KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Diabetes Meilitus”
Tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan dari beberapa sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada beberapa sumber yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini dan tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah ini ibu ( Rosalina ).
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan dan cara pengeditan kerapiaan dalam tugas ini. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari dosen pembibing dan pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk banyak orang dan
dapat memberikam manfaat maupun inspirasi terhadap para pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
a. Definisi ...........................................................................................................................6
b. Klasifikasi ......................................................................................................................6
c. Etiologi ...........................................................................................................................7
d. Patofisiologi / Pathway ..................................................................................................8
e. Manifestasi Klinis ..........................................................................................................9
f. Komplikasi ...................................................................................................................10
g. Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................................11
h. Penatalaksanaan Medis ................................................................................................12
i. Asuhan Keperawatan Pada Juvenil Diabetes ...............................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diantara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya di masa mendatang adalah diabetes mellitus. Faktor herediter biasanya
memainkan peranan besar dalam menentukan pada siapa diabetes akan berkembang dan
pada siapa diabetes tidak berkembang, dimana faktor herediter seringkali menyebabkan
timbulnya diabetes melalui peningkatan kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran
oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta,
jadi juga mengarah kepada penghancuran sel-sel beta. Pada keadaan lain, kelihatannya
ada kecenderungan sederhana dari faktor herediter terhadap degenerasi sel beta. Pada
sebagian besar kasus, diabetes mellitus disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin
oleh sel-sel beta Langerhans. Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great
imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke),
ginjal (gagal ginjal), jantung, mata, kaki (gangren diabetik). Gejala DM dapat timbul
perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari adanya perubahan pada dirinya seperti
minum menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air kecil lebih sering (poliuri), makan
lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1996 di dunia
terdapat 120 juta penderita diabetes mellitus yang diperkirakan naik dua kali lipat pada
tahun 2025. Kenaikan ini disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan berat badan
(obesitas), dan gaya hidup. Kini DM menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar.
Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita DM pada tahun 2011 telah
mencapai 366 juta orang, dan diperkirakan akan menungkat menjadi 522 juta pada tahun
2030. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di asia
tenggara. International Diabetes Federation memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta
orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM.
Sebesar 80 % orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Sebagian besar penderita DM berusia antara 40-59 tahun (Trisnawati 2013).
4
Pada tahun 2013, proporsi penduduk indonesia yang berusia ³ 15 tahun dengan DM
adalah 6,9 %, prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI
yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2.5%), Sulawesi Utara (2,4%), Kalimantan Timur
(2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi
terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%),
dan Nusa Tenggara Timur (3,3%). (Kemenkes,2013).
Prevalensi DM di indonesia beranjak naik dari tahun ke tahun. Penderita yang
terkena bukan hanya berusia senja, namun banyak pula yang masih berusia produktif.
Pravelensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur, namun mulai umur 65 tahun cenderung menurun. Pravelensi DM
pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki – laki, di perkotaan cenderung
lebih tinggi dari pada di perdesaan, serta cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan
tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi (Kemenkes,2013)
Penyakit diabetes mellitus jarang tertangani dengan benar karena kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang penyakit tersebut. Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi yang
serius jika tidak tertangani dengan benar seperti penyempitan pembuluh darah kapiler,
koma diabetik, pembersihan luka yang tidak tepat dapat memperparah luka pada
penderita diabetes mellitus. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksa gula
darah ke rumah sakit atau ke puskesmas terutama bagi masyarakat ekonomi ke bawah
yang merasa malas dan kekurangan biaya.
Diabetes militus bukanlah penyakit yang mudah ditangani, penyakit yang bisa
menyerang semua kalangan manusia ini memiliki efek yang mendukung timbulnya
penyakit lain yang menyertai. Penyakit atau keadaan merugikan lain yang bisa terjadi
akibat diabetes militus ini antara lain adalah Gangrene.
Gangrene marupakan salah satu bentuk nekrosis atau matinya sel atau jaringan di suatu
tempat yang sehingga berdampak luka bahkan pembusukan luka yang dapat menyebar
dengan cepat. Pembusukan luka inilah yang dapat memperparah keadaan klien. Selain
fisiknya yang terganggu, psikologinya juga dapat terganggu, seperti kecemasan,
gangguan harga diri rendah, aktualisasi diri, dan sebagainya bahkan apabila tingkat
penyebaran dan luka yang semakin berbahaya, penderita harus merelakan anggota tubuh
yang terluka tersebut untuk diamputasi bahkan dapat teramputasi dengan sendirinya.
5
Selain itu Diabetes militus juga dapat mempengaruhi proses persepsi dan sensori si
penderita. Penyembuhan untuk Diabetes militus bukanlah hal yang mudah, selain uang
penderita juga harus mampu mengontrol nafsu makan juga aktivitasnya. Untuk itulah
penulis menulis makalah ini sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap penyakit
Diabetes militus beserta penyakit yang menyertai terutama Gangrene.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep medis dari juvenile diabetes.?
2. Bagaimana pengaplikasian asuhan keperawatan dari juvenile diabetes dengan
menggunakan NANDA, NOC, dan NIC.?
C. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum
Untuk mengetahui pembaca mengenai asuhan keperawatan anak dengan Juvenile
Diabetes
2. Tujuan Intruksional Khusus
Tujuan khusus yang ingin capai dari makalah ini adalah penulis dapat mengetahui:
a. Definisi
b. Klasifikasi
c. Etiologi
d. Patofisiologi
e. Manifestasi klinis
f. Komplikasi
g. Pemeriksaan penunjang
h. Penatalaksanaan medis
i. Asuhan keperawatan pada Juvenil Diabetes
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner & suddarth 2001).
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam
tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai
juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (Suyono, 2002).
C. ETIOLOGI
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
8
(human leucosite antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-
sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
sel beta. Virus yang diduga menyebabkan diabetes mellitus adalah rubela, mumps,
dan human coxsackievirus B4. Hasil penelitian menyebutkan bahwa virus dapat
menyebabkan diabetes mellitus melalui mekanisme infeksi sitolitik pada sel beta yang
mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Selain itu, melalui reaksi otoimunitas
yang menyebabkan hilangnya otoimun pada sel beta.
9
D. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya
tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal, yang sering
ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c. Polifagia (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah
cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan
lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
f. Ketoasidosis.
Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik yang
disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi
dengan baik.
10
D. KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi dua kategori mayor :
Komlikasi metabolik akut dan komplikasi-komplikasi vaskuler jangka panjang.
a. Komlikasi Metabolik Akut
1. Ketoasidosis diabetic (DAK), merupakan komlikasi diabetic akut yang paling
serius pada diabetes tipe 1dan ditandai dengan adanya hiperglikemia (>300 mg /
dl) asidosis metabolic akibat penimbunan asam keton, serta dieresis osmotic.
Ketosis terjadi akibat sangat meningkatnya pelepasan asam lemak bebasdari
adiposity, yang menyababkan bergesernya sintesis badan keton dalam hati. DAK
dapat di cetuskan dengan hal-hal menyebabkan meningkatkan deficit insulin.
2. Hipoglikemia (syok atau reaksi insulin), merupakan kadar glukosa darah yang
abnormal rendah. Terjadi kalau kadar glukosa darah turun dibawah 50 – 60 mg/dl
(2,7-3,3 mmol/L) keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat
oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang sedikit atau karena aktivitas fisik
yang berat.
3. HHNK (juga disebut koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik atau HONK
[hiperosmoler nonketotik]), merupakan suatu suatu komlikasi akut yang terjadi
pada diabetes tipe 2 di tandai dengan hiperglikemia berat (>600 mg/dl) yang
menyebakan hiperosmoraritas yang berat, dieresis osmotic, dan dehidrasi. HHNK
menyurupai DAK namun hiperglikemia, penurun volume, dan penurunan air
bebas yang lebih berat. Tidak terdapat ketosis.
b. Komplikasi-Komplikasi Vaskuler Jangka Panjang
1. Makrovaskuler, perubahan ateroskerosis dalam pembuluh darah besar sering
terjadi pada diabtes, perubahan arteroskelerosis ini serupa dengan yang terlihat
pada pasien-pasien nondiabetik, kecuali dalam hal bahwa perubahan tersebut
11
cendrung terjadi pada usia yang lebih muda dengan frekuensi yang lebih besar
pada pasien-pasien diabetes. Berbagai tipe penyakit makrovaskuler dapat terjadi.
2. Mikrovaskuler, merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler da
ateriola retina (retinopati diabetic), glomelurus ginjal (netropati diabetic) dan
saraf-saraf perifer (neuropti diabetic), otot-otot serta luka.
3. Neuropati, dalam diabetes menangacu kepada sekelompok penyakit yang
menyerang semua tipe saraf, termasuk saraf perifer (sensorimotor), otonom dan
spinal. Kelainan tersebut tampak beragam secara klinis dan bergantung pada
reaksi sel saraf yang terkena.
c. Komplikasi Oftalmologi Yang Lain
1. Katarak
2. Perubahan lensa
3. Hipoglikemia
4. Kelumpuhan otot ekstraokuler
5. Glaukoma
7. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (
asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8. Trombosit darah : HT mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi : merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
9. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi
ginjal)
10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
11. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahkan sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody. ( autoantibody)
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
F. PENATALAKSANAAN
1. Terapi gizi. merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes.
Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan disertai
pengurangan total lemak terutama lemak jenuh. Pengetahuan porsi makanan
sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. (usu.ac.id)
Kunci keberhasilan terapi gizi medis adalah keterlibatan tim dalam 4 hal :
a. Assesment atau pengkajian parameter metabolik individu dan gaya hidup
b. Mendorong pasien berparisipasi pada penentuan tujuan tujuan yang dicapai
c. Memilih intervensi gizi yang memadai d. Mengevaluasi efektifnya perencanaan
makan orang dengan diabetes. (Sukardji(2009), dalam Soegondo, hal 47).
TUJUAN DIET
13
Oleh karena itu harus dipilih jenis olah raga yang memperbaiki semua komponen
kesegaran jasmani yaitu yang memenuhi ketahanan, kekuatan, kelenturan tubuh,
keseimbangan, ketangkasan, tenaga dan kecepatan. Contoh jenis-jenis olah raga yang
di anjurkan utuk penderita DM, adalah : Jogging, Senam aerobic, Bersepeda,
Berenang, Jalan santai, Senam kesehatan jasmani (SKJ
3. Pengobatan Medis
Apabila terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olahraga) belum berhasil
mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah
berikutnya berupa terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral ,terapi
insulin atau kombinasi keduanya.(Saraswati, 2009) Tujuan utama dari pengobatan
diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal.
Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin
mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara
maupun jangka panjang semakin berkurang. (Saraswati, 2009)
a. Terapi obat hipoglikemik oral (OHO), Dibagi menjadi 4 golongan :
1. Golongan Obat yang bekerja memicu sekresi
a. Sulfonilurea, Efek utama golongan ini meningkatkan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas. Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penyakit
hati, ginjal dan tiroid. Termasuk golongan ini : Khlorpropamid,
Glibenklamid Gliklasid, Glikuidon, Glipisid , Glimepirid
b. Glinid, Merupakan obat generasi baru ,cara kerjanya sama dengan
sulfonilurea dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan
obat ini terdiri dari 2 macam obat, yaitu: Repaglinid, Nateglinid.
(Soegondo, 2009, hal 123)
2. Penambah sensitivitas terhadap insulin
a. Biguanid, Biguanid tidak merangsang sekresi insulin dan terutama bekerja
di hati dengan mengurangi hepatic glucose output dan menurunkan kadar
glukosa dalam darah sampai normal (euglikemia) serta tidak pernah
menyebabkan hipoglikemia. Contoh golongan ini adalah metformin.
b. Thiazolindion/glitazon Thiazolindion, berikatan pada peroxisome
proliferator activated receptor gamma (PPARγ) suatu reseptor inti di sel
15
otot dan sel lemak. Obat golongan ini memperbaiki sensitifitas terhadap
insulin dengan memperbaiki transpor glukosa kedalam sel. Contoh
golongan ini :pioglitazon(Actoz) dan Rosiglitazon (Avandia). (Soegondo,
2009, hal 124)
c. Penambah alfa glukosidase / acarbose Obat ini bekerja secara kompetitif
menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga
dengan demikian dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
glikemia postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar
insulin.(Soegondo, 2009, hal 126)
d. Golongan inkretin
1. Inkretin mimetic, Jenis : suntikan, belum masuk pasaran Indonesia,
Mekanisme : menurunkan glukosa darah dengan cara merangsang
sekresi insulin dan menghambat sekresi glucagon.
2. Penghambat DPP IV
Mekanisme : Obat golongan baru ini mempunyai cara kerja
menghambat suatu enzim yang mendegradasi hormon inkretin
endogen yang berasal dari usus, sehingga dapat meningkatkan sekresi
insulin yang dirangsang glukosa, mengurangi sekresi glukagon dan
memperlambat pengosongan lambung.
Dosis : tunggal tanpa perlu penyesuaian dosis .dapat diberikan
monoterapi tetapi juga dapat dikombinasi dengan metformin, glitazon
atau sulfonylurea. (Soegondo, 2009, hal 127)
Indikasi pemakaian Obat Hipoglikemi Oral : Diabetes sesudah umur
40 tahun, Diabetes kurang dari 5 tahun, Memerlukan insulin dengan
dosis kurang dari 40 unit sehari, DM tipe 2, berat normal atau lebih.
(Soegondo, 2009, hal 129)
b. Terapi Insulin
Adapun pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung pada :
a. Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya.
16
BAB III
PENDEKATAN ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN
MENGGUNAKAN NANDA, NOC, NIC
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa
medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien .?
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan penjelasan / kronologis dari permulaan klien merasakan keluhan
sampai dengan dibawa kerumah sakit dan mencari bantuan pengobatan.
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit diabetes mellitus, penyebab terjadinya
diabetes mellitus, apa yang dirasakan klien dan apa yang sudah dilakukan untuk
mengatasi sakitnya sampai klien bertemu perawat yang mengkaji.
c. Riwayat kesehatan terdahulu
adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
d. Riwayat keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien .?
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunana yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misalnya hipertensi dan jantung.
18
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
b. Head to Toe
a. Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b. Sistem integument
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi, kaji
pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu
kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
c. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis, kaji
juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi
infeksi.
d. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini
berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler
e. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
f. Sistem musculoskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa
otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
g. Sistem neurologis
19
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perpusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes melitus
(domain 4 aktivitas istirahat, kelas 4 respon kardiovaskuler / pulmonal 00204)
2. Resiko infeksi (domain 11. Keamanan / perlindungan, kelas 1. Infeksi )
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (Domain
2.Nutrisi, Kelas 5. Hidrasi 00027)
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh ketidak mampuan
mengabsopsi nutrien (domain 2.nutrisi, kelas 1 makan 00002).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
24
Dari asuhan keperawatan Diabetes Militus (DM) diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
diabetes meilitus ini sangat berbahaya dan menakutkan. Banyak sekali faktor yang
menyebabkan seseorang menderita penyakit Diabetes Militus. Seperti conohnya, faktor
genetis, pola hidup yang tidak sehat (jarang berolah raga), factor imun, lingkungan dan
lain”. Dan juga sudah dijalaskan mengenain perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus
terdiri dari diet, yang merupakan hal yang sangat berperan, latihan fisik yang tepat, obat-
obatan dan juga pendidikan kesehatan mengenai penyakit tersebut.
Diabetes militus bukanlah penyakit yang mudah ditangani, penyakit yang bisa menyerang
semua kalangan manusia ini memiliki efek yang mendukung timbulnya penyakit lain
yang menyertai
B. SARAN
Saran yang saya berikan sebagai pembuat makalah agar bagi para tenaga kesehatan
maupun mahasiswa keperawatan serta bagi para pembaca lebih membuka buku-buku
yang berkaitan dengan segala jenis penyakit agar mengetahaui berbagai jenis penyakit
salah satunya penyakit diabetes mellitus ini, dimana agar dapat membuka wawasan
pengetahuan si pembaca mengenai penyakit. Mengingat diabetes merupakan penyakit
yang menyebabkan kematian, sehingga bagi para tenaga kesehatan dapat menyampaikan
ke masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA