Full PDF
Full PDF
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
SKRIPSI
Oleh :
Rinta Wahyu Mulyaningsih
NIM : 028114148
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
iv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang
mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
2. C.M. Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt. selaku Kaprodi Fakultas Farmasi
skripsi ini.
3. Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah memberikan petunjuk, saran dan masukan yang berharga dalam proses
penyusunan skripsi.
vii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si dan Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen
Penguji, atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini
Yogyakarta.
penulis.
Nana, Yuni, Suyono, Hendricus Ledu Gere, Berta, Tjun Liong dan Aria
11. Teman-teman terkasih Mas Bernard Antony Ginting dan Prana Yoga yang
12. Teman-teman kos Pipit, Sarah, Retno, Lusi dan Marley atas bantuannya
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
viii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
ada yang sempurna di dunia ini. Skripsi ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini lebih mendekati
sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan.
Penulis
ix
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Kata kunci: antihelmintika, infusa biji ceguk, Ancylostoma spp., Quisqualis indica L.
mebendazole
x
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
xi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
halaman
INTISARI .................................................................................................... x
ABSTRACT .................................................................................................. xi
xii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
1. Morfologi ................................................................................ 11
C. Infusa ........................................................................................... 15
D. Antihelmintika ............................................................................. 16
xiii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
A. Kesimpulan ................................................................................ 49
B. Saran ................................................................................ 49
LAMPIRAN ................................................................................................ 55
xiv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel III. Waktu kematian cacing kait anjing (Ancylostoma spp.) dalam
larutan NaCl 0,9% (uji kelangsungan hidup cacing) ................. 33
Tabel VII. Jumlah kematian cacing kait anjing tiap jam pada
berbagai konsentrasi mebendazole selama 10 jam ...................... 40
Tabel IX. Fiducial Limit (kisaran batas atas dan kisaran batas bawah)
dari LC50 .................................................................................... 41
Tabel X. Persamaan garis regresi probit dan harga chi square .................. 41
Tabel XV. Fiducial Limit (kisaran batas atas dan kisaran batas bawah)
dari LT50 .................................................................................... 45
Tabel XVI. Persamaan garis regresi probit dan harga chi square .................. 46
xv
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
xvi
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 12. Tabel analisa penentuan LT50 infusa biji ceguk terhadap
cacing Ancylostoma spp ........................................................ 79
Lampiran 13. Pengolahan data LT50 infusa biji ceguk terhadap terhadap
cacing Ancylostoma spp ........................................................ 80
xvii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 16. Tabel persiapan dalam membuat garis regresi probit pada kertas
grafik log (LC50 infusa biji ceguk dan mebendazole) ............. 87
Lampiran 17. Tabel persiapan dalam membuat garis regresi probit pada kertas
grafik log (LT50 infusa biji ceguk dan mebendazole) ............. 88
xviii
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
masyarakat. Menurut Tjay dan Rahardja, (2002), penyebaran penyakit ini sangat
yang dilakukan oleh Puslitbag Ekologi dan Status Kesehatan tahun 2009, terdapat
terdapat juga kasus Ancylostomiasis dengan inang anjing dan kucing yang dapat
Ancylostoma spp. yang terdapat pada kotoran anjing dan kucing, sehingga
ancaman yang sering terabaikan sehingga menjadi lebih waspada. Kasus penyakit
cacingan lebih banyak ditemukan di daerah beriklim tropis. Hal ini karena iklim
masyarakat terhadap kesehatan menjadi berkurang. Hal ini akan lebih terlihat
pada kelompok masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang memiliki sanitasi
1
2
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
yang buruk. Masyarakat ini akan lebih mudah terserang berbagai parasit terutama
cacing, termasuk cacing kait anjing (Ancylostoma spp.) yang merupakan cacing
yang dapat menginfeksi melalui tanah) yang hidup di daerah yang memiliki iklim
tropis dan subtropis. Cacing ini pada umumnya hidup pada usus anjing dan
atau Creeping Eruption jika menginfeksi manusia. Menurut Stephen dan Richard
(2001), cacing ini dapat menginfeksi manusia ketika berjalan tanpa alas kaki yang
disebut juga infeksi cacing bawah kulit karena larva memasuki kulit dan bergerak
dalam. Tiap larva membentuk lesi berkelok kelok seperti ular memanjang
beberapa milimeter dalam sehari dan rasanya gatal sekali terutama malam hari,
larva dapat terjadi di jaringan yang lebih dalam, yaitu melalui sistem sirkulasi
asma dan pneumonitis. Larva cacing masuk terbawa ke mulut karena kontraksi,
spp. tidak akan fertil dan hidup lama dalam tubuh manusia, akan tetapi infeksinya
efek samping yang lebih kecil daripada obat modern. Salah satu tanaman yang
berperan dalam pengobatan tradisional adalah ceguk (Quisqualis indica L.), yang
tradisional, khususnya biji ceguk (Quisqualis indica L.) untuk mengobati berbagai
penyakit yaitu batuk, sakit kepala, perut kembung, radang ginjal dan penyakit
pengobatan, yaitu daun digunalan sebagai obat batuk berdahak dan sakit kepala
sedangkan akar digunakan sebagai obat batuk, rasa penuh di lambung, cegukan
rebusan biji ceguk atau menyeduhnya untuk menyari senyawa yang diduga
infusa untuk menyari senyawa aktif tersebut. Selain itu, pemilihan penggunaan
penyari air karena kelarutan zat yang diduga berkasiat antihelmintika cocok
dengan penyari air, yaitu alkaloid, potassium quisqualata dan quisqualic acid.
cacing Ancylostoma spp. yang sudah bermigrasi ke jaringan tubuh yang lebih
dalam, yang mengakibatkan pneumonitis. Menurut Chang dan But (2001), biji
Aktivitas vermisidal disebabkan oleh kandungan dalam biji dan akar ceguk yaitu
alkaloid pyridine, yang bekerja kompetitif dengan glutamic acid pada reseptor
paralisis spastik pada nematoda kemudian dikeluarkan. Menurut Cirla dan Mann
dalam biji dan akar ceguk menyebabkan kerusakan seluler cacing tambang
mana terjadi gangguan atau kehilangan fungsi motorik pada suatu bagian, akibat
lesi pada mekanisme saraf atau otot; juga secara analogi, gangguan fungsi
cacing kait anjing yang juga merupakan cacing tambang dan tergolong dalam
nematoda. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
cacing tiap jam, yang kemudian dianalisa menggunakan analisis varian satu arah.
Analisis varian satu arah digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
(Gujarati, 1997).
fisiologis 0,9% b/v untuk menyesuaikan habitat asli cacing pada usus inang
(anjing), di mana cairan yang terdapat pada usus cacing merupakan cairan
kontrol positif karena menurut Mutscler (1991), Stephen dan Richard (2001), serta
cacing pada kelompok kontrol lebih dari 10%, untuk selanjutnya dilakukan
analisis probit untuk mengetahui toksisitas infusa biji ceguk dan mebendazole
50%) dan LT50 (waktu yang menunjukkan kematian cacing sebesar 50%)
(Umniyati, 1990).
1. Rumusan Permasalahan
berikut:
a. Apakah infusa biji tanaman ceguk (Quisqualis indica L.) memiliki daya
vitro?
sebesar 50%) dari infusa biji ceguk dan mebendazole yang memiliki
2. Keaslian Penelitian
cacing kait anjing (Ancylostoma spp.) secara in vitro. Penelitian tentang biji
ceguk pernah dilakukan oleh Cirla dan Mann (2003), yang meneliti tentang
3. Manfaat Penelitian
mengetahui daya antihelmintika infusa biji ceguk (Q. indica L.) terhadap
b. Manfaat praktis : Untuk memperoleh bahan obat alami dari biji tanaman
ceguk yang dapat digunakan sebagai obat cacing terhadap cacing kait
B. Tujuan Penelitian
yang berasal dari alam yaitu biji ceguk (Q. indica L,) yang dapat
7
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
(Ancylostoma spp.).
2. Tujuan khusus :
cacing sebesar 50%) dari infusa biji ceguk dan mebendazole yang
(Ancylostoma spp.)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
1. Keterangan botani
nama Indonesia adalah ceguk, sedangkan nama daerah: antara lain wudani
(Melayu), dan ceguk (Jawa Tengah), Bidani (Sunda), rabet dani (Madura),
Tigao ( Bugis), kunyi rhabet (Kangean). Nama asing dari tanaman ceguk
2. Deskripsi tanaman
sebagai tanaman hias atau tanaman obat. Tanaman ini berasal dari Myanmar
dan dapat ditemukan sampai ketinggian 600 m di atas permukaan laut. Perdu,
daun muda ditumbuhi rambut halus berwarna coklat kuning. Daun tunggal,
tulang daun menyirip, berwarna hijau, panjang 5-18,5 cm, dan lebar 2,5-9 cm.
Bunga majemuk dan tersusun dalam bulir yang keluar dari ujung tangkai.
dapat berubah dari putih kemerahan menjadi merah keunguan, baunya harum.
8
9
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
panjang 2-3 cm, memiliki rasa seperti kelapa. Buah dipanen setelah masak,
atau jika sudah berwarna coklat tua. Di dalam buah terdapat biji kecil,
3. Kandungan kimia
Biji tumbuhan ceguk memiliki rasa manis, bersifat hangat dan beracun
acid, pyridine dan resin. Kulit buah dan daun mengandung potassium
peroksida dan protein (Hariana, 2006). Menurut Dalimartha (2006), biji ceguk
mengandung 25% lemak, yang terdiri dari oleic, myristic, palmitic dan stearic,
dan juga mengandung alkaloid, gum dan resin. Biji ceguk menurut
Chang dan But (2001) adalah alkaloid pyridine, menurut Cirla dan Mann
quisqualic acid.
(cegukan).
membersihkan biji ceguk kering (30 buah), lalu digiling halus dan diseduh
ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminth), terdiri dari tiga spesies yaitu
Cacing ini banyak ditemukan di negara-negara yang memiliki iklim tropis dan
sub-tropis, yaitu Amerika Selatan, Teluk Meksiko, Afrika, dan Asia Tenggara.
1. Morfologi
pada anjing. Cacing kait anjing terdiri dari tiga jenis, yaitu:
keabu- abuan. Cacing ini bila dibandingkan dengan cacing kait lainnya,
memiliki ukuran yang paling kecil. Ukuran cacing betina, panjang 9-10,5
mm, lebar 0,38 mm, sedangkan cacing jantan, panjang 7,5-8,8 mm dan lebar
0,35 mm. Kapsula bukalis dilengkapi 2 pasang gigi, di mana 1 pasang gigi
medial (dalam) kecil, dan 1 pasang gigi lateral (luar) besar. Celah mulut
rusuk lateral yang kecil dan terpisah antara satu dengan lainnya.
a b c
keabu-abuan, dan bila dibanding dengan cacing kait yang lain, ukurannya
12
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
paling besar. Cacing betina panjang 12-15 mm, lebar 0,6 mm, sedangkan
cacing jantan panjang 9-12 mm, dan lebar 0,4 mm. Kapsula bukalis
dilengkapi 3 pasang gigi, gigi sebelah dalam paling kecil, makin ke luar
makin besar.
Bursa kopulatrik cacing jantan lebar dengan rusuk lateral panjang tersebar
a b c
mm, dan cacing jantan 5 mm. Kapsula bukalis dilengkapi 2 pasang gigi, 1
pasang gigi luar agak besar, dan satu pasang gigi dalam sangat kecil. Celah
a b c
(Ancylostoma spp.) betina, memiliki bentuk ekor yang sama dan terdapat
lubang anus pada ekor cacing betina. Perbedaan dengan cacing jantan cukup
Telur cacing kait (Ancylostoma spp.) terdapat pada kotoran anjing dan
telur akan menetas dalam 24-48 jam. Pada temperatur dan kelembaban yang
dari getaran, hangat, dan karbon dioksida dan melekat pada inang pada saat
terjadi kontak. Invasi terjadi melalui folikel rambut, di mana terdapat saluran
yang penting untuk penetrasi pada anjing. Kemudian larva akan mengembang,
14
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
bawah otot, melalui alveoli untuk mencapai usus melalui trakhea atau melalui
rute eosophangeal. Larva L3 bergerak menuju usus dan akan melekat pada
mukosa dengan kapsula bukalis dan akan berkembang sampai dewasa dalam 1
Pada Ancylostoma spp., terjadi jalur yang sama pada manusia. Dalam
inang definitif, cacing kait akan bertahan kurang lebih selama 6 minggu dan
cacing dewasa dapat memproduksi sekitar 28.000 telur tiap hari pada saatnya
bertelur, biasanya terjadi pada 1-2 bulan. Pada manusia cacing jantan dan
betina dapat ditemukan, meskipun cacing tidak pernah fertil dan cacing tidak
akan hidup dalam waktu yang lama (Stephen dan Richard, 2001).
rasa gatal,yang terjadi pada tempat masuknya parasit beberapa jam setelah
larva menembus kulit. Dalam waktu 2 sampai 3 hari larva mulai bermigrasi
larva dapat terjadi di jaringan yang lebih dalam yaitu dibawa melalui sistem
serangan asma dan pneumonitis. Larva cacing masuk terbawa ke mulut karena
sindroma loeffler, eosinofilia, batuk dan pada foto sinar X terlihat infiltrasi
C. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan
air pada suhu 90C selama 15 menit. Simplisia yang telah dihaluskan sesuai
dengan derajat kehalusan yang ditetapkan dicampur dengan air secukupnya dalam
sebuah panci. Kemudian dipanaskan di dalam tangas air selama 15 menit, dihitung
mulai suhu di dalam panci mencapai 90 C, sambil sekali-kali diaduk. Infusa
diserkai sewaktu masih panas melalui kain flanel. Untuk mencukupi kekurangan
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Kelebihan metode ini adalah murah, tidak mudah menguap, tidak mudah terbakar,
tidak beracun dan alamiah. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang
tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang
diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986).
senyawa yang diduga memiliki aktivitas antihelmintika yaitu alkaloid. Pelarut air
D. Antihelmintika
cacing, baik yang berada dalam saluran pencernaan makanan maupun dalam
rendah.
Soekardjo, 1995).
Obat cacing baru umumnya lebih aman dan efektif dibandingkan dengan
yang lama, efektif untuk beberapa macam cacing, rasanya tidak mengganggu atau
17
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
oral dengan dosis tunggal. Penderita yang menggunakan vermifuga dan vermisida
harus dapat buang air besar tiap hari (Siswandono dan Soekardjo, 1995).
cacing yang bekerja secara langsung adalah levamisol, pirantel pamoat dan
piperasin sitrat.
2. Efek iritasi, yaitu dengan merusak jaringan cacing, contoh, obat cacing heksil
resorcinol.
sehingga cacing akan mati secara perlahan-lahan (Sukarban dan Santoso, 1995).
18
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Chang dan But (2001), biji dan akar ceguk memiliki aktivitas vermisidal pada
nematoda. Aktivitas vermisidal disebabkan oleh kandungan dalam biji dan akar
ceguk yaitu alkaloid pyridine, yang bekerja kompetitif dengan glutamic acid pada
Menurut Cirla dan Mann (2003), kandungan potassium quisqualata pada biji
(1995), quisqualic acid dalam biji dan akar ceguk menyebabkan kerusakan seluler
pada suatu bagian, akibat lesi pada mekanisme saraf atau otot; juga secara analogi,
E. Keterangan Empiris
cukup tinggi. Hal ini karena iklim tropis di Indonesia sangat mendukung
pengobatan tradisional yang relatif lebih murah. Selain itu, eksplorasi pengobatan
secara tradisional dalam masyarakat adalah ceguk (Quisqualis indica L.). Menurut
pyridine dan senyawa larut air lainnya yang memiliki aktivitas sebagai
masuk ke dalam tubuh lebih dalam yaitu paru-paru, yang dapat mengakibatkan
tiap jam, yang kemudian dianalisa menggunakan analisis varian satu arah yang
dilanjutkan dengan uji Least – Significant Difference (LSD) dan analisis probit
50%) dan LT50 (waktu yang menunjukkan kematian cacing sebesar 50%). Daya
antihelmintika dan harga probit infusa biji ceguk yang diperoleh, diharapkan
masyarakat.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
lengkap pola satu arah ( post test only control group design). Penelitian dilakukan
dan 0,8% b/v. Kelompok yang II adalah kontrol negatif yang berupa larutan NaCl
0,9% b/v. Kelompok yang III adalah kelompok perlakuan dengan infusa biji
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas
Infusa biji ceguk (Quiqualis indica L.) dengan 5 kelompok konsentrasi yaitu
b. Variabel tergantung
Daya anthelmintika infusa biji tanaman ceguk dan nilai probit LC50 serta
jumlah kematian cacing pada tiap jam, sampai semua cacing mati.
21
22
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
ceguk dan umur cacing yang didapat dari tempat pemotongan hewan Jalan
2. Definisi operasional
a. Biji ceguk adalah biji yang berasal dari tanaman ceguk (Quisqualis indica
L.) yang di panen setelah biji tua, ditandai dengan warna biji yang berwarna
coklat tua, yang diperoleh dari Desa Banjar Arum, Semaken, Kalibawang,
c. Infus [Infusa] adalah sediaan yang berupa cairan yang disari dari serbuk biji
d. Infundasi adalah cara penyarian yang dibuat dengan cara menyari biji ceguk
dalam NaCl 0,9% fisiologis, infusa biji ceguk dan mebendazole, dengan
f. LC50 adalah konsentrasi infusa biji ceguk dan mebendazole yang dibutuhkan
spp.
g. LT50 adalah waktu kematian cacing Ancylostoma spp. sebesar 50% pada
i. Ancylostoma spp. adalah cacing kait anjing yang ditemukan pada usus anjing,
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
Biji ceguk (Q. indica L.), yang diperoleh dari Desa Banjar Arum,
2. Subyek uji
pemotongan hewan Jalan AM. Sangaji 80, Jetis Yogyakarta. Ukuran cacing
Aquadest, NaCl 0,9% b/v (bahan baku NaCl p.a) dan mebendazole
Mada Yogyakarta.
D. Alat Penelitian
digiart F8 15), pot salep, lampu duduk (Cosmo), alat-alat gelas (Pyrex):pipet tetes,
gelas Beaker, termometer air, pipet ukur, gelas ukur, labu takar, mortir, stamper
1. Identifikasi tanaman
mencocokkan bagian tanaman yang meliputi akar, batang, daun dan biji
keterangan identifikasi.
2. Identifikasi cacing
determinasi cacing (Stephen and Richard, 2001; Pinardi dan Srisasi, 1994;
Miyazaki, 1991).
Satu kg biji ceguk (Q. indica L.), dibersihkan dari kotoran dan dicuci
langsung dengan ditutup kain hitam. Pengeringan dihentikan ketika biji sudah
kering yang ditandai dengan biji mudah dipatahkan. Setelah kering biji ceguk
ceguk di dalam air panas. Pembuatan infusa biji ceguk dalam berbagai variasi
setelah suhu 90C, sambil sesekali diaduk, diserkai selagi panas, kemudian
melalui ampasnya dalam keadaan panas, baru setelah dingin ditambahkan pada
cairan infusa tersebut hingga volume 100 ml. (Depkes RI, 1987). Dalam 100
ml larutan tersebut ditambah 0,9 g NaCl p.a, aduk hingga larut, untuk
hingga volume 100 ml. Dalam 100 ml larutan tersebut ditambah 0,9 g NaCl
Larutan kontrol NaCl 0,9% b/v dibuat dengan menimbang 0,9 g NaCl
kristal p.a, kemudian dilarutkan dalam aquadest sampai volume 100 ml.
hidup cacing normal, tanpa diberi senyawa antihelmintika. Uji ini digunakan
sebagai kontrol negatif. Enam ekor cacing kait anjing Ancylostoma spp.
8. Uji antihelmintika infus biji ceguk terhadap cacing kait anjing secara in vitro
Wattimena, 1991) adalah sebagai berikut : Sejumlah cawan petri dibagi dalam
kelompok II masing-masing larutan infusa 5; 10; 20; 40 dan 80% b/v., dan
0,1; 0,2; 0,4 dan 0,8% b/v. Masing-masing volume larutan sebanyak 30 ml,
dan replikasi dilakukan pada tiap perlakuan sebanyak tiga kali. Cacing
yang digunakan sama besarnya (5-15 mm) dan masih aktif bergerak atau
normal. Cawan petri yang berisi cacing diamati gerakannya setiap jam apakah
dengan cara cacing tersebut diusik dengan batang pengaduk, bila cacing diam,
dipindahkan dalam air pada suhu 50C. Apabila dengan cara ini cacing masih
diam maka cacing tepat mati, bila cacing masih bergerak berarti cacing hanya
paralisis. Jumlah kematian cacing pada tiap jam dicatat, sampai semua cacing
mati.
F. Analisis Hasil
dalam periode waktu 1 jam pada setiap perlakuan yang diberikan. Kematian
cacing ditandai dengan kekakuan pada tubuh cacing dan apabila diletakkan dalam
29
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
air dengan suhu 50oC tidak memperlihatkan suatu gerakan. Kematian cacing ini
dikoreksi dengan formula Abbott’s apabila ada kematian cacing pada kelompok
B C
A= X 100%
100 C
Keterangan :
A: persentasi kematian cacing yang dikoreksi
B: persentasi kematian cacing pada kelompok uji
C: persentasi kematian cacing pada kelompok kontrol
analisis varian satu arah yang dilanjutkan dengan uji post hoc LSD untuk
analisis probit untuk mengetahui toksisitas dari infusa biji ceguk dan
cacing sebesar 50%) dan LT50 (waktu yang menunjukkan kematian cacing
sebesar 50%).
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
BAB IV
masyarakat. Angka penyakit ini cukup tinggi yaitu 62,42% (Anonim, 2009).
Penyebaran penyakit ini sangat luas, karena Indonesia merupakan negara tropis
yang merupakan daerah yang sangat mendukung bagi berbagai macam parasit
cacing, salah satunya adalah cacing kait anjing (Ancylostoma spp.) yang dapat
menimbulkan creeping eruption. Apabila tidak teratasi maka dapat terjadi migrasi
larva di jaringan yang lebih dalam yaitu dibawa melalui sistem sirkulasi sistemik
kontraksi, sehingga larva dapat ditemukan di dalam sputum penderita Selain itu,
penyakit yang timbul akibat infeksi parasit juga sangat banyak. Hal ini diperburuk
daya beli masyarakat akan obat cenderung menurun. Tingkat kehidupan sosial
pengobatan tradisional yang relatif lebih murah. Selain itu, eksplorasi pengobatan
Menurut Hariana (2006), salah satu tanaman yang digunakan secara turun
temurun sebagai obat penyakit cacingan adalah tanaman ceguk (Quisqualis indica
30
31
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
infusa biji ceguk 5; 10; 20; 40 dan 80 % b/v diperoleh dari orientasi yang
(Q. indica L.) dan identifikasi cacing kait anjing (Ancylostoma spp.). Identifikasi
biji tanaman ceguk (Quisqualis indica L.) dan cacing Ancylostoma spp..
meliputi akar, batang, daun dan biji ceguk dengan buku panduan determinasi
menunjukkan bahwa memang benar biji yang digunakan dalam penelitian ini
adalah biji ceguk dan ditunjukkan dengan surat keterangan identifikasi (lampiran
and Richard, 2001), (Pinardi dan Srisasi, 1994), dan (Miyazaki, 1991). Hasil
32
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
dalam penelitian ini adalah cacing kait anjing (Ancylostoma spp.) (lampiran 4).
Pengeringan dilakukan sampai biji kering yang ditandai biji mudah untuk
pembusukan pada saat penyimpanan. Biji ceguk yang sudah kering diserbuk
no.22, dengan tujuan untuk memperkecil ukuran serbuk. Dengan ukuran yang
lebih kecil, maka kontak antar permukaan biji ceguk dengan air semakin luas,
sehingga semakin banyak senyawa aktif larut air yang akan tersari. Pada
penelitian ini digunakan pelarut air, karena masyarakat menggunakan biji ceguk
sebagai obat cacing dengan cara menyeduh atau merebusnya dalam air, untuk itu
infusa dilakukan pada saat infusa dalam keadaan panas karena suhu akan
meningkatkan kelarutan senyawa aktif. Bila disaring dalam keadaan dingin, maka
karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu murah, tidak mudah menguap, tidak
mudah terbakar dan tidak beracun. Selain itu, pemilihan penggunaan penyari air
karena kelarutan zat yang diduga berkasiat antihelmintika cocok dengan penyari
setiap jam sampai semua cacing mati. Pengamatan kematian cacing dilakukan
setiap jam karena menurut Santoso dkk, (1991), waktu 1 jam adalah waktu yang
penelitian ini, digunakan larutan NaCl fisiologis (NaCl 0,9%) untuk uji
untuk mengkondisikan cacing seperti pada habitatnya, yaitu pada usus anjing.
dimana cairan yang terdapat pada usus cacing merupakan cairan fisiologis
(Santoso, dkk, 1991). Hasil yang diperoleh dari 3 kali replikasi menunjukkan
bahwa rata-rata kematian cacing adalah 31,11 jam. Artinya, rata-rata terjadi
Tabel III. Waktu kematian cacing kait anjing (Ancylostoma spp.) pada
larutan NaCl 0,9% (uji kelangsungan hidup cacing)
sintesis mikrotubulus parasit dan juga menurunkan absorbsi glukosa. Dosis oral
400-500 mg, 3-4 kali sehari. Menurut Craig dan Stitzel (1990), mebendazole
34
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
trichiura, Enterobius vermicularis dan infeksi cacing kait. Parasit yang terpapar
0,05; 0,1; 0,2; 0,4 dan 0,8 % b/v diperoleh dari orientasi yang dilakukan dalam
penelitian.
infusa biji ceguk terhadap cacing kait anjing. Hasil uji antihelmintika dianalisis
menggunakan analisis varian satu arah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
antar kelompok perlakuan, yang dilanjutkan dengan uji post hoc LSD untuk
menyebabkan kematian cacing sebesar 50%) dan LT50 (waktu yang menunjukkan
kematian cacing sebesar 50%) infusa biji ceguk. Analisis daya antihelmintika
Dalam analisis varian satu arah, terdapat syarat di mana data harus
homogen (dalam penelitian ini terdapat beberapa kategori perlakuan, maka pada
kurang lebih sama, apabila tidak homogen maka hasil perhitungan menjadi bias),
karena itu dilakukan uji homogenitas. Hasil dari uji homogenitas, diperoleh
signifikansi 0,21 karena lebih dari 0,05 maka data dikatakan homogen. Data juga
dapat dikatakan homogen dengan melihat angka levene statistik yang diperoleh,
35
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
yaitu 1,49 dan kemudian dibandingkan dengan nilai pada tabel sebesar 2,30
(Gujarati, 1997), karena F hitung lebih kecil daripada F tabel, maka data dikatakan
homogen. Oleh karena itu, analisis dilanjutkan dengan analisis varian satu arah.
Uji analisis varian satu arah data kematian cacing menunjukkan signifikansi 0,00
yang berarti ada perbedaan nyata rata-rata kematian cacing antar kelompok
membandingkan nilai F hitung sebesar 637,76 dengan nilai F tabel sebesar 2,30.
Oleh karena F hitung lebih besar daripada F tabel, maka dikatakan terdapat
perhitungan. Jadi semakin kecil nilai SE, maka semakin tepat perhitungannya
jumlah total cacing dalam tiap kategori perlakuan yaitu, 18 ekor cacing Hasilnya
35
25
21.67
19.33
20
15.78
15 13.44 13.5
11.89
10.17 10.28 9.83
10
6.44
Perlakuan
Keterangan :
NaCl fis. : NaCl fisiologis (NaCl 0,9%)
Inf BC. : infusa biji ceguk
Meb. : Mebendazole
cacing (Ancylostoma spp.) dengan perlakuan infusa biji ceguk dan mebendazole
Hal ini terlihat dari grafik batang pada semua kelompok perlakuan, tidak ada yang
kontrol positif dan kelompok perlakuan infusa biji ceguk. Hal ini menunjukkan
dilanjutkan dengan uji post hoc. Hasil uji post hoc terdapat pada tabel dibawah
ini:
NaCl Fis. - BB BB BB BB BB
Inf BC. 5% BB BB BB BB BB BB
Inf BC. 10% BB BB BB BB BB BB
Inf BC. 20% BB BB BB BB BB BB
Inf BC. 40% BB BTB BB BB BB BB
Inf BC. 80% BB BB BB BTB BTB BB
Keterangan :
NaCl fis. : NaCl fisiologis (NaCl 0,9%)
Inf BC. : Infusa biji ceguk
Meb. : Mebendazole
BB : Berbeda bermakna
BTB : Berbeda tidak bermakna
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa biji ceguk pada konsentrasi 40%
bermakna dengan mebendazole 0,05%, dan infusa biji ceguk pada konsentrasi
80% menimbulkan kematian cacing dengan waktu kematian yang berbeda tidak
bermakna dengan mebendazole 0,2% dan 0,4%. Pengolahan data statistika Anava
dan LT50 (waktu yang menunjukkan kematian cacing sebesar 50%) dengan
infusa biji ceguk digunakan data kematian cacing pada jam ke 10 karena pada
jam tersebut, diperoleh syarat perhitungan probit, yaitu kematian cacing rata-rata
mencapai 5-95% (Umniyati, 1990), selain itu pada jam ke 10, menghasilkan 5
buah data prosentase rata-rata kematian cacing, karena syarat probit terdapat
mininal 5 data valid untuk bisa dihitung. Dalam perhitungan LC50 infusa biji
ceguk, tidak perlu dilakukan koreksi dengan formula Abbott’s karena tidak terjadi
kematian cacing pada kelompok kontrol negatif pada jam ke 10. Jumlah kematian
cacing Ancylostoma spp. tiap jam pada berbagai konsentrasi infusa biji ceguk
Tabel V. Jumlah kematian cacing Ancylostoma spp. tiap jam pada berbagai
konsentrasi infusa biji ceguk selama 10 jam
Jam Jumlah kematian cacing tiap konsentrasi infusa biji ceguk (%)
80% 40% 20% 10% 5%
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
5 1 0 0 0 0
6 3 1 0 0 0
7 4 2 0 0 0
8 7 4 2 1 0
9 10 6 3 3 1
10 15 10 8 5 2
buah data total prosentase kematian cacing pada jam ke 10, data tersebut
Dari data tabel VI, dilakukan penentuan LC50 infusa biji ceguk dengan
analisis probit. Perhitungan analisis probit terdapat pada lampiran 8 dan 9. Hasil
pengolahan data diperoleh LC50 infusa biji ceguk adalah 25,78% yang artinya,
sebanyak 50%, pada konsentrasi 25,78%. Persamaan regresi log probit yang
diperoleh adalah y = 1,71x + 2,59 dengan nilai X2 (Chi square) hitung sebesar
0,62 sedangkan nilai X2 tabel taraf kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan
(df 3) adalah sebesar 7,80. Derajat kebebasan adalah jumlah variabel yang diuji-2
(Umniyati,1990). Chi square hitung lebih kecil dari chi square tabel, maka respon
Ancylostoma spp. pada jam ke 10. Jumlah kematian cacing Ancylostoma spp. Tiap
berikut.
40
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Tabel VII. Jumlah kematian cacing Ancylostoma spp. tiap jam pada berbagai
konsentrasi mebendazole selama 10 jam
formula Abbott’s karena pada kelompok kontrol negatif tidak terjadi kematian
lampiran 10 dan 11. Hasil yang diperoleh dari pengolahan data (tabel VIII)
0,15%. Persamaan regresi probit yang diperoleh y = 1,78x + 2,93 dengan X2 (Chi
square) sebesar 0,90, sedangkan nilai X2 tabel taraf kepercayaan 95% dengan
derajat kebebasan (df 3) adalah sebesar 7,80. Chi square hitung lebih kecil dari
chi square tabel, maka respon cacing terhadap mebendazole bersifat homogen.
atas dan kisaran batas bawah) LC50 dari infusa biji ceguk dan mebendazole (tabel
Tabel IX. Fiducial Limit (kisaran batas atas dan kisaran batas bawah)
dari LC50
Berdasarkan persamaan tersebut (tabel X), maka dapat dibuat garis regresi
Ancylostoma spp. vs konsentrasi pada kertas grafik log probit dibuat dengan
100 untuk memperoleh nilai log positif yang kecil. Tabel persiapan pembuatan
42
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
garis regresi probit LC50 infusa biji ceguk dan mebendazole terdapat pada
lampiran 16. Dalam penelitian ini, telah diketahui bahwa respon kematian cacing
terhadap infusa biji ceguk bersifat homogen, sehingga dapat diketahui bahwa garis
Gambar 6. Garis regresi log – probit kematian cacing Ancylostoma spp. oleh
infusa biji ceguk dan mebendazole (LC50)
garis probit infusa biji ceguk. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi yang
dibutuhkan mebendazole untuk membunuh cacing dalam waktu yang sama, lebih
konsentrasi yang mendekati LC50 infusa biji ceguk 25,78% yaitu konsentrasi
43
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
20%. Penentuan LT50 infusa biji ceguk menggunakan data pada konsentrasi infusa
Tabel XI. Kematian cacing Ancylostoma spp pada konsentrasi infusa biji
ceguk 20% tiap jam selama 12 jam
buah data total prosentase kematian cacing pada jam ke 12. Data tersebut
Hasil pengolahan data diperoleh LT50 infusa biji ceguk pada konsentrasi 20%
adalah 11,12 jam, yang artinya infusa biji ceguk dengan konsentrasi 20%, mampu
44
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Persamaan regresi probit yang diperoleh dari perhitungan adalah y = 8,21x – 3,59
dengan X2 (Chi square) sebesar 0,79, sedangkan nilai X2 tabel taraf kepercayaan
95% dengan derajat kebebasan (df 3) adalah sebesar 7,80. Chi square hitung lebih
kecil dari chi square tabel, maka respon cacing terhadap infusa biji ceguk bersifat
homogen.
berikut.
buah data total prosentase kematian cacing pada jam ke 12. Data tersebut
adalah 10,78 jam, yang artinya mebendazole dengan konsentrasi 0,1%, mampu
regresi probit yang diperoleh dari perhitungan adalah y = 8,92x – 4,22 dengan X2
(Chi square) sebesar 0,29, sedangkan nilai X2 tabel taraf kepercayaan 95%
dengan derajat kebebasan (df 3) adalah sebesar 7,80. Chi square hitung lebih kecil
dari chi square tabel, maka respon cacing terhadap mebendazole bersifat
(kisaran batas atas dan kisaran batas bawah) LT50 dari infusa biji ceguk dan
Tabel XV. Fiducial Limit (kisaran batas atas dan kisaran batas bawah)
dari LC50
Tabel XVI. Persamaan garis regresi probit dan harga chi square
spp. vs waktu pada kertas grafik log probit dibuat dengan menggunakan kertas
grafik log probit. Tabel persiapan pembuatan garis regresi probit LT50 infusa biji
ceguk dan mebendazole terdapat pada lampiran 17. Dalam penelitian ini, telah
diketahui bahwa respon kematian cacing terhadap infusa biji ceguk bersifat
homogen, sehingga dapat diketahui bahwa garis regresi probit secara bermakna
Gambar 7. Garis regresi log – probit kematian cacing Ancylostoma spp. oleh
infusa biji ceguk dan mebendazole (LT50)
Berdasarkan gambar garis probit larutan mebendazole terletak di kiri garis probit
infusa biji ceguk. Hal ini menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan
mebendazole untuk membunuh cacing dengan jumlah yang sama, lebih kecil dari
Chang dan But (2001), aktivitas vermisidal disebabkan oleh kandungan dalam biji
dan akar ceguk, yaitu alkaloid pyridine, yang bekerja kompetitif dengan glutamic
dari satu sel saraf ke sel saraf yang lain atau sel otot, sehingga jika
cacing, yang kemudian diikuti dengan kematian cacing. Alkaloid pyridine juga
Menurut Cirla dan Mann (2003), kandungan potassium quisqualata pada biji
Menurut Monzon (1995), quisqualic acid dalam biji dan akar ceguk menyebabkan
BAB V
A. Kesimpulan
1. Infusa biji ceguk memiliki daya antihelmintika terhadap cacing kait anjing
dengan mebendazole 0,05% dan infusa biji ceguk pada konsentrasi 80%
2. LC50 infusa biji ceguk sebesar 25,78%, dan LT 50 infusa biji ceguk adalah
11,12 jam, sedangkan LC50 mebendazole sebesar 0,15%, dan LT50 adalah
10,78 jam.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian kualitatif dan kuantitatif zat aktif yang terkandung
dalam biji ceguk, yang mempunyai efek antihelmintika terhadap cacing kait
Trichuris trichiura.
49
50
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
.
Anonim, 1985, Depkes R.I., Cara Pembuatan Simplisia, 6, Direktorat Jenderal
Pengawasan dan Makanan, Jakarta.
Dalimartha S., 2006, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid IV, 17-19, Puspa
Swara, Jakarta.
Danis D., 2005, Kamus Istilah Kedokteran, 472, Gita Media Press, Jakarta.
51
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Gozali, A., 2001, Aplikasi Analisis Multivariance Dengan Program SPSS. 28-
29, Universitas Diponegoro, Semarang.
Hariana, A., 2006, Tanaman Obat dan Khasiatnya, 74-75, Swadaya, Jakarta.
Herdiman, P. T., 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi III, 525-
529, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Markell, E.K., Voge, M. and John, D.T., 1992, Medical Parasitology, 7th
Edition, 251, W.B. Saunders Co., Philadelphia.
Pinardi dan Srisasi 1994, Atlas Parasitologi Kedokteran, 32, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
52
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Santoso, B., Sidik, dan Wattimena, J.R., 1991, Pedoman dan Pengujian
Fitofarmaka, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitofarmaka,
Pengujian Klinik, 9-10, P.P.O.B.A., Jakarta.
Suzuki, N., 1975, Color Atlas of Human Helminth Eggs, 57-58, Seamic,
Tokyo, Japan.
Yamaguchi, T., 1992, Atlas Berwarna Parasitologi Klinik, 180, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
54
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
55
56
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 3. Foto tanaman,bunga,biji dan serbuk biji ceguk (Quisqualis indica L.)
Tanaman Ceguk (Q. indica L.) Bunga Ceguk (Q. indica L.)
3 2
Biji Ceguk (Q. indica L.) Serbuk Biji Ceguk (Q. indica L.)
Keterangan :
1. Bunga
2. Daun
3. Ranting
57
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 5. Data waktu kematian cacing Ancylostoma spp. (jam) dengan berbagai
perlakuan tingkat konsentrasi
Lampiran 6
ANALISIS ANAVA SATU ARAH
Oneway
Descriptives
Kematian rata-rata cacing Ancylostoma spp. (jam)
95% Confidence
Interval for Mean
Kontrol negatif NaCl Fisiologis (0,9%) 3 31.1133 .41789 .24127 30.0752 32.1514 30.67 31.50
Kadar Infusa Biji Ceguk 5% 3 21.6667 .33501 .19342 20.8344 22.4989 21.33 22.00
Kadar Infusa Biji Ceguk 10% 3 19.3300 .50000 .28868 18.0879 20.5721 18.83 19.83
Kadar Infusa Biji Ceguk 20% 3 15.7800 .84042 .48521 13.6923 17.8677 15.00 16.67
Kadar Infusa Biji Ceguk 40% 3 13.4433 .50954 .29418 12.1776 14.7091 13.00 14.00
Kadar Infusa Biji Ceguk 80% 3 10.1667 .16503 .09528 9.7567 10.5766 10.00 10.33
Kadar Mebendazole 0,05% 3 13.5000 .44034 .25423 12.4061 14.5939 13.00 13.83
Kadar Mebendazole 0,1% 3 11.8867 .09815 .05667 11.6428 12.1305 11.83 12.00
Kadar Mebendazole 0,2% 3 10.2767 .25423 .14678 9.6451 10.9082 10.00 10.50
Kadar Mebendazole 0,4% 3 9.8333 .76376 .44096 7.9360 11.7306 9.00 10.50
Kadar Mebendazole 0,8% 3 6.4433 .34429 .19877 5.5881 7.2986 6.17 6.83
Total 33 14.8582 6.74190 1.1736 12.4676 17.2488 6.17 31.50
1.498 10 22 .206
ANOVA
Kematian rata-rata cacing Ancylostoma spp. (jam)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Lampiran 7
Kontrol negative Kadar Infusa Biji 9.44667* .38925 .000 8.6394 10.2539
NaCl Fisiologis Ceguk 5%
(0,9%) Kadar Infusa Biji 11.78333* .38925 .000 10.9761 12.5906
Ceguk 10%
Lampiran 7
Kadar Infusa Biji Ceguk 5% Kontrol negatif NaCl -9.44667* .38925 .000 -10.2539 -8.6394
Fisiologis (0,9%)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 7
Kadar Infusa Biji Ceguk 10% Kontrol negatif NaCl -11.78333* .38925 .000 -12.5906 -10.9761
Fisiologis (0,9%)
Lampiran 7
Kadar Infusa Biji Ceguk 20% Kontrol negatif NaCl -15.33333* .38925 .000 -16.1406 -14.5261
Fisiologis (0,9%)
Lampiran 7
Kadar Infusa Biji Ceguk 40% Kontrol negatif NaCl -17.67000* .38925 .000 -18.4773 -16.8627
Fisiologis (0,9%)
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 7
Kadar Infusa Biji Ceguk 80% Kontrol negatif NaCl -20.94667* .38925 .000 -21.7539 -20.1394
Fisiologis (0,9%)
Lampiran 7
Kadar Mebendazole 0,05% Kontrol negatif NaCl -17.61333* .38925 .000 -18.4206 -16.8061
Fisiologis (0,9%)
Lampiran 7
Kadar Mebendazole 0,1% Kontrol negatif NaCl -19.22667* .38925 .000 -20.0339 -18.4194
Fisiologis (0,9%)
Lampiran 7
Kadar Mebendazole 0,2% Kontrol negatif NaCl -20.83667* .38925 .000 -21.6439 -20.0294
Fisiologis (0,9%)
Lampiran 7
Kadar Mebendazole 0,4% Kontrol negatif NaCl -21.28000* .38925 .000 -22.0873 -20.4727
Fisiologis (0,9%)
Lampiran 7
Kadar Mebendazole 0,8% Kontrol negatif NaCl -24.67000* .38925 .000 -25.4773 -23.8627
Fisiologis (0,9%)
Lampiran 9. Pengolahan data penentuan LC50 infusa biji ceguk terhadap cacing
Ancylostoma spp.
Sn.w.x
1. x =
Sn.w
67,534
x =
50,562
x = 1,33567
Sn.w. yw
2. yw =
Sn.w
246,284
yw =
50,562
yw = 4,87093
( Sn.w. yW ) 2
3. Syw.yw = Sn.w.yw2 -
Sn.w
(246,284) 2
Syw.yw = 1224,52978 -
50,567
S.yw.yw = 24,89747
( Sn.w.x)(Sn.w. yw)
4. Sx.yw = Sn.w.x.yw -
Sn.w
(67,534)(246,284)
Sx.yw = 342,16736 -
50,562
Sx.yw = 14,21392
( Sn.w. yW ) 2
5. Sx.x = Sn.w.x2 -
Sn.w
(67,543) 2
Sx.x = 98,52426 -
50,562
Sx.x = 8,32132
73
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 9. Lanjutan
6. Slope (b)
Sx. yw
b=
Sx.x
14,21392
b=
8,32132
b = 1,70813
7. Persamaan
Y = Yw + b ( x x)
Y = 1,70813x + 2,58943
8. Varian
1
V=
Sn.w
1
V=
50,562
V = 0,01978
9. Varian Slope
1
Vb =
Sx.x
1
Vb =
8,32132
Vb = 0,12017
74
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 9. Lanjutan
( Sx. yW ) 2
X2 = Syw. yw -
Sx.x
(14,21392) 2
X2 = 24,89747 -
8,32132
X2 = 0,61821
1
s.e.b =
Sx.x
1
s.e.b =
8,32132
s.e.b = 0,12017
s.e.b = 0,34666
5 yw
12. LC 50 = x
b
5 4,87093
LC 50 = 1,33
1,70813
LC 50 = 25,77698 %
LC 50 = 25,78 %
75
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
76
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Sn.w.x
1. x =
Sn.w
57,543
x =
46,566
x = 1,22357
Sn.w. yw
2. yw =
Sn.w
237,807
yw =
46,566
yw = 5,10688
( Sn.w. yW ) 2
3. Syw.yw = Sn.w.yw2 -
Sn.w
(237,807) 2
Syw.yw = 1238,06621 -
46,566
S.yw.yw = 23,61027
( Sn.w.x)(Sn.w. yw)
4. Sx.yw = Sn.w.x.yw -
Sn.w
(57,543)(237,807)
Sx.yw = 306,61496 -
46,566
Sx.yw = 12,74973
( Sn.w. yW ) 2
5. Sx.x = Sn.w.x2 -
Sn.w
(57,543) 2
Sx.x = 78,26670 -
46,566
Sx.x = 7,15909
77
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
6. Slope (b)
Sx. yw
b=
Sx.x
12,74973
b=
7,15909
b = 1,78091
7. Persamaan
Y = Yw + b ( x x)
Y = 1,78091x + 2,92781
8. Varian
1
V=
Sn.w
1
V=
46,566
V = 0,02147
9. Varian Slope
1
Vb =
Sx.x
1
Vb =
7,15909
Vb = 0,13968
78
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
( Sx. yW ) 2
X2 = Syw. yw -
Sx.x
(12,74973) 2
X2 = 23,61027 -
7,15909
X2 = 0,90409
1
s.e.b =
Sx.x
1
s.e.b =
7,15909
s.e.b = 0,13968
s.e.b = 0,37374
5 yw
12. LC 50 = x
b
5 5,10688
LC 50 = 1,22357
1,78091
14,57337
LC 50 =
100
LC 50 = 0,14573 %
LC 50 = 0,15 %
79
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
80
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 13. Pengolahan data penentuan LT50 infusa biji ceguk terhadap cacing
Ancylostoma spp.
Sn.w.x
1. x =
Sn.w
49,099
x =
48,852
x = 1,00505
Sn.w. yw
2. yw =
Sn.w
227,856
yw =
48,852
yw = 4,66421
( Sn.w. yW ) 2
3. Syw.yw = Sn.w.yw2 -
Sn.w
(227,856) 2
Syw.yw = 1075,47137 -
48,852
S.yw.yw = 12,70308
( Sn.w.x)(Sn.w. yw)
4. Sx.yw = Sn.w.x.yw -
Sn.w
(49,099)(227,856)
Sx.yw = 230,44058 -
48,852
Sx.yw = 1,45127
( Sn.w. yW ) 2
5. Sx.x = Sn.w.x2 -
Sn.w
(49,099) 2
Sx.x = 49,52403 -
48,852
Sx.x = 0,17678
81
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 13 Lanjutan
6. Slope (b)
Sx. yw
b=
Sx.x
1,45127
b=
0,17678
b = 8,20947
7. Persamaan
Y = Yw + b ( x x)
Y = 8,20947x – 3,58672
8. Varian
1
V=
Sn.w
1
V=
48,852
V = 0,02047
9. Varian Slope
1
Vb =
Sx.x
1
Vb =
0,17678
Vb = 5,65675
82
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
( Sx. yW ) 2
X2 = Syw. yw -
Sx.x
(1,45127) 2
X2 = 12,70308 -
0,17678
X2 = 0,78893
1
s.e.b =
Sx.x
1
s.e.b =
0,17678
s.e.b = 5,65675
s.e.b = 2,37839
5 yw
12. LT 50 = x
b
5 4,66421
LT 50 = 1,00505
8,20947
LT 50 = 11,116108 jam
LT 50 = 11,12 jam
83
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
84
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Sn.w.x
1. x =
Sn.w
49,252
x =
49,068
x = 1,00375
Sn.w. yw
2. yw =
Sn.w
232,664
yw =
49,068
yw = 4,74166
( Sn.w. yW ) 2
3. Syw.yw = Sn.w.yw2 -
Sn.w
(232,664) 2
Syw.yw = 1117,45605 -
49,068
S.yw.yw = 14,24139
( Sn.w.x)(Sn.w. yw)
4. Sx.yw = Sn.w.x.yw -
Sn.w
(49,252)(232,664)
Sx.yw = 235,09933 -
49,068
Sx.yw = 1,56286
( Sn.w. yW ) 2
5. Sx.x = Sn.w.x2 -
Sn.w
(49,252) 2
Sx.x = 49,61179 -
49,068
Sx.x = 0,17510
85
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
6. Slope (b)
Sx. yw
b=
Sx.x
1,56286
b=
0,17510
b = 8,92553
7. Persamaan
Y = Yw + b ( x x)
Y = 8,92553x – 4,21734
8. Varian
1
V=
Sn.w
1
V=
49,068
V = 0,02038
9. Varian Slope
1
Vb =
Sx.x
1
Vb =
0,17510
Vb = 5,71102
86
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
( Sx. yW ) 2
X2 = Syw. yw -
Sx.x
(1,56286) 2
X2 = 14,24139 -
0,17510
X2 = 0,29204
1
s.e.b =
Sx.x
1
s.e.b =
0,1751
s.e.b = 5,71102
s.e.b = 2,38977
5 yw
12. LT 50 = x
b
5 4,74166
LT 50 = 1,00375
8,92553
LT 50 = 10,78177 jam
LT 50 = 10,78 jam
87
PLAGIAT
PLAGIAT MERUPAKAN
MERUPAKAN TINDAKAN
TINDAKAN TIDAK
TIDAK TERPUJI
TERPUJI
Lampiran 16. Tabel persiapan dalam membuat garis regresi probit pada kertas
grafik log probit
Lampiran 17. Tabel persiapan dalam membuat garis regresi probit pada kertas
grafik log probit.
BIOGRAFI PENULIS
Tingkat Atas di Sekolah Menengah Umum Negeri I Kutoarjo pada tahun 1998-
2001. Setamat dari SMU, pada tahun 2002 penulis melanjutkan Pendidikan di