Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem pernafasan merupakan salah satu organ yang sangat penting bagi

kehidupan seseorang apabila terjadi masalah gangguan pernafasan seperti

asthma dapat bias berakibat fatal bagi seseorang bahkan dapat menyebabkan

kematian. Asthma adalah penyakit jalan napas obstruktif, intermitten,

reversible dimana trachea dan bronchi berespon secara hiperaktif

terhadap stimulasi tertentu (Musliha dalam Purwaningsih 2015). Secara

klinis asma adalah suatu serangan dengan sesak yang disertai dengan

suara napas “mengi” (wheezing/wheeze), yang dapat timbul sewaktu - waktu

dan dapat hilang kembali (sempurna ataupun hanya sebagian), baik secara

spontan maupun hanya dengan obat-obatan tertentu/sifat reversibilitas

(Danusantoso dalam purwaningsih 2015).

Menurut World Health Organization (WHO, 2015) jumlah penderita

asma di dunia mencapai 300 juta orang. Angka ini dikhawatirkan terus

meningkat hingga 400 juta orang pada tahun 2025. Di dunia penyakit asma

termasuk 5 besar penyebab kematian diperkirakan 250.000 orang meninggal

setiap tahunnya dikarenakan asma.Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Desa

(Riskesdas) Pada Tahun 2018 Di Indonesia jumlah penderita Penyakit Asthma

1
paling banyk berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kalimantan Timur dan

Bali Dengan Presentasi antara 4-4,5% (Kemenkes 2018).

Angka Kejadian Penyakit Asthma di Kalimantan Timur tahun 2018

berjumlah sekitar 4,1% dari 3.408.923 Jiwa. Jumlah penderita asma

meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi asma pada kelompok

umur ≤44 tahun mulai meningkat. Angka kejadian asthma pada perempuan

cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki, Prevalensi asma terlihat sama

antara perkotaan dan perdesaan, Asma cenderung lebih tinggi pada kelompok

dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah. (Kemenkes,2018). Berdasarkan

data Dinas Kesehatan Kota Samarinda jumlah Penderita Asthma Sebanyak

503 orang Dimana salah satu daerah yang paling banyak berada Di Wilayah

Kerja Puskesmas Baqa dengan jumlah sebanyak 67 orang.

Hasil studi pendahuluan dengan cara wawancara kepada 10 Keluarga di

Puskesmas Baqa tentang penanganan awal asthma non farmakologi

menunjukkan bahwa 8 orang tidak mengetahui tentang penanganan awal

gejala asthma non farmakologi. Berdasarkan fenomena latar belakang di atas

maka akan dilakukan penelitian lebih lanjut kepada keluarga yang memiliki

penyakit asthma di wilayah kerja Puskesmas Baqa Metode penelitian yang

digunakan adalah deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui gambaran tingkat pengtahuan tentang penanganan awal asthma

non farmakologis.

2
Secara garis besar penatalaksanaan asma bronkiale dibedakan menjadi 2

yaitu farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis pengobatan

asma menggunakan reliever yaitu obat yang berfungsi untuk menghilangkan

obstruksi dan controller sebagai anti inflamasi (dalam purwaningsih 2015).

Non farmakologis penatalaksanaan pada pasien asma pada dasarnya

dapat dibedakan secara fisik maupun psikologis, secara fisik pada saat

serangan dapat diberikan tindakan fisioterapi yang salah satu unsur di

dalamnya terdapat massage pada area punggung, adanya kesadaran penderita

asma akan arti penting exercise (karena dengan olah raga seperti senam asma,

renang dan jogging dan peningkatan aktivitas secara bertahap

dapat mengurangi gejala asma), latihan pernapasan dengan cara

menghembuskan napas secara tepat (hal ini akan mengurangi CO2 di paru

paru dan membuat rileks saluran pernapasan) mengetahui adanya faktor

pencetus.

Menurut Monalisa dalam Purwaningsih (2015), berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan pada penanganan pasien asma, massage dada dengan

minyak kayu putih akan memberikan efek anti spasmodik sehingga

mengurangi obstruksi jalan napas.

Dampak yang sering dirasakan oleh penderita asma pada saat serangan

adalah tidak bisa melakukan kegiatan,susah untuk melakukan aktivitas dan

terganggu aktifitas sosial seperti pekerjaan terganggu.hal ini sesuai dengan

3
laporan dari delapan negara Asia-Pasifik dilaporkan dalam journal of allergy

and clinical immunology tahun 2003, yang menunjukkan bahwa dampak asma

terhadap kualitas hidup seperti keterbatasan fisik 44,1%, keterbatasan daam

berekreasi atau olahraga 52,7%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%, aktivitas

social 38% dan cara hidup 37,1%. (Ide;Herni,2016).

Pengetahuan keluarga sangat dibutuhkan pada penanganan awal asma

dikarenakan penyakit ini bisa kambuh kapan dan dimana saja karena salah

satu faktornya disebabkan oleh reaksi antigen-antibodi dan inhalasi alergen

(debu, serbuk, bulu binatang).

Asma selalu mengalami peningkatan, jadi harus ada upaya pencegahan

asma yang baik, pentingnya upaya pencegahan yaitu salah satunya agar

penderita tidak mengalami kekambuhan penyakitnya, jadi penderita tidak

sering ke pelayanan kesehatan untuk berobat, selain itu para penderita harus

tahu tentang asthma, penyebab asthma, gejala asma dan cara pencegahan yang

baik, jika pengetahuan penderita meningkat penderita akan melakukan

pencegahan yang baik. (Danusantoso, 2011).

Penanganan serangan gejala awal asma hal yang dapat dilakukan adalah

dengan memberikan posisi yang nyaman bagi penderita seperti semi flower

yaitu posisi duduk dimana kepala ditinggikan paling sedikit 450.

Menggunakan gravitasi membantu mengembangkan dada dan mengurangi

tekanan abdomen dan diafragma.posisi ini dibantu penopang sandaran yang

4
sering digunakan dua bantal yang diletakkan di punggung dan kepala menurut

(Kozier dkk,2011).

1.2. Rumusan Masalah

“Bagaimanakah gambaran pengetahuan keluarga tentang penanganan gejala

awal (non farmakologi) pada anggota keluarga yang menderita asma di

wilayah kerja Puskesmas Baqa?”

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang penanganan awal

gejala (non farmakologi) pada anggota keluarga yang menderita asma di

wilayah kerja Puskesmas Baqa?”

1.3.2. Tujuan khusus

a. Untuk mengindentifikasi pengetahuan keluarga tentang penanganan gejala

awal asma dengan latihan batuk efektif

b. Untuk mengindentifikasi pengetahuan keluarga tentang penanganan gejala

awal asma dengan latihan pernapasan (Breathing exercise)

c. Untuk mengindentifikasi pengetahuan keluargatentang penanganan gejala

awal asma dengan penanganan asma bronkiale secara psikologis/supportif

d. Untuk mengindentifikasi pengetahuan keluargatentang penanganan gejala

awal asma dengan penggunaan minyak kayu putih dalam massage dada

dan kerokan pada asma

5
1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat memberikan sumbangan, pemikiran dan acuan bagi ilmu

pengetahuan secara umum.

1.4.2. Bagi institusi pelayanan

Dapat memberikan kontribusi untuk mengevaluasi program pengobatan

penyakit asma melalui upaya peningkatan pengetahuan masyarakat penaganan

awal asma, dengan adanya penyuluhan dan promosi kesehatan.

1.4.3. Bagi responden

Bagi penderita pengetahuan keluarga penanganan awal asma non farmakologi,

diharapkan penderita dapat kooperatif dalam mendukung pengobatannya.

1.4.4. Bagi Perawat

Sebagai tambahan kepustakaan untuk penelitian lebih lanjut dalam

mengembangkan ilmu keperawatan mengenai penanganan penyakit asma.

Anda mungkin juga menyukai