Anda di halaman 1dari 8

Demam Reumatik

Definisi

Demam Reumatik adalah inflamasi sistemik non supuratif dengan proses “delayed autoimmune”
yang dapat melibatkan sendi, jantung, pembulu darah, susunan saraf pusat, jaringan subkutan, otak,
dan kulit dengan frekuensi bervariasi.

Etiologi

Infeksi kuman Streptococcus β hemolitik grup A (GABH Streptococcus), biasanya pada


tonsilofaringitis maupun faringitis. Streptococcus ini memiliki antigen khusus yang termasuk dalam
grup A. Selain itu juga menghasilkan streptolysin yang dapat melisiskan sel darah merah
disekitarnya. Sel darah merah yang lisis disebut sebagai hemolisis, ketika sel darah merah tersebut
hancur maka disebut sebagai beta hemolisis.

Hanya sekitar 3% dari penderita faringitis maupun tonsilofaringitis akibat infeksi Streptococcus yang
mungkin mengalami demam reumatik

Epidemiologi

Anak berusia 5-15 tahun

Faktor risiko

Tinggal di negara berkembang

Kemiskinan

Akses rendah terhadap fasilitas kesehatan

Lingkungan padat penduduk

Gejala klinis

Berdasarkan Kriteria Jones, gejala pada demam reumatik terbagi atas kriteria mayor dan kriteria
minor.

Kriteria mayor

Manifestasi mayor adalah gejala-gejala yang muncul setelah 2-3 minggu setelah infeksi.

Karditis
Bermanifestasi sebagai pankarditis (inflamasi yang mencangkup seluruh lapisan jantung yaitu
endocarditis, myocarditis and pericarditis) muncul dalam 40% -50% kasus.

Endocarditis merupakan inflamasi pada bagian dalam jantung terutama katup jantung. Katup
jantung yang paling sering terserang adalah katup jantung mitral namun tidak menutup
kemungkinan untuk katup aortis untuk terserang juga.

Myocarditis adalah inflamasi pada otot jantung. Daerah otot jantung yang mengalami inflamasi
disebut sebagai badan Aschoff, yang merupakan daerah fibrinoid nekrosis dengan sel imun seperti
sel T dengan visualisasi sel-sel Anitschkow dengan nukleus menyerupai ulat. Myocarditis merupakan
penyebab paling umum pada kematian pasien penderita demam reumatik akut karena inflamasi dan
nekrosis ini menyebabkan jantung tidak dapat memompa dengan kekuatan maksimal sehingga
menyebabkan gagal jantung.

Pericarditis adalah inflamasi lapisan terluar jantung yaitu perikardium. Hal ini menyebabkan rasa
sakit dan friksi antara viceral kardium yang terinflamasi dengan parietal kardium. Friksi ini dapat
terdengar dengan stetoskop.

Karditis adalah satu-satunya manifestasi dengan kerusakan permanen pada organ. Pada fase akut
dapat muncul valvulitis. Sementara pada fase kronis dapat muncul fibrosis, kalsifikasi, dan stenosis
pada katup jantung (Fishmouth valves).

Gejala-gejalanya berupa :

• Regurgitasi mitral

• Murmurs

• kardiomegali

• gangguan ritme jantung

• Pericardial Friction rubs

• Gagal jantung

Poliarthritis migrans akut

Poliarthritis migrans akut paling sering muncul (80%). Dimanabanyak sendi besar yang mengalami
inflamasi satu setelah yang lain. Umumnya mempengaruhi sendi pada lutut, pergelangan kaki,
pergelangan bahu, sikut, dan pergelangan tangan. Namun kerusakannya tidak permanen.

Sydenham’s chorea

Muncul pada 10-15% penderita demam reumatik, adalah kumpulan gerakan cepat terutama pada
wajah dan lengan akibat reaksi autoimun pada Ganglia basal di otak. Umumnya pada wanita dengan
kelainan sistem piramidal ekstra. Secara klinis mengalami kesulitan dalam berbicara, menulis dan
berjalan. Gejala ini muncul setidaknya 3 bulan setelah terjadi infeksi.
Nodul subkutan

Nodul subkutan adalah tonjolan dibawah kulit yang terdiri dari kolagen. Muncul pada daerah
ekstensor.

Erythema marginatum

Erythema marginatum merupakan kemerahan pada kulit yang menyerupai cincin. Cenderung
muncul pada torso, ekstremitas dan tidak terasa gatal.

Kriteria minor

Demam

Arthralgia (rasa nyeri pada sendi)

Diagnosis

Karena gejalanya yang beragam, proses diagnosis demam reumatik akan ditentukan berdasarkan
Kriteria Jones. Kriteria ini terbagi dalam 2 kategori, yaitu gejala mayor dan minor.

Kriteria mayor adalah gejala paling umum yang biasanya muncul pada pengidap demam reumatik.
Gejala ini meliputi karditis, poliarthritis migrans akut, Sydenham’s chorea, erythema marginatum
serta nodul subkutan.

Sementara kriteria minor merupakan gejala yang terkadang dialami oleh pengidap. Beberapa di
antaranya adalah arthralgia (nyeri sendi), demam (biasanya lebih dari 39°C), peningkatan pada sel
darah putih, peningkatan pada protein fase akut (acute phase reatant, seperti LED atau CRP) yang
menunjukkan tingginya kadar protein di dalam darah sebagai reaksi terhadap inflamasi, peningkatan
pada ESR (erythrocyte sedimentation rate) yang terjadi akibat reaksi inflamasi dimana fibrinogen
menyebabkan sel darah merah menempel satu sama lain sehingga mudah mengendap di dalam
tabung reaksi serta perubahan pada EKG (elektrokardiogram) akibat gejala yang berhubungan
dengan jantung.

Diagnosis demam reumatik biasanya dapat ditegakkan apabila penderita mengalami setidaknya dua
kriteria mayor, atau setidaknya dua kriteria minor ditambah satu kriteria mayor.

Kriteria Jones (revisi 1992)


Kemudian pada 2002-2003 WHO mengajukan kriteria untuk diagonsis DR dan PJR (berdasarkan
kriteria Jones yang telah direvisi)
Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan :

•Peningkatan ESR

•Anemia, leukositosis

•peningkatan C-reactive protein

•ASO titer >200 Todd units. (mencapai nilai puncak pada minggu ketiga, kemudian berangsur normal
pada minggu keenam)

• Anti-DNAse B test

• Throat culture-GABHstreptococci

• ECG- PR interval memanjang, 2nd or 3rd degree blocks,ST depression, T inversion


•2D Echo cardiography- valve edema, mitral regurgitation, LA & LV dilatation,pericardial effusion,
decreased contractility

Komplikasi

Penyakit jantung reumatik

Kondisi ini dapat terjadi jika penderita secara terus menerus terpapar kuman Streptococcus β
hemolitik grup A sehingga sistem imun terus bekerja melawan berbagai jaringan tubuh terutama
jaringan pada jantung yang mengakibatkan pada kondisi kronis berupa penyakit jantung reumatik.
Secara khusus, katup mitral (namun terkadang bisa juga katup aortic) menimbulkan lapisan jaringan
yang rusak (fibrosis) akibat inflamasi yang berkelanjutan. Katup tersebut menebal hingga bisa
menyatu disebut sebagai comissural fusion. Hal ini dapat menyebaban komplikasi pada katup yang
disebut sebagai stenosis, dimana terjadi penyempitan pada celah dengan nama lain fish-mouth
stenosis atau buttonhole stenosis. Namun dapat juga menyebabkan regurgutasi dimana darah dapat
berbalik arah. Selain itu, jaringan yang rusak tersebut berpotensial tinggi untuk terkena infeksi
endocarditis.

Pencegahan

Karena Demam reumatik dapat menyebabkan penyakit jantung reumatik, maka pencegahan yang
dilakukan adalah untuk menghindari terjadinya demam reumatik yang berkelanjutan.

Tatalaksana

Tahap pertama : Pencegahan primer dan sekunder terhadap demam reumatik


Tahap kedua : tata laksana anti inflamasi

Tahap ketiga : manajemen suportif terhadap komplikasi

• Bed rest

• Treatment of congestive cardiac failure: -digitalis, diuretics


• Treatment of Sydenham’s chorea: diazepam or haloperidol

• Rest to joints & supportive splinting

Durasi Demam Rheumatik Sekunder Profilaksis

Prognosis

Demam reumatik dapat terulang bila penderita mengalami infeksi streptococcus β hemolitik bila
tidak berada dibawah pengaruh obat profilaksis.

Prognosis untuk kelompok usia tua tanpa carditis pada demam reumatik utama : Ad Bonam

Prognosis untuk kelompok anak-anak muda dengan carditis disertai lesi katup : Ad Malam

Referensi

Repository usu

http://www.ichrc.org/610-demam-reumatik-akut

https://emedicine.medscape.com/article/236582-overview#a5

http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_218CPD_Antibiotik%20untukPencegahan%20Demam%20
Reumatik%20Akutdan%20Penyakit%20Jantung%20Reumatik.pdf

Anda mungkin juga menyukai