Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM STUDI S.

1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES TELOGOREJO SEMARANG

Penelitian, Mei 2018


Muhammad Yusuf Al Aziz
Pengaruh Foot Massage Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien Post Operasi di RS dr.
H. Soewondo Kendal
xi ??? + 58??? + 10 tabel + 2 skema + 13 lampiran

ABSTRAK
Di Indonesia, tindakan pembedahan menempati urutan ke-10 dari 50 pertama pola
penyakit di rumah sakit se-indonesia dengan persentase mencapai 15,7% . Pasien
pasca operasi pembedahan mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri yang
dirasakan individu menjadi salah satu stimulan gangguan kualitas tidur. Upaya untuk
menangani gangguan kualitas tidur dapat dilakukan dengan memberikan terapi Foot
Massage. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Foot Massage
terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi di RS dr. H. Soewondo Kendal.
Rancangan penelitian ini menggunakan quasi eksperimen design dengan bentuk pre-
post test with control design. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30
responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
sesuai kriteria inklusi. Uji statistik yang digunakan adalah uji Independen t test. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terapi Foot Massage terbukti berpengaruh terhadap
kualitas tidur pasien post operasi dengan p value 0,000. Rekomendasi hasil penelitan
ini adalah agar terapi Foot Massage ini dapat diaplikasikan pada proses keperawatan
pada pasien post operasi untuk meningkatkan kualitas tidur.

Kata Kunci : pasien post operasi, kualitas tidur, terapi Foot Massage
Daftar Pustaka : 43??// (2008-2014)????
PENGARUH TERAPI FOOT MASSAGE TERHADAP KUALITAS TIDUR PASIEN
POST OPERASI DI RS. DR. H. SOEWONDO KENDAL
Muhammadyusufalaziz *), Medina Sianturi**), S. Eko Ch. Purnomo***)
*) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang

**)
***)

ABSTRAK
Di Indonesia, tindakan pembedahan menempati urutan ke-10 dari 50 pertama pola
penyakit di rumah sakit se-indonesia dengan persentase mencapai 15,7% . Pasien
pasca operasi pembedahan mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri yang
dirasakan individu menjadi salah satu stimulan gangguan kualitas tidur. Upaya untuk
menangani gangguan kualitas tidur dapat dilakukan dengan memberikan terapi Foot
Massage. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Foot Massage
terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi di RS dr. H. Soewondo Kendal.
Rancangan penelitian ini menggunakan quasi eksperimen design dengan bentuk pre-
post test with control design. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30
responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
sesuai kriteria inklusi. Uji statistik yang digunakan adalah uji Independen t test. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terapi Foot Massage terbukti berpengaruh terhadap
kualitas tidur pasien post operasi dengan p value 0,000. Rekomendasi hasil penelitan
ini adalah agar terapi Foot Massage ini dapat diaplikasikan pada proses keperawatan
pada pasien post operasi untuk meningkatkan kualitas tidur.

Kata Kunci : pasien post operasi, kualitas tidur, terapi Foot Massage
PENDAHULUAN sedang ( IQ 33-55) anak dengan
retardasi mental sedang mampu
Menurut World Health organization belajar merawat diri berhias dan
(WHO) tahun 2009, diperkirakan kejujuran, retardasi mental berat (25-
setiap tahun terdapat 230 juta 40) sangat tergantung dan perlu
penduduk yang menjalani pengawasan yang lebih, retardasi
pembedahan yang dilakukan diseluruh mental sangat berat tidak mampu
dunia. Berdasarkan laporan dari data merawat diri dan berhias (Mutaqqin,
Depkes RI (2009) menunjukkan 2008, hlm.426).
sebanyak 180.000 pasien di provinsi
Jawa Tengah telah menjalani tindakan
operasi, Sedangkan di kota semarang Anak retardasi mental Masalah dalam
ada sekitar 20.000 pasien yang anak retardasi mental dalam hal
menjalani prosedur pembedahan. interaksi sosial adalah menghindari
tindakan pembedahan menempati kontak mata saat berbicara dengan
urutan ke-10 dari 50 pertama pola teman sebayanya.Perkembangan
penyakit di rumah sakit se-indonesia perilaku keterampilan sosial meupun
dengan persentase mencapai 15,7% interaksi pada anak retardasi mental
.(Kementrian kesehatan, 2011). mengalami keterbatasan terkait
dengan bidang keterampilan seperti
beradaptasi keterampilan didalam
Retardasi mental adalah gangguan- sosial dan interaksi dengan sekitar
ganguan pada perkembangan berupa (Kusumawati, Hartono, 2010, hlm.82).
kektidaknormalan perkembangan Anak retardasi mental juga sulitnya
dalam fungsi intelektual dan gangguan dalam bidang intelektual (Bernstein,
dalam interaksi maupun sosialisasi Shelov, 2016, hlm.239). Anak dengan
terhadap lingkungan sekitar (Hidayat, retardasi mental mengalami
2008, hlm.44). Retardasi mental juga keterlambatan komunikasi,
dapat diartikan kurangnya kepandaian keterampilan sosialisasi, beberapa
atau kognitif maupun gangguan anak retardasi mental mereka
berbahasa setiap individu anak dengan cenderung utnuk mengabaikan orang
dibandingkan dengan anak seusianya. lain yang mencoba untuk berinteraksi
Anak retardasi mental juga kesulitan dengan mereka dan kurangnya
untuk memecahkan setiap masalah dan komunikasi timbal balik. Harga diri
menyelesaikan suatu permasalahan yang rendah dan keterampilan sosial
(Madyawati,2017,hlm. 105). Retardasi yang buruk seringkali terlihat saat
mental juga bisa dikatakan merupakan penyesuaian sekitarnya (Videbeck,
kurangnya daya fikir anak (Fadhli, 2008, hlm.560).
2010, hlm.19).
Terapi yang digunakan untuk
Anak retardasi mental memiliki memperbaiki masalah sosial anak
karakteristik secara kognitif retardasi retardasi mental salah satunya adalah
mental ringan (IQ 50 sampai 70) anak terapi Picture Exchange
dapat belajar keterampilan lebih Communication dan menggambar.
teoritis, dapat hidup mandiri seperti Teknik yang menggunakan simbol-
mandi sendiri, melakukan hal-hal simbol visual/ gambar untuk melatih
sendiri termasuk memakai baju dan berinteraksi pada anak retardasi
kebersihan diri, retardasi mental mental (Bondy, Frost, Lori, 2008,
dalam Raga, Widiani, Rahayu). variable dan diharapkan dengan
Simbol visual dalam bentuk gambar perlakuan tersebut akan terjadi
ataupun media elektronik dapat perubahan atau pengaruh dengan
membuat anak lebih mudah variable lain.
memahami dan melatih aktivitas
berinteraksi serta bagaimana cara
melakukan sesuatu yang ia inginkan Populasi dalam penelitian ini adalah
(Hidayat, 2007, hlm.29) siswa retardasi mental berjumah 41
anak. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini secara total sampling
Terapi teknik picture exchange dimana keseluruhan jumlah populasi
communication dan menggambar dijadikan sampel yaitu berjumlah 41
dapat membantu anak retardasi mental anak yang sesuai kriteria inklusi. Alat
dalam mengatasi masalah sosialnya. pengumpulan data dalam penelitian ini
Menurut penelitian yang dilakukan berupa lembar observasi terapi teknik
oleh (Raga tahun 2017), hasil picture exchange communication dan
penelitian menunjukkan terdapat hasil menggambar dan lembar observasi
{p= 0,001; α= 0,05}. Kesimpulan dari interaksi sosial. Berdasarkan uji
hasil penelitian bahwa Terapi teknik normalitas data didapatkan hasil
picture exchange communication dan bahwa data berdistribusi normal
menggambar berpengaruh terhadap sehingga digunakan uji statistik
interaksi anak retardasi mental. dependent t test.
Data yang didapatkan di SLB Widya
Bhakti Semarang tahun 2018, jumlah
anak yang mengalami retardasi mental
ringan sebanyak 41 anak. Pada waktu HASIL PENELITIAN
pembelajaran disekolah, hanya di
ajarkan cara membaca dan menulis, 1. Gambaran karakteristik reponden
dan bermain seperti halnya di sekolah (jenis kelamin, usia dan kelas atau
normal lainnya. Sehingga belum ada tingkat pendidikan)
pembelajaran khusus untuk menangani 2. Gambaran interaksi sosial (sebelum
gangguan interaksi sosial anak diberikan terapi teknik picture
retardasi mental pada SLB tersebut. exchange communication dan
menggambar, sesudah diberikan
METODE PENELITIAN terapi sosiodrama) disajikan dalam
Jenis penelitian ini menggunakan distribusi statistik
desain penelitian quasi eksperimen, 3. Gambaran interaksi sosial sebelum
dengan menggunakan rancangan dan sesudah diberikan teknik
penelitian one group pre-post test. picture exchange communication
Penelitian one group pre-post test dan menggambar disajikan dalam
yaitu kegiatan yang dilakukan sebelum uji statistik
diberikan perlakuan terhadap suatu
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Bedasarkan Jenis kelamin pada bulan April tahun
2018 di SLB Widya Bhakti Semarang
(n=41)
Jenis Kelamin Jumlah Percent

Laki-Laki 18 44%

Perempuan 23 56%

Total 41 100%

Berdasarkan tabel 1 diatas jumlah responden perempuan lebih banyak yaitu 23


responden (56%)

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Bedasarkan Umur pada bulan April tahun 2018
SLB Widya Bhakti Semarang
(n=41)
Usia (Tahun) Jumlah Percent
Usia 15 12 31%

Usia 16 17 38%

Usia 17 12 31%

Total 41 100%

Bedasarkan tabel 4.2 jumlah responden dengan usia terbanyak yaitu 16 tahun
berjumlah 17 (38%)

Tabel 3
Tingkat interaksi sebelum diberikan Teknik Picture Exchange Communication dan
menggambar yang telah terjadwal

N
Model Minimum Maximum Mean Std Deviation
Statistik
Pre 41 4,00 7,00 6,2927 0,78243
Bedasarkan tabel 4.4 tingkat skor rata-rata sebelum dilakukan tindakan Teknik
Picture Exchange Communication dan menggambar didapatkan nilai minimum
4,00 dan maximum 7,00 yang artinya nilai tersebut menunjukan bahwa interaksi
anak retardasi mental mengalami penurunan.

Tabel 4
Tingkat interaksi setelah diberikan Teknik Picture Exchange Communication dan
menggambar yang telah terjadwal

N
Model Minimum Maximum Mean Std Deviation
Statistik

Post 41 7,00 9,00 8,1220 0,78087


Pengukuran skor setelah dilakukan tindakan yang terjadwal didapatkan hasil
nilai minimun 7,00 dan maximum 9,00 yang artinya terdapat peningkatan
interaksi anak retardasi mental setelah diberikan Teknik Picture Exchange
Communication dan menggambar.
Tabel 5
Uji statistik interaksi sosial responden sebelum dan sesudah diberikan terapi
sosiodrama di SLB Widya Bhakti Semarang tahun 2018 (n=41)

Hasil uji statistik


Hasil Kesimpulan

Korelasi Pre- 0,104


Korelasi Positif
Post

Sig. (2-tailed) 0,000


Berpengaruh signifikan
(>0,05)

Mean -1,82927

Std Deviation 1,04648

6,727 > t Tabel 1,666 Rata-rata sebelum dan sesudah


t Hitung
berbeda

Bedasarkan tabel 4.6 Hasil yang didapatkan pengujian Paired t test dengan hasil
signifikan (2-tailed) 0,000 atau lebih rendah dari taraf signifikan 0,05 (Sig Hasil 0 <
0,05 taraf sig) yang artinya ada pengaruh Teknik Picture Exchange Communication
dan menggambar terhadap interaksi anak. Nilai korelasi didapatkan nilai 0,104 yang
artinya Teknik Picture Exchange Communication dan menggambar mempunyai
pengaruh positif. Hasil yang didapatkan pada uji t mendapatkan nilai 6,727 > t Tabel
1,666 artinya ada perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukan Teknik Picture
Exchange Communication dan menggambar pada anak retardasi mental dalam
interaksi sosial.

PEMBAHASAN disimpulkan lebih banyak


responden perempuan yang
a. Karakteristik Responden mengalami gangguan pada
1) Jenis kelamin interaksi sosial.Penyesuaian diri
Bedasarkan hasil penelitian ini dalam lingkungan pada
responden perempuan lebih umumnya perempuan ternyata
banyak yaitu 56% bidandingkan lebih mudah dipengaruhi oleh
dengan responden laki-laki sugesti dan lebih banyak
sebanyak 44%.. Maka dapat menghindar dalam interaksi
sosial dibanding laki-laki mengalami keterbatasan terkait
(Gerda, Gianto, Palupi,2002 beradaptasi keterampilan dalam
hlm.195). Menurut Davis sosial dan interaksi dengan
(2014) ¶7 bahwa laki laki lebih sekitar (Kusumawati, Hartono,
sukar untuk berinteraksi 2010, hlm.82). Sehingga untuk
dibanding perempuan menangani hal tersebut perlu
Bedasarkan hasil penelitian dilakukan terapi yang dapat
oleh Pristi SDLB Bantul pada melatih interaksi sosial pada
tahun 2015 frekuensi anak anak dengan retardasi mental.
dengan retardasi mental yang Hasil penelitian sebelum
berjenis kelamin laki-laki diberikan terapi menunjukan
sebanyak 15(45,5%), sedangkan dari 41 responden rata- rata
perempuan sebanyak (mean) sebesar 6,2927
18%(54,5%), dengan demikian didukung dengan hasil nilai 4
anak dengan retardasi mental sebanyak 1 anak, nilai 5
yang berjenis kelamin sebanyak 5 anak, nilai 6
perempuan lebih tinggi sebanyak 16 anak, dan nilai 7
populasinya dengan anak sebanyak 19 anak . Hasil ini
retardasi mental berjenis menunjukan bahwa semua anak
kelamin laki-laki (Pristi, 2015, dengan retardasi mental di SLB
hlm.16) Widya Bhakti Semarang
mengalami penurunan interaksi
2) Usia sosial.
2) Interaksi Sosial Setelah
Bedasarkan hasil penelitian Diberikan Terapi Picture
menunjukan bahwa usia yang Exchance Communication dan
menempati urutan terbanyak menggambar.
adalah umur 16 tahun dengan
jumlah 17 responden. Usia 15 Hasil penelitian sesudah
tahun 12 responden dan 17 tahun diberikan terapi menunjukan
12 responden. Sejak usia dini dari 41 responden terdapat anak
mereka beraksi dalam lingkungan retardasi mental dengan interaksi
dan apa yang ia lihat serta sosial kurang terdapat 10 anak,
mengembangkankemampuan dengan kategori baik terdapat 31
interaksinya (Mueller, 2008, anak. Hal ini menunjukan
hlm.15). Usia yang muda lebih adanya peningkatan pada
nyaman berinteraksi dengan interaksi sosial pada anak
seusianya dan lebih cenderung retardasi mental yang semula
diam dengan lawan interaksi yang rata-rata memiliki interaksi yang
lebih tua (Davis, 2014, ¶7). kurang menjadi cukup dan baik
setelah dilakukan terapi
Teknik Picture Exchange
b. Analisis Univariat Communication dan
menggambar.
1) Interaksi Sosial Sebelum
Diberikan Terapi Picture
c. Analisis Bivariat
Exchance Communication dan
3) Interaksi sosial sebelum dan
menggambar.
sesudah diberikan Terapi Picture
Exchange Communication dan
Anak dengan retardasi mental
menggambar
perkembangan dalam perilaku
Hasil penelitian yang signifikan terhadap interaksi
dilakukan oleh peneliti didapat anak.
dengan pengujian Paired t Test Teknik Picture Exchange
pada nilai korelasi Communication adalah teknik
mendapatkan nilai 0,104 atau dengan menggunakan simbol-
nilainya positif, dengan hasil simbol visual/ gambar untuk
signifikan (2-tailed) 0,000 atau melatih berinteraksi pada anak
lebih rendah dari taraf retardasi mental (Bondy, Frost,
signifikan 0,05 (Sig Hasil 0 < Lori, 2008, dalam Raga,
0,05 taraf sig). Hasil yang Widiani, Rahayu). Simbol
didapatkan pada uji t visual dalam bentuk gambar
mendapatkan nilai 6,727 > t ataupun media elektronik dapat
Tabel 1,666 artinya hipotesis membuat anak lebih mudah
Ha diterima dan menyatakan memahami dan melatih
terdapat perbedaan nilai antara aktivitas berinteraksi serta
sebelum (pre) dan Sesudah bagaimana cara melakukan
perlakuan (post). Artinya sesuatu yang ia inginkan
Teknik Picture Exchange (Hidayat, 2007, hlm.29).
Communication dan Menurut Smith 2014 dalam
menggambar berpengaruh Tamimah dan Budiyanto 2017
pada tingkat interaksi sosial Tujuannya sendiri untuk
pada anak retardasi mental. meningkatkan kemampuan
anak untuk menyampaikan apa
Anak dengan Retardasi mental yang diinginkan serta
mengalami gangguan tidak berkomunikasi dengan apa
mampu menempatkan diri, dan yang mereka rasakan kepada
gangguan perkembangan orang lain.
dalam sosial sekitar terhadap
setiap tuntutan masyarakat
(Eveline, Djamaludin, 2010,
hlm.25). Gangguan anak
retardasi mental juga SIMPULAN DAN SARAN
mengalami keterbatasan untuk
menyesuaikan diri dengan A. Simpulan
lingkungan maupun 1. Bedasarkan responden sebagian
berinteraksi dengan sekitarnya besar responden berusia 16 tahun
(Maulani, Enterprise, 2007, sebanyak 17 responden dan
hlm.60). Hasil observasi berjenis kelamin perempuan
tempat penelitian di SLB sebanyak 23 (56%).
Widya Bhakti Semarang
didapatkan bahwa anak dengan
retardasi mental yg mengalami 2. Nilai interaksi sebelum
penurunan interaksi sosial dilakukan terapi Teknik Picture
diberikan intervensi sederhana Exchange Communication dan
yaitu saling bertukar mainan menggambar dengan responden
sederhana dan berkomunikasi. 41 anak (100%) adalah lemahnya
Menurut hasil penelitian yang interaksi sosial antar teman. Nilai
dilakukan oleh Raga, Widiani, rata-rata sebelum dilakukan terapi
Rahayu bahwa Teknik Picture adalah 6,2927.
Exchange Communication dan
menggambar berpengaruh
3. Nilai interaksi setelah dilakukan selanjutnya juga perlu mengkaji
terapi Teknik Picture Exchange lebih spesifik tentang faktor yang
Communication dan menggambar mempengaruhi interaksi sosial
dengan responden 41 anak anak serta dalam kegiatan
(100%) adalah terdapatnya intervensi diberikan anak dengan
peningkatan skor sebelum dan retardasi mental perlu
sesudah dilakukan terapi . Nilai ditambahkanya permainan
rata-rata setelah dilakukan terapi sederhana (dengan sample yang
adalah 8,1220. sama)

4. Ada pengaruh teknik Picture DAFTAR PUSTAKA


Exchange Communication dan
menggambar terhadap interaksi
sosial anak retardasi mental Bondy, Andy, Frost, Lori, 20018. A
signifikan 0,05 (Sig Hasil 0 < pictures: PECS and other visual
0,05 taraf sig). communication srategies in
autism. United states of america:
B. Saran Woodbine house
https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/
1. Bagi Anak Retardasi Mental fikes/article/view/716 ¶12. Diakses
pada tanggal 5 November 2017
Hasil penelitian ini diharapkan
bagi anak retardasi mental dapat Cahyaningsih. (2011). Pertumbuhan
mempertahankan terapi Teknik perkembangan anak dan
Picture Exchange Communication remaja, Jakarta:TIM
dan menggambar untuk Eveline, Djamaludin, (2010). Panduan
meningkatkan interaksi antar pintar merawat bayi &
teman. balita. Jakarta:Wahyu
2. Bagi Institusi Pendidikan Medika
Fadhli. (2010). Buku pintar kesehatan
Hasil penelitian ini disarankan anak, Yogyakarta:Penerbit
dapat memberikan tambahan pustaka anggrek
informasi dan pengetahuan dalam
inetraksi anak serta dapat Febry, Mahendra, (2007). 101 menu
digunakan untuk bahan rujukan MPASI sehat, Jakarta:Panda
dalm pemberian mata kuliah Medika
khususnya tentang interaksi pada Hidayat, (2007). Siapa bilang anak
anak dan dapat bekerja sama sehat pasti cerdas, Jakarta:
dengan pihak yang berkompeten PT Gramedia
dari bidang pendidikan Kementrian kesehatan. (2014). Situasi
penyandang
disabilitas.www.depkes
3. Bagi Peneliti Selanjutnya .go.iddiakses pada tanggal 5
November 2017
Hasil penelitian ini disarankan
Maulani, enterprise, (2007). Kiat
dapat dijadikan sebagai bahan
merawat gigi anak panduan
acuan dan masukan untuk peneliti
orang tua dalam merawat
selanjutnya dengan menggunakan
dan menjaga kesehatan gigi
variabel yang berbeda. Peneliti
bagi anak-anaknya,
Jakarta:Elex media taman kanak-kanak, ¶5,
Komputindo file:///C:/Users/arlambang/Do
Ngastiyah. (2005). Perawatan anak wnloads/20122- 24158-
sakit. Jakarta:EGC 1-PB.pdf diakses pada
Rivanica, Oxyandi. (2016). Buku ajar tanggal 3 januari 2018
deteksi dini tumbuh kembang Hidayat A.A.L, (2008), Pengantar
dan pemeriksaan bayi baru ilmu keperawatan anak 1,
lahir, Jakarta:Salemba jakarta:Salemba Medika
Medika Rivania.R, Oxyandi.M, (2016), Buku
Sumanto, (2015). Makna simbolis ajar deteksi dini tumbuh
gambar anak-anak, kembang dan
Malang:Gunung Samudra pemeriksaan bayi baru
Lie. (2008). Memudahkan anak lahir. Jakarta:Salemba
belajar, Jakarta:Kompas Medika
Media Nusantara Sukinah, (2011), Metode PECS
Adriana D. (2011). Tumbuh kembang (picture exchange
&Terapi bermain pada anak, communication) untuk
Jakarta: Salemba meningkatkan
Medika kecakapan komunikasi anak
Madyawati L, (2017), Strategi autisme.staff.uny.ac.id/
pengembangan Berbahasa sites/default/files/scan0032.p
pada anak Jakarta: PT: df. Diakese pada
Kharisma putra utama tanggal 25 Januari 2017
Mutaqqin A. (2008), Buku ajar Nasir, Abdul, Muhith Abdul, Ideputi
asuhan keperawatan pada M.E. (2011). Buku ajar
klien gangguan sistem metodologi penelitian
persyarafan kesehatan: Konsep
Jakarta:Salemba Medika pembuatan karya tulis ilmiah
Kosasih, E, (2012). Cara bijak dan thesis untuk
memahami anak mahasiswa kesehatan.
berkebutuhan khusus, Yogjakarta: Muha Medika
Bandung:Yrama Widya Hidayat, A. (2014). Metodologi
penelitian kebidanan dan
Soetjiningsih, Ranuh. G, (2013). teknik analisis data contoh
Tumbuh kembang anak, aplikasi studi kasus edisi 2.
Jakarta:EGC Jakarta: Salemba Medika
Bernstein, Shelov (2016). Ilmu Siyoto. S, Sodik M.A, (2015). Dasar
kesehatan anak, Jakarta:EGC metodologi penelitian,
Videbeck, (2008). Buku ajar Yogjakarta: Literasi Media
keperawatan jiwa, Publishing
Jakarta:EGC Wasis, (2008). Pedoman Riset Praktis
Mansyur, Herawatu, (2008). Psikologi untuk profesi perawat,
dan anak kebidanan. Jakarta: Jakarta: EGC
Salemba Medika Riyanto, (2011). Pengolahan dan
Tamimah, Budiyanto, (2017), analisis data kesehatan,
Implementasi Picture Yogyakarta: Nuha Medika
exchange Communication Dharma, KK. (2011). Metodologi
System (PECS) pada penelitian keperawatan
anak autis yang mengalami (panduan melaksanakan
hambatan komunikasi di
dan menerapkan hasil Lie, Aed. D. (2008), Memudahkan
penelitian. Jakarta: TIM anak belajar.
Notoadmodjo, S.(2012). Metodologi Jakarta:Kompas
penelitian kesehatan. Jakarta: Hidayat, AA.(2009). Pengantar
Rineka Cipta kebutuhan dasar manusia.
Setiawan & Saryono, (2011). Jakarta: Salemba medika
Metodologi penelitian Adriana, Dian (2011). Tumbuh
kebidanan DIII, DV, S1 dan kembang dan terapi bermain
S2. Yogyakarta: Nuha pada anak. Jakarta: Salemba
Medika Medika
Muhammad Jamilla K.A (2007). Nasir, Abdul & Muhith abdul, (2011).
Special education for special, Dasar- dasar keperawatan
Jakarta:Mizan Publika jiwa, Jakarta: Salemba
Gandasetiawan R.Z, (2009). Medika
Mengoptimalkan IQ dan EQ Saraswati. M, Widaningsih. I, (2008),
anak melalui metode Be smart ilmu pengetahuan
sensomotorik. sosial(Geografi, sejarah,
Jakarta:Penerbit Libri sosiologi, ekonomi)
Fadhli. A, (2011). Buku pintar Bandung: Grafindo Media
kesehatan anak. Yogjakarta: Pratama
Penerbit pustaka anggrek Kemis, Rosnawati.A, (2013).
Nurdiansyah, (2011).Buku pintar ibu Pendidikan anak
dan bayi. Jakarta: Bukune berkebutuhan khusus
Raga, Widiani, Rahayu, (2017). tunagrahita Bandung: PT.
Pengaruh PECS (picture Luxima Metro Media
exchange communication Fanada, (2017), ¶ 4. Mengenali cara
system) terhadap berinteraksi anak
perkembangan interaksi berkebutuhan khusus.
sosial anak autis https://www.rappler.co
http://ejournal.upi.edu/index. m/indonesia/ayo-
php/pedagogia/article/view/6 indonesia/178329-tip-
558 Diakses pada tanggal berinteraksi- anak-
27 Desember 2017 berkebutuhan-khusus diakses
pada tanggal 22 februari
Marcdante, Kliegman, Jenson, 2018
Behrman, (2014), Ilmu Gerda, Gianto, Palupi, (2002).
kesehatan anak esensial Perawat sebagai pendidik.
Singapura: Hong Ping Jakarta: EGC
Chee
Kusumawati. F, Hartono. Y. (2010), Mueller, (2008). Panduan belajar
Buku ajar keperawatan jiwa, membaca. Jakarta: EGC
Jakarta: Salemba Sutrisno, Aliet, Noerhayati. (2014).
medika Yogyakarta: Deepublish
Apriyanto. V, (2013). Cepat dan
mudah belajar menggambar Davis, (2014), Interaksi Sosial (
dengan pensil, Pengertian, Syarat, Ciri,
Jakarta:Kawah Media Faktor, Bentuk, Jenis ).
Sumanto, (2015), Makna Simbolis http://www.davishare.com/20
gambar anak-anak, 15/01/interaksi-sosial-
Malang:Gunung Samudera pengertian-syarat-ciri.html.

Anda mungkin juga menyukai