1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES TELOGOREJO SEMARANG
ABSTRAK
Di Indonesia, tindakan pembedahan menempati urutan ke-10 dari 50 pertama pola
penyakit di rumah sakit se-indonesia dengan persentase mencapai 15,7% . Pasien
pasca operasi pembedahan mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri yang
dirasakan individu menjadi salah satu stimulan gangguan kualitas tidur. Upaya untuk
menangani gangguan kualitas tidur dapat dilakukan dengan memberikan terapi Foot
Massage. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Foot Massage
terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi di RS dr. H. Soewondo Kendal.
Rancangan penelitian ini menggunakan quasi eksperimen design dengan bentuk pre-
post test with control design. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30
responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
sesuai kriteria inklusi. Uji statistik yang digunakan adalah uji Independen t test. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terapi Foot Massage terbukti berpengaruh terhadap
kualitas tidur pasien post operasi dengan p value 0,000. Rekomendasi hasil penelitan
ini adalah agar terapi Foot Massage ini dapat diaplikasikan pada proses keperawatan
pada pasien post operasi untuk meningkatkan kualitas tidur.
Kata Kunci : pasien post operasi, kualitas tidur, terapi Foot Massage
Daftar Pustaka : 43??// (2008-2014)????
PENGARUH TERAPI FOOT MASSAGE TERHADAP KUALITAS TIDUR PASIEN
POST OPERASI DI RS. DR. H. SOEWONDO KENDAL
Muhammadyusufalaziz *), Medina Sianturi**), S. Eko Ch. Purnomo***)
*) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
***)
ABSTRAK
Di Indonesia, tindakan pembedahan menempati urutan ke-10 dari 50 pertama pola
penyakit di rumah sakit se-indonesia dengan persentase mencapai 15,7% . Pasien
pasca operasi pembedahan mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri yang
dirasakan individu menjadi salah satu stimulan gangguan kualitas tidur. Upaya untuk
menangani gangguan kualitas tidur dapat dilakukan dengan memberikan terapi Foot
Massage. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Foot Massage
terhadap kualitas tidur pada pasien post operasi di RS dr. H. Soewondo Kendal.
Rancangan penelitian ini menggunakan quasi eksperimen design dengan bentuk pre-
post test with control design. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30
responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
sesuai kriteria inklusi. Uji statistik yang digunakan adalah uji Independen t test. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terapi Foot Massage terbukti berpengaruh terhadap
kualitas tidur pasien post operasi dengan p value 0,000. Rekomendasi hasil penelitan
ini adalah agar terapi Foot Massage ini dapat diaplikasikan pada proses keperawatan
pada pasien post operasi untuk meningkatkan kualitas tidur.
Kata Kunci : pasien post operasi, kualitas tidur, terapi Foot Massage
PENDAHULUAN sedang ( IQ 33-55) anak dengan
retardasi mental sedang mampu
Menurut World Health organization belajar merawat diri berhias dan
(WHO) tahun 2009, diperkirakan kejujuran, retardasi mental berat (25-
setiap tahun terdapat 230 juta 40) sangat tergantung dan perlu
penduduk yang menjalani pengawasan yang lebih, retardasi
pembedahan yang dilakukan diseluruh mental sangat berat tidak mampu
dunia. Berdasarkan laporan dari data merawat diri dan berhias (Mutaqqin,
Depkes RI (2009) menunjukkan 2008, hlm.426).
sebanyak 180.000 pasien di provinsi
Jawa Tengah telah menjalani tindakan
operasi, Sedangkan di kota semarang Anak retardasi mental Masalah dalam
ada sekitar 20.000 pasien yang anak retardasi mental dalam hal
menjalani prosedur pembedahan. interaksi sosial adalah menghindari
tindakan pembedahan menempati kontak mata saat berbicara dengan
urutan ke-10 dari 50 pertama pola teman sebayanya.Perkembangan
penyakit di rumah sakit se-indonesia perilaku keterampilan sosial meupun
dengan persentase mencapai 15,7% interaksi pada anak retardasi mental
.(Kementrian kesehatan, 2011). mengalami keterbatasan terkait
dengan bidang keterampilan seperti
beradaptasi keterampilan didalam
Retardasi mental adalah gangguan- sosial dan interaksi dengan sekitar
ganguan pada perkembangan berupa (Kusumawati, Hartono, 2010, hlm.82).
kektidaknormalan perkembangan Anak retardasi mental juga sulitnya
dalam fungsi intelektual dan gangguan dalam bidang intelektual (Bernstein,
dalam interaksi maupun sosialisasi Shelov, 2016, hlm.239). Anak dengan
terhadap lingkungan sekitar (Hidayat, retardasi mental mengalami
2008, hlm.44). Retardasi mental juga keterlambatan komunikasi,
dapat diartikan kurangnya kepandaian keterampilan sosialisasi, beberapa
atau kognitif maupun gangguan anak retardasi mental mereka
berbahasa setiap individu anak dengan cenderung utnuk mengabaikan orang
dibandingkan dengan anak seusianya. lain yang mencoba untuk berinteraksi
Anak retardasi mental juga kesulitan dengan mereka dan kurangnya
untuk memecahkan setiap masalah dan komunikasi timbal balik. Harga diri
menyelesaikan suatu permasalahan yang rendah dan keterampilan sosial
(Madyawati,2017,hlm. 105). Retardasi yang buruk seringkali terlihat saat
mental juga bisa dikatakan merupakan penyesuaian sekitarnya (Videbeck,
kurangnya daya fikir anak (Fadhli, 2008, hlm.560).
2010, hlm.19).
Terapi yang digunakan untuk
Anak retardasi mental memiliki memperbaiki masalah sosial anak
karakteristik secara kognitif retardasi retardasi mental salah satunya adalah
mental ringan (IQ 50 sampai 70) anak terapi Picture Exchange
dapat belajar keterampilan lebih Communication dan menggambar.
teoritis, dapat hidup mandiri seperti Teknik yang menggunakan simbol-
mandi sendiri, melakukan hal-hal simbol visual/ gambar untuk melatih
sendiri termasuk memakai baju dan berinteraksi pada anak retardasi
kebersihan diri, retardasi mental mental (Bondy, Frost, Lori, 2008,
dalam Raga, Widiani, Rahayu). variable dan diharapkan dengan
Simbol visual dalam bentuk gambar perlakuan tersebut akan terjadi
ataupun media elektronik dapat perubahan atau pengaruh dengan
membuat anak lebih mudah variable lain.
memahami dan melatih aktivitas
berinteraksi serta bagaimana cara
melakukan sesuatu yang ia inginkan Populasi dalam penelitian ini adalah
(Hidayat, 2007, hlm.29) siswa retardasi mental berjumah 41
anak. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini secara total sampling
Terapi teknik picture exchange dimana keseluruhan jumlah populasi
communication dan menggambar dijadikan sampel yaitu berjumlah 41
dapat membantu anak retardasi mental anak yang sesuai kriteria inklusi. Alat
dalam mengatasi masalah sosialnya. pengumpulan data dalam penelitian ini
Menurut penelitian yang dilakukan berupa lembar observasi terapi teknik
oleh (Raga tahun 2017), hasil picture exchange communication dan
penelitian menunjukkan terdapat hasil menggambar dan lembar observasi
{p= 0,001; α= 0,05}. Kesimpulan dari interaksi sosial. Berdasarkan uji
hasil penelitian bahwa Terapi teknik normalitas data didapatkan hasil
picture exchange communication dan bahwa data berdistribusi normal
menggambar berpengaruh terhadap sehingga digunakan uji statistik
interaksi anak retardasi mental. dependent t test.
Data yang didapatkan di SLB Widya
Bhakti Semarang tahun 2018, jumlah
anak yang mengalami retardasi mental
ringan sebanyak 41 anak. Pada waktu HASIL PENELITIAN
pembelajaran disekolah, hanya di
ajarkan cara membaca dan menulis, 1. Gambaran karakteristik reponden
dan bermain seperti halnya di sekolah (jenis kelamin, usia dan kelas atau
normal lainnya. Sehingga belum ada tingkat pendidikan)
pembelajaran khusus untuk menangani 2. Gambaran interaksi sosial (sebelum
gangguan interaksi sosial anak diberikan terapi teknik picture
retardasi mental pada SLB tersebut. exchange communication dan
menggambar, sesudah diberikan
METODE PENELITIAN terapi sosiodrama) disajikan dalam
Jenis penelitian ini menggunakan distribusi statistik
desain penelitian quasi eksperimen, 3. Gambaran interaksi sosial sebelum
dengan menggunakan rancangan dan sesudah diberikan teknik
penelitian one group pre-post test. picture exchange communication
Penelitian one group pre-post test dan menggambar disajikan dalam
yaitu kegiatan yang dilakukan sebelum uji statistik
diberikan perlakuan terhadap suatu
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden Bedasarkan Jenis kelamin pada bulan April tahun
2018 di SLB Widya Bhakti Semarang
(n=41)
Jenis Kelamin Jumlah Percent
Laki-Laki 18 44%
Perempuan 23 56%
Total 41 100%
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Bedasarkan Umur pada bulan April tahun 2018
SLB Widya Bhakti Semarang
(n=41)
Usia (Tahun) Jumlah Percent
Usia 15 12 31%
Usia 16 17 38%
Usia 17 12 31%
Total 41 100%
Bedasarkan tabel 4.2 jumlah responden dengan usia terbanyak yaitu 16 tahun
berjumlah 17 (38%)
Tabel 3
Tingkat interaksi sebelum diberikan Teknik Picture Exchange Communication dan
menggambar yang telah terjadwal
N
Model Minimum Maximum Mean Std Deviation
Statistik
Pre 41 4,00 7,00 6,2927 0,78243
Bedasarkan tabel 4.4 tingkat skor rata-rata sebelum dilakukan tindakan Teknik
Picture Exchange Communication dan menggambar didapatkan nilai minimum
4,00 dan maximum 7,00 yang artinya nilai tersebut menunjukan bahwa interaksi
anak retardasi mental mengalami penurunan.
Tabel 4
Tingkat interaksi setelah diberikan Teknik Picture Exchange Communication dan
menggambar yang telah terjadwal
N
Model Minimum Maximum Mean Std Deviation
Statistik
Mean -1,82927
Bedasarkan tabel 4.6 Hasil yang didapatkan pengujian Paired t test dengan hasil
signifikan (2-tailed) 0,000 atau lebih rendah dari taraf signifikan 0,05 (Sig Hasil 0 <
0,05 taraf sig) yang artinya ada pengaruh Teknik Picture Exchange Communication
dan menggambar terhadap interaksi anak. Nilai korelasi didapatkan nilai 0,104 yang
artinya Teknik Picture Exchange Communication dan menggambar mempunyai
pengaruh positif. Hasil yang didapatkan pada uji t mendapatkan nilai 6,727 > t Tabel
1,666 artinya ada perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukan Teknik Picture
Exchange Communication dan menggambar pada anak retardasi mental dalam
interaksi sosial.