Anda di halaman 1dari 30

IAMBUNG DAI{ D(IODEIVUM

23
I
Anatomi Bedah,
Fisiologi dan Patologi
WALLACE P. RITCHIE, JR., M D., PH D.
ALICE R.PEREZ, M,D.

Lambung, duodenum dan pancreas bekerja buah pir dan dibatasi di superior oleh sphincter eso-
unit terpadu secara bagus untuk
bersama-sama sebagai phagus bawah kompeten secara fisiologi dan di inferior
memulai pencernaan bahan makanan yang ditelan. oleh sphincter pylorus yang mudah diperlihatkan.
Masing-masingnya mempunyai suatu peranan spesifik. Walaupun ia terfiksasi pada ujung atas dan bawahnya,
Lambung mensekresi asam sangat kaustik dan enzim namun bagian tengahnya mobil. Dinding lambung
proteolitik kuat yang mulai mencernakan protein. mempunyai empat lapisan: tunica serosa di luar, selu-
Ia juga mencimpur dan menggiiing bahan yang ditelan bung serabut otot polos (tunlca muscularis propria), tu-
dan mengangkutnya sebagai partikel kecil secara nica submucosa dan nrembrana mucosa di dalam. Per-
teratur ke dalam duodenum. Kemudian organ ini mukaan iuar organ ini dibagi ke dalam regio anatomi
bekerja bersama pancreas dan batang hepatobilier berdasarkan atas kira-kira jenis sel yang ditemukan da-
untuk menyesuaikan osmolaritas dan pH intralumen, lam mukosa berdekatan. tambung proksimal (corpus)
untuk meningkatkan hidrolisis lebih lanjut bagi protein mengandung banyak koniplenien lambung sel parieta-
dan karbohidrat serta untuk mengubah lemak diet iis. surnber asam klorida (HCL) dan faktor intrinsik ser-
ke dalam bentuk yang dapat diabsorpsi. Kadang- ta sel principalis surnbei utama pepsinogen. Jenis sei
kadang proses ini dapat salah, yang menyebabkan tambahan mencakup sel epitel perrnukaan, yang men-
autodigesti mukosa lambung dan duodenum. Hasilnya sekresi mukus dan bikarbonat ke dalam lumen lam-
suatu ulkus "peptikum". Di samping itu bertragai bung, sel mukosa, cervix yang juga nrensekresi mukus
neoplasma bisa berkembang di dalam lambung yang dan merupakan prekursor kedua sel epitel permukaan
bisa memerlukan perhatian ahli bedah. Dalam bab dan sel parietalis;serta sel mast yang mengandung his-
saat ini, anatomi dan fisiologi normal lambung dan tamin. Corpus dibatasi di superior oleh cardia (bagian-
doudenum akan dibahas, terapi bedah ulkus peptikum larnbung yang tepat di bawah sambungan gastroesopha-
organ ini akan diuraikan serta terapi bedah beberapa gus) d:rn fundus (bagian lambung yang terletak di kiri
keadaan jinak dan ganas lain pada lambung dan superior terhadap sambungan gastroesophagus). Cardia
duodenum akan dibahas. dan fundus berbbda dari corpus hanya karena jumlah
sel parietalis dan principalis lebih sedikit. tsagian terdis-
ta1 lambung merupakan antrum, yang mengandung ke-
ANATOMI BEDAH LAMBANG DAN lenjar persekresi mukus maupun sel G, sumber hormon
gastrin. Lambung mempunyai dua curvatura, major dan
DAODENAM
minor serta dua permukaan, anterior dan posterior.
I-ambung organ pertama saluran pencernaan di- Lambung anterior dibatasi di superior oleh dialragma,
dalam cavitas abdominalis (Gambar 1). Ia berbentuk di anterior oleh musculus rectus abdominis dan kanan
513
514 BUKU AJAR BEDAH BAGIAN 1

tl'.
$ib f it,g. \," $$$!4 S$SF.rs
$*{$$s$nS'*Sif s
!

I sJl\$ls'r{: $.$
i'|l:r

$r
\iir''
ij *"$w#rl
d$,t]{}$$s*i- t'."
d\
J.* :W
' **].-s;*n*
$1,, l',r
$

t
ir'
s $s$
aicr4ff${ $ ii :,'\
d,iri

L, 6ASTROEPIPLOIC 1

s ,s*$t$it{$]$i $r(: .$

t
lD

Gambai 1. Arutomi lambung dan duodenum. Secara makroskopis larnbung dibagi ke dalam lundus (area supeior sampai sarnbung-
an gastroesophagus), corpus dan antrum. Antrum dimulai di proksimal pada sekitargaricyangditaikdai Apadncunattnaminor
ke A' pada curyatura maior dan meluas ke distal sampai pylorys. Hanya dua pembagian fisiologi yang penting, area glandula fundus
(sel parietalis) dan area glandula pylorica (antrum). Sambungan dai dua zona histologi ini juga secara kasar pada gais antara A dan
A'. Penyedinan darah lambung diangkut oleh erwm pembuluh darah utoma dan oleh enam pembuluh darah lain dengan akibat yang
kecil.
Pembuluhdarahterpenting: l,arteriagastricasinistra; 2,arteriagastricadextra; 3,arteiagastroepiploicadextra;4,arteriagas-
troepiploica sinistra; 5, arteria splenica melalui vasa breves;6,arteia gastroduodenalis. Pembuluh lain dituniukkan hanya oleh
angka dalam gambar: T,arteia pancreaticoduoderulis supeior; S,arteia supraduodenalis llilkie;9,arteria retroduodenalis; L0,ar-
teia pancreatica trulaversa; Il, arteia pancreatica dorsalis; dan 12, arteia phrenica infeios sinistra.
Vagus anterior (sinister) diperlihatkan bercabang meniadi bamus gastrica dan ramus hepatica, tepat di belakangnya iuga diperli-
hatkan vagus posterior (dexter) bercabang ke dalam ramus gastica dan coeliaca. Flexura duodenoiuiunalis terlihat di sini di bela-
kang lambung. Posisinya bervaiasi dan sering ia bisa terlihat pada sirur-X menoniol di atas curvatura gastica minor tepat di kiri
gais tengah.
(Dari Thompson, J. C.: ln Sabiston, D, C., Jr. (Ed.): Textbook of Surgery, 13th ed. Philadelphia, W. B. Saunden Company,
1986,p.811.)

oleh lobus hepatis shister. Dinding posterior lambung kedua), horizontalis (bagian ketiga) dan ascendens
berhubungan dengan pancreas, adrenalis sinister, ginjal, (bagian keempat). Dalam perjalanannya, ia menerima
dan diaphragrna. Cuwatura gastrica major dekat dengan ductus choledochus serta kedua ductus pancreaticus
colon transversum; curvatura ntinor berbatasan dengan dan ductus pancreaticus accessorius. Kecuali tak
hati. adanya peritoneum pada permukaan posteriornya,
Duodenunr melengkung sekeliling caput pancreatis lapisan dinding duodenum analog dengan lambung.
dalam bentuk C. yang dirnulai pada pylorus dan Kecuali pangkal dan akhirnya, semuanya organ retro-
berakhir pada ligarnentum Treitz. Panjangnya sekitar peritoneum. Beberapa jenis sel mukosa dapat dikenali,
l0 inci dan dibagi menurut perjanjian ke dalam empat yang mencakup sel absorpsi yang melapisi vili usus,
bagian: superior (bagian pertama), descendens (bagian sel goblet yang mensekresi mukus, beberapa sel G
LAMBUNG DAN DEODENUM 515

Gombar 2. Penyediaan darah lambung


yang diperlihatkan oleh anglografi coe.
liaca selektif. Katetet angiograli teili-
hat dikaitkan ke dalarn orifisiwn arte-
ria coeliaco dan suntlkan matei tadlo-
opak membuat bagan pembuluh darah
besar yang melayani lambung (lihat
Cambar l). (Dai Thompson, J. C.,. In
Sabiston, D. C., Jr. (Ed.): Textbookof
Surgery, l3th ed. Philadelphia, W, B.
Saunders Company, 1986, p. 812.)

dan se1 kelenjar Brunner, yang mensekresi cairan Latarjer) muncul. Truncus anterior kiri mensarafi
alkali mukoid. tidak hanya lambung, tetapi juga duodenum, pancreas,
Lambung dan duodenum merupakan organ yang hati, vesica biliaris dan ductus bilifer melalui rami
divaskularisasi sangat baik, yang penyediaan darahnya hepaticinya. Truncus posterior kanan melayani lam-
berasal dari jalinan interkoneksi anastomosis yang bung dan melalui rami coeliacinya bergabung dengan
kaya (Gambar 2). Arteria mensenterica superior dan plexus coeliacus untuk mensarafi usus halus dan
truncus coeliacus terlibat. Setelah muncul dari para colon lainnya sampai tingkat flexura coli sinistra.
superior aorta abdominalis, truncus coeliacus segera Dari kepentingan klinik, nervus vagus kedua mengirim-
bercabang menjadi arteria gastrica, hepatica dan kan ranting melalui otot esophagus yang memberikan
splenica. Arteria gastrica sinistra melayani curvatura persarafan parasimpatis tambahan ke bagian lambung
minor dan esophagus bawah. Ia beranastomosis dengan pensekresi peptik asam proksimal Pada gilirannya
arteria gastrica dextra, yang merupakan salah satu antrum dipersarafi oleh cabang kedua sarafini, tempat
cabang arteria hepatica. Curvatura major menerima distribusinya menyerupai keriput sisi luar mata.
pelayanan darahnya dari arteria gastro-epiploica
dextra, suatu cabang arteria gastroduodenalis (ia
sendiri cabang arteria hepatica), dari arteria gastroe-
piploica sinistra serta dari arteriae gastricae breves, FISIOLOGI BEDAH LAMBUNG DAN DUO.
keduanya berasal dari arteria spienica. DENUM
Arteria gastroduodenalis juga melayani duodenum.
Sekresi Asam Lambung
Dekatnya ia dengan dinding posterior doudenum
tepat distal terhadap pyiorus membuat ia rentan Asam klorida disekresi di dalam lambung proksi_
terhadap pencernaan peptik asam dengan akibat mal oleh sel parietalis (Gambar 3). Bukti saat ini
perdarahan gastrointestinalis atas yang masif. Cabang menggambarkan bahwa sel-sel ini mengandung tiga
terminal arteris gastroduodenalis adalah arteria pan- reseptor berbeda pada membrana basolateralnya: suatu
dreaticoduodenalis superior yang beranastomosis reseptor H2, berespon terhadap histamin yang dilepas-
dengan arteria pancreaticoduodenalis inferior (cabang kan dari sel mast; suatu reseptor gastrin, berespon ter-
pertama arteria mesenterica superior). hadap peptida hormon gastrin; dan suatu ,.r.pio, *rr_
Persarafan parasimpatis ke lambung dan duo- karinik, berespon terhadap asetikolin yang dilepaskan
denum juga mempunyai sejumlah kepentingan. Nervus selama rangsangan vagus kolinergik. Ada "interaksi po-
vagus melewati cavitas thoracica sebagai dua cabang tensial" antara reseptor H2 dengan reseptor gastrin dan
dekat esophagus. Setelah membentuk suatu plexus muskarinik, sehingga respon sekresi asam terhadap gas_
dalam daerah hiatus esophageus, maka nervus vagus trin dan asetiklkoion meningkat bermakna, jika lokus
anterior dan posterior fiuga dikenal sebagai neryus reseptor H2 dijenuhkan. Fenomena ini bertanggung
s16 BUKU AJAR BEDAH BAGIAN 1

aktivasi adenilat siklase; omeprazol merusak H+ - K+


ATPase terikat membrana. Gambar skema kejadian
neurohumoral yang timbul dalam pencernaan suatu
makanan diperlihatkan dalam Gambar 4.
Setelah disekresikan, HC1 pekat berjalan me-
muara gastrik
naiki foveola gastrica, tempat ia h4nya sedikit diencer-
kan oleh sekresi nonparietalis. Sehingga ia tiba di
sel mukosa permukaan
dalam lumen lambung pada konsentrasi yang jauh
melebihi j;rirfgan berdekatan. Dalam membrana
badan semiperneabel lain apa pun, ia akan meningkat-
kan difusi masif H+ ke dalam mukosa. Tetapi pada
sel parietal

sel leher mukosa

Hambatan
duodenum
sel argentafin Sekreti n
otP
VI P?
SEROTONIN?
GLI ?
basis

Hormon fase intestinalis


sel kepala
(entero-oksinti n )

xS.
?
Ic\
\H/ (t'"i]
rCCK\
(Exz)
KELENJAR ANSTRIK
Gambar 4. Skema ringkasan seiumlah keiadian neurohumoral
Gambar 3. Diagram glandula gastrica tubulus simples dai lang timbul bila suatu makanan dimakan. Aserilkolin (Ach)
daerah fundus atau corpus lambung kelelawar (Dari lto, 5., dilepaskan dai uiung saraf vagus. Histamin ielas dilepaskan dai
and Winchester, R. f.: Cell Biol., 16:541 , 1963.) simparwn di dalam mukosa. Gastin dilepaskan oleh makanan
(oleh mekanisme yang sensittf pH) dari mukosa antrum (area
bergaris). Makanan di dalam usus halus merangsang pelepasan
jawab kemanjuran antagonis reseptor H2 ya{Lg dapat
hormon fase uws, Tiap perangsang bekeria atas sel paietalis
diperlihatkan dalam mengurangi produksi asam lam. (mungkin seperti diperlihatkan, masing-masingnya melalui re-
bung dalam respon terhadap rangsangan asetilkolin septor terpisah pada membrarw sel untuk merangsang sekresi
atau gastrin saja. Setelah tempat reseptor gasilin H ).Pengangkutan 'clyme' dfusamkan ke dalam duodenum
dan muskarinik di tempati, maka kalsium memasuki membangkitkan serangkaian kejadian (beberapa mungkin ref-
leks, b eberapa humoral) yang menghambat sekresi lambung le-
bagian dalam sel dan adenilat siklase terikat membrana
bih laniut. Sejumlah agen yang terlibat ini didaftarkan. Asam
diaktivitasi. Kemudian kejadian ini merangsang produk' amino dan asam lemak (dari makanan yang disertakan sebagi-
si adenosin monofosfat (AMP) siklik yang bekerja an ) m eny eb ab k an p el e pasan kole sist o kinin ( C C K ).
atas H+ - K+ ATPase yang terletak dalam membrana Tiga mekanisme umpan balik yang bekeria menghentikan
pelepasan hormon, diperlihatkan secara diagram di bawah se-
sel apikal untuk meningkatkan sekresi H+ dalam
bagai hubungan lingkaran tertutup endokin yang khas: asam
pertukaran untuk absorpsi K+ lumen. Berbagai peng-
hambat produksi asarn lambung berinteraksi dalam @) menghentikan pelepasan gastrin (G) dan HCO, meng-
hentikan pelepasan CCK, tetapi hal ini belum terbukti.
sistem ini : antagonis reseptor H2 menghambat kompe' (Dari Thompson, L C.: In Sabiston, D. C., Jr. (Ed.): Text-
titif
pada lokus.reseptor H2. atropin menghambat book of Surgery, l3th ed. Philadelphia, W. B. Saunders Com-
pany , 1986 , p. 8 15 .)
reseptor muskarinik; prostaglandin menghambat
LAMBUNG DAN DEODENUM 517

keadaan biasa, ia tidak terjadi di dalam lambung, suatu duksi asam selama fase safalik mungkin kecil. Rang-
kapasitas mukosa lambung yang telah dinamai "sitop- sangan vagus juga menyebabkan pelepasan mukus
roteksi". Faktor yang dianggap meningkatkan fungsi dari se1 epitel permukaan dan pepsinogen praenzim dari
ini mencakup adanya gel mukus melekat pada apex se1 se1 principalis. Pepsinogen menjadi benar-benar aktif
yang berisiko terbesar, sel epitel permukaan untuk men- karena pH isi intragaster turun ke 3,0 atau kurang.
sekresi bikarbonat ke dalam mukus; kemampuan mu- Walaupun besar respon asam y'ang tampak selama
kosa lambung meningkatkan aliran darah nutriennya selama fase sefalik melebihi yang dihasilkan selama
dalam respon terhadap trauma iopikal; dan kemam- fase sekresi lain, namun ia berlangsung singkat, sehing-
puan mukosa memulihkan dirinya sendiri ("penggan- ga bertanggung .iavgab hanya untuk 20 sampai 30
tian") setelah sel permukaan dirusak. Prostaglandin en-
persen volume totai asam lambung yang dihasilkan
dogen, yang banyak diberikan ke mukosa, bisa mengu- dalam respon terhadap suatu makanan.
bah banyak faktor ini. Fase gaslrk sekresi diperantarai oleh hormon
Rangsangan fisiologi untuk produksi asam lam- gastin (Gambar 5). Peptida ini dilepaskan dari sel G
bung dengan memakan suatu makanan. Menurut dalam respon terhadap rangsangan vagus, distensi
perjanjian, telah diuraikan tiga fase sekresi berbeda antrum dan adanya protein yang tercerna sebagian
namun saling berhubungan. dalam kontak dengan mukosa antrum. Beberapa
Yang pertama tepat dinamai fase uagal atau bentuk gastrin telah dikenali, yang paling menonjol
sefalik. Penglihatan, penghiduan atau pikiran makanan dari ini heptadekapeptida. Komponen aktif molekul
merangsang pusat saraf dalam cortex dan hypotha- ini terkandung di dalam rangkaian pentapeptida
lamus. Kemudian isyarat dihantarkan melalui neryus terminal C. Fase gastrik sekresi menetap selama bebe-
vagus ke dalam lambung. Produksi asam akibat rang- rapa jam yang diperlukan untuk pengosongan lambung;
sangan vagus terutama akibat rangsangan vagus lang- sehingga ia bertanggung jawab untuk sekitar 60 sampai
sung atas sel parietalis melalui reseptor muskarinik. 70 persen pengeluaran asam total dalam respon ter-
Vagus juga mempunyai kapasitas merangsang pele- hadap suatu makanan.
pasan gastrin dari sel G antrum. Tetapi sokongan Fase produksi asam lambung akhir dan paling
keseluruhan gastrin yang dilepaskan vagus bagi pro- kurang dipahami adalah fase intestinal, yang timbul

Makanan

E
o
Ja

l
tr
IIJ
a Polipeptida pankreatik
:)
F

U'
J
c

O 15 30 45 60 9Q 120 18O 2/K) o 15 S 45 60 90 120 1m 24'o


MENIT

Gambar 5. Pola pelepasan gastrin, sekretin, kolesistokinin dan polipeptida pancreas. (Dari Thompson, J. C.: In Sabiston, D. C., Jr.
(Ed.). Textbook ofsurgery, 13th ed. Phikdelphia,ll. B. Saunders Company, 1986,p. S16.)
s18 BUKU AJAR BEDAH BAGIAN 1

setelah pengosongan lambung total dan kontinu Fenomena ini dikenal sebagai "relaksasi reseptif '
selama 'chyme' masih ada di dalam usus halus proksi dan sebagian diperantarai oleh nervus vagus. Sehingga
mal. Mediator yang didalilkankan dari fase ini (entero- setelah denervasi vagus dari lambrlng proksimal, maka
oksintin) belum diisolasi. Dalam kasus manapun, tak ada relaksasi reseptif, lambung proksimal tak dapat
ia bertanggung jawab untuk hanya 5 sampai 10 persen juga berakomodasi, tekanan intragaster meningkat
pengeluaran asam total yang terlihat setelah makan. dan hasilnya dipercepat pengosongan lambung bagi
Penting untuk menekankan bahwa masing-masing cairan.
fase ini saling berhubungan dan bahwa jalur lazim Pengosongan lambung dari yang padat bersifat
akhir untuk produksi asam dalam respon terhadap lebih kompl:kg. Sewaktu makanan padat mencapai
suatu rnakanan adalah sel parietalis sendiri. antrum, maka kontraksi otot antrum meningkat
Setelah dimulai, produksi asam lambung tidak dalam frekuensi dan amplitudo. Respon ini juga
dilanjutkan secara tak terbatas. Tidak hanya rangsang- diperantarai (paling kurang sebagian) oleh vagus.
an (makanan) sepintas; beberapa mekanisme penting Mula-mula pylorus tetap tertutup, sehingga propulsi
yang mampu menghpmbat produksi asam lebih lanjut ke depan bahan makanan usus diikuti oleh retropulsi-
juga diaktivasi. Yang pertama dan terpenting, ber- nya ke dalam lambung proksimal, yang menghasilkan
hubungdn dengan pH intragaster. Bila pH isi intralumen tindakan mencampur dan menggiling. Setelah makanan
berkontak dengan antrum turun di bawah 2,5, maka padat merupakan ukuran partikel yang tepat (sekitar
pelepasan gastrin hampir lengkap berhenti dalam 5 mm), maka pylorus terbuka dalam respon terhadap
individu normal. Sebaliknya jika pH antrum meningkat gelombang peristaltik terpadu (pompa antropylorus),
ke lebih dari 5, maka pelepasan gastrin antrum kontinu. yaug memungkinkan makanan padat dikosongkan
Di samping itu, sekarang jelas bahwa vagus mengan- ke duodenum. Walaupun mekanisme tepat bagi pe-
dung serabut inhibisi yang menuju ke antrum dan ngendalian aktivitas motorik terpadu bagus ini belum
mampu mengubah pelepasan gastrin dalam respon ter- lengkap dijelaskan, namun jelas bahwa integpitas
hadap rangsangan lain. Lengkung refleks kolinergik in- nervus vagus memainkan peranan utama. Setelah
tra mukosa bisa juga menghambat pelepasan gastrin makanan masuk doudenum, motilitas lambung di
dan produksi asam lambung pada tingkat sel parietalis. hambat. Faktor fisik (suhu tubuh, pH dan osmolaritas
Akhirnya pemindahan suatu 'chyme' asam ke dalam chyme intraduodenum) dan faktor fisiologi (aferen
duodenum proksimal juga bertindak menghambat vagus, koleksistokinin, mungkin peptida lain) terlihat
produksi asam lambung. Sekretin (suatu hormon dalam respon ini, yang paling hebat bila duodenum
yang dikeluarkan dari duodenum proksimal karena dipaparkan ke lemak.
pH 'chyme' duodenum turun) menghambat pelepasan
gastrin dalam orang normal dan di samping itu, me-
rangsang sekresi bikarbonat pancreas, yang menyebab- Fisiologi Pencernaan Lamb,ung d.an Doudenum
kan neutralisasi asam di dalam duodenum. Hormon Karbohidrat, lemak dan protein yang dimakan tak
ke&ta kolesistokinin (CCK), dilepaskan oleh protein dapat diserap dalam bentuk dietnya. Sehingga ia
dan lemak intralumen serta bekerja sebagai pengham- harus "dicernakan" ke dalam kornponen yang dapat
bat kompetitif gastrin pada tingkat sel parietalis. diserap. Lambung dan duodenum terutama bertang-
Tampaknya mungkin (walaupun belum terbukti) gung jawab untuk memulai pencernaan, sementara
bahwa peptida usus lain bisa memainkan peranan yang terjadi absorpsi dalam usus halus lebih distal. Keke-
sama penting dalam penghambatan produksi asam lam- cualian mencakup alkohol, elektrolit tertentu dan ion
bung di bawah lingkungan fisiologik. fero, yang dapat diserap langsung dari lambung.
Protein diet terdiri dari polipeptida rantai panjang,
yang harus dihidrolisis ke komponen asam amino
trIotilitas Lambung sebelum absorpsi. Proses ini dimulai dalam lambung
Lambung harus bertindak sebagai reservoar besar oleh pelepasan peptinogen, yang dengan adanya
untuk volume besar zat padat dan cairan yang dimakan asam lambung, diubah ke pepsin (suatu eksopeptidase).
serta pada waktu yang sama, harus memastikan bahwa Dalam duodenum, protein dan lemak yang dicerna
materi ini diangkut ke duodenum sebagai partikel sebagian menyebabkan pelepasan kolesistokinin, y?ng
kecil dalam larutan isomotik pada pH fisiologi. Pengo- kemudian bekerja bersama-sama rangsangan vagus
songan cairan lambung terutama dimodulasi oleh untuk merangsang sekresi tripsin, kimotripsin dan
lambung proksimal. Dari volume istirahat kurang dari karboksipeptidase pancreas. Masing-masingnya disekre-
100 ml., corpus gastricum mampu meningkatkan si sebagai prekursor tak aktif, yang kemudian diaktivasi
volume intralumennya lebih dari l5 kali tanpa pening- oleh hormon duodenum enterokinase. Dalam bentuk
katan yang dapat dinilai dalam tekanan intragaster. aktifnya, enzim ini meningkatkan pencernaan lebih
LAMBUNG DANDEODENUM 519

lanjut bagi proteosa, pepton dan polipeptida, yang I dalam 15 orang Amerika dapat diperkirakan men-
akhirnya diserap dalam usus halus distal sebagai asam derita ulkus duodeni selama masa hidupnya. Penyakit
amino. ini lebih sering timbul pada pria berusia setengah baya
Bentuk utama lemak diet yang dicerna merupakan dibandingkan wanita dan ditandai oleh seringnya
trigliserida, tiga asam lemak dirangkai ke gliserol. episode eksaserbasi dan remisi. Pada umumnya ulkus
Enzim pancreas yang menghidralisis trigliserida ( lipase ) doudeni suatu keadaan jinak tanpa mortalitas atau
tak dapat larut dalam lemak, sehingga mula-mula morbiditas berlebihan, kecuali dalam tahun pertama
globulus lemak yang besar yang memasuki duodenum setelah diagnosis. Sehingga 80 sampai 90 persen pasien
dipecah ke dalam unit lebih kecil oleh suatu proses dapat berhasil diterapi dengan cata nonoperatif.
yang dikenal sebagai emulsifikast Garam empedu Secara anatomi, ulkus duodeni ditemukan dalam
diperlukan untuk aktivitas ini. Setelah diemulsifikasi, tiga lokasi utama :
kemudian trigliserida dihidrolisis ke asam lemak dan l. Terlazim distal terhadap pylorus pada dinding
monogliserida. Tetapi hidrolisis saja tak cukup untuk duodenum posterior. (Seperti terlihat sebelumnya
memastikan absorpsi, sehingga gugusan ini harus dibuat dekatnya ulkus ini ke arteria gastroduodenalis dapat
larut air dengan asam empedu, yang membentuknya ke mencetuskan perdarahan masif.)
dalam 'micelles' (garam empedu hidrofilik ditambah- 2. Kurang lazim distal terhadap pylorus pada
kan ke monogliserida dan asam lemak bebas hidro- dinding duodenum anterior. (Perforasi bebas ke dalam
fobik). cavitas peritonealis dapat terjadi.)
Pencernaan karbohidrat agak kurang rumit. 3. Paling kurang lazim dalam saluran pylorus.
Proses ini dimulai oleh amilase saliva, yang menghi- (Lokasi ini dapat mempredisposisi ke obstruksi.)
drolisis gula yang dimakan ke maltosa dan isomaltosa.
Reaksi diteruskan dalam lambung sampai cukup
asam disekresikan untuk mentak aktifkan enzim ini. PATOGENESIS
Bagian karbohidrat diet yang lebih besar dihidrolisis
di dalam duodenum oleh amilase pancreas, yang Dalam dasawarsa yang laiu, banyak informasi
mereduksi polisakarida menjadi disakarida sukrosa baru telah di dapat dari penelitian yang berhubungan
dan laktosa. Kemudian gula ini direduksi ke mono dengan pasien, yang meningkatkan pemahaman kita
sakarida oleh enzim yang terletak dalam "brush border' akan patogenesis penyakit ulkus duodeni pada manusia.
(batas sikat) sel mukosa usus dan kemudian diserap Penting mengenal bahwa penyakit ini bersifat hetero-
seperti itu. gen dan bahwa tidak semua kelainan ada dalam setiap
pasien. Tetapi pada umumnya pasien ulkus doudeni
mempunyai kira-kira dua kali lebih banyak jumlah
sel parietalis dibandingkan individu normal. Fakta
PENYAKIT U LKUS PEPTIKUM ini dicerminkan oleh peningkatan kapasitas mensekresi
kan asam, keduanya dalam respon terhadap rangsangan
Sualu ulkus merupakan gangguan integritas dari
eksogen (histamin atau pentagastrin) serta dalam
apa yang normalnya merupakan lembaran sel ber-
respon terhadap rangsangan fisiologi suatu makanan.
dekatan. Suatu ulkus "peptikum" merupakan suatu
Sekresi asam yang dirangsang makan juga menetap
yang bagi perkembangannya memerlukan adanya
untuk masa waktu yang lebih lama pada pasien di-
asam dan pepsin. Dalam pengertian ini, semua lesi
bandingkan orang normal. Bukti belakangan ini juga
ulseratif tractus gastrointestinalis atas bersifat pepti-
menggambarkan bahwa sel parietalis tersendiri dalam
kum. Dengan perjanjian, suatu ulkus melibatkan
pasien ulkus doudeni lebih sensitif terhadap perangsang
keseluruhan tebal mukosa, sedangkan yang kurang
dari lesi keseluruhan tebal dinamai erosi. Dua varian tertentu apa pun. Ion hidrogen yang diangkut ke
utama ulkus peptikum lazim ditemukan dalam praktek duodenum lebih besar pada pasien ulkus doudeni;
klinik: ulkus doudeni dan ulkus ventrikuli. pada beberapa individu, ia suatu akibat cepatnya laju
pengosongan lambung. Respon gastrin terhadap suatu
makanan juga berlebihan bermakna dalam penyakit
Ulkus duodeni ulkus duodeni.
Cacat dalam faktor resistensi juga telah dikenal.
Jumlah perumah-sakitan untuk penyakit ulkus Pelepasan gastrin dalam respon terh:dap suatu makan-
duodeni telah turun tajam di Amerika Serikat dalam an dihambat tak lengkap pada pH rendah pada subjek
15 tahun yang lewat. Beberapa ahli merasa bahwa ulkus duodeni, yang menggambarkan "rem" asam
ia mencerminkan penurunan insidens penyakit ini yang cacat atas peiepasan gastrin antrum. Di samping
dalam populasi secara keseuruhan. Namun sekitar itu, distensi antrum yang biasanya menghambat pro-
520 BUKU AJAR BEDAH BAGIAN 1

duksi asam lambung pada individu normal tampak


meningkatkan sekresi pada pasien. Di pihak lain,
mekanisme inhibisi lain, terutama yang berhubungan
dengan faktor humoral (sekretin, koleksistokinin),
bersifat normal. Penelitian kelainan dalam faktor
resistensi duodeni dilakukan dalam masa bayinya; sete-
lah informasi terkumpul, mungkin cacat iambahan
akan dikenali.
Faktor genetika bisa juga memainkan peranan
penting dalam patogenesis ulkus duodeni. Gen untuk
golongan darah O dihubungkan dengan lebih tinggi-
nya insidens penyakit ini dibandingkan dengan golong-
an darah lain. Juga pasien yang gagal mensekresi
antigen ABO ke dalam saliva dan getah lambung
mempunyai peningkatan risiko. Juga telah diperlihat-
kan bahwa peningkatan kadar pepsinogen yang bersiku-
lasi diturunkansebagai sifat autosom dominan. Adanya
sifat ini membuat seorang individu lima kali kemung-
kinan menderita ulkus duodeni. Akhirnya ulkus duo-
deni familial telah disebutkan, yarrg menggambarkan
faktor genetika bisa penting dalam sejumlah pasien.

DIAGNOSIS
Dalam sebagian besar pasien, diagnosis penyakit
ulkus duodeni tidak sulit, karena riwayatnya cukup
khas: episode intermiten bagi nyeri epigastrium ter-
bakar yang diperburuk oleh puasa dan $ihilangkan
sementara dengan makan atau dengan minum antasid.
Kadang-kadang nyeri akan menyalar melalui pung-
gung, yang menimbulkan kecurigaan bahwa ulkus
telah berpenetrasi ke dalam pancreas. Diagnosis pasti
ditegakkan dengan penemuan pada pemeriksaan
barium gastrointestinalis atas suatu kawah ('crater')
ulkus aktif, pars superior duodeni deformitas atau
lipatan duodenum edematosa (Gambar 6). Dalam
kasus biasa, konfirmasi endoskopi bagi adanya ulkus
dan analisis pengeluaran asam lambung tidak diperlu-
kan.

INDIKASI I]NTUK OPERASI


Penelitian longitudinal banyak pasien ulkus
duodeni menunjukkan bahwa sebagian besar (80 Gambar 6. hoyeksi miring posterior kiri terlentang atas paxs
sampai 90 persen) hidup rukun dengan penyakitnya, superior duodeni yang memperlihatkan ulkus duodeni tertsi ba-
rium (A dan B). Kumpulan barium bulat juga terlihat (tanda
yang sering tidak memerlukan pengobatan apa pun. cincin) (panah). Proyeksi posteior kanan terlentang (C) mem-
Tetapi dalam 10 sampai 20 persen kasus, akan di- perlihatkan bahwa ia suatu ulkus dalam dinding anterior duo-
periukan intervensi bedah. Indikasi klasik terapi denum, tempat hanya dinding kawah diselubungi baium. Ul-
bedah mencakup perdarahan, perforasi, obstruksi kus kedua dalam dinding posteior juga terlihat (paruh). pan
dan kegagalan penatalaksanaan non-bedah ('intractabi Berk, R. N.: ln Teplick, J. G., and Haskin, M. E. (Eds.): Surgi-
cal Radiology-A Complement in Radiology and Imaging to
lity'). Sabiston, D. C., Jr. (Ed): Davis-Christopher Textbook of Sur-
Sekitar l0 persen pasien pefiylkit ulkus duodeni gery, Vol. 1. Philadelphia, I4). B. Saunders Company, 1981, p.
dapat diharapkan mengaiami perdarahan yang ber- 439.)
LAMBUNG DAN DEODENUM 521

hubungan dengan ulkus. Dalam sebagian besar kasus, yang gagal dikosongkan pada pemeriksaan barium
jumlah perdarahannya ringan dan ia akan berhenti gastrointestinalis atas menegakkan diagnosis. Terapi
spontan. Tetapi pada beberapa pasien, perdarahannya awal harus diarahkan ke dekompresi lambung, yang
masif: paling kurang 1000 ml penggantian volume mengoreksi kekurangan volume dan elektrolit serta
diperlukan untuk meresusitasi pasien dan paling yang memberikan terapi antiulkus nonbedah yang
kurang 500 ml. setiap 6 sampai 8 jam diperlukan maksimum. Jika obstruksi menetap pada paduan ini,
untuk mempertahankan stabilitas hemodinamik. Pasien dibenarkan penatafiksanaan bedah.
yang berisiko untuk perdarahan masif atau perdarahan Indikasi akhir terapi bedah adalah intraktabilitas,
ulang dini di rumah sakit mempunyai pembuluh yaitu ketak.mampuah terapi nonbedah maksimum
darah yang terlihat dalam kawah ulkus dan yang memberikan kesembuhan simtomatik. Sederhana da-
aktif berdarah pada waktu perumah-sakitan. Mortalitas lam konsepnya, namun fakta tetap bahwa mungkin
perdarahan akibat ulkus duodeni meningkat sesuai pe- sama banyak pasien yang sulit diatasi (yang tak dapat
ningkatan perdarahan dan usia pasien. Dalam tangan mematuhi paduan itu) seperti juga ulkus yang sulit
ahli endoskopi terampil, diagnosis tepat dapat dicapai diatasi. Dalam zaman pra-simetidin, ia indikasi ter-
dalam 95 sampai 100 persen kasus. Apakah endoskopi lazim untuk operasi. Bukti belakangan ini menggambar-
harus rutin digunakan atau tidak dalam semua pasien kan bahwa pengenalan antagonis reseptor H2 telah
perdarahan gastrointestinalis atas, bersifat kontro- mengurangi jumlah relatif pasien yang datang untuk
versial. Tetapi jelas bahwa pasien dengan perdarahan operasi atas dasar ini dengan sekitar 20 persen. Kebi-
masif seharusnya menjalani endoskopi. Sangat besar jaksanaan bedah konvensional berpegang bahwa
kemungkinan intervensi bedah akan diperlukan dan pasien yang dioperasi untuk intraktabilitas lebih
mortalitas bedah berkurang bermakna, jika tempat cenderung ke perkembangan cacat sindroma pascagas-
perdarahan telah diidentifikasi prabedah. trektomi (diuraikan kemudian dalam bab ini). Hal ini
Ulkus yang terletak di atas dinding duodenum tak benar: Hasil setelah operasi untuk intraktabilitas
anterior bisa berperforasi ke dalam cavitas peritonealis tak dapat dibedakan dari yang terlihat sewaktu tinda.
bebas, yang menyebabkan mendadaknya dimulai kan yang sama dilakukan untuk salah satu indikasi
nyeri abdomen generalisata yang parah disertai abdo- lain.
men kaku pada pemeriksaan. Dalam dua pertiga
kasus, pasien perforasi akan mempunyai riwayat
yang lama, yang cocok dengan penyakit ulkus duodeni
OPERASI ANTAK ALKAS DOADENI
menahun; sebaliknya perforasi bisa gejala indeks
dalam sebanyak sepertiga pasien. Foto abdomen Terapi bedah untuk ulkus duodeni bertujuan
tegak akan memperlihatkan udara bebas di bawah menyembuhkan penyakit ini (sesuatu yang jarang
diaphragma dalam sekitar 85 persen kasus. Dalam dicapai pendekatan nonbedah) tanpa menimbulkan
kasus sisanya, film dekubitus lateral bisa menunjukkan morbiditas segera atau jangka lama yang berlebihan.
udara di antara hati dan dinding abdomen. Kadang- Berdasarkan atas pemahaman atas. patofisiologi ulkus
kadang akan"ditemukan tanda Rigler: kapasitas mem- duodeni, tersedia beberapa pilihan: gangguan fase
visualisasi permukaan mukosa dan serosa usus halus sefalik sekresi (vagotomi) (Gambar 7), gangguan
pada rontgenogram abdomen. Pemeriksaan laborato- fase sefalik dan ablasi fase gastrik dalam kombinasi
rium biasanya akan menunjukkan leukositosis dengan dengan pembuangan bagian besar organ akhir, massa
peningkatan bentuk tak matang. Kadang-kadang akan sel parietalis (gastrektomi subtotal). Sayangnya bahwa
terlihat peningkatan amilase serum karena isi lumen tindakan itu yang dengan kemungkinan terbesar
duodenum tumpah ke dalam cavitas peritonealis dan menyembuhkan juga paling mungkin menimbulkan
diserap secara sistemik, gejala sisa pascabedah yang merugikan.
Obstruksi saluran keluar lambung bisa suatu akibat Gastrektomi subtotal terdiri dari reseksi dua
pembentukan parut sikatriks dalam regio suatu ulkus pertiga distal sampai tiga perempat lambung dengan
yang telah menjalani siklus aktivasi dan penyembuhan pemulihan kontinuitas gastrointestinalis sebagai gas-
berulang kali. Penggantinya, obstruksi bisa karena troduodenostomi (Billroth I) atau gastrojejunostomi
edema sekunder terhadap reaktivasi ulkus. Penting (Billroth II) (Gambar 8). Selama bertahun-tahun,
diferensiasi, karena yang pertama hampir selalu meng- operasi ini aliran utama terapi bedah bagi penyakit
haruskan inteivensi bedah, sementara yang terakhir ulkus duoudeni. Tetapi pengawasan jangka lama
tidak. Gambaran klinik mencakup mual, rasa penuh, menunjukkan bahwa ulkus berulang dapat diantisipasi
muntah dan penurunan berat badan. Pada kasus dalam 3 sampai 5 persen pasien, bahwa morbiditas'be-
parah, bisa terjadi ketak-seimbangan elektrolit dan dah besar dan bahwa tinggi insidens sindroma pasca-
dehidrasi yang jelas. Gambaran lambung berdilatasi gastrektomi yang tak menyenangkan (terutama 'dump-
s22 BUKU AJAR BEDAH BAGIAN 1

Truncus anterior

eksisi distal 213-3i4


\

Billroth I

p_*. (Hofmirta)

Gambar 7. Anatomi nervus vagus dalam hubungan dengan lam- Gambar 8. Jenis rekonstruksi setelah reseksi lambung subtotal.
bung. Vagus anterior (kiri) dan posteior (kanan) membeikan Reseksi membuang 66 sampai 75 persen lambung distal, se-
rami gastrici. Vagus anteior memfunyai rami hepatici yang hingga mengeksisi keseluruhan mekanisme antrum-gastrica
bisa rnengirimkan serabut ke regio pylorus; ttagus posterior maupun sebagian besar massa sel parietalis. Rekonstruksi kon-
mempunyai rami coeliaci yang menuiu ganglia dan plexus coe' tinuitas tractus gastrointestinalis bisa dilakukan dengan anasto-
liaca serta dari sini berialan untuk menyokong persarafan visera mosis gastroduodenostomi (Billroth I) atau dengan anastomosis
abdomen lain. Serabut lainnya turun di dalam ligamentum he- gastrojeiunostomi (Billroth II). Modifikasi Schoemaker bagi
patogastricum sepanjang cunatura minor sebagai nerrus ante- anastomosis Billroth I mencakup penutupdn sebagian curvatura
rior dan posterior Latariet. Ia memberikan cabang ke fundus gastrica minor seperti iuga modifikasi Hofmeister bagi anasto-
dan menyilang di inferior pada incisura angularis ke atas mosis Billroth II. (Dari Thompson, J. C.: In Sabiston, D. C. , Jr.
antrum, serabut ototnya untuk memberikan persarafan (Dai (Ed.): Textbook of Surgery, 13th ed. Philadelphia, W. B. Saun-
Thompson, I. C.: ln Sabiston, D. C., Jr. (Ed.): Textbook of ders Company 1986, p. 838.)
Surgery, 13th ed. Philadelphia, Il. B. Saunders Company,
1986, p. 839.)

ing'pascamakan) (sekitar 30 persen). Karena alasan dipermudah. Tersedia berbagai teknik untuk mencapai
ini, operasi berhak ditinggalkan oleh kebanyakan ahli akhir ini. Terpopuler melakukan salah satu dari bebe-
bedah, rapa jenis piloroplasti yang tersedia (Heineke-Mikulicz,
Tindakan reseksi paling populer dalam penggunaan Finney, Jaboulay). Semuanya bertujuan memper-
saat ini suatu gastrektomi distal (antrektomi) yang besar saluran keluar lambung. Pendekatan pengganti
digabung dengan pemotongan nervus vagus trunkaL menciptakan anastomosis gastrojejunum pada bagian
pada hiatus esophagus. (Gambar 9). Tindakan ini paling rendah lambung. Kedua jenis tindakan drainase
disertai dengan angka kekambuhan terendah dari sama manjur dalam meningkatkan pengosongan lam-
operasi ulkus apa pun (kurang da:,i 2 persen pada bung; tak ada yang lebih unggul dalam mengurangi
5 tahun) dan relatif aman dalam tangan yang ulung' risiko ulkus berulang. Vagotomi trunkus dan drainase
Sayangnya insidens diare dan 'dumping' pascabedah suatu tindakan aman dengan angka mortalitas kurang
tetap tinggi (10 sampai 20 persen). dari I persen. Kerugian utamanya bahwa risiko pe-
Vagotomi trunkus yang disertai dengan tindakan nyakit ulkus berulang relatif tinggi (10 persen kekam-
drainase saat ini operasi terpopuler yang digunakan di buhan dalam 10 tahun, 30 persen dalam 15 tahun).
Amerika Serikat. Kemanjurannya melulu tergantung Di samping itu, walaupun fungsi reservoar lambung
mengganggu fase sefalik sekresi.
atas kapasitasnya terlindung, namun timbul'dumping' pascamakan
Tindakan drainase diharuskan oleh fakta bahwa yang dini dalam 10 sampai 15 persen kasus.
denervasi antrum mengganggu kapasitas lambung Vagotomi selektif suatu varian vagotomi trunkus,
distal untuk mengosongkan zat padat Sehingga ge- yang menikmati perhatian penuh masa singkat. Dalam
rakan zat yang dimakan ke dalam duodenum harus tindakan ini, keseluruhan lambung didenervasi, tetapi
LAMBUNG DANDEODENUM s23

kati vagotomi trunkus dan drainase. Tindakan ini


sulit dilakukan dan hanya boleh dilakukan oleh ahli
bedah yang berpengalaman dalam teknik ini. Dalam
kenyataannya, beberapa penelitian memperlihatakan
angka kekambuhan yang rendah dalam tangan yang
sering melakukan tindakan ini. Secara bermakna
operasi ini dikontraindikasikan pada pasien ulkus
prepylorus atau pylorus, karqna angka kekambuhan
luar biasa tingginyl.
Vagotomi + Antrektomi Pendekatan bedah ke pasien perdarahan atau
dengan gastroduodenostoml perforasi memerlukan komentar khusus. Daiam pasien
perdarahan masif, penting meresusitasi pasien secara
adekuat sebelum operasi. Seperti disebutkan di atas,
endoskopi suatu tambahan yang sangat bermanfaat
(bahkan mungkin sangat diperlukan) untuk meng-
konfirmasi diagnosis. Waiaupun umumnya disetujui
agar tindakan pengurangan asam tepat, namun ada

Gambar 9. Operasi yang dapat diteirna bagi penyakit ulkus


dudeni. Karena tindakan bedah apa pun untuk ulkus duodeni.
beruiuan mengurangi pengeluaran asam, maka vagotomi hants
merupakan bagian operasi demikian iika tak ada kontraindikasi
spesifik. Sehinsga pemilihan letak antara vagotomi ditambah
antrektomi dan vagotomi ditambah draiwse, Informasi mutak-
hir akan menuniukkan bahwa gastroenterostomi (dengan stoma
lambung tepat proksinwl terh@ap pylorus) sama baiknya
dengan tindakan drainase seperti pibroplasti. (Dai Thompson,
.I D.r In Sabiston, D. C., Jr. (Ed.): Textbook of Surgery, 13th
ed. Philadelphia, W. B. Saunden Company, 1986, p. 84).)

cabang vagus ke hati dan plexus coeliacus dilindungi.


Dianggap bahwa suatu persarafan vagus visera yang
utuh akan mengurangi insidens diare dan 'dumping:
pascabedah. Sayangnya hal ini belum terjadi dalam
kebanyakan penelitian ini, karena adanya tindakan
drainase yang diperlukan akan meningkatkan pengo-
songan lambung yang cepat.
Pembaharuan terakhir dalam terapi bedah ulkus Gambar 10. Teknik untuk vagotomi proksimal selektif. Rami
duodeni adalah vagotomi sel parietalis, suatu tindakan lundus dai cabang gastrica bagi anterior dan posteior dipo-
tong dan diligasi pada perlekatan ligamentum hepatogasticum
yang diusahakan mendenervasi hanya massa sel parieta-
ke curvatura gastrica minor maupun sekeliling,Iingkaran sam-
lis (Gambar 10). Sehingga fungsi motorik ke antrum bungan fundoesophagus. Ramus antrum dart nervus descendens
dan pylorus dipertahankan utuh, dengan hasil bahwa Latariet dilindungi. Penting agar esophagus bawah diskeletoni-
pengosongan lambung normal bagi zat padat. Karena sasi lengkap, seningga memotong serabut vagts yang mungkin
mencapai fundus melalui esophagus distal. Rami hepatici dari
alasan ini, tak diperlukan tindakan drainase. Sebagai
nervus vagus anterior dan rami coeliaci dai vagus posterior di-
hasilnya, insidens 'dumping' pascabedah dini hampir lindungi. (Dai Thompson, J. C.: In Sabiston, D. C., Jr. (Ed.):
seluruhnya dihilangkan. Mortalitas dan morbiditas Textbook of Surgery, 13th ed. Philadelphia, W, B. Saunders
rendah serta angka kekambuhan pada 5 tahun mende- Company , 1986 , p. 841 .)
s24 BUKU AJAR BEDAH BAGIAN 1

kontroversi tentang yang mana harus dilakukan dari Kadang-kadang ia bisa ditemukan pada curvatura ma-
beberapa.yang tersedia. Pendapat kami bahwa vagoto- jor tempat dapat sulit pembedaan dari karsinoma lam-
mi trunkus yang disertai dengan 'oversewing' ulkus bung. Bukti percobaan dan klinik yang besar menggam-
yang berdarah melalui piloroplasti mencapai kendali barkan bahwa ulserasi ini suatu akibat pylorus tak
adekuat dengan risiko perdarahan ulang minimum kompeten, yang memungkinkan refluks isi usus atas
serta morbilitas dan mortalitas bedah yang rendah. berlebihan ke dalam lambung. Kemudian ia menyebab-
Juga tak ada konsensus tentang tindakan yang tepat kan perkembangan gastritis atrofikans bertahap, yang
bagi ulkus doudeni yang perforasi. Tetapi bukti bela- bermigrasi ke proksimal dengan berlalunya waktu. Mu-
kangan ini menggambarkan bahwa penutupan sederha- kosa lambung dtrofi dapat diperlihatkan lebih rentan
na ulkus dengan suatu tambahan omentum tepat terhadap terhadap pencemaan asam-peptikum diban-
dilakukan, jika pasien tak stabil, jika derajat pengoto- dingkan mukosa normal, mungkin sebagai akibat "difu-
ran peritoneum besar atau jika ulkus ini akut. Di pihak si balik" asam yang berlebihan. Sehingga walaupun ada
lain, jika pasien stabil, jika jumlah kontaminasi mini- fakta bahwa pasien ulkus Tipe I biasanya normo- atau hi
mum dan jika ulkus jelas menahun, maka dapat dilaku- poklorhidrik pada tes sekresi lambung, namun ulkus te-
kan dengan aman tindakan pengurangan asam. Ke- pat diklasifikasi sebagai peptikum. Biasanya ulserasi
banyakan ahli bedah lebih suka vagotomi trunkus timbul pada sambungan mukosa pensekresi asam yang
dengan piloroplasti untuk mencakup ulkus. normal dan mukosa lambung yang tak mensekresi
asam. Dari semua ulkus peptikum tractus gastrointesti-
nalis atas, jenis ini paling jelas berhubungan dengan ca-
Lrlkus Ventrikuli Jinak
cat dalam retensi mukosa. Kenyataannya makan se-
Ulserasi membrana mukosa lambung tepat kurang nyawa antiinflamasi nonsteroid (NSAID) berlebihan
lazim ditemukan dibandingkan ulkus doudeni. Ia telah jelas dilibatkan dalam perkembangan ulkus ini
timbul dalam pasien. tua, sering menyertai malnutrisi pada subkelompok pasien tertentu.
dan sedikit lebih lazim dalam pria dibandingkan wani'
ta. Jenis tersering (Tipe l) cepat sembuh dengan
terapi nonbedah, tetapi mempunyai kecenderungan DIAGNOSIS
jelas untuk kambuh. Tantangan klinik tambahan untuk
membedakan ulkus demikian dari karsinoma lambung' Manifestasi klinik ulkus ventrikuli cukup bervariasi.
Seperti ulkus duodeni, nyeri merupakan keluhan yang
terlanm ditampilkan. Tetapi rangkaian nyeri dihilang-
PATOGENESIS kan tidak selalu sejelas itu pada ulkus ventrikuli;
Tidak semua ulkus ventrikuli serupa secara etio- kenyataannya makanan bisa mengeksaserbasi keluhan
logi. Telah dibedakan tiga jenis; ulkus ventrikuli pasien. Sehingga penyakit ini sering disertai penurunan
jinak Tipe III
(15 persen dari total) merupakan prapy- berat badan. Di samping itu tak jarang menemukan
lorus, yang ditemukan dalam 2 cm. dari pylorus. ulkus ventrikuli yang sama sekali asimtomatik, ter-
Etiologi ulkus mungkin serupa dengan ulkus duodeni; utama pada pemakai NSAID. Pada keadaan ini perda-
yaitu ia dalam lokasi "ulkus duodeni yang telah kesa- rahan atau perforasi bisa merupakan petunjuk indeks
sar". Sehingga sewaktu diperlukan terapi bedah, maka tentang kehadirannya.
harus dilakukan tindakan yarg tepat untuk ulkus Diagnosis pasti ulkus ventrikuli dibuat secara
duodeni. ulkus ventrikuli jinak Tipe II .(20 persen) radiologi dan endoskopi. Suatu pemeriksaan barium
ditemukan rnenyertai ulkus duodeni yang telah me- gastrointestinalis atas akan mendeteksi ulkus pada
nyumbat saluran keluar lambung. "Hipotesis Dragsted" lebih dari 95 persen kasus. Gastroskopi suatu tambahan
menggambarkan bahwa ulkus ini akibat statis antrum, penting dalam keadaan ini, karena sering sulit mem-
yang menghasilkan hipergastrinemia. Hipersekresi rela- bedakan suatu ulkus jinak dari yang ganas secara
tif berikutnya bagi asam menyebabkan ulserasi lam- radiografi. Di samping memungkinkan visualisasi lang-
bung pada "titik resistensi paling lemah", sambungan sung ulkus ini, dapat dilakukan beberapa biopsi untuk
mukosa antrum dan pensekresi asam-peptik setinggi pemeriksaan histologi.
incisura pada curvatura minor. Seperti ulkus Tipe III, Bila dipastikan sifat jinaknya, maka diindikasikan
suatu operasi yang tepat untuk ulkus duodeni terapi nonbedah. Pendekatan ini biasanya berhasil
memberikan hasil memuaskan. pada suatu ulkus jinak. Kegagalan sembuh dengan
Ulkus ventikuli jinak terlazim (65 persen) Tipe I. paduan yang adekuat menggambarkan keganasan dan
Ia juga timbul dalam curvatura minor, biasanya pada merupakan indikasi operasi. Bahkan pada pasien
incisura, tetapi kadang-kadang lebih proksimal. Tetapi yang tidak sembuh, kekambuhan bisa timbul dalam
berbeda dari ulkus Tipe II, ulkus Tipe I selalu soliter; sebanya,k dua pertiganya. Dalam pendapat kebanyakan
LAMBUNG DAN DEODENUM s25

atrli bedah, keadaan ini juga suatu indikasi untuk sis perforasi lazim terjadi dan karena pasien tua tidak
operasi. Akhirnya l0 sampai 15 persen ulkus ventri- mentoleransi perdarahan gastrointetinalis atas yang
kuli jinak dapat berdarah atau perforasi, yang memer- besar seperti juga pasien muda. Operasi pada keadaan
lukan terapi bedah mendesak. ini bertujuan mengeksisi ulkus dan melakukan tindakan
mengurangi asam, baik gastrektomi distal atau vagoto-
OPERASI ANTAK ALKAS VENTRIKALI mi trunkus dan drainase. Vagotomi sel parietal mung-
JINAK kin tak tepat pada keadaan yang muncul ini.
Seperti dinyatakan sebelumnya, pasien ulkus n

ventrikuli jinak Tipe II dan Tipe III harus menjadi


sasaran operasi yang tepat untuk ulkus duodeni.
EROSI STR'S DAN GASTRITIS HEMORA.
Dalam ulkus ventrikulj jinak Tipe I,
penampilan
gastrektomi distal untuk mencakup ulkus tanpa
GIKA AKATA
pemotongan vagus bersamaan disertai dengan angka Erosi stres merupakan lesi hemoragika pungtata ma-
kesernbuhan 95 persen. Kebanyakan atrli bedah lebih jemuk pada lambung proksimal yang timbul dalam
zuka rekonstruksi seperti gastroduodenostomi Billroth keadaan stres fisiologi parah dan tak berkurang (Garn-
II. Beberapa .merasa bahwa suatu vagotomi trunkus bar 11). Berbeda dari ulserasi menahun yang lebih
harus ditambahkan, jika ulkus suatu akibat penyalah- biasa pada tractus gastrointestinalis atas, ia jarang
gunaan NSAID, Vagotomi trunkus bersama tindakan menembus profunda ke dalam mukosa dan tak disertai
drainase bisa juga tepat, jika ulkus dieksisi bersamaan. dengan infiltrasi sel radang menahun. Tanpa profilaksis
Hasil dini dengan vagotomi sel parietal bermanfaat, efektii erosi stres akan berlanjut dan bersatu dalam
tetapi angka kekambuhan jangka lama telah diidentifi- 20 persen kasus untuk membentuk beberapa ulserasi
kasi. yang menyebabkan perdarahan gastrointestinalis atas,
Morbiditas dan mortalitas yang menyertai per- dari keparahan yang mengancam nyawa- Keadaan ini
darahan dan perforasi ulkus ventrikuli jauh lebih dikenal sebagai gastritis hemoragika akuta. Populasi
dari yang terlihat pada keadaan serupa dengan ulkus tertentu diramalkan berisiko: yang dirumah-sakitkan
duodeni. Ia demikian karena kelambatan dalam diagro- dalam unit perawatan intensif (dalam 5 persen perda-

Gambar 11. Morfologi permukaan lambung dalam


penyakit ulkus stres. I, Pandangan permukaan tiga
dimensi mukosa larnbung memperlihatkan banyak Ii-
patan, foveola gastica dan sel epitel banyak (375 x).
2, Pembesaran tinggi memperlihatkan empat sel epi-
tel permukaan yang berubah, yang memperlihatkan
terputusnya membrana dan kehilangan bagian daerah
ap exnya ( 8 0 0 0 x ). 3, Daerah ini ditutupi dengan fib -
rin bersama eitrosit terangkat dalam iala yang ber-
hubungan dengan area perdarahan nwkrcskopik
(2000 x). (Dai Lucas, C. E., Sugawa, C.,Riddle,J.,
et al.: Arch. Surg., 102:266, 1971.)
s26 BUKU AJAR BEDAH BAGIAN 1

rahan bisa berasal dari zumber ini), yang menderita dengan adanya "difusi balik" asam. Banyak bukti
trauma parah (20 persen)ryang dengan lebih dari 35 percobaan dan klinik menggambarkan bahwa kehi-
persen luas permukaan tubuh total luka bakar suhu langan' asam lumen berlebihan dan iskemia mukosa
(sampai 50 persen). Faktor risiko spesifik mencakup sangat diperlukan bagi perkembangan ulkus stres.
keperluan transfusi yang besar,sindroma gawat per Mungkin bahwa ulserogenesis suatu fungsi kecepatan
napasan dewasa, gagal ginjal oliguria, disfungsi hati penurunan pH intramukosa, tingkat mutlak pH intra-
pascatrauma dan yang terpenting pcrkembangan sepsis mukosa yang dicapai dan lama pH intramukosa tetap
sistemik akibat sumber apa pun. di luar batas fisiologi yang dapat diterima.
j

PATOGENESIS DIAGNOSIS DAN PERIALANAN KLINIK


Empat gambaran patofisiologi unik menandai perkem-
Jika pasien yang berisiko menjadi sasaran endoskopi
bangan ulkus stres. Dalam kasus pertama ia dimulai
dalarn 24 sampai 48 jam setelah deraan yang men-
akut, yang menggambarkan zuatu gangguan mekanis
cetuskan, maka lebih dari 60 persen akan memper-
me homeostasis normal yang mendadak ketimbang
lihatkan erosi stres. Tetapi mulai klinik perdarahan
yang menahun atau bertahap, yang bertanggungjawab.
5 sampai 10 hari dan biasanya
sering tertunda selama
Kedua ia ada beberapa, yang menggambarkan bahwa
dimanifestasikan oleh hematemesis tak nyeri atau
keadaan ini zuatu penyakit keseluruhan membrana
kemunculan darah merah terang dalam sonde nasogar
mukosa. Ketiga ia terutama terletak dalam lambung
ter. Melena dan hematokezia jauh kurang sering di
proksimal, yang menggambarkan bahwa asam dan
temukan. Kadang-kadang perkembangan gastritis he-
pepsin penting dalam evolusinya. Akhimya ulkus
moragika akuta akan ditunjukkan oleh pemburukkan
biasanya tidak disertai dengan hipersekresi asam lam-
tanda vital yang menggambarkan hipovolemia. Diagro-
bung, yang menggambarkan bahwa faktor resistensi
sis harus dicurigai. bila pasien sakit kritis menderita
lebih penting bagr perkembangannya dibandingkan perdarahan tractus gastrointestinalis atas tak nyeri.
faktor agresif.
Endoskopi atas merupakan cara diagrrostik terpilih
Bila gambaran pembeda ini digunakan untuk
dan akan menghasilkan identifikasi tepat bagi zumber
menentukan penyakit ulkus stres, maka jelas bahwa
perdarahan dalam lebih dari 90 persen kasus. Sebalik-
lesi mukosa lambung akuta yang terlihat setelah trauma
masif atau luka bakar besar benar-benar cocok dengan
nya, pemeriksaan barium tak tepat (karena sifat
superfisia[s lesi ini) dan bahkan bisa kontraproduktif,
definisi ini. Di pihak lain, ulkus duodeni atau ventrikuli
akuta yang menyertai trauma slr$rnan saraf pusat
jika diperlukan lokalisasi arteriografi bagi tempat
perdarahan.
terisolasi (yang dinamai Ulkus Cushing/ bisa benar-
benar mewakili masalah patofisiologi berbeda. Jenis
Terapi dalam menegakkan gastritis hemoragika
trauma ini disertai dengan pengeluaran asam yang ting-
akuta mempunyai empat tujuan: (1) resrsitasi dan
gi dan peningkatan kadar gastrin yang bersirkulasi. stabilisasi pasien, (2) mengendalikan perdarahan,
Lebih lanjut, ulkus Cushing sering soliter, sering timbul
(3)pencegahan perdarahan berulang dan (a) kelang-
sungan hidup' pasien. Sayangnya sering mungkin
dalam duodenum dan mempunyai kecenderungan jelas
mencapai liga yang pertama tanpa mencapai yang
untuk perforasi. Sebaliknya gastropati hemoragik akuta
keempat karena keadaan tempat timbulnya gastritis
yang menyertai penyalah-gunaan obat dan alkohol
hemoragika akuta.
menyerupai ulserasi stres dalam banyak segi. Jelas ia b!
sa mempunyai patofisiologi serupa, walaupun pada
ujung spektrum yang berbeda. Namun tak tepat meng- TEIAH
anggap ia sebagai ulkus stres sejati, karena keadaan
tempat ia berkembang tak berhubungan dengan deraan Berbagai terapi nonbedah telah dianjurkan untuk
fisiologi masif apa pun dan perjalanan kliniknya jauh keadaan ini. Disesalkan ia dapat diperlihatkan tak
lebih jinak. efektif (titrasi antasid, penghambatan reseptor H2
Lllserasi stres dan titik akhir kliniknya (gastritis sistemik) atau hanya efektif sementara serta disertai
hemoragika akuta) merupakan ekspresi akhir sitopro- morbiditas dan mortalitas yang tinggi (vasopresin
teksi yang gagal (kapasitas mukosa lambung untuk intraarteri selektif). Terapi bedah hanya sedikit lebih
mencegak autodigesti. Semua sawar yang normalnya manjur. Pilihan mencakup vagotomi trunkus dan drai
menyokong sitoproteksi (dalam teori) dapat cacat nase, vagotomi trunkus dan hemigastrektomi bersama
dalam keadaan timbulnya penyakit ulkus stres. Mung- 'oversewing' lesi proksimal, vagotomi dengan gastrek-
kin yang terpenting dari int gangguan kemampuan tomi subtotal yang luas (uga menggabungkan 'overse.
mukosa lambung untuk meningkatkan aliran darahnya wing' lesi proksimal) serta devaskularisasi lambunS
LAMBUNG DAN DEODENUM 527

total. Gastrektomi juga telah dianjurkan, tetapi tak Di masa yang akan datang, bentuk pencegahan
dapat dinasehatkan karena tingginya mortalitas bedah lebih baik bagi beberapa pasien yang paduan profilak-
yang menygrtai. Dengan kekecuatan devaskularisasi sis saat ini tak adekuat, bisa dikembangkan. Dua
lambung total, yang telah dicoba dalam hanya be- kelas senyawa bisa memenuhi kebutuhan ini. Pertama
berapa pasien, semua pendekatan bedah telah disertai sukralfat merupakan garam aluminium disulfatasi
dengan angka kontrol awal yang buruk dan tingginya basa atas sukrosa yang membentuk gel melekat dan
angka pendarahan ulang. Hal ini terutama benar se- tak permeabel di atas lesi karena muatan negatifnya
telah tindakan nonreseksi. Tetapi pada keadaan apa berikatkan dengan protein teqpapar yang bermuatan
pun, mortalitas setelah operasi tinggi berlebihan positif. Kemudiar.r iai bisa meningkatkan penyembuhan
(30 sampai 40 persen). Karena alasan ini, terapi terbaik erosi mukosa berdekatan. Kelas senyawa kedua,
untuk gastritis hemoragika akuta dengan pencegahan- prostaglandin normalnya ada berlebihan di dalam
nya. Berdasarkan apa yang diketahui tentang patofisio- mukosa lambung. Dalam hewan percobaan, ia bersifat
logi penyakit ini, metode umum untuk mencapai pro- siroprotektif terhadap berbagai deraan berbahaya
filaksis seharusnya mencakup pemulihan volume darah bila diberikan eksogen dalam dosis antisekresi dan non-
yang bersikulasi, pemeliharaan curah jantung yang antisekresi. Pada manusia ada sejumlah bukti yang
normal koreksi ketak-seimbangan asam basa serta per- menggambarkan bahwa prostaglandin bisa manjur
sediaan nutrisi parenteral yang adekuat. Usaha lebih tidak hanya sebagai profilaksis, tetapi juga sebagai
spesifik pada pencegahan seharusnya mencakup tinda- terapi gastritis hemoragika akuta yang telah terjadi.
kan'mengurangi massa asam intralumen dan di masa
yang akan datang dapat mencakup usaha memperkuat
sawar individu terhadap autodigesti.yang telah disebut- S I N D ROM A ZO L LIN GE R_E LLISON
kan.
Dua pendekatan umum telah digunakan untuk Dalam tahun 1955, Zollinger dan Ellison menggambar-
mengendalikan pH intralumen : agen penghambat kan trias gambaran dalam sekelompok kecil pasien
reseptor H2 intravena (terutama simetidin) dan titrasi penyakit ulkus yang sulit diatasi: hipersekresi masif
asam intralambung untuk mempertahankan pH intra- asam, yang menyebabkan diatesis ulkus jejuni dan duo"
lumen di atas 3,5 alau 4. Masih merupakan masalah deni virulen, yang disertai dengan tumor sel pulau
sejumlah perdebatan tentang bentuk profilaksis yang non-beta pada pancreas. Mereka mendalilkan bahwa
paling efektif. Tetapi di beberapa ujicoba prospektif peptida pancreas endokrin merupakan sekretagogu
dirancang baik telah dipublikasi belakangan ini, yang yang menyerang, suatu dalil yang telah dibuktikan
mencoba menjawab keraguan ini. Tak ada yang mem- 9 tahun kemudian dengan memperlihatkan banyaknya
perlihatkan bahwa simetidin dalam cara apa pun lebih gastrin di dalam bahan yang direseksi. Sekarang jelas
unggul dibandingkan antasid; satu memperlihatkan bahwa tumor Zollinger-Ellison (Z-E) bersifat makros-
kesetaraan, tetapi hanya dalam bentuk penampilan kopik pada 50 persen pasien, majemuk dalam dua per
endoskopi mukosa lambung setelah cedera suhu. tiga dan ganas secara klinik pada lebih dari 60 persen.
Beberapa tema jelas masih dalam penelitiaan: Pemberi- Walaupun gastrinoma ganas bisa indolen dan cocok
an antasid intragaster selalu lebih efektif dalam mem- dengan kelangsungan hidup yang lama, namun biasa-
pertahankan pH aspirat gaster pada 3,5 atau lebih nya ia terbukti fatal bagi pasien karena penyakit
dibandingkan simetidin, tanpa membdang dosis. Bila metastatik yang luas. Sekitar 20 persen benar-benar
pasien resisten simetidin di'cross over' terhadap terapi soliter (muncul dalam pancreas, dalam antrum pylo'
antasid, maka pengendalian pH yang cepat dicapai ricum atau di dalam duodenum), sehingga bira diatasi
pada hakekatnya pada setiap kasus; perdarahan di- dengan reseksi kuratif. Bahkan sewaktu penyembuhan
temukan dalam 2 sampai 18 persen pasien yang ditera- tak dapat dilakukan, mungkin membuang kebanyakan
pi simetidin dibandingkan dengan 0 sampai 5 persen tumor makroskopik dalam 60 persen kasus.
dalam kelompok diterapi antasid, perbedaan yang Adanya tumor Zollinger-Ellison harus dicurigai
bermakna secara statistik. Tak jelas alasan "kegagalan" pada pasien yang memperlihatkan beberapa ulkus
relatif simetidin untuk memberikan profilaksis yang yang terletak ektopik atau cepat kambuh setelah
adekuat. Sebagian bisa berhubungan dengan tak pembedahan ulkus yang rutin. Tanda radiografi penye-
adekuatnya pemberian obat yang menyebabkan ta mencakup lipatan ruga raksasa, zuatu indikasi
kontrol pH tak adekuat. Juga telah digambarkan peningkatan delapan kali lipat dalam massa sel
bahwa simetidin gagal karena (bersama dengan peng- ilarietalis, peningkatan sekresi lambung dan usus
hambatan sekresi asam) juga cukup besar berkurang- serta waktu transit yang cepat. Kenyataannya diare
nya ketersediaan bufer bagi mukosa dalam bentuk suatu gejala yang sering ditampilkan (kadang-kadang
"pasang alkali". utu-satunya gejala yang ditampilkan). Diagnosis
528 BUKU AJAR BEDAH BAGIAN 1.

ditegakkan dengan menemukan hipersekresi masif menggunakan antagonis reseptor H2. Keuntungan
asam lambung (pengeluaran asam basal lebih dari l0 pendekatan ini bahwa risiko yang menyertai operasi
mEq. per jam, pengeluaran asam maksimum lebih dicegah dan pada waktu yang sama dicapai kendali
dari 50 mEq. per jam) dan/atau hipergastrinemia kcadaan hipersekresi dengan penghilangan gejala,
basal, yarlg meningkat secara paradokul dengan paling kurang mula-mula dalam 80 persen pasien.
lebih dari 400 pg. per ml. sewaktu pasien diberikan Kerugian paduan ini mencakup fakta bahwa (l) pasien
sekretin dimurnikan. Kombinasi penelitian ini ber- harus benar-benar patuh dengan jadwal pengobatan
tindak membedakan sindroma ini dari sebab lain seumur hidup; (2) takifilaksis yang berkembang
peningkatan gastrin serum, yaitu anemia pernisiosa, bersama lewatriya waktu; (3) komplikasi sewaktu
hiperplasia sel G antrum, keadaan pascavagotomi ia muncul, dapat merupakan bencana; dan (4) hilang-
dan antrum pyloricum dipertahankan setelah gastrek- nya kesempatan untuk menyembuhkan penyakit
tomi. ini.
Kadang-kadang sindroma Z-E ditemukan menyer- Pendekatan ketiga menjadikan tiap pasien sasaran
tai adenopati endokrin majemuk, suatu varian yang laporotomi eksplorasi sewaktu diagnosis ditegakkan.
dikenal sebagai MEA-l atau sindroma l,lermer. MEA-l Operasi bertujuan menentukan stadium penyakit
terdiri tumor hiperfungsi pada parathyroidea, hypo- dalam bentuk penyebaran metastatik dan untuk
physis dan sel pulau pancreas. Dengan adanya hiper- membuang tumor sebanyak mungkin secara teknik.
kalsemia, sering paratiroidektomi meredakan diate- Disamping itu, reseksi gastrinoma dapat dicapai, jika
sis ulkus peptikum, walaupun hipergastrinemia mene- ia ada. Beberapa ahli menganjurkan tambahan vagoto-
tap. Sindroma MEA- I diturunkan sebagai sifat domi- mi sel parietalis pada waktu laparotomi karena ia
nan autosom dengan derajat penetrasi bervariasi, jelas merendahkan pengeluaran asam yang dirangsang
sehingga keseluruhan sindroma tidak selalu ada dalam dan basal, sehingga mengurangi dosis simetidin yang
pasien tertentu manapun. diperlukan. Pendekatan ini tidak menghalangi tindakan
Selama bertahun-tahun pendekatan standar bagi gastretomi di kemudian hari. Pada saat sekarang, ke-
terapi pasien sindroma Z-E terisolasi dengan mem- unggulan satu pendekatan terhadap yang lain belum di-
buang organ ss:uan secara lengkap, yaitu melakukan perlihatkan.
gastrektomi total. Pendekatan ini dikembangkan dari
pengenalan bahwa serangan langsrng atas tumor
primer biasanya gagal mengekstirpasi semua jaringan
KOMP LIKASI B EDAH LAMB UNG
penghasil gastrin dan bahwa tindakan atas penghasil
asam yang kurang radikal tidak mengendalikan kompli- Semua tindakan bedah yang dirancang untuk mere-
kasi ulkus. Dengan memperlihatkan bahwa hambatan dakan diatesis ulkus peptikum mempunyai dasar
reseptor H2 jelas menurunkan curah asam (walaupun logis dan lazim: mengurangi kapasitas lambung untuk
tanpa mempengaruhi kadar gastrin rrum) serta mem- mensekresi asam. Kadang-kadang tujuan ini mungkin
berikan kontrol simtomatik dalam kebanyakan pasien tidak tercapai, yang menyebabkan ulkus berulang.
sindroma Z-E agat pilihan terapi sangat diperluas. Bahkan jika tujuan direalisasi, pasien bisa mengalami
Pada umumnya saat ini digunakan tiga pendekat- gejala sisa tak menguntungkan yang secara bersama-
an. Yang pertama terus bersandar atas gastrektomi sama dikenal sebagai sindroma pascagastrektomi;
total untuk mengendalikan manifestasi klinik penyakit suatu kelompok keadaan, masing-masing dengan
ini. Keuntungan utama pendekatan ini dengan di- gambaran patofisiologi unik serta tanda klinik dan
capainya pengendalian pasti atas diatesis ulkus dan gejala akibat kehilangan fungsi reservoar lambung, aki-
bahwa diselesaikan reseksi tumor soliter atau yang bat ablasi atau pintas pylorus atau akibat denervasi
dapat dicapai. Beberapa ahli juga percaya bahwa parasempatis, sendiri atau dalam kombinasi.
gastrektomi total menyebabkan regresi tumor dalam
sebanyak 10 persen kasus. Sedikit gejala sisa gizi
jangka lama tindakan ini pada pasien sindroma Z-E Ulkus Berulang
dan ditoleransi baik karena gastrin suatu hormon Kegagalanuntuk mencapai pengurangan adekuat
trofik bagi mukosa usushalus. Di samping itu 'dumping' dalam produksi asam lambung bisa menyebabkan
parah dicegah sebagian besar,jika pasien direkonstruksi ulserasi berulang setelah operasi, suatu keadaan yang
dengan esofago jejunostomi'Roux-en-Y. Kerugian uta- lebih sering terlihat setelah operasi bagi penyakit
ma pendekatan ini bahwa ada mortalitas operasi yang ulkus duodeni dibandingkan untuk penyakit ulkus
kecil tetapi pasti (5 sampai 10 persen), bahkan dalam ventrikuli. Pasien yang menjalani tindakan nonreseksi
tangan ahli bedah paling berpengalaman. berisiko lebih besar dibandingkan yang sebagian
Pilihan kedua "gastrektomi farmakologi" yang lambungnya telah disingkirkan. Sehingga vagotomi
LAMBUNG DAN DEODENUM 529

sel parietalis untuk ulkus duodeni disertai dengan mual, nyeri abomen kram, muntah dan diare eksplosif.
angka kekambuhan 5 tahun l0 sampai 15 persen, Komponen vasomotor mencakup berkeringat, kele-
dibandingkan dengan sekitar 10 persen dengan vago- mahan, 'dizzirlesso', kepucatan yang diikuti 'flushing',
tomi trunkus dan drainase, 4 persen setelah gastrek- palpitasi dan takikardia. Untunglah bahwa ekspresi
tomi subtotal dan 1 umpai 2 persen setelah antrek- lengkap sindroma ini jarang ada dalam pasien teftentu
tomi dan vagotomi trunkus. Kebanyakan kekambuh- mana pun. Pada umumnya komponen gastrointestinalis
an terbukti dalam 2 tahun pertama setelah reseksi, lebih lazim daripada komponen vasomotor.
tetapi cenderung terkumpul dengan berlalunya waktu Sindroma ini tirnbul sebagai akibat pengosongan
lambung yang
sewaktu dilakukan tindakan nonreseksi. t.llkus berulang
terletak pada sisi enterik anastomosis setelah reseksi,
"epit bagi 'chyme' hiperosmolar
dari sisa lambung ke dalarn usus halus. Kemudian ia
tetapi ia bisa timbul dengan frekuensi yang sama di menyebabkan gerakan cairan ekstrasel ke dalam
dalam usus dan lambung setelah tindakan nonreseksi. lumen usus dalam usaha mencapai isotonisitas. pe-
Diagnosis tidak sulit; kebanyakan pasien mengalami nurunan akibatnya dalam volume plasma yang bersir-
mulainya nyeri ulkus peptikum khas yang berulang. kulasi telah didalilkan sebagai bertanggung jawab bagi
Konfirmasi diagnosis dibuat secara endoskopi. Pe- komponen vasomotor sindroma ini. Di samping tetapi
meriksaan barium terkenal tak dapat diandalkan, itu bukti belakangan ini menggambarkan bahwa
karena anatomi pascabedah berubah. distensi usus halus proksimal membebaskan berbagai
Pemotongan vagus tak lengkap menjadi sebab senyawa humoral (mis. serotonin, bradikinin dan
terlazim ulkus berulang, yang bertanggung jawab bagi enteroglukagon) yang bisa bertanggung jawab bagi
lebih dari 80 persen kasus. Berbagai tes tersedia untuk 'flushing' wajah, peningkatan motilitas usus halus
mengukur kelengkapan vagotomi pascabedah, yang serta diare eksplosif yang ditemukan dalam kasus
paling populer pura-pura makan. Tes Hollsrlder klasik parah.
(yang tergantung atas induksi hipoglikemia dengan Diagnosis 'dumping' pascamakan dini biasanya
insulin, jarang digunakan saat ini karena berbahaya, klinik saja: simtomatologi pascamakan yang
atas dasar
hasilnya tak sensitif dan tak spesifik. Kriteria untuk khas, yang dihilangkan dengan mengambil posisi
haiil tes "positif ' (yang menunjukkan vagotomi terlentang. Pada kebanyakan kasus, evaluasi diagnostik
tak lengkap) mencakup pH intragaster puasa kurang yang canggih tak diperlukan. Kadang-kadang bisa
dari 3,5, penurunan lebih dari 2 unit pH selama tes bermanfaat menentukan kecepatan pengosongan lam-
a{au peningkatan dalam konsentrasi asam lebih dari bung bagi bahan padat dan untuk menilai aliran darah
20 mEq. per liter dalam masa 2 jam. Sebab ulkus tepi yang ntenggunakan pletismografi oklusif vena
berulang lainnya mencakup adanya gastrinoma yang dan 'mercury strain gauge manometry. Tes provokasi
tak dikenal sebelumnya, reseksi massa sel parietalis yang menggunakan larutan glukosa hipertonik dapat
tak adekuat, retensi antrum pada tunggul duodenum juga dilakukan, jika diagnosis tak jelas.
serta ekstremitas aferen yang panjang berlebihan sete- Pada lebih dari 90 persen kasus, pasien simtomatik
lah gastroenterostomi. Kebanyakan ulkus berulang dapat berhasil diterapi tanpa terapi bedah. Tindakan
mudah diterapi yang menggunakan agen penghambat spesifik mencakup sering makan makanan dalam
reseptor H2. Bila ini gagal, maka revagotomi dengan jumlah kecil yang kaya protein dan lemak serta renclah
reseksi atau re-reseksi diindikasikan, kecuali pada karbohidrat, dan menghindari cairan bersama makan.
pasien gastrinoma, seperti yang dibicarakan sebelum- Pada sejumlah pasien, memakan makanan karbohidrat
nya. pektin yang membentuk gel mempunyai manfaat
tarnbahan. Sikap bisa juga digabung ke daiam paduan
ini, karena mengambil posisi terlentang memperlam-
'Dumping' Pascamakan Dini bat pengosongan lambung dan meminimumkan per-
ubahan volume plasma. Sewaktu diperlukan terapi
'Dumping pascamakan 'dini merupakan sindroma bedah, maka interposisi suatu gelung jejunum l0 cm.
pascagastrektomi terlazim, yang timbul sampai dalam
antiperistaltik di antara sisa lambung dan usus halus
50 persen pasien setelah gastrektomi sebagian, dalam telah dilaporkan cukup berhasil. Penggantinya bisa
30 persen pasien setelah vagotomi trunkus yang di juga efektif pembentukan 'Roux-en-T limb'.
gabung dengan drainase, dan dalam sekitar 5 persen
pasien setelah vagotomi sel parietalis. Sindroma ini
terdiri dari kumpulan gejala dan tanda gastrointesti-
Sindro ma'Dump ing Pascamakan Lanju t
nalis dan vasomotor yang timbul dalam setengah jam Sindroma 'dumping' pascamakan lanjut (uga dikenal
pertama setelah makan suatu makanan. Komponen sebagai hipoglikemia reaktif) kurang lazim dibanding-
gastrointestinalis mencakup kepenuhan epigastrium, kan pasangan dininya, yang mengenai kurang dari 2
530 BUKUAJARBEDAH BAGIAN 1

persen pasien pascagastrektomi. Gejala muncul jauh makanan. Gejala dihilangkan dengan muntah. Biasanya
lebih lambat dibandingkan 'dumping' dini, biasanya muntah bersifat proyektil dan hampir selalu mengan-
1% sampai 3 jam setelah memakan makanan kayZt dung empedu, tetapi tanpa makanan. Gambaran
karbohidrat. Khas pasien mengeluh diaforesis, gemetar, klinik ini suatu akibat sekresi pancreas dan hepato-
takikardia dan kepala terasa ringan. Khas gejala di- bilier yang dirangsang makanan, yang menyebabkan
hilangkan dengan memakan karbohidrat. pengangkutan getah pancreas dan empedu dalam volu-
Cacat dasar yang bertanggung jawab bagi 'dumping' me besar ke duodenum. Dengan adanya obstruksi total
pascamakan lanjut sama seperti yang bertanggung atau sebagian pada ekstremitas aferen, gelung cepat
jawab bagi 'dumping' dini: pengosongan lambung terdisten si, vantg menyeb ab kan ketak-nyamanan epiga s
yang cepat. Tetapi dalam kasus ini memakan bahan trlum dan kram. Setelah tekanan di dalam gelung
makanan spesifik (karbohidrat) bertanggung jawab. cukup besar untuk mengatasi obstruksi, maka ia
Bila gula diberikan ke usus halus sebagai suatu bolus, berdekompresi sendiri ke dalam lambung, yang menye-
maka ia cepat diserap, sehingga menghasilkan sangat babkan muntah projektil dan penghilangan gejala
meningkatnya kadar glukosa darah. Hiperglikemia segera. Muntah tanpa makanan, karena makanan
mencetuskan pelepasan banyak insulin, yang dalam yang dimakan telah masuk ke dalam ekstremitas
perjalanan 2 jam berikutnya tidak hanya menormalkan e feren.
gula darah, tetapi juga (dalam pasien simtomatik) Bentuk akuta obstruksi gelung aferen timbul
"melampaui" titik akhir, yang menyebabkan hipoglike- dini setelah operasi. Walaupun kurang lazim dibanding-
mia hebat. Kemudial ia merangsang glandula adrenalis kan bentuk menahun, ia juga lebihmematikan. Sindro-
untuk melepaskan katekolamin, hasil akhlrnya gejala ma ini akibat sumbatan total ekstremitas aferen dan
yang tak dapat dibedakan dari yang dihasilkan syok menyebabkan obstruksi jenis gelung tertutrrp. Pasien
inzulin. khas mengeluh nyeri abdomen konstan dan muntah.
Terapi nonbedah ditujukan ke arah menormalisasi Volume muntahan sedikit dan ia bisa tidak mengan-
kurva toleransi glukosa, tujuan yang dapat dicapai dung empedu. Kelambatan dalam diagnosis sering di.
dengan menambahkan pektin ke dalam diet. Senyawa temukan, karena pemeriksaan fisik pasien pasca bedah
ini mengganggu pencernaan intralumen bagi pati dan sulit diinterprestasikan. Juga keadaan ini sering secara
sukrosa, sehingga menunda absorpsi karbohidrat. salah dihubungkan ke pankreatitis pascabedah. Kenya-
Tindakan tambahan mencakup penggunaan sering taannya hiperamilasemia lazim terlihat karena tekanan
makan makanan sedikit karbohidrat dalam jumlah hidrostatik yang meningkat dalam gelung tersumbat
kecil dan memakan karbohidrat sewaktu gejala dimulai. menyebabkan refluks isi doudenum ke dalam ductus
Bila pendekatan ini gagai, maka interposisi gelung pancreaticus. Karena obstruksi menetap, maka gelung
antiperistaltik 10 cm di antara kantong lambung sisl aferen bisa berstrangulasi dengan hasil bencana.
dan usus menunda pengosongan lambung serta menda- Terapi bentuk akuta dan kronika sindroma ini
tarkan kurva toleransi glukosa dengan akibat peredaan dengan koreksi bedah. Metode paling tepat guna dan
gejala dalam sebagian besar pasien yang telah menggu- berhasil mengoreksi masalah ini dengan menghilangkan
nakannya. geiung. Dalam pendapat kami, pembentukan llong
limb Roux-en-Y' dengan implantasi ekstremitas aferen
distal terhadap anastomosis gastroenterik biasanya
disertai dengan hasil memuaskan. Adanya sindiom'a
Obstruksi Gelung
geiung aferen akuta bisa menampilkan masalah khusus,
STNDROMA GELUNG ('LOOP') AFEREN karena jika gelung ini gangrenosa, maka diperlukan
pankretikod uodenekt omi.
Sindroma gelung aferen suatu akibat obstruksi ekstre'
mitas aferen, yaitu ekstremitas auastomosis gastroen-
terik yang menuju ke lambung. Sehingga ia harrya OB STRUKSI GE LUNG EFEREN
dapat timbul setelah gastrektomi dengan rekonstruksi
seperti gastrojejunostomi Billroth Il. Dibedakan dua Obstruksi gelung eferen juga suatu komplikasi bedah
bentuk: kronika dan akuta, bentuk kronika yurg lambung yang jarang ditemukan. Ia terlazim timbul
lebih lazirn. daiam masa pascabedah segera, tetapi dapat bermani
Cacat dasar dalam sindroma gelung aferen lcronika festasi sendiri bertahun-tahun setelah tindakan asli.
adalah obstruksi intermiten pada ekstremitas setelah Biasanya obstruksi suatu akibat herniasi interna bagi
makan, tersering suatu akibat gelung aferen panjang ekstremitas erferen, biasanya posterior terhadap
berlebihan. Khas pasien mengeluh kepenuhan epigas anastomosis gastroenterik. Pasien mengeluh nyeri
trium dan nyeri abdornen kram sgera setelah makan epigastrium kolik yang serupa sifatnya dengan yang
LAMBUNG DAN DEODENUM 531

terlihat pada obstruksi usus halus. Pemeriksaan radio- Gastritis Refluks Alkali
grafi bisa menunjukkan bukti obstruksi usus halus Refluks berlebihan isi usus atas ke dalam lambung
tinCg Terapi bedah hampir selalu diperhatikan. setelah gastrektomi atau tindakan ablasi pylorus
Jika (seperti biasanya terjadi) ditemukan suatu hernia telah dilibatkan wbagai sebab kelompok spesifik
tetroanastomotik, maka ia harus direposisi dan ruang gejala dan tanda pascabedah: nyeri medio-epigastrium
retroanastomotik harus ditutup terbakar yang tak dapat dihilangkan dengan antasid
dan sering diperburuk oleh makanan, muntahan
Rasa Kenyong Dini empedu, hipoklorhi$ria, gastritis endoskopi (eritema
Rasa kenyang dini yang juga dikenal sebagai sindroma keseluruhan menforana mukosa lambung), penurunan
lambung kecil, merupakan akibat kehilangan fungsi berat badan dan anemia. Dalam sbagian besar pasien,
reseryoar lambung yang berlebihan. kbih besar reseksi, reseksi lambung dengan rekonstruksi gastrojejunos
maka lebih besar kemungkinan akan timbul sindroma tomi merupakan tindakan indeks yang dilakukan.
ini. Khas pasien mengeluh zuatu sensasi penuh ungat Kurang sering sindroma ini ditemukan menyertai
tak menyenangkan setelah makan hanya sedikit makan- rekonstuksi dengan gastroduodenostomi atau pada
an. Biasanya timbul muntah,, jika pasien mencoba pasien yang menjalani vagotomi trunkus dan drainase.
meningkatkan masukan oral. Dalam kasus parah, Belum diketahui insiden sebenamya, tetapi mungkin
hanya sdikit makanan cair yang dapat ditoleransi. kurang dari 3 persen dari semua pasien yang menjalani
Anemra dan malagizi sering timbul dalam kasus demi- bedah lambung. Faktor dalam isi usus atas yang
kian. mungkin bertanggung jarab bagi produksi gejala tak
Berbagar rurdakan nonbedah telah dinasehatkan; diketahui, tetapi dapat mencakup asam empedu,
tak satu pun mencapai keberhasilai yang mencolok lisolesitin, enzim pancreas atau kombinasi ketiganya.
mata atau penerimaan pasien. Kenyataannya telah Walaupun diagnosis dapat dicurigai atas dasar
diperkirakan bahwa rasa kenyang dini merupakan riwayat penyakit, namun penting agar refluks berle-
sindroma pascagastrektomi yarrg paling refrakter bihan ditetapkan dalam cara objektif, karena hasil
terhadap terapi nonbedah. Bila dilakukan operasi, yang buruk dapat diantisipasi sampai dalam 50 persen
maka tindakan ini bertujuan menciptakan reservoar pasien bila operasi perbaikan didasarkan atas gejala
lambung pengganti yang adekuat, yang menggunakan saja. Beberapa metode tersedia untuk menentukan
berbagai kantong yang dibuat dengan pembedahan. jumlah refluks, yang mencakup pengukuran konsentra-
Sayangnya tak ada tindakan bedah dapat menghilang- si asam empedu intragaster dan pengembangan indeks
kan seluruh gejala rasa kenyang dini. Sehingga terapi refluks yang menggunakan skintigrafi gamma. Nilai
terbaik sindroma lambung kecil dengan mencegahnya normal bagi parameter ini telah ditetapkan juga.
dalam tempat pertama. Bila adanya refluks berlebihan telah didokumen-
tasi dalam pasien simtomatik yang khas, maka ujicoba
Diare Pascovagotomi terapi nonbedah dibenarkan. Ia akan mencakup anta-
gonis reseptor H2 dan sering menelan antasid yang
Peningkatan dalam frekuensi tinja bisa. dialami oleh
mengandung aluminium (aluminum mengikat garam
sebanyak 30 persen pasien setelah transeksi nervus
empedu). Penggunaan kolestiramin, resin pengikat
vagus. Pada kebanyakan kasus, keadaan ini sembuh
garam empedu dan metoklopramid (sratu agen promo-
sendiri atau mudah ditata laksana secara nonbedah.
tilitas) telah dinasehatkan juga, tetapi kemanjurannya
Walaupun etiologi diare pascavagotomi tetap kabur,
diragukan. Bila dilakukan suatu operasi, maka konversi
namun dipercaya bahwa perubahan dalam sekresi
tindakan bedah sebelumnya ke 'long limb' (45 cm)
asam lambung atau metabolisme bisa memainkan
Roux-en-Y' telah membawa hasil bermanfaat;
peranan. Secara spesifik telah diusulkan bahwa dener-
perbaikan gastritis histologik, pemulihan kapasitas
vasi vagus bagi batang hepatobilier menyebabkan
mensekresi HCL dan menghilangkan permanen refluks.
pencampuran asam empedu yang tak adekuat dengan
Komplikasi sedikit (ulserasi marginal, kelambatan
'chyme' usus. Sehingga meningkatkan jumlah asam
bermakna dalam pengosongan lambung), muntah
empedu mencapai colon, tempat ia menimbulkan
empedu telah dihilangkan total dan dua pertiga pasien
efek katartik. Dalil ini disokong oleh fakta bahwa
bebas nyeri epigastrium selama paling kurang 3 tahun
resin pengikat asam empu kolestiramin efektif dalam
pascabedah.
lebih dari 80 perrn kasus, tempat ia telah dicoba.
Terapi bedah jarang diperlukan; bila diperlukan segmen
jejunum dibalikkan l0 cm yang ditempatkan 70 Kanker Tunggul Lambung
sampai 90 cm dari [gamentum Treitz memberikan Karsinoma tunggul lambung timbul dalam sekitar 3
hasil memuaskan. persen pasien yang menjalani gastrektomi. insiden
532 BUKU AJAR BEDAH BAGIAN 1

yang jauh lebih besar daripada yang diamati dalam dipahami) menjadi manifes hanya dalam masa pasca-
individu sebanding, tetapi tidak dioperasi. Masa laten 7 bedah Terapi terdiri dari pencegahan bahan makanan
sampai 20 tahun lazim ditemukan. Biasanya pasien yang mengandung laktosa.
tampil dengan gejala yang tak dapat dibedakan dari
ulkus berulang dan diagnosis hanya dapat ditegakkan
dengan endoskopi dan biopsi. Dalam hewan percobaan, KEADAAN TINAK LAIN
insidens karsinoma lebih besar setelah gastroenterov
tomi saja, kurang lazim setelah reseksi dengan gastro- Robekan Mallory-Weiss
jejunostomi Billroth II dan paling kurang lazim setelah
Dalam iahun 1929, Mallory dan Weiss mengurai-
reseksi dengan gastroduodenostomi Billroth I. Sehingga kan riwayat kazus 15 pasien yang timbul hematemesis
patogenesis kanker tunggul bisa dihubungkan dengan
masif setelah penderita muntah parah selama pesta
refluks isi usus atas berlebihan, yang kemudian me-
minum alkohol. Empat pasien meninggal dan pada
ningkatkan perkembangan gastritis atrofikans, suatu
autopsi diperlihatkan robekan "seperti fisura" dalam
lesi praganas. Dalam menghadapi hipoklorhidria, mukosa cardia ventriculi, satu meluas melintasi sam-
bakteri (terutama anaerob) dapat berproliferasi di
bungan gastroesophagus. Ia menghubungkan laserasi
dalam lambung dan dapat mengubah nitrat yang di-
makan menjadi nitrit, suatu prekursor karsinogen ini dengan peningkatan tekanan intragaster yang
dihasilkan sebagai akibat muntah dan mampu mere-
nitrosamin. Adanya bersamaan rnembrana yang rentan
produksi lesi dalam mayat dengan memberikan tekanan
dan karsinogen kuat bisa mutlak penting untuk in-
pada lambung rmentara menutup pylorus dan esopha-
duksi keganasan. Harus dilakukan terapi bedah. Sa-
gus proksimal. Setelah itu "sindroma,, Mallory-Weis
yangnya 'survivorship' buruk hampif tanpa kekecua-
dianggap masalah yang jarang ditemukan, tetapi biasa-
lian. Karena alasan ini, banyak yang merekomendasi-
nya mematikan. Tetapi dengan ditemukan penggunaan
kan pengawasan seumur hidup bagi pasien yang telah
endoskopi fibreroptik yang luas, maka sekarang jelas
menjalani reseksi dalam usaha mendeteksi keganasan
bahwa robekan Mallory-Weiss bertanggung jawab bagi
dini.
5 sampai 15 persen dari semua perdarahan gastrointer
tinalis atas dan bahwa ia hampir selalu keadaan yang
Keadaan Lain sembuh sendiri dan tak berbahaya.
Diagnosis robekan Mallory-Weiss sering dapat
Ekspresilemak di dalam tinja lebih dari jumlahnormal
ditegakkan atas dasar riwayat penyakit saja. Muntah
relatif lazim terjadi setelah semua jenis tindakan bedah
atau gerakan muntah yang mendahului hematemesis
atas lambung. Pada kebanyakan kasus, kecil jumlah
dilaporkan dalam lebih dari 50 persen kazus. pengguna-
mutlak kehilangan lemak tinja dan tanpa akibat klinik.
an dan/atau penyalahgunaan alkohol $atu penyerta
Tetapi dalam beberapa kasus malabsorpsi lemak bisa
yang lazim. Sebab lain gerakan muntah hebat dapat
menyebabkan diare diinduksi asam lemak dan difisiensi juga menginduksi sindroma ini: minum asam asetilsa-
bermakna dalam ambilan vitamin larut lemak. Steatore
lisilat, cegukan parah, resusitasi kardiopulmoner,
bisa akibat miselisasi tak adekuat atas lemak yang di-
persalinan yang sulit dan kemoterapi kanker. Dewasa
makan atau perkembangan sindroma gelung bunttt.
usia pertengahan biasa terkena, pria lebih lazim dari
Steatore (kemudian) bisa menpredisposisi ke perkem-
pada wanita. Robekan biasanya longitudinalis dan
bangan osteomalasia karena melabsorpsi menyebabkan
dalam sekitar 83 persen pasien terletak di curvatura
hipovitaminosis D. Pada kasus parah, fraktura spontan
gastrica minor tepat distal terhadap sambungan gastro-
bisa timbul. Kebanyakan pasien dapat diterapi adekuat
esophagus. Dalam sekitar sepertiga, robekan lambung
dengan meningkatkan masukan vitamin D.
akan meluas ke dalam mucosa esophagus.. Terlihat
Anemia mikrositik hipokrcmik dapat diperlihat-
kan dalam lebih dari 50 persgn pasien setelah gastrek- robekan esophagus terisolasi jelas jarang. Banyak
pasien akan menderita keadaan patologi penyerta
tomi. Penyebabnya tak jelas, tetapi ia bisa berhubung-
pada lambung dan esophagus, seperti hernia hiatus,
an dengan gangguan absorpsi besi atau dengan ke-
esofagitis, gastritis dan penyakit ulkus
hilangan darah di bawah ambang dari regio perianas-
tomotik. Pada kesempatat yang jarang, bisa timbul Robekan Mallory-Weiss berkembang karena per-
bedaan tekanan yang'timbul di dalam cavitas abdomi-
anemis megabblastik Malabsorpsi B12 dan defisiensi
folat bisa menyokong keadaan ini. nalis dan thoracica selama muntah. Bila gerakan
Bebi:rapa pasien akan dipengaruhi oleh intoleransi muntah timbul lagi terhadap glottis yang menutup,
hktosa setelah gastrektomi. Dianggap bahwa individu maka mukosa lambung berherniasi ke dalam lingkung-
ini menderita definisiensi laktase prabedah intrinsik an thorax bertekanan negatif. Jika tekanan intralumen
tetapi tak dikenal, sehingga (karena alasan yang sulit lambung meningkat secara serentak melebihi batas
LAMBUNG DAN DEODENUM 533

elastik yang dapat ditoleransi mukosa dan submukosa dianjurkan. Vasopresin dapat juga diberikan secara
lambung, maka timbul robekan longitudinalis. Tanpa selektif,jika lokalisasi angiografi diperlukan. Keber-
herniasi mukosa lambung, maka tekanan intralumen hasilan atau kegagalan pendekatan ini biasanya terbuk-
terbesar dalam esophagus distal dan bisa tjmbul robek- ti dalam I atau2jam. Pilihan lain mencakup pengguna-
an mukosa esophagus. Pada tekanan intralumen yang an norepinefrin topikal, elektrokauter endoskopi
sangat tinggi, stratum circulare dan longitudinale tuni dan embolisasi angiografi dengan busa gel atau bekuan
cae muscularis bisa benar-benar ruptura (sindroma autolog. Ia bisa le6ih dizukai daripada penggunaan
Boerhacv e, yang diuraikan kemudian). vasopresin dalam pasien yang telah menderita penyakit
Perdarahan akibat robekan mukosa tesering ginjal atau kardicvalkular parah. Terapi bedah tidak
bersifat arteri dan biasanya tak disertai dengan nyeri. boleh ditunda setelahjelas bahwa pendekatan penggan-
Endoskopi diagnostik yang dini sangat tepat dan dapat ti gagal. Kebanyakan laserasi mudah divis.ralisasi dan
memberikan informasi bermanfaat, yang mencakup mudah 'oversew' melalui gastrotomi anterior yang
lokasi dan panjang laserasi serta ada atau tak adanya tinggi. Mortalitas bedah rendah, walaupun morbiditas
patologi penyerta. Lebih lanjut visualisasi endoskopi pascabedah dapat sangat besar, terutama pada pasien
atas robekan mempunyai makna prognostik: robekan sirosis. Perdarphan berulang setelah perbaikan operasi
yang berdarah aktif atau yang memperlihatkan bekuan yang berhasil bagi laserasi Mallory-Weiss sangat tak
segar bisa benar-benar kontinu berdarah, walaupun lazim terjadi dan prognosis memuaskan, terutama
tak mungkin kontusio mukosa sederhana menyebabkan bagi pasien non-alkoholik.
pasien mendapat kezulitan apa pun berikutnya. Dalam
beberapa pasien, angiografi bisa diperlukan, karena
besarnya perdarahan menghalangi visualisasi endoskopi. Sindroma Boerhaave
Angiografi mempunyai suatu ketepatan diagnostik
sekitar 70 persen dalam robekan Mallory-Weiss, gam- Kadang-kadang tenaga yang dipindahkan ke dinding
baran yang biasa merupakan ekstravasasi materi kon- esophagus distal begitu besar, sehingga timbul ruptura
tras dari arteria gastrica sinistra. Dengan adanya per- emetogenik (sindroma Boerhaave). Pada lebih dari 90
darahan dengan besar ini, maka bijaksana mengguna- persen pasien, robekannya longitudinalis dan terletak
kan kateter ya4g ditempatkan secara selektif untuk dalam sisi lateral kiri esophagus distal. Khas pasien
memulai ujicoba segera famakoterapi angiografi yang mengeluh nyeri epigastrium parah segera setelah
menggunakan vasopresin. Bila ini gagal, maka dapat muntah. Hematemesis suatu penyerta yang jarang
dilakukan operasi. Berbeda dari endoskopi dan arterio- ditemukan, tetapi lazim dispne karena akumulasi
grafi, .penggunaan pemeriksaan barium sebagai alat isi lambung dan esophagus di dalam cavitas pleuralis.
diagnostik pada pasien robekan Mallory-Weiss merupa- Udara mediastinum bisa ada sebagai krepitus yang
kan suatu latihan tak berhasil, yang mempunyai kete- dapat dipalpasi di dalam incisura jugularis sterni,
patan diagnostik yang, mendekati nol. Lebih lanjut suatu tanda yang ditemukan dalam sebanyak 66
barium intralumen menghalangi penggunaan angio- persen pasien.
grafi ciiagnostik dan/atau terapi pada kasus yang Karena sindroma Boerhaave relatif jarang ditemu-
jarang ditemukan, tempat pendekatan ini diperlukan. kan, maka lazim kelambatan dalam diagnosis. Ini
Dengan pengenalan bahwa sindroma Mallory- sratu keadaan yang disayangkan. Angka kelangsungan
Weiss jauh lebih lazim daripada yang sebelumnya hidup memuaskan, bila pasien dioperasf dalam 12 jam
dinilai, maka terapinya telah jauh lebih sedikit pertama ruptura; mortalitas mendekati 100 persen,
menggunakan pembedahan Penatalaksanaan nonb edah jika operasi ditunda lebih dari 24 jam. Foto thorax
awal pada pasien yang terkenal relatif nonspesifik, berdiri paling memberikan informuii, kurrnu ia akan
yang terdiri dari pemberian antasid dan simetidin, memperlihatkan efusi pleura dalam 90 persen pasien,
koreksi kelainan dalam fungsi pembekuan dan per- pneumotoraks kiri dalam 80 persen dan udara medias-
darahan serta pemberian transfusi sesuai keperluan. tinum dalam 66 persen. Kadang-kadang pelebaran
Pada lebih dari 90 persen pasien, pendekatan ini mediastinum dan atelektasis berbecak-bercak bisa
disertai dengan penghentian perdarahan, biasanya juga terlihat. Jika kasus
samar-samar, maka suatu
dalam beberapa jam. Tak lazim perdarahan ulang esofagogram yang menggunakan materi kontras yang
dan biasanya bermanifestasi dalam 2 sampai 3 hari; larut dalam air bisa bermanfaat dalam sebanyak 75
Tetapi dalam sekitar 10 persen kazus, perdarahan persen pasien. Tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan
akan kontinu, yang memerlukan intervensi terapi diagnosis ruptura emetogenik. Dalam kasus ini eso-
tambahan, biasanya pada pasien penyakit hati parah. fagoskopi harus digunakan.
Bila kecepatan perdarahan lebih dari 500 ml setiap 6 Terapi sindroma Boerhaave seluruhnya bersifat
jam, maka penggunaan vasopresin sistemik dapat bedah, karena terapi nonbedah seragam fatal. Tindakan
s34 BUKU AJAR BEDAH BAGIAN 1

prabedah spesifik mencakup penggunaan antibiotika, Dilatasi Lambung Akuta


koreksi kekurangan volume dan elektrolit serta pema- Dilatasi lambung akuta dapat timbul pada berbagai
sangan pipa thoraxrjika terbukti ancaman paru. Terapi
keadaan; tetapi ia tersering terlihat setelah tindakan
bedah definitif terdiri dari debridemen dan perbaikan bedah yang lama, tempat trachea diintubasi, tetapi
perforasi melalui sratu insisi torakotomi kiri dengan lambung tidak didekompresi. Etiologinya tak jelas,
drainase mediastinum dan cavitas pleuralis. Keberhasil-
tetapi dkibatnya pasti: peningkatan sekresi lambung
an terapi demikian seluruhnya tergantung atas masa dan elevasi diaphragma. Jika dilatasi lambung akuta
waktu yang telah lewat sejak timbul ruptura. tidak dikenal; dan diterapi segera, maka ancaman
kardiovaskuiar dan pulmonalis bisa mempersulit
Penyakit Menetrier peningkatan dgfisit volume intravaskular yang me-
menyebabkan hipotensi. Diagnosis mudah dibuat de-
Penyakit Menetrier (pertama diuraikan dalam ngan menemukan kepenuhan timpanitik di atas epigas-
tahun 1888) terdiri dari kumpulan gambaran yang trium. Foto abdomen jarang diperlukan; tetapi jika di
mencakup lipatan lambung yang besar, kehilangan buat, ia akan menunjukkan lambung berdilatasi masif
protein yang masif ke dalam lumen lambung dan dengan batas udara-cairan yang menonjol.
hipoproteinemia. Etiologi keadaan ini tetap kabur. Terapinya mudah dan manjur: pemasangan segera
Pemeriksaan membrana muko sa lambung menunj ukkan sonde nasogaster. Ia sangat penting dalam pasien
gastropati hiperplastik yang dapat secara luas diklasi- tak sadar, tempat muntah dan regurgitasi bisa tanda
fikasi ke dalam tiga jenis: (1) sel mukus, tempat sel utama bahwa ada keadaan ini.
positif. asam peryodat-Schiff (PAS) dominan dan
tempat selalu ada hipoklorhidria; (2) sel glandular, Divertikulum Duodenwn
tempat terlihat hiperplasia sel parietalis dan sel Divertikulum duodenum suatu penemuan lazim
utama; dan (3) glwtdular mukus campuran, tempat pada pemeriksaan biiium gastrointestinalis atas rutin.
semua unsur mukosa lambung hiperplastik. Tak di- Bagi kebanyakan bagian, ia tanpa akibat klinik apa
ketahui cara protein plasma mencapai lumen lambung, pun. Divertikulum hampir pasti berasal dari perkem-
tetapi ia bisa berhubungan dengan sekresi protein bangan; 80 persen terletak di atas dinding medial ba'
melalui jalur transsel atau difusi pasif protein melalui gian kedua duodenumdistal terhadap ampulla Vater.
taut kedap ('tight junction') parasel. Tanpa meman- Biasanya ia soliter dan terletak dekat pancreas. Walau-
dang etiologi kehilangan protein, tak diragukan ia pun jarang komplikasi, namun ia dapat timbul (teruta-
bertanggung jawab bagi edema perifer dan peningkatan ma dalam divertikulum dengan kantong besar dan leher
kerentanan terhadap infeksi yanglazim terlihat dalam sempit). Dalam keadaan ini, peradangan, ulserasi dan
pasien yang terkena. perdarahan bisa terjadi. Pada kesempatan yang sangat
Nyeri epigastrium, anoreksia, mual, muntah jarang ditemukan, divertikulum bisa benar-benar
dan penurunan berat badan merupakan gejala yang mengembangkan suatu abses dengan pernbentukan
lazim ditampilkan. Manifestasi ekstraintestinalis men- fistula interna. Divertikulum yang terletak dekat
cakup edema tepi dan paru, infeksi dan 'rash'eritema- ampulla bisa menyebabkan obstruksi batang saluran
tosa papiler. Biasanya diagnosis dapat dicurigai atas empedu ekstrahepatik, yang menyebabkan kolangitis
dasar klinik serta dikonfirmasi dengan pemeriksaan atau paikreatitis. Pendekatan bedah yang tepat bagi
radiografi dan endoskopi. Keduanya menunjukkan divertikulum duodenum tergantung atas keadaan yang
rugae hipertrofi edematosa dengan sekresi intralumen mendasari, yang mula-mula memerlukan operasi.
yang liat. Penemuan ini digabung dengan penurunan Bila perdarahan merupakan masalah utama, maka
albumin protein total dan serum, bersifal patognomo- tepat divertikulektomi. Bila obstruksi pancreas atau
nik. saluran empedu ekstrahepatik merupakan indikasi,
Terapi nonbedah terdiri dari replesi protein pembedahan mencakup divertikulektomi dengan sfi ng-
dan usaha menghambat sekresi lambung yang meng- teroplasti atau pintas ductus choledochus distal
gunakan obat antikolinergik atau simetidin. lntervensi
bedah jarang diperlukan, tetapi ia bisa diperlukan
dalam pasien yang mempunyai gejala yang sulit diatasi
NEOPLASMA LAMBUNG
atau kehilangan protein parah dan tak dapat dikendali
kan. Gastrektomi distal dengan vagotomi trunkus Tumor Jinak
telah terbukti bermanfaat dalam beberapa kasus. POLP EPITEL
Pada kesempatan ymgjarang, bisa diperlukan gastrek- Polip membrana mukosa lambung merupakan jenis
tomi total. tumor lambung jinak terlazim. Namun ia merupakan
LAMBUNG DAN DEODENUM s35

masalah patologi tak biasa, yang mempunyai insidens tumor neurogenik, tumor vaskular dan lipoma. Sejauh
keseluruhan kurang dari I persen. Pada lebih dari initerlazim leiomiom.a. Ia selalu terletak submukosa
90 persen kasus, selalu ada keserbaragaman. Dibedakan dan biasanya berbataas tegas. Biasanya ia -ditemukan
dua jenis histologi. Polip hiperphstik lebih lazim karena perdarahan gastroint estinalis atas akibat ulsera-
ditemukan dan terdiri dari epitel lamburg, yang si mukosa di atas tumor. Ieiomioma lebih sering dite-
secara histologi identik dengan morfologi membrana mukan dekat sambungan gastroesophagus dibadingkan
mukosa lambung normal berdekatan. Polip hiper- tumor mesenkima jinak lainnya, yang menyukai
plastik hampir selalu berdiameter kurang dari 2 cm. lokasi lebih distal di ddam lambung. Diagnosis ditegak-
dan mempunyai potensi ganas minimum. Ia cenderung kan dengan penen.luan khas pada pemeriksaan kontras
terletak di keseluruhan mukosa lambung dan bisa gastrointestinalis atas bagi cacat ekstramukosa meling-
disertai dengan polip di tempat lain dalam saluran kar yang sering disertai dengan suatu ulkus pada
pencernaan. mukosa di atasnya. Terapi definitif terdiri dari reseksi
Sebaliknya polip adenomatosa cenderung lebih lokal bagian lambung yang terlibat, jika semuanya
besar (diameter lebih dari 2 cm.), terutama terletak mungkin dilakukan. Sayangrrya sering sulit membeda-
di antrum dan berkembang dalam mukosa lambung kan lesi jinak ganas secara histologi, sehingga tidak
yang telah mengalami metaplasia usus. Keganasan jarang pembedaan ini dibuat oleh perjalanan klinik
telah terlihat anlarc 25 dan 80 persen pasien baik pasien berikutnya.
dalam polip sendiri atau dalam mukosa lambung
berdekatan. Apakah polip adenomatosa mengalami
transformasi ganas atau tidak merupakan suatu masalah Tumor Ganas
yang tak pasti saat ini. Tetapi dari perspektif klinik,
ADENOKARSINOMA
polip adenomatosa yang besar, sesil dan simtomatik
merupakan sebab kekuatiran yang besar. Walaupun insidens denokarsinoma lambung telah
Kebanyakan polip epitel yang jinak benar-benar meningkat mantap di Amerika Serikat dalam beberapa
asimtomatik atau disertai dengan keluhan nonspesifik dasawarsa yang lalu, namun ia tetap salah satu ke-
dan sangat samar-samar: ketaknyamaan dalam epigas- ganasan visera paling mematikan. Sekitar 23.000
trium, sensasi kembung, mual dan jarang muntah. kasus ban didiagnosis tiap tahun. Delapan puluh
Tetapi kadang-radang polip bisa berdarah, yang menye- persen pasien dengan tumor ini akan menjalani operasi,
babkan hematemesis atau melena. Jika keadaan tepat, tetapi hanya 40 persen tumor ini dapat direseksi
ia bisa juga menyumbat saluran keluar lambung dengan untuk kesembuhan dan dari ini kurang dari sepertiga
mekanisme jenis katup bola. Biasanya diagnosis di pasien demikian akan hidup 5 tahun kemudian. Fakta
tegakkan dengan pemeriksaan rontgenografi atau tak memuaskan ini dianggap suatu akibat stadium
dengan endoskopi. Dalam kasus manapun, gastroskopi penyakit yang lanjut pada kebanyakan pasien pada
harus digunakan bagi pasien dengan kecurigaan polip waktu diagnosis. Pengalaman orang Jepang berbeda
untuk secara langsung memvisualisasi polip, mem- jelas deirgan statistik suram ini. Ia telah memulai usaha
buangnya, jika mungkin dan melakukan biopsi mukosa penyaringan masif untuk mendeteksi penyakit ini da-
berdekatan untuk menentukan apakah ada karsinoma lam stadium dini karena adenokarsinorna lambung me-
lambung bersamaan atau tidak. Seperti dengan polip rupakan,keganasan terlaztrn di negara itu. Dalam ta-
colon, pembuangan lengkap polip untuk pemeriksaan r'gannya sepenuhnya 70 persen dari semua kanker lam-
histologi yang cermat dapat memuaskan. Bila hal ini bung bersifat "dini" (tumor terbatas pada mukosa dan
tak layak dilakukan, maka harus dilakukan terapi submukosa dengan atau tanpa metastasis kelenjar lim-
bedah. Pemilihan operasi tergantung atas sifat, jumlah fe) dan reseksi bedah diikuti oleh angka kesembuhan 5
dan lokasi polip.'Polip besar, soliter, sesil dapat di- tahun 80 sampai 90 persen.
buang dengan reseksi lokal terbatas. Beberapa polip Patogenesis adenokasinoma lambung tetap kabur.
yang melibatkan lambung distal terbaik diterapi Tetapi beberapa faktor telah dilibatkan dalam per-
dengan antrektomi. Jika melibatkan keseluruhan lam- kembangannya yarLg mencakup (1) gastritis atrofikans
bung, maka gastrektomi distal digabung dengan poli- dengan keasaman (pasien anemia pernisiosa mempu-
pektomi polip besar di dalam lambung proksimal, nyai risiko timbulnya keganasan lambung yang me-
merupakan tindakan terpilih. Jarang diperlukan gastrek- ningkat hebat), (2) ulkus ventrikuli kronika (7 persen
tomi total. jelas ulkus ventrikuli jinak yang benar-benar mengan-
dung adenokarsinoma). (3) polip epitel (telah diurai-
TUMOR MESENKIM kan sebelumnya) dan ( ) diet (lebih tinggi insidens
I^ambung dapat mengandung berbagai tumor me- keganasan terlihat dalam negara yang banyak memakan
senkima jinak yang mencakup leiomioma, fibroma, ikan diasap dan makanan berempah-rempah merupa-
s36 BUKU AJAR BEDAH BAGIAN 1

kan hal populer, mis. Jepang dan Finlandia). Hereditas drainase limfe primernya. Di dalam lambung ia terletak
bisa juga memainkan peranan. di atas pylorus dalam daerah porta hepatis, di bawah
Secara patologi tiga varian adenokarsinoma lam- pylorus dalam daerah caput pancreatis, mengelilingi
bung telah ditemukan. Terlazim jenis polipoid dan pangkal arteris gastrica sinistra dan di dalam hilum
eksofitik, yang biasanya terlihat dalam lambung splenicum. Tindakan yang tepat tergantung atas lokasi
distal, tetapi kadang-kadang juga dalam daerah sam- dan luas tumor. Pada umumnya adenokarsinoma
bungan gastroesophagus. Adenokarsinoma lambung lambung distal terbaik diterapi dengan gastrektomi
bisa juga ada sebagai lesi ulseratif yang kadang-kadang distal yang luas bersama omentektomi. Tepi adekuat
dapat sulit dibedakan dari ulkus lambung jinak. Jenis mencakup 5 cm lambung proksimal bebas penyakit
patologi paling kurang laam,tetapi paling virulen dan I sampai 2 cm duodenum bebas penyakit. Arteria
meliputi ienis serosa atau menginfil/rasi. Sering tumor gastrica sinistra harus diligasi pada pangkalnya. Rekon-
ini melibatkan keseluruhan lambung, yang memberi- struksi terbaik dicapai sebagai gastrojejunostomi
kannya penampilan "botol kulit" karena sifat tak karena kekambuhan garis jahitan simtomatik lebih
tentunya. Keadaan ini dikenal sebagai linitis plastika sedikit dengan tindakan ini dibandingkan dengan suatu
dan sebenarnya tak dapat disembuhkan dengan pem- gastroduodenunostomi. Beberapa ahli telah menganjur-
bedahan. kan suatu pendekatan lebih radikal untuk mencakup
Gejala dini adenokarsinoma lambung samar- gastrektomi total, pankreatektomi distal, splenektomi
samar dan tak spesifik. Ia. mencakup penurunan berat dan omentektomi minor (yang disebut juga gastrek-
badan tak dapat dijelaskan, anoreksia, cepat kenyang tomi radikal) dalam usaha memperbaiki yang bertahan
dan kadang-kadang ketak-nyamaan epigastrium yang hidup keseluruhan. Sayangnya morbiditas operasi satu-
ringan. Disfagia bisa juga suatu gejala dinijika keganas- satunya parameter yang meningkat dengan mengguna-
an melibatkan daerah sambungan gastroesophagus. kan pendekatan ini.
Karena penyakit ini berlanjut, niaka nyeri menjadi Adenokarsinoma yang muncul di dalam corpus
gejala yang lebih menonjol, bisa timbul muntah, gastrium terbaik diterapi dengan ekstirpasi total
terutama jika kanker mengenai saluran keluar lambung organ ini. Limpa harus dicakup bersama bahan contoh
dan pasien bisa mengalami melena. Hematemesis karena tinggi probabilitas metastasis kelenjar limfe
masif jelas tak biasa. Jarang gejala yang ditampilkan di dalam hilum splenicum dengan tumor yang muncul
bisa berhubungan dengan penyakit metastasis ketim- dalam lokasi ini. Rekonstruksi biasanya dicapai dengan
bang dengan karsinoma lambung primer: distensi menggunakan esofagojejunostomi'Roux _en_y'. Ad-
abdomen sebagai akibat asites maligna, hepatomegali, nokarsinoma cardia dan fundus menampilkan tan-
ikterus, obstruksi usus halus mekanik akibat implantasi tangan teknik yang besar karena kecenderungannya
peritoneum dan kesulitan dalam defekasi karena menyebar submukosa ke dalam esophagus. pada
penyakit metastatik di dalam cavum Douglas, yang umumnya memuaskan gastrektomi proksimal dengan
disebut'Blumer's shelf' esofagektomi distal untuk mencakup paling kurang
Diagnosis sementara adenokarsinoma lambung 3 cm batas esophagus bebas penyakit. Rekonstruksi
dapat dibuat pada lebih lebih dari 90 persen kasus dicapai dengan esofagoantrostomi, tempat piloroplasti
pada pemeriksaan rontgenografi gastrointestinalis atas. ditambahkan karena tingginya kemungkinan bahwa
Diagnosis akan dikonfirmasi dengan endoskopi, yang pengupasan itu akan menimbulkan lambung distal
menggunakan evaluasi biopsi dan sitologi. Tomografi didenervasi secara vagal. Terapi tepat seorang pasien
dikomputerisasi (CT) bisa bermanfaat dalam me- linitis plastika yang melibatkan keseluruhan lambung
nentukan stadium penyakit ini prabedah. penemuan bersifat kontrovesial. Beberapa ahli merasa bahwa
metastasis hati atau peritoneum, keterlibatan kelenjar tepat gastrektomi total. Tetapi adenokarsinoma lam-
limfe axis coeliacus dengan tumor, timbunan luas di bung dari luas ini tak dapat disembuhkan bagi semua
dalam organ berdekatan seperti hati, colon dan pan- maksud dan dan tujuan, sehingga paling-paling tin-
creas, asites maligna dan penyakit metastatik ekstra- dakan bedah besar ini dapat dipertimbangkan hanya
abdomen, semuanya menunjukkan penyakit ini di bersifat paliatif. Karena alasan ini, banyak ahli'bedah
luar kendali bedah. Namun bahkan jika tak dapat menganggap linitis plastika yang melibatkan keseluruh_
disembuhkan, kebanyakan pasien akan mendapat. an lambung sebagai suatu lesi yang tak dapat dioperasi.
manfaat dari intervensi bedah dengan paliasi dalam Prognosis adenokarsinoma lambung terutama
bentuk pengecilan ('debulking,), reseksi atau pintas berhubungan dengan kedalaman penetrasi dinding
jika layak secara teknik. lambung dan dengan ada atau tak adanya metastasis
Pembedahan satu.satunya modalitas terapi dengan kelenjar limfe. Tumor yang terbatas pada mukosa
kemungkinan menyembuhkan penyakit. pembedahan dan submukosa tanpa metastasis keienjar limfe disertai
bertujuan membuang tumor primer bersama tempat dengan hasil yang memuaskan: kelangsungan hidup 5
LAMBUNG DANDEODENUM 537

tahun 90 persen. Sayangnya di .Amerika Serikat, Surgery of the Stomach and Duodenum. Boston, Little, Brown
i969. p. 25.
& Co..
ia membentuk hanya 17 persen dari semua kanker
lambung yang dapat direseksi. Bahkan dengan metasta- Fisiologi Bedah Lambung dm Duodenum
sis kelenjar limfe, pasien kanker dini sangat baik: Polk, H. C., Jr., Stone, H. H., and Gardner, B.: Basic Surgery,2nd ed.
kelangsungan hidup 5 tahun 85 persen. Karena tumor Nomalk, Conn., Appleton-Century-Crofts. 19g3, pp. MS-rcq.
menginvasi tunica muscularis dan bermetastasis
ke kelenjar limfe, maka prognosis menjadi memburuk
progresif, sehingga kelangsungan hidup 5 tahun kese- Peny akit Ulku s Pep tikfim
luruhan pasien yang menjalani reseksi "kuratifi' 30 Achord, J. L.: Gastric pepsin and acid secretion in patients with acute and
healed duodenal ulcer. Gastroenterology, 81:15, 1981.
persen atau kurang. Penggunaan radiasi atau kemo-
Boey, J., Lee, N. M., Koo, J., et al.: lmmediate definitive surgery for
terapi tambahan telah dinasehatkan dalam harapan perforated duodenal ulcer. Ann. Surg., /96:338, 1982.
bahwa catatan jalan yang suram ini dapat diperbaiki. Christiansen. J., et al.: Prospective controlled vagotomy trial for duodenal
ulcer: Primary results, sequelae, acid secretion, and recurrent rates two
Sayangnya data belakangan ini menunjukkan bahwa to five years after operation. Ann. Surg.. 193:49,1981.
modalitas ini tak memberikan manfaat besar dalam Dalton, M. D., Eisenstein, A. M., Walsh, J. H., and Fordtran, J. S.: Effect
of secretion on gastric functions in normal subjects and in patients with
,bentuk kelangsungan hidup yang lama. ' duodenal ulcer. Gastroenterology , 7l:24, 1976.
Drury, J. K., McKay, A. S., Hutchinson, J. S. F., et al.: Natural history of
perforated duodenal ulcers treated by suture closure. Lancet, 2:749,
Limfoma Lambung 1978.
Dwight. R. N., et al.: Controlled study of the surgical treatment of duodenal
Limfoma lambung bisa timbul sebagai suatu masalah ulcer. Am. J. Surg., 129:374, 19'75.
terisolasi atau sebagai manifestasi penyakit sistemik. Earlham, R.: A computerized questionnaire analysis of duodenal ulcer
symptoms. Gastroenterology, 71 :314, 1976.
Yang terakhir lebih lazim daripada yang pertama. Elashoff, J. D., and Grossman. M. I.: Trends in hospital admissions and
Bahkan jika limfoma jelas terisolasi, sampai pada death rates for peptic ulcer in the Uniled States from 1970 to 1978.
Gastroenterology 78:280, i980.
sepertiga pasien, manifestasi sistemik akhirnya akan Greenall, M. J., Gough, M. H., and Kettlewell, M. G. W.: Duodenal
berkembang. Kebanyakan jenis sel histiositik atau ulceration: Is endoscopic biopsy necessary? Br. Med. J., 282:1061 , 1981.
Griffith. W. J.. Neumann, D. A., and Welsh. J. D.: The visible vessel as
limfositik; varian Hodgkin jelas jarang. Presentasi an indication of uncontrolled or recurrent gastrointestinal hemorrhage.
simtomatik limfoma lambung serupa dengan adeno- N. Engl. J. Med., 300:141.7, 1979.
Hollinshead, J. W., Smith, R. C., and Gillett. D. J.: Parietal cell vagotomy:
karsinoma lambung, tetapi terlihat insidens perforasi Experience with 114 patients with pylorrc or duodenal ulcer. World J.
bebas sedikit lebih tinggi. Kemunculan demikian Surg., 6:596, 1982.
Hughes, W. S., Synder, N., and Hernandez, A.: Antral gastrin concentration
secara tak langsung berarti prognosis sangat buruk. Tak in upper gastrointestinal disease. Am. J . Dis., 22:20I, 1977 .
ada penampilan rontgenografi khas bersifat patogno- Hughes, W., Van Deventer, G., Shabot, M.. and Becker, S.: Anrral gastrin
concentration in gastric ulcer disease. Dig. Dis. Sci.,25:568, 1980.
monik penyakit ini. Umfoma bisa tampil sebagai massa Johnston, D., and Wilkerson, A. R.: Highly selective vagotomy without a
lambung, sebagrii lipatan lambung yang besar atau seba- drainage procedure in the treatment of duodenal ulcer. Br. J. Surg.,
57:289.1970.
gai beberapa ulserasi. Biopsi endoskopik bisa juga Jordan, P. H.. Jr.: A follow-up report of a prospective evaluation of
gagal memberikan diagnosis definitif, karena sering vagotomy-pyloroplasty and vagotomy-antrectomy for treatment of duo-
denal ulcer. Ann. Surg., 180:259,1914.
mukosa tak terlibat. Sehingga sifat sejati proses patolo- Kirkpatrick, P. M., Jr., and Hirschowitz, B. I.: Duodenal ulcer with
gi bisa menjadi jelas hanya bila bahan contoh diperiksa unexplained marked basal gastric acid hypersecretion. Gastroenterol-
ogy, 79:4, 1980.
pascabedah. Bila mungkin, pembedaan antara limfo- Malagelada, J. R., et al.: Gastric secretion and emptying after ordinary
ma primer dan sekunder harus dibuat prabedah. meals in duodenal ulcer. Gastroenterology, 73:989, 19'17 .
McGuigan, J. E., and Trudeau, W. L. : Differences in rates of gastrin release
Penyakit diseminata mengharuskan kemoterapi dan in normal persons and patients with duodenal ulcer disease. N. Engl.
terapi radiasi, sedangkan penyakit primer dapat disem- J. Med., 288:64.1973.
Mulholland, M. , et al.: Surgical treatment of duodenal ulcer: A prospective
buhkan dengan pembedahan. Ahli bedah harus me-
. randomized study. Arch. Surg., 1,17:393, 1982.
lakukan setiap usaha untuk mengekstirpasi penyakit Nielson, H. O.. Munoz, J. D., Kronborg, O., et al.:The antrum in duodenal
ini secara lengkap karena prognosis limfoma lam-
ulcer patients. Scand. J. Gastroenterol., /6:491, 1981.
Nielson, H. O., Madsen, P. E. R., and Christiansen, L. A.: The parietal
bung primer jauh lebih baik daripada adenokarsi- cells in duodenal ulcer palients. Scand. J. Gastroenterol., 15:793, 1980.
Peterson, W. L., Barnett, C. C., Smith. H. J., et al.: Routine early
noma lambung (kelangsungan hidup 5 tahun 40 sampai endoscopy in upper gastrointestinal tract bleeding: A randomized con-
50 persen). Pada pasien yang tumornya ditemukan trolled trial. N. Engl. J. Med., 304:925,1981.
pada tepi reseksi atau yang memperlihatkan keter- Rottcr, J. I., Sones, J. Q., Samloff, L M.. et al.: Duodenal ulcer disease
associated with elevated serum pepsinogen I. N. Engl. J. Med., J00:63,
libatan keseluruhan tebal dinding lambung disertai t979.
dengan kelenjar limfe regional positif, maka terapi Rotter J.I., Peterson, G., Samloff, I. M., et al.: Genetic heterogenicity of
hyperpepsinogenemic I
and normopepsinogenemic I
duodenal ulcer
radiasi pascabedah tampak mempunyai manfaat sejati. disease. Ann. Intern. Med., 9I:372,19'19.
Smith, M. P.: Decline in duodenal ulcer surgery. J. A. M. A.,237:987,
1971.
Storey. D. W., Boron, S. G., Swain, C. P., et al.: Endoscopic prediction
KEPASTAKAAN TERPILIH of recurrent bleeding in peptic ulcers. N. Engl. J, Med., -105:915, 1981.
Anatomi Bedah Lambung dan Duodenum Taylor, I. L., Colam, J., Rotter, J. I., et al.: Family studies of hypergastri-
nemic hyperpepsinogenemic I duodenal ulcer. Ann. Intern, Med.,
Griffith, C. A.: Anatomy, 1n Harkins, H. N., and Nyhus, L. M. (Eds.): 95:421. 1981.
538 BUKU AJAR BEDAH BAGIAN 1

Ullau Lamhung Jinak Simonian, S. J., and Cdrtis, L. E.: Treatment of hemorrhagic gastritis by
antacid. Ann. Strg.. I 84:429, 1976.
Barr, G. D., et al.: A two-year prospective controlled study of maintenance Stother. J. S., Jr., Simonowitz, D. A., Dellinger, E. P., et al.: Randomized
cimetidine and gastric ulcer. Gastroenterology, 85:100, 1983 prospective evaluation of cimetidine and antacid control of pH in the
Davis, !., Verheyden, C. N., van Heerden, J. A., €t al.: The surgically critically ill. Ann. Surg., 192:169, 1980.
treated chronic gastric ulcer: An extended follow-up Ann. Surg. Stremple, J. F., Molot, M. D., McNamara, J. J., et al.: Post-traumatic
185:205, 1977 . gastric bleeding: Prospective gastric secretion composition. Arch. Surg.,
Duthie, H. L., and Kwong, N. K.: Vagotomy or gastrectomy tbr gastric 105:177. 1972.
ulcer. Br. Med. J., 4:79,1973. Sugawa, C., Werner, M. H., Hayes, D. F.. et al.: Early endoscopy: A
Duthie, H. L., Moore', T. H., Bardsley, D., and Clark, R. G.: Surgical guide to therapy for acute hemorrhage in the upper gastrointestinal
treatment of gastric ulcers: Controlled comparison of Billroth I gastrec- tract. Arch. Surg.,.:107:133. 1973.
tomy and vagotomy and Pyloroplasty. Br. J. Surg., 57:784, I97O Williams, J. F., Morrow, A. G., and Braunwald. E.: The incidence and
Flint, F. J., and Grech, P.: Pyloric regurgitation and gastric ulcer. Gut, management of "medical" complications following cardiac operations.
I1:735,1970. Circulation, 32:608, 1965.
Johnson, H. D.: Gastric ulcer: Classification, blood group characteristics, Zinner. M. J., Zuidema, G. D., Srniih. P. L., et al.: The prevention of
secretion pattern and pathogenesis Arch' Surg., 162:996,1965. upper gastrointestinal tract bleeding in patients in an inrensive care
Johnson, J. A., and Giercksky, E. K.: Gastric ulcer treated with ulcerec- unit. Surg. Gynecol. Obstet., 15-l:214, 1981.
tomy, vagotomy and drainage. World J. Surg., 4:463, 1980.
Jordan, P. H., Jr.: Treatment of gastric ulcer by parietal cell vagotomy and S indr o ma Z ollinge r - F,llison
excision of the ulcer. Arch. Surg. 116:1320' 1981'
Kobayaski, S., Kasugai, J., and Yamazaki, H : Endoscopic differentiation Bonfils, S.. Mignon, M., and Grotton. J.: Cimetidine treatment of acut€
of early gastric cincer from benign peptic ulcer. Gastrointest. Endosc ' and chronic Zollinger-Ellison syndrome. World J. Surg..3:597. 1979.
25:55. 1979. Bonfils, S., Landor, J. H., and Mignon, M.: Results of surgical management
Kraus, M., Mendeloff, G., and Condon, R E.: Prognosis of gastric ulcer: in 92 consecutive patients with Zollnger-Ellison syndrome. Ann. Surg.,
Twenty-five year follow-ups, Ann Surg., 184:471.1976 194:692.1.981.
Oi, M., Cishida, f., anO Sugimura, S.: The location of gastric ulcer' Deveney, C. W., Deveney, K. S., and Way, L. W.: The Zollinger-Ellison
Gastroenterology, 36:45, 1959 syndrome-23 years later. Ann Surg., 188:384, 1978.
Oi, M., Ito, K., Kmagai, F., et al.:A possible dual control mechanism in Fang, M., Ginsberg, A. L., Glassman, L., et al.: Zollinger-Ellison syndrome
the origin of peptic ulcer: A study on ulcer location as affected by with diarrhea as the predominant chemical feature. Gastroenterology,
mucosa and musculature. Gastroenterology, 57 :280, 1969. z6:378.1979.
Scheurer, U., Witzel, L., Halter, F., et al.: Gastric and duodenal
ulcer Gregory, R. A.. Tracy, H. J., French. J. M.. and Sircus, W.:Extraction of
healing placebo treatment. Gastroenterology ' 72:838,7977 ' a gastrin-like substance from a pancreatic tumor in a case of Zollinger-
Tedesco, F.'S., Best, W. R., Littman, A.' et al.: Rate of gastroscopy in Ellispn syndrome. Lancet, 1: 1045, 1960.
gastric ulcer patients. Gastroenterology ' 73:1'70' 1977 I5enberg, J. I., Welsh, J. H., and Grossman, M. l.: Zollinger-Ellison
syndrome. Gastroenterology , 65:140, 19'13.
Erosi Stres dan Gastritis Hemoragika Akuts Majewski, J. T., and Wilson, S. D.: The MEA-I syndrome: An all or none
phenomenon? Surgery, 86:475, 1979.
Bowen, J. C., Fleming, W. H., and Thompson, J. C: Increased gastrin McCarthy, D. M.: The place for surgcry in the Zollinger-Ellison syndrome.
release following penetrating central nervous system injury. Surgery, N. Engl. J. Med., 302:1344, 1980.
75:720,1974, McCarthy, D. M.: Report on the United States cxperiencc with cimetidine
Cushing, H.: Peptic ulccrs and the interbrain. Surg. Gynecol Obstet , in Zollinger-Ellison syndromc and other hypersecretory states. Gastro-
55:134.1932. enterology, 71:453, 1978.
Czaja, A. J., McAlhany, J. C., and Pruitt, B. A.: Acute gastroduodenal Polk. H. C., Jr., Stone. H. H., and Gardner, B.: Basic Surgery,2nd ed.
disease after thermalinjury. N. Engl. J. Med., 291:925,I971. Norwalk, Conn., Appleton-Century-Crofts, 1983, pp. 149-164.
Delaney. J. P., and Michel, H. M.: Hemorrhagic gastritis following opera- Reagan, P. T., and Malagelada, J. R.: A reappraisal of clinical, roentgen-
tion. In Najarian, J. S., and Dclaney, J. P. (Eds.): Critical Surgical ographic and endoscopic features of the Zollinger-Ellison syndrome.
Care . Miami. Florida Symposia Specialists. 1977. Mayo Clin. Proc.,5J:19, 1978.
Dunn. D. H., Fischer, R. G., Silvis, S. E.. et al: The treatment of Zollinger, R. M., and Ellison, E. H.: Primary peptic ulcerarions of the
hemorrhagic gastritis with cimetidine. Surg. Gynecol. Obsrcl.' 147:737, jejunum associated with islet cell tumors of the pancreas. Ann. Surg.,
1978. 142:71t9. 1955.
Hubert, H. P., Jr., Kiernan, P. V..
Welsh, J. S., et al.: The surgical
management of bleeding stress ulccrs. Ann. Surg , I9l:672' 1980.
Kwilaalaso, E., Fromm, D., and Silen, W.: Relationship between ulceration
and intramural pH of gastric mucosa during hemorrhagic shock. Sur-
gery, 81:70. 1.978. Komplikasi Bedah Lambung
Lucas, C. 8., Sugawa, C., and Riddlc, J.. et al.: Natural history and surgical
dilemma of "strcss" gastric blccding. Arch. Surg., 102:266,1971. Aindrup,8., and Jensen, H. E.: One hundred patients five years after
Lucas, C. E.: Prevention and treatment of acute gastric erosion and stress- selcctive gastric vagotomy and drainagc for duodenal ulcer. Surgery.
ulceration. /n Fiddian-Grcen, R. C., and Turcotte, J. G (Eds ): 74:321 . lel3.
Gastrointestinal Hemorrhagc. New York, Grunc & Stratton, 1980 Ayulo. J. A.: Cholestyramine in postvagotomy syndrome. Am. J. Gastroen-
Lucas, C. E.: Stress ulceration: The clinical problem. World J Surg.' 5:139' rer<'tl., 57:207 , 1972.
1981. Becker, J. M.: Complication of gastric surgery. Br. J. Surg. (in press).
MacDonald. A. S., Steele. P. J., and Bottomley, M. G.:Treatment of strcss Bloom, S. R., Rorpton, C. M. S., and Thomson, J. P. S.: Enteroglucagon
induced upper gastrointestinal hemorrhage with metiamide Lancet' release in the dumprng syndrome. Lancet,2:189, 1972.
l:6R. 19'16. Bushkin, F. L., and Woodward, E. R.: Postgastrectomy Syndromes. Phila-
McElwee, H. P., Sirinek, K. R., and Lcvine, B. A:Cimetidinc affords delphia, W. B. Saunders Company, 1976, pp 34-48.
protection equal to antacids in prevention of stress ulceration following Creaghe, S. B., Saik, R. P., Pearl, J., and Pcskin, G. W.: Noninvasive
thermal injury. Surgcry. 86:620, 1979. vascular assessmcnt of dumping syndrome. J. Surg. Res., 22:328. 1977.
Mengioy, R., Gadacz. T., and Zajtchuk, R.: The surgical managcment of Domcllof, L., and Jananger, K. G.: The risk for gastric carcinoma after
acute gastric mucosal blceding. Arch. Surg.. 77:I98. 1969. partial gastrectomy. Am. J. Surg.,134:581, 1977.
Richardson, J. D., and Aust, J. B.: Gastric devascularization: A useful Ehcrlein, T. J., Lorenzo, F. V., and Webster. M. V.: Gastric carcinoma
salvage procedure for massive hemorrhage gastritis Ann. Surg . following operation for peptic ulcer disease. Ann. Surg,, 187:25I,1978.
185:649. 1977 . Fink, W. J., Heicke, S. T., Gray, T. W., Thompson, B. W., and Read, R.
Ritchie, W, P., Jr.: Role of bile acid reflux in acute hemorrhagic gastritis C.: Treatment of postoperative reactive hypoglycemia by a reversed
World J. Surg., 5:189, 1981. .
intestinal segment. Am. J. Surg., l3l:19, 1916.
Ritchie, W. P., Jr., McRea, D. B.. Jr., and Felger. T. S: AV acid-base Fromm, D. G.: Complications of Gastric Surgery. New York, John Wilcy
balance during acute gastric mucosal ulcerogencsis. Am. J. Surg.' & Sons, Inc., 1977,pp7-34,35-49.
139:22.1980. Hcrrington, J. L.. Edwards. W. ll., Carter, J. Il., and Sawyers, J. L.:
Silen, W.. Murhaw, A.. and Simson. J. N. L.: Thc pathophysiology of stress Trcatment of scvcrc postgastrectomy diarrhea by rcvcrscd jejunal
ulcer discase. World J. Surg.,5:165. 1981. segment. Ann. Surg., 168:522. 1968.
LAMBUNG DAN DEODENUM 539

Hocking, M. P., Vogel, S. B., Falasca, C. A., and Woodward, E. R.: Curci, J. J., and Horman, M. J.: Boerhaave's syndrome: The importance
Delayed gastric emptying of liquids and solids following Roux-en-Y of early dialnosis and treatment. Ann. Surg., 183:401,1976.
biliary diversion. Ann. Surg., 194: 494,1987. Deluca, R. F., Tedesco, F. J., Ballan, K.. et al.: Esophageal perforation:
Jenkins, D. J. A., Gassull, M. A., Leeds, A. R., et al.: Effect of dietary An unusual presentation with a benign clinical course. Am. J. Gastroen-
fiber on complications of gastric surgery: Prevention of postprandial tercI., 67i 362, 1977 .
hypoglycemia by pectin. Gastroenterology , 72:215. 1977. Ivey, T. D., Simonowitz, D. A., Dillard, D. H., Miller, D. W.. Jr.:
Orlando, R., IIL and Welsh, J. R.: Carcinoma of the stomach after gastric Boerhaave syndrome: Successful conservative management in three
operation. Am. J. Surg., 114:487,1981.. patients with late presentation. Am. J. Surg., ]41: 53I,7981.
Papachristou, A. N., Agnanti, N., and Fortner, J. G.: Gastric carcinoma Landay, M. J., and Berk, R. N.: The radiology.corner: Boerhaave's
after treatment of ulcer. Am. J. Surg., 139:193,1960. syndrome. Am. J. Gastroenterol., 69: 212, 1978.
Reichle, F. A., Brigman, M. P., Reichle, R. M., and Rosemond, G. P.: Larrieu, A. J., and Kieffer, R.: Boerhaave syndrome: Report of a case
The effect of gastrectomy on serotonin metabolism in the human portal treated non-operatively. Ann. Surg., ,/81: 452, I975.
vein. Ann. Sw5, 172'.585, 1970. Patton, A. S., Lawson, D. W., Shannon, J. M., Risley, T. S., and Bixby,
Ritchie, W. P., and Perez, A. R.: Post-gastrectomy syndromes. 1n Moody, F. E.: R.eevaluation of the Boerhaave syndrome: A review of fourteen
F. C., and Cary, L. C. (Eds.): Surgical Treatment of Digestive Diseasb. cases. Am. J. Surg., 137:560,1979.
Chicago, Year Book Medical Publishers, 1986. Symbas, P. N., Hatcher, C. P., Jr., and Harloftis, N.:Sportaneous rupture
Ritchie, W. P,, Jr.: Alkaline reflux gaStritis: A diagnosis in search of a of the esophagus. Ann. Surg., 187:634, t9i8.
disease. J. Clin. Surg., 1:414,1982.
Ritchie, W. P., Jr.: Alkaline reflux gastritis: An objective assessment of its
diagnosis and treatment. Ann. Surg., 192:288,1980.
Penyakit Menetrier
Roberts, K. 8., Randall, H. T., Farr, H. W., Kidwell, A. P., McNeer, G. Fieber, S. S., and Rickert, R. R.: Hyperplastic gastropathy: Analysis of 50
P., and Pack, G. T.: Cardiovascular and blood volume alterations . selected cases from 1955-1980. Am. J. Gastroe.lterol., T6:321,7981,.
resulting from intrajejunal administration of hypertonic solutions to Kelly, D. G., Malagelada, J. R., Huizenga, K. A., and Markowitz, H.:
gastrectomized patient: The relationship of these changes to the dump- G-iant hypertrophic gastropathy (Menetrier's disease): pharmacologic
ing syndrome. Ann. Surg., 140:631,1954. effects on protein leakage and mucosal ultrastructure. Gastroenterol-
Sabiston, D. C., Jr.: Textbook of Surgery: The Biological Basis of Modern ogy,83: 581, 1982.
Surgical .Practice. 11th ed. Philadelphia, W. B. Saunders Company, Menetrier, P.: Des polyadenomes gastriques et de leurs rapports avec le
t977, p. 920. cancer de I'estomac. Arch. Physiol. Norm. Pathol., I:32-55,23G262,
Sawyers, J_. L., and Herrington, J. L., Jr.: Superiority of antiperistaltic 1888.
jejunal segments in management of severe dumping syndrome. Ann. Myerson, R. M.: Cimetidine in hypertrophic protein-losing gastropathy
- Surg., 178:31I,1973. (Menetrier's disease). Gastroenterology, 84:201, 1983.
Silver, D., McGregor, F. H., Jr., Porter, J. M., and Anylan. W. G.: The Searcy, R. M., and Malagelada, J. R.: Menetrier's disease and idiopathic
mechanism of the dumping syndrome. Surg. Clin. North Am., 46:425, hypertrophic gastropathy. Ann. Intern. Med., i00:565, !984.
1966.
Tolin, R. D., Malmud, L. S., Stelzer, F., et al.: Enterogastric reflux in
normal subjects and patients with Billroth II gastroenterostomy. Gas_
troenterology, 77:1027 , 19'19.
Dilatasi Lambung Akuto
Wang, P. Y., Talamo, R. C., Babiori, B. M., Raymond, G. G., and
R. W.: Kullikrein-kinin system in postgastrectomy dumping Schwartz, S. I., Shires, G. T.,Spencer,_F. C,, and Storer, E. H.: principles
' Colman,
syndrome. Ann. Intern. Med., 80:577 , 1974. of Surgery, 4th ed. New yolk, McGraw-Hill Book io., 1984, p. 1i36.

Divertikulum Duodenum
Robelwn Mallory-Weiss
Griffen, M., Carey, W. D., Hermann, R., and Buonocore, E.: Recurrent
Baum, S., and Nusbaum, M.: The control of gastrointestinal hemorrhage acute pancreatitis and intussusception complicating an intraluminal
by selective mesenteric infusion of vasopressin. Radiology, 98:497 ,1971. duodenal diverticulum. Gastroenterology, Sj :345, 19E1.
Bubrick, M. P., Lundeen, J. W., Onstad, G. R., and Hitchcock. C. R.: Eggerl,..{., Teichmann, W., and Wirtmani', n. FI.: the pathologic irnpli_
M4llory-Weiss syndrome: Analysis of fifty-nine cases, Surgery, 88:400, cation of duodenal diverticula. Surg. Gynecol. OAstet., tSl:ei,, i.Iig).
1980. Lotveit, T., Osnes, M., and Larsen, S.:-Reiurrent biliary calculi: Duodenal
Curran, D., et al.: Endoscopic application of noradrenaline for Mallory- dive'Jicula as a predisposing factor. Ann. Surg., 196: 30, 19g2.
Weiss bleeding. Lancet, 1:538, 1981. --
Manny, J., {gea, 1,t., and Eyal Z.: The conti"nuing clinical enigma of
Fisher, R. G., Schwartz, J. T., and Graham, D. Y.: Angiotherapy with duodenal diverticulum. Am, J. Surg., j42: 596, lg1l.
Mallory-Weiss tears. A. J. R., l-14:560, 1980. Ryan, M. E., Hamilton, J. W., and Morrisey, J. F.: Gastrointestinal
Hastings, P. R., Peters, K. W,, Cohn, 1., Jr.: Mallory-Weiss syndrome - hemorrhage from a duodenal diverticulum. Gastrointest. Endosc.,
Review of 69 cases. Am. J. Surg., 142:560,1981. 30:84,1984.
Mallory, E. K., and Weiss, S.: Hemorrhage from laceration of the cardiac Thomas,.E., and Reddy, K. R,: Cholangitis and pancreatitis due to juxta_
orifice of the stomach due ro vomiting. Am. J. Med. Sci., 128:506, papillary duodenal diverticulum: Endoscopii sphincterotomy is the
t929. other alternative in selected cases. Am. J. Gistroenterol. , 77303,7gg2.
Michel, L., Serrano, A., and Malt, R. A.: Mallory-Weiss syndrome: Wells, F.: Pancreatic abscess complicating a perforated duodenal diverticu_
Evolution of diagnostic and therapeutic patterns over two decades. lum. Br. J. Svg,,70:292,t983.
Ann. Su1g., 192: 716, 1980. Yasui, K., Tsukaguchi, L, et al.: Benign duodenocolic fistula due to
Rosch, J., Keller, F. S., Kozak, B., Niles, N., and Dotter, C. T.: Gelfoam duodenal diverticulum: Report of twoiases. Radiology, 130:67, 1979,
powder embolization of th€ left gastric artery in treatnlent of massive
small-vessel gastric bleeding. Radiology, I 52 : 365, 1984.
Sugawa, C., Benishek, D., and Walt, A. J.: Mallory-Weiss syndrome: A
Tumor Lambung Jinak
study of 224 patients. Am. J. Surg., 145:30,1982. Bone, G. E., and McClelland, R. N_.: Management of gastric polyps. Surg.
Weiss, S., and Mallory, G. K.: Lesions of the cardiac orilice of the stomach Gynecol. Obstet., 142:933, 19'16.
produced by vomiting. J. A. M. A., 98:1353, 1932. Delikoris, P- , and Golematis, B.: Smooth muscle neoplasms of the stomach.
South. Med. J. 76:440, 1983.
Sindroma Boerhtave Kamiya, T. , Morishita, T., et al. : Histoclinical long-standing follow-up study
of lryperglycemic polyps of the stomach. Am.J. Gastrolnterol.,TS:ni,
Abbott, O. A., Mansour, K. A., Logan, W. D., Jr., et al.: Atraumatic so- 1981.
called "spontaneous" rupture of the oesophagus; A review bf 47 King,R. M., van Heerden, J. A., and Weiland, L. H.: The management
personal cases with comments on a method of surgical therapy. J. of gastric polyps. Surg. Gynecol. Obstet., 1jj:946, 19g2.
Thorac. Cardiovasc. Surg., 59:67, 1970. Lanza, F. L., Graham, D. Y., et al.: Endoscopic upper gastrointestinal
Callaghan, J.: The Boerhaave syndrome (spontaneous rupture of the oeso- polypectomy:- Report of 73 polypectomies- in 63 pat'ients. Am. J.
phagus). Br. J. Surg., 59:41,7972. Gastroenterol., 75 : 345, 798'1..
Campbell, C. T., Andrews, J. L., and Neptune, W. B.: Spontaneous rupture Sabiston, D. C., Jr.: Davis-ChristopherTextbook of Surgery: The Biological
of the esophagus (Boerhaave syndrome): Necessity of early diagnosis Basis.of Modern Surgical practice, 12th ed. fhitaaetptria, Wi l.
dnd treatment. J. A. M. A.,325:526,1976. Saunders Company, 1987, p. 947.
540 BUKU AJAR BEDAH BAGIAN 1

Schwartz, S.I., Shires, G. T., Spencer, F. C., and Storer, E. H.: Principles Gastrointestinal tumor study group: Coqtrolled trial of adjuvant chemother-
of Surgery, 4th ed. New York, McGraw-Hill Book Company, 1984, apy following curative resection for gastric cancer. Cancer, 49:1116,
Chapter 26. 1982.
Stockbrugger, W., Mennon, G. G., Bielby, J. O. W., et al.: Gastroscopic Kalish, R. J., Clancy, P.8., Orringer, M. B., and Appelman, H. D.:
screening in 80 patients with pernicious anemia. Gut, 24:7147,1983. Clinical, endemologic, and morphologic comparison between adenocar-
cinoma arising in Barrett's esophageal mucosa and in the gastric cardia.
Gastroenterology, 486:461, 1984.
Lavin, P. T., Bruckner, H. N., et al.: Studies in prognostic factors relating
to chemotherapy for advanced gastric cancer. Cancer, 50:201,6,7982.
Tumor Lambung Ganas Moss, A. A., et al: Gastric adenocarcinoma: A comparison of the accuracy
Antonioli, D. A., and Goldman, H: Changes in the location and type of and economics of staging by computed tomography and surgery. Gas-
gastric adenocarcinoma. Cancer, 50t 77 5, 7982. troenterology. 80:45, 1981.
Bizer, L. S.: Adenocarcinoma of the stomach: Current results of treatment. Orlando, R.,III, Pestuszak, W., Preissler, P. L., and Walsh, J. P.: Gastric
Cancer,5l: 743,1983. lymphoma: A clinicopathologic reappraisal. Am. J. Surg., 143: 450,
Brooks, J. J., and Enterline, H. T.: Primary gastric lymphomas: A clinico- t982.
pathologic study of 58 cases with long-term follow-up and literature Papachristou, D. N., and Shiu, M. H.: Management by en bloc multiple
review. Cancer, 51:701, 1983. organ resection of carcinoma of the stomach invading adjacent organs.
Carter, K. J., Schaffer, H. A., and Ritchie, W. P., Jr': Early gastric cancer. Surg. Gynecol. Obstet., 152:483, 1981.
Ann. Surg., 199:604, 7984. Shimm, D. S., and Dosoretz, D. E.: Primary gastric lymphoma: An analysis
Contreary, K., Nance, F. C., and Becker, W. F.: Primary lymphoma of the with emphasis on prognostic factors and radiation therapy. Cancer,52:
gastrointestinal tract. Ann. Surg. 191: 593, 1980' 2044, t983.
Flem-ing, L D., Mitchell, S., and Dilawari, R. A.: The role of surgery in Shiu, M. H., Karas, M., et al.: Management of primary gastric lymphoma.
the management of gastric lymphoma. Cancet, 49: 1135, t982. Ann. Surg., 195: 196, L982.
Fox, E. R., Laufer, I., dnd Levine, M. S.: Response of gastric lymphoma Weed, T. 8., Neussle, W., and Ochsner, A.: A carcinoma of the stomach,
to chemotherapy: Radiographic appearance. A J. R., 142:71"1984. Why are we failing to improve survival? Ann. Surg., 193 407,198I.

ru
Penatalaksanaan Bedah
Obesitas Morbid
DAVID C. SABISTON, JR., M.D,

Obesitas suatu masalah lazim dalam masyarakat dan diet, namun mendapatkannya kembali sewaktu ia
dikenal disertai dengan sejumlah kelainan medis kembali ke masukan kalori yang tinggi. Dalam peneliti-
serius lain. Ada sekitar 12 luta penduduk di Amerika an terkontrol cermat, hanya 25 persen pasien kehi-
Serikat yang kegemukan. Dari ini, sejumlah 3 juta langan sebanyak 20 pon pada terapi diet dan hanya
didefinisikan menderita obesitas morbid, yang berarti 5 persen kehiiangan 40 pon atau lebih dalam cara ini.7
berat badannya paling kurang dua kali normal.? Karena alasan ini, pengikatan gigi dengan karvat untuk
kbih lanjut risiko keadaan ini relatif terhadap umur mengurangi masukan kalori telah direkomendasikan,
panjang mengesankan, karena mungkin ada sebanyak karena pasien demikian hanya dapat menelan cairan.3
200 persen peningkatan dalam kemungkinan kematian. Penatalaksanaan bedah atas obesitas morbid
Kelainan penyerta yang sering ada bersamaan dengan dimulai sekitar 25 tahun yang lalu, sewaktu dikenal
obesitas morbid mencakup hiperlipidemia, diabetes, bahwa reseksi segmental yang luas atas usus halus
kolelitiasis dan h ipertensi. atau tindakan pintas yang dirancang untuk menyingkir-
Ada sedikit keraguan bahwa metode penatalaksa- kan kebanyak usus halus dapat efektif dalam mening-
naan yang ideal bagi pasien ini untuk mendapatkan kan pengurangan berat badan dalam pasien kegemuk-
penurunan berat badan dengan pembatasan masukan an masif.s Dalam waktu ini, telah muncul kontroversi
kalori dalam diet. Tetapi hasil jangka lama dalam se- besar tentang kebijaksanaan tindakan bedah jenis apa
bagian besar pasienini telah berulang kali dibuktikan pun untuk mengendalikan obesitas, pada bagian
buruk, karena individu ini tampak tak mampu mem- terbesar karena komplikasi serius yang bisa terjadi
pertahankan diet yang tepat untuk masa yong lama. dengan berlalunya waktu. Operasi gastroplastik telah
Banyak penurunar berat badan dengan pengendalian dirancang untuk mengurangi insidens komplikasi ini.
LAMBUNG DAN DEODENUM s41

Tindakan bedah yang telah dicoba dengui deiajat itt--


keberhasilan bervariasi mencakup tiga jenis utama:
1. Tindakan pintas jeiunum yang mula-mula /l
L*A
dirangsang oleh pengetahuan fakta bahwa reseksi .//
usus halus masif biasanya menyebabkan penurunan
berat badan parah, inanisi, dan dalam kasus ekstrim, tt
(g..
c\/'^'
mematikan. Karena alasan ini, maka pintas usus halus
diperkenalkan untuk penatalaksanaan obesitas morbid. Gambar l. Berbagai ienft tindakan pintas lambung, A,hosedur
pengikatan dengan tiga ikatan sentrol. B, Kelaniutan pengikat-
Jejunoileostomi ujung-ke-ujung telah dilakukan da-
an dari s e gnen p en dek s epani ang ku rv a tur a lam bun g. C, G as ffo -
lam banyak pasien seperti juga pintas jejunoileum gastrostomi, setelah pengikatan sempuma kantong lambung
ujung-ke-ujung. I proksimal. (Dai Poies, Il. J.: In Dudley, H. (Ed.).: Rob and
2. Tindakan gastroplastik ditandai oleh pem--
Snxith's Operative Surgery: Alimentary Tract and Abdominal
bentukan kantong lambung yang kecil pada sambung- Wall,4th ed.' London, Butterworth, 1983")
an esophagogaster dengan penempatan jahitan atau
'staples' melintasi cardia dan hanya meninggalkan mencakup alkoholisme, adiksi obat, atau psikopatologi.
saluran kecil (1 cm.) (Gambar IA
8).6dan
Kelompok ini juga merekomendasikan agar operasi
3. Tindakan pintas lambur?g umumnya ditandai hanya dilakukan di rumah sakit yang membuat janji
oleh pembentukan kantong lambung proksimal''yang untuk penatalaksanaan bedah obesitas morbid, yang
kecil bersama dengan gastrojejunostomi'roux-en-Y', mencakup pengawasan pascabedah yang cermat di
juga dengan saluran sekitar I cm. untuk mengurangi
bawah pengarahan ahli klinik yang benar-benar akrab
kapasitas reservoar kantong lambung proksimal (Gam-
dengan semua segi komplikasi awal dan akhir tindakan
nar lC) 6
ini. Ditekankan bahwa tanggung jawab dokter dan
Walaupun hasil memuaskan telah dicapai dalam
ahli bedah untuk menggambarkan dengan tepat ke
beberapa pasien dengan menggunakan teknik ini, pasien tentang risiko dan manfaat, yang disajikan
namun komplikasi segera dan jangka lama cukup dalam istilah yang dapat dipahami, maupun perubahan
besar.4 Komplikasi dini mencakup infeksi luka, dehi- gaya hidup jangka lama.
sensi, splenektomi untuk limpa yang cedera pada Menarik bahwa tindakan bedah untuk obesitas
waktu operasi serta gangguan cairan dan elektrolit. morbid kurang sering dilakukan saat ini dibandingkan
Komplikasi jangka lama mencakup obstruksi stoma, beberapa tahun yang lalu.
batu ginjal, kolelitiasis, keadaan defisiensi glzi (vita-
min B1r) dan insufisiensi hati. Jika dilakukan suatu
tindakan, maka ia harus dipertimbangkan secara
bijaksana dengan pembahasan penuh bersama masing- KEPASTAKAAN TERPILIH
masing pasien tentang risiko dan manfaat.
Alpers, D. H.: Surgical therapy for obesity. N. Engl. J, Med.. 308:1026,
Satuan Tugas Masyarakat Amerika bagi Gizi 1983.
Klinik telah menetapkan bimbingan bagi calon yang Taju* rmam iai rcrekankan kcpaluu pemilihan yang crmt bagi puizn
yang akan rcnjalani tindakan bedah bagi obaitu rcrbid. Ditekanku ke-
tepat untuk menjalani tindakan bedah.e Sifat meme- pentingan pthotiu ketat bagi pengawuan jangka lama, komplikui dan
nuhi sayarat mencakup adanya obesitas sangat parah huil akhir.
pada pasien yang berat badannya melebihi berat badan Buchwald, H., and Rucker, R, D.: The history of meiabolic surgery for
morbid obesity and a commentary. World J. Surg., 5:781, 1981.
yang diinginkan sebesar 100 pon atau 100 persen
Dokurcntui sejuah yang rcruwkan tentang pakmbmgm tinda*an be-
atau pada yang telah menderita keadaan medis lebih dah dalam penatalaksanam obsitu morbid.
serius yang berhubungan dengan obesitas parah refrak- Griffen. W. O., Young, V. L., and Stcvenson, C. C.: A prospective
comparison of gastric and jejunoilcal bypass procedures for morbid
ter. Di samping itu, pasien seharusnya mempunyai obesitl'. Ann. Surg., 186:500, 1977.
riwayat berikut : Perelitian di saat yang membudingkm tindakan lambung dengan tindakan
1. Telah gagal berulang kali dalam usaha sebelumnya pintu jejurcileal ditatnpilku. Penelitian yang menunjukkan diare pucabe-
dah bermqkru dan kebutuhan bagi pengobatm kontinu ilalam puien jeju-
untuk pengurangan berat badan sewaktu mendapat noileal mpw tingghrya ireidere batu ginjal dan kolabtitis tidak terlihit
rencana yang dapat diterima secara medis. dalam tindqkan lmbung. Lebih lanjut metamorfosb hati perlmakon ditam-
pilkan pada sema puien, tetapi lebih pvah pada puia tindaku pintu
2. Telah memenuhi syarat atas dasar berat badan jejunal.
untuk merupakan calon selama 3 sampai 5 tahun Van Itallie, T. B., Bray, G. A., Connor. W. E., Faloon, W. W., Kral.
J. G., Mason, E.8., and Stunkard, A, J.: Guidelincs for surgcry for
sebelumnya. morbid obcsity. Am. J. Clin. Nutr., 42:904, 1985.
3. Pertimbangan kemampuan mentoleransi anes- Ini swtu laporan oleh Satuu Tugu Muyarskat Awi*a bagi Gizi Klinik,
tesi dan tindakan bedah. yang diposiapkan oleh tujuh pengumg yang bmyak btpengetahwn dalam
bidang ini. Ia rcnampilktn keahlian kedokteran babeda, tetapi reing-
4. Telah menjalani pemeliksaan fisik menyeluruh mingnya mempunyai trnranm dalam diagnub, lrenatalaksanam dan pe-
untuk menyingkirkan kategori risiko tinggi, yang ngawwan jangka lama k<lompok puien yang remntmg ini.
542 BUKU AJAR BEDAH. BAGIAN 1

KEPASTAKAAN 6. Pories,
.W. J.: .Surgery for morbid obesity. ln Dudley, H. (Ed.): Rob
and Smith's Operative Surgery: Alimentary Traci and Abdominal
1. Buchwald, H., and Rucker, R. D.: The history of metabolic surgery for Wall, 4th ed. London, Butterworth. 19g3.
morbid obesity and a commentary. World J. Surg., J:7g1, 1991: 7. Schumacher, N., Groth, B., Kleinsek, J., and Seay, N.: Successful weight
2. Griffen, W. O., Jr., Bivins, B. A., Bell, R. M, and Jackson, K. A.: control for employees. J. Am. Diet. As-. c..74:466. 1979.
Gastric bypass for morbid obesity. World J. Surg., 5:g17, 19g1.
- Kark, A. E.: Jaw wiring. Am. J. Clin. Nutr.,,?,j:420;1990.
3.
8. Sonne-Holm, S., Sorensen, T. L A., and Christensen, U.: Risk of earlv
death in extremely overweight young men. Br. Med. J.,2g7:7gi,
4. Maclean, L. D., Rhode, B. M., and Shizgal, H. M.: Nutrition following 1983.
gastric operations lbr morbid obesity. Ann. Surg., 19g:347, 19g3. 9. Task Force of The American Society for Clinical Nutrition_Van Itallie,
5. Payne, J. H., DeWind, L. T., and Commons, R. i.: Metabolic obser- T' B., Bray, $ A.. Connor, W. 8., Faloon, W. W., Kral, J. G.,
vations in patients with jejunocolic shunts. Am. J. Surg., 106:273. Mason, h. E., and Stunkard, A. J.: Guidelines for surgery for
1963. morbidobesity. Am. J. Clin. Nutr., 42:904, 19g5.

Anda mungkin juga menyukai