Anda di halaman 1dari 8

CERPEN

Disusun dalam rangka Memenuhi Tugas


Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :
Nama : Yahya Adi Kusuma
Kelas : XI TSM
Program Latian : UAS Semester II

SMK TERPADU HADZIQIYYAH


KAMPUS 2
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
MEMUTIHNYA KELABU

Fajar selalu indah. Sinarnya memecah gelap dan membangkitkan semangat


kehidupan pada makhluk yang merasakannya. Embun menetes, namun kali ini tidak
ada yang menantinya. Begitu juga bagi pelajar kota gudeg Daerah Istimewa Jepara.
Pagi adalah semangat baru. Daerah istimewa ini memang gudangnya pelajar cerdas,
berkarakter ,dan berkebudayaan.
Aku pratiwi, pelajar tingkat SMK di salah satu SMK favorit di Jepara.
“Nok, ndang berangkat sekolah. Jangan sampai telat yo!” Perintah Bu Pinah
kepada anak sulungnya ini sambil menggoreng keripik bonggol pisang salah satu
oleh-oleh khas Jepara.
“Nggih bu. Bapak dimana ya bu ? Ada surat untuk Bapak bu.” Aku
menghentikan anyaman enceng gondok yang seharusnya harus ku jual nanti siang.
“Tinggal saja Nok, Bapak mu baru nyari tewel.” Sahut ibu tanpa antusias.
“Pratiwi pamit bu.”
Aku kemudian mengeluarkan kebanggan ku untuk pergi ke sekolah. Dengan
sepeda pemberian bapak ku empat tahun lalu ini aku meneteskan peluh dengan
segala keyakinan bahwa semua akan berakhir bahagia. Bertahan dalam kondisi ini
bukan menjadi alasan ku untuk menyerah. Bapak Ibu ku selalu mengharapkan ku
menjadi orang hebat.
***
“Haduh.”
Jam menunjukan 7.00,tepat setelah aku memasuki pintu tinggi dan gagah
ini. Bergegas aku memasuki kelas dan semoga sebelum guruku masuk. Dan tepat
sekali, hari ini tidak terlalu buruk bagi ku.
Afiyati, Teman sekelasku yang cantik dan kaya.
“Permisi bu,apa saya boleh masuk?” Afi muncul di balik pintu setelah 30
menit pelajaran di mulai.
“Masuklah setelah pelajaran saya selesai Yati!” Suara lirih Bu Diah yang di
lanjutkan bantingan pintu dari luar kelas.
Namanya Afiyati Nur laila, Baru 2 minggu dia bersekolah disini setelah 1
tahun melanjutkan studynya di Amerika. Benar sekali ,setelah pergantian jam afi
memasuki ruang kelas. Namun kali ini tanpa rasa bersalah .
Penaku terhenti sejenak, Tiba-tiba dari speaker di umumkan sebuah lomba.
Dan nama-nama siswa yang disebut akan mewakili perlombaan nanti. Perlombaan
pentas seni tingkat SMK se-DIY di depan Kraton Jepara. Lomba ini sebagai salah
satu perayaan ulang tahun DIY. Ada banyak perlombaan yang di selenggarakan.
Mulai dari membuat miniature Joglo , Fashion show pakaian jawa, lomba
karawitan, lomba menari, dan juga lomba pidato bahasa jawa.
Pratiwi puji lestari, nama ku di sebut untuk mewakili lomba menari
tradisional. Mungkin karna aku mengikuti ekstrakulikuler tari sejak awal
bersekolah di SMK ini. Aku memang tidak cantik, tapi untuk menggerakan anggota
tubuhku agar terlihat gemulai,aku selalu mengusahakannya setiap latihan.
Lamunan ku terhenti.
“ Wah prat,kamu maju lomba pasti besok pulang bawa piala.” Celetuk salah
satu teman kelas ku.
“Lomba gitu aja apa bangganya sih,Cuma tari tradisional. Dance dong biar
kece” tambah afi dalam gemuruh kelas pagi ini.
Aku hanya diam. Afi memang begitu orangnya. Sebenarnya Afi orang baik,
aku sempat tau dia saat sekolah di tingkat SMP. Dulu namanya bukan Afi, tapi dia
di panggil Yati oleh orangtua dan teman-teman sekolah SMP. Namun setelah
kepulangannya dari Amerika, aku tidak mengenali sedikitpun Afiyati yang dulu.
***
“Kring kring kring”
Bel berbunyi,tanda pembelajaran pada hari ini sudah selesai. Aku
melanjutkan kegiatan kumpul bersama teman-teman lain yang juga di beri amanah
oleh sekolah untuk mewakili perlombaan itu. Tampaknya hanya lomba menari tari
golek ayun-ayun yang di wakili siswa kelas XI, yaitu aku. Peserta yang diwakilkan
lainya adalah kelas XII yang tahun lalu juga sudah mengikutinya. Perlombaan akan
di laksanakan 1 minggu setelah hari ini. Dan latihan akan di mulai besok siang
setelah jam pelajaran selesai.
Matahari benar-benar di atas kepala ketika aku di perjalanan pulang. 30
menit untuk sampai rumah bukan waktu yang lama di bandingkan berjam-jam
menelusuri jalanan. Lelah iya, namun aku ingin membawa kabar gembira untu
bapak ibu ku. Dan aku ingin segera melanjutakan pekerjaanku.
Tidak ada bapak dan ibu dirumah. Mungkin mereka masih menjual
dagangannya. Bapak dan Ibu menjual masakan dengan lauk Gudeg dan oleh-oleh
kripik bonggol pisang. Dari pagi sampai siang bapak dan ibu ber jualan di pasar
bringharjo. Dan malamnya berjualan di alun-alun.
Aku tidak diam. Aku bergegas menyelesaikan anyaman enceng gondok
yang di buat menjadi berbagai bentuk. Yaaa, semua ini demi menjawab surat yang
tadi pagi ku serahkan pada ibu ku. SPP ku belum terbayarkan. Bentuk demi bentuk
aku buat sambil melamunkan gerakan tarian yang akan aku persembahkan esok di
depan guru menari ku saat latihan.
“Nok, dah sore kok masih nganyam?” Tegur bapak ku yang membuat
lamunanku buyar.
“Iya pak sebenter lagi” “Pak minggu depan aku mewakili sekolah untuk
lomba menari di Kraton” Kata ku antusias.
“Lha,lomba dalam rangka apa itu nok ?”
“Salah satu agenda perayaan ulangtahun DIY pak. Yang katanya agar
pelajar sekarang ngerti budaya pak” Sahutku ,sambil memotong enceng gondok
lagi.
“Wah bener sekali nok, anak jaman sekarang memang harus di ingatkan
seperti itu agar tetep lestari budayanya wong jogja.”
“Ndang istirahat nok, Bapak mau siap-siap jualan lagi. Ibumu nggak pulang,
sudah nunggu bapak di alun-alun.” Jelas bapak padaku.
“Nggih pak, nanti terus tak lanjut sinau pak” Ujarku sambil merapikan
bahan-bahan kerajinan enceng gondok ini.
Malam adalah gelap. Malam adalah berhenti beraktifitas. Tapi tidak bagi
aku dan keluarga. Sementara bapak dan ibu berjualan di alun-alun, aku di rumah
belajar dan latihan menari untuk persiapan lomba. Bukan karna aku tidak lelah tapi
memang waktu tidak boleh terbuang sia-sia.
Hari berjalan tak pernah berhenti. Melakukan hal yang sama pada waktu
yang berbeda. Melakukan dengan tulus dan ikhlas. Sampai waktu berkata kita harus
berhenti.
Hari ini adalah hari terakhir aku latiahan menari di sekolah. Perlahan aku
bisa membiasakan diri melenggang dengan gerakan tarian golek ayun-ayun.
Tinggal menunggu hari pementasan itu. Dan untuk kesekian kalinya aku melihat
Afi di luar gedung tempat latihan ku. Afi merokok. Dia bukan Afi yang dulu. Afi
yang sebenarnya adalah Afi yang sebelum study ke Amerika. Bahkan di Indonesia
ini tidak sewajarnya seorang siswa putri merokok.
“Apa loe lihat-lihat gue?” bentak Afi kepada ku yang saat itu aku melihatnya
iba.
“Fi, merokok itu tidak baik untuk perempuan apa lagi seusia kita.” Sahutku
dengan nada rendah tanpa maksud menggurui.
“Loe denger ya, ini bukan urusan loe” sekali lagi dia membentak.
“Fi , 2 minggu lagi ada lomba menyanyi lagi daerah di Taman Budaya
Jepara,suaramukan bagus, ini Formulir pendaftaran jika kamu mau.” Aku
meletakkan kertas formulir di meja depan Afi duduk.
Tidak ada lagi pembicaraan. Hanya senyap. Aku kemudian pulang untuk
menyiapkan perlombaan esok hari.

***
Pagi ini aku memulai hariku dengan restu kedua Bapak dan Ibu ku untuk
mengikuti perlombaan pentas seni tingkat SMK se-DIY di depan Kraton Jepara.
Ada banyak perlombaan yang di selenggarakan. Mulai dari membuat miniature
Joglo , Fasion show pakaian jawa, lomba karawitan, lomba menari, dan juga lomba
pidato bahasa jawa.
Aku datang di aula paling awal. Setelah sebelumnya di rias dan menyiapkan
musik. Waktu memang tidak pernah salah. Aku menjadi peserta yang tampil
pertama. Alunan musik menghantarkan aku menggerakan kaki, tangan, dan kepala.
Sehingga harmonis di setiap detik waktu penampilan ku.
“Prat, tarian mu indah sekali , aku yakin kamu pasti juara.” Kata ipur kakak
kelas yang mendampingiku di perlombaan ini.
“Bukan tarian ku yang indah mbak, tapi kebudayaan Jogja memang selalu
indah,menarik dan harus dilestarikan.” Kata ku sambil menarik nafas lega.
“Andai saja semua siswa di Indonesia ini sadar untuk melestarikanya ya
prat” Tutur mbak Ipur kepadaku.
“Semoga kita semua sadar ya mbak.”
Di perlombaan ini aku hanya di temani kakak kelas,Mbak Ipur. Bapak dan
ibu tidak datang. Bukan karna mereka tidak mendukung dan bangga. Tapi jika
mereka datang berarti tidak ada uang SPP yang akan terbayarkan.
Doa orangtua terutama ibu memang doa terbaik. Setelah beberapa saat
menunggu selesai pertunjukan tarian tradisional Jepara. Waktu yang di tunggu-
tunggu akhirnya tiba juga. Pengumunan di bacakan. Dan yang menjadi juara 1
adalah SMKI. Satu-satunya SMK yang khusus jurusan tari.
“Memang sangat mengesankan tarian mereka.” Batinku dalam lamunan
setelah mendengar pengumuman.
“aaaaaaaaaaaaaa…….” Mbak pur menjerit mengagetkanku.
“SMK kita menjadi runner up dek. Selamat ya ,aku bangga sama kamu.”
Jeritan dan pelukannya benar-benar memecahkan lamuanan ku.
“Terimakasih Tuhan ku , kau beri hasil terbaik atas usaha dan doa ku.” Batin
ku kali ini membuat air menetes di pipiku.
***
Seperti yang selalu ada di pikiran ku. Pagi memang selalu indah. Tapi pagi
ini adalah sebuah kemenangan. Bendera di atas tiang menjadi saksi penyerahan
piala yang aku peroleh pada perlombaan kesenian pada bidang tarian tradisional
yang diselenggarakan di kraton Jepara sebagai salah satu agenda pada perayaan
ulangtahun DIY .
“Penyerahan piala dari Pratiwi kepada Bapak kepala sekolah, kepada
Pratiwi dimohon maju .” perkataan bapak kesiswaan saat pengumuman di upacara
ini di ikuti oleh tepukan tangan teman-teman. Tapi tidak dengan Afi.
Afi kali ini tampak berbeda. Cenderung diam dan mentap kosong. Entah apa
yang sedang ada di benaknya. Namun pagi ini aku melihat nya tak lagi sama seperti
dulu.
“Prat, aku minta maaf atas segala perilakuku selama ini yang mungkin
kurang bekenan di hatimu.” Dia menghampiriku.
“tidak ada yang salah dalam sebuah pertemanan Afi.”
“kamu mengajarkan banyak hal kepada ku prat. Dengan semua
kekuranganmu, kamu mau berusaha menjadi orang hebat. Aku ingin sepertimu.”
Dia memelukku erat dan menangis.
Tidak ada yang bisa aku ucapkan kepadanya. Semua tampak tak terfikir
dibenakku .
“Minggu depan aku akan mengikuti lomba menyanyi lagu daerah di Taman
Budaya Jepara. Formulir dari kamu udah aku isi dan udah aku kirim. Nanti temenin
aku latian ke studio ya. Aku juga mempersembahkan piala untuk sekolah. Aku
pengen seperti kamu. Bantu aku berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi prat.”
Tutur Afiyati dengan penuh penyesalan.
“Aku tak sebaik yang kamu kira fi, masih banyak kekurangan ku. Kamu
orang hebat, aku yakin kamu bisa. Kamu kan juga pernah sekolah di Amerika,pasti
taulah bagimana yang baik.” Jawabku untuk Afi.
“Ah.. jangan seperti itu. Budaya Amerika membuat ku kehilangan jati diriku
sebagai bangsa Indonesia. Indonesia tak sama dengan di sana. Aku menyesal pernah
mengatai mu tidak keren saat menari. Padahal itu budaya yang seharusnya kita
lestarikan dan kita banggakan.” Antusiasme penjelasan Afi membuatku semakin
bahagia.
Karna pada dasarnya setiap orang memiliki sisi baik di dalam hati kecilnya.
Hanya terkadang budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia
membuat kita terlena dan terpengaruh. Mungkin sebagai bentengnya harus
memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.
***
Hari ini gerimis syahdu di kota istimewa. Para peserta lomba memadukan
suara emasnya dengan lagu daerah kita ini. Diawali menyanyikan lagu Indonesia
raya dan dilanjutkan lagu daerah pilihan. Benar- benar momen mengesankan untuk
Afi. Dia mendapatkan juara harapan 1. Suara emasnya membawa pulang piala .
Dan akhirnya , aku dan Afi kembali menjadi teman yang selalu ingin
berbuat baik tanpa mempedulikan status sosial dan kekayaan. Kami berdua
mengembangkan bakat di bidang tarian tradisional dan menyanyi lagu daerah. Ini
bukan untuk kita.tapi untuk Lestarinya kebudayaan Indonesia. Terutama
kebudayaan Daerah Istimewa Jepara.

Anda mungkin juga menyukai