a. Sumber informal, berasal dari keluarga, teman, tetangga dan masyarakat sekitar yang
diberikan secara spontan.
b. Sumber formal, berasal dari organisasi (pemerintah atau swasta) baik yang menyandang
masalah sebagai anggota organisasi bersangkutan maupun bukan anggota (di luar)
organisasi.
c. Sumber sosial, berasal dari organisasi yang dibentuk secara khusus untuk memberikan
intervensi pertolongan pada saat khusus dan tertentu (given situation).
Dalam praktek penggalian sumber tersebut di atas diperlukan kerjasama secara terpadu
untuk saling melengkapi agar misi pelayanan sosial dapat dilaksanakan tepat sasaran,
tercapai tujuan dan sesuai harapan. Kementerian Sosial dalam penanganan korban bencana
alam membedakan empat tahapan kegiatan yaitu tahap pencegahan dan kesiapsiagaan,
tanggap darurat, rehabilitasi sosial serta sosialisasi dan rujukan. Dalam setiap tahapan
menekankan pada adanya koordinasi antar instansi terkait (Dinas Sosial, BNPB, Dinas
Kesehatan) dengan unsur masyarakat, LSM dan dunia usaha dalam satu komando.
Rakyat
Kalau memang keadaan fisik merupakan salah satu komponen yang penting, lebih baik
dibenahi dulu. Mencegah adanya penyakit atau kecacatan. Untuk melakukan pemulihan
pada korban bencana dibutuhkan tenaga-tenaga yang sudah ahli dalam bidanganya agar
tidak ada kesenjangan. Menurut Ikatan Psikologis Klinis (IPK), jumlah psikologi klinik
meningkat tetapi belum sesuai dengan standar WHO. Jumlah psikolog tersebut tersentral
di kota besar. Bagaimana cara meyakinkan untuk turun dan membantu korban? Tempat
dan fasilitas minim yang membuat kurang nyaman, apakah para psikolog bersedia
membantu? Tidak mungkin membenahi psikologis seseorang hanya dalam 1x24 jam.
Butuh waktu bertahap.
10. Pemisahan pengungsi sesuai gender untuk mengurangi peristiwa yang tidak
diinginkan (pelecehan seksual)
Pemerintah
Pelaku pelecehan seksual berarti orang yang suka merendahkan atau meremehkan
orang lain, berkenaan dengan seks (jenis kelamin) atau berkenaan dengan perkara
persetubuhan antara laki-laki dan perempuan (KBBI). R.Soesilo dalam
bukunya KUHP Serta Komentar-Komentarnya (Penerbit Politeia, Bogor, 1991)
menyebut, “Yang dimaksudkan dengan “perbuatan cabul” ialah segala perbuatan
yang melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji, semuanya dalam
lingkungan nafsu birahi kelamin, misalnya: cium-ciuman, maraba-raba anggota
kemaluan, meraba-raba buah dada dsb. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut,
dilakukan pemisahan pengungsi sesuai gender. Karena tercatat banyak terjadinya
kejadian tersebut, sehingga melakukan pemisahan merupakan suatu upaya
pencegahan yang signifikan. Dibukanya ruang khusus untuk perempuan dapat
menurunkan probabilitas terjadinya pelecehan.
Masyarakat
Berdasarkan evidence based yang ada, rata-rata kejadian pelecehan terjadi di fasilitas
mandi, cuci, kakus (MCK) dan titik air bersih. Apabila dilakukan pemisahan sebatas
tempat tinggal tanpa dilakukan pemisahan pada tempat kejadian, esensi dari
diberlakukannya pencegahan ini tidak signifikan. Selain itu, jika dibuka tempat khusus
untuk perempuan, bagaimana dengan keluarga yang ingin bertem? Apa akan diberikan
sarana khusus juga yang tidak memersulit hak sosial dari sebuah keluarga?