Anda di halaman 1dari 25

1

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Diabetes Meilitus”

Tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan dari beberapa sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada beberapa sumber yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini dan tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah ini ibu ( Rosalina ).

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan dan cara pengeditan kerapiaan dalam tugas ini. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari dosen pembibing dan pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk banyak orang dan
dapat memberikam manfaat maupun inspirasi terhadap para pembaca.

Ungaran, 12 maret 2017

Penyusun
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .....................................................................................................................1

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ...............................................................................................................3


b. Tujuan ...........................................................................................................................5
c. Rumusan Masalah ..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

a. Definisi ...........................................................................................................................6
b. Klasifikasi ......................................................................................................................6
c. Etiologi ...........................................................................................................................7
d. Patofisiologi / Pathway ..................................................................................................8
e. Manifestasi Klinis ..........................................................................................................9
f. Komplikasi ...................................................................................................................10
g. Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................................11
h. Penatalaksanaan Medis ................................................................................................12
i. Asuhan Keperawatan Pada Juvenil Diabetes ...............................................................17

BAB III PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN BBLR DENGAN MENGGUNAKAN


NANDA, NOC, NIC
a. Pengkajian ....................................................................................................................17
b. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................19
c. Intervensi Keperawatan ...............................................................................................17
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan ....................................................................................................................24
b. Saran ..............................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................26


3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diantara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya di masa mendatang adalah diabetes mellitus. Faktor herediter biasanya
memainkan peranan besar dalam menentukan pada siapa diabetes akan berkembang dan
pada siapa diabetes tidak berkembang, dimana faktor herediter seringkali menyebabkan
timbulnya diabetes melalui peningkatan kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran
oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta,
jadi juga mengarah kepada penghancuran sel-sel beta. Pada keadaan lain, kelihatannya
ada kecenderungan sederhana dari faktor herediter terhadap degenerasi sel beta. Pada
sebagian besar kasus, diabetes mellitus disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin
oleh sel-sel beta Langerhans. Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great
imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke),
ginjal (gagal ginjal), jantung, mata, kaki (gangren diabetik). Gejala DM dapat timbul
perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari adanya perubahan pada dirinya seperti
minum menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air kecil lebih sering (poliuri), makan
lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1996 di dunia
terdapat 120 juta penderita diabetes mellitus yang diperkirakan naik dua kali lipat pada
tahun 2025. Kenaikan ini disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan berat badan
(obesitas), dan gaya hidup. Kini DM menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar.
Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita DM pada tahun 2011 telah
mencapai 366 juta orang, dan diperkirakan akan menungkat menjadi 522 juta pada tahun
2030. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di asia
tenggara. International Diabetes Federation memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta
orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM.
Sebesar 80 % orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Sebagian besar penderita DM berusia antara 40-59 tahun (Trisnawati 2013).
4

Pada tahun 2013, proporsi penduduk indonesia yang berusia ³ 15 tahun dengan DM
adalah 6,9 %, prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI
yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2.5%), Sulawesi Utara (2,4%), Kalimantan Timur
(2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi
terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%),
dan Nusa Tenggara Timur (3,3%). (Kemenkes,2013).
Prevalensi DM di indonesia beranjak naik dari tahun ke tahun. Penderita yang
terkena bukan hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih berusia produktif.
Pravelensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur, namun mulai umur 65 tahun cenderung menurun. Pravelensi DM
pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki – laki, di perkotaan cenderung
lebih tinggi dari pada di perdesaan, serta cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan
tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi (Kemenkes,2013)
Penyakit diabetes mellitus jarang tertangani dengan benar karena kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang penyakit tersebut. Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi yang
serius jika tidak tertangani dengan benar seperti penyempitan pembuluh darah kapiler,
koma diabetik, pembersihan luka yang tidak tepat dapat memperparah luka pada
penderita diabetes mellitus. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksa gula
darah ke rumah sakit atau ke puskesmas terutama bagi masyarakat ekonomi ke bawah
yang merasa malas dan kekurangan biaya.
Diabetes militus bukanlah penyakit yang mudah ditangani, penyakit yang bisa
menyerang semua kalangan manusia ini memiliki efek yang mendukung timbulnya
penyakit lain yang menyertai. Penyakit atau keadaan merugikan lain yang bisa terjadi
akibat diabetes militus ini antara lain adalah Gangrene.
Gangrene marupakan salah satu bentuk nekrosis atau matinya sel atau jaringan di suatu
tempat yang sehingga berdampak luka bahkan pembusukan luka yang dapat menyebar
dengan cepat. Pembusukan luka inilah yang dapat memperparah keadaan klien. Selain
fisiknya yang terganggu, psikologinya juga dapat terganggu, seperti kecemasan,
gangguan harga diri rendah, aktualisasi diri, dan sebagainya bahkan apabila tingkat
penyebaran dan luka yang semakin berbahaya, penderita harus merelakan anggota tubuh
yang terluka tersebut untuk diamputasi bahkan dapat teramputasi dengan sendirinya.
5

Selain itu Diabetes militus juga dapat mempengaruhi proses persepsi dan sensori si
penderita. Penyembuhan untuk Diabetes militus bukanlah hal yang mudah, selain uang
penderita juga harus mampu mengontrol nafsu makan juga aktivitasnya. Untuk itulah
penulis menulis makalah ini sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap penyakit
Diabetes militus beserta penyakit yang menyertai terutama Gangrene.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep medis dari juvenile diabetes.?
2. Bagaimana pengaplikasian asuhan keperawatan dari juvenile diabetes dengan
menggunakan NANDA, NOC, dan NIC.?
C. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum
Untuk mengetahui pembaca mengenai asuhan keperawatan anak dengan Juvenile
Diabetes
2. Tujuan Intruksional Khusus
Tujuan khusus yang ingin capai dari makalah ini adalah penulis dapat mengetahui:
a. Definisi
b. Klasifikasi
c. Etiologi
d. Patofisiologi
e. Manifestasi klinis
f. Komplikasi
g. Pemeriksaan penunjang
h. Penatalaksanaan medis
i. Asuhan keperawatan pada Juvenil Diabetes
6

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner & suddarth 2001).
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam
tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai
juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (Suyono, 2002).

B. KLASIFIKASI DIABETES MELITUS


Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
Menurut ADA (American Diabetes Association) tahun 2002 diabetes melitus dibagi
menjadi :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, baik melalui
proses imunologik atau idiopatik.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
a. Defek genetik fungsi sel beta
7

kromosom 12, kromosom 7, kromosom 20, deoxyribonucleid acid (DNA)


Mitokondria.
b. Defek genetik kerja insulin
Resistance insulin type A, leprechaunism, sindrom Rabson-Mendenhall, diabetes
lipoatrofik, lainnya.
c. Penyakit Eksokrin Pankreas
Pankreatitis, trauma/pankreatektomi, Neoplasma, Cystic fibrosis,
hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus.
d. Endokrinopati
Akromegali, sindroma cushing, feokromositoma, hipertiroidisme,
somatostatinoma, aldosteronoma.
e. Karena Obat/Zat kimia
Vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid, tiazid, dilantin,
interferon alfa, diazoxide, agonis β-adrenergic.
f. Infeksi
Rubella kongenital dan cytomegalovirus (CMV).
g. Imunologi (jarang)
antibodi anti reseptor insulin, sindrom ”Stiff-man”.
h. Sindroma genetik lain
Sindrom Down, Klinefelter, Turner, Huntington, Chorea, Sindrom Prader Willi,
ataksia friedreich’s, sindrom laurence-Moon-Biedl.
4. Diabetes Melitus Gestasional (Kehamilan).
Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Jenis ini
sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak
ditangani dengan benar.

C. ETIOLOGI
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
8

(human leucosite antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-
sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
sel beta. Virus yang diduga menyebabkan diabetes mellitus adalah rubela, mumps,
dan human coxsackievirus B4. Hasil penelitian menyebutkan bahwa virus dapat
menyebabkan diabetes mellitus melalui mekanisme infeksi sitolitik pada sel beta yang
mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Selain itu, melalui reaksi otoimunitas
yang menyebabkan hilangnya otoimun pada sel beta.
9

D. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya
tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal, yang sering
ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c. Polifagia (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah
cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan
lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
f. Ketoasidosis.
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik yang
disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi
dengan baik.
10

g. Hiperglikemia ( Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl )


h. Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat katabolisme
abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat mengakibatkan asidosis dan koma.

D. KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua kategori mayor :
Komlikasi metabolik akut dan komplikasi-komplikasi vaskuler jangka panjang.
a. Komlikasi Metabolik Akut
1. Ketoasidosis diabetic (DAK), merupakan komlikasi diabetic akut yang paling
serius pada diabetes tipe 1dan ditandai dengan adanya hiperglikemia (>300 mg /
dl) asidosis metabolic akibat penimbunan asam keton, serta dieresis osmotic.
Ketosis terjadi akibat sangat meningkatnya pelepasan asam lemak bebasdari
adiposity, yang menyababkan bergesernya sintesis badan keton dalam hati. DAK
dapat di cetuskan dengan hal-hal menyebabkan meningkatkan deficit insulin.
2. Hipoglikemia (syok atau reaksi insulin), merupakan kadar glukosa darah yang
abnormal rendah. Terjadi kalau kadar glukosa darah turun dibawah 50 – 60 mg/dl
(2,7-3,3 mmol/L) keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat
oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang sedikit atau karena aktivitas fisik
yang berat.
3. HHNK (juga disebut koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik atau HONK
[hiperosmoler nonketotik]), merupakan suatu suatu komlikasi akut yang terjadi
pada diabetes tipe 2 di tandai dengan hiperglikemia berat (>600 mg/dl) yang
menyebakan hiperosmoraritas yang berat, dieresis osmotic, dan dehidrasi. HHNK
menyurupai DAK namun hiperglikemia, penurun volume, dan penurunan air
bebas yang lebih berat. Tidak terdapat ketosis.
b. Komplikasi-Komplikasi Vaskuler Jangka Panjang
1. Makrovaskuler, perubahan ateroskerosis dalam pembuluh darah besar sering
terjadi pada diabtes, perubahan arteroskelerosis ini serupa dengan yang terlihat
pada pasien-pasien nondiabetik, kecuali dalam hal bahwa perubahan tersebut
11

cendrung terjadi pada usia yang lebih muda dengan frekuensi yang lebih besar
pada pasien-pasien diabetes. Berbagai tipe penyakit makrovaskuler dapat terjadi.
2. Mikrovaskuler, merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler da
ateriola retina (retinopati diabetic), glomelurus ginjal (netropati diabetic) dan
saraf-saraf perifer (neuropti diabetic), otot-otot serta luka.
3. Neuropati, dalam diabetes menangacu kepada sekelompok penyakit yang
menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor), otonom dan
spinal. Kelainan tersebut tampak beragam secara klinis dan bergantung pada
reaksi sel saraf yang terkena.
c. Komplikasi Oftalmologi Yang Lain
1. Katarak
2. Perubahan lensa
3. Hipoglikemia
4. Kelumpuhan otot ekstraokuler
5. Glaukoma

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK


Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM
1. Glukosa darah : meningkat 200-100 mg/dL
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5. Elektrolit
a. Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
b. Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
c. Fosfor : lebih sering menurun
6. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM)
dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak
adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
12

7. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (
asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8. Trombosit darah : HT mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi : merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi
ginjal)
10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
11. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahkan sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody. ( autoantibody)
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.

F. PENATALAKSANAAN
1. Terapi gizi. merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes.
Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan disertai
pengurangan total lemak terutama lemak jenuh. Pengetahuan porsi makanan
sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. (usu.ac.id)
Kunci keberhasilan terapi gizi medis adalah keterlibatan tim dalam 4 hal :
a. Assesment atau pengkajian parameter metabolik individu dan gaya hidup
b. Mendorong pasien berparisipasi pada penentuan tujuan tujuan yang dicapai
c. Memilih intervensi gizi yang memadai d. Mengevaluasi efektifnya perencanaan
makan orang dengan diabetes. (Sukardji(2009), dalam Soegondo, hal 47).

TUJUAN DIET
13

a. Membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk


mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik.
b. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin dengan obat penurun glukosa
oral dan aktivitas fisik.
c. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
d. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.
e. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin
seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta masalah
yang berhubungan dengan latihan jasmani.
f. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan malalui gizi yang optimal.
(Almatsier, 2006).
2. Latihan jasmani
Manfaat olahraga bagi penyandang diabetes mellitus :
a. Menurunkan kadar gula darah
b. Mencegah kegemukan
c. Menurunkan lemak darah (kolesterol)
d. Mencegah tekanan darah tinggi
e. Mengurangi resiko penyakit jantung coroner
f. Meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan kerja. (Nabyl, 2009)
Prinsip Prinsip olah raga pada DM sama saja dengan prinsip olahraga secara umum,
yaitu memenuhi hal berikut ini (F.I.T.T) :
a. Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan secara teratur
b. Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60 % - 70% MHR
c. Time (durasi) : 30 – 60 menit
d. Tipe (jenis) : olahraga endurance (aerobic) unuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda. (Ilyas(2009),
dalam Soegondo, hal 76)
Jenis Jenis olah raga yang baik untuk pengidap DM adalah olah raga yang
memperbaiki kesegaran jasmani.
14

Oleh karena itu harus dipilih jenis olah raga yang memperbaiki semua komponen
kesegaran jasmani yaitu yang memenuhi ketahanan, kekuatan, kelenturan tubuh,
keseimbangan, ketangkasan, tenaga dan kecepatan. Contoh jenis-jenis olah raga yang
di anjurkan utuk penderita DM, adalah : Jogging, Senam aerobic, Bersepeda,
Berenang, Jalan santai, Senam kesehatan jasmani (SKJ
3. Pengobatan Medis
Apabila terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olahraga) belum berhasil
mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah
berikutnya berupa terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral ,terapi
insulin atau kombinasi keduanya.(Saraswati, 2009) Tujuan utama dari pengobatan
diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal.
Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin
mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara
maupun jangka panjang semakin berkurang. (Saraswati, 2009)
a. Terapi obat hipoglikemik oral (OHO), Dibagi menjadi 4 golongan :
1. Golongan Obat yang bekerja memicu sekresi
a. Sulfonilurea, Efek utama golongan ini meningkatkan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas. Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penyakit
hati, ginjal dan tiroid. Termasuk golongan ini : Khlorpropamid,
Glibenklamid Gliklasid, Glikuidon, Glipisid , Glimepirid
b. Glinid, Merupakan obat generasi baru ,cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan
obat ini terdiri dari 2 macam obat, yaitu: Repaglinid, Nateglinid.
(Soegondo, 2009, hal 123)
2. Penambah sensitivitas terhadap insulin
a. Biguanid, Biguanid tidak merangsang sekresi insulin dan terutama bekerja
di hati dengan mengurangi hepatic glucose output dan menurunkan kadar
glukosa dalam darah sampai normal (euglikemia) serta tidak pernah
menyebabkan hipoglikemia. Contoh golongan ini adalah metformin.
b. Thiazolindion/glitazon Thiazolindion, berikatan pada peroxisome
proliferator activated receptor gamma (PPARγ) suatu reseptor inti di sel
15

otot dan sel lemak. Obat golongan ini memperbaiki sensitifitas terhadap
insulin dengan memperbaiki transpor glukosa kedalam sel. Contoh
golongan ini :pioglitazon(Actoz) dan Rosiglitazon (Avandia). (Soegondo,
2009, hal 124)
c. Penambah alfa glukosidase / acarbose Obat ini bekerja secara kompetitif
menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga
dengan demikian dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
glikemia postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar
insulin.(Soegondo, 2009, hal 126)
d. Golongan inkretin
1. Inkretin mimetic, Jenis : suntikan, belum masuk pasaran Indonesia,
Mekanisme : menurunkan glukosa darah dengan cara merangsang
sekresi insulin dan menghambat sekresi glucagon.
2. Penghambat DPP IV
Mekanisme : Obat golongan baru ini mempunyai cara kerja
menghambat suatu enzim yang mendegradasi hormon inkretin
endogen yang berasal dari usus, sehingga dapat meningkatkan sekresi
insulin yang dirangsang glukosa, mengurangi sekresi glukagon dan
memperlambat pengosongan lambung.
Dosis : tunggal tanpa perlu penyesuaian dosis .dapat diberikan
monoterapi tetapi juga dapat dikombinasi dengan metformin, glitazon
atau sulfonylurea. (Soegondo, 2009, hal 127)
Indikasi pemakaian Obat Hipoglikemi Oral : Diabetes sesudah umur
40 tahun, Diabetes kurang dari 5 tahun, Memerlukan insulin dengan
dosis kurang dari 40 unit sehari, DM tipe 2, berat normal atau lebih.
(Soegondo, 2009, hal 129)
b. Terapi Insulin
Adapun pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung pada :
a. Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya.
16

b. Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan


dosisnya.
b. Aktivitas harian penuh penderita.
c. Kecekatan penderita dalam mempelajari dan mahami penyakitnya.
d. Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari. (Saraswati,
2009)
Empat tipe Insulin yang diproduksi dan dikategorikan berdasarkan puncak dan
jangka waktu efeknya :
a. Insulin Kerja Singkat (short acting) ; insulin regular merupakan satu-satunya
insulin jernih atau larutan insulin, sementara lainnya adalah suspense. Insulin
regular adalah satu-satunya prodak insulin yang cocok untuk pemberian intra
vena. Contoh : Actrapid, Humulin R.
b. Insulin kerja cepat (rapid acting), cepat diabsorbsi, adalah insulin analog
seperti: Novorapid, Humalog, Apidra.
c. Insulin kerja sedang yaitu NPH termasuk Monotard, Insulatard, Humulin.
d. Insulin kerja panjang, mempunyai kadar zing yang tinggi untuk
memperpanjang waktu kerjanya. Contoh:Ultra lente (Soegondo, 2009, hal
114).
17

BAB III
PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN
MENGGUNAKAN NANDA, NOC, NIC

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien .?
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan penjelasan / kronologis dari permulaan klien merasakan keluhan
sampai dengan dibawa kerumah sakit dan mencari bantuan pengobatan.
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit diabetes mellitus, penyebab terjadinya
diabetes mellitus, apa yang dirasakan klien dan apa yang sudah dilakukan untuk
mengatasi sakitnya sampai klien bertemu perawat yang mengkaji.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
d. Riwayat keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien .?
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunana yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misalnya hipertensi dan jantung.
18

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
b. Head to Toe
a. Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b. Sistem integument
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi, kaji
pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu
kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
c. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis, kaji
juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
d. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini
berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler
e. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
f. Sistem musculoskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa
otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
g. Sistem neurologis
19

Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis pasien


sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perpusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes melitus
(domain 4 aktivitas istirahat, kelas 4 respon kardiovaskuler / pulmonal 00204)
2. Resiko infeksi (domain 11. Keamanan / perlindungan, kelas 1. Infeksi )
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (Domain
2.Nutrisi, Kelas 5. Hidrasi 00027)
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh ketidak mampuan
mengabsopsi nutrien (domain 2.nutrisi, kelas 1 makan 00002).

C. NANDA. NOC, NIC

NO DIAGNOSA NANDA NOC NIC

1 Setelah diberikan tindakan Domain 2, N 4070. (fisiologi kompleks,


Ketidakefektifan
keperawatan selama 3 x 24 jam manajemen perfusi jarngan, pencegahan
perpusi jaringan
diharapkan dengan Kriteria Hasil: sirkulasi).
perifer berhubungan
Perfusi jaringan ferifer (0407) 01. Lakukan penilaian sikulasi ferifer
dengan diabetes
- 040715 pengisian kapiler jari secara komprenshif (misalnya
melitus (domain 4
(dipertahankan pada skala 4, mengecek nadi perifer, udem, waktu
aktivitas istirahat,
di tingkatkan ke skala 5). pengisisan kapiler, warna dan suhu
kelas 4 respon
- 040716 pengisian kapiler jari ekremitas, dan indeks siku brakialis
kardiovaskuler /
kaki (dipertahankan pada sesuai indikasi).
pulmonal 00204)
skala 4, di tingkatkan ke skala 02. Fokuskan pada pasien beresiko
5). tinggi (pasien dengan DM)
- 040710 suhu kulit ujung kaki 06.pertahankan hidrasi yang cukup
dan tangan (dipertahankan pada untuk mencegah peningkatan viskositas
skala 4, di tingkatkan ke skala 5). darah
- 040734 kekuatan denyut radial 08. cegah terjadinya infeksi pada luka
20

kanan (dipertahankan pada skala 16. instruksikan pasien diabetes untuk


4, di tingkatkan ke skala 5). mengontrol kadar gula darahnya
- 040735 kekuatan denyut radial 17. instruksikan pasien melakukan
kiri (dipertahankan pada skala 4, perawatan kulit yang benar.
di tingkatkan ke skala 5).
- 040727 tekanan darah sistolik
(dipertahankan pada skala 4, di
tingkatkan ke skala 5).
- 0407228 tekanan darah
diastolik (dipertahankan pada
skala 4, di tingkatkan ke skala 5).
- 040740 nilai rata-rata tekanan
darah (dipertahankan pada skala
4, di tingkatkan ke skala 5).
- 040744 kelemahan otot
(dipertahankan pada skala 4, di
tingkatkan ke skala 5).

2 Resiko infeksi Setelah diberikan tindakan Domain 4. V. 6550 ( keamanan,


(domain 11. keperawatan selama 3 x 24 jam manjemen resiko, perlindungan infeksi)
Keamanan / diharapkan dengan Kriteria Hasil: 01. Monitor adanya tanda dan gejala
perlindungan, kelas 1. Keparahan infeksi (0703) infeksi sistemik dan local
Infeksi ) - 070301 kemerahan 02. Monitor kerentanan terhdap infeksi
(dipertahankan pada skala 3, di 08. Pertahankan asepsis untuk pasien
21

tingktkan ke skala 4) berisiko


- 070303 cairan (luka) yang 10. Berikan perawatan kulit yang tepat
berbau busuk (dipertahankan untuk area yang mengalami edema
pada skala 4, di tingkatkan ke 11. periksa kulit dan selaput lendir
skala 5). untuk adanya kemerahan, kehangatan
- 070330 ketdakstabialn suhu ekstrim atau drainase
(dipertahankan pada skala 4, di 16. anjurkan istirahat
tingkatkan ke skala 5). 23. instruksikan pasien untuk
- 070333 nyeri (dipertahankan minumantibiotik yang diresepkan.
pada skala 3, di tingkatkan ke 26.Ajarakan pasien dan keluarga
skala 5). mengenai tanda dan gejala infeksi dan
- 070323 kolonisasi kultur area kapan harus melaporkannya kepada
luka (Dipertahankan pada skala 4, pemberi pelayanan kesehatan
Di tingkatkan ke skala 5). 17. ajarkan pasien dan keluarga
bagaimana cara menghndari infeksi

3 Kekurangan volume Setelah diberikan tindakan Domain 2. G. 2080 (Fisiologi


cairan berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam Kompleks, Manajemen Elektrolit Asam
dengan kehilangan diharapkan dengan Kriteria Hasil Dan Basa, Manajemen Elektroli /
cairan aktif (Domain a. Keseimbangan cairan (0601) Cairan).
2.Nutrisi, Kelas 5. - 060107 keseimbangan 03. pantau adanya tanda dan gejala over
Hidrasi 00027) intake dan output dalam 24 hidrasiyang memburuk atau dehidrasi
jam (misalnya poliuria / oliguria).
(dipertahankan pada skala 4, 04. dapatkan specimen laboratorium
di tingkatkan ke skala 5). untuk pemantauan perubahan cairan /
- 060116 turgo kulit eletrolit (misalnya, hematokrit, BUN,
(dipertahankan pada skala 4, protein, natrium dan kadar kalium)
di tingkatkan ke skala 5). 05. timbang berat badan harian dan
- 060115 kehausan pantau gejala.
(dipertahankan pada skala 4, 06. berikan cairan yang sesuai
di tingkatkan ke skala 5). 07. tingkan entake cairan per-oral
22

(misalnya, memberikan cairan oral


sesuai prepensi pasien, tempatkan
(cairan) ditempat yang muda dijangkau,
memberika sedotan, dan menyediakan
air segar), yang sesuai.
20. pantau adanya tanda dan gejala
retensi cairan
25. monitor respon pasienterhadap
terapi elektrolit yang diresepkan
27. berikan resep diet yang tepat untuk
cairan tertentu / pada
ketidakseimbangan elektrolit.
32. konsultasikan dengan dokter jika
tanda dan gejala ketidakaseimbangan
cairan / eletrolit menetap / memburuk.

4 Ketidak seimbangan Setelah diberikan tindakan Domain 1. D .1100 (Fisiologi : Dasar,


nutrisi : kurang dari keperawatan selama 3 x 24 jam Dukungan Nutrisi, Manajemen Nutrisi)
kebutuhan tubuh diharapkan dengan Kriteria Hasil 01. Tentukan status gizi pasien dan
berhubungan dengan a. Status nutrisi : Asupan nutrisi kemempuan (pasien) untuk
ketidakmampuan (1009) memenuhi kebutuhan gizi.
mengabsopsi nutrien. - 100901 asupan kalori 04. intruksikan pasien mengenai
(Domain 2 nutrisi, (dipertahankan pada skala 4, kebutuhan nutrisi (yaitu membahas
kelas 1 makan, ditingkatkan ke 5). pedoman diet dan piramida makanan)
(00002)). - 100902 asupan protein 06. tentukan jumlah kalori dan jenis
(Dipertahankan pada skala 3, nutrisi yang dibutuhkan untuk
ditingkatkan ke skala 4). memenuhui persyaratan gizi
- 100903 asupan lemak 08. aturan diet yang diperlukan (yaitu
(Dipertahankan pada skala 3, menyediakan makanan protein tinggi,
ditingkatkan ke skala 4). menyarankan mengguanakan bumbu
23

- 100904 asupan karbohidrat dan rempah sebagai alternatif untuk


(Dipertahankan pada skala 3, garam, menyediakan pengganti
ditingkatkan ke skala 4). gula,menambah / mengurangi kalori,
- 100910 asupan serat menambah / mengurangi vitamin,
(Dipertahankan pada skala 3, mineral, atau suplemen.
ditingkatkan ke skala 4). 14. pastikan makanan di sajikan dengan
- 100905 asupan vitamin cara yang menarik dan pada suhu yang
(Dipertahankan pada skala 3, paling cocok untuk dikomsumsi secara
ditingkatkan ke skala 4). optimal.
- 100906 asupan mineral 17. anjurkan pasien mengenai
(Dipertahankan pada skala 3, modifikasi deit yang diperlukan.
ditingkatkan ke skala 4). 21. monitor kalori dan asupan makanan
- 100907 asupan zat besi 22. monitor kecendrungan terjadinya
(Dipertahankan pada skala 3, penurunan dan kenaikan berat badan.
ditingkatkan ke skala 4).
- 100908 asupan kalsium
(Dipertahankan pada skala 3,
ditingkatkan ke skala 4).
- 100911 asupan natruim
(Dipertahankan pada skala 3,
ditingkatkan ke skala 4).

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
24

Dari asuhan keperawatan Diabetes Militus (DM) diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
diabetes meilitus ini sangat berbahaya dan menakutkan. Banyak sekali faktor yang
menyebabkan seseorang menderita penyakit Diabetes Militus. Seperti conohnya, faktor
genetis, pola hidup yang tidak sehat (jarang berolah raga), factor imun, lingkungan dan
lain”. Dan juga sudah dijalaskan mengenain perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus
terdiri dari diet, yang merupakan hal yang sangat berperan, latihan fisik yang tepat, obat-
obatan dan juga pendidikan kesehatan mengenai penyakit tersebut.
Diabetes militus bukanlah penyakit yang mudah ditangani, penyakit yang bisa menyerang
semua kalangan manusia ini memiliki efek yang mendukung timbulnya penyakit lain
yang menyertai

B. SARAN
Saran yang saya berikan sebagai pembuat makalah agar bagi para tenaga kesehatan
maupun mahasiswa keperawatan serta bagi para pembaca lebih membuka buku-buku
yang berkaitan dengan segala jenis penyakit agar mengetahaui berbagai jenis penyakit
salah satunya penyakit diabetes mellitus ini, dimana agar dapat membuka wawasan
pengetahuan si pembaca mengenai penyakit. Mengingat diabetes merupakan penyakit
yang menyebabkan kematian, sehingga bagi para tenaga kesehatan dapat menyampaikan
ke masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

A Price Sylvia & M Wilson Lorraine.2005.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit.E/6.Vol.2.Jakarta EGC.
25

Bunner & Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah.Ed 8.Vol 2.Jakarta EGC.

Nanda Internasional Inc.Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi.2015-2017.Ed


10.Jakarta EGC

Sue Moorhead, Mario Jonhson.Dkk.2016.Nursing Outcome Classification (Noc).5th


Edition.Cv.Mocomedia Elsevier Inc.

M. Bulechek Gloria, K. Butcher Howard.Dkk.2016.Nursing Interventions Classification


(Nic).6Th.Edition.Cv.Mocomedia Elsevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai