Anda di halaman 1dari 13

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian

Lokasi penelitian “Pengaruh Pemberian Jus Lidah Buaya (Aloe Vera)

Terhadap Penurunan Kolesterol Total Pada Lansia” ini dilakukan di Unit

Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werda Jombang, pada hari pertama

penelitian, peneliti melakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan kolesterol

total. Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werda Jombang terdiri

dari lima wisma, satu gedung serbaguna untuk kegiatan panti dan dua kantor

petugas atau pekerja yang ada di panti. Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial

Tresna Werda Jombang dihuni oleh 70 lansia dan pekerja yang datang setiap

harinya. Batas-batas wilayah Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna

Werda Jombang banyak dikelilingi warung kecil yang menjual makanan dan

gorengan.

5.1.2 Data umum

Data umum responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur

dan aktivitas. Hasil ulasan deskripsi data umum berupa tabel adalah sebagai

berikut:

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin


Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin lansia
di Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werda
Jombang bulan Juni 2016.

Jenis kelamin Frekuensi Prosentase (%)


(n)
Laki-laki 2 20%
Perempuan 8 80%
Total 10 100%
(sumber data : primer)

Berdasarkan Tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa hampir

seluruhnya responden adalah perempuan yang berjumlah 8 orang (80%).

2. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur lansia di Unit


Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werda Jombang.

Umur Frekuensi (n) Prosentase (%)


(Tahun)
61-65 4 40%
66-70 0 0
71-75 2 20%
76-80 2 20%
81-85 1 10%
86-90 1 10%
Total 10 100%

Berdasarkan Tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa hampir

setengahnya responden berumur 60-65 tahun sejumlah 4 orang (40%).

3. Karakteristik responden berdasarkan aktivitas.


Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan aktivitas lansia di
Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werda
Jombang.

Aktivitas Frekuensi (n) Prosentase (%)


Mandiri 9 90%
Diabntu sebagian 0 0
Dibantu seluruhnya 1 10%
Total 10 100%
Tabel 5.3 diatas menunjukan bahwa hampir seluruhnya responden

beraktivitas mandiri sejumlah 9 orang (90%).

5.1.2 Data khusus

Data khusus responden dalam penelitian ini meliputi kolesterol total

sebelum dan sesudah pemberian jus lidah buaya (aloe vera) serta tabulasi silang

pengaruh pemberian jus lidah buaya (aloe vera) terhadap perubahan kolesterol

total pada lansia di Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werda

Jombang. Hasil ulasan deskripsi data khusus berupa tabel adalah sebagai berikut:

1. Kolesterol total lansia sebelum pemberian jus lidah buaya (aloe vera)

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kolesterol total


sebelum pemberian jus lidah buaya (aloe vera) di Unit
Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werda Jombang.

Kadar Kolesterol Frekuensi Prosentase (%)


Normal (<200 mg/dL) 0 0
Cukup (200 - 239 mg/dL) 9 90%
Tinggi (≥ 240 mg/dL) 1 10%
Total 10 100%
Tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden

memiliki kolesterol total sebelum pemberian jus lidah buaya (aloe vera)

adalah cukup (200-239) mg/dL sebanyak 9 orang (90 %).

2. Kolesterol total lansia sesudah pemberian jus lidah buaya (aloe vera)
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kolesterol total
sesudah pemberian jus lidah buaya (aloe vera) di Unit
Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werda Jombang.

Kadar Kolesterol Frekuensi Prosentase (%)


Normal (˂200 5 50%
mg/dL)
Cukup (200 - 239 5 50%
mg/dL)
Tinggi (≥ 240 0 0%
mg/dL)
Total 10 100%

Berdasarkan Tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa setengah

responden memiliki kolesterol total sesudah pemberian jus lidah buaya

(aloe vera) yaitu normal (<200 mg/dL) sebanyak 5 orang (50 %).

3. Tabulasi silang pengaruh pemberian jus lidah buaya (aloe vera) terhadap

penurunan kolesterol total pada lansia di Unit Pelaksanaan Teknis

Pelayanan Sosial Tresna Werda Jombang.

Tabel 5.6 Tabulasi silang pengaruh pemberian jus lidah buaya (aloe vera)
terhadap penurunan koleterol total pada lansia di Unit
Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werda Jombang.

Kolesterol Kolesterol Total Sesudah Total


Total Sebelum Normal Cukup Tinggi
F % F % F % F %
Normal 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
<200mg/dL
Cukup 200- 5 50% 4 40% 0 0% 9 90%
239mg/dL
Tinggi 0 0% 1 10% 0 0% 1 10%
>240mg/dL
Total 5 50% 5 50% 0 0% 10 100%
Hasil uji statistik wilcoxon nilai p = 0,022
Berdasarkan Tabel 5.6 diatas diketahui bahwa dari 10 responden

dengan kolesterol total cukup (200-239mg/dL) yang mengalami penurunan

kolesterol total sesudah diberikan jus lidah buaya (aloe vera) sebanyak 5
responden (50%) dengan kategori normal dan 4 responden (40%) dengan

kategori cukup. Untuk kolesterol total tinggi (>240mg/dL) yang

mengalami penurunan kolesterol total sesudah diberikan jus lidah buaya

(aloe vera) sebanyak 1 responden (10%) dengan kategori cukup.

5.1.3 Data Hasil Uji Statistik

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon diperoleh nilai

p-value sebesar 0,022 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya ada

pengaruh pemberian jus lidah buaya (aloe vera) terhadap penurunan kolesterol

total pada lansia di Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werda

Jombang.

4. Penurunan kolesterol total pada lansia setelah pemberian jus lidah buaya

(aloe vera) di Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werda

Jombang.

Tabel 5.7 Penurunan koleterol total pada lansia setelah pemberian jus
lidah buaya (aloe vera) di Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan
Sosial Tresna Werda Jombang.

Kode Kolesterol total (mg/dL) Tingkat Prosentase


Responde penurunan penurunan
Sebelum Sesudah
n (mg/dL) (%)
R1 228 216 12 5,26
R2 220 199 21 9,55
R3 205 186 19 9,27
R4 221 238 17 7,69
R5 200 185 15 7,5
R6 213 195 18 8,45
R7 206 183 23 11,17
R8 223 218 5 2,24
R9 231 215 16 6,93
R 10 240 219 21 8,75
Rata-rata 218,7 205,4 16,7 7,68
Berdasarkan Tabel 5.7 diatas diketahui bahwa hasil pengukuran

kolesterol total sesudah dilakukan pemberian jus lidah buaya (aloe vera)

diperoleh penurunan paling besar adalah pengukuran pada responden 7

sebesar 11,17 % atau 23 mg/dL, penurunan kolesterol total paling kecil

adalah pengukuran pada responden 8 sebesar 2,24 % atau 5 mg/dL, dan

responden yang mengalami kenaikan kolesterol total adalah responden 4

sebesar 7,69% atau 17 mg/dL.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Kolesterol total lansia sebelum pemberian jus lidah buaya (aloe vera)

Kolesterol total pada lansia didapatkan bahwa hampir seluruhnya

responden memiliki kolesterol total sebelum pemberian jus lidah buaya (aloe

vera) adalah cukup (200-239) mg/dL sebanyak 9 orang (90 %) dan sebagian kecil

responden memiliki kolesterol total sebelum pemberian jus lidah buaya (aloe

vera) tinggi (≥ 240 mg/dL) sebanyak 1 orang (10 %). Menurut peneliti

responden memiliki kolesterol tinggi disebabkan karena pola makan responden

yang tidak sehat dan sering mengkonsusmsi makanan berlemak seperti makanan

yang digoreng dan jeroan. Dimana makanan yang dikonsumsi responden

kebanyakan banyak yang diolah dengan digoreng dan ditambah responden dapat

dengan mudah membeli makanan olahan jeroan dan gorengan dengan harga yang

murah dan terjangkau.

Secara umum, jeroan sangat banyak mengandung karbohidrat, lemak,

vitamin, protein dan mineral. Vitamin utama yang terkandung adalah B kompleks,
terutama B12 dan asam folat, selain itu ada Vitamin A. Mineral yang terkandung

adalah zat besi, kalium, magnesium, fosfor dan seng. Meskipun dianggap sebagai

junk food, nilai protein jeroan tidak kalah dari daging sapi, daging kambing

ataupun daging babi. Protein sangat dibutuhkan manusia untuk mengganti sel sel

yang rusak. Jeroan merupakan salah satu sumber utama lemak pada makanan dan

mengandung kolesterol yang tinggi. Dari beberapa jenis jeroan yang paling tinggi

kolesterolnya adalah usus, hati dan otak karena makanan tersebut dapat

menyebabkan penumpukan pada pembuluh darah yang menyebabkan pengerasan

dinding pembuluh darah sehingga menyumbat aliran darah dan berakibat fatal

memicu terjadinya penyakit jatung koroner dan stroke (Mumpuni, 2011).

Tingginya tingkat konsumsi lemak juga dapat menyebabkan peningkatan kadar

kolesterol dalam darah (Sitorus, 2006). Hal ini sesuai dengan penelitian Megawati

(2010) di Rumah Sakit Umum Raden Ajeng Kartini Jepara bahwa asupan lemak

mempunyai hubungan yang signifikan dengan peningkatan kadar kolesterol pada

penderita Penyakit Jantung Koroner. Berdasarkan penelitian Nurrahmani (2012)

yang berjudul hubungan pola makan dengan peningkatan kadar kolesterol pada

lansia di surakarta, menyatakan ada hubungan yang signifikan antara pola makan

(makanan berlemak) dengan kadar kolesterol pada lansia di kampung petoran,

Jebres, Surakarta, dimana makin banyak makan makanan berlemak maka semakin

tinggi pula kolesterol dalam darah.

Dilihat dari Tabel 5.1 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden

adalah perempuan yang berjumlah 8 orang (80%). Menurut peneliti kolesterol

tinggi dialami oleh responden berjenis kelamin perempuan karena responden

sudah pada masa lansia dan mengalami menopause sehingga hormon esterogen
menurun dan terjadi hiperkolesterolemia. Menurut Irvan (2007) menjelaskan

bahwa kekurangan esterogen pada perempuan menopause akan menurunkan

kolesterol HDL. Pada perempuan yang masih aktif menstruasi akan menekan

lipoprotein α dengan kadar lipoprotein α rata-rata adalah 2 mg/dL apabila

meningkat sampai 20-30 mg/dL maka akan terjadi hiperkolesterolemia dan

muncul resiko penyakit jantung koroner. Saat wanita mengalami menoupouse

yang menyebabkan penurunan esterogen wanita mengalami kecenderungan untuk

terjadi hiperkolesterolemia. Oleh sebab itu wanita pasca menoupouse lebih rentan

terjadi peningkatan kadar kolesterol (Stanley, 2007). Seperti halnya penelitian Sri

Ujiani (2015) yang berjudul hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan kadar

kolesterol penderita obesitas RSUD Abdul Moeloek Lampung bahwa sebagian

besar yang mengalami kolesterol adalah wanita sebesar 57 orang (63,3%) dari 90

sampel dan hanya 33 orang (36,7%) yang berjenis kelamin laki-laki dari seluruh

sampel penderita kolesterol.


Selain itu dilihat pada tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa hampir

setengahnya responden berumur 61-65 tahun sejumlah 4 orang (40%). Menurut

peneliti seiring peningkatan usia pada responden maka peningkatan kadar

kolesterol lebih tinggi. Semakin tinggi usia semakin tinggi kadar kolesterol darah

hal ini disebabkan oleh faktor penuaan yang menyebabkan menurunnya kerja

organ tubuh (Herlina dan Sitanggang, 2010). Pada usia tua pembuluh arteri

koroner yang secara sederhana diibaratkan seperti saluran pipa, maka semakin

lama akan semakin banyak kerak. Kolesterol jahat merupakan kotoran yang

terdapat dalam air, jika takaran darah meningkat maka eltisitas arteri akan hilang,

hal tersebut menunjukkan usia berpengaruh terhadap kolesterol darah. Pada usia

semakin tua kadar kolesterol totalnya relative lebih tinggi dari pada kadar
kolesterol total pada usia muda, hal ini dikarenakan makin tua seseorang aktifitas

reseptor LDL mungkin makin berkurang.


Selain itu dilihat pada tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa hampir

seluruhnya responden beraktivitas mandiri sejumlah 9 orang (90%). Menurut

peneliti aktivitas fisik sangat diperlukan untuk lansia karane dengan beraktivitas

lansia dapat membakar lemak dalam darah. Menurut Thompson dan Rader (2001)

aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur sangat penting untuk membakar

lemak dalam darah, selain untuk menghindari kegemukan, juga dapat mencegah

terjadinya penyakit akibat pola hidup seperti diabetes, penyakit jantung koroner

dan stroke. Berdasarkan penelitian Fauziah Khusnul Kurniawati (2015) yang

berjudul hubungan konsumsi lemak dan aktivitas fisik dengan kadar kolesterol

darah dan kadar low density lipoprotein pada pasien penyakit jantung koroner

rawat jalan di rumah sakit umum daerah dr. moewardi menyatakan bahwa ada

hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar kolesterol darah pada pasien

penyakit jantung koroner rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi, dimana semakin

jarang melakukan beraktivitas maka akan semakin tinggi kadar kolesterol total

dalam darah.
5.2.2 Kolesterol total lansia sesudah pemberian jus lidah buaya (aloe vera)
Kolesterol total lansia sesudah pemberian jus lidah buaya (aloe vera) selama

enam hari di Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werda Jombang

dapat dilihat berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa setengah responden

memiliki kolesterol total sesudah pemberian jus lidah buaya (aloe vera) yaitu

normal (<200 mg/dL) sebanyak 5 orang (50 %). Menurut peneliti setelah

diberikan jus lidah buaya (aloe vera) terjadi penurunan kolesterol total pada lansia

karena responden rutin minum jus lidah buaya (aloe vera) yaitu pada antara

sarapan dan makan siang selama enam hari. Lidah buaya (aloe vera) yang
digunakan adalah lidah buaya (aloe vera) yang masih segar, karena di dalam lidah

buaya (aloe vera) terdapat kandungan glukomanan, niacin, Vitamin C, magnesium

yang dapat menurunkan kolesterol. Dengan mengkonsumsi secara teratur seletah

makan antara makan pagi dan makan siang dengan takaran 200 ml dapat

menurunkan kadar kolesterol (Yulika & Muflihah, 2012). Lidah buaya (aloe vera)

dikenal memiliki banyak manfaat dan fungsi yang baik bagi kesehatan yaitu

sebagai antiinflamasi, antijamur, antibakteri, membantu proses regenerasi sel,

menurunkan kadar gula bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah,

menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker.


Lidah buaya (aloe vera) memiliki kandungan zat gizi, vitamin dan mineral

yang berfungsi sebagai pembentuk antioksidan alami, seperti vitamin C, vitamin

A, magnesium, dan zinc. Dan antioksidan yang mencegah penuaan dini, serangan

jantung dan berbagai penyakit degeneratif (Ribut Hadi S, Unggul P Juswono,

Chomsin S Widodo, 2013). Penelitian yang dilakukan Yulika Sianipar dan

Muflihah Isnawati (2012) menunjukkan bahwa lidah buaya (aloe vera) dapat

menurunkan profil lipit dalam darah dan menurunkan kadar glukosa dalam darah

secara signifikan kandungan lidah buaya (aloe vera) yang diduga dapat

menurunkan kadar kolesterol adalah serat larut air yaitu, glukomanan, flavonoid,

antioksidan, niacin, vitamin C, magnesium, selenium, dan zinc.

5.2.3 Pengaruh pemberian jus lidah buaya (aloe vera) terhadap penurunan

kolesterol total pada lansia di Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial

Tresna Werda Jombang

Berdasarkan Tabel 5.6 diatas diketahui bahwa dari 10 responden dengan

kolesterol total cukup (200-239mg/dL) yang mengalami penurunan kolesterol


total sesudah diberikan jus lidah buaya (aloe vera) sebanyak 5 responden (50%)

dengan kategori normal, 4 responden (40%) dengan kategori cukup. Untuk

kolesterol total tinggi (>240mg/dL) yang mengalami penurunan kolesterol total

sesudah diberikan jus lidah buaya (aloe vera) sebanyak 1 responden (10%)

dengan kategori cukup. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Uji

Wilcoxon diperoleh nilai P-value sebesar 0,022 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1

diterima, yang artinya ada pengaruh pemberian jus lidah buaya (aloe vera)

terhadap penurunan kolesterol total pada lansia di Unit Pelaksanaan Teknis

Pelayanan Sosial Tresna Werda Jombang.

Menurut peneliti kolesterol total lansia dapat mengalami penurunan karena

adanya pemberian jus lidah buaya (aloe vera). Di samping panti tersebut banyak

terdapat warung kecil yang menjual gorengan dan makanan, sehingga membuat

para lansia sering mengkonsumsi gorengan dan makanan yang merupakan lemak

jenuh. Responden terlalu sering mengkonsumsi gorengan dan makanan yang

mengandung lemak sehingga membuat kadar kolesterol dalam darah tinggi.

Setelah responden diberikan jus lidah buaya (aloe vera) selama 6 hari pada waktu

minum antara makan pagi dan siang dengan takaran 200 ml, kolesterol responden

menjadi berubah. Oleh karena itu, jus lidah buaya (aloe vera) dapat cukup efektif

dalam perubahan kolesterol.

5.2.4 Tabulasi silang pengaruh pemberian jus lidah buaya (aloe vera) terhadap

penurunan kolesterol total pada lansia di Unit Pelaksanaan Teknis

Pelayanan Sosial Tresna Werda Jombang.

Berdasarkan Tabel 5.7 diatas diketahui bahwa hasil pengukuran kolesterol

total sesudah dilakukan pemberian jus lidah buaya (aloe vera) diperoleh
penurunan paling besar adalah pengukuran pada responden 7 sebesar 11,17 % atau

23 mg/dL, penurunan kolesterol total paling kecil adalah pengukuran pada

responden 8 sebesar 2,24 % atau 5 mg/dL, dan responden yang mengalami

kenaikan kolesterol total adalah responden 4 sebesar 7,69% atau 17 mg/dL.

Menurut peneliti kolesterol total lansia dapat mengalami penurunan karena

adanya pemberian jus lidah buaya (aloe vera) selama 6 hari pada waktu minum

antara makan pagi dan siang dengan takaran 200 ml, kolesterol responden menjadi

berubah. Oleh karena itu, jus lidah buaya (aloe vera) dapat cukup efektif dalam

perubahan kolesterol. Namun masih ada responden yang kolesterol totalnya

mengalami peningkatan pada responden 4. Menurut peneliti responden lansia no 4

jarang melakukan aktifitas sehari-hari maupun aktifitas rutin berolahraga sehingga

lemak dalam tubuh tidak berkurang.

Menurut Menurut Mason W. Freeman dan Cristine Junge dalam bukunya yang

berjudul “Lowvering Your Cholesterol” menyebutkan bahwa berolahraga rutin

dapat mengurangi resiko terkena penyakit jantung dengan cara menurunkan

trigleserida dan menaikkan kadar kolesterol HDL (high density lipoprotein).

Orang yang jarang olah raga beresiko memiliki kadar kolestrol yang lebih tinggi,

di bandingkan orang yang rutin berolah raga. Kerja duduk dalam waktu yang lama

juga merupakan penyakit kolestrol tinggi yang tidak disadari oleh banyak orang

(Nugraha, 2013). Karena pada lansia jarang melakukan aktifitas yang berat,

sehingga dapat merangsang kadar ghrelin (hormon yang menambah selera makan)

menjadi bertambah, sebaliknya kadar leptin (hormon yang memberi sinyal bahwa

tubuh sudah kenyang) akan menurun hal tersebut tanpa di sadari dapat

meningkatkan kadar kolesterol dalam darah (Januardi, 2013). Penelitian


Manurung (2013) menyebutkan bahwa adanya aktifitas fisik atau berolahraga

dapat mempengaruhi peningkatan kadar kolesterol HDL darah sama halnya

dengan penelitian yang dilakukan oleh Raul (2009) dimana hasil penelitian

tersebut mendapatkan aktifitas memiliki hubungan bermakna terhadap penurunan

kadar kolesterol total dan peningkatan kadar kolesterol HDL darah.

Anda mungkin juga menyukai