SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun Oleh:
Sharitadevi Christevan Daniswari
1710221029
Pembimbing:
dr. Adhi Wibowo, SpKJ (K), MPH
Penulis berharap makalah long case ini dapat memberikan manfaat bagi bidang akademik
ilmu psikiatri dan para pembaca. Penulis juga menyadari bahwa makalah long case ini masih
jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis untuk menjadikan makalah long case ini lebih baik kedepannya. Sekian,
terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Telah berhasil dipresentasikan dan diterima sebagai syarat yang diperlukan untuk ujian
kepaniteraan klinik Psikiatri Program Studi Profesi Dokter Umum, Fakultas Kedokteran UPN
“Veteran” Jakarta.
Pembimbing,
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : Oktober 2018
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki - laki
Usia : 67 Tahun
Alamat : Panti Sosial Bina Laras Cengkareng
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Dokter yang Merawat : dr. Adhi Wibowo, Sp.KJ (K), MPH
Tanggal Masuk : 27 Oktober 2018
Ruang Perawatan : Ruang Kasuari
Rujukan/Datang Sendiri/Keluarga : Diantar Dinas Sosial
B. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis
1. Tanggal 30 Oktober 2018, pukul 16.00 WIB, di ruang Kasuari Rumah Sakit Jiwa dr.
Soeharto Heerdjan
2. Tanggal 31 Oktober 2018, pukul 15.30 WIB, di ruang Kasuari Rumah Sakit Jiwa dr.
Soeharto Heerdjan
3. Tanggal 1 November 2018, pukul 11.00 WIB, di ruang Kasuari Rumah Sakit Jiwa
dr. Soeharto Heerdjan
Alloanamnesis
Tidak dapat dilakukan karena pasien berasal dari Dinas Sosial
a. Keluhan Utama
Pasien dirawat di Ruang Kasuari karena bicara sendiri sejak beberapa hari SMRS.
C. STATUS FISIK
a. Status Internus
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
1. Tekanan darah : 100/70 mmHg
2. Suhu : 36,5oC
3. Nadi : 86 x / menit
4. Respirasi : 20 x / menit
1. Kepala
Kepala : Normocephal
Rambut : Berdistribusi normal, tidak mudah dicabut dan
berwarna hitam
Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+,
konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), napas cuping
hidung (-), sekret -/-
Telinga : Sekret -/-, membran timpani intak +/+, nyeri tekan -/-
Mulut : Mukosa bibir lembab, sianosis (-), trismus (-)
Lidah : Normoglossia, deviasi (-), ulkus (-)
Gigi geligi : Dalam batas normal
Uvula : Deviasi (-), hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1, tidak hiperemis
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak
teraba membesar
2. Thoraks
a) Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis
maupun dinamis, retraksi (-).
Palpasi : Fremitus taktil +/+, fremitus vokal +/+
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler pada seluruh lapang paru,
rhonki -/-, wheezing -/-
b) Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak pada inspeksi
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba tanpa disertai vibrasi
Perkusi : Tidak dikaji
Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
3. Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, hiperemis (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, shifting
dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar, ballotement (-)
4. Ekstremitas
Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
b. Status Neurologis
1. Saraf kranial (I-XII) : Baik
2. Tanda rangsang meningeal : Normal
3. Refleks fisiologis : (+ +) normal
4. Refleks patologis : Tidak ada
5. Motorik : Baik
6. Sensorik : Baik
7. Fungsi luhur : Baik
8. Gangguan khusus : Tidak ada
9. Gejala EPS : Akathisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-),
tonus otot (Normal), tremor(-), distonia (-),
E. STATUS MENTAL
Dilakukan pemeriksaan status mental pada 30 Oktober – 1 November 2018 di ruang
Kasuari Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan. Keterangan status mental dibawah
ini berdasarkan hasil pemeriksaan pada tanggal 30 Oktober 2018.
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki berumur 67 tahun, tampak sesuai dengan usianya,
mengenakan kaos yang disediakan oleh rumah sakit dan celana pendek selutut
yang disediakan di rumah sakit. Pasien tampak cukup terawat. Tubuh pasien
berkisar sekitar 165 cm. Kebersihan gigi tampak cukup terawat, kuku pasien
tampak terawat. Rambut pendek berwarna hitam dan sudah banyak uban,
berdistribusi normal. Pasien jarang berkontak mata dengan pewawancara. Kontak
mata hanya terjadi jika pasien sedang nyambung diajak bicara, bila tidak
nyambung diajak bicara pasien tidak berkontak mata kembali dengan
pewawancara. Pasien tampak kurang kooperatif dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan sesuai yang diajukan.
2. Kesadaran
Kompos mentis, pasien tampak sadar penuh saat dilakukan wawancara.
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
a. Sebelum wawancara
Pasien saat pemeriksa mengamati di ruang Kasuari, terkadang sering berbicara
sendiri dan duduk dekat bangku serta pandangannya kosong tanpa ada teman
yang diajak mengobrol.
b. Selama wawancara
Pasien sedang duduk diam dekat televisi. Sesekali pasien menatap pemeriksa
dan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain. Saat pasien menatap
mata pemeriksa, ia mampu menjawab pertanyaan dan nyambung saat tanya
jawab berlangsung. Tetapi saat ia mengalihkan pandangannya ke arah lain,
pasien menjadi tidak nyambung, bicaranya kacau dan terkadang diam sesaat.
c. Sesudah wawancara
Pasien hanya terdiam saat pemeriksa pergi setelah wawancara selesai
dilakukan.
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kurang kooperatif saat wawancara berlangsung.
5. Pembicaraan
- Cara bicara : Pasien kadang dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Hal
tersebut karena pasien sulit untuk nyambung saat diajak mengobrol. Saat
pasien dapat menatap mata pemeriksa, pasien dapat nyambung saat
mengobrol tetapi saat mengalihkan pandangan dari pemeriksa, pasien menjadi
kurang kooperatif untuk menjawab pertanyaan karena bicara kacau dan tidak
nyambung. Terkadang pasien diam atau menjawab dengan jawaban yang
aneh, namun saat pemeriksa terus-menerus mengulang pertanyaan pasien baru
dapat menjawabnya. Saat pasien berbicara artikulasi kurang jelas, intonasi
dan volume kurang.
- Gangguan berbicara : Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara
b. Alam Perasaan
Mood : irritable
Afek : terbatas
Keserasian : serasi
c. Gangguan persepsi
Halusinasi : Auditorik dan Visual (Pasien mendengar suara-suara dari
Tuhan bahwa kiamat akan datang dan sering melihat
bayangan hitam besar yang mengajaknya mengobrol dan
mengikuti pasien)
Ilusi : Ada (Pasien menganggap bahwa bangku yang ditunjuk pasien
merupakan suatu pedang pusaka)
Depersonalisasi : Ada (Pasien menganggap bahwa dirinya merupakan orang
yang sudah meninggal yaitu mayat hidup yang diutus Tuhan
untuk menyelamatkan bumi dari kiamat)
Derealisasi : Ada (Pasien menganggap bahwa dirinya tidak tinggal di
bumi, negara Indonesia tetapi tinggal di alam akhirat)
d. Proses Pikir
Arus Pikir
Produktivitas : Cukup ide (terkadang pasien nyambung saat diwawancara dan
ada kontak mata dengan pemeriksa, tetapi saat tidak ada
kontak mata dengan pemeriksa, pasien langsung acuh tak acuh
dan berbicara tidak nyambung)
Kontinuitas : Inkoheren, Asosiasi longgar (saat diwawancarai pasien
menjawab loncat-loncat tidak terarah dan tidak nyambung
apabila pasien sedang tidak ingin menatap mata pemeriksa)
Hendaya Bahasa : Tidak ada
Isi Pikir
Waham : Kebesaran dan Kejar (pasien merasa dirinya seseorang yang
diutus Tuhan untuk menyelamatkan dunia dari kiamat dan
pasien merasa selalu diikuti oleh bayangan hitam)
Preokupasi : Ada (pasien saat ditanya mengenai hal lain, seringkali
mengulang kalimat mengenai dirinya adalah mayat hidup
yang tinggal di alam akhirat dan ingin menyelamatkan dunia
dari kiamat)
Fobia : (-)
Obsesi : (-)
e. Fungsi Intelektual
Pengukuran ini dilakukan pada tanggal 30 September 2018 pukul 16:00 di ruang
Kasuari
Taraf Pendidikan SD
Pengetahuan Umum Kurang Baik (pasien tidak dapat menjawab
pertanyaan jumlah pulau di Indonesia dan presiden
yang menjabat saat ini)
Kecerdasan Perlu dilakukan observasi (tidak dilakukan tes IQ)
Konsentrasi dan Konsentrasi sulit dinilai, perlu observasi (saat diajak
Perhatian berhitung 100 dikurangi 7, dan seterusnya pasien
hanya diam saja dan tidak mau menatap mata
pemeriksa serta mulai berbicara sendiri)
Perhatian kurang baik (pasien saat diwawancara
terkadang diam saja dan bicaranya tidak nyambung
serta kontak mata kadang tidak terjadi)
Orientasi
- Waktu Cukup baik (pasien dapat membedakan pagi, siang
dan malam tetapi pasien tidak dapat mengetahui
sudah berapa lama dirawat di RS)
- Tempat Kurang baik (pasien tidak dapat menyebutkan tempat
sekarang dia berada di mana)
- Orang Kurang baik (pasien tidak tahu bahwa dirinya sedang
diwawancarai oleh seorang dokter muda)
Daya Ingat
- Jangka Panjang Kurang baik (pasien lupa kenangan masa-masa SD
dan masa lalu serta silsilah keluarganya)
- Jangka Pendek Baik (pasien mengingat apa yang pasien kerjakan di
RS saat pagi, siang dan malam harinya)
- Segera Kurang baik (pasien dapat menyebutkan ulang nama
benda-benda disekitarnya yang baru saja disebutkan
oleh pemeriksa tetapi terkadang salah menjawab dan
bicaranya tidak nyambung)
Pikiran Abstrak Sulit dinilai, perlu observasi (Saat pasien ditanya apa
perbedaan bola dan buah apel, pasien tidak
memberikan respon, kemudian ditanyakan kembali
sebuah peribahasa ada udang di balik batu dan pasien
tetap hanya diam saja dan mulai bicara sendiri tanpa
ada kontak mata dengan pemeriksa)
Visuospasial Sulit dinilai, perlu observasi (Saat pasien diminta
untuk membuat sebuah lingkaran jam mengikuti
gambar pemeriksa, pasien hanya terdiam dan tidak
berespon seperti acuh tak acuh)
Kemampuan Kurang baik (pasien dapat makan dan berpakaian
Menolong Diri sendiri, namun pasien sulit untuk mandi)
h. Pengendalian Impuls
Terganggu
i. Daya Nilai
1. Daya Nilai Sosial : Terganggu (Pasien hanya diam saja saat diberitahu kalau
berbohong itu berdosa)
2. Uji Daya Nilai : Sulit dinilai, perlu observasi (Diberikan sebuah studi kasus
saat pasien melihat ada temannya yang kehilangan barang, pemeriksa bertanya
apa yang akan dilakukan pasien, tetapi pasien hanya diam saja dan tersenyum)
3. Daya Nilai Realita (RTA) : Terganggu (Terdapat halusinasi auditorik, visual
dan waham kejar)
i. Tilikan
Tilikan 1 (Pasien menyangkal atau tidak merasa sakit)
j. Reliabilitas
Dapat dipercaya
G. FORMULASI DIAGNOSTIK
a. Aksis I : Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus
Perhatian Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan ke
dalam:
1. Gangguan kejiwaan karena adanya:
Hendaya dalam fungsi sosial, pasien menarik diri dari lingkungan sosial,
malas berteman atau bersosialisasi sehingga hubungan sosialnya kurang baik,
serta hendaya dalam perawatan diri karena pasien tidak mau mandi.
Distress atau penderitaan berupa pasien sering berbicara sendiri dan seperti
ada yang berbisik kepada pasien, serta pasien terkadang sering melihat
bayangan dan mengikutinya.
H. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
a. Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
b. Aksis II : Ciri Kepribadian Skizoid
c. Aksis III : Tidak ada, perlu observasi
d. Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
e. Aksis V : GAF current : 40 - 31
GAF HLPY : perlu observasi
J. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologi : Tidak ditemukan kelainan organik pada pasien dan tidak
ditemukan faktor herediter pada pasien. Tidak ditemukan
riwayat kejang saat pasien masih kecil.
b. Psikologik : Sering bicara sendiri, bicara tidak nyambung dengan orang
lain (inkoheren), mendengar bisikan dan melihat bayangan
yang tidak dilihat oleh orang lain, serta sulit tidur
c. Sosiologik : Pasien tidak suka berada di keramaian sehingga suli tunutk
bersosialisasi dengan orang lain sehingga lebih senang
menyendiri
J. PENATALAKSANAAN
a. Rawat di Ruangan
Dengan indikasi:
1. Membuat pasien lebih koheren dalam berbicara
2. Membantu pasien untuk merawat diri agar rajin mandi dan tidak malas
3. Membantu pasien agar lebih bisa bersosialisasi dengan orang lain
4. Mencegah munculnya gejala yang lebih berat
5. Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan pengobatan
b. Psikofarmaka :
Risperidone 2 x 2 mg
c. Psikoterapi
1. Psikoterapi supportif, yaitu melakukan pendekatan kepada pasien agar pasien
mau minum obat teratur, dan bila ada suatau permasalahan, pasien harus
mengungkapkan permasalahan tersebut dan melatih emosinya, selain itu juga
mendorong pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara
bertahap dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
menggali kemampuan yang ada pada diri pasien agar bisa dikembangkan.
2. Psikoedukasi
Edukasi kepada Dinas Sosial yang membawa pasien ke rumah sakit dengan
memberikan pengertian dan penjelasan kepada Dinas Sosial tentang gangguan
yang dialami pasien saat ini, yang bertujuan agar Dinas Sosial dapat lebih
berpartisipasi dalam pengobatan pasien, seperti memberikan suasana yang
kondusif bagi penyembuhan dan pemeliharaan pasien, memantau dan
mengingatkan pasien agar teratur minum obat, serta mengantar pasien saat
kontrol.
d. Sosioterapi
Melibatkan pasien dalam kegiatan rohani dan kegiatan sosial di lingkungan pasien.
K. PROGNOSIS
b. Quo ad Vitam : Ad bonam
c. Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
d. Quo ad Sanationam : Dubia ad malam
L. FOLLOW UP
Tanggal S O A P