Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

TONSILITIS DENGAN TINDAKAN OPERATIF


ADENOTONSILEKTOMI DI RUANG IBS RSUD DR. LOEKMONO HADI
KUDUS

DISUSUN OLEH :

RIA MAGDALENA
P.17420113026

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
TONSILITIS DENGAN TINDAKAN OPERATIF
ADENOTONSILEKTOMI DI RUANG IBS RSUD DR. LOEKMONO HADI
KUDUS

A. Pengertian
Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan
dari jaringan tonsil dengan pengumpulan lekosit, el-sel epitel mati dan bakteri
patogen dalam kripta (Adam Boeis, 2008).
Tonsilektomi adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk
mengambil tonsil dengan atau tanpa adenoid (Adam Boeis, 2008).
Adenotonsilitis kronik adalah keradangan kronik pada tonsil sebagai
akibat hipertrofi folikel-folikel getah bening disertai hipertrofi adenoid yang
terjadi pada anak.

B. Penyebab
1. Streptokokus hemolitikus grup A.
2. Pneumokokus.
3. Stafilokokus.
4. Haemofilus influezae.

C. Klasifikasi
Berdasarkan lama perjalanan penyakit dan penyebabnya, tonsillitis
terbagi atas tonsillitis akut dan tonsillitis kronis.
1. Tonsilitis Akut
Merupakan radang pada tonsil yang timbulnya (onset) cepat, atau
berlangsung dalam waktu pendek (tidak lama), dalam kurun waktu jam,
hari hingga minggu. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil
akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit
polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini merupakan
kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara
klinis detritus ini mengisi kripte tonsil dan tampak sebagai bercak
kekuningan.
2. Tonsilitis Kronik
Tonsilitis yang berlangsung lama (bulan atau tahun) atau dikenal
sebagai penyakit menahun. Bakteri penyebab tonsillitis kronik sama
halnya dengan tonsillitis akut, namun kadang-kadang bakteri berubah
menjadi bakteri golongan gram negatif. Faktor predisposisi tonsillitis
kronis antara lain rangsangan kronis rokok, makanan tertentu, higiene
mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan
tonsillitis akut yang tidak adekuat.

D. Manifestasi Klinik
1. Penderita biasanya mengeluh sakit menelan, lesu seluruh tubuh, nyeri
sendi.
2. Suhu tubuh sering mencapai 40°C, terutama pada anak.
3. Tonsil tampak bengkak, merah, dengan detritus berupa folikel atau
membran.
4. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan leukositosis.
5. Pada tonsilitis kronik hipertrofi, tonsil membesar dengan permukaan tidak
rata, kripta lebar berisi detritus. Tonsil melekat ke jaringan sekitarnya.
Pada bentuk atrofi, tonsil kecil seperti terpendam dalam fosa tonsilaris.
6. Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala dan muntah.

E. Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas,
akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar
melalui sistem limfa ke tonsil.
Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya
proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat
keluar masuknya udara.
Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring
serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga
menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi,dan bau
mulut (Price, 2006)

F. Pathways

Invasi kuman patogen (bakteri / virus)

Penyebaran limfogen

Faring & tonsil

Proses inflamasi hipertermi

Tonsilitis

Edema faring Tonsil & adenoid membesar

Nyeri telan Gangguan rasa Obstruksi jalan nafas


nyaman : Nyeri

Sulit makan & minum


Ketidakefektifan jalan nafas

Gangguan (Price, 2006)


pemenuhannutrisi <
dari kebutuhan
tubuh
G. Penatalaksanaan
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat
diagnosa adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
a. Leukosit : terjadi peningkatan
b. Hemoglobin : terjadi penurunan
c. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
Diagnosis berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan fisik.
Dengan bantuan spatel, lidah ditekan untuk melihat keadaan tonsil, yaitu
warnanya, besarnya, muara kripte apakah melebar dan ada detritus, nyeri
tekan, arkus anterior hiperemis atau tidak. Besar tonsil diperiksa sebagai
berikut:
T0 = tonsil berada di dalam fossa tonsil atau telah diangkat
T1 = bila besarnya 1/4 jarak arkus anterior dan uvula
T2 = bila besarnya 2/4 jarak arkus anterior dan uvula
T3 = bila besarnya 3/4 jarak arkus anterior dan uvula
T4 = bila besarnya mencapai arkus anterior atau lebih

2. Terapi
a. Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik per oral selama
10 hari. Jika anak mengalami kesulitan menelan bisa diberikan dalam
bentuk suntikan. Tidak perlu memulai antibiotik segera, penundaan
1 – 3 hari tidak meningkatkan komplikasi atau menunda
penyembuhan penyakit. Antibiotik hanya sedikit memperpendek
durasi gejala dan mengurangi risiko demam rematik. Pasien tidak lagi
menularkan penyakit sesudah pemberian 1 hari antibiotik
b. Bila suhu badan tinggi, penderita harus tirah baring dan dianjurkan
untuk banyak minum. Makanan lunak diberikan selama penderita
masih nyeri menelan.
c. Analgetik (parasetamol dan ibuprofen adalah yang paling aman) lebih
efektif daripada antibiotik dalam menghilangkan gejala. Nyeri faring
bahkan dapat diterapi dengan spray lidokain.
d. Pada tonsilitis kronik, penting untuk memberikan nasihat agar
menjauhi rangsangan yang dapat menimbulkan serangan tonsilitis
akut, misalnya rokok, minuman/makanan yang merangsang, higiene
mulut yang buruk, atau penggunaan obat kumur yang mengandung
desinfektan.
e. Bila terapi medikamentosa tidak berhasil dianjurkan terapi radikal
dengan tonsilektomi. Indikasi tonsilektomi :
Relatif
a) Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil pertahun dengan
terapi antibiotik adekuat.
b) Halitosis (nafas bau) akibat tonsilitis kronik yang tidak
membaik dengan pemberian terapi medis.
c) Tonsilitis kronis atau berulang pada linier Streptokokkus yang
tidak membaik dengan pemberian antibiotik
 Mutlak (Absolut)
a) Pembengkakan tonsil menyebabkan obstruksi saluran napas,
disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmonal.
b) Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan
medis dan drainase.
c) Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
d) Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan tempat
yang dicurigai limfoma (keganasan)
e) Hipertropi tonsil atau adenoid dengan sindrom apnoe waktu
tidur.
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola persepsi dan tata hidup sehat.
Meliputi perawatan diri dan cara merawat kesehatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme.
Meliputi makan dan minum, sebelum dan saat di rumah sakit berapa
banyak minum dalam sehari serta apakah mengalami gangguan
kebutuhan nutrisi
c. Pola eliminasi.
Meliputi kebiasaan BAK dan BAB, warnanya, konsistensi, frekuensi,
dan bau baik sebelum masuk rumah sakit atau masuk rumah sakit.
d. Pola istirahat dan tidur.
Meliputi lama tidur klien, sebelum masuk rumah sakit dan setelah
masuk rumah sakit, serta gangguan waktu tidur.
e. Pola aktifitas dan latihan.
Meliputi aktivitas klien dirumah dan masyarakat serta lamanya klien
beraktivitas.
f. Pola persepsi dan konsep diri.
Dapat terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan hal itu
merupakan dampak psikologi klien. Konsep diri meliputi : body image,
ideal, harga diri, peran dan identitas.
g. Pola sensori dan kognitif.
Daya pengelihatan, pendengaran, penciuman, perabaab dan perasa
terjadi gangguan atau tidak, pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
h. Pola reproduksi sosial.
Meliputi hubungan klien dan keluarga (orang tua), mempunyai
beberapa saudara dan termasuk anak keberapa.
i. Pola hubungan dan peran.
Meliputi hubungan klien dengan teman sebaya, masyarakat, keluarga
dan peran klien dalam keluarga.
j. Pola penanggulangan stress.
Meliputi penyebab stress, koping terhadap stress, adaptasi terhadap
stress dan pemecahan masalah.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Agama dan keyakinan serta ritualitas (Doengoes, 2008).

2. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Pra Operasi Setelah dilakukan  Pertahankan Untuk mencegah aspirasi
Resiko tinggi tindakan pasien tetap selama anastesia.
cedera keperawatan di puasa sesuai Menghindari dehidrasi.
berhubungan harapkan pasien instruksi. Mengidentifikasi adanya
dengan tidak mengalami  Pastikan bahwa infeksi.
prosedur cedera dan pasien terhidrasi Untuk mencegah distensi
bedah, komplikasi dengan dengan baik kandung kemih /
anastesia criteria hasil : sebelum mulai inkontinensia selama
 Pasien aman dari puasa, terutama anastesia.
bahaya bayi Untuk menurunkan resiko
 Pasien  Ukur dan catat infeksi.
teridentifikasi tanda-tanda vital. Untuk mengetahui adanya
dengan benar  Beri kesempatan tanda abnormalitas
dan jelas. pada pasien sistemik.
 Pasien puasa untuk berkemih Untuk menjamin
selama waktu sebelum obat ideentifikasi yang benar.
pra operasi yang operasi di Untuk mencegah jatuh.
ditentukan. berikan. Untuk mencegah jatuh

 Pasien berkemih  Pastikan alergi Menjaga keamanan

diindikasikan pasien.

dengan jelas
pada catatan.
 Periksa nilai-nilai
laboratorium.
 Periksa bahwa
gelang
identifikasi
terpasang dengan
benar.
 Kencangkan
pagar empat tidur
atau keranjang
bayi.
 Gunakan restein
ketika
memindahkan
dengan brangkar.
 Jangan
meninggalkan
pasien tanpa
pengawasan.
2 Cemas/takut Setelah dilakukan  Lakukan Untuk menurunkan
berhubungan tindakan penyuluhan pra cemas/takut.
dengan keperawatan operasiJelaskan Untuk menguatkan
perpisahan diharapkan pasien alasan informasi yang diberikan
dari sistem menunjukkan tanda- pembedahan. praktisi.
pendukung , tanda relaksasi yang  Berikan sedasi Untuk meningkatkan
lingkungan optimal, sedasi dan pra operasi bila relaksasi dan tidur.
tidak di dukungan sebelum diintruksikan. Untuk menurunkan
kenal, kurang tiba di ruang operasi  Tempatkan alat cemas/takut.
pengetahuan. dengan criteria hasil yang tidak di Untuk meningkatkan
: kenal di luar relaksasi dan mendorong
 Pasien tertidur pandangan tidur.
atau berbaring pasien. Memberikan peningkatan
dengan tenang.  Tempatkan rasa aman.
 Pasien dan pasien di ruangan Untuk memberikan rasa
keluarga tenang dengan aman dan nyaman.
menunjukkan distraksi
pemahaman minimum.
tentang  Dorong orang tua
pembedahan dan untuk tinggal
perawatan pasca dengan pasien
operasi. selama yang
diijinkan dan
sesuai harapan
mereka.
3 Perubahan Setelah dilakukan  Tekankan dan Menguatkan informasi
proses tindakan jelaskan yang diberikan praktisi.
keluarga keperawatan informasi,
berhubungan diharapkan pasien  jadwal pasien Meningkatkan
dengan dan keluarga (kapan menerima pemahaman keluarga
prosedur mendapat dukungan pramedikasi, tentang prossedur.
pembedahan. yang adekuat waktu untuk
dengan criteria hasil pembedahan)
:  Gali perasaan Mengkaji kebutuhan
 Keluarga keluarga terhadap intervensi lanjut.
menunujukan berkenaan
pemahaman dengan prosedur
tentang prosedur dan
dan informasi implikasinya.
yang berkaitan.  Libatkan Memudahkan jalanya
 Keluarga keluarga dalam persiapan.
mematuhi persiapan Memberikan dukungan
petunjuk. pembedahan. dan ketenangan sesuai
kebutuhan.
1 Pasca oprasi Setelah di lakukan  Hindari pasien Menghindari trauma pada
Resiko tinggi tindakan dari batuk yang daerah operasi.
cedera karena keperawatan sering
hemoragi diharapkan pasien  Hindari Menghindari trauma pada
berhubungan tidak menunjukkan penggunaan obat daerah operasi.
dengan bukti-bukti kumur atau sikat
permukaan perdarahan dengan gigi yang keras.
kasar atau criteria hasil :  Hindari makanan Menghindari iritasi pada
gundul dari  Pasien tidak yang mengiritasi daerah operasi.
permukaan memperberat atau sangat Menghindari trauma pada
tonsil. daerah operasi. pedas. daerah operasi.
 Tidak ada bukti  Anjurkan cairan Menghindari trauma pada
perdarahan atau dingin atau daerah operasi.
hemoragi. makanan semi
lunak.
 Hindari
meletakkan
benda keras di
dalam mulut.
 Kaji pasien untuk Mengetahui dengan
bukti-bukti segera apabila terjadi

perdarahan perdarahan/ hemoragi.

/hemoragi. Perdarahan dapat terjadi 5


sampai 10 hari setelah
 Jelaskan pada
operasi pembedahan.
orang tua bahwa
adanya tanda-
tanda perdarahan
memerlukan
perhatian medis.
2 Nyeri Setelah di lakukan  Beri analgesic Mengurangi nyeri.
berhubungan tindakan sesuai ketentuan.
dengan keperawatan  Beri sedasi Mengurangi tangisan
daerah diharapkan pasien ringan sesuai yang dapat mengiritasi
pembedahan. tiddak mengalami ketentuan untuk daerah operasi.
nyeri atau nyeri kegelisahan.
menurun sampai  Beri obat dengan Menghindari sakit
tingkat yang dapat rute yang ssesuai menelan.
di terima oleh dengan kondisi
pasien dengan pasien.
criteria hasil :  Hindari Menghindari iritasi pada
 Pasien pemberian cairan daerah operasi.
menunjukan yang mengiritasi Mengurangi nyeri.
tidak adanya dan makanan
atau minimalnya padat.
bukti-bukti  Gunakan tekhnik
nyeri. pengurangan
 Pasien menerima nyeri non-
pemberian obat farmakologis.
dengan distress
yang minimum.
 Pasien
beristirahat
dengan nyaman
3 Gangguan Setelah dilakukan  Pertahankan Menghindari dehidrasi.
menelan tindakan cairan intravena
berhubungan keperawatan sesuai ketentuan
dengan diharapkan pasien sampai cairan
inflamasi dan mendapat cairan dan dapat di
nyeri. nutrisi yang adekuat toleransi,
dengan criteria hasil  Beri diet yang Memenuhi kebutuhan
: tepat sesuai nutrisi.
 Pasien toleransi.
mengkonsumsi  Beri penghilang Pasien mampu menelan
cairan dan nyeri. dengan baik.
nutrisi dalam  Posisikan untuk Membantu proses
jumlah yang optimalkan menelan.
adekuat. penelanan.
 Pasien  Jelaskan pada Meningkatkan
membuang pasien dan penyembuhan.
mulkus dan keluarga tentang
drainase dengan pentingnya
baik. makan dan
minum.
 Bantu pasien Menghindari trauma pada

mengeluarkan luka operasi.

mucus dan
drainase tanpa
batuk atau
membersihkan
tenggorok.
 Beri posisi Meminimalkan resiko

miring atau aspirasi.

tengkurap pada
saat pasien tidur.
4 Resiko tinggi Setelah dilakukan  Beri cairan sesuai Mempertahankan
kurang tindakan instruksi. keseimbangan cairan
volume keperawatan tubuh.
cairan diharapkan pasien  Hilangkan nyeri. Membantu pasien untuk
berhubungan menunjukkan minum.
dengan puasa hidrasi yang adekuat  Kaji bukti-bukti Menguatkan hidrasi
sebelum dengan criteria hasil hidrasi. terpenuhi.
pembedahan, :  Beri hygiene oral Mendorong minat untuk
menolak  Pasien  Pertahankan minum
untuk memminum masukan dan Mempertahankan hidrasi.
menelan. cairan dalam pengeluaran.
jumlah cukup
 Pasien
menunjukkan
bukti-bukti
hidrasi yang
adekuat.
 Pasien
menerima cairan
intravena sesuai
pesanan.
5 Cemas/takut Setelah dilakukan  Jelaskan sumber- Memberikan pengetahuan
berhubungan tindakan sumber ketidak pada pasien atau
dengan keperawatan nyamanan keluarga.
kejadian yang diharapkan tidak  Antisipasi Untuk memenuhi
tidak di kenal adanya atau kebutuhan. kebutuhan.
, rasa tidak minimalnya rasa  Jaga agar pasien Menghindarkan pasien
nyaman. cemas atau takut dan tempat tidur dari hal yang
dengan criteria hasil bebas dari menakutkan.
: ekskresi bercak
 Pasien darah.
beristirahat  Terangkan pasien Mengurangi kecemasan
dengan tenang berkaitan dengan pasien.
dan melakukan adanya drainase
komunikasi bercak darah.
verbal dan non  Letakkan wadah Memberikan peningkatan
verbal dengan emesis di tempat keamanan.
mudah. yang mudah di
 Pasien jangkau.
mengkomunikas
ikan kebutuhan
dan keinginan
dengan cara
yang tenang.
Daftar Pustaka

Boeis,Adam. (2008). Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.

Doengoes, Marilynn E. (2008). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

perencanaan Keperawatan dan masalah kolaboratif. Alih Bahasa : I Made

Kanosa, Edisi III. EGC Jakarta.

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis

proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.

Smeltzer dan Bare. (2008). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 2. Jakarta:

EGC.

Anda mungkin juga menyukai