Anda di halaman 1dari 4

Teknis pelaksanaan penilaian kinerja, sebagaimana berikut di bawah ini:

1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan koordinasi dari tiap unit ruangan/instalasi yang
berkaitan, absensi, dan dari data rekam medis.
2. Pengolahan Data
Data yang didapat diolah dalam bentuk: angka/presentase/dan atau grafik.

1.STANDAR PENILAIAN KINERJA STAF MEDIS Evaluasi praktek professional,


terdiri atas:
a. Evaluasi praktik professional berkelanjutan (On Going Professional Practice
Evaluation (OPPE))
Maksud dan tujuan OPPE adalah sebagai sarana mengevaluasi kinerja staf medis
secara berkelanjutan untuk tiga alasan:
1) Sebagai bagian dari upaya untuk memantau kompetensi staf medis
2) Untuk mengindentifikasi area guna kemungkinan peningkatan kinerja staf
medis
3) Untuk menggunakan data obyektif dalam keputusan mengenai kelanjutan
kewenangan klinik staf medis.
Pengukuran data kinerja staf medis untuk menjadi dasar rekredensialing dan
peningkatan kerja staf medis
1) Asuhan pasien – praktisi memberikan asuhan pasien dengan kasih, tepat dan
efektif untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit
dan pelayanan sampai akhir hayat.
2) Pengetahuan medis/klinis – dalam ilmu-ilmu biomedis, klinis dan sosial serta
penerapan pengetahuan kedalam asuhan pasien dan pendidikan orang-orang
lainnya.
3) Pembelajaran dan peningkatan berbasis praktek – menggunakan bukti dan
metode ilmiah untuk investigasi, evaluasi dan peningkatan praktik asuhan
pasien.
4) Asuhan pasien – praktisi memberikan asuhan pasien dengan kasih, tepat dan
efektif untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit
dan pelayanan sampai akhir hayat.
5) Pengetahuan medis/klinis – dalam ilmu-ilmu biomedis, klinis dan sosial serta
penerapan pengetahuan kedalam asuhan pasien dan pendidikan orang-orang
lainnya.
6) Pembelajaran dan peningkatan berbasis praktek – menggunakan bukti dan
metode ilmiah untuk investigasi, evaluasi dan peningkatan praktik asuhan
pasien.

a. Analisa Kasus

1. Hasil rapat koordinasi menentukan atau memilah kategori kasus dan


selanjutnya menugaskan unit terkait untuk menindaklanjuti :
- Kasus Etik ditangani oleh MKEK/MDTK/MKDK/KERS
- Kasus Administrasi ditangani oleh Customer Service
- Kasus Hukum ditangani oleh Bagian/Bidang Hukum
- Kasus Gabungan ditangani oleh Bagian/Bidang Hukum

2. Telaahan Kasus
Masing-masing unit diatas menyusun telaahan kasus.
Didalam menelaah kasus, hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Kebenaran identitas pasien
- Kebenaran peristiwa
- Pertimbangan prosedur tindak lanjut

3. Masing-masing unit dimaksud melaporkan hasil telaahan disertai rekomendasi


kepada manajemen.

b. Tindak lanjut penanganan kasus


1. Pendalaman kasus :
- Pendapat manajemen rumah sakit
- Pendapat Komite Medis (khusus pengaduan pelayanan medis)
- Pendapat konsultan hukum (apabila diperlukan)

2. Penyimpulan posisi kasus ditinjau dari :


- Kewenangan dan kompetensi
- Indikasi dan kontra indikasi (khusus pengaduan pelayanan medis)
- Persetujuan tindakan medic / informed consent
- Kesesuaian tindakan dengan SPO
- Hukum dan Perundang-undangan

3. Putusan manajemen tentang pilihan penyelesaian kasus


- Apabila dari hasil pendalaman disimpulkan bahwa secara hukum posisi
rumah sakit/staf cukup kuat maka penyelesaian yang dipilih adalah litigasi.
Terhadao tuntutan ganti rugi yang lebih kecil dari pada prediksi biaya
penyelesaian dapat dipertimbangkan penyelesaian non litigasi (ADR)
- Apabila hasil pendalaman disimpulkan bahwa secara hukum, posisi tumah
sakit / staf tidak cukup kuat maka penyelesaian yang dipilih adalah non
litigasi (negosiasi, mediasi, konsilasi).

c. Penyelesaian kasus

Dalam hal penyelesaian kasus melalui litigasi maka hal-hal yang perlu dilakukan
adalah:

1. Menunjuk Kuasa Hukum/Penasehat Hukum


2. Menunjuk Staf Bidang / Bagian Hukum sebagai mitra kerja

Dalam hal penyelesaian kasus non litigasi ditempuh :

1. Pihak rumah sakit (manajemen) mengundang pihak pengadu untuk


membicarakan penyelesaian kasus secara damai (negosiasi). Dipertemukannya
pihak pengadu dengan pertimbangan secara matang untuk mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan.
2. Bila upaya negosiasi tidak berhasil maka ditunjuk salah satu orang/badan yang
disepakati bersama dan mampu untuk bertindak sebagai mediator dalam
menyelesaikan kasus.
3. Hasil perdamaian melalui negosiasi dan mediasi dituangkan dalam suatu
perjanjian yang sah secara hukum, bila perlu dikuatkan oleh Notaris atau
didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri.

d. Dokumentasi Kasus

1. Seluruh dokumen yang terkait dengan kasus ditata dan diklarifikasi dengan
pengkodean khusus.
2. Dokumen disimpan di Direksi/Wakil Direksi Pelayanan Medik sampai kasus
dianggap selesai.
3. Bila kasus telah selesai dokumen dapat dikembalikan ke bagian yang
menangani dokumen.

Anda mungkin juga menyukai