Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Peran Sakit


2.1.1 Definisi Pasien
Pasien adalah setiap orang yang melakakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan
baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter. Dengan
berbagai kondisi dan jenis penyakit yang dideritanya, setiap pasien
menunjukan perilaku yang berbeda dihadapan seorang tenaga medis.
Kalangan sosiologi menyebutnnya sebagai fenomena peran sakit dalam
perilaku kesehatan masyarakat.
Menurut Johnson dalam Christensen dan Kenney (2009), mengatakan
pasien adalah klien yaitu sistem perilaku (orang) yang terancam atau
secara potensial terancam oleh penyakit (ketidakseimbangan) dan atau
dirawat di rumah sakit.
King (2009) mengatakan, bahwa pasien adalah individu (sistem personal)
yang tidak mampu mengatasi peristiwa atau masalah kesehatan ketika
berinteraksi dengan lingkungan. Pernyataan King, ditambahkan kembali
oleh Leineger (2009) bahwa pasien adalah individu, keluarga, kelompok,
masyarakat, atau komunitas dengan kemungkinan kebutuhan fisik,
psikologis, atau sosial, di dalam konteks budaya mereka, yang merupakan
penerima asuhan keperawatan.

2.1.2 Definisi Peran Sakit


Di pihak lain, peran sakit sebagai “penyimpangan atau (deviant behavior)
merupakan bentuk perilaku adaktif yang dapat diterima masyarakat.
Sebagai anggota masyrakat memanfaatkan peran sakit untuk mengurangi
konflik antara kebutuhan pribadi dengan tuntutan peran. Misalnya orang
yang sakit pada umumnya akan diberi makanan yang enak tanpa harus
bekerja keras untuk mendapatkannya.

3
4

Sejarah munculnya konsep peran sakit menurut Kath Maguire dapat dilhat
dari pemikiran Talcott Parson yang dikembangkan pada tahun 1950-an.

2.1.3 Tuntutan Peran Sakit


Parsons (1951) melukiskan empat tuntutan peran sakit :
1. Dikecualikan dari tanggung jawab peran social normal yang tentunya adalah
relative sesuai dasar dan kerasnya penyakit.
2. Kepercayaan yang sudah berakar bahwa orang sakit tidak dapat diharapkan
untuk “dengan sekuat tenaga” berusaha menjadi sembuh hanya dengan
keputusan atau dengan kemauan saja. Keadaan sakit sangat penting sebagai
jembatan untuk menerima pertolongan.
3. Pengertian “keadaan sedang sakit” yang tidak disukai membawa kewajiban
untuk menghendaki “menjadi sembuh”.
4. Kewajiban mencari pertolongan teknis pada orang yang kompeten (menerima
konsultasi), biasanya itu pada dokter atau petugas kesehatan lain, dan bekerja
sama dengan dia dalam usaha mencapai kesembuhan.
Dalam gambarannya, pasien diharapkan untuk menerima tanpa banyak
bertanya mengenai pengobatan yang diberikan dan ia melepaskan fungsi
mengambil keputusan yang biasa ia jalankan.
Seberapa jauh peran pasien yang telah ditentukan itu diterapkan,
sebenarnya tergantung pada seberapa berat sakit orang itu. Makin serius keluhan-
keluhannya, maka makin kuat harapan bahwa pasien itu harus mengikuti tuntutan
peran sakit.

2.1.4 Peran Sakit di Masyarkat


Sudibyo Supardi merinci 6 peran sakit di masyarakat, yaitu :
a. Sakit sebagai upaya untuk menghindari tekanan
Sebuah keluarga dengan 6 anak tinggal dirumah sempit yang kumuh. Suatu
hari datang adik-adik suminya dan ikut tinggal bersamanya untuk mencari
pekerjaan. Istri merasa wajib memberi makan dan tempat tidur yang layak bagi
mereka. Namun, pada saat yang sama istri merasakan keterbatasan uang dan
ruang gerak aktivitas serta dituntut untuk lebih memerhatikan anaknya.
5

Beberapa hari kemudian ia terbaring sakit dirumahnya. Atas anjuran para


saudaranya, maka adik-adik suaminya pindah. Setelah diobati istrinya sembuh
kembali. Melalui peran sakit istri, maka keluarga tersebut dapat terhindar dari
ketegangan yang dapat merusak lembaga keluarga.
b. Sakit sebagai upaya untuk mendapat perhatian
Masyarakat menekankan pentingnya orang sakit mendapat perhatian
khusus,tempat khuss, makanan khussu, dan sebgagainya bagi orang yang
merasa kesepian, tersisih, atau tidak yakin terhadap penerimaan orang lain atas
dirinya, maka salah satu cara olepasannya dilakukan dengan melalui peran
sakit. Melaporkan sakit kepda pelayanan medis merupakan kebutuhan
psikologis untuk mendapa perhatian dan kasih sayang dokter serta lingkungan
sosialnya.
c. Sakit sebagai kesempatan untuk istirahat
Bagi orang yang banyak mengalami ketegangan di kantor atau dirumah, peran
sakit merupakan salah satu pilihan. Beberapa orang dapat menikmati masa
istirahat beberpa hari juga makan yang baik dan bebas dari ketegangan rutin
melalui rawat inap dirumah sakit dengan biaya kantor.
d. Sakit sebagai alasan kegagalan pribadi
Peran sakit juga digunakan sebagai alasan ketidakmampuan menyelesaikan
tugas yang harus dikerjakan, upaya menghindari tanggung jawab, atau
pembenaran diri. Seorang karyawan yang diharuskan menyelesaikan tugas
pada waktu tertentu, tiba-tiba memilih sakit agar atasan atau orang lain dapat
memaklumi tugasnya yang tidak selesai.
e. Sakit sebagai penghapus dosa
Masayarakat tertentu percaya bahwa sakit merupakan akibat dari dosa yang
dilakukan sebelumnya. Sakit merupakan hukuman Tuhan untuk menghapus
dosa yang telah dibuat hamba-Nya. Melalui peran sakit, Tuhan memberi
kesempatan pada seseorang untuk menyesali atas dosa yang telah diperbuatnya.
f. Sakit untuk mendapatkan alat tukar
Karyawan yang mendapat penggatian ongkos berobat, sering mengumpulkan
obat melalui peran sakit. Setelah mendapatkan sejumlah obat berikut aturan
6

pakainya, ia menyimpan obat tersebut untuk digunakan sebagai alat tukar


dengan berbagai keperluannya.

Dalam konteks politik, peran sakit memiliki nilai yang berbeda dibandingjan
dengan yang lainnya. Setidaknya ada peran sakit sebagai alat untuk menghindari
proses hukum, serta sebagai alat untuk menekan dan memaksakan kehendak pada
orang lain sehngga tujuan yang diinginkannya dapat dikabulkan. Mogok makan
merupakan contoh yng relevan dengan peran sakit sebagai alat untuk menekan
pihak lain. Berdasarkan cermatan ini, peran sakit memiliki makna yang sangat
luas bagi individu dan masyarakat.

2.2. Perilaku Sakit


2.2.1 Definisi Perilaku Sakit
Menurut Soekidjo Notoatmodjo, (2003) perilaku adalah merupakan suatu
kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan baik dapat diamati secara
langsung atau secara tidak langsung. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya
adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Perilaku dan gejala perilaku yang
tampak pada kegiatan organisme dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan)
atau lingkungan.
Menurut Solita Sarwono(1993) yang dimaksud dengan perilaku sakit
adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit
agar memperoleh kesembuhan

2.2.2 Penyebab Perilaku Sakit


Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993)
bahwa penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut :
1. Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari
keadaan normal.
2. Anggapan adanya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.
3. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan
keluarga, hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.
4. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang
dapat dilihat.
7

5. Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.


6. Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya tentang penyakit.
7. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.
8. Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.
9. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti: fasilitas ,
tenaga, obat-obatan, biaya, dan transportasi.

2.2.3 Perilaku Sakit (Pasien)


Menurut Sri Kusmiyati dan Desmaniarti (1990), terdapat 7 perilaku orang
sakit yang dapat diamati, yaitu:
1. Fearfullness (merasa ketakutan), umumnya individu yang sedang sakit
memiliki perasaan takut. Bentuk ketakutannya, meliputi takut penyakitnya
tidak sembuh, takut mati, takut mengalami kecacatan, dan takut tidak
mendapat pengakuan dari lingkungan sehingga merasa diisolasi.
2. Regresi, salah satu perasaan yang timbul pada orang sakit adalah ansietas
(kecemasan). Untuk mengatasi kecemasan tersebut, salah satu caranya adalah
dengan regresi (menarik diri) dari lingkungannya.
3. Egosentris, mengandung arti bahwa perilaku individu yang sakit banyak
mempersoalkan tentang dirinya sendiri. Perilaku egosentris, ditandai dengan
hal-hal berikut:
 Hanya ingin menceritakan penyakitnya yang sedang diderita.
 Tidak ingin mendengarkan persoalan orang lain.
 Hanya memikirkan penyakitnya sendiri.
 Senang mengisolasi dirinya baik dari keluarga, lingkungan maupun
kegiatan.
4. Terlalu memperhatikan persoalan kecil, yaitu perilaku individu yang sakit
dengan melebih-lebihkan persoalan kecil. Akibatnya pasien menjadi cerewet,
banyak menuntut, dan banyak mengeluh tentang masalah sepele.
5. Reaksi emosional tinggi, yaitu perilaku individu yang sakit ditandai dengan
sangat sensitif terhadap hal-hal remeh sehingga menyebabkan reaksi
emosional tinggi.
8

6. Perubahan perpepsi terhadap orang lain, karena beberapa faktor diatas,


seorang penderita sering mengalami perubahan persepsi terhadap orang lain.
Berkurangnya minat, individu yang menderita sakit di samping memiliki
rasa cemas juga kadang-kadang timbul stress. Faktor psikologis inilah salah satu
sebab berkurangnya minat sehingga ia tidak mempunyai perhatian terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungannya. Berkurangnya minat terutama kurangnya
perhatian terhadap sesuatu yang dalam keadaan normal ia tertarik atau berminat
terhadap sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai