Anda di halaman 1dari 8

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti menguraikan gambaran umum terkait tempat penelitian, analisis

univariat (Jenis kelamin, usia, dan kualitas tidur sebelum dan sesudah diberikan

intervensi foot massage, dan analisis bivariat.

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di RSUD.dr.H. Soewondo Kendal, yang didirikan pada

tahun 1933 dan berlokasi di Jalan Laut, No. 21, Kendal. Rumah sakit ini

merupakan rumah sakit tipe B dan sudah terakreditasi penuh dengan 16

pelayanan lengkap.

Fasilitas pelayanan di RSUD.dr.H. Soewondo Kendal adalah instalasi rawat jalan

memiliki 9 poliklinik spesialis dan 5 poliklinik non spesialis. Unit kerja rawat

inap RSUD.dr.H. Soewondo Kendal memiliki 9 bangsal rawat inap. Ruang

perawatan terdiri dari ruang cempaka, Dahlia, Kenanga, Mawar, Nusa Indah,

Bougenvile, Flamboyan, Anggrek dan Melati. Serta Instansi Rumah Sakit terdiri

dari Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah Sentral, Intensive Care Unit,

Farmasi, Laboratorium, Gizi, Radiologi, Rekam Medik dan Kamar Jenazah.

40

40
41

Proses pengambilan data dilakukan selama 3 minggu pada tanggal 16 April –5

Mei 2018 diruang Kenanga. Penelitian ini dilakukan pada semua pasien post

operasi yang mengalami gangguan tidur di RSUD.dr.H. Soewondo Kendal yang

berjumlah 30 responden yang terdiri dari 15 kelompok intervensi dan 15

kelompok kontrol yang memenuhi kriteria inklusi.

B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Jenis Kelamin
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin di
RSUD.dr.H.Soewondo Kendal bulan April-Mei 2018
(n=30)

Jenis kelamin Frekuensi Presentase (%)


Laki-laki 15 50,0
Perempuan 15 50,0
Total 30 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata responden yang

melakukan operasi berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 (50,0%) dan

responden perempuan sebanyak 15 (50,0%).

b. Usia
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di RSUD
dr.H. Soewondo Kendal bulan April-Mei 2018
(n=30)

Usia Frekuensi Presentase (%)


<40 Tahun 6 20,0
40-60 tahun 11 36,7
>60 tahun 13 43,3
Total 30 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar responden yang

melakukan operasi berusia > 60 tahun sebanyak 13 (43,3%), berusia 40

sampai 60 tahun sebanyak 11 (36,7%) dan berusia < 40 tahun sebanyak 6

(20,0%).

c. Kualitas tidur sebelum dan sesudah intervensi foot massage


Tabel 4.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kualitas tidur sebelum

41
42

dan sesudah foot massage bulan April-Mei 2018


(n=18)

Kulaitas tidur N mean SD Min-max


Sebelum 15 9,80 2,111 7-14
Sesudah 15 21,67 1,952 19-25

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi

rata-rata skor kualitas tidur sebelum diberikan foot massage sebesar 9,80

atau dalam kategori kualitas tidur buruk kemudian mengalami perubahan

nilai rata-rata sebesar 21,67 atau dalam kategori kualitas tidur baik.

d. Kualitas tidur sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol


Tabel 4.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kualitas tidur sebelum pada
kelompok kontrol bulan April-Mei 2018(n=15)

Kualitas tidur N mean SD Min-max


Sebelum 15 11,47 1,995 6-9
Sesudah 15 11,47 1,995 6-9

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol rata-

rata skor kualitas tidur sebelum penelitian sebesar 11,47 atau dalam

kategori kualitas tidur buruk dan setelah penelitian menunjukan nilai rata-

rata yang sama yakni 11,47 dalam kategori kualitas tidur buruk.
2. Analisis Bivariat
a. Perbedaan perubahan kualitas tidur sebelum dan setelah diberikan foot

massage pada kelompok intervensi


Tabel 4.5
Perbedaan perubahan kualitas tidur sebelum dan setelah diberikan foot
massage pada kelompok intervensi pada pasien post operasi di
RSUD.dr.H. Soewondo Kendal bulan April-Mei 2018
(n=15)

Mean
Variabel N (min – Rerata selisih T P-value
max)
Kualitas tidur 11,867 0,000
15 11,87 20,027
(7-26)

42
43

Berdasarkan table 4.5, setelah dilakukan uji t-test dependen, didapatkan

nilai p-value sebesar 0,000. Karena p-value 0,000 < (0,05), ini

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan kualitas tidur

sebelum dan setelah diberikan foot massage pada kelompok intervensi

dengan rerata selisih 11,87.

b. Perbedaan kualitas tidur sebelum dan setelah penelitian pada kelompok

kontrol.
Tabel 4.6
Perbedaan perubahan kualitas tidur sebelum dan setelah penelitian pada
kelompok kontrol pada pasien post operasi di RSUD.dr.H. Soewondo
Kendal bulan April-Mei 2018
(n=15)

Variabel N Median ±SD p-value


Kualitas tidur 15 0,00 0,383 0,087

Berdasarkan table 4.6, setelah dilakukan uji t-test dependen, didapatkan

nilai p-value sebesar 0,087. Karena p-value 0,087 > (0,05), ini

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kualitas tidur

sebelum dan setelah penelitian pada kelompok kontrol dengan nilai ±SD

sebesar 0,383.

c. Pengaruh foot massage terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi.
Tabel 4.7
Pengaruh foot massage terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi di
RSUD.dr.H. Soewondo Kendal bulan April-Mei 2018
(n=15)

Std.Error
Variabel N Rerata (Median±SD) T P-value
Difference
Selisih Kualitas
tidur intervensi 15 11,867 (11,00±0,159) 0,593 20,027 0,000

Selisih Kualitas
tidur kontrol 15 0,00 0.00 -1,844 0.87

43
44

Berdasarkan table 4.7, pada selisih kualitas tidur setelah dilakukan uji t-

test independen, didapatkan nilai p-value sebesar 0,000. Karena p-value

0,000 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

sebelum dan setelah diberikan foot massage terhadap kualitas tidur,

terdapat perbedaan selisih kualitas tidur sebelum dan sesudah perlakuan

pada pasien post operasi dengan nilai rata-rata perbedaan skor 11,867 dan

t sebesar 20,027.

Sedangkan pada selisih kualitas tidur control dilakukan uji t-test

independen, didapatkan nilai p-value sebesar 0,87. Karena p-value

0,87> (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang

signifikan pada kualitas tidur karena perbedaan nilai rata-rata skor pre dan

post kontrol sebesar 0,00.

C. Pembahasan
1. Analisis Univariat
a. Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak

15 responden (50,0%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 15

responden (50,0%). Tidak ada perbedaan yang signifikan jenis kelamin

terhadap risiko mengalami operasi.


Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Widuri (2010, hlm. 36-37),

bahwa yang mempengaruhi kualitas tidur adalah lingkungan, kelelahan,

penyakit, motivasi, kecemasan, alcohol, dan obat-obatan.


b. Usia
Pada penelitian ini yang mengalami operasi rata-rata pada usia lansia > 60

tahun sebanyak 13 responden (43,3%). Hal ini sesuai yang dikemukakan

Potter & Perry (2009. hlm. 51) bahwa penyakit di pengaruhi oleh usia

44
45

dikarenakan penambahan usia mengakibatkan terjadinya penurunan

fungsi sel, jaringan dan organ sebagai proses fisiologis penuaan.


c. Kualitas tidur sebelum foot massage
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan foot

massage skore responden yang mengalami gangguan tidur sebelum

dilakukan intervensi sebanyak 15 responden, sebesar 9,80 atau dalam

kategori buruk.
Sedangkan kualitas tidur sebelum penelitian pada kelompok kontrol,

berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol

rata-rata skor kualitas tidur sebelum penelitian sebesar 11,47 atau dalam

kategori kualitas tidur buruk.


Gangguan tidur adalah gangguan yang berhubungan dengan tidur

dikarenakan masalah medis, gaya hidup dan faktor lingkungan yang

biasanya menyebabkan tidur terganggu, yang dicirikan dengan adanya

gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada seseorang

individu yang menngakibatkan kurang atau kualitas tidur yang buruk.

Kualitas tidur inadekuat adalah fragmantasi dan terputusnya tidur akibat

periode singkat terjaga di malam hari yang sering dan berulang (Ayu, S,

2013, ¶1). Selain itu ada pula faktor lain yang mempengaruhi gangguan

tidur antara lain adanya penyakit serta rasa nyeri terutama pasien yang

telah menjalani operasi, tidak tenang, kelelahan, emosi tidak stabil,

beberapa jenis obat-obatan dan penggunaan alkohol (Potter & Perry,

2010).

2. Analisis Bivariat
Setelah dilakukan foot massage pada kelompok intervensi, ada perbedaan

yang signifikan sebelum dan setelah diberikan foot massage terhadap kualitas

tidur dengan nilai p-value 0,000 < 0,05 dan nilai t sebesar 20,027.

45
46

Sedangkan pada kelompok kontrol setelah dilakukan uji dependent t-test pada

kelompok kontrol didapatkan nilai p-value sebesar 0,087 > 0,05 menunjukan

tidak ada perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah penelitian.

Pengaruh foot massage terhadap peningkatan kualitas tidur, berdasarkan

hasil uji t-test independen, didapatkan nilai p-values sebesar 0,000. Karena p-

value 0,000 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

kualitas tidur sebelum dan setelah diberikan foot massage. Dengan selisih

kelompok perlakuan dengan kelompok sebesar 11,87

Terapi foot massage atau terapi masase kaki adalah upaya penyembuhan yang

efektif dan aman, serta tanpa efek samping. Rasa relaks yang dapat

mengurangi stress dan dan dapat memicu lepasnya endorphin, serta membuat

nyaman, dan zat kimia otak yang menghasilkan rasa nyaman sendiri (Aziz,

2014).

Menurut Osvaldi, Abdi, Karampourian, Moghimbaghi, Homayonfar (2014)

massage pada kaki memberi manfaat mengurangi kecemasan, stress dan nyeri

yang dirasakan oleh pasien, sekalipun massage yang diberikan dalam waktu

pendek dan hanya pada bagian kaki saja, dapat memberikan manfaat hati

menjadi lebih tenang, stress berkurang dan peningkatan pada tidur.

Menurut Stiwell S. B. (2011) bahwa penekanan pada area spesifik kaki atau

tangan diduga melepaskan hambatan pada area tersebut dan memungkinkan

energi mengalir bebas bagian tubuh tersebut sehingga pada titik yang tepat

pada kaki yang di massage dapat mengatasi gejala nyeri.

D. Kelebihan dan Keterbatasan Peneliti


1. Kelebihan
a. Penelitian tentang foot massage untuk meningkatkan kualitas tidur pada

pasien post operasi diakui oleh perawat ,diRSUD.dr.H. Soewondo Kendal

46
47

belum pernah diteliti untuk meningkatkan kualitas tidur pada pasien post

operasi.
b. Dengan sampel 30 responden dianggap sudah memenuhi kriteria untuk

penelitian eksperimen dengan menggunakan kelompok kontrol dimana 30

ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol 15 dan kelompok

intervensi 15, sesuai yang di kemukakan oleh Sugiyono (2012, hlm. 74)

bahwa jumlah sampel untuk penelitian eksperimen minimal 10 responden.

2. Keterbatasan
Peneliti kurang mengontrol faktor bias seperti lingkungan (adanya banyak

pengunjung rumah sakit) dalam proses penelitian sehingga dapat

memungkinkan mempengaruhi hasil. Perbedaan jenis operasi pada pasien

yang menjalani prosedur bedah mayor dengan pasien bedah minor (respon

fisiologis intensitas nyeri berbeda) juga memungkinkan mempengaruhi hasil

47

Anda mungkin juga menyukai