Anda di halaman 1dari 39

PORTOFOLIO

No. ID dan Nama Peserta : Mimi Rozanna (1)


No. ID dan Nama Wahana : RSUD Bangka Tengah
Topik : Dengue haemorhagic fever (DHF)
Tanggal (kasus) : 5 januari 2015
Nama Pasien : Ny. T No. Rekam Medis : 05.22.23
Tanggal Presentasi : No. Dan Nama Pendamping : dr. Dicky Ramadona

Tempat Presentasi : RSUD Bangka Tengah


Objektif Presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
Deskripsi : Ny. T (27 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka Tengah dengan keluhan demam
sejak ± 4 hari SMRS. Mimisan (+). Mual (+). Badan terasa pegal-pegal.
Tujuan :
1. Mengetahui prinsip diagnosis DHF
2. Mengetahui penatalaksaan DHF
Bahan Bahasan :  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara Membahas :  Diskusi  Presentasi dan diskusi  Email  Pos

1
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Data Pasien : Nama : Ny. T No. Register : 05.22.23


Nama RS : RSUD Bangka Tengah Telp : -- Terdaftar sejak : --
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/ Ganbaran Klinis :
Ny. T (27 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka Tengah dengan keluhan demam sejak
± 4 hari SMRS. Demam tidak diikuti dengan menggigil dan berkeringat. Bintik – bintik merah (-)
mimisan (+) 1x hari ini. gusi berdarah (-) BAB hitam (-). Mual (+) tidak disertai muntah. Badan terasa
pegal- pegal (+). BAK (+) normal. Terakhir 2 jam SMRS dan banyak. Os mengatakan tetangga os ada
yang sedang terkena penyakit DBD.
2. Riwayat Pengobatan :
Os mengatakan sudah berobat ke dokter diberikan obat parasetamol dan lain-lain os lupa namanya.
Demam turun hanya sebentar kemudian demam tinggi kembali.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Ny. T (27 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka Tengah dengan keluhan demam sejak
± 4 hari SMRS. Mimisan (+). Mual (+). Badan terasa pegal-pegal (+)
4. Riwayat Penyakit Terdahulu :
 Riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak ada
 Riwayat alergi makan dan obat tidak ada
 Riwayat penyakit lain tidak ada
5. Riwayat Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
6. Riwayat Keluarga :
Tidak ada keluarga mengalami penyakit yang sama seperti pasien
7. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS
8. Lain-lain :
Tanggal 11 Desember 2014
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Kesan Umum : Sakit sedang
Tanda Vital : Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respi : 20 kali/menit
Suhu : 37,5oC
Kepala
Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis

2
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Sklera : Sklera tidak ikterik


Hidung
Sekret : Tidak ada sekret
PCH : Tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut
SPO : Tidak ada sianosis per oral
Tonsil : Tidak hiperemis
Faring : Tidak hiperemis
Leher
KGB : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Retraksi : Tidak ada retraksi supraclavikula
Thoraks
Cardio : Bunyi jantung I-II murni reguler murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler kanan = kiri, ronkhi -/- wheezing -/-
Abdomen : Soepel
Bising usus dijumpai normal
nyeri tekan tidak dijumpai
hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat
CRT < 2 detik
Rumple leed (+)

Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 14,2 g/dL
Leukosit : 3700/mm3
Eritrosit : 4,5 juta/mm3
Trombosit : 88.000/mm3
Hematokrit : 46%
MCV : 82 fl

3
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

MCH : 29 pg
MCHC : 31 g/dL
Hitung Jenis :
Limfosit :-
Monosit : -
Granulosit: -
Malaria : Negatif
GDS : 110 mg/dL

Diagnosis
a. Observasi demam hari ke 4 e.c DHF grade II

Penatalaksanaan
Umum : Tirah baring
Diet lunak
Khusus : IVFD RL tetes/menit (makro)
Parasetamol tab 3x500 mg
Psidii tab 3x1
Antasida syr 3 x CI

Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanactionam : Ad bonam
Daftar Pustaka :
1. Sudoyo. Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III.2006. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hlm 1709-1713
2. Pengurus Besar Petri. IPD’s Compendium of Indonesian Medicine,1stEdition. Jakarta: Perhimpunan
Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Hlm 2-11
3. Mansyoer. Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hlm 428-433
4. Rani. Aziz, dkk. Panduan Pelayanan Medik. 2006. Jakarta: PB. PAPDI. Hlm 137-138

4
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui prinsip diagnosis demam tifoid
2. Mengetahui penatalaksanaan demam tifoid

5
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subyektif
Ny. T (27 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka Tengah dengan keluhan
demam sejak ± 7 hari SMRS. Demam tidak diikuti dengan menggigil dan berkeringat. Bintik
– bintik merah (-) mimisan (+) 1x hari ini. gusi berdarah (-) BAB hitam (-). Mual (+) tidak
disertai muntah. BAK (+) normal. Terakhir 2 jam SMRS dan banyak. Os mengatakan
tetangga os ada yang sedang terkena penyakit DBD. Os mengatakan sudah berobat ke dokter
diberikan obat parasetamol dan obat lainnya dan os lupa namanya. Demam turun hanya
sebentar kemudian demam tinggi kembali. Os bekerja sebagai IRT. Riwayat penyakit
dengan keluhan yang sama sebelumnya tidak dijumpai, riwayat alergi makanan atau obat
tidak dijumpai. Riwayat prnyakit lainnya tidak dijumpai.
2. Obyektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan suhu tubuh, rumplee leed (+). Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan jumlah leukosit 3700/mm 3 dan penurunan
trombosit 88.000 dan peningkatan hematokrit 46%.
3. Assessment
1. Demam dengue (DD) merupakan penyakit demam akut disertai dua atau lebih gejala
berikut :
A. Nyeri kepala
B. Nyeri retro-orbital
C. Mialgia/artralgia
D. Ruam kulit
E. Manifestasi perdarah (petekie atau uji bendung positif)
F. Leukopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien DD/DHF
yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
2. Demam Berdarah Dengue (DBD). Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD
ditegakkan bila semua kriteria di bawah ini dipenuhi :
A.Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
B. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :
 Uji bendung positif
 Petekie, ekimosis, atau purpura
 Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan
dari tempat lain.
 Hematemesis atau melena.

C. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ml)

6
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

D. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai


berikut :

 Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis
kelamin
 Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
 Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura,asites,hipoproteinemia,atau
hiponatremia.
3. Sindroma Renjatan Dengue ditandai dengan seluruh kriteria DBD di atas disertai
kegagalan sirkulasi yang bermanifestasi sebagai :
A. Nadi yang cepat dan lemah.
B. Tekanan darah turun (≥ 20 mmhg)
C. Hipotensi dibandingkan standar sesuai umur.

Kulit yang dingin dan lembab, serta gelisah


4. Rencana
Pada portofolio ini akan dibahas penatalaksanaan DHF menurut kriteria WHO

PROTOKOL 1. Penanganan tersangka (probable) DBD dewasa tanpa syok.

Keluhan DBD (kriteria WHO )

an dibahas penatalaksanaan DHF.

a. Non Medikamentosa
 Istirahat (tirah baring)
7
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Tirah baring bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.


Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau ± 14 hari.
Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien
 Diet Lunak
Diet dan terapi penunjang pertama adalah bubur saring, kemudian bubur kasar
dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Pada beberapa
penelitian, pemberian diet nasi dengan lauk pauk rendah selulosa dapat diberikan
dengan aman.

8
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

PROTOKOL 2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat.

Suspek DBD
Perdarahan spontan & masif (-),
Syok (-)

Hb, Ht (N) Hb, Ht (↑ 10-20%) Hb, Ht (↑ > 20%)


Tromb < 100.000 Tromb < Tromb < 100.000
Infus kristaloid* 100.000 Infus
Hb,Ht, Trombo/24jam kristaloid*
Hb,Ht,Trombo/24jam**

Protokol pemberian
cairan DBD dgn Ht Ht
(↑ ≥ 20%)

*Volume cairan kristaloid/hari yang diperlukan:


sesuai rumus berikut 1500 + 20 X (BB dlm Kg-20)

**pemantauan disesuaikan dengan fase/hari perjalanan penyakit dan


kondisi klinis.

9
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

PROTOKOL 3. Pentalaksanan DBD dengan peningkatan Ht > 20%.

5% defisit cairan

Terapi awal cairan iV


kristaloid 6-7 ml/kg/jam

Evaluasi 3-4 jam


PERBAIKAN TIDAK MEMBAIK
Ht & HR ↓,TD Ht & HR ↑, TD ↓ < 20mmhg
membaik, produksi urin Produksi urin ↓.
meningkat.

TANDA VITAL &


Ht MEMBURUK Infus kristaloid 10ml/kg/jam
Kurangi Infus kristaloid
5ml/kg/jam
2 jam

2 jam TIDAK MEMBAIK

PERBAIKAN
PERBAIKAN
Infus kristaloid 15ml/kg/jam

Kurangi infus
kristaloid 3ml/kg/jam
KONDISI MEMBURUK
tanda syok

PERBAIKAN
Tatalaksana sesuai protokol
syok dan perdarahan.
Terapi cairan dihentikan
24 – 48 jam

PERBAIKAN

10
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

PROTOKOL 4 : Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD dewasa.

Perdarahan spontan & masif :

- Epistaksis tidak terkendali

- Hematemesis & atau melena

- Perdarahan otak

- Gross hematuria

- Hematoskezia.

Syok (-)

Hb,Ht,trombo,Leuko, Pemeriksaan hemostatsis (KID) golongan


darah, uji cocok serasi

KID (+) KID (-)

Transfusi komponen darah : Transfusi komponen darah :


PRC (hb<10 gr/dl) PRC (hb<10 gr/dl)
FFP FFP
TC (Tromb <100.000) TC (Tromb <100.000)
Heparinisasi 5000-10000/24jam drip Heparinisasi 5000-10000/24jam drip
Pemantauan Hb, Ht, Tromb /4-6 jam Pemantauan Hb, Ht, Tromb /4-6 jam
ulang pemeriksaan hemostasis 24 ulang pemeriksaan hemostasis 24
jam kemudian cek APTT / hari, target jam kemudian
1,5-2,5 kali.

11
RSUD Bangka Tengah
Terapi cairan dihentikan
24 – 48 jam
PORTOFOLIO

PROTOKOL 5 : Tatalaksanan Sindroma Syok Dengue (SSD) pada dewasa.

- Airway

- Breathing : O2 1-2 L/menit dengan kateter nasal. Bila lebih, dipakai sungkup muka.

- Circulation : Cairan kristaloid & atau koloid 10-20 ml/kgBB secepatnya (bila mungkin < 10
menit)

- Perhatikan : tanda-tanda hipovolemia, hipervolemia/overload dan respon pemberian cairan


setelah 15-30 menit.

PERBAIKAN* perburukan Tetap Syok


n

kristaloid 7ml/kg/jam kristaloid 20-30


dalam 1 jam ml/kg/jam loading dalam
20-30 menit

PERBAIKAN*
Tetap Syok
kristaloid 5ml/kg/jam
dalam 1 jam
Ht ↑ Ht

PERBAIKAN*
Koloid 10-20ml/kg BW Transfusi darah
loading selama 10-15 10ml/kgBB dapat diulang
kristaloid 3ml/kg/jam menit. sesuai kebutuhan.
dalam 1 jam

PERBAIKAN* Tetap Syok


PERBAIKAN*
Koloid hingga maksimal
24-48 jam setelah syok 30ml/KgBB
Perhitungan nutrisi
teratasi, tanda vital/Ht setelah 12 jam(dextrose
stabil, diuresis cukup. 5% bila tidak ada
kontraindikasi) PERBAIKAN* Tetap Syok

Stop infus CVP

12
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Koloid bila dosis maks belum dicapai atau kristaloid/gelatin (bila


koloid sebelumnya telah mencapai dosis maks) 10ml/kg dalam 10
menit, dapat diulang sampai 30ml/kg; sasaran CVP 15-18 cmH 2O

Normovolemia
Hipovolemi
a
Koreksi gangguan asam-
Kristaloid dipantau basa,elektrolit,hipoglikemia,an
Tetap Syok
10-15menit emia,KID,inf sekunder

Inotropik,vasopresor,vasodilatasi

PERBAIKAN Koloid + kristaloid Perbaikan bertahap vasopresor


Keterangan : *) tanda-tanda perbaikan adalah sebagai berikut :

1. TD sistolik 100mmhg
2. Tekanan nadi > 20mmhg
3. Frek nadi < 100x/i, volume cukup
4. Akral hangat
5. Diuresis 0,5-1cc/kgBB/jam..

No. ID dan Nama Peserta : Mimi Rozanna (2)


No. ID dan Nama Wahana : RSUD Bangka Tengah
Topik : Morbili

13
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Tanggal (kasus) : 25 januari 2015


Nama Pasien : An. R No. Rekam Medis : 05.20.01
Tanggal Presentasi : No. Dan Nama Pendamping : dr. Dicky Ramadona

Tempat Presentasi : RSUD Bangka Tengah


Objektif Presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
Deskripsi : An. R (3,5 tahun), berat badan 12 kg datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka Tengah
dengan keluhan bercak-bercak merah diseluruh badan ± 2 hari SMRS. Demam (+) sejak 5 hari yll. Disertai
batuk dan mata merah.
Tujuan :
1. Mengetahui prinsip diagnosis morbili.
2. Mengetahui penatalaksaan morbili.
Bahan Bahasan :  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara Membahas :  Diskusi  Presentasi dan diskusi  Email  Pos

14
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Data Pasien : Nama : An. R No. Register : 05.20.01


Nama RS : RSUD Bangka Tengah Telp : -- Terdaftar sejak : --
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/ Ganbaran Klinis :
An. R (3,5 tahun), berat badan 12 kg datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka Tengah dengan
keluhan bercak-bercak merah diseluruh badan ± 2 hari SMRS. Awalnya bercak timbul dari wajah
kemudian ke leher dan keseluruh tubuh. Demam (+) sejak 5 hari yll. Keluhan juga disertai batuk dan
mata merah.
2. Riwayat Pengobatan :
Sebelumnya os sudah berobat karena demam dan diberi paracetamol.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
An. R (3,5 tahun), berat badan 12 kg datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka Tengah dengan
keluhan bercak-bercak merah diseluruh badan ± 2 hari SMRS. Demam (+) sejak 5 hari yll. Disertai batuk
dan mata merah.
4. Riwayat Penyakit Terdahulu :
 Riwayat alergi tidak ada
 Riwayat kejang tidak ada
5. Riwayat Pekerjaan :-
6. Riwayat Keluarga :
Saat ini tidak ada keluarga mengalami penyakit yang sama seperti pasien
7. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS.
8. Lain-lain :
Tanggal 5 Januari 2015
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran : Komposmentis

Kesan Umum : Sakit sedang


Nadi : 110 kali/menit
Pernafasan : 24 kali/menit
Suhu : 37,8oC
Kepala
Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis

15
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Mata : sekret (-), injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (-).


Hidung
Sekret : Tidak ada sekret
PCH : Tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut
SPO : Tidak ada sianosis per oral
Tonsil : T2-T2, tidak hiperemis
Leher
KGB : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Retraksi : Tidak ada retraksi supraclavikula
Thoraks
Cor : Bunyi jantung I-II murni reguler murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler kanan = kiri, ronkhi -/- wheezing -/-
Abdomen : soepel
Bising usus dijumpai normal
Tidak ada nyeri tekan
hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat
CRT < 2 detik
A. Dorsalis pedis teraba kuat angkat

Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 13,1 g/dL
Leukosit : 7000/mm3
Eritrosit : 4,3 juta/mm3
Trombosit : 275.000/mm3
Hematokrit : 36%

16
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

MCV : 80 fl
MCH : 28 pg
MCHC : 32 g/dL
Hitung Jenis :
Limfosit :-
Monosit : -
Granulosit: -
Malaria : Negatif
GDS : 88 mg/dL
Diagnosis
b. Observasi febris ec morbili
Penatalaksanaan
IVFD RL 8 tetes/menit (makro)
Vit A 200.000 IU
Paracetamol syr 3 x 1 ¾
Mucos syr 3 x 1
Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanactionam : Ad bonam

Daftar Pustaka :
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK-UI, Morbili Dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid
III, Cetakan ke-7, Percetakan Informedika Indonesia, Jakarta, 1985, Hal : 624-628.
2. Mansjoer. A, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid 2, Penerbit Media Aesculapius Fk-UI,
Jakarta, 2000, Hal : 417-418.
3. Rampenyan. T.H, Laurentz IR, Penyakit Infeksi-Tropik Pada Anak, Cetakan ke 3, Penerbit Buku

17
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Kedokteran EGC, Jakarta, 1997, Hal : 90-100.

Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui prinsip diagnosis morbili
2. Mengetahui penatalaksanaan morbili

18
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Rangkuman dari hasil pembelajaran portofolio


1. Subyektif
An. R (3,5 tahun), berat badan 12 kg datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka
Tengah dengan keluhan bercak-bercak merah diseluruh badan ± 2 hari SMRS. Awalnya
bercak timbul dari wajah kemudian ke leher dan keseluruh tubuh. Demam (+) sejak 5 hari
yll. Keluhan juga disertai batuk dan mata merah. Tidak ada riwayat alergi makanan ataupun
obat, dan tidak ada riwayat kejang. Ibu Os mengatakan sudah membawa os berobat karena
demam diberi paracetamol. Imunisasi lengkap.

2. Obyektif
Pada pemeriksaan fisik ditemukan bercak- bercak merah di seluruh badan, suhu tubuh yang
meningkat. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.

3. Assessment
Morbili adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus morbili yang ditandai
dengan demam yang tidak terlalu tinggi pada stadium awal dan diikuti ruam kemerahan pada
kulit dan disertai dengan batuk. Penularan penyakit ini adalah melalui :
1. Percikan ludah yang mengandung virus.
2. Kontak langsung dengan penderita.
Penularan dapat terjadi sejak 2 – 4 hari sebelum timbul ruam pada kulit dan menetap
kurang lebih 5 hari sejak ruam timbul.

Gejala – gejala klinik yang terdapat pada morbili :

1. Pada stadium awal (prodromal).


Ditandai dengan demam subfebris yang akan terus meningkat sampai hari ke 5 dan ke 6
pada saat ruam timbul.

Coriza, konjungtivitis, fotofobia dan batuk akan dialami anak dan pada fase akhir
prodromal akan timbul gejala patognomoni berupa koplik spot.

2. Pada stadium erupsi (4 – 6 hari).

19
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Gejala stadium prodromal semakin memberat diikuti dengan timbulnya rash atau
eritema yang berbentuk macula papula. Setelah timbul demam maka timbul ruam kulit
yang berbentuk macula papula diantara kulit yang ruam akan terdapat kulit normal,
lokasi ruam akan timbul mulai dari belakang telinga pada batas rambut, menyebar ke
daerah pipi, leher, wajah, dada, lengan atas dan keseluruh tubuh. Ruam kemerahan akan
mengalami hiperpigmentasi setelah 3 hari mulai ruam dan menghilang sesuai urutan
timbulnya ruam. Biasanya akan ditemui gangguan saluran cerna berupa muntah dan
mencret.

3. Stadium konvalensi.

Gejala stadium sebelumnya semakin menghilang ruam mengalami


hiperpigmentasi dan keadaan umum anak mulai membaik, kecuali bila ada komplikasi
yang cukup berat.

4. Rencana
Pada portofolio ini akan dibahas penatalaksanaan morbili dimana Pengobatan bersifat
suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen
nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang,
antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun
dan 200.000 unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu
pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna
untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu > 39,5 C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit
atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.

20
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

No. ID dan Nama Peserta : Mimi Rozanna (3)


No. ID dan Nama Wahana : RSUD Bangka Tengah
Topik : Tonsilitis kronik
Tanggal (kasus) : 2015
Nama Pasien : An M No. Rekam Medis : 052586
Tanggal Presentasi : No. Dan Nama Pendamping : dr. Dicky Ramadona
Tempat Presentasi : RSUD Bangka Tengah
Objektif Presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
Deskripsi : An. M (6 tahun), berat badan 18 kg datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka Tengah
dengan keluhan nyeri tenggorokan 3 hari SMRS. Nyeri menelan (+). demam (+) 3 hari yll. Batuk (+). Pilek
(+).
Tujuan :
1. Mengetahui prinsip diagnosis tonsilitis kronik
2. Mengetahui penatalaksaan tonsilitis kronik
Bahan Bahasan :  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara Membahas :  Diskusi  Presentasi dan diskusi  Email  Pos

21
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Data Pasien : Nama : An.M No. Register : 052586


Nama RS : RSUD Bangka Tengah Telp : -- Terdaftar sejak : --
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis : An. M (7 tahun), berat badan 18 kg datang ke Instalasi Gawat Darurat
RSUD Bangka Tengah dengan keluhan nyeri tenggorokan 3 hari SMRS. Nyeri menelan (+). demam (+) 3
hari yll. Batuk (+). Pilek (+). Sebelumnya os sudah pernah mengalami keluhan yang sama, setelah berobat
tidak ada keluhan lagi namun sekarang keluhan timbul lagi.
2. Riwayat Pengobatan :
Os sudah berobat ke puskesmas dan setelah berobat, tidak ada keluhan lagi namun sekarang keluhan
timbul lagi.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
An. M (7 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka Tengah dengan dan demam (+).
4. Riwayat Penyakit Terdahulu :
 Riwayat alergi tidak ada
 Riwayat asma tidak ada
 Riwayat kejang tidak ada
5. Riwayat Pekerjaan :
-
6. Riwayat Keluarga :
-
7. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :
Biaya pengobatan ditanggung oleh pasien
8. Lain-lain :
Tanggal 26 Januari 2015
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran : Komposmentis

Kesan Umum : Sakit sedang


Nadi : 100 kali/menit
Respi : 24 kali/menit
Suhu : 38,0oC
Kepala
Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis
Sklera : Sklera tidak ikterik
22
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Hidung
Sekret : Tidak ada sekret
PCH : Tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut
SPO : Tidak ada sianosis per oral
Tonsil : T1-T3, hiperemis
Leher
KGB : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Retraksi : Tidak ada retraksi supraclavikula
Thoraks
Cor : Bunyi jantung I-II murni reguler murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler kanan = kiri, rhonki -/- wheezing -/-
Abdomen : Datar lembut
Bising usus normal
Tidak terdapat nyeri tekan epigastrium
Tidak terdapat pembesaran hepar dan lien
Ekstremitas : Akral hangat
CRT < 2 detik
Diagnosis
c. Tonsilitis kronik

Penatalaksanaan
Umum : istirahat
Diet makanan lunak
Hindari makanan pedas, berminyak, air dingin (es)
Saran untuk dilakukan tonsilektomi
Khusus : amoxicillin syr 3 x cth 1
Paracetamol syr 3x cth 1

23
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Ambroxol syr 3 x cth 1


Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam

Daftar Pustaka :
1. Dr. H.Efiati Arsyad Soepardi, Sp.THT, ;Prof. Dr. H.Nurbaiti Iskandar, dalam :Buku Ajar Ilmu
kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok, edisi V, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
1990. hal : 181 – 184.
2. George L. Adams, MD,; Lawrence R. Boies, Jr., MD,; Peter A. Higler, MD, dalam Boies
Fundamentals Of Otolaryngology, Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal : 330 – 331.
3. R. Sjamsuhidajat,; Wim De Jong, dalam :Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal : 486 – 487

Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui prinsip diagnosis tonsilitis kronik
2. Mengetahui penatalaksanaan tonsilitis kronik

24
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Rangkuman dari hasil pembelajaran portofolio


1. Subyektif
An. M (7 tahun), berat badan 18 kg datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka
Tengah dengan keluhan nyeri tenggorokan 3 hari SMRS. Nyeri menelan (+). demam (+) 3
hari yll. Batuk (+). Pilek (+). Sebelumnya os sudah pernah mengalami keluhan yang sama,
setelah berobat tidak ada keluhan lagi namun sekarang keluhan timbul lagi.

2. Obyektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, komposmentis dan kooperatif. Nadi
: 100 kali/menit. Respiratory : 24 kali/menit. Suhu : 38,0 oC. Pemeriksaan laboratorium
dalam natas normal.

3. Assessment
Tonsilitis kronik Merupakan suatu infeksi tonsil akut yang berulang, dengan gambaran tonsil
yang membesar, dengan adanya hipertropi dan jaringan parut. Sebagian kripta tampak
mengalami stenosis, dan di isi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul
tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak-anak
prosesini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe sub mandibularis.
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, serta
penanganan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis
akut, namun kadang-kadang kuman berubah menjadi golongan Gram negatif.

25
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Gejala dan Tanda


Gejalanya berupa nyeri tenggorokan yang semakin parah jika penderita menelan. Nyeri
seringkali dirasakan di telinga karena tenggorokan dan telinga memiliki persarafan yang sama.
Pada anak-anak yang lebih kecil, biasanya tidak mengeluhkan tenggorokan nyeri, namun anak
tersebut tidak mau makan dikarenakan nyeri yang dirasakan anak tersebut saat menelan
makanannya.
Terkadang, tonsilitis yang menyebabkan hipertropi tonsil dapat menimbulkan gejala kesukaran
bernafas. Jika ini terjadi, maka terapi operatif adalah pilihan yang paling tepat (1).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan gejala. Beberapa gejala mayor yang
dapat ditemukan diantaranya tonsil yang membesar, demam, lebih merah dari tonsil yang normal,
terdapat membran yang berwarna kuning atau putih pada tonsil, suara penderita berubah,
pembesaran kelenjar limfe leher, serta gangguan pernapasan (1).
Selain itu dapat pula timbul rasa ada yang mengganjal di tenggorokan, tenggorokan dirasakan
kering dan napas berbau(4).
Selain dari gejala dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium biakan apusan tenggorok
perlu dilakukan guna menentukan kuman penyebab yang berguna untuk pemilihan antibiotik
yang tepat.

26
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

4. Rencana
Pada portofolio ini akan dibahas pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan
pengangkatan tonsil (tonsilektomi). Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus dimana
penatalaksanaan medik atau konservatif gagal untuk meringankan gejala-gejala. Penatalaksanaan
medik termasuk pemberian penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari, dan usaha untuk
membersihkan kripta tonsilaris dengan alat irigasi.

Tonsilektomi merupakan suatu prosedur pembedahan yang banyak dilakukan.


Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta
kecurigaan neoplasma.
Tonsilektomi dilakukan jika terjadi :
1. Sumbatan
a. hiparplasia tonsil dengan sumbatan jalan napas.
b. Sleep apnoe
c. Gangguan menelan
d. Gangguan berbicara
e. Cor pulmonal
2. Infeksi
a. infeksi telingan tengah berulang
b. rhinitis dan sinusitis yang berulang/kronis
c. peritonsiler abses
d. abses kelenjar limfe leher berulang
e. tonsilitis kronis dengan gejala nyeri menelan yang menetap
f. tonsilitis dengan nafas berbau
g. tonsil sebagai fokal ari berbagai infeksi ke organ tubuh lainnya.
3. Kecurigaan adanya tumor jinak atau ganas.
Harus di ingat bahw tonsil yang hipertropik sering ditemukan pada anak anak, keadaan
ini bukan merupakan suatu kelainan. Tonsilektomi dilakukan bila disertai penyulit Cor pulmonal,
akibat dari obstruksi kronik jalan napas yang jarang terjadi, abses faringeal atau abses
peritonsiler, atau pembesaran tonsil yang mengakibatkan disfagia dengan penurunan berat badan

27
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Indikasi khusus pengangkatan tonsil pada anak – anak adalah :


- Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali / lebih dalam 1 tahun
- Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun
- Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun
- Tonsilitis tidak memberikan respon yang baik dengan terapi antibiotik.
Tonsilektomi pada orang dewasa dapat dilakukan dengan narkose umum atau dengan
anestesi lokal. Pada anak- anak biasanya dilakukan dengan narkose umum.
Komplikasi tonsilektomi yang paling sering ditemukan adalah perdarahan yang dapat timbul
pada periode awal, atau terjadi secara sekunder 5-8 hari setelah dilakukan tonsilektomi.

28
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

No. ID dan Nama Peserta : Mimi Rozanna (4)


No. ID dan Nama Wahana : RSUD Bangka Tengah
Topik : Rhinitis alergi
Tanggal (kasus) : 20 maret 2015
Nama Pasien : Ny. H No. Rekam Medis : 05.
Tanggal Presentasi : No. Dan Nama Pendamping : dr. Dicky Ramadona

Tempat Presentasi : RSUD Bangka Tengah


Objektif Presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
Deskripsi : Tn. H (27 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka Tengah dengan keluhan bersin
bersin dialami sejak tadi pagi. Hidung terasa gatal. Pilek (+).
Tujuan :
3. Mengetahui prinsip diagnosis Rhinitis alergi
4. Mengetahui penatalaksaan Rhinitis alergi
Bahan Bahasan :  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara Membahas :  Diskusi  Presentasi dan diskusi  Email  Pos

29
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Data Pasien : Nama : Tn.H No. Register : 05.


Nama RS : RSUD Bangka Tengah Telp : -- Terdaftar sejak : --
Data utama untuk bahan diskusi :
9. Diagnosis/ Ganbaran Klinis :
Tn. H (27 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka Tengah dengan keluhan bersin bersin
dialami sejak tadi pagi. Hidung terasa gatal. Hal ini sering timbul jika udara dingin dan terpapar debu.
Pilek (+). BAK & BAB diakui normal.
10. Riwayat Pengobatan :
-
11. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tn. H (27 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka Tengah dengan keluhan bersin bersin
dialami sejak tadi pagi. Hidung terasa gatal. Pilek (+).
12. Riwayat Penyakit Terdahulu :
 Riwayat penyakit yang sama sebelumnya ada
 Riwayat alergi udara dingin dan debu ada
 Riwayat penyakit lain tidak ada
13. Riwayat Pekerjaan : Wiraswasta
14. Riwayat Keluarga : ibu keluarga mengalami penyakit yang sama seperti pasien
15. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS
16. Lain-lain :
Tanggal 11 Desember 2014
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Kesan Umum : Sakit sedang
Tanda Vital : Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respi : 20 kali/menit
Suhu : 36,5oC

Kepala
Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis
Sklera : Sklera tidak ikterik
Hidung
Sekret : ada, warna bening
PCH : Tidak ada pernapasan cuping hidung

30
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Mulut
SPO : Tidak ada sianosis per oral
Tonsil : Tidak hiperemis
Faring : Tidak hiperemis
Leher
KGB : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Retraksi : Tidak ada retraksi supraclavikula
Thoraks
Cardio : Bunyi jantung I-II murni reguler murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler kanan = kiri, ronkhi -/- wheezing -/-
Abdomen : Soepel
Bising usus dijumpai normal
nyeri tekan tidak dijumpai
hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat
CRT < 2 detik
Rumple leed (+)

Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 14,2 g/dL
Leukosit : 4900/mm3
Eritrosit : 4,5 juta/mm3
Trombosit : 260.000/mm3
Hematokrit : 37%
MCV : 82 fl
MCH : 29 pg
MCHC : 31 g/dL
Hitung Jenis :
Limfosit :-
Monosit : -
Granulosit: -

31
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Malaria : Negatif
GDS : 120 mg/dL

Diagnosis
d. Rhinitis Alergi

Penatalaksanaan
Umum : hindari faktor pencetus
Khusus : trifed 3 x 1
Cetirizine 1 x 1
Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanactionam : Ad bonam

Daftar Pustaka :
1. Soepardi, Efiaty Arsyad, Iskandar, H. Nurbaiti (ed) : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-
Tenggorok Kepala Leher, Edisi 5, FKUI, Jakarta 2001, hal. 101-106.
2. Adams, Goerge L. Boies, Lawrence R. Hilger, Peter A. : Alih Bahasa Wijaya, Caroline : Buku Ajar
Penyakit THT (Boeis Fundamentals of Otolaryngology). Edisi 6, EGC, Jakarta 1944. Hal. 190-198.
3. Mansjoer, Arif, Triyati, Kuspuji, Savitri, Rahmi, dkk (ed), Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1.
Media Aesculapius – FKUI, Jakarta 1999 hal. 1066-108.
4. Rinitis Alergika, dalam : http/www.alergika.co.id (dr. Teguh Haryono Karjadi, Subbagian Alergi
Imunologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN Dr. Cipto Manungunkusumo, Jakarta, 2001.
5. Fauci, Anthony S. Braunwald, Eugene, Isselbacher, Kurt J. dkk, (ed), Pronciple’s of Internal
Medicine. (Companion Handbook). 14th Edition, New York, 1999, Page 868-870.

Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui prinsip diagnosis rhinitis alergi
2. Mengetahui penatalaksanaan rhinitis alergi

32
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Rangkuman dari hasil pembelajaran portofolio


1. Subyektif
Tn. H (27 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangka Tengah dengan keluhan
bersin bersin dialami sejak tadi pagi. Hidung terasa gatal. Hal ini sering timbul jika udara
dingin dan terpapar debu. Pilek (+). BAK & BAB diakui normal.
2. Obyektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, komposmentis dan kooperatif. Tensi
: 110/80 mmHg,Nadi : 80 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit, Suhu : 36,5oC
3. Assesment
Rinitis Alergika didefinisikan sebagai inflamasi membran mukosa hidung dengan
minimal salah satu dari gejala-gejala : bersin / gatal-gatal di hidung, rinorea (ingus yang encer),
atau kongesti nasal (hidung tersumbat), yang menetap paling sedikit satu jam per hari. Bisa saja
dijumpai gatal pada mata, tenggorokan dan gejala lainnya.

Hal ini merupakan manifestasi klinis reaksi hipersensitivitas reaksi fase cepat dan fase
lambat serta fase hiperesponsif. Secara umum rhinitis alergika diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Alergi seasonal perenial (menahun) 3. Lain-lain

33
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

2. Infeksi Idiopatik

Akut Nares

Kronik Okupasional

Spesifik Hormonal

Non-spesifik Drug-induced

Iritan

Makanan

Emosional

Atrofi

Berdasarkan sifat berlangsungnya rhinitis alergika dibedakan atas :

1. Rhinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, pollinosis). Hanya ada di negara yang
memiliki 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepung sari dan spora jamur.
2. Rhinitis alergi sepanjang tahun (perennial).
Gejala keduanya hampir sama, hanya sifat berlangsungnya yang berbeda.

Gejala rhinitis alergi sepanjang tahun timbul terus-menerus atau intermiten. Meskipun lebih
ringan dibandingkan rinitis musiman, tapi karena lebih persisten komplikasinya lebih sering
ditemukan.

Etiologi

Penyebab utama rhinitis alergi adalah alleregen inhalan. Pada beberapa kasus, rhinitis
alergi menahun berhubungan dengan paparan terhadap alergen di tempat kerja (okupasional),
misalnya di pabrik detergen dan pabrik kayu. Selain itu, beberapa ahli mempercayai bahwa
34
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

alergen makanan mungkin juga merupakan faktor penting pada rhinitis ini. Namun hubungan
imunologik langsung yang jelas masih sulit untuk dibuktikan. Iritan (seperti asap rokok, polusi
udara, dan bahan kimia) serta infeksi non spesifik juga dapat memperberat inflamasi yang terjadi
pada rhinitis menahun.

Berdasarkan cara masuknya, alergen dibagi atas :

1. Alergen inhalan, yang masuk bersama udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau,
serpihan epitel dan bulu binatang serta jamur.
2. Alergen ingestan, yang masuk ke saluran cerna berupa makanan, misalnya susu, telur,
coklat, ikan, udang.
3. Alergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penissilin dan
sengatan lebah.
4. Alergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya
bahan kosmetik, perhiasan.
Satu macam alergen dapat merangsang lebih dari satu organ sasaran, sehingga memberi gejala
campuran, misalnya debu rumah yang memberi gejala asma bronkhial dan rhinitis alergi.

Gambaran Klinis
Gejala utama rhinitis alergi adalah bersin, rhinorhea, hidung gatal dan hidung tersumbat,
akan tetapi tidak semua penderita mempunyai keseluruhan gejala ini. Dapat juga disertai rasa
gatal di mata, telinga, tenggorokan dan keluar air mata, hidung tersumbat merupakan gejala
klinis yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama pada anak-anak, karena saluran
nafasnya lebih sempit. Beberapa penderita menggambarkannya sebagai flu yang berulang atau
gangguan pada sinusnya.

Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila
terdapat kontak dengan sejumlah debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologis, yaitu proses
pembersihan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari
lima kali setiap serangan.

Obstruksi hidung yang kronik tersebut dapat menyebabkan penderita bernafas dengan
mulut yang akhirnya membuat tenggorokannya terasa kering dan perih, mendengkur, bicaranya
sengau, sampai gangguan penciuman. Pernah juga dilaporkan terjadi sleep apnea pada anak-
35
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

anak. Pada beberapa penderita, obstruksi hidung ini akan lebih berat pada malam hari dan
mengganggu tidurnya. Penderita sering terbangun pada pagi hari dengan bersin-bersin yang
sangat mengganggu.

Edema kronik yang terjadi juga menyebabkan gangguan pada tuba eustachius paranasal.
Penderita sering mengeluhkan nyeri kepala frontal, gangguan mendengar, telinga terasa penuh
atau tersumbat, dan pada keadaan berat menyebabkan disfungsi tuba. Pada anak mungkin terjadi
terjadi otitis media serosa yang bulang, juga epistaksis karena fragilitas mukosa hidungnya.

Pemeriksaan fisik pada penderita rhinitis alergi menahun sangat membantu penegakan
diagnosis, terutama pada anak yang akan sering mengusap-usap atau menggaruk hidungnya atau
matanya. Penderita mempunyai karakteristik wajah tertentu yang berhubungan dengan penyakit
alergi kronik. Mulutnya sering tampak terbuka karena bernafas lewat mulut. Karena sering
menggaruk, terdapat garis-garis melintang di dorsum nasi sepertiga bawah (nasal crease), juga
bayangan gelap di daerah bawah mata (allergic shiner) akibat statis vena sekunder karena
obstruksi hidung

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, mukosa hidung tampak edema, basah, berwarna
pucat / livid dengan banyak sekret encer. Mungkin terdapat polip hidung, tenggorokan umumnya
normal pada pemeriksaan. Pada anak, mungkin disertai injeksi konjungtiva atau granuler. Bila
terjadi sejak awal kehidupannya, mungkin terdapat penyempitan lengkung palatum yang disebut
Gothic arch. Selanjutnya, mungkin terjadi deformitas fasial, seperti maloklusi gigi atau hipertrofi
gusi.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

1. Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis, harus dilakukan anamnesis yang teliti.

36
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

a. Onset dan durasi, apakah berhubungan dengan perubahan cuaca, tempat kerja,
atau memelihara binatang.
b. Gejala saat ini, antara lain sekret, derajat sumbatan hidung, bensin, hidung gatal,
nyeri tekan sinus, juga gangguan mata seperti gatal di mata, lakrimasi, gejala di faring
seperti gatal di palatum dan laring, serta gejala sistemik seperti malise, lelah atau
gangguan tidur.
c. Identifikasi faktor pencetus, termasuk alergen dan iritan.
d. Identifikasi penyakit alergi lain seperti asma, dermatitis atopik, atau riwayat
keluarga atopi.
e. Obat-obatan yang pernah dipakai, termasuk golongan obat bebas.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan tes kulit terhadap alergen inhalan atau alergen makanan, atau jika
sulit dengan RAST.
Uji kulit seperti uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin end –
Point Titration SET), uji cukit (Prick test) dan uji gores (Scratch test).

Uji alergen makanan adalah dengan diet eliminasi dan provokasi (Challenge test) tapi
akhir-akhir ini yang banyak dilakukan adalah Provocative Neutralization Tes atau Intra-
cutaneus Provocative Food Test (IPFT).

b. Pemeriksaan kadar eosinofil pada usap hidung (nasal smear)


c. Kadar eosinofil darah dan IgE total.
d. Foto rontgen sinus atau CT-Scan bila perlu.

4. Rencana
Pada portofolio ini akan dibahas pentalaksanaan rhinitis alergi :

1. Menghindari alergen
Terapi yang paling ideal adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab.
37
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Beberapa tips bagi penderita rhinitis alergi :

 Jangan memasukkan binatang peliharaan ke dalam kamar tidur, atau lebih baik
lagi ke dalam rumah.
 Hindari merokok atau menjadi perokok pasif.
 Bersihkan tempat-tempat di rumah yang mungkin ditumbuhi jamur secara rutin,
misalnya di kamar mandi, lantai, dan sela-sela jendela (bagi yang alergi terhadap jamur).
 Hindari tidur atau berada di ruangan dengan ventilasi yang kurang baik, seperti di
loteng atau lantai dasar.
 Jika ada, gunakan pendingin ruangan (AC) untuk mengurangi kelembaban dan
menurunkan suhu (bagi yang alergi terhadap tungau debu rumah). Jika memakai AC,
jendela harus selalu tertutup untuk menghindari alergen dari luar ruangan.
 Lapisan bantal, kasur atau tempat tidur springbed dan plastik atau vinil (bagi yang
alergi terhadap tungau debu rumah).
 Ganti kasur atau bantal kapuk dengan kasur atau bantal busa (bagi yang alergi
terhadap tungau debu rumah).
 Bersihkan tempat tidur secara teratur. Cuci sarung bantal, sprei, dan selimut
dengan air hangat ± 600 C (bagi yang alergi terhadap tungau debu rumah).
 Bersihkan karpet dengan vacuum cleaner dan pel lantai secara teratur. Jika perlu,
jangan gunakan karpet didalam kamar tidur (bagi yang alergi terhadap tungau debu
rumah).
 Minimalkan atau bersihkan benda-benda yang bisa menjadi tempat berkumpulnya
debu di rumah, misalnya buku-buku, baju-baju, kain wol dan sebagainya.
2. Simptomatis
a. Medikamentosa
Antihistamin dengan atau tanpa vasokonstriktor (dekongestan) dapat diberikan peroral
sebagai pengobatan sistemis atau secara lokal berbentuk tetes atau semprot hidung yang
mengandung vasokonstriktor atau kortikosteroid. Dapat juga diberikan obat-obat
stabilisator mastosit seperti Na Kromoglikat berupa obat semprot hidung. Pengobatan
baru lainnya untuk rinitis alergi di masa yang akan datang adalah anti-leukotrien, anti
IgE, DNA rekombinan.

38
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO

Pada konka hipertrofi dapat pula dilakukan kauterisasi konka inferior dengan AgNO 3 atau
triklorasetat.

b. Operatif
Pada konka hipertrofi inferior yang sudah berat, kauterisasi dengan AgNO3 atau
triklorasetat tidak menolong. Maka dalam hal ini tindakan konkatomi (pemotongan konka
inferior) perlu dipikirkan.

3. Imunoterapi
 Desensitisasi dan hiposensitisasi
Cara pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah
berlangsung lama serta yang dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang
memuaskan

 Netralisasi
Cara Netralisasi dilakukan untuk alergi makanan

Pada netralisasi tubuh tidak membentuk “blocking antibody” seperti pada desensitisasi.

Efek beberapa obat rinitis alergi pada orang dewasa

Bersin Rinorea Hidung tersumbat Gangguan penciuman

Sodium kromoglikat + + ± -

Antihistamin oral +++ ++ ± -

Ippratropium bromida - +++ - -

Dekongestan topikal * - - +++ -

Kortikosteroid topikal +++ +++ ++ +

Kortikosteroid oral +++ +++ +++ ++

* Penggunaan dekongestan topikal dibatasi sampai 7 hari

Definisi Rhinitis

Rhinorhea

Kongesti nasal (hidung tersumbat)


Riwayat Penyakit
39
SPESIALIS Antibiotik
ALERGI
RSUD
Menghindari Bangka
dari alergen Tengah
ALERGI INFEKSI Pemeriksaan FisikSTRUKTURAL Kortokosteroid topikal
SINISTER
LAIN-LAIN
kortikosteroid topikal Pertimbangan SPESIALIS THT
antikoligernik topikal billas
Penilaian Ulang dekongestan a.l. Wageners
antihistamin
(Seasonal menahun Tes
atauKulit
(kortikosteroid
(akut (Prick
topikal)test/RAST)
kronik) hidung (salin)
(polip, deviasi septum, a.l. idiopatik,
pertimbangkan imunotherapi

Anda mungkin juga menyukai