Puri Samarinda, Panti sosial Tresna Werdha Nirwana Puri samarinda sebagai
tempat tinggal warga lanjut usia untuk mengatasi masalah lansia terutama yang
kesejahteraan sosial lanjut usia yang terencana, berkelanjutan, tepat guna dan
UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda mempunyai luas
areal kurang lebih 22.850 M2 serta dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang memiliki jumlah bangunan 37 buah dan SDM sebanyak 96 orang, serta
dapat melayani jumlah klien sebanyak 120 orang sesuai dengan daya tampung
yang ada.
39
5.2 Hasil penelitian
Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda berusia >70 tahun.
Laki-laki
Perempuan
40
5.2.4 Karakteristik Berdasarkan Tekanan Darah
Normal (≤120/≤80)
Hipertensi Ringan (≥130/>80)
Hipertensi Sedang (≥140/≥90)
Hipertensi Berat (≥160/≥100)
41
Tabel 5.2.5.a menunjukan Total jam tidur lansia di malam hari <5
(69,2%), 6-7 jam sebanyak 14 responden (21,5%) dan >7 jam sebanyak 1
memulai tidur di malam hari >60 menit sebanyak 0 responden (0,%), 31-
Nirwana Puri Samarinda waktu memulai tidur dimalam hari 16-30 menit.
42
Tabel 5.2.5.c menunjukan frekuensi terbangun dari tidur di malam
hari >5 kali sebanyak 1 responden (1,5%), 3-4 kali sebanyak 16 responden
( 24,6%), 1-2 kali sebanyak 45 responden (69,2%) dan tidak ada sebanyak
43
Tabel 5.2.5.e menunjukan seberapa nyeyak tidur lansia dimalam
tadi malam, Tidak merasa puas sebanyak 3 responden (4,6%), Sedikit puas
44
Tabel 5.2.5.g menunjukan Perasaan mengantuk lansia di siang hari,
5.3 Pembahasan
45
(Depkes RI 2003, dalam Pangastuti, 2008) menggolongkan lansia
dalam tiga kategori, yaitu: lansia dini (55-60 tahun), lansia (60-70 tahun),
dan lansia resiko tinggi (lebih dari 70 tahun). Jika ditinjau dari jumlah lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda lansia resiko tinggi
dari pada lansia yang berusia 60-70 tahun Berdasarkan data Statistik
pada tahun 2015 dengan rentang usia 60-70 tahun sebesar 670 jiwa dan usia
gangguan atau susah tidur antara lain adalah usia dimana Semakin
pada tubuhnya, salah satunya adalah perubahan pada pola tidur dan istirahat.
Hal ini sejalan dengan Perubahan kualitas tidur yang berkaitan dengan usia
adalah perempuan.
46
Jumlah lansia umumnya lebih banyak wanita dibandingkan pria, hal
ini dapat dilihat dari presentasi pria dan wanita serta ratio jenis kelamin dari
lansia pria dan wanita. Umumnya angka morbiditas pada perempuan lebih
tinggi dibandingkan pria. (Handayani 2012). Menurut teori dari (Pemi, 2009
47
hasil penelitian ini didukung oleh pendapat potter dan perry (2008),
pertambahan usia. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada
Total jam tidur lansia di malam hari <5 jam sebanyak 5 responden
responden (21,5%) dan >7 jam sebanyak 1 responden (1,5%). Data tersebut
beda, usia lanjut membutuhkan waktu tidur 6-7 jam perhari Walaupun
mereka menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur, tetapi usia lanjut
sering mengeluh terbangun pada malam hari, memiliki waktu tidur kurang
total, mengambil lebih lama tidur, dan mengambil tidur siang lebih banyak
normal pada lansia adalah tidur sekitar 6 jam sehari. Lansia mengalami tidur
6-7 jam sehari karena adanya penurunan fase NREM 1 dan 2, stadium 3 dan
4 aktivitas gelombang delta menurun atau hilang, hal ini membuat tidur
dewasa yang rata-rata 8 jam sehari. Lansia yang tidurnya lebih dari 7 jam,
48
hal ini dimungkinkan lansia mampu beradaptasi dengan perubahan seiring
waktu yang dibutuhkan lansia untuk memulai tidur di malam hari >60
(17%), 16-30 menit sebanyak 47 rsponden (72,3%) dan <15 menit sebnayak
Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda waktu memulai tidur
dimalam hari 16-30 menit. Kisaran waktu normal yang dibutuhkan untuk
dapat tertidur adalah 10-30 menit (Potter & Perry, 2012). Lansia secara
penelitian ini sesuai dengan kondisi yang normal yaitu waktu yang
Kebiasaan lansia yang sering dilakukan sebelum memulai tidur, juga dapat
kebiasaan sebelum tidur yang tidak sehat seperti: makan dan minum,
bisa berdampak pada meningkatnya latensi tidur pada lansia (Peters, 2009).
49
(4,6%). Data tersebut menunjukan mayoritas responden di Panti Sosial
dari tidur di malam hari 1-2 kali. Lansia dapat mengalami gangguan tidur
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Khasanah dan Hidayati (2012),
bahwa lansia sering ke kamar mandi pada malam hari karena adanya
dengan penurunan otot kandung kemih sebagai akibat dari proses penuaan.
malam hari dan mempengaruhi tidur. Nyeri badan pada lansia dianggap
sebagai salah satu gangguan tidur yang menyerang saat tidur dalam kondisi
terjaga di malam hari. Lansia merasakan nyeri pada malam hari terutama
yang mempunyai sakit fisik seperti rematik, asam urat, hipertensi dan
seoptimal ketika masih muda. Hal inilah yang kemudian bisa menyebabkan
tidur seseorang.
50
d. Perasaan saat bangun tidur di pagi hari
Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda Perasaan saat bangun tidur
di pagi hari segar. Siklus tidur dan bangun mengatur fungsi fisiologis dan
fisiologis tubuh lainnya juga dapat terganggu atau berubah. Secara normal
orang yang tidur cukup akan merasakan segar setelah terbangun dari
(20,0) dan tidur sangat nyeyak sebanyak 1 responden (1,5%). Data tersebut
siklus tidur, atau terlalu banyak tidur, dan lingkungan fisik tempat
51
sesorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur (
perasaan puas dengan tidur yang dialami tadi malam, Tidak merasa
bahwa faktor yang menyebabkan kepuasan tidur yang buruk pada lansia
sosial, dan lingkungan. Kim & Moritz (1982, dalam Maas, 2011), juga
lumayan mengantuk.
52
Lansia merasa mengantuk di siang hari karena kurang aktivitas pada
siang hari dan tidak adanya aktivitas yang rutin. Hal ini menyebabkan lansia
sering tidur pada siang hari karena tidak ada aktivitas yang harus dikerjakan.
Hal ini di dukung penelitian yang di lakukan oleh Oliveira yang menyatakan
bahwa lansia yang mengalami tidur siang hari yang panjang disebabkan
karena kurang adanya aktivitas di siang hari dan tidak adannya stimulus
tidurnya baik.
akibat kekurangan tidur antara lain ekspresi wajah (area gelap disekitar
menarik diri, apatis, merasa tidak enak badan, malas, daya ingat menurun,
53
bingung, halusinasi, ilusi penglihatan dan kemampuan mengambil
merupakan masalah klinis yang penting dan kompleks, dimana Orang yang
terganggu dalam tidur beresiko terjadi kelelahan. Kualitas tidur yang buruk
juga terkait dengan fungsi kekebalan tubuh seseorang dan depresi. Kualitas
tidur lansia yang baik dikarenakan mereka memiliki kemampuan untuk tetap
tidur dan kondisi lansia yang masih relative baik dalam hal psikologis
maupun biologis.
apabila siklus NREM dan REM terjadi berselang-seling empat sampai enam
kali Hidayat (2006, dalam Sagala, 2011) juga menyatakan bahwa kualitas
54