Anda di halaman 1dari 12

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembedahan
1. Pengertian
Pembedahan merupakan salah satu cara utama dalam pengobatan medis yang

dilakukan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan, dan

komplikasi yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau

menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (Hasri, 2012, ¶1 dan

Maryunani, 2014, hlm.7).

2. Klasifikasi Prosedur Pembedahan


Klasifikasi prosedur pembedahan menurut Potter & Perry (2010,hlm. 688),

dibedakan menjadi 3 yaitu sebagai berikut:


a. Berdasarkan keseriusan
1) Mayor
Prosedur pembedahan yang melibatkan rekonstruksi atau perubahan

yang luas pada bagian tubuh, menimbulkan resiko yang tinggi bagi

kesehatan. Contohnya: Bypass, arteri coroner, reseksi kolon,

pengangkatan laring, dan reseksi lobus paru.

9
10

2) Minor
Prosedur pembedahan yang melibatkan perubahan yang kecil pada

bagian tubuh, sering dilakukan untuk memperbaiki deformitas,

mengandung resiko yang lebih minimal bila dibandingkan deangan

prosedur mayor. Contohnya: ekstraksi katarak, operasi plastik wajah,

graft kulit, dan ekstraksi gigi.

b. Berdasarkan Tujuan
1) Bedah diagnostic
Tujuannya untuk menentukan penyebab dari gejala. Contoh: seperti

diakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi


2) Bedah kuratif atau ablatif
Tujuannya untuk mengangkat bagian yang berpenyakit. Contoh:

seperti ketika mengeksisi atau mengangkat apendika yang inflamasi


3) Bedah kosmetika
Tujuannya adalah untuk meningkatkan penampilan seseorang.

Contoh: Blefaroplasti untuk mengoreksi kelainan bentuk kelopak

mata, rinoplasti untuk mengubah bentuk hidung


4) Bedah konstruktif
Tujuannya yaitu mengembalikan fungsi yang hilang atau berkurang

akibat abnormali kongenital. Contoh seperti memperbaiki bibir

sumbing, penutupan defek katup atrium jantung


5) Bedah rekonstruktif
Tujuannya untuk mengembalikan fungsi atau memperbaiki

penampilan jaringan yang mengalami trauma atau malfungsi. Contoh:

perbaikan wajah atau mamoplasti, perbaikan skar luka bakar, fiksasi

internal pada fraktur


6) Bedah paliatif
Untuk meringankan gejala tanpa menyebabkan penyakit. Seperti

ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah.

Contoh: ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi

terhadap kemampuan untuk menelan makanan; simpatektomi,

debridemen jaringan nekrotik.

9
11

7) Bedah Transplantasi
Tujuannya ialah untuk penanaman organ tubuh untuk menggantikan

organ atau struktur tubuh yang malfungsi. Contoh: cangkok ginjal,

cangkok kornea.

c. Berdasarkan urgensi
1) Elektif
Dilakukan berdasarkan pilihan pasien, tidak penting mungkin tidak

dibutuhkan untuk kesehatan. Contoh: bunionektomi, operasi plastik

wajah, perbaikan hernia, rekonstruksi payudara.


2) Gawat
Perlu untuk kesehatan pasien, dapat mencegah timbulnya masalah

tambahan (misal destruksi jaringan atau fungsi organ yang terganggu),

tidak selalu bersifat darurat. Contoh: eksisi tumor ganas,

pengangkatan batu kandung empedu, perbaikan vaskuler akibat

obstruksi arteri (misal bypass arteri koroner)

3) Darurat
Harus dilakukan segera untuk menyelamatkan jiwa atau

mempertahankan fungsi bagian tubuh. Contoh: memperbaiki perforasi

apendiks, memperbaiki amputasi traumatik, mengontrol perdarahan

internal.

3. Komplikasi Post Operasi


Komplikasi post operasi yang dapat terjadi menurut Potter & Perry (2010,

hlm. 744) diantaranya yaitu sistem pernapasan, sistem peredaran darah,

sistem gastrointestinal, sistem perkemihan dan sistem integument.

Komplikasi pasca operatif potensial yang terjadi pada gastrointestinal

menurut Kozier, et al., (2011, hlm.387) yaitu:


a. Mual dan muntah
Mual dan muntah pada pasien post operasi sering terjadi karena nyeri,

ingesti makanan atau cairan sebelum peristaltik kembali berfungsi,


12

distensi abdomen, obat-obatan tertentu dan anestesi. Tanda klinis pada

pasien yang mengalami mual dan muntah yaitu keluhan merasa sakit di

perut dan muntah-muntah. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan

antara lain cairan IV sampai peristaltik kembali berfungsi, kemudian

cairan jernih, caiaran jenuh, dan diet regular, obat antiemetika dapat

diprogramkan, analgesik untuk nyeri.


b. Gangguan tidur
Merupakan gangguan yang berhubungan dengan tidur dikarenakan

beberapa faktor seperti masalah medis, gaya hidup dan faktor lingkungan

yang biasanya menyebabkan tidur dapat terganggu, yang ditandai dengan

adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur yang buruk.

Masalah istirahat tidur dapat muncul pada pasien post operasi, karena

tindakan post operasi atau pembedahan dapat menimbulkan beberapa

keluhan bagi pasien diantaranya nyeri dan cemas. Akibatnya pasien akan

merasakan ketidaknyamanan saat istirahat dan tidur.


c. Ileus pasca operatif
Penyebab dari ileus pasca operatif manipulasi usus selama pembedahan,

anestesi, ketidakseimbangan elektrolit dan infeksi luka. Tanda klinis yang

terjadinyeri abdomendan distensi, konstipasi, tidak ada bising usus dan

muntah.

B. Tidur
Makna istirahat dan kebutuhan tidur bervariasi pada setiap individu. Istirahat

bermakna ketenangan, relaksasi tanpa stress emosional, dan bebas dari ansietas.

Oleh karena itu, istirahat tidak selalu bermakna tidak beraktivitas. Pada

kenyataannya, beberapa orang menemukan ketenangan dari beberapa aktivitas

tertentu seperti berjalan-jalan di udara segar (Kozier, 2011, hlm. 661).

Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa

kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing


13

menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Widuri, 2010,hlm.

33).
1. Kebutuhan Pola Tidur Normal
Menurut (Kozier, 2011. hlm. 663-665) telah dibuktikan bahwa

mempertahankan irama bangun tidur yang teratur lebih penting dibandingkan

jumlah tidur sebenarnya. Misalnya, beberapa orang dapat melaksanakan

fungsinya dengan baik dengan jam tidur 5 jam setiap malam. Menetapkan

kembali irama bangun tidur (mis. Setelah diganggu pembedahan).

2. Fisiologi Tidur
Aktivitas tidur diatur oleh system pengaktivasi retikularis yaitu system yang

mengatur seluruh tingkat kegiatan seluruh syaraf pusat untuk pengaturan

kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan tidur terletak pada otak tengah

(mesensefalon) dan bagian atas pons. Selain itu, RAS (Reticular Activating

System) memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan

juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan

emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin

dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah yaitu Bulbar

Synchronizing Regional (BSR), sedangkan bangun bergantung pada

keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system limbik. Dengan

demikian pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur

adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2016, hlm. 123).

3. Tahap-tahap Sirkulasi Tidur


Menurut (Kozier, 2011. hlm. 661-662). Ada dua tipe tidur yang telah

diidentifikasi: Tidur NREM (non-REM) dan tidur REM (Rapid Eye

Movement/pergerakan mata cepat).


a. Tidur NREM
Tidur NREM biasa juga disebut sebagai tidur gelombang lambat karena

gelombang otak orang yang sedang tidur lebih lambat dari gelombang
14

alfa dan beta orang yang sedang terbangun atau terjaga. Kebanyakan tidur

malam hari adalah tidur NREM. Tidur NREMadalah tidur yang dalam,

tenang, dan menurunkan beberapa fungsi fisiologis. Pada dasarnya, semua

proses metabolik yang meliputi tanda-tanda vital, metabolisme, dan kerja

otot menjadi lambat. Bahkan menelan dan produksi saliva berkurang.

Tidur NREM itu sendiri dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
1) Tahap I : tahap tidur sangat ringan. Selama tahap ini, individu merasa

mengantuk dan relaks, bola mata berkurang dari satu sisi ke sisi lain,

dan denyut jantung serta frekuensi pernapasan sedikit menurun. Orang

yang tidur pada tahap ini hanya berlangsung selama beberapa menit
2) Tahap II: Tahap ringan dan selama tahap ini proses tubuh terus-

menerus menurun. Mata secara umum tetap bergerak dari satu arah ke

sisi lain, denyut jantung dan frekuensi pernapasan sedikit menurun,

dan suhu tubuh menurun. Tahap ini hanya berlangsung sekitar 10 – 15

menit tetapi merupakan 40% sampai 45% bagian dari tidur total
3) Tahap III: denyut jantung dan frekuensi pernapasan, serta proses

tubuh lain, terus menurun karena dominasi system parasimpatik.

Orang yang tidur jadi sulit dibangunkan. Individu tidak terganggu

dengan stimulus sensorik, otot rangka menjadi sangat relaks, refleks

menghilang, dan dapat terjadi dengkuran


4) Tahap IV: menandakan tidur yang dalam, disebut juga tidur delta.

Denyut jantung dan frekuensi pernapasan orang yang tidur menurun

sebesar 20% - 30% dibandingkan selama jam terjaga. Orang yang

tidur sangat relaks, jarang bergerak, dan sulit dibangunkan. Tahap 4

ini diduga dapat memulihkan tubuh secara fisik dan pada tahap ini

mata biasanya berputar dan terjadi mimpi.

b. Tidur REM
15

Tidur REM biasanya kembali terjadi sekitar 90 menit dan berlangsung

selama 5 sampai 30 menit. Tidur REM tidak setenang tidur NREM dan

mimpi sering terjadi pada selama tidur REM. Lebih jauh, mimpi ini bisa

diingat dan mimpi tersebut dimasukkan dalam memori. Selama tidur

REM, otak sangat aktif dan metabolisme meningkat sebesar 20%. Tipe

tidur ini biasa disebut tidur paradoksial karena tampaknya bertentangan

bahwa tidur dapat terjadi secara simultan dengan tipe aktivitas otak pada

tahap ini. Pada fase ini individu yang sedang tertidur dapat sulit

dibangunkan atau dapat bangun secara spontan, tonus otot meningkat, dan

denyut jantung serta frekuensi pernapasan seringkali tidak beratur

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur


Seseorang dikatakan kebutuhan tidurnya normal dan terpenuhi apabila sesuai

tingkat perkembangan menurut Widuri (2010, hlm. 36-37),ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Yaitu sebagai

berikut:
a. Lingkungan
Pasien yang tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian,

terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidur.


b. Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode tidur pertama

dari tahap NREM.


c. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur yang lebih

banyak dari seseorang yang dalam keadaan normal. Namun demikian,

keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur dan tidak dapat tidur.

Misalnya pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler, seperti penyakit

miokard infark, angina pektoris, dan lain-lain. Begitu juga pada pasien

yang dalamkeadaan cedera fisik yang dapat berdampak terhadap

kebutuhan kenyaman nyeri pada daerah cedera.


16

d. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat memperpendek periode

pertama dari tahap REM.


e. Kecemasan
Padakeadaan cemas mungkin seseorang meningkatkan syaraf

parasimpatik sehingga menganggu tidurnya.


f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum

alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.


g. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:

Diuretik (menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kafein

(meningkatkan saraf simpatis), Beta bloker (Menimbulkan insomnia),

Narkotik (mensupresi REM).

5. Masalah Akibat Tidur


Gangguan tidur Menurut Kozier (2011, hlm. 667-669), gangguan tidur dapat

dikategorikan sebagai berikut:


a. Parasomnia
Parasomnia merupakan perilaku yang dapat menganggu tidur atau terjadi

selama tidur. International classification of sleep disorder (American

Sleep Disorder Asosiation, 1997) membagi parasomnia menjadi gangguan

terjaga (misalnya: berjalan dalam tidur, teror tidur), gangguan transisi

bangun tidur (misalnya mengigau), parasomnia yang berhubungan dengan

tidur REM (misal, mimpi buruk), dan lainnya.


b. Gangguan tidur primer
Merupakan yang gangguan masalah utamanya berupa masalah tidur

seseorang, gangguan tidur ini meliputi:


1) Insomnia
Gangguan tidur yang paling sering dialami, yaitu ketidakmampuan

untuk tidur dengan jumlah atau kualitas yang cukup. Insomnia dapat

terjadi akibat ketidaknyaman fisik tetapi lebih sering terjadi akibat

stimulasi mental yang berlebihan karena ansietas.


2) Hipersomnia
17

Merupakan kebalikan dari insomnia, yaitu tidur berlebihan, terutama

di siang hari. Orang yang hypersomnia sering kali tidur sampai tengah

hari dan banyak tidur siang. Hipersomnia dapat disebabkan oleh

kondisi medis. Misalnya, Kerusakan system saraf pusat, gangguan

ginjal, hati atau gangguan metabolik tertentu seperti asisdosis

diabetikum dan hipotiroidisme.


3) Narkolepsi
Merupakangelombang rasa ngantuk yang berlebihan secara mendadak

yang terjadi pada siang hari. Narkolepsi terjadi karena

kurangnya
hipokretin kimia dalam system saraf pusat yang mengatur tidur.

4) Apnea tidur
Gangguan henti napas secara periodik selama tidur. Apnea tidur

dicurigai sering terjadi pada orang yang suka mendengkur dengan

keras, sering terjaga dimalam hari, mengantuk berlebihan di siang

hari, insomnia, serta perubahan fisiologis seperti hipertensi dan

aritmia jantung.
5) Deprivasi Tidur
Gangguan berkepanjangan dalam jumlah, kualitas, dan konsistensi

tidur dapat memicu sebuah sindrom yang disebut deprivasi tidur.

Deprivasi tidur dapat menimbulkan gejala fisiologis dan perilaku,

keparahan tergantung tingkat deprivasi. Ada dua tipe deprivasi tidur

yaitu deprivasi NREM dan deprivasi REM.


c. Gangguan tidur sekunder
Gangguan ini disebabkan oleh kondisi klinis diantaranya: kondisi mental,

neurologi, atau lainnya. Contoh kondisi yang menyebabkan gangguan

tidur sekunder adalah depresi, alkoholisme, demensia, Parkinson,

disfungsi tyroid penyakit tukak lambung, dan penyakit paru obstruktif

yang menahun.
18

6. Penatalaksanaan Tidur Menurut Bandiyah (2009, hlm. 96)


a. Memberikan minuman hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat
b. Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi , nyaman dan bebas dari bau-

bauan yang tidak sedap


c. Menyediakan tempat dan tempat yang nyaman
d. Memberikan terapi relaksasi foot massage
C. Teknik Terapi Foot Massage
Foot Massage adalah manipulasi jaringan ikat melalui gosokan atau meremas

untuk memberikan dampak pada peningkatan sirkulasi, memperbaiki sifat otot

dan memberikan efek relaksasi (Potter & Perry, 2010).Terapifoot massage atau

terapi masase kaki adalah upaya penyembuhan yang efektif dan aman, serta tanpa

efek samping. Rasa relaks relaks yang dapat mengurangi stress dan dan dapat

memicu lepasnya endorphin, serta membuat nyaman, dan zat kimia otak yang

menghasilkan rasa nyaman sendiri (Aziz, 2014).

Teknik yang paling umum digunakan untuk pijat kaki adalah petrissage dimana

mengangkat, meremas, atau meremas jaringan lunak untuk merangsang otot

dalam dan untuk meningkatkan sirkulasi melalui manipulasi terkait. Teknik lain

yang digunakan untuk pijat kaki adalah aplikasi gesekan yang melibatkan

tekanan dengan ujung jari untuk mengurangi kejang otot Teknik ini tidak harus

secara khusus “dalam” (intens) seperti yang bisa digunakan dalam teknik pijat

olahragadan sehingga dianggap cukup aman bagi praktisi (Abdelaziz, 2014,¶10)


1. Tujuan Terapi Foot Massage
Menurut Trisnowiyanto B (2012, hlm. 18)
a. Melancarkan peredaran darah khususnya pembuluh darah vena dan

peredaran getah bening(air limphe),


b. Menghancurkan kumpulan sisa-sisa metabolisme sel-sel otot yang telah

mengeras yang biasa disebut mio-gelosis (asam laktat)


c. Memberikan rasa nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh
d. Merangsang jaringan syaraf, mengaktifkan syaraf sadar dan kerja saraf

otonomi (saraf tak sadar)


19

e. Membantu penyerapan (absorb)pada peradangan bekas luka dan

membantu pembentukan sel-sel baru

2. Kontra Indikasi Foot Massage


Menurut Tappan & Benjamin (2014)
a. Nyeri pada daerah yang akan dimasase
b. Terdapat luka pada daerah yang akan dimasase
c. Terdapat gangguan atau penyakit kulit
d. Hindari melakukan masase pada daerah yang mengalami inflamasi
e. Hindari melakukan masase pada daerah yang mengalami tromboplebitis
f. Hindari melakukan masase pada daerah yang mengalami ekimosis atau

lebam
g. Hati-hati dalam melakukan masase pada daerah yang mengalami

gangguan sensasi seperti penuruan sensasi maupun hiperanestesia

3. Manfaat Foot Massage


Menurut Abdelaziz (2014, ¶5) adalah sebagai berikut:
a. Membantu mengendalikan rasa sakit dengan menutup gerbang di tanduk

posterior sumsum tulang belakang dan menghalangi jalannya rangsangan

berbahaya (yaitu rasa sakit) ke system syaraf pusat.


b. Menurunkan tingkat kecemasan dan stress melalui peningkatan tingkat

dopamine dalam tubuh


c. Membantu memperbaiki sirkulasi dan fungsi tubuh membantu secara

alami berubah menjadi homeostasis tubuh


d. Mengurangi nyeri pasca operasi
4. Efek Foot Massage Terhadap Kualitas Tidur dan Titik refleksi area massage
Menurut Osvaldi, Abdi, Karampourian, Moghimbaghi, Homayonfar (2014)

massage pada kaki memberi manfaat mengurangi kecemasan, stress dan nyeri

yang dirasakan oleh pasien, sekalipun massage yang diberikan dalam waktu

pendek dan hanya pada bagian kaki saja, dapat memberikan manfaat hati

menjadi lebih tenang, stress berkurang dan peningkatan pada tidur.

Menurut Stiwell S. B. (2011) bahwa penekanan pada area spesifik kaki atau

tangan diduga melepaskan hambatan pada area tersebut dan memungkinkan

energi mengalir bebas bagian tubuh tersebut sehingga pada titik yang tepat

pada kaki yang di massage dapat mengatasi gejala nyeri.


20

D. Kerangka Teori

Pasien menjalani Faktor yang Rasa nyaman


pembedahan mempengaruhi
tidur :
1. Penyakit
2. Obat – obatan
Komplikasi: 3. Lingkungan
1. Mual dan 4. Kelelahan Kadar zat kimia otak
muntah 5. Alkohol neurotransmitter
2. Gangguan tidur 6. Kecemasan seperti hormone
3. Ileus pasca 7. Motivasi serotonin, asetilkolin,
operatif endorfin
4. Nyeri

Kualitas tidur

Kontraksi otot dan


merelaksasi

Penatalaksanaan kualitas tidur pada pasien post


operasi : Vasodilatasi
a. Obat-obatan: seperti antihistamin, amitripilin, pembuluh darah
tradozon, klonazepam, chloral dan zolpidem dan getah bening
b. Memberikan minuman hangat sebelum tidur, Foot Massage
misalnya susu hangat
c. Mengatur lingkungan yang Skema cukup ventilasi
2.1 ,
nyaman dan bebas dari bau-bauan yang tidak
Kerangka teori pengaruh pemberian Teknik terapi foot massage terhadap
sedap
pemenuhan kebutuhan
d. Menyediakan tempat dan istirahat dannyaman
tempat yang tidur pada pasien post operasi
e. Memberikan terapi relaksasi foot massage

Sumber: (Hasri, 2012, ¶1 dan Maryunani, 2014, hlm.7), Potter & Perry (2010,
hlm. 744), Potter & Perry (2010, hlm. 744), (Ayu, S, 2013), (Widuri,
2010, hlm. 33), Abdelaziz (2014, ¶4), Trisnowiyanto B (2012, hlm. 18),
Tappan & Benjamin (2014), Puthussheril (2006, dalam Afianti, 2017,
hlm. 91-92)

Anda mungkin juga menyukai