PENDAHULUAN
kebawah. Asma adalah penyakit kronis yang ditandai dengan serangan berulang
dari sesak napas dan mengi, yang bervariasi dalam keparahan dan frekuensi dari
orang ke orang. Gejala dapat terjadi beberapa kali dalam sehari atau minggu pada
individu yang terkena, dan bagi sebagian orang menjadi lebih buruk selama
juta orang menderita asma. Asma kurang terdiagnosis dan kurang diobati,
menciptakan beban besar untuk individu dan keluarga dan mungkin membatasi
aktivitas individu untuk seumur hidup. Kematian asma akan meningkat dalam 10
tahun kedepan jika tindakan segera tidak diambil. Asma tidak dapat disembuhkan,
Didefenisikan sebagai asma jika pernah mengalami gejala sesak napas yang
terjadi pada salah satu atau lebih kondisi; terpapar udara dingin dan/atau debu
dan/atau asap rokok dan/ atau stress dan / atau flu atau infeksi dan/ atau kelelahan
dan/atau alergi disertai salah satu atau lebih gejala: mengi dan/ sesak napas
1
berkurang atau menghilang dengan pengobatan dan/atau sesak napas berkurang
atau menghilang tanpa pengobatan dan/atau sesak napas lebih berat dirasakan
pada malam hari atau menjelang pagi dan jika pertama kali merasakan sesak
tentang profil kesehatan di Indonesia oleh Depkes R.I. (2009) dilaporkan terdapat
Balitbangkes, Kemenkes RI pada tahun 2007 ada (18) delapan belas provinsi yang
Sulawesi Tengah, Papua Barat, Kalimantan Selatan, Aceh, Nusa Tenggara Timur,
prevalensi dibawah angka nasional yaitu Banten, Riau, Jambi, Kalimantan Timur,
Maluku, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Bengkulu, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara,
Maluku Utara, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Lampung. 3
penyakit Asma secara nasional sebesar 1%. Akan tetapi terdapat perbedaan dalam
diagnosa oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala sedangkan Riskesdas 2013
2
Berdasarkan Riskesdas 2007 terdapat peningkatan prevalensi Asma seiring
bertambahnya usia, dimana umur <1 tahun prevalensinya sebesar 1,1% dan umur
75+ sebesar 12,4% ini bisa saja bukan murni penyakit Asma, untuk
mengidentifikasi/mendiagnosa Asma pada orang tua itu bisa saja menjadi sulit,
karena gejala Asma hampir sama dengan gejala penyempitan saluran nafas pada
PPOK, berupa sesak dan batuk. Sementara berdasarkan Riskesdas 2013 terlihat
bahwa umur 25-34 tahun mempunai prevalensi Asma tertinggi yaitu sebesar 5,7%
dan umur <1 tahun memiliki prevalensi Asma terendah sebesar 1,5%. 3
tertinggi pada umur 45-64 tahun yaitu sebesar 25,56% dan prevalensi terendah
usia 0-6 hari sebesar 0,10%. Sedangkan prevalensi Asma pasien rawat jalan
berdasarkan umur tertinggi pada umur 25-44 tahun yaitu sebesar 24,05% dan
tertinggi pada umur 25-44 tahun yaitu sebesar 31,56% dan prevalensi terendahusia
7-28 hari sebesar 0,05%. Sementara prevalensi Status Asmatikus pasien rawat
jalan berdasarkan umur tertinggi pada umur 25-44 tahun yaitu sebesar 29,95% dan
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di poli paru RSU Haji Medan
tentang kasus Asma periode 2015 yaitu 62 jumlah kasus. Terkait dengan kondisi
RSU Haji Medan yang merupakan rumah sakit rujukan dan dijumpai kasus Asma
3
risiko penderita yang berhubungan dengan penyakit asma pada orang dewasa di
rumusan masalah adalah “ Belum diketahui faktor risiko apa saja dari penderita
yang berhubungan dengan penyakit asma pada orang dewasa di Rumah Sakit
dengan penyakit asma pada orang dewasa di Rumah Sakit Umum Haji Medan
tahun 2015.
asma pada orang dewasa di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015.
4
1.4 Manfaat Penelitian
penyakit asma pada orang dewasa di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun
2015.
memberikan bahan informasi mengenai ada atau tidaknya hubungan faktor risiko
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
antigen.4
1.Genetik
studi genetik telah menemukan multiple chromosomal region yang berisi gen-gen
yang memberi kontribusi asma. Kadar serum IgE yang tinggi telah diketahui ada
hubungan dengan kromosom 5q, 11q dan 12q. Secara klinik ada hubungan kuat
Asma pada anak lebih sering dijumpai pada anak laki laki tetapi menjadi
berlawanan pada pubertas dan dewasa. Prevalensi secara keseluruhan wanita lebih
banyak dari pria. Di Amerika Serikat ras kulit hitam diketahui mempunyai resiko
6
3.Faktor lingkungan
paparan allergen dan prevalensi asma dan perbaikan asma bila paparan allergen
4.Polusi udara
terhadap allergen.5
2.3. Patofisiologi
Yang sering terserang adalah bronkus dengan ukuran 3-5 mm akan tetapi
distribusinya meliputi daerah yang luas. Walaupun asma pada prinsipnya adalah
suatu kelainan pada bagian jalan pernafasan, akan tetapi dapat pula menyebabkan
terjadinya gangguan pada bagian funsional paru. Gangguan ini disebabkan karena:
fentilasi perfusi.
obstruksi total.
7
d.Selain bronkospasme dapat pula terjadi edema pada saluran pernafasan yang
g.Pada tingkat permulaan dari suatu asma yang berat PaCO2 dan pH darah selalu
konstan.
klinis termasuk obstruksi jalan nafas reversible. Ciri-ciri yang sangat penting dari
sindrom ini, seperti dispnea, suara mengi, obstruksi jalan nafas reversible terhadap
spesifik maupun yang non spesifik, dan peradangan saluran pernafasan. Semua
ciri-ciri tadi tidak harus terdapat bersamaan. Serangan asma ditandai dengan
batuk, mengi, serta sesak nafa. Gejala yang sering terlihat jelas adalah
Kussmaul’s sign. Pasien akan mencari posisi yang enak, yaitu duduk tegak dengan
tangan berpegangan pada sesuatu agar bahu tetap stabil, dengan demikian otot
tambahan dapat bekerja dengan lebih baik. Takikardi akan timbul diawal
8
2.5.Pemeriksaan fisik Asma
Hasil temuan fisik pada saat serangan asma adalah akibat dari : 1.Efek ung
a.Takipnoe dan takikardi. Adalah tanda umum yang dijumpai pada asma akut .
Pernafasan antar 25-28 kali permenit dan rata-rata detak jantung 100 kali per
menit.Pernafasan > 30 kali per menit dan detak jantung > 120 kali per menit tidak
jarang dijumpai.
b.Wheezing difus adalah khas untuk asma tetapi keberadaan tidak dapat
secara umum wheezing yang dujumpai saat inspirasi dan ekspirasi wheezing keras
dan nadi tinggi ada hubungan dengan obstruksi dengan saluran nafas berat. Pada
asma yang lebih berat wheezing bisa tidak terdengar. Hal ini menunjukkan
pertukaran gas yang sangat terganggu dan sudah dalam bahaya gagal nafas.
Penggunaan otot nafas tambahan, pulsus paradoksus dan banyak keringat adalah
1.Laboratorium
9
A.Pemeriksaan sputum
eosinofil.
b.Terdapatnya spiral Curschmann, yakni spiral yang merupakan cast cell (sel
B.Pemeriksaan darah
a.Analisis gas darah pada umumnya normal,akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia,hiperkapnia,atau asidosis.
d.Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari IgE pada waktu
10
2.Pemeriksaan radiologi
Pada pemeriksaan ini tingkat serangan dapat diketahui dengan mengukur vital
a.Bila FEVI lebih kecil dari 40% maka 2/3 dari pasien akan menunjukkan
penurunan tekana sistol dan bila lebih rendah dari 50% maka seluruh pasien akan
2.7.Penatalaksanaan
terjadi serangan asma yang digunakan ada “relievers” dibantu dengan “disease-
11
modifyng therapy” . Setelah serangan dapat diatasi dan periode asimtomatik telah
tanpa obat lagi, tetapi penderita dibekali peak flow meter untuk memantau arus
puncak.6,7,8
mediator yang dilepas sel mast. Pemberian agonis β-2 dilakukan secara inhalasi
Pemberian secara parenteral baru dilakukan jika pemberian secara inhalasi tidak
detak jantung menurun. Itu sebabnya pemberian inhalasi menjadi pilihan utama
bukan pengobatan lini pertama, tetapi dapat digunakan untuk menolong serangan
asma ringan maupun sedang. Pada serangan asma berat, pengobatan lini pertama
diberikan secara inhalasi adalah ipratopium bromide dengan MDI atau wet
12
nebulization (WN). Jika diberikan secara parenteral, antikolinergik yang
pengobatan asma bronchial, tetapi efeknya lambat baru tampak setelah beberapa
jam. Oleh karena itu, kortikosteroid sebaiknya diberikan pada saat mulai tampak
Pada saat serangan asma, pemberian kortikosteroid per inhalasi tidak dapat
memberikan manfaat.6
13
BAB III
Faktor Resiko:
2.Riwayat Alergi
3.Gender
cara ukur
kronik yang
ditandai dengan
wheezing/mengi.
14
Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala
cara ukur
dimaksud adalah
adanya riwayat
asma dalam
keluarga yaitu
orang tua.
berlebihan
terhadap suatu
zat misal
makanan,debu
atau obat).
tercantum dalam
rekam medis.
15
3.3 Hipotesis
1. Tidak ada hubungan genetik penderita dengan penyakit asma pada orang
dewasa di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015
2. Tidak ada hubungan riwayat alergi penderita dengan penyakit asma pada orang
dewasa di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015
3. Tidak ada hubungan gender penderita dengan penyakit asma pada orang
dewasa di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2015
16
BAB IV
METODE PENELITIAN
bersifat analitik yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mencari
beberapa faktor risiko penderita yang berhubungan dengan penyakit asma pada
2015.
Rumah Sakit Haji Kota Medan periode Januari 2015 sampai dengan Juli 2015.
17
Populasi Kontrol adalah semua penderita Asma dan bukan penderita Asma
di Rumah Sakit Haji Kota Medan periode januari 2015 sampai dengan Juli 2015
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah semua penderita asma yang berobat di Rumah
Sakit Umum Haji dengan teknik pengambilan sampel kasus dalam penelitian
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
hasil rekam medik. Data sekunder yang di peroleh dari catatan medik penderita
asma.
didapatkan dari hasil Rekam Medik di Rumah Sakit Haji Kota Medan tahu 2015.
18
4.5 Metode Analisis Data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
variabel bebas dan variabel terikat, dengan uji statistik Chi Square(X2)
selanjutnya untuk kesimpulan dilihat nilai p value dari hasil Chi Square,
19
DAFTAR PUSTAKA
2015)
3. Pusat data dan Informasi Kementerian kesehatan RI. You can control your
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-info-
4. Rab Tabrani. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Media. 2010
UNAIR. 2010
8. Djuanda A, Hamzah M, Aisah A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed.
20
9. Notoatmodjo S.Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2010
21