1
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
2
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 14,2 g/dL
Leukosit : 3700/mm3
Eritrosit : 4,5 juta/mm3
Trombosit : 88.000/mm3
Hematokrit : 46%
MCV : 82 fl
3
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
MCH : 29 pg
MCHC : 31 g/dL
Hitung Jenis :
Limfosit :-
Monosit : -
Granulosit: -
Malaria : Negatif
GDS : 110 mg/dL
Diagnosis
a. Observasi demam hari ke 4 e.c DHF grade II
Penatalaksanaan
Umum : Tirah baring
Diet lunak
Khusus : IVFD RL tetes/menit (makro)
Parasetamol tab 3x500 mg
Psidii tab 3x1
Antasida syr 3 x CI
Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanactionam : Ad bonam
Daftar Pustaka :
1. Sudoyo. Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III.2006. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hlm 1709-1713
2. Pengurus Besar Petri. IPD’s Compendium of Indonesian Medicine,1stEdition. Jakarta: Perhimpunan
Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Hlm 2-11
3. Mansyoer. Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hlm 428-433
4. Rani. Aziz, dkk. Panduan Pelayanan Medik. 2006. Jakarta: PB. PAPDI. Hlm 137-138
4
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui prinsip diagnosis demam tifoid
2. Mengetahui penatalaksanaan demam tifoid
5
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
6
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis
kelamin
Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura,asites,hipoproteinemia,atau
hiponatremia.
3. Sindroma Renjatan Dengue ditandai dengan seluruh kriteria DBD di atas disertai
kegagalan sirkulasi yang bermanifestasi sebagai :
A. Nadi yang cepat dan lemah.
B. Tekanan darah turun (≥ 20 mmhg)
C. Hipotensi dibandingkan standar sesuai umur.
a. Non Medikamentosa
Istirahat (tirah baring)
7
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
8
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Suspek DBD
Perdarahan spontan & masif (-),
Syok (-)
Protokol pemberian
cairan DBD dgn Ht Ht
(↑ ≥ 20%)
9
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
5% defisit cairan
PERBAIKAN
PERBAIKAN
Infus kristaloid 15ml/kg/jam
Kurangi infus
kristaloid 3ml/kg/jam
KONDISI MEMBURUK
tanda syok
PERBAIKAN
Tatalaksana sesuai protokol
syok dan perdarahan.
Terapi cairan dihentikan
24 – 48 jam
PERBAIKAN
10
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
- Perdarahan otak
- Gross hematuria
- Hematoskezia.
Syok (-)
11
RSUD Bangka Tengah
Terapi cairan dihentikan
24 – 48 jam
PORTOFOLIO
- Airway
- Breathing : O2 1-2 L/menit dengan kateter nasal. Bila lebih, dipakai sungkup muka.
- Circulation : Cairan kristaloid & atau koloid 10-20 ml/kgBB secepatnya (bila mungkin < 10
menit)
PERBAIKAN*
Tetap Syok
kristaloid 5ml/kg/jam
dalam 1 jam
Ht ↑ Ht
↓
PERBAIKAN*
Koloid 10-20ml/kg BW Transfusi darah
loading selama 10-15 10ml/kgBB dapat diulang
kristaloid 3ml/kg/jam menit. sesuai kebutuhan.
dalam 1 jam
12
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Normovolemia
Hipovolemi
a
Koreksi gangguan asam-
Kristaloid dipantau basa,elektrolit,hipoglikemia,an
Tetap Syok
10-15menit emia,KID,inf sekunder
Inotropik,vasopresor,vasodilatasi
1. TD sistolik 100mmhg
2. Tekanan nadi > 20mmhg
3. Frek nadi < 100x/i, volume cukup
4. Akral hangat
5. Diuresis 0,5-1cc/kgBB/jam..
13
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
14
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
15
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 13,1 g/dL
Leukosit : 7000/mm3
Eritrosit : 4,3 juta/mm3
Trombosit : 275.000/mm3
Hematokrit : 36%
16
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
MCV : 80 fl
MCH : 28 pg
MCHC : 32 g/dL
Hitung Jenis :
Limfosit :-
Monosit : -
Granulosit: -
Malaria : Negatif
GDS : 88 mg/dL
Diagnosis
b. Observasi febris ec morbili
Penatalaksanaan
IVFD RL 8 tetes/menit (makro)
Vit A 200.000 IU
Paracetamol syr 3 x 1 ¾
Mucos syr 3 x 1
Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanactionam : Ad bonam
Daftar Pustaka :
1. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK-UI, Morbili Dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid
III, Cetakan ke-7, Percetakan Informedika Indonesia, Jakarta, 1985, Hal : 624-628.
2. Mansjoer. A, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid 2, Penerbit Media Aesculapius Fk-UI,
Jakarta, 2000, Hal : 417-418.
3. Rampenyan. T.H, Laurentz IR, Penyakit Infeksi-Tropik Pada Anak, Cetakan ke 3, Penerbit Buku
17
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui prinsip diagnosis morbili
2. Mengetahui penatalaksanaan morbili
18
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
2. Obyektif
Pada pemeriksaan fisik ditemukan bercak- bercak merah di seluruh badan, suhu tubuh yang
meningkat. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
3. Assessment
Morbili adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus morbili yang ditandai
dengan demam yang tidak terlalu tinggi pada stadium awal dan diikuti ruam kemerahan pada
kulit dan disertai dengan batuk. Penularan penyakit ini adalah melalui :
1. Percikan ludah yang mengandung virus.
2. Kontak langsung dengan penderita.
Penularan dapat terjadi sejak 2 – 4 hari sebelum timbul ruam pada kulit dan menetap
kurang lebih 5 hari sejak ruam timbul.
Coriza, konjungtivitis, fotofobia dan batuk akan dialami anak dan pada fase akhir
prodromal akan timbul gejala patognomoni berupa koplik spot.
19
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Gejala stadium prodromal semakin memberat diikuti dengan timbulnya rash atau
eritema yang berbentuk macula papula. Setelah timbul demam maka timbul ruam kulit
yang berbentuk macula papula diantara kulit yang ruam akan terdapat kulit normal,
lokasi ruam akan timbul mulai dari belakang telinga pada batas rambut, menyebar ke
daerah pipi, leher, wajah, dada, lengan atas dan keseluruh tubuh. Ruam kemerahan akan
mengalami hiperpigmentasi setelah 3 hari mulai ruam dan menghilang sesuai urutan
timbulnya ruam. Biasanya akan ditemui gangguan saluran cerna berupa muntah dan
mencret.
3. Stadium konvalensi.
4. Rencana
Pada portofolio ini akan dibahas penatalaksanaan morbili dimana Pengobatan bersifat
suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen
nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang,
antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun
dan 200.000 unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu
pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna
untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu > 39,5 C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit
atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.
20
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
21
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Hidung
Sekret : Tidak ada sekret
PCH : Tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut
SPO : Tidak ada sianosis per oral
Tonsil : T1-T3, hiperemis
Leher
KGB : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Retraksi : Tidak ada retraksi supraclavikula
Thoraks
Cor : Bunyi jantung I-II murni reguler murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler kanan = kiri, rhonki -/- wheezing -/-
Abdomen : Datar lembut
Bising usus normal
Tidak terdapat nyeri tekan epigastrium
Tidak terdapat pembesaran hepar dan lien
Ekstremitas : Akral hangat
CRT < 2 detik
Diagnosis
c. Tonsilitis kronik
Penatalaksanaan
Umum : istirahat
Diet makanan lunak
Hindari makanan pedas, berminyak, air dingin (es)
Saran untuk dilakukan tonsilektomi
Khusus : amoxicillin syr 3 x cth 1
Paracetamol syr 3x cth 1
23
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Daftar Pustaka :
1. Dr. H.Efiati Arsyad Soepardi, Sp.THT, ;Prof. Dr. H.Nurbaiti Iskandar, dalam :Buku Ajar Ilmu
kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok, edisi V, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
1990. hal : 181 – 184.
2. George L. Adams, MD,; Lawrence R. Boies, Jr., MD,; Peter A. Higler, MD, dalam Boies
Fundamentals Of Otolaryngology, Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal : 330 – 331.
3. R. Sjamsuhidajat,; Wim De Jong, dalam :Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal : 486 – 487
Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui prinsip diagnosis tonsilitis kronik
2. Mengetahui penatalaksanaan tonsilitis kronik
24
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
2. Obyektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, komposmentis dan kooperatif. Nadi
: 100 kali/menit. Respiratory : 24 kali/menit. Suhu : 38,0 oC. Pemeriksaan laboratorium
dalam natas normal.
3. Assessment
Tonsilitis kronik Merupakan suatu infeksi tonsil akut yang berulang, dengan gambaran tonsil
yang membesar, dengan adanya hipertropi dan jaringan parut. Sebagian kripta tampak
mengalami stenosis, dan di isi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul
tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak-anak
prosesini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe sub mandibularis.
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, serta
penanganan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis
akut, namun kadang-kadang kuman berubah menjadi golongan Gram negatif.
25
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
26
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
4. Rencana
Pada portofolio ini akan dibahas pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan
pengangkatan tonsil (tonsilektomi). Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus dimana
penatalaksanaan medik atau konservatif gagal untuk meringankan gejala-gejala. Penatalaksanaan
medik termasuk pemberian penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari, dan usaha untuk
membersihkan kripta tonsilaris dengan alat irigasi.
27
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
28
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
29
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Kepala
Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis
Sklera : Sklera tidak ikterik
Hidung
Sekret : ada, warna bening
PCH : Tidak ada pernapasan cuping hidung
30
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Mulut
SPO : Tidak ada sianosis per oral
Tonsil : Tidak hiperemis
Faring : Tidak hiperemis
Leher
KGB : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Retraksi : Tidak ada retraksi supraclavikula
Thoraks
Cardio : Bunyi jantung I-II murni reguler murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler kanan = kiri, ronkhi -/- wheezing -/-
Abdomen : Soepel
Bising usus dijumpai normal
nyeri tekan tidak dijumpai
hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat
CRT < 2 detik
Rumple leed (+)
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 14,2 g/dL
Leukosit : 4900/mm3
Eritrosit : 4,5 juta/mm3
Trombosit : 260.000/mm3
Hematokrit : 37%
MCV : 82 fl
MCH : 29 pg
MCHC : 31 g/dL
Hitung Jenis :
Limfosit :-
Monosit : -
Granulosit: -
31
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Malaria : Negatif
GDS : 120 mg/dL
Diagnosis
d. Rhinitis Alergi
Penatalaksanaan
Umum : hindari faktor pencetus
Khusus : trifed 3 x 1
Cetirizine 1 x 1
Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanactionam : Ad bonam
Daftar Pustaka :
1. Soepardi, Efiaty Arsyad, Iskandar, H. Nurbaiti (ed) : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-
Tenggorok Kepala Leher, Edisi 5, FKUI, Jakarta 2001, hal. 101-106.
2. Adams, Goerge L. Boies, Lawrence R. Hilger, Peter A. : Alih Bahasa Wijaya, Caroline : Buku Ajar
Penyakit THT (Boeis Fundamentals of Otolaryngology). Edisi 6, EGC, Jakarta 1944. Hal. 190-198.
3. Mansjoer, Arif, Triyati, Kuspuji, Savitri, Rahmi, dkk (ed), Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1.
Media Aesculapius – FKUI, Jakarta 1999 hal. 1066-108.
4. Rinitis Alergika, dalam : http/www.alergika.co.id (dr. Teguh Haryono Karjadi, Subbagian Alergi
Imunologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN Dr. Cipto Manungunkusumo, Jakarta, 2001.
5. Fauci, Anthony S. Braunwald, Eugene, Isselbacher, Kurt J. dkk, (ed), Pronciple’s of Internal
Medicine. (Companion Handbook). 14th Edition, New York, 1999, Page 868-870.
Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui prinsip diagnosis rhinitis alergi
2. Mengetahui penatalaksanaan rhinitis alergi
32
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Hal ini merupakan manifestasi klinis reaksi hipersensitivitas reaksi fase cepat dan fase
lambat serta fase hiperesponsif. Secara umum rhinitis alergika diklasifikasikan sebagai berikut :
33
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
2. Infeksi Idiopatik
Akut Nares
Kronik Okupasional
Spesifik Hormonal
Non-spesifik Drug-induced
Iritan
Makanan
Emosional
Atrofi
1. Rhinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, pollinosis). Hanya ada di negara yang
memiliki 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepung sari dan spora jamur.
2. Rhinitis alergi sepanjang tahun (perennial).
Gejala keduanya hampir sama, hanya sifat berlangsungnya yang berbeda.
Gejala rhinitis alergi sepanjang tahun timbul terus-menerus atau intermiten. Meskipun lebih
ringan dibandingkan rinitis musiman, tapi karena lebih persisten komplikasinya lebih sering
ditemukan.
Etiologi
Penyebab utama rhinitis alergi adalah alleregen inhalan. Pada beberapa kasus, rhinitis
alergi menahun berhubungan dengan paparan terhadap alergen di tempat kerja (okupasional),
misalnya di pabrik detergen dan pabrik kayu. Selain itu, beberapa ahli mempercayai bahwa
34
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
alergen makanan mungkin juga merupakan faktor penting pada rhinitis ini. Namun hubungan
imunologik langsung yang jelas masih sulit untuk dibuktikan. Iritan (seperti asap rokok, polusi
udara, dan bahan kimia) serta infeksi non spesifik juga dapat memperberat inflamasi yang terjadi
pada rhinitis menahun.
1. Alergen inhalan, yang masuk bersama udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau,
serpihan epitel dan bulu binatang serta jamur.
2. Alergen ingestan, yang masuk ke saluran cerna berupa makanan, misalnya susu, telur,
coklat, ikan, udang.
3. Alergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penissilin dan
sengatan lebah.
4. Alergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya
bahan kosmetik, perhiasan.
Satu macam alergen dapat merangsang lebih dari satu organ sasaran, sehingga memberi gejala
campuran, misalnya debu rumah yang memberi gejala asma bronkhial dan rhinitis alergi.
Gambaran Klinis
Gejala utama rhinitis alergi adalah bersin, rhinorhea, hidung gatal dan hidung tersumbat,
akan tetapi tidak semua penderita mempunyai keseluruhan gejala ini. Dapat juga disertai rasa
gatal di mata, telinga, tenggorokan dan keluar air mata, hidung tersumbat merupakan gejala
klinis yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama pada anak-anak, karena saluran
nafasnya lebih sempit. Beberapa penderita menggambarkannya sebagai flu yang berulang atau
gangguan pada sinusnya.
Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila
terdapat kontak dengan sejumlah debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologis, yaitu proses
pembersihan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari
lima kali setiap serangan.
Obstruksi hidung yang kronik tersebut dapat menyebabkan penderita bernafas dengan
mulut yang akhirnya membuat tenggorokannya terasa kering dan perih, mendengkur, bicaranya
sengau, sampai gangguan penciuman. Pernah juga dilaporkan terjadi sleep apnea pada anak-
35
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
anak. Pada beberapa penderita, obstruksi hidung ini akan lebih berat pada malam hari dan
mengganggu tidurnya. Penderita sering terbangun pada pagi hari dengan bersin-bersin yang
sangat mengganggu.
Edema kronik yang terjadi juga menyebabkan gangguan pada tuba eustachius paranasal.
Penderita sering mengeluhkan nyeri kepala frontal, gangguan mendengar, telinga terasa penuh
atau tersumbat, dan pada keadaan berat menyebabkan disfungsi tuba. Pada anak mungkin terjadi
terjadi otitis media serosa yang bulang, juga epistaksis karena fragilitas mukosa hidungnya.
Pemeriksaan fisik pada penderita rhinitis alergi menahun sangat membantu penegakan
diagnosis, terutama pada anak yang akan sering mengusap-usap atau menggaruk hidungnya atau
matanya. Penderita mempunyai karakteristik wajah tertentu yang berhubungan dengan penyakit
alergi kronik. Mulutnya sering tampak terbuka karena bernafas lewat mulut. Karena sering
menggaruk, terdapat garis-garis melintang di dorsum nasi sepertiga bawah (nasal crease), juga
bayangan gelap di daerah bawah mata (allergic shiner) akibat statis vena sekunder karena
obstruksi hidung
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, mukosa hidung tampak edema, basah, berwarna
pucat / livid dengan banyak sekret encer. Mungkin terdapat polip hidung, tenggorokan umumnya
normal pada pemeriksaan. Pada anak, mungkin disertai injeksi konjungtiva atau granuler. Bila
terjadi sejak awal kehidupannya, mungkin terdapat penyempitan lengkung palatum yang disebut
Gothic arch. Selanjutnya, mungkin terjadi deformitas fasial, seperti maloklusi gigi atau hipertrofi
gusi.
Diagnosis
1. Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis, harus dilakukan anamnesis yang teliti.
36
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
a. Onset dan durasi, apakah berhubungan dengan perubahan cuaca, tempat kerja,
atau memelihara binatang.
b. Gejala saat ini, antara lain sekret, derajat sumbatan hidung, bensin, hidung gatal,
nyeri tekan sinus, juga gangguan mata seperti gatal di mata, lakrimasi, gejala di faring
seperti gatal di palatum dan laring, serta gejala sistemik seperti malise, lelah atau
gangguan tidur.
c. Identifikasi faktor pencetus, termasuk alergen dan iritan.
d. Identifikasi penyakit alergi lain seperti asma, dermatitis atopik, atau riwayat
keluarga atopi.
e. Obat-obatan yang pernah dipakai, termasuk golongan obat bebas.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan tes kulit terhadap alergen inhalan atau alergen makanan, atau jika
sulit dengan RAST.
Uji kulit seperti uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin end –
Point Titration SET), uji cukit (Prick test) dan uji gores (Scratch test).
Uji alergen makanan adalah dengan diet eliminasi dan provokasi (Challenge test) tapi
akhir-akhir ini yang banyak dilakukan adalah Provocative Neutralization Tes atau Intra-
cutaneus Provocative Food Test (IPFT).
4. Rencana
Pada portofolio ini akan dibahas pentalaksanaan rhinitis alergi :
1. Menghindari alergen
Terapi yang paling ideal adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab.
37
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Jangan memasukkan binatang peliharaan ke dalam kamar tidur, atau lebih baik
lagi ke dalam rumah.
Hindari merokok atau menjadi perokok pasif.
Bersihkan tempat-tempat di rumah yang mungkin ditumbuhi jamur secara rutin,
misalnya di kamar mandi, lantai, dan sela-sela jendela (bagi yang alergi terhadap jamur).
Hindari tidur atau berada di ruangan dengan ventilasi yang kurang baik, seperti di
loteng atau lantai dasar.
Jika ada, gunakan pendingin ruangan (AC) untuk mengurangi kelembaban dan
menurunkan suhu (bagi yang alergi terhadap tungau debu rumah). Jika memakai AC,
jendela harus selalu tertutup untuk menghindari alergen dari luar ruangan.
Lapisan bantal, kasur atau tempat tidur springbed dan plastik atau vinil (bagi yang
alergi terhadap tungau debu rumah).
Ganti kasur atau bantal kapuk dengan kasur atau bantal busa (bagi yang alergi
terhadap tungau debu rumah).
Bersihkan tempat tidur secara teratur. Cuci sarung bantal, sprei, dan selimut
dengan air hangat ± 600 C (bagi yang alergi terhadap tungau debu rumah).
Bersihkan karpet dengan vacuum cleaner dan pel lantai secara teratur. Jika perlu,
jangan gunakan karpet didalam kamar tidur (bagi yang alergi terhadap tungau debu
rumah).
Minimalkan atau bersihkan benda-benda yang bisa menjadi tempat berkumpulnya
debu di rumah, misalnya buku-buku, baju-baju, kain wol dan sebagainya.
2. Simptomatis
a. Medikamentosa
Antihistamin dengan atau tanpa vasokonstriktor (dekongestan) dapat diberikan peroral
sebagai pengobatan sistemis atau secara lokal berbentuk tetes atau semprot hidung yang
mengandung vasokonstriktor atau kortikosteroid. Dapat juga diberikan obat-obat
stabilisator mastosit seperti Na Kromoglikat berupa obat semprot hidung. Pengobatan
baru lainnya untuk rinitis alergi di masa yang akan datang adalah anti-leukotrien, anti
IgE, DNA rekombinan.
38
RSUD Bangka Tengah
PORTOFOLIO
Pada konka hipertrofi dapat pula dilakukan kauterisasi konka inferior dengan AgNO 3 atau
triklorasetat.
b. Operatif
Pada konka hipertrofi inferior yang sudah berat, kauterisasi dengan AgNO3 atau
triklorasetat tidak menolong. Maka dalam hal ini tindakan konkatomi (pemotongan konka
inferior) perlu dipikirkan.
3. Imunoterapi
Desensitisasi dan hiposensitisasi
Cara pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah
berlangsung lama serta yang dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang
memuaskan
Netralisasi
Cara Netralisasi dilakukan untuk alergi makanan
Pada netralisasi tubuh tidak membentuk “blocking antibody” seperti pada desensitisasi.
Sodium kromoglikat + + ± -
Definisi Rhinitis
Rhinorhea