan. Jika kerusakan katupnya terlalu parah, dapat diganti
dengan katup mekanik atau katup yang sebagian dibuat dari katup
babi. Sebelum menjalani berbagai tindakan operasi atau
pembedahan, kepada penderita diberikan antibiotik pencegahan
untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi katup jantung.

10
3. REGURGITASI AORTA
A. Definisi
Insufisiensi atau regurgitasi aorta adalah gangguan fungsi
katup aorta, disertai dengan penutupan tidak sempurna yang
menimbulkan regurgitasi aorta.
B. Etiologi
Regurgitasidarah dari aorta ke ventrikel kiri dapat terjadi
dalam 2 macam kelainan artifisial yaitu :
- Dilatasi pangkal aorta yang ditemukan pada :
• Penyakit kolagen
• Aortitissifilika
• Diseksi aorta
- Penyakit katup artifisial
• Penyakit jantung reumatik
• Endokarditisbakterialis
• Kongenital aorta artifisial
• Defek septum ventrikel
• Traumatik ruptur
• Aorticleftventriculartunnel
Selain itu, regurgitasi aorta dapat juga disebabkan oleh
sindrom marfan dan mukopolisakaridosis.
C. Patofisiologi
Dilasasi ventrikel merupakan kompensasi utama pada
regurgitasi aorta, bertujuan untuk mempertahankan curah jantung
disertai peninggian tekanan artifisial ventrikel kiri.Pada saat aktivitas,
denyut jantung dan resistensi vaskular perifer meenurunsehinga curah
jantung bisa terpenuhi.
Pada tahap lanjut, tekanan atrium kiri, pulmonarywedgepressure,
arteri pulmonal, ventrikel kanan dan atrium kanan meningkat
sedangkan curah jantung menurun walaupun pada waktu istirahat.

11
D. ManifestasiKlinis
Ada 2 gambaran klinis regurgitasi yang berbeda yaitu:
1) Regurgitasi aorta kronik. Biasanya terjadi akibat proses kronik
seperti penyakit jantung reumatik, sehingga artifisial
kardiovaskuler sempat melakukan mekanisme kompensasi. Tapi
bila ke Gagalan ventrikel sudah muncul, timbullah keluhan
sesak nafas pada waktu melakukan aktivitas dan sekali kali
timbul artifisial nocturnaldyspnea. Keluhan akan semakin
memburuk antara 1 sampai 10 tahun berikutnya.
Pemeriksaan jasmani menunjukan nadi, selar dengan tekanan
nadi yang besar dan tekanan artifisial yang rendah, gallop dan
bising artifisial timbul akibat besarnya curah sekunjup dan
regurgitasi darah dari aorta ke ventrikel kiri. Bising artifisial
lebih keras terdengar digaris sternal kiri bawah atau apeks pada
kelainan katup artifisial sedang pada dilatasi pangkal aorta,
bsiing terutama terdengar pada garis sternal kanan.Bila ada
ruptur daun katup, bising ini sangat keras dan musikal.
Kadang-kadang di temukan juga bising sistolik dan thrill akibat
curah sekuncup meningkat ( tidak selalu merupakan akibat
stenosis aorta). Tabrakan antara regurgitasi aorta yang besar dan
aliran darah dari katup mitral menyebabkan bising mide atau
latediastolik (bising austin flint).Adanya pembesaran ventrikel
kiri, elogasiaorta, dan pembesaran atrium kiri.
Ekokardiografimenunjukan adanya volum berlebih pada
ventrikel kiri dengan dimensi ventrikel kiri yang smagat
melebar dan gerkan septum dan dinding posterior ventrikel kiro
yang hiperkinetik. Kadang-kadang daun karupmitral anterior
atau septum intervertikuler bergetar halus( fluettering).

12
Tanda tanda kebocoran perifer yang dapat ditemukan pada
regurgitas aorta adalah :
- Tekanan nadi yang melebar - Tandatraubes
- Nadi artificis - Tanda duroziezs
- Nadi quenckes - Tanda demusset
- Tanda hills - Tanda muller’s
- Pistol shotsound - Tanda rosenbach
- Tanda gerhardt’s - Tanda landolfis
2) Regurgitasi aorta akut. Berbeda dengan regurgitasi kronik,
regurgitadi akut biadanya timbul secara mendadak dan banyak,
sehingga belum sempat terjadi mekanisme kompensasi yang
sempurna. Gejala sesak nafas yang berat akibat tekanan vena
pulmonal yang meningkat secara tiba-tiba. Dwngan semakin
beratnya gagal jantung peninggian tekanan artifisial ventrikel kiri
menyamai tekanan artifisial aorta, sehingga bising artifisial makin
melemah. Hal ini akan menyulitkan diagnosis. Pemeriksaan elektro
kardiografi dan fotorongent bisa normal karena belum cukup waktu
untuk terjadinya dilatasi dan hipertrofi, tetapi pada ekokardiografi
terlihat kelebihan volume ventrikel kiri(ventricular volume
overload), penutupan artifisial katup mitral dan kadang-kadang
endokartiditisbakterialis dapat dagnosis dengan katup vegetasi
E. Penatalaksanaan
Pengobatan medikamentosa.Digitalis harus diberikan pada
regurgitasi berat dan dilatasi jantung walaupun asimtomatik.Regurgitasi
aorta karena penyakit jantung reumatik harus mendapat pencegahan
sekunder dengan antibiotik.Juga terhadap kemungkinan
endokarditisbakterialis bila ada tindakan khusus.
Mortalitas operasi pada regurgitasi aorta akibat syndrom marfan
cukup tinggi(10%). Beberapa pusat penelitianmenganjurkkan
penggunaan propanolol pada dilatasi aorta akibat syndrom marfan utuk
mengurangi pulsasi aorta yang begitu kuat. Pengobatan dengan
vasodilator seperti nifedipine,felodipine dan ACE, inhibitor dapat

13
mempengaruhi ukuran dan fungsi dari ventrikel kiri dan mengurangi
beban di ventrikel kiri, sehingga dapat memperlambat progresivitas dari
disfungsi miokardium.

4. REGURGITASI MITRAL
A. Definisi
Regurgitasimitralisterjadinya aliran darah berbalik dari ventrikel
kiri ke Atriumkiti akibat penutupan katup mitralis yang tidak
sempurna.Maka, Kerja ventrikel kiri maupun Atrium kiri harus ditingkatkan
agar dapat mempertahankan curah jantung.Ventrikel kiri harus
memompakan darah dalam jumlah cukup guna mempertahankan aliran
darah normal ke dalam aorta, dan darah yang kembali ke katup mitralis.
B. Patofisiologi
Ventrikel kiri harus memompakan darah dalam jumlah yang cukup
guna mempertahankan aliran darah normal ke dalam aorta, dan darah yang
kembali melalui katup mitralis.Pada stadium awal regurgitasimitralis kronis,
ventrikel kiri masih mampu mengompensasi peningkatan beban volume
tambahan tersebut.Sebaliknya, pengurangan beban akhir terjadi karena
regurgitasi meningkatkan kemampuan kompensasi ventrikel untuk tetap
mempertahankan aliran depan.Tetapi akhirnya ventrikel mulai gagal bekerja
sehingga terjadi penurunan curah jantung dan peningkatan volume ventrikel
residual dan aliran balik.
Regurgitasi menimbulkan beban volume tidak hanya bagi ventrikel
kiri tetapi juga bagi Atrium kiri.Atrium kiri berdilatasiuntuk memungkinkan
peningkatan volume dan meningkatkan kekuatan kontraksi
atrium.Selanjutnya atrium mengalami hipertrofi untuk meningkatkan
kekuatan kontraksi dan curah atrium meningkatkan kekuatan kontraksi dan
curah atrium lebih lanjut.Mula-mula peningkatan kelenturan atrium kiri
memungkinkan akomondasi peningkatan volume tanpa kenaikan tekanan
yang berarti. Sehingga untuk sementara atrium kiri dapat mengimbangi
pengaruh volume regurgitasi, melindungi paru-paru , dan membatasi gejala
paru-paru yang timbul.

14
Namun,regurgitasimitralis merupakan lesi yang berlangsung
secara terus-menerus. Dengan makin meningkatnya volume dan ukuran
ventrikel maka fungsi katup menjadi bertambah buruk.Pembesaran
ruang jantung meningkatkan derajat regurgitasidengan menggeser otot
papilaris dan melebarkan lubang katup mitralis sehingga mengurangi
kontak daun katup selama penutupan katup.Bila lesi makin parah,
atrium kiri menjadi tidak mampu lagi meregang dan melindungi paru-
paru.Kegagalan ventrikel kiri biasanya merupakan tahap untuk
mempercepat dekompensasi jantung.Ventrikel kiri mendapat beban
yang terlalu berat dan aliran melalui aorta menjadi berkurang dan
secara bersamaan terjadi kongesti ke belakang.
Secara bertahap, urutan kejadian yang diperkirakan akan terjadi pada
paru-paru dan jantung kanan yang terkena adalah :
1) Kongesti vena pulmonalis
2) Edema interstisial
3) Hipertensi arteri pulmonalis
4) Hipertrofi ventrikel kanan

Apabila awitanregurgitasimitralis timbul akut, maka


perjalanan klinisnya akan jauh berbeda dengan yang kronis.
Insufiensimitralisakut sangat sulit ditoleransi.Dalam keadaan normal,
atrium kiri relatif tidak lentur sehingga tidak dapat mengembang
mendadak untuk mengatasi volume regurgitasi. Jadi, peningkatan
volume dan tekanan yang mendadak akan diteruskan langsung ke
pembuluh darah paru-paru. Dalam beberapa jam saja dapat terjadi
edema paru-paru yang berat dan syok.
Gejala paling awal pada regurgitasimitralis adalah
1. Rasa lemah dan lelah akibat berkurangnya aliran darah
2. Dipsnea saat beraktivitas
3. Palpitasi

15
Temuan berikut ini biasanya terdapat pada insufiensimitralsi kronis
yang berat :
1. Auskultasi : bising sepanjang fase sitosol ( bising
holosistolikaaupansistolik)
2. Ekokardiografi : memastikan pembesaran ruang jantung, pemeriksaan
aliran darah dengan warna pada katup mitralismemberikan pola
gangguan aliran darah akibat regurgitas pada katup mitralis.
3. Elektrokardiogram: pembesaran atrium kiri (P mitrale ) bila iramanya
sinus normal; fibrilasi antrium; hipertrofi ventrikel kiri
4. Radiografi dada: pembesaranantrium kiri; pembesaran ventrikel kiri;
kongesti pembuluh darah; paru-paru dalam berbagai derajat.
5. Temuan hemodinamik: peningkatan tekanan atrium kiri dengan
gelombang v yang bermakna; peningkatan tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri; berbagai peningkatan tekanan paru-paru.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Pada Stenosis Aorta


A. Pengkajian
1. Aktivitas/ Istirahat
a. Gejala : kelelahan, kelemahan.
b. Tanda: takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktifitas
2. Sirkulasi
a. Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah
jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
b. Tanda : takikardia, disritmia, perpindahan titik implus maksimal.
3. Eliminasi
a. Gejala : riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuansi/jumlah urine.
b. Tanda : urine pekat gelap.
4. Nyeri/ ketidaknyamanan
a. Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang hingga berat/ tajam)
diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakan menelan, berbaring.
b. Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisan.
5. Pernapasan
a. Gejala : napas pendek
b. Tanda : dispnea, batuk, pernapasan dangkal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan penyempitan, iskemia jaringan.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung,
penurunan/ konstriksi fungsi ventrikel.
3. Intoleransiaktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen daan kebutuhan.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi tentang penyakit
katup jantung.

17
C. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri :
berhubungan keperawatan selama …x 24 a. Kaji nyeri secara
dengan jam klien dapat komprehensif, meliputi
penyempitan, 1. Mengontrol nyeri, lokasi, karakteristik dan
iskemia jaringan. dengan criteria. awitan, durasi, frekuensi,
a. mengenal faktor kualitas, intensitas/beratnya
penyebab nyeri. nyeri, dan faktor presipitasi.
b. Awitan nyeri. b. Observasi isyarat non-verbal
c. Tindakan Pencegahan. dari ketidaknyamanan,
d. Tindakan pertolongan khususnya dalam
non-analgetik dan ketidakmampuan untuk
analgetik dengan tepat. komunikasi secara efektif.
e. Mengenal tanda c. Gunakan komunikasi
pencetus nyeri untuk terapeutik agar klien dapat
mencari pertolongan. mengekspresi nyeri.
f. Melaporkan gejala d. Kaji latar belakang budaya
kepada tenaga kesehatan klien.
(perawat atau dokter) e. Tentukan dampak nyeri
terhadap kualitas hidup,
2. Menunjukan tingkat seperti pola tidur, nafsu
nyeri, dengan kriteria: makan, aktivitas kognisi,
a. Melaporkan nyeri. mood, hubungan, pekerjaan,
b. Pengaruh pada tubuh. tanggung jawab peran.
c. Frekuansi nyeri. f. Kaji pengalaman individu
d. Lamanya episode nyeri. terhadap nyeri, keluarga
e. Ekspresi nyeri. dengan nyeri kronis.
f. Posisi melindungi g. Berikan dukungan terhadap
bagian tubuh yang klien dan keluarga
nyeri. h. Berikan informasi tentang
g. Kegelisahan. nyeri, seperti penyebab,
h. Perubahan respirasi. berapa lama terjadi dan
i. Perubahan takanan tindakan pencegahan
darah. i. Kontrol faktor lingkungan
j. Perubahan ukuran yang dapat memengaruhi
pupil. respons pasien terhadap
k. Kehilangan nafsu ketidaknyamanan (mis..
makan temperatur ruangan,

18
penyinaran, dll).
j. Anjurkan klien untuk
mengobservasi sendiri nyeri.
k. Tingkatkan tidur/istirahat
yang cukup.
l. Ajarkan penggunaan teknik
non farmakologi (mis..
relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapi music,
terapi panas-dingin, masase).
m. Evaluasi efektivitas tindakan
mengontrol nyeri.
n. Modifikasi tindakan
mengontrol nyeri
berdasarkan respons klien.
o. Anjurkan klien untuk
berdiskusi tentang
pengalaman nyeri secara
tepat.
p. Beritahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau terjadi
keluhan .
q. Informasikan kepada tim
kesehatan lainnya atau
anggota keluarga saat
tindakan nonfarmakologi
dilakukan, untuk pendekatan
preventif.
r. Observasi kenyamanan klien
terhadap manajemen nyeri.
Pemberian Analgetik :
a. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
kaparahan sebelum
pengobatan.
b. Berikan obat dengan prinsip
5 benar.
c. Cek riwayat alergi obat
d. Libatkan klien dalam
pemilihan analgetik yang
akan digunakan.
e. Pilih analgetik secara tepat

19
atau kombinasi lebih dari
satu analgetik jika telah
diresepkan.
2. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung
jantung keperawatan selama …x24 a. Evaluasi adanya nyeri dada
berhubungan jam klien menunjukan curah (intensitas, lokasi, radiasi,
dengan degenerasi jantung adekuat, dengan durasi, dan faktor pencetus
otot jantung, kriteria: nyeri).
penurunan atau a. Tekanan darah dalam b. Lakukan penilaian
kontriksi fungsi rentang normal komprehensif terhadap
ventrikel. b. Toleransi terhadap sirkulasi perifer (mis. Cek
aktivitas nadi perifer, edema,
c. Nadi perifer kuat pengisian kapiler, dan suhu
d. Ukuran jantung normal ekstrimitas).
e. Tidak ada distensi vena c. Cacat tanda dan gejala
jugularis penurunan curah jantung
f. Tidak ada disritmia. d. Observasi tanda tanda vital.
g. Tidak ada bunyi jantung e. Observasi status
abnormal. kardiovaskular.
h. Tidak ada angina f. Observasi disritmia jantung
i. Tidak ada edema perifer termasuk gangguan irama
j. Tidak ada edema pulmo. konduksi.
k. Tidak ada diaphoresis g. Dokumentasikan adanya
l. Tidak ada mual. disritmia jantung.
m. Tidak ada kelelahan h. Observasi status respirasi
terhadap gejala-gejala
jantung.
i. Observasi keseimbangan
cairan (asupan-haluaran dan
berat badan harian).
j. Kenali adanya perubahan
tekanan darah.
k. Kenali pengaruh psikologis
yang mendasari kondisi
klien.
l. Evaluasi respons klien
terhadap disritmia.
m. Kolaborasi dalam pemberian
terapi antiritmia sesuai
kebutuhan.
n. Observasi respons klien
terhadap pemberian terapi

20
aritmia.
o. Instruksikan klien dan
kelurga tentang pembatasan
aktivitas.
p. Tentukan periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan.
q. Observasi toleransi klien
terhadap aktivitas.
r. Observasi adanya dispnea.
Kelelahan, takipnea, dan
ortopnea.
s. Anjurkan unutk mengurangi
stress.
t. Ciptakan hubungan yang
saling mendukung antara
klien dan kelurga.
u. Anjurkan klien untuk
melaporkan adanya
ketidaknyamanan dada.
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi
berhubungan keperawatan selama … 24 a. Tentukan keterbatasan klien
denganketidakseimba jam klien dapat terhadap aktivitas
ngan antara suplai menunjukan toleransi b. Tentukan penyebab lain
dan kebutuhan terhadap aktivitas dengan kelelahan
oksigen kriteria : c. Motivasi klien untuk
a. Klien dapat menentukan mengungkapkan perasaan
aktivitas yang sesuai tentang keterbatasannya.
dengan peningkatan d. Observasi asupan nutrisi
nadi, tekanan darah, dan sebagai sumber energi yang
frekuensi napas; adekuat.
mempertahankan irama e. Observasi respons jantung-
dalam batas normal paru terhadap aktivitas (mis.,
b. Mempertahankan warna takikardia, disritmia, dispnea,
dan kehangatan kulit diaphoresis, pucat, tekanan
dengan aktivitas. hemodinamik, dan frekuensi
c. EKG dalam batas pernapasan).
normal. f. Batasi stimulus lingkungan
d. Melaporkan (mis., pencahayaan dan
peningkatan aktivitas kegaduhan)
harian. g. Anjurkan untuk melakukan
periode istirahat dan aktivitas.

21
h. Rencanakan periode aktivitas
saat klien memiliki banyak
tenaga.
i. Hindari aktifitas selama
periode istirahat.
j. Bantu klien untuk bangun
dari tempat tidur atau duduk
di samping tempat tidur atau
berjalan.
k. Anjarkan klien dan keluarga
teknik utnuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari yang
dapat meminimalkan
penggunaan oksigen
4. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Pendidikan kesehatan : proses
tentang proses keperawatan selama …x penyakit
penyakitnya 24 jam, klien mempunyai a. Kaji tingkat pengetahuan
berhubungan dengan pengetahuan tentang pasien berhubungan dengan
kurang terpajan pada proses penyakit,dengan proses penyakit yang spesifik.
informasi tentang kriteria : b. Jelaskan
penyakit katup a. Mengenal nama patofisiologipenyakit serta
penyakit. anatomi dan fisiologi
b. Menjelaskan proses c. Jelaskan tanda dan gejala
penyakit. yang biasanya muncul
c. Menjelaskan faktor d. Jelaskan tentang proses
penyebab dan risiko. penyakit.
d. Menjelaskan efek dari e. Berikan informasi kepada
penyakit. kliententang kondisinya.
e. Menjelaskan tanda dan f. Berikan informasi tentang
gejala. tindakan diagnostic yang
f. Menjelaskan tindakan dilakukan.
untuk meminimalkan g. Diskusikan perubahan
progresi penyakit. perilaku yang dapat
g. Menjelaskan tanda dan mencegah komplikasi.
gejala komplikasi h. Diskusikan pilihan terapi
h. Menjelaskan i. Jelaskan komplikasi kronis
pencegahan komplikasi yang mungkin muncul.
Pendidikan kesehatan:
Pengobatan
a. Jelaskan kepada klien tantang
pengobatan yang
didapatkannya.

22
b. Jelaskan kepada klien tentang
obat generic.
c. Jelaskan kepada klien tujuan
dari tindakan setiap
pengobatan
d. Jelaskan kepada klien dosis,
rute, dan durasi dari setiap
pengobatan.
e. Mengecek kembali
kemampuan klien dalam
mengelola pengobatan yang
didapat.
f. Jelaskan kepada klien
tindakan yang dibutuhkan
sebelum mendapatkan
pengobatan.
g. Jelaskan kepada klien
tindakan yang dilakukan jika
dosis telah habis.
h. Jelaskan kepada klien tentang
efek samping pengobatan dan
tindakan yang trpat untuk
menanggulanginya.
i. Jelaskan kepada klien
kemungkinan interaksi obat
dengan makanan
j. Libatkan keluarga dalam
pengobatan

3.2 .Asuhan Keperawatan Pada Stenosis Mitral


A. Pengkajian
1. Keluhan umum
Klien biasanya menglami kelelahan akibat curah jantung menurun.
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit saat ini
 Adanya riwayat penyakit demam reumatik.
 Adanya riwayat penyakit jantung bawaan defek septum atrium.

23
b. Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji riwayat penyakit yang pernah diderita yang sama atau
berhubungan dengan penyakit yang sama atau penyakit yang
berhubungan dengan penyakit yanng sekarang dirasakan oleh klien
c. Riwayat keluarga
Mengkaji penyakityang pernah dialami oleh keluarga,serta bila ada
anggota yang meninggal,maka penyebab kematian juga ditanyakkan.
3. Riwayat psikososial atau perkembangan
a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b. Mekanisme koping anak atau keluarga
c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
4. Pemirksaan fisik
a. Pada awalnya biasanya klien mengalami kelelahan, batuk darah dan
kesulitan bernapas (dispnea)
b. Denyut nadi lemah dan sering tidak teratur,karena fibrilasi atrial
akibat dilatasi dan hipertrofi atrium
c. Pada auskultasi terdengar bising diastolik dan punyi jantung 1
mengeras dan opening snap akibat hilang nya kelenturan dan katup
5. Pengetahuan anak dan keluarga
a. Pemahaman tentang diagnosa
b. Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis
c. Regimen pengobatan
d. Rencana perawatan selanjutnya
e. Kesiapan dan kemauan untuk belajar
6. Periksaan fisik
a. Respirasi
Klien terlihat sesak pola nafas tidak teratur , frekuensi nafas melebihi
normal , sesak napas ini terjadi akibat penurunana curah jantung
b. Kardiovaskuler
Didpatkan adannya denyuut nadi lemah dan tidak teratur , biasanya
disertai pula dengan adanya suara tambahan bising diastolik .
c. Persarafan

24
Kesadaran biasanya compos mentis, istirahat tidur menurun, kaji
adanya nyeri kepala atau tidak.
d. Genitourinaria
Kaji kebersihan alat kelamin,bentuk alat kelamin,cacat ferkuensi dan
keteraturan berkemih , jumlah dan karakteristik urine, dan juga kaji
penggunaan alat bantu.
e. Pencernaan
Klien biasanya mengeluh, tidak nafsu makan, berat badan turun , kaji
adanya bising usus , kaji kebersihan mulut.
f. Muskuloskeletal dan integumen
Pengkajian terhadap aktivitas dengan gejala
kelemahan,kelelahan,tidak dapat tidur, pola hidup menetap. Tanda
yang dapat dikenali adalah takikardia dan dipsnea pada saat aktivitas.
Alral dingin. Kllien sulit melakukan rugas perawatan diri sendiri,
adanya edema di daerah perifer .
g. Pengindraan
Konjungtiva pucat, ketajanam pengelihatan kabur, pada hidung kaji
adanya epistakis , ketajaman penciuman dan sekret , pada telinga kaji
normal dan tidak ada ketajaman pendengaran . bagaimana klien dapat
merasakan rasa asin, pahit, asam, manis. Normalitas indra peraba
klien.
h. Endokrin
Apakah ada pembesaran kelenjar parotis atau tiroid . ada atau tidak
nya luka gangren . pengukuran volume haluaran urine berhubungan
dengan asupan cairan.
B. Diagnosa Keperawatan Stenosis Miitral
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penuluran aliran darah
dari atrium kiri ke ventrikel kiri sekunder akibat kelainan katup .
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal
3. Kelenihan volume cairan berhubungan dengan menurun nya curah
jantung ditandai dengan oliguria,edema peningkatan berat badan.

25
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
NO Tujuan ( NOC) Intervensi (NIC)
keperawatan
1. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung
jantung berhubungan keperawatan selama ...x24 a. Evaluasi adanya nyeri dada
dengan, penurunan jam klien menunjukan (intensitas,lokal,radiasi,dura
aliran darah dari curah jantung adekuat si,dan faktor pencetus
atrium kiri ke dengan kriteria: nyeri).
ventrikel kiri a. Tekanan darah dalam b. Lakukan penilaian
sekunder akibat rentang normal. komprehensif terhadap
kelainan katup b. Toleransi terhadap sirkulasi perifer (mis: cek
aktivitas. nadi
c. Nadi perifer kuat. perifer,edema,pengisian
d. Ukuran jantung normal. kapiler dan ekskriminitas.
e. Tidak ada distenis vena c. Dokumentasikan adanya
jugularis. distrimia jantung.
f. Tidak ada distrimia. d. Catat tanda dan gejala
g. Tidak ada bunnyi penurunan curah jantung .
jantung abnormal. e. Observasi tanda-tanda vital.
h. Tidak ada angina. f. Observasi status
i. Tidak ada edema kardiovaskuler.
perifer. g. Observasi distrimia jantung.
j. Tidak ada edema paru. termasuk gangguan irama
k. Tidak ada diaporesis. dan konduksi.
l. Tidak ada mual . h. Observasi status respirasi
m. Tidak ada kelelahan. terhadap gejala gagal
jantung
i. Observasi abdomen untuk
mengindikasikan adanya
penurunan perfusi .
j. Observasi keseimbangan
cairan (asupanhaluaran dan
berat badan harian)
k. Kenali adanya perubahan
tekanan darah.
l. Kenali pengaruh psikologis
yang mendasari kondisi
klien
m. Evaluasi respon klien
terhadap distrimia.
n. Kolaborasi dalam

26
pemberian terapi antiaritmia
sesuai kebutuhan.
o. Observasi respon klien
terhadap pemberian terapi
antiartimia.
p. Intruksikan klien dan
keluarga tentang
pembatasan aktitas.
q. Tentukan periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan.
r. Observasi toleransi klien
terhadap aktivitas.
s. Observasi adanya dipsnea,
kelelahan,takipnea,dan
ortopnea.
t. Anjurkan untuk mengurangi
stres
u. Ciptakan hubungan yang
saling mendukung antara
klien dan keluarga
v. Anjurkan klien untuk
melaporkan adanya
ketidaknyamanan dada
w. Tawarkan dukungan
spiritual untuk klien dan
keluarganya.
2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan napas
pertukaran gas keperawatan selama ...x24 a. Posisikan klien untuk
berhubungan dengan jam klien menunjukan memaksimalkan ventilasi
kongesti pulmonal pertukaran gas adekuat b. Auskultasikan bunyi napas,
dengan kriteria : area penurunan ventilasi
a. Status mental dalam atau tidak adanya ventilasi
rentang normal . dan adanya bunyi napas
b. Klien bernapas dengan tambahan.
mudah . c. Keluarka sekret dengan
c. Tidak ada dipsnea. batuk efektif dan suction
d. Tidak ada kegelisahan. sesuai kebutuhan.
e. Tidak ada sianosis . d. Akjarkan klien untuk
f. Tidak ada samnolen. bernapas pelan, napas
g. Pao2 dalam batas dalam dan batuk.
normal e. Kelola pemberian

27
h. PCO2 dalam batas bronkodilator sesuai
normal. kebutuhan.
i. pH arteri dalam batas f. Ajarkan klien cara
normal. menggunakan inhaller.
j. Satuurasi O2 dalam g. Atur posisi klien untuk
batas normal menguurangi dipsnea
k. Ventilasi perfusi dalam h. Observasi status respirasi
batas seimbang dan oksigenisasi sesuai
kebutuhan
i. Atur asupan cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan cairan
3 Kelebihan volume Setelah dilakukan asuha Manajemen cairan :
cairan berhubungan keperawatan selama ...x24 a. Observasi peningkatan
dengan menurunnya jam klien dapat bebat badan tiba –tiba
curah jantung mempertahankan b. Observasi lokasi dan
ditandai dengan keseimbangan cairan perluasan edema
olliguura,edema, dalam tubuh dengan c. Observasi bunyi paru,mis.,
peningkatan berat kriteria : adanya bunnyi
badan . a. Klien bebas dari edema crackles,status respirasi dan
b. Klien dapat tentukan adanya ortophnea
mempertahankan buni dan keparahannya
paru bersih. d. Observasi adannya distensi
c. Berat badan stabil. vena juglaris dengan posisi
d. Turgor kulit normal. kepala ditinggikan 30-45
e. Tidak ada oliguria . derajat.
f. Klien melaporkan e. Observasi hasil
adanya kemudahn laboraturium (hemotokrit,
dalam bernapas. BUN, albumin dan berat
jenis urine)
f. Observasi tanda tanda vital
sesuai kebutuhan
g. Observasi asupan dan
haluaran
h. Observasi serum albumin
dan total protein .
i. Observavsi tekanan darah,
denyut nadi, dan status
respirasi
j. Observasi membran
mukosa dan turgor kulit.
k. Observasi adannya distensi

28
vena jugularis, bunnyi
crackles pada paru, edema,
perifer , dan penambahan
berat badan.
l. Kelola cairan sesuai
kebutuhan
m. Batasi asupan cairan sesuai
kebutuhan.
n. Pertahankan kecepatan
pemberian intravena .
Observasi cairan :
a. Kelola pemberian obat-
obatan yang meningkatkan
haluaran urine sesuai
kebutuhan.
b. Observasi efek samping
pemberian diuretik , seperti
ortostatik dan
ketidakseimbangan
metabolik.
c. Observasi berat badan.

3.3 Asuhan Keperawatan Pada Regurgutasi Aorta


A. Pengkajian
1. Keluhan umum
Pada fase awal adalah batuk, rasa lelah, sesak napas saat beraktivitas,
palpitasi, angina dan sinkop.
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit saat ini
 Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada
etiologi
 Riwayat tumbuh : biasanya anak cenderung mengalami
keterlambatan pertumbuhan karena keletihan selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.
b. Riwayat penyakit dahulu

29
Mengkaji riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya atau
penyakit yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini dirasakan
oleh klien.
c. Riwayat keluarga
Mengkaji penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta bila ada
anggota yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.
3. Riwayat psikososial atau perkembangan
a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b. Mekanisme koping anak atau keluarga
c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
4. Pemeriksaan fisik
a. Kongesti paru, gagal jantung kiri serta dasar kuku yang tampak
berdenyut (tanda Quincke)
b. Denyut nadi yang menonjol dan mengempis dengan cepat (nadi
biferiens), aritmia jantung dan pelebaran tekanan nadi
c. Terdengar bising diastolik, bising Austin Flint yang khas atau bising
diastolik yang kasar; systolic ejection click.
d. Teraba dan terlihat denyut apeks jantung

5. Pengetahuan anak dan keluarga


a. Pemahaman tentang diagnose
b. Pengetahuan atau penerimaan terhadap prognosis
c. Regimen pengobatan
d. Rencana perawatan tindak lanjut
e. Kesiapan dan kemauan untuk belajar
6. Pemeriksaan fisik
a. Respirasi
Klien terlihat sesak napas, pola napas tidak teratur, frekuensi melebihi
normal
b. Kardiovaskular

30
Didapatkan adanya nyeri dada, palpitasi, terdengar bising diastolik,
bising Austin Flint yang khas atau bising diastolik yang kasar, systolic
ejection click.Teraba dan terlihat denyut apeks jantung
c. Persarafan
Kesadaran biasanya compos mentis, istirahat tidur menurun, kaji
adanya nyeri kepala atau tidak
d. Genitourinaria
Kaji kebersihan alat kelamin, bentuk alat kelamin, catat frekuensi dan
keteraturan berkemih, jumlah dan karakteristiki urine, dan juga kaji
penggunaan alat bantu.
e. Pencernaan
Klien biasanya mengeluh tidak nafsu makan, berat badan turun.Kaji
adanya bising usus.Kaji kebersihan mulut.
f. Muskoloskeletal dan Integumen
Pengkajian terhadap aktivitas dengan gejala kelemahan, kelelahan,
tidak dapat tidur, pola hidup menetap.Tanda yang dapat dikenali
adalah takikardia dan dispnea pada saat aktivitas.Akral dingin, klien
kesulitan melakukan tugas perawatan diri sendiri.
g. Pengindraan
Konjungtiva pucat, ketajaman penglihatan kabur.Pada hidung, kaji
adanya epistaksis, ketajaman penciuman, dan sekret.Pada telinga, kaji
normal atau tidak, kesimetrisan, dan ketajaman pendengaran.
Bagaimana klien dapat merasakan rasa asin, pahit, asam, manis,
normal atau tidak indra peraba klien.
h. Endokrin
Apakah ada pembesaran kelenjar parotis atau tiroid.Pengukuran
volume haluaran urine berhubungan dengan asupan cairan.Perawat
perlu mengobservasi adanya oliguria pada klien dengan infark
miokardium akut karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.
B. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan sirkulasi yang tidak
efektif akibat adanya malformasi jantung

31
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler alveolus ditandai dengan sesak napas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
C. Rencana tindakan keperawatan
Diagnosa
NO Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1 Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan jantung
jantung asuhan keperawatan a. Evaluasi adanya nyeri dada
berhubungan dengan selama .....x 24 jam (intensitas, lokasi, radiasi,
sirkulasi yang tidak klien menunjukkan durasi, dan faktor pencetus
efektif akibat curah jantung adekuat, nyeri)
adanya malformasi dengan kriteria : b. Lakukan penilaian
jantung. a. Tekanan darah komprehensif terhadap
dalam rentang sirkulasi perifer (mis. Cek
normal nadi perifer, edema,
b. Toleransi terhadap pengisian kapiler, dan suhu
aktivitas ekstrimitas).
c. Nadi perifer kuat c. Dokumentasikan adanya
d. Ukuran jantung disritmia jantung
normal d. Catat tanda dan gejala
e. Tidak ada distensi penurunan curah jantung
vena jugularis e. Observasi tanda-tanda vital
f. Tidak ada disritmia f. Observasi status
g. Tidak ada bunyi kardiovaskular
jantung abnormal g. Observasi disritmia
h. Tidak ada angina jantung termasuk
i. Tidak ada edema gangguan irama dan
perifer konduksi
j. Tidak ada edema h. Observasi status respirasi
pulmo terhadap gejala gagal
k. Tidak ada diaporesis jantung
l. Tidak ada mual i. Observasi keseimbangan
m. Tidak ada kelelahan cairan (asupan-haluaran
dan berat badan harian)
j. Kenali adanya perubahan
tekanan darah
k. Observasi abdomen untuk
mengindikasikan adanya
penurunan perfusi

32
l. Kenali pengaruh
psikologis yang mendasari
kondisi klien
m. Evaluasi respons klien
terhadap disritmia
n. Kolaborasi dalam
pemberian terapi aritmia
sesuai kebutuhan
o. Observasi respons klien
terhadap pemberian terapi
antiaritmia
p. Instruksikan klien dan
keluarga tentang
pembatasan aktivitas
q. Tentukan periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
r. Observasi toleransi klien
terhadap aktivitas
s. Observasi adanya dispnea,
kelelahan, takipnea, dan
ortopnea
t. Anjurkan untuk
mengurangi stres
u. Ciptakan hubungan yang
saling mendukung antara
klien dan keluarga
v. Anjurkan klien untuk
melaporkan adanya
ketidaknyamanan dada
w. Tawarkan dukungan
spiritual untuk klien dan
keluarganya

33
2 Gangguan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
pertukaran gas asuhan keperawatan a. posisikan klien untuk
berhubungan dengan selama ...x 24 jam klien memaksimalkan ventilasi
perubahan membran menunjukkan b. auskultasi bunyi napas,
kapiler alveolus pertukaran gas adekuat, area penurunan ventilasi
ditandai dengan dengan kriteria : atau tidak adanya ventilasi
sesak napas a. Status mental dalam dan adanya bunyi napas
rentang normal tambahan
b. Klien bernapas c. keluarkan sekret dengan
dengan mudah batuk efektif atau suction
c. Tidak ada dispnea sesuai kebutuhan
d. Tidak ada d. dorong klien untuk
kegelisahan bernapas pelan, napas
e. Tidak ada sianosis dalam dan batuk
f. Tidak ada somnolen e. kelola pemberian
g. PaO2 dalam batas bronkodilator sesuai
normal kebutuhan
h. PCO2 dalam batas f. ajarkan klien cara
normal menggunakan inhaler
i. pH arteri dalam g. atur posisi klien untuk
batas normal mengurangi dispnea
j. saturasi O2 dalam h. observasi status respirasi
batas normal dan oksigenasi sesuai
k. ventilasi perfusi kebutuhan
seimbang i. atur asupan cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan cairan

Terapi oksigen:
a. bersihkan mulut, hidung,
dan trakea dari sekresi
sesuai kebutuhan
b. pertahankan kepatenan
jalan napas
c. siapkan perlengkapan
oksigen dan atur sistem
humidifikasi
d. berikan tambahan oksigen
sesuai permintaan
e. observasi aliran oksigen
f. observasi posisi
pemberian oksigen

34
g. berikan oksigen sesuai
kebutuhan
h. observasi efektivitas terapi
oksigen
i. observasi kemampuan
pasien dalam menoleransi
perpindahan oksigen
ketika makan
j. observasi tingkat
kecemasan klien
berhubungan dengan
kebutuhan terapi oksigen

observasi respirasi :
a. observasi kecepatan,
irama, kedalaman respirasi
b. catat pergerakan dada,
kesimetrisan, penggunaan
otot napas tambahan dan
adanya retraksi oto
interkosta
c. observasi pola napas,
seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
pernapasan kusmaul,
cheynes stokes, biot dan
apnea
d. palpasi ekspansi paru
e. perkusi toraks anterior dan
posterior bagian apeks dan
dasar kedua paru
f. auskultasi bunyi paru
setelah pemberian
pengobatan
g. observasi peningkatan
kegelisahan dan
kecemasan
h. observasi kemampuan
klien untuk batuk efektif
i. catat awitan, karakteristik
dan lamanya batuk
j. observasi sekresi jalan

35
napas klien
k. observasi adanya bunyi
krepitasi sesuai kebutuhan
l. observasi hasil
pemeriksaan foto torak

3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen energi :


berhubungan asuhan keperawatan a. tentukan keterbatasan
ketidak seimbangan selama ...x 24 jam klien klien terhadap aktivitas
suplai dan dapat menunjukkan b. tentukan penyebab lain
pemakaian oksigen toleransi terhadap kelelahan
aktivitas, dengan c. motivasi klien untuk
kriteria : mengungkapkan perasaan
a. klien dapat tentang keterbatasannya
menentukan d. observasi asupan nutrisi
aktivitas yang sesuai sebagai sumber energi
dengan peningkatan yang adekuat
nadi, tekanan darah e. observasi respon jantung-
dan frekuensi napas; paru terhadap aktifitas
mempertahankan (mis, takikardia,, disritmia,
irama dalam batas dispnea, diaporesis, pucat,
normal dan frekuensi pernapasan)
b. mempertahankan f. batasi stimulus lingkungan
warna dan (mis, pencahayaan dan
kehangatan kulit kegaduhan)
dengan aktivitas g. motivasi untuk melakukan
c. EKG dalam batas periode istiragar dan
normal aktifitas
d. Melaporkan h. rencanakan periode
peningkatan aktivitas saat klien
aktivitas harian memiliki banyak tenaga
i. hindari aktifitas selama
periode istirahat
j. bantu klien bangun dari
tempat tidur atau duduk
atau berjalan

36
k. motivasi klien untuk
melakukan aktivitas sesuai
sumber energi
l. ajarkan klien dan keluarga
teknik untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari yang
dapat meminimalkan
penggunaan oksigen
m. instruksikan klien atau
keluarga untuk mengenal
tanda dan gejala kelelahan
yang memerlukan
pengurangan aktvitas
n. bantu klien atau keluarga
untuk menentukan tujuan
aktifitas yang realistis
o. bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang lebih disukai
p. evaluasi program
peningkatan tingkat
aktivitas

Terapi Aktivitas :
a. tentukan komitmen klien
untuk peningkatan
frekuensi atau rentang
untuk aktivitas
b. bantu klien untuk
mengungkapkan kebiasaan
aktivitas yang paling
berarti dan aktivitas favorit
di waktu luang
c. bantu klien untuk memilih
aktivitas yang konsisten
dengan kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial
d. bantu klien untuk
memfokuskan apa yang
akan dilakukan daripada
apa kekurangannya
e. bantu klien untuk

37
mengidentifikasikan
pilihan aktivitas
f. bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang berarti
g. bantu klien untuk
menjadwalkan periode
khusus untuk hiburan
diluar aktivitas rutin
h. bantu klien atau keluarga
untuk menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasi keinginan
beraktivitas
i. berikan penguatan positiif
terhadap partisipasi klien
dalam beraktivitas
j. observasi respons emosi,
fisik, sosial, dan spiritual
terhadap aktivitas

3.4 Asuhan Keperawatan pada Regurgitasi Mitral


A. Pengkajian
1. Keluhan umum
Pada fase awal adalah batuk, rasa lelah, sesak napas saat
beraktivitas, palpitasi, angina dan sinkop.
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit saat ini
1) Riwayat kehamilan : Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada
etiologi
2) Riwayat tumbuh : Biasanya anak cenderung mengalami
keterlambatan pertumbuhan karena keletihan selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit
b. Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji riwayat penyakit yang pernah diderita yang sama atau
berhubungan dengan penyakit yang sekarang dirasakan olehh klien
c. Riwayat keluarga

38
Mengkaji penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta bila ada
anggota yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan
3. Riwayat psikososial atau perkembangan
a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b. Mekanisme koping anak atau keluarga
c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
4. Pemeriksaan fisik
a. Kongesti paru, gagal jantung kiri serta dasar kuku yang tampak
derdenyut (Tanda Quincke)
b. Denyut nadi yang menonjol dan mengempis dengan cepat (nadi
biferiens), aritmia jantung dan pelebaran tekanan nadi
c. Terdengar bising diastolik, bising Austin Flint yang khas atau bising
diastolik yang kasar : Systolic Ejection Click.
d. Teraba dan terlihat denyut apexs jantung
5. Pengetahuan anak dan keluarga
a. Pemahaaman tentang diagnosa
b. Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis
c. Regimen pengobatan
d. Rencana perawatan lanjut
e. Kesiapan dan kemauan untuk belajar
6. Pemeriksaan fisik
a. Respirasi
Klien terlihat sesak napas, pola napas tidak teratur, frekuensi napas
melebihi normal.
b. Kardiovaskuler
Didapatkan adanya nyeri dada, palpitasi. Terdengar bising diastolik,
bising Austin Flint yang khas atau bising diastolik yang kasar :
Systolic Ejection Click. Teraba dan terlihat denyut apeks jantung
c. Persarafan
Kesadaran biasnya compos mentis, istirahat tidur menurun, kaji
adanya nyeri kepala atau tidak.
d. Genitourinaria

39
Kaji kebersihan alat kelamin, bentuk alat kelamin, catat frekuensi dan
keteraturan berkemih, jumlah dan karakteristik urine, dan juga kaji
penggunaan alat bantu.
e. Pencernaan
Klien biasanya mengeluh tidak nafsu makan, berat badan turun.Kaji
adanya bising usus kaji kebersihan mulut.
f. Muskuloskeletal dan Integumen
Pengkajian terhadap aktivitas dengan gejala kelemahan, kelelahan,
pola tidur, pola hidup menetap.Tanda yang dapat dikenali adalah
takikardia dan dispnea pada saat aktivitas.Akral dingin.Klien kesulitan
melakukan tugas perawatan sendiri.
g. Pengindraan
Konjungtiva pucat, ketajaman penglihatan kabur.Pada hidung, kaji
adanya epistaksis, ketajaman penciuman, dan sekret.Pada telinga, kaji
normal atau tidak, kesimetrisan, dan ketajam pendengaran. Bagaimana
klien dapat merasakan rasa asin, pahit, asam, manis. Normal atau tidak
indra peraba klien.
h. Endokrin
Apakah ada pembesaran parotis atau tiroid.Pengukuran volume
haluaran urine berhubungan dengan asupan cairan.Perawat perlu
mengobservasi adanya oliguria pada klien yang mengalami infark
miokardium atau karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan sirkulasi yang tidak
efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler alveolus ditandai dengan sesak nafas.
3. Intolerensi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.

C.Rencana Tindakan Keperawatan

40
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung
jantungberhubungan keperawatan selama ... x a. Evaluasi adanya nyeri dada
dengan sirkulasi 24 jam klien menunjukkan (intensitas, lokal, radiasi,
yang tidak efektif curah jantung adekuat, durasi, dan faktor pencetus
sekunder dengan dengan kriteria : nyeri).
adanya malformasi a. Tekanan darah dalam b. Lakukan penilaian
jantung. komprehensif terhadap
rentang normal
sirkulasi perifer (mis: cek nadi
b. Toleransi terhadap
perifer, edema, pengisian
aktivitas
kapiler dan ekskriminitas.
c. Nadi perifer kuat.
d. Ukuran jantung normal. c. Dokumentasikan adanya
distrimia jantung.
e. Tidak ada distenis vena
d. Catat tanda dan gejala
jugularis.
penurunan curah jantung .
f. Tidak ada distrimia.
g. Tidak ada bunnyi e. Observasi tanda-tanda vital.
f. Observasi status
jantung abnormal.
kardiovaskuler.
h. Tidak ada angina.
i. Tidak ada edema g. Observasi distrimia jantung.
termasuk gangguan irama dan
perifer, edema
konduksi.
pulmonal
h. Observasi status respirasi
j. Tidak ada diaporesis
terhadap gejala gagal jantung
k. Tidak ada mual
i. Observasi abdomen untuk
l. Tidak ada kelelahan
mengindikasikan adanya
penurunan perfusi .
j. Observasi keseimbangan
cairan (asupan haluaran dan
berat badan harian)
k. Kenali adanya perubahan
tekanan darah.
l. Kenali pengaruh psikologis
yang mendasari kondisi klien
m. Evaluasi respon klien terhadap
distrimia.
n. Kolaborasi dalam pemberian
terapi antiaritmia sesuai
kebutuhan.
o. Observasi respon klien
terhadap pemberian terapi

41
antiartimia.
p. Intruksikan klien dan keluarga
tentang pembatasan aktitas.
q. Tentukan periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
kelelahan.
r. Observasi toleransi klien
terhadap aktivitas.
s. Observasi adanya dipsnea,
kelelahan, takipnea, dan
ortopnea.
t. Anjurkan untuk mengurangi
stres
u. Ciptakan hubungan yang
saling mendukung antara klien
dan keluarga
v. Anjurkan klien untuk
melaporkan adanya
ketidaknyamanan dada
w. Tawarkan dukungan spiritual
untuk klien dan keluarganya.
2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan napas :
pertukaran gas keperawatan selama ...x24 a. Posisikan klien untuk
berhubungan dengan jam klien menunjukan memaksimalkan ventilasi
perubahan membran pertukaran gas adekuat b. Auskultasikan bunyi napas,
kapiler alveolus dengan kriteria : area penurunan ventilasi atau
ditandai dengan a. Status mental tidak adanya ventilasi dan
sesak napas dalam rentang adanya bunyi napas tambahan.
normal. c. Keluarka sekret dengan batuk
b. Klienbernapasdeng efektif dan suction sesuai
an mudah. kebutuhan.
c. Tidak ada dipsnea. d. Akjarkan klien untuk bernapas
d. Tidakadake pelan, napas dalam dan batuk.
gelisahan e. Kelola pemberian
e. Tidak ada sianosis. bronkodilator sesuai
f. Tidak ada kebutuhan.
samnolen. f. Ajarkan klien cara
g. Pao2 dalam batas menggunakan inhaller.
normal g. Atur posisi klien untuk
h. PCO2 dalam batas menguurangi dipsnea
normal. h. Observasi status respirasi dan
i. pH arteri dalam oksigenisasi sesuai kebutuhan

42
batas normal. i. Atur asupan cairan untuk
j. Saturasi O2 dalam mengoptimalkan
batas normal keseimbangan cairan
k. Ventilasi perfusi dalam
batas seimbang Terapi Oksigen :
a. Bersihkan mulut, hidung dan
trakea dari sekresi sesuai
skebutuhan
b. Pertahankan kepatenan jalan
napas
c. Siapkan perlengkapan oksigen
dan atur sistem humidifikasi
d. Observasi aliran oksigen
e. Observasi posisi pemberian
oksigen
f. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
g. Observasi efektivitas terapi
oksigen

Observasi Respirasi :
a. Observasi kecepatan, irama,
kedalaman respirasi
b. Catat pergerakan dada,
kesimetrisan, penggunaan otot
napas tambahan dan adanya
retraksi otot interkosta.
c. Observasi pola napas,
d. Perkusi toraks anterior dan
posterior bagian apeks dan
dasar kedua paru
e. Auskultasi bunyi paru setelah
pemberian pengobatan
f. Observasi kemampuan klien
untuk batuk efektif
g. Observasi sekresi jalan napas
klien
h. Observasi hasil pemeriksaan
foto toraks
3 Intolerensi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi :
berhubungan dengan keperawatan selama … 24 a. Tentukan keterbatasan klien

43
ketidakseimbangan jam klien dapat terhadap aktivitas
suplai dan kebutuhan menunjukan toleransi b. Tentukan penyebab lain
oksigen terhadap aktivitas dengan kelelahan
kriteria : c. Motivasi klien untuk
a. Klien dapat mengungkapkan perasaan
menentukan aktivitas tentang keterbatasannya.
yang sesuai dengan d. Observasi asupan nutrisi
peningkatan nadi, sebagai sumber energi yang
tekanan darah, dan adekuat.
frekuensi napas; e. Observasi respons jantung-
mempertahankan irama paru terhadap aktivitas (mis.,
dalam batas normal takikardia, disritmia, dispnea,
b. Mempertahankan diaphoresis, pucat, tekanan
warna dan kehangatan hemodinamik, dan frekuensi
kulit dengan aktivitas. pernapasan).
c. EKG dalam batas f. Batasi stimulus lingkungan
normal. (mis., pencahayaan dan
d. Melaporkan kegaduhan)
peningkatan aktivitas g. Anjurkan untuk melakukan
harian. periode istirahat dan aktivitas.
h. Hindari aktifitas selama
periode istirahat.
i. Bantu klien untuk bangun dari
tempat tidur atau duduk di
samping tempat tidur atau
berjalan.
j. Evaluasi program peningkatan
tingkat ektivitas.

Terapi Aktivitas :
a. Tentukan komitmen klien
untuk peningkatan frekuensi
atau rentang untuk aktivitas
b. Bantu klien untuk memilih
aktivitas yang konsisten
dengan kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial.
c. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang berarti

44
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jantung memiliki empat ruang : 2 ruang kecil diatas (atrium) dan 2 ruang
besar dibawah (ventrikel) setiap ventrikel memiliki satu siasat masuk searah dan
satu siasat keluar searah. Katup jantung bekerja mengatur aliran darah melalui
jantung ke arteri pulmonal dan aorta dengan cara buka dan tutup pada saat yang
tepat kompilasi jantung berkontraksi dan berelaksasi selama siklus jantung.
Bila salah satu katu tidak terbuka atau tertutup dengan baik, maka akan
mempengaruhi aliran darah. Bila katup tidak dapat buka secara sempurna
(biasanya stenosis), akibatnya aliran darah throught siasat tersebut akan
berkurang. Bila katup tidak dapat tutup secara sempurna darah akan lewat
kebocoran sebagai proses yang disebut regurgitas atau infusiensi.
Adapun beberapa kelainan katup jantung antara lain : Stenosis aorta,
Steosis mitral, Regurgitas aorta, dan Regurgitas mitral.

45
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyaki. Jakarta: EGC

Sudoyo,Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing

46

Anda mungkin juga menyukai